Anda di halaman 1dari 158

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Penggunaan nama bentuklahan sebagai geomorfologi karena rasa tidak

puas terhadap peristilahan fisiografi yang telah berkembang lebih dahulu. Isti-

lah fisiografi digunakan di Eropa dan memasukkan unsur - unsur iklim, meteo-

rologi, kelautan dan matematik geografi. Geomorfologi merupakan bagian

utama geologi, walaupun kenyataannya di Eropa, Amerika dan Indonesia di-

anggap sebagai geografi fisik.

Geomorfologi di lingkungan geologi belum berkembang, karena lebih

banyak berkembang di lingkungan geografi untuk kepentingan pengemba -

ngan wilayah, penggunaan lahan dan hidrologi, sedangkan para pakar geologi

memiliki anggapan bahwa geomorfologi merupakan bagian dari bidang ilmu

geografi, padahal teknologi satelit sumberdaya alam yang berkembang saat ini

merekam permukaan bumi dan menunjukkan potret muka bumi setiap hari, se-

hingga ketika harus menggunakan citra satelit para akhli geologi harus belajar

kembali geomorfologi.

1.1 Pengertian geomorfologi

Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar

kata, yaitu Ge(o) = bumi, morphe = bentuk dan logos = ilmu, sehingga kata

geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk per-

1
2

mukaan bumi. Berasal dari bahasa yang sama, kata geologi memiliki arti ilmu

yang mempelajari tentang proses terbentuknya bumi secara keseluruhan.

Definisi ; Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk

permukaan bumi serta proses - proses yang berlangsung

terhadap permukaan bumi sejak bumi terbentuk sampai se-

karang.

Berdasarkan pengertian dan definisi geomorfologi, maka bidang ilmu

geomorfologi merupakan bagian dari geologi yang mempelajari bumi dengan

pendekatan bentuk rupa bumi dan arsitektur rupa bumi. Tujuan mempelajari

geomorfologi di lingkungan geologi selaras dengan motto Hutton , yaitu THE

PRESENT IS THE KEY TO THE PAST (sekarang adalah kunci masa lalu).

Pemahaman kata sekarang (the present) adalah pemahaman terhadap bentuk

rupa bumi yang dapat dijadikan cerminan proses yang berlangsung di masa

lalu.

Faedah yang diharapkan dengan mempelajari geomorfologi yaitu

membantu menelusuri proses - proses yang berlangsung pada bumi sejak ter-

bentuknya bumi sampai sekarang dengan pendekatan bentuk rupa bumi yang

tampak sekarang, sehingga pada penelitian geologi dapat dilakukan dengan

cepat dan murah.

1.2 Konsep dasar geomorfologi

2
3

Bentuklahan adalah fenomena geologi yang telah banyak dikem-

bangkan dan direnungkan oleh para akhli filsafat kuno dan tidak hanya mem-

buat pernyataan '" saat ini menjadi kunci masa lalu ", tetapi proses geomor-

fologi saat ini memilki arti yang sangat penting, karena perbincangan tentang

sistematika evolusi geomorfologi tidak hanya terjadi pada awal abad ke 19,

tetapi berlangsung sampai sekarang.

1.2.1 Konsep pemikiran geomorfologi kuno

Pembahasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan biasanya di-

awali dengan pemikiran - pemikiran para akhli filsafat Yunani dan Romawi.

Membahas pemikiran - pemikiran para akhli Yunani dan Romawi kuno ten-

tang perkembangan bentuklahan suatu kegiatan yang sangat baik untuk lebih

mengenal perkembangan ilmu dimasa silam (Dark Age) yang telah banyak

dilupakan, namun sangat membantu didalam pemahaman tentang evolusi geo-

morfologi yang dikembangkan oleh para pemikir kuno, seperti Herodatus,

Aristoteles, Starbo dan Seneca.

Herodatus (485 - 425 SM) sebagai " Bapak Sejarah " telah banyak

melakukan penelitian geologi, menyebutkan pentingnya serpih dan lempung

yang diendapkan setiap tahun oleh Sungai Nil, sehingga Mesir dianggap telah

mendapat hadiah dari sungai. Selanjutnya disebutkan pula bahwa gempabumi

adalah pegunungan yang menggeliat karena dewa sedang marah. Temuan fosil

3
4

kerang di puncak - puncak perbukitan di Mesir menyebabkan Herodatus

menarik kesimpulan berdasarkan temuannya tersebut bahwa air laut telah

menggenangi dataran Mesir. Kesimpulan Herodatus tersebut merupakan dasar

pemikiran perubahan muka air laut yang menjadi bahasan penting didalam ge-

omorfologi.

Aristoteles (384 - 322 SM) didalam tulisannya menyebutkan tentang

asal - usul mataair yang diyakininya bahwa air yang mengalir dari mataair

disebabkan oleh (a) air hujan yang terjebak pada lapisan tanah, (b) air yang

terbentuk karena penguapan dari air yang masuk kedalam bumi, dan (c) air

yang terkondensasikan di dalam bumi berasal dari embun yang tidak diketahui

asal - usulnya. Seluruh air merembes dari pegunungan menyerupai bunga

karang yang sangat besar, sehingga sebutan sungai hanya diterapkan pada ben-

tuk aliran air yang berasal dari mataair. Selanjutnya disebutkan pula bahwa

hujan menghasilkan aliran air deras, sehingga aliran sungai menjadi tidak

menentu.

Pemahaman tentang debit aliran selama periode hujan telah dikem-

bangkan oleh Bernard Palissi (1563 dan 1580) dan Pierre Perrault (1674) yang

menyebutkan bahwa curah hujan mampu membentuk aliran sungai. Aristote-

les percaya bahwa gempabumi dan gunungapi memiliki sumber kejadian yang

sama dan menyebutkan bahwa gempabumi berpengaruh terhadap pencampu-

ran udara basah dan udara kering di bumi. Selanjutnya dikenalkan juga jalur

laut yang tertutup oleh sedimen yang membentuk daratan, sehingga terbentuk

4
5

tanah timbul dan disebutkan pula bahwa yang membawa material dari daratan

ke laut adalah aliran dan diendapkan sebagai alluvium.

Strabo (54 SM - 25) telah melakukan perjalanan yang jauh dan telah

meneliti secara hati - hati, serta telah mencatat contoh lokasi aliran yang

menghilang dan yang muncul di permukaan. Pemikirannya tentang "Vale of

Tempe" merupakan hasil dari gempa bumi disertai dengan kegiatan gu -nun-

gapi dalam kurun waktu yang lama karena tekanan tenaga dari dalam bumi.

Kesimpulannya secara alamiah menyebutkan bahwa Gunung Visuvius adalah

gunungapi yang telah mati. Strabo menjelaskan juga tentang aluvium sungai

dan delta sungai yang memiliki bermacam - macam ukuran selaras dengan

luas daerah aliran sungai alamiah, sehingga delta sungai yang sa - ngat luas

mencerminkan daerah aliran sungai yang sangat luas dan susunan batuan yang

paling menonjol pada daerah aliran sungai tersebut berupa batuan yang lunak.

Beberapa penelitian delta yang telah dilakukan oleh Strabo menyebutkan per-

tumbuhan delta dihambat oleh kegiatan laut, terutama oleh pasang naik.

Seneca ( ? - 65) menyebutkan bahwa yang menyebabkan terjadinya

gempabumi lokal adalah kekuatan tenaga dari dalam bumi, dan pemikiran

lainnya menyebutkan bahwa curah hujan bukan salah satu sumber yang

menyebabkan aliran sungai dan disebutkan pula bahwa tenaga arus dapat

menggerus lembah, sehingga melahirkan konsep bahwa pembentuk lembah

adalah arus yang menggerus lembah tersebut.

Pemikiran - pemikiran kuno telah menyebutkan bahwa terdapat hu-

bungan proses (genetik) antara gempabumi dengan dengan deformasi kulit

5
6

bumi. Pernyataan tersebut menjadi rancu karena sebab, akibat dan kejadian

gempabumi justru dipengaruhi oleh deformasi.

1.2.2 Fajar pemikiran geomrfologi modern

Setelah beberapa abad pemikiran geomorfologi cenderung mengikuti

pola pemikiran Kekaisaran Romawi, hanya sedikit atau mungkin tidak ada

pemikiran - pemikiran lain di Eropa. Sekolah - sekolah yang ada pada saat itu

adalah biara - biara yang tidak mempelajari ilmu tentang alam. Beberapa tem-

pat pendidikan di Arabia yang hidup pada saat itu telah memunculkan pemiki-

ran - pemikiran modern yang cemerlang.

Ibn Sina (980 - 1037) menyatakan bahwa asal - usul pegunungan

dibedakan menjadi dua kelas, yaitu (1) hasil dari suatu pengangkatan bumi,

seperti bagian dari gempabumi dan (2) pengaruh aliran air yang disertai de -

ngan hembusan angin di suatu lembah yang bersusunan batuan lunak. Konsep

pegunungan menurut Ibnu Sina merupakan cerminan hasil dari perbedaan

tingkat erosi yang berlangsung secara perlahan - lahan dalam kurun waktu

yang panjang. Beberapa pandangannya telah telah ditetapkan sebagai awal

dari pemikiran modern, tetapi tidak diterapkan pada pemikiran Eropa Barat.

Pembuktian yang sangat luas tentang konsep Ibnu Sina telah dilakukan oleh

sekelompok muridnya yang bukan berasal dari orang Arab dan dikenal dengan

judul " DISCOURSES OF THE BROTHERS OF PURITY " (bahasan saudara

yang seiman) pada tahun 941 dan 982 (Said, 1950). Didalam empat volume

6
7

buku yang disusun tersebut diceritakan tentang erosi dan transportasi oleh arus

dan angin, pelapukan serta awal pemikiran peneplain.

1.2.3 Hutton sang pendahulu

Konsep penggerusan lahan didalam pemikiran yang tajam dan tepat

dari suatu bentanglahan perlu dipikirkan kembali oleh para pemikir sebagai

landasan dasar geomorfologi modern. Para pemikir kuno yang berpikir tentang

perusakan lahan oleh proses erosi, tidak memiliki pemikiran yang matang un-

tuk dijadikan suatu kesimpulan yang layak (logic). Ruang dan waktu tidak

memberikan keleluasaan untuk membahas perkembangan jangka panjang dan

jangka pendek untuk membahas tentang pemikiran geologi agar menjadi suatu

pekerjaan tentang bumi (ground work) untuk bapak geomorfologi modern

seperti James Hutton, tetapi jejak langkahnya telah diikuti oleh beberapa

orang.

Leonardo da Vinci (1452 - 1519) merupakan salah satu kelompok

pertama yang menyusun pemikiran geologi dan dikatakan (Chorley et al,

1964) bahwa pemikiran yang cemerlang telah berkembang pada zamannya, se-

hingga merupakan puncak kecemerlangan para pemikir terdahulu. Leonardo

da Vinci menyebutkan bahwa lembah dipotong oleh arus, dan arus membawa

material dari salah satu tempat dipermukaan bumi kemudian diendapkan pada

suatu tempat.

7
8

Buffon (1707 - 1788) dari Perancis menyebutkan tenaga arus yang

mampu menggerus dan merusak lahan, selanjutnya diakhiri dengan perataan

yang memilki ketinggian yang sama dengan permukaan laut.

Targioni dan Tozetti (1712 - 1784) dari Italia menyebutkan bencana

erosi oleh arus dan pemikirannya tentang sungai yang terputus dihubungkan

dengan batuan yang tertoreh serta mengenalkan dasar - dasar perbedaan erosi

yang dipengaruhi oleh berbagai macam material geologi dan struktur geologi.

Guetthard (1715 - 1786) dari Perancis, membahas tentang degradasi

di pegunungan oleh arus, dan menyebutkan bahwa tidak seluruh material yang

dipindahkan oleh arus diangkut sampai ke laut, tetapi hanya sebagian material

yang terangkut oleh arus tersebut mencapai dataran pantai. Diyakini pula

bahwa laut merupakan tenaga penghancur yang sangat besar terhadap lahan,

selanjutnya arus dan laut disebut sebagai perusak yang sangat cepat terhadap

pantai curam di Perancis sebagai bukti pernyataannya.

Desmarest (7125 - 1815) menyuarakan pemikirannya tentang lembah

Perancis Tengah merupakan hasil kegiatan arus dan menelusuri perkemba-

ngan tahap evolusi bentanglahan.

De Saussure (1740 - 1799) dari Swiss menyebutkan bahwa lembah

Alpen merupakan hasil kegiatan pengikisan arus yang mengalir dari puncak

pegunungan dan mengalir mengikuti lembah tersebut. Selanjutnya disebutkan

pula bahwa glasiasi (pencairan es) dapat menjadi faktor penyebab terjadinya

erosi.

8
9

James Hutton (1726 - 1797) yang lahir di Edinburgh, Skotlandia, seo-

rang akhli fisika, tetapi lebih menyenangi ilmu pengetahuan, khususnya kimia

dan geologi. Sangat terkenal karena perannya sebagai pelopor PLUTONIAN

yang terkenal dengan batuan beku granit dan bertentangan dengan para akhli

dari sekolah Wernerian yang terkenal sebagai penganut NEPTUNIS yang

memiliki anggapan bahwa granit memiliki kandungan lapisan kimia. Selain

membahas granit, Hutton memperkenalkan pula batuan metamorf, tetapi

pernyataannya yang terkenal adalah konsep THE PRESENT IS THE KEY TO

THE PAST (saat ini merupakan kunci masa lalu), sehingga doktrin uniformi-

tarian bertentangan dengan konsep katastropisma. Teori bumi yang mengan-

dung konsep pengkajian hukum komposisi,dissolusi dan restorasi lahan

terhadap bumi telah diterbitkan pada tahun 1795 menjadi dua volume buku

dengan judul : THEORY OF THE EARTH, WITH PROOFS AND ILLUS-

TRATIONS.

John Playfair (1748 - 1819), seorang profesor matematika dan filsafat

di Edinburgh, Skotlandia, setelah meninggalnya James Hutton pada tahun

1802 menerbitkan buku dengan judul : ILLUSTRATION OF THE HUTTO-

NIAN THEORY OF THE EARTH , dengan gaya bahasa prosa ilmiah yang

teliti dan jelas, sehingga jarang ada persamaannya. Playfair menyimpulkan

pemikiran - pemikiran Hutton dengan jelas memiliki dampak yang sangat be-

sar, terutama terhadap Sir Charles Lyell yang menjadi pelopor uniformitarian.

Hasil penelitian Hutton menyebutkan bahwa proses masa lalu sampai masa

sekarang masih terus berlangsung, yaitu lahan terkikis oleh proses mekanik

9
10

dan kimia, yang sebelumnya telah diteliti namun salah, kecuali Desmarrest

yang melihat gejala - gejala yang dijelaskan oleh Hutton. Konsep sistem sun-

gai dan geomorfologi yang sangat berarti telah dikemukakan oleh Playfair

lebih baik dari sebelumnya dan pernyataannya sebagai berikut :

Setiap sungai yang muncul terdiri dari percabangan utama, meru-

pakan induk dari berbagai percabangan dan masing - masing men-

galir pada lembah selaras dengan ukurannya, membentuk sistem lem-

bah yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sesuai

dengan kemiringan lereng yang dialirinya dan mustahil akan terjadi

pengaliran jika masing - masing lembah tidak memiliki arus yang men-

galir pada lembah tersebut.

Jika suatu sungai berupa saluran tunggal, tidak memilki percabangan,

maka aliran yang terjadi diperkirakan akan membentuk arus yang san-

gat deras atau arus aliran akan memiliki tenaga penuh yang meluncur

pada saluran tersebut dan langsung menuju samudra. Jika bentuk sun-

gai terpecah menjadi beberapa percabangan de-ngan jarak yang

cukup besar antara cabang satu dengan yang lainnya, kemudian

dibagi lagi menjadi beberapa percabangan kecil, sehingga akan mem-

beri kesan seolah - olah saluran terbentuk oleh torehan air berupa

pengikisan permukaan dan erosi terhadap lahan. Kejadian tersebut

berlangsung secara sinambung bagaikan mengukir permukaan bumi.

10
11

1.2.4 Beberapa konsep dasar Thornbury (1969)

Pembahasan tentang konsep geomorfologi untuk bentanglahan ja -

ngan hanya menggunakan salah satu konsep saja, tetapi akan lebih baik jika

beberapa konsep geomorfologi dapat dipahami sehingga evaluasi terhadap

bentanglahan akan lebih baik.

Konsep 1 : Proses yang berlangsung secara fisik saat ini memiliki ke-

cepatan yang berbeda selaras dengan waktu geologi.

Dasar - dasar geologi modern yang dikenal sebagai uniformitarian

telah dikembangkan oleh Hutton pada tahun 1785, selanjutnya ditulis kembali

oleh Playfair pada tahun 1802 dan dikembangkan oleh Lyell sebagai maha

karyanya dengan judul Dasar - dasar Geologi ( Principles of Geology ). Hutton

mencetuskan : " saat ini adalah kunci masa lalu " telah diterapkan secara baku

sehingga menimbulkan perdebatan, karena pernyataan tersebut me- ngan-

dung arti bahwa proses geologi yang berlangsung selaras dengan waktu ge-

ologi memiliki kecepatan yang sama dengan saat sekarang. Konsep ini ten-

tunya salah, karena galasiasi (pencairan es) memiliki peran yang sangat pent-

ing sejak kala Plistosen dan sepanjang waktu geologi dari pada sekarang.

11
12

Perlu dipahami juga bahwa iklim sekarang telah berubah, daerah

yang memiliki iklim basah pada masa lalu, sekarang telah berubah menjadi

beriklim kering (gurun) dan sebaliknya. Periode dari ketidak stabilan gerakan

kulit bumi berlangsung pada periode pemekaran, sedangkan kulit bumi

sekarang relatif stabil. Salah satu contoh proses geologi yang berlangsung se-

laras dengan waktu geologi yaitu pengikisan lembah oleh arus yang berlang-

sung sejak masa lalu sampai sekarang, tetapi pengikisan lembah oleh pen-

cairan es (glasiasi) pada kala Plistosen memiliki perbedaan dengan proses

glasiasi pada umumnya. Angin telah mengendapkan batupasir Navajo sejak

kala Yura dan memiliki perbedaan dengan gerakan yang dipengaruhi oleh an-

gin sekarang.

Konsep 2 : Geologi struktur merupakan faktor yang paling berpe -

ngaruh terhadap evolusi bentuklahan yang tampak

sekarang.

Siswa - siswa W.M Davis diajarkan tentang faktor utama yang mem-

pengaruhi perkembangan bentuklahan adalah struktur geologi, proses geomor-

fologi dan tingkat pengaruhnya. Saat ini beberapa akhli geomorfologi mer-

agukan terhadap tingkat pengaruh sebagai faktor utama yang mempe -

ngaruhi perkembangan bentuklahan, akan tetapi para akhli geologi setuju ter-

12
13

hadap konsep proses dan geologi struktur sebagai pengaruh utama. Per - ny-

ataan struktur geologi tidak hanya diterapkan pada pandangan sempit, seperti

struktur batuan, struktur perlipatan, struktur sesar dan ketidak selarasan, tetapi

perhatian perlu ditekankan pula terhadap material bumi penyusun bentuklahan

secara keseluruhan yang memiliki perbedaan pengaruh fisika dan kimia. Pan-

dangan struktur geologi selanjutnya didalam pembahasan ini adalah suatu

fenomena geologi yang lebih luas, yaitu posisi batuan di tempat yang tinggi,

kekar, perlapisan batuan, sesar dan perlipatan, kekerasan mi - neral tertentu,

porositas batuan dan berbagai macam perbedaan pada batuan penyusun kulit

bumi. Pernyataan struktur geologi dapat dimanfaatkan untuk memahami strti-

grafi dan struktur susunan (sikuen) batuan yang muncul sebagai singkapan

pada suatu daerah, seperti perlapisan horisontal, perlapisan yang memiliki

kemiringan perlapisan (dip), terlipat atau tersesarkan, sehingga pemahaman

struktur geologi yang sederhana menjadi penting.

Ungkapan batuan keras (tahan) atau lunak (tidak tahan) terhadap

proses geomorfologi merupakan pemakaian ungkapan yang biasa selama digu-

nakan untuk pandangan yang relatif dan tidak ditekankan untuk panda- ngan

pengaruh fisika atau kimia, karena batuan dipengaruhi pula oleh proses fisika

dan kimia. Suatu batuan mungkin tahan terhadap salah satu proses geomor-

fologi, tetapi tidak tahan terhadap proses geomorfologi lainnya dan dibawah

kondisi iklim tertentu menunjukkan perbedaan tingkat ketahanan batuan. Se-

cara umum tampilan struktur batuan harus lebih tua dari pada perkembangan

bentuklahan. Kejadian diatropisme perlipatan pada kala Plistosen sangat sulit

13
14

disebut tidak tererosi, sehingga diperkirakan bahwa struktur batuan telah ter-

bentuk sebelum bentuklahan.

14
15

Gambar 1. Diagram yang menunjukkan pengaruh

geologi struktur dan lithologi terhadap

bentang lahan (A.N Stahler, pada Thorn-

bury. 1969)

Konsep 3 : Relief permukaan bumi yang luas karena proses geomor-

fologi berlangsung pada tingkat yang berbeda.

Alasan utama permukaan bumi memiliki gradasional yang berbeda

karena kerak bumi disusun oleh batuan yang berbeda dan struktur yang

berbeda, sehingga memiliki ketahanan batuan terhadap proses geomorfologi

yang berbeda pula. Proses geomorfologi yang memiliki keaneka ragaman san-

gat kecil, masih memiliki arti yang sangat penting, kecuali pada daerah diat-

ropisme sekarang (Resen) dapat diperkirakan bahwa daerah yang memiliki po-

sisi topografi yang tinggi disusun oleh batuan yang keras, sedangkan daerah

15
16

dengan posisi topografi lebih rendah disusun oleh batuan yang lunak. Perbe-

daan komposisi batuan dan struktur tercermin dari keaneka ragaman geomor-

fologi dan topografi lokal. Topografi minor dan rinci atau disebut sebagai

mikrotopografi memiliki hubungan yang erat dengan keaneka ragaman batuan,

tetapi terlalu kecil untuk diamati.

Keaneka ragaman batuan dan struktur geologi merupakan faktor utama

yang mempengaruhi perubahan permukaan bumi, tetapi bukan berarti proses

geomorfologi tidak memiliki peran, karena pada batas - batas tertentu dengan

tingkat yang berbeda proses geomorfologi masih berlangsung. Tingkat ke-

cepatan proses geomorfologi lokal memberi pengaruh terhadap perubahan per-

mukaan bumi, terutama pengaruh perbedaan temperatur, tingkat kelembaban,

konfigurasi kerapatan kontur dan vegetasi.

Perbedaan kondisi iklim mikro yang sangat menonjol antara dasar lem-

bah dengan puncak bukit dan antara lahan terbuka dengan lahan tertutup vege-

tasi akan tampak dari jumlah penguapan lokal, tingkat kelembaban tanah dan

tingkat perubahan tahunan temperatur, sehingga banyak sekali faktor yang

mempengaruhi tingkat proses geomorfologi lokal, seperti tingkat pelapukan,

perombakan massa batuan, erosi dan pengendapan yang memiliki pengaruh

terhadap keaneka ragaman geomorfologi.

16
17

Konsep 4 : Proses geomorfologi meninggalkan jejak pada bentukla -

lan dan proses geomorfologi yang berkembang mem -

bentuk ciri - ciri pada bentuklahan.

Penggunaan istilah proses yang dipakai untuk semua perubahan yang

terjadi terhadap rupa bumi secara fisika dan kimia. Proses diatropisma dan

vulkanisma dipengaruhi oleh gaya yang berasal dari dalam bumi, sehingga

oleh Penck disebut sebagai proses endogenetik, sedangkan proses yang lain,

seperti pelapukan, perombakan massa batuan dan erosi yang dipe-ngaruhi oleh

gaya eksternal disebut sebagai proses eksogenetik. Secara umum proses endo-

genetik bersifat membangun, sedangkan proses eksogenetik bersifat seba-

liknya, yaitu pengikisan terhadap permukaan bumi. Konsep proses geomor-

fologi yang berlangsung terhadap permukaan bumi bukan sesuatu yang baru,

tetapi pemikiran tentang proses geomorfologi akan meninggalkan jejak di atas

permukaan bumi adalah pemikiran yang lebih maju.

Bentuklahan memiliki ciri - ciri tertentu, tergantung pada proses geo-

morfologi yang berpengaruh terhadap bentuklahan tersebut. Dataran banjir,

kipas aluvial, dan delta merupakan hasil kegiatan arus sungai, sehingga ciri -

ciri yang berkembang pada bentuklahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk

klasifikasi genetika bentuklahan.

17
18

Rekayasa yang tepat dari suatu arti proses evolusi bentuklahan tidak

hanya memberikan gambaran yang lebih baik dari perkembangan bentuklahan,

tetapi termasuk juga menegaskan hubungan genetika terjadinya bentuklahan.

Proses geomorfologi yang rumit dan media yang bekerja dibawah kondisi ik-

lim tertentu disebut sebagai sistem morfogenik (morphogenic system, Triccart

dan Cailleux, 1955).

Konsep 5 : Media erosi yang berbeda pada permukaan bumi mem -

bentuk susunan bentuklahan tertentu.

Ciri - ciri proses bentuklahan tergantung pada tahap perkembangan

proses, dan W.M Davis menyebutnya sebagai konsep siklus geomorfologi.

tahap perkembangan proses diawali dari tahap muda, dewasa dan tua. Pada

tahap akhir dari proses geomorfologi permukaan bumi memiliki topografi

berelief rendah yang disebut sebagai peneplain (perataan). Beberapa akhli geo-

morfologi percaya bahwa permukaan bumi memiliki keteraturan umur, tetapi

tidak semua yakin bahwa tahap muda, dewasa dan tua yang dikemukakan oleh

W.M Davis merupakan suatu kenyataan. Konsep umum yang digunakan pada

tingkat dasar memiliki beberapa kelemahan apabila di-terapkan pada evolusi

permukaan bumi yang lebih rumit, karena akan sulit menentukan karakteristik

perkembangan bentuklahan yang khusus, sehingga menimbulkan keraguan,

terutama terhadap peneplain (perataan) yang dianggap sebagai akhir dari suatu

siklus geomorfologi.

18
19

Istilah siklus geomorfologi tidak selalu tepat untuk menunjukkan suatu

perubahan bentanglahan akibat gradasional, tetapi mencari istilah atau konsep

pengganti sangat sulit, sehingga penggunaan istilah siklus geomorfologi tidak

hanya menyatakan siklus alam yang mewakili tahap evolusi bentuk per-

mukaan bumi tetapi termasuk pula pemikiran bahwa perkembangan per-

mukaan bumi terjadi secara teratur dan berurutan dengan tidak menggunakan

penamaan evolusi permukaan bumi sebaai tahap muda, dewasa atau tua yang

memiliki pengertian bahwa topografi yang berada pada tahap yang sama

memiliki ciri yang sama pula. Kondisi geologi dan keragaman iklim memben-

tuk ciri permukaan bumi yang sangat beragam walaupun proses geomorfologi

berkembang pada periode yang sama.

Konsep 6 : Evolusi geomorfologi tidak sesederhana yang dibayang -

kan.

Perdebaan dan pertentangan didalam ilmu pengetahuan merupakan ak-

ibat dari penjelasan yang sangat sederhana dan tidak jelas. Mempelajari ben-

tuklahan akan mengalami kesulitan jika tidak memahami bahwa topografi

merupakan hasil dari proses atau siklus geomorfologi. Pada umumnya to-

pografi rinci hasil dari siklus erosi yang berlangsung .

Horberg (1952) mengelompokkan bentanglahan menjadi beberapa kat-

egori, yaitu (1) bentanglahan sederhana, (2) bentanglahan campuran, (3) ben-

19
20

tanglahan siklus tungal, (4) bentanglahan multi siklus dan (5) bentanglahan

hasil pembentukan kembali.

Bentanglahan sederhana merupakan hasil proses geomorfologi tunggal,

artinya bentanglahan tersebut meninggalkan jejak siklus erosi yang terjadi

hanya satu kali dan umumnya terbatas pada permukaan bumi yang baru ter-

bentuk, seperti pengangkatan lantai samudra, permukaan kerucut vulkanik,

dataran lava, plato atau endapan yang tertutupoleh endapan glasial Plistosen.

Bentanglahan campuran merupakan hasil siklus erosi lebih dari satu kali atau

hasil dua atau lebih proses geomorfologi, sehingga timbul perdebatan karena

pada semua bentanglahan telah terjadi proses geomorfologi yang bercampur,

walaupun pada beberapa bentanglahan dapat ditemukan proses geomorfologi

tunggal, tetapi sangat jarang terjadi. Sebagai contoh bentanglahan hasil dari

kegiatan aliran air, tetapi perlu disadari bahwa proses yang berlangsung tidak

hanya kegiatan aliran air saja, proses - proses yang lain seperti pelapukan, ger-

akan material karena gravitasi, dan perpindahan material oleh angin sangat

berpengaruh terhadap perkembangan bentuk rupa bumi. Kondisi yang sama

terjadi pada bentanglahan hasil pelarutan oleh air tanah, erosi oleh limpasan

air permukaan dan proses - proses yang berlangsung terhadap pembentukkan

bentanglahan. Bentanglahan campuran tercermin sangat baik pada daerah

yang dipengaruhi oleh glasiasi Plistosen.

Konsep bentanglahan dengan iklim yang beragam dapat dimasukan se-

bagai konsep bentanglahan yang rumit, karena berkembang dibawah kondisi

iklim yang beragam sebagai faktor yang mempengaruhi proses geomorfologi

20
21

dan sangat berhubungan dengan kondisi iklim kala Plistosen. Munculnya ben-

tanglahan masa lampau yang telah ditutupi oleh batuan beku atau batuan sedi-

men karena batuan penutup tersebut terkikis, seperti saluran - saluran pada

masa praglasial yang muncul dan hanya sebagain kecil menjadi ciri lokal.

Konsep 7 : Topografi bumi yang paling menonjol adalah topografi

yang lebih muda dari kala Plistosen.

Ciri - ciri topografi tua jarang ditemukan, kecuali berupa bentuklahan

tua yang tersingkap kepermukaan akibat dari gradasional. Sebagian besar to-

pografi sekarang lebih muda dari kala Plistosen. Ashley (1931) percaya

bahwa pahatan rupa bumi seperti gunung, lembah, pantai, danau, sungai, air

terjun dan tebing berumur lebih muda dari Miosen, serta terbentuk sejak

munculnya manusia dan sebagian kecil muka bumi sekarang memiliki hu -

bungan yang jelas dengan permukaan bumi pra Miosen. Diperkirakan pula

bahwa permukaan bumi 90 % terbentuk setelah Tersier dan mungkin 99 % ter-

bentuk setelah Miosen Tengah.

Secara umum struktur geologi lebih tua dari pada ciri - ciri topografi

yang terbentuk di atasnya, kecuali yang ditemukan pada daerah diatropisma

Plistosen Awal dan Resen. Pegunungan Himalaya pertama terlipat pada kala

Kapur, kemudian kala Eosen dan Miosen, tetatpi lereng sekarang terbentuk

pada kala Plistosen dan air terjun yang terbentuk saat ini lebih muda dari relif

rinci yang berumur Plistosen dan Resen.

21
22

Konsep 8 : Pemahaman terhadap bentanglahan sekarang diperlukan

pemahaman kondisi geologi dan iklim pada kala Plis-

tosen.

Pemahaman topografi rupa bumi adalah untuk mengenal perubahan

kondisi geologi dan kondisi iklim kala Plistosen yang mempengaruhi topografi

sekarang. Glasiasi sangat berpengaruh baik secara langsung atau tidak lang-

sung, Material - material hasil pengikisan galsial dan tiupan angin menyebar

luas sampai ke daerah yang tidak mengalami glasiasi.

Daerah - daerah yang terletak pada lintang menengah, faktor iklim san-

gat berpengaruh, sehingga daerah sekarang beriklim arid atau semi arid pada

zaman glasial beriklim basah. Kurang lebih 100 cekungan di pedalaman

Amerika Serikat bagian Barat yang saat ini berbentuk danau dengan iklim arid

dan semi arid menunjukkan sistem fluvial yang sama dengan di Asia, Afrika,

Australia dan Amerika Utara, sehingga dapat disimpulkan bahwa glasial san-

gat mempengaruhi iklim dunia.

Daerah - daerah yang sekarang beriklim sedang, selama zaman glasial

pernah beriklim seperti di sub arktik Amerika Utara dan Eurasia yang dicer-

minkan oleh tanah yang membeku secara permanen dan biasa disebut sebagai

permafrost. Rejim aliran yang dipengaruhi oleh perubahan iklim ditandai den-

gan perselingan antara agradasi (pengendapan) dan gradasi (pe - ngikisan). Pe-

rubahan muka air laut memiliki pengaruh terhadap topgrafi, karena pem-

22
23

bekuan samudera menyebabkan penurunan muka air laut dan kembali normal

pada zaman interglasial. Pencairan es terhadap lautan sangat berpengaruh ter-

hadap pembentukkan koral.

Hasil pengikisan akibat pencairan es atau endapan glasial yang tertiup

angin membentuk gumuk pasir (sand dunes) atau bercampur dengan lanau

atau lempung disebut sebagai loess. Glasiasi sangat berpengaruh terhadap

pembentukkan danau, seperti Great Lakes merupakan sistem aliran yang

dipengaruhi oleh glasial terbesar di dunia. Glasiasi kala Plistosen merupakan

peristiwa yang paling besar walaupun diatropisma yang berkembang sejak

Pliosen, Plistosen sampai Resen masih berperan sebagai faktor pe - ngaruh

pembentukkan bentanglahan.

Konsep 9 : Pengenalan iklim sangat penting untuk dapat memahami

dengan baik perbedaan proses geomorfologi yang

berlangsung.

Faktor iklim, khususnya temperatur dan penguapan sangat berpe -

ngaruh terhadap proses geomorfologi. Perubahan iklim dapat berpengaruh se-

cara langsung atau tidak langsung, sebagai contoh iklim yang berpengaruh

tidak langsung terhadap proses geomorfologi adalah sebaran, kerapatan dan je-

nis vegetasi, sedangkan pengaruh langsung antara lain curah hujan, pe -

nguapan dan perubahan temperaturan harian.

23
24

Konsep 10 : Geomorfologi menekankan kondisi sekarang bermanfaat

untuk mengungkap sejarah perkembangan bumi.

Geomorfologi cenderung menekankan asal - usul (proses) ben-

tanglahan saat ini dan masa lalu selaras dengan waktu geologi. Akhli geomor-

fologi selalu melakukan pendekatan dengan menggunakan hukum uniformi-

taria - nisme. Paleogeomorfologi bentuklahan merupakan sejarah alam geo-

morfologi yang diperkenalkan oleh Bryan (1940) dan menjelaskan bahwa ben-

tuklahan merupakan hasil dari suatu proses, sehingga tidak ada alasan untuk

memisahkan antara studi bentanglahan dengan geologi dinamik. Perbedaan

antara bentuklahan dengan geologi dinamik yang paling jelas adalah proses

terjadinya bentuklahan atau sisa - sisa bentuklahan yang relatif muda.

BAB 2

SISTEM PENELITAN DAN PEMETAAN

GEOMORFOLOGI

Sistem penelitian dan pemetaan geomorfologi telah banyak dikem-

bangkanm selaras dengan tujuan penelitian yang dilakukannya, tetapi masih

banyak terjadi kerancuan, khususnya pemahaman geomorfologi untuk tujuan

pemetaan geologi. Salah satu sistem yang telah banyak dimanfaatkan untuk

24
25

berbagai tujuan yaitu sistem yang dikembangkan oleh International Institute

for Aerial survey and Earth Sciences (ITC), Belanda.

Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan 1975) telah

mengembangkan sistem penelitian geomorfologi berdasarkan pengalamannya

di seluruh dunia, khususnya di wilayah tropis (Indonesia dan Amerika Latin),

selanjutnya disebut dengan sistem pembuatan peta geomorfologi untuk berba-

gai macam tujuan. Metode ITC dapat digunakan untuk tujuan pemetaan ge-

ologi, karena memasukkan beberapa aspek geomorfologi disertai dengan leg-

enda yang sederhana dan jelas, sehingga menjadi suatu sistem pemetaan geo-

morfologi yang memiliki karakteristik yang jelas.

Unsur - unsur yang perlu diperhatikan didalam menyusun sistem

gemorfologi adalah sebagai berikut :

1. Sistem dapat digunakan untuk setiap daerah dan lentur (fleksibel),

artinya legenda pada peta harus dapat dijadikan simbol untuk suatu

keputusan obyek penelitian.

2. Sistem dapat digunakan untuk pemetaan dengan berbagai macam

skala, sehingga isi peta diselaraskan dengan skala secara konseptual

dan grafis.

3. Sistem harus memberi penekanan terhadap unsur - unsur bentukla-

han, sehingga sistem mampu dijadikan landasan penelitian geomor-

fologi analitik dan geomorfologi sintetik.

4. Sistem harus menghasilkan peta - peta yang sederhana, sehingga da-

pat menekan biaya pembuatan peta.

25
26

2.1 Pemahaman peta dan manfaat peta

Peta adalah gambaran dari rupa bumi yang mencerminkan keadaan su-

atu daerah atau lokasi, sehingga peta dapat disebut sebagai petunjuk atau pem-

beri informasi rupa bumi dan lokasi suatu daerah. Beberapa jenis peta sebagai

petunjuk dan pemberi informasi antara lain : peta informasi, peta dasar (base

map) dan peta bertema (thematic map).

2.1.1 Peta informasi

Peta informasi merupakan peta yang dapat digunakan oleh berbagai pi-

hak, dengan tujuan agar pengguna peta dapat mencapai tujuannya tanpa harus

tersesat. Biasanya peta informasi memiliki kandungan yang sangat sederhana,

sesuai dengan fungsi peta tersebut yaitu sebagai petunjuk dan pemberi infor-

masi. Contoh - contoh peta informasi antara lain peta pariwisata, peta sekolah

(atlas) dan peta topografi.

Peta pariwisat mengandung informasi - informasi tentang letak, jarak

atau ciri khas tujuan wisata, sedangkan peta sekolah (atlas) memberi petunjuk

tentang daerah propinsi atau kabupaten, ibu kota propinsi atau kabupaten, sun-

gai - sungai yang terkenal dan gunung - gunung yang terkenal. Peta topografi

memilki kandungan informasi dan petunjuk daerah, lokasi, sungai, gunung,

titik ketinggian dan garis ketinggian (kontur) yang dapat mencerminkan kon-

disi lereng dengan melihat kerapatan kontur pada peta. Biasanya peta to-

pografi dijadikan peta kerangka untuk menyusun peta dasar atau peta bertema

26
27

(thematic map) yang dapat memberikan informasi tentang hubungan antara

elemen - elemen pokok dan satuan geomorfologi.

2.1.2 Peta dasar (base map)

Peta dasar adalah suatu gambaran dari berbagai komponen yang ter-

pilih didalam suatu daerah pemetaan. Komponen - komponen tersebut harus

memiliki hubungan dengan topografi, sehingga jika komponen - komponen

tersebut tidak memiliki hubungan, maka menjadi tidak bermanfaat dan infor-

masi yang dipetakan tersebut menjadi tidak berguna karena tidak dapat

dilokalisasi (diplot) dan dievaluasi terhadap kondisi - kondisi yang diharapkan

dan akhirnya hanya digunakan sebagai dasar perbandingan pada suatu daerah

saja. Informasi dan peta topografi yang terbaru merupakan kebutuhan yang

mutlak, karena kesalahan biasanya terjadi karena penggunaan material dasar

(peta topografi atau foto udara) yang lama dan tidak teliti. Jika informasi dari

peta topografi atau foto udara dapat diandalkan, maka kandungan pokok pada

peta tujuan akan sangat bermanfaat. Informasi pada peta topografi atau foto

udara yang berhubungan langsung dengan unsur - unsur geografi, seperti batas

administratif daerah, nama kampung, jalan dan sebagainya sangat bermanfaat

untuk menentukan lokasi penelitian. Penentuan lokasi yang baik dan tepat

merupakan unsur utama didalam menyusun peta dasar yang baik, misalnya :

- Posisi titik kontrol geodetik

- Posisi konstruksi (bangunan, jalan raya, rel KA atau saluran)

- Posisi danau dan sungai

27
28

- Rincian topografi (batasan topografi, seperti tebing, lembah, bukit-

bukit kecil, punggungan dan sebagainya).

- Faktor - faktor yang sering berubah, seperti :

Kondisi hidrografi

Batas pemukiman

Batas wilayah kehutanan/ pertanian/perkebunan.

Nama - nama daerah.

Batas sungai dan pantai.

Unsur - unsur penting menyusun peta dasar untuk kepentingan geo-

morfologi atau geologi antara lain :

1. Keselarasan unsur - unsur peta dasar dengan materi pokok.

2. Memilih unsur - unsur peta yang mudah dimengerti.

3. Memilih unsur - unsur peta secara umum seperti garis atau titik

dan tampilan peta yang akan dijadikan acuan.

4. Membatasi unsur - unsur peta dasar sampai batas minimum, ter-

gantung pada tingkat kesulitan dari unsur pokok.

Maksud penyusunan peta dasar sebelum melaksanakan kegiatan ter-

tentu merupakan langkah persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan, sehingga

peta dasar merupakan peta rencana kegiatan yang telah tersusun untuk memu-

dahkan kegiatan yang akan dilakukan dan menghemat biaya.

Biasanya yang digunakan sebagai peta dasar untuk suatu kegiatan

adalah peta topografi yang sebenarnya hanya memberikan informasi secara

umum, seperti titik ketinggian, garis ketinggian (kontur), nama sungai dan

28
29

nama daerah, sehingga memerlukan analisis agar dapat dijadikan peta dasar.

Sebagai contoh kerapatan garis kontur mencerminkan lereng yang terjal, maka

dugaan sementara terhadap lereng yang curam tersebut dapat berupa sesar

(patahan) atau terdapat perbedaan kekerasan batuan atau pola punggungan

yang memanjang dapat diduga sebagai perlipatan.

Analisis terhadap peta topografi tersebut sangat bermanfaat untuk

kegiatan penelitian geologi, geologi teknik, pengembangan wilayah atau peng-

gunaan lahan, sehingga pada saat kegiatan penelitian di lapangan akan lebih

terarah kepada hasil analisis peta topografi tersebut.

2.1.3 Peta bertema ( thematic map)

Peta bertema adalah peta yang mengandung informasi - informasi tu-

juan tertentu untuk maksud tertentu yang dibutuhkan oleh pemakai tertentu

pula. Kandungan informasi tersebut merupakan hasil dari suatu kegiatan

penelitian tertentu dengan harapan pemakai peta dapat mengambil keputusan

dan kesimpulan terhadap kegiatan penelitian yang dilakukannya.

Sebagai contoh peta geologi memberikan informasi tentang sebaran

batuan secara lateral dengan batas - batas yang jelas, struktur geologi, posisi

temuan fosil, bahan galian atau aspek - aspek geologi lainnya. Penggunaan

peta geologi yang telah tersusun dengan baik dapat dibaca oleh pengguna yang

berhubungan dengan informasi - informasi geologi sebagai landasan kerja

yang sedang ditekuninya, misalnya eksplorasi minyak bumi, geologi teknik,

pengembangan wilayah dan tataruang.

29
30

2.2 Pemahaman peta geomorfologi

Peta geomorfologi telah banyak dibuat oleh berbagai lembaga di dunia

dan memiliki perbedaan terhadap tinjauan aspek - aspek geomorfologi yang

digambarkan pada peta geomorfologi, sehingga aspek - aspek geomorfologi

yang digambarkan pada peta menggunakan simbol - simbol warna dan pola hi-

tam putih disertai arsiran, tergantung pada kepentingan pembuatan peta di-

dalam menetapkan aspek - aspek geomorfologi yang dipetakan.

Secara garis besar peta geomorfologi dapat dibedakan menjadi tiga je-

nis peta, yaitu :

a. Peta geomorfologi analitik.

b. Peta geomorfologi sintetik.

c. Petaa geomorfologi pragmatik.

2.2.1 Peta geomorfologi analitik

Secara garis besar kandungan informasi dari peta geomorfologi analitik

cenderung memberikan informasi aspek - aspek geomorfologi di suatu daerah

yang cukup luas, sehingga sifat peta geomorfologi analitik bersifat peta tinjau

(reconnissance) dengan skala peta 1 : 50.000 sampai 1 : 500.000.

Pada peta geomorfologi analitik tercermin satuan geomorfologi yang

sangat luas dan belum memberikan informasi yang rinci, namun sudah dapat

dimanfaatkan sebagai dasar (landasan) penelitian lebih lanjut. Analisis ben-

tanglahan yang sangat luas dan komponen - komponen geomorfologi yang be-

30
31

sar merupakan ciri dari peta geomorfologi analitik. Misalnya bentanglahan

(landscape) atau mintakat (zone) Bandung berdasarkan fisiografi Van Bemme-

len (1949) terdiri dari sistem lahan (land system) rangkaian gunungapi (vol-

canous) dan sistem lahan ( land system) struktural, sehingga memerlukan pen-

guraian yang lebih rinci. Peta geomorfologi analitik sangat berperan untuk di-

gunakan sebagai bahan analisis yang bersifat regional dalam ukuran propinsi,

pulau atau negara.

Simbol warna digunakan untuk aspek geomorfologi yang jelas dan

memiliki arti penting di dalam peta tersebut, seperti aspek morfogenetik di-

dalam pemetaan geomorfologi, sehingga aspek tersebut disimbolkan dengan

warna. Menurut Verstappen dan Van Zuidam (1968 dan 1975) bahwa proses

endogen dan eksogen masa lalu dan sekarang merupakan faktor - faktor

perkembangan yang paling menonjol dari suatu bentanglahan, sehingga harus

digambarkan dengan jelas dan digunakan simbol warna.

Warna - warna tertentu yang direkomendasikan untuk dijadikan simbol

satuan geomorfologi berdasarkan aspek genetik adalah sebagai berikut :

KELAS GENETIK SIMBOL WARNA

Bentuklahan asal struktural Ungu / violet

Bentuklahan asal gunungapi Merah

Bentuklahan asal denudasional Coklat

31
32

Bentuklahan asal laut (marine) Hijau

Bentuklahan asal sungai (fluvial) Biru tua

Bentuklahan asal glasial (es) Biru muda

Bentuklahan asal aeolian (angin) Kuning

Bentuklahan asal karst (gamping) Jingga (orange)

Morfografi dan morfometri yang tercermin pada peta topografi diny-

atakan oleh lambang garis atau huruf yang telah baku dan dicetak de - ngan

warna hitam atau abu - abu berupa bayangan. Lithologi digambarkan dalam

bentuk simbo; gambar lithologi dengan warna bayangan abu - abu, sehingga

informasi morfografi, morfometri dan lithologi (batuan) tampak pada peta

dengan warna yang tidak menonjol. Pemilihan warna yang tepat dapat mem-

berikan informasi yang lebih banyak dengan tidak mengabaikan simbol warna

yang digunakan oleh satuan bentuklahan pada suatu daerah berdasarkan mor-

fogenetik.

Morfokhronologi menggunakan simbol huruf atau angka dengan

menggunakan warna hitam, tetapi simbol untuk morfokhronologi dapat dihi-

langkan. Verstappen (1970) menyebutkan bahwa penggunaan simbol untuk

morfokhronologi tidak perlu menggunakan simbol garis, karena biaya untuk

pembuatan peta akan menjadi mahal dan umur bentuklahan harus diketahui

dengan benar. Morfometri yang penting dari ciri roman muka bumi dapat dita-

mpilkan dengan simbol garis hitam, sedangkan simbol garis berwarna dian-

32
33

jurkan untuk penggambaran simbol morfodinamik (proses aktif), misalnya

simbol garis berwarna merah untuk proses erosi dan warna biru untuk banjir

atau sedimentasi.

Tabel 1. Aspek utama peta geomorfologi analitik

ASPEK UTAMA KRITERIA PEMETAAN

Bentuk permukaan

1. Morfografi Aspek yang digambarkan dari mor-

fologi suatu daerah, seperti dataran,

perbukitan atau pegunungan.

2. Morfometri Nilai aspek geomorfologi daerah,

seperti kemiringan lereng, titik keting-

33
34

gian, panjang lereng dan kekasaran re-

lief.

3. Morfogenesis (asal - usul

bentuklahan dan proses ter-

jadinya bentuklahan).

3.1. Morfostruktur pasif. Lithologi / jenis batuan dan struktur

batuan dihubungkan dengan proses

pengikisan, seperti cuesta, hogback dan

kubah.

3.2. Morfostruktur aktif. Aktivitas proses endogen seperti vu-

laknisma, patahan dan lipatan, seperti

gunungapi, pegunungan antiklin, lereng

patahan.

3.3. Morfodinamik Proses eksogen yang berhubungan den-

gan gerakan angin, air atau es, seperti

gumuk pasir, dataran fluvial, sedimen-

34
35

tasi atau gurun.

4. Morfokhronologi (nisbi dan Waktu proses terjadinya suatu bentuk-

absolut). lahan, misalnya " Villafranchian" untuk

umur glasial tua dan "Monasterian" un-

tuk dataran pantai muda.

5.Morfo aransemen Hubungan antara perubahan bentukla-

han dengan proses yang sedang

berlangsung.

Sumber : Van Zuidam (1985)

2.2.2 Peta geomorfologi sintetik

Kandungan peta geomorfologi sintetik cenderung memberikan infor-

masi geomorfologi yang bersifat semi rinci (semi detail) dan mulai mengarah

pada suatu tujuan tertentu. Skala peta geomorfologi sintetik yang digunakan

adalah 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000, sehingga informasi geomorfologi semi

rinci dapat ditampilkan di dalam peta geomorfologi sintetik, misalnya unsur -

unsur morfografi, morfogenetik, morfometri dan material penyusun.

Pada peta geomorfologi sintetik pengelompokkan lahan dibagi menjadi

4 tingkat yang mencerminkan bagian - bagian lahan semi rinci dari suatu ben-

35
36

tangan lahan dari tingkat yang paling kecil sampai tingkat yang paling besar

sebagai berikut :

1. Komponen lahan (land component)

2. Satuan lahan (land unit)

3. Bentuklahan (landform)

4. Sistem lahan (land system)

5. Bentanglahan (landscape)

Komponen lahan, merupakan bagian terkecil dari suatu bentanglahan

yang menekankan kesamaan kelompok atau kelas lahan, membentuk satuan

berdasarkan bentuk permukaan lahan sebagai kriteria pengelompokkan. Sat-

uan - satuan lahan yang dibentuk berdasarkan landasan komponen lahan

memiliki kesamaan bentuklahan, lithologi (material penyusun), tanah, vegetasi

dan proses. Skala peta yang digunakan untuk menampilkan komponen lahan

adalah 1 : 100, biasanya digunakan untuk kepentingan pekerjaan khusus

seperti keteknikan atau manajemen.

Satuan lahan, mengacu kepada suatu komponen lahan atau sekumpu-

lan komponen lahan yang homogen atau heterogen berdasarkan ciri khusus su-

atu lahan atau komponen lahan. Tampilan dari satuan lahan menggambarkan

ciri eksternal dan internal dari suatu bentuklahan yang dibandingkan dengan

satuan lahan sekitarnya pada daerah yang sama. bentuk permukaan (relief),

proses dan lithologi merupakan dasar utama pengelompokkan satuan lahan.

Skala peta yang digunakan untuk menampilkan satuan lahan adalah 1:10.000

36
37

sampai 1 : 100.000, biasanya digunakan untuk pekerjaan konsultan atau

proyek pembangunan.

Bentuklahan, mengacu kepada sekelompok satuan lahan yang ho-

mogen atau heterogen dengan ciri satuan lahan atau susunan satuan lahan yang

khusus. Suatu bentuklahan menunjukkan ciri - ciri tampilan luar, seperti ben-

tuk permukaan lahan (morfografi), proses / asal - usul (morfogenetik), nilai

dari bentuk permukaan / kemiringan lereng, panjang lereng dan kerapatan pola

pengaliran (morfometri) dan material penyusun (lithologi). Skala peta yang di-

gunakan untuk menampilkan bentuklahan adalah 1 : 10.000 sampai 1 :

100.000, biasanya digunakan untuk kepentingan pekerjaan proyek pembangu-

nan yang bersifat sangat luas.

Sistem lahan, mengacu kepada bentuklahan dan ciri - ciri perkemban-

gan bentuk permukaan lahan (relief) yang berhubungan berhubungan dengan

aspek lingkungan, biasanya dibedakan berdasarkan proses, batuan (lithologi)

dan iklim. Suatu sistem lahan menggambarkan pengulangan kemiripan pola

bentuklahan yang memiliki kesamaan genetik dibandingkan dengan sistem la-

han disekitarnya pada suatu daerah yang sama. Skala yang cocok digunakan

untuk menampilkan sistem lahan biasanya lebih besar dari 1 : 250.000 dan di-

gunakan untuk kepentingan peta tinjau suatu proyek pembangunan.

Bentanglahan, merupakan bagian terbesar dari kumpulan sistem la-

han, bentuklahan, satuan lahan dan komponen lahan, sehingga membentuk

bentangan yang sangat luas dengan ciri memiliki keseragaman relief dan

lithologi secara umum. Skala peta yang digunakan untuk menampilkan ben-

37
38

tang lahan adalah 1 : 250.000 atau lebih kecil dan biasanya digunakan sebagai

peta tinjau untuk identifikasi suatu kelayakkan lokasi yang akan digunakan su-

atu proyek atau dijadikan pemandu perencanaan pembangunan.

Sebagai contoh bentanglahan (landscape) atau mintakat (zone) Ban -

dung berdasarkan fisiografi Van Bemmelen (1949) terdiri dari sistem lahan

rangkaian gunungapi di bagian Utara, dan diuraikan menjadi bentuklahan Gu-

nungapi Tangkuban Perahu dan bentuklahan Gunungapi Tampomas, selanjut-

nya bentuklahan gunungapi diuraikan menjadi satuan - satuan lahan (land

units) , yaitu puncak gunungapi, lereng atas gunungapi, lereng tengah gunun-

gapai dan lereng kaki gunungapi.

Tampilan aspek - aspek geomorfologi tersebut sangat erat hubungan-

nya dengan kondisi geologi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

pemetaan geologi, sehingga peta geomorfologi sintetik dapat dijadikan sebagai

peta dasar didalam pemetaan geologi.

2.2.3 Peta geomorfologi pragmatik

Kandungan peta geomorfologi pragmatik cenderung menampilkan in-

formasi geomorfologi yang bersifat khusus dan rinci (detail) karena peta geo-

morfologi pragmatik merupakan peta untuk tujuan tertentu dan khusus. Skala

peta geomorfologi pragmatik adalah 1 : 25.000 sampai 1 : 5.000, sehingga un-

sur lahan (land element) dari aspek - aspek geomorfologi yang bersifat rinci,

seperti alur erosi, arah arus sungai / pantai, arah ombak, arah sedimentasi, arah

lelehan lava gunungapi, dapat tercermin pada peta geomorfologi pragmatik.

38
39

Peta geomorfologi pragmatik biasanya dimanfaatkan untuk kepen -

tingan suatu kegiatan yang bersifat rinci (detai), seperti kegiatan penelitian

teknik, lingkungan, kebencanaan, hidrologi, dan kesesuaian lahan, sehingga

penamaan peta lebih cenderung mencerminkan maksud dan tujuan pemetaan

yang bersifat khusus, seperti peta morfokonservasi (lingkungan), peta morfo-

hidrologi (hidrologi), peta morfostruktur (struktur geologi), peta bahaya gu-

nungapai, dan peta kesesuaian lahan (land suitability map). Contoh peta geo-

morfologi pragmatik antara lain peta morfokonservasi dan peta hidrogeomor-

fologi.

Peta morfokonservasi, menggambarkan klasifikasi lereng, yaitu

kemiringan lereng dan kestabilan lereng. Kemiringan lereng terutama untuk

menghitung dan mengetahui tingkat erosi yang berlangsung serta kemungki-

nan gerakan tanah yang akan terjadi pada lereng tersebut. Verstappen dan Van

Zuidam (1968 dan 1975) membagi kemiringan lereng menjadi 6 kelas lereng,

yaitu : (1) kelas 00 - 20, (2) kelas 20 - 50, (3) kelas 50 - 150, (4) kelas

150 - 300, (5) kelas 300 - 550 dan (6) kelas diatas 550.

Tabel 2 menunjukkan berbagai kelas lereng, proses yang menjadi ciri

lahan, kondisi lahan dan simbol warna untuk lahan yang disarankan. Kelas

lereng yang menunjukkan kesamaan lahan kritis disertai dengan proses -

proses pada lereng tertentu yang menonjol. Kegiatan konservasi tertentu dapat

juga dilakukan terhadap satuan bentuklahan tertentu yang memiliki proses

yang menonjol atau nilai kelas konservasi. Jika batas satuan bentuklahan

39
40

digambar dengan garis tebal, maka nama singkatan dari bentuklahan perlu di-

cantumkan dengan huruf kapital. Simbol - simbol lain yang digambar denga

garis hitam dapat diberikan untuk proses geomorfologi yang sudah tidak aktif

tapi masih baru, garis merah untuk erosi yang aktif dan biru gelap untuk ger-

akan tanah yang aktif. Vegetasi alami, semi alami dan pertanian sangat mem-

pengaruhi proses erosi dan gerakan tanah, sehingga simbol - simbol vegetasi

digambar dengan warna hijau. Sama dengan peta analitik, garis kontur dan

lithologi (batuan) digambar dengan warna abu - abu sebagai bayangan.

Peta Hidrogeomorfologi, menggunakan simbol warna untuk membe-

dakan satuan hidrogeomorfologi yang sama dengan simbol - simbol yang bi-

asa digunakan didalam kajian hidrologi. Batasan satuan hidrogeomorfologi di-

dasarkan pada kemiringan lereng, tutupan vegetasi, permeabilitas daerah,

potensi air tanah, dan kedalaman air tanah.

Pada tabel 3 ditunjukkan bobot nilai lahan yang digunakan untuk mem-

bedakan empat kelas hidrogeomorfologi, yaitu air tanah dalam, kualitas aliran

air permukaan, mata air dan gerakan material yang diberi simbol de - ngan

garis arsir, simbol gambar, angka dan huruf dengan warna yang berbeda.

Seperti pada peta morfokonservasi yaitu tutupan vegetasi alami, perkebunan

dan pertanian diberi simbol warna hijau, sedangkan informasi topografi dan

lithologi yang penting digambar dengan simbol garis abi - abu atau coklat.

40
41

Tabel 2. Hubungan kelas lereng dengan sifat - sifat proses dan

kondisi lahan disertai simbol warna yang disarankan.

(sumber : Van Zuidam, 1985).

Simbol warna yang

Kelas Lereng Proses, Karakteristik dan Kondisi disarankan.

lahan

00 - 20 Datar atau hampi datar, tidak ada

(0 - 2 %) erosi yang besar, dapat diolah Hijau tua

dengan mudah dalam kondisi ker-

ing.

Lahan memiliki kemiringan

20 - 40 lereng landai, bila terjadi longsor

(2 - 7 %) bergerak dengan kecepatan ren- Hijau Muda

dah, pengikisan dan erosi akan

meninggalkan bekas yang sangat

41
42

dalam.

Lahan memiliki kemiringan

40 - 80 lereng landai sampai curam, bila Kuning Muda

(7 - 15 %) terjadi longsor bergerak dengan

kecepatan rendah, sangat rawan

terhadap erosi.

80 - 160 Lahan memiliki kemiringan

(15 - 30 %) lereng yang curam, rawan ter- Kuning Tua

hadap bahaya longsor, erosi per-

mukaan dan erosi alur.

160 - 350 Lahan memiliki kemiringan

(30 - 70 %) lereng yang curam sampai terjal,

sering terjadi erosi dan gerakan Merah Muda

tanah dengan kecepatan yang per-

lahan - lahan. Daerah rawan erosi

dan longsor

42
43

350 - 550 Lahan memiliki kemiringan

(70 - 140 %) lereng yang terjal, sering dite- Merah Tua

mukan singkapan batuan, rawan

terhadap erosi.

> 550 Lahan memiliki kemiringan

( > 140% ) lereng yang terjal, singkapan bat- Ungu Tua

uan muncul di permukaan, rawan

tergadap longsor batuan.

43
44

Tabel 3. Sifat - sifat daerah aliran sungai untuk memperkirakan

kemungkinan limpasan air permukaan dengan metode

Cook (Sumber : Van Zuidam, 1985).

(100) (75) (50) (25)

Sangat Tinggi Normal Rendah

Tinggi

(25) (20) (12) (5)

Curam,kemir Berbukit,ke Bergelom- Datar,

Relief i- mi-ringan bang kemi-

ngan lereng lereng 15 - kemiringan ringan

le- 30% le - lereng

bih dari 30 reng 7 - 15 0 - 7 %

%. %

(15) (10) (8) (5)

Endapan ber- Endapan Endapan Endapan

Batuan butir halus ber- ber- ber-

dan butir butir butir

44
45

dan betuan sedang sedang, sedang

ke- dan batuan batuan la- sampai

ras. mudah la- puk kasar,

puk dan memi- rekahan

liki tam-

rekahan pak jelas

(20) (15) (10) (5)

Daya Lapisan Daya serap Daya serap Daya serap

serap tanah tanah lam- normal, tinggi,

(infil- penutup tidak bat kete- kete-

trasi) efektif,lapisa Lempung balan geluh balan pasir

tanah. n atau dengan ke - atau tanah

tanah tipis, tanah memi mampuan mampu me

se- - da- -

hingga ka- liki kapa- ya serap nyerap de-

pasi- sitas baik. ngan cepat

tas resap daya serap

tanah rendah.

sangat ren-

dah.

45
46

(20) (15) (10) (5)

Tutupan Jarang sam Jarang sam Baik sam-

tanam- - - pai

Tutupan an tidak pai sedang, pai baik, 50 sempurna,

vegetasi efektif, tidak ada % hampir 90

jarang atau tu- daerah ali- %

gun- tupan ran daerah ali-

dul. alami, tertutup ran

kurang dari rum- tertutup

10 % aliran put dan ta - rum-

dibawah tu naman put dan ta -

- kayu. naman

tupan baik. kayu.

(20) (15) (10) (5)

Tidak ada, Daya tam - Daya tam- Daya tam -

Daya tam- pung kecil, pung pung

tam- pak cekun- Pemboran normal, de- tinggi,

pung per gan di- pre- berbentuk

- dangkal, perlukan,

46
47

mukaan. daerah da- si cekungan ce-

aliran curam erah aliran permukaan, kungan,

dan sempit, ke- danau, ko- tidak

tidak ada ko- cil, tidak lam tampak je-

lam ada dan rawa, las

atau rawa. kolam atau ku- daerah ali-

rawa. rang dari 2 ran.

daerah ali-

ran

Dikutip dari : Engineering Handbook for Farm Planners

Upper Mississippi Valley Region III United States

Soil Conservation Services, 1953.

BAB 3

UNSUR - UNSUR

PEMETAAN GEOMORFOLOGI

Konsep pemetaan geomorfologi yang dikemukakan di bawah ini me -

ngacu kepada sistem yang dikembangkan oleh oleh Verstappen (1967,1968)

dan Van Zuidam (1968, 1975) yang dilandasi pengalaman di wilayah tropis

47
48

seperti di Indonesia dan Amerika Latin. Sistem pemetaan geomorfologi harus

memenuhi kriteria unsur - unsur geomorfologi, seperti gambaran bentuk (mor-

fografi), asal - usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik), penilaian kuan-

titatif bentuk (morfometri) dan material penyusun.

3.1 Morfografi

Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk per-

mukaan bumi atau arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi

dapat dibedakan menjadi bentuklahan perbukitan/punggungan, pegunungan,

atau gunungapi, lembah dan dataran. Beberapa pendekatan lain untuk

pemetaan geomorfologi selain morfografi adalah pola punggungan, pola pe -

ngaliran dan bentuk lereng.

3.1.1 Bentuklahan dataran

Dataran adalah bentuklahan (landform) dengan kemiringan lereng 0%

sampai 2%, biasanya digunakan untuk sebutan bentuklahan asal marin (laut),

fluvial (sungai), campuran marin dan fluvial (delta) dan plato.

 Bentuklahan asal marin (marine landforms origin) terdiri dari :

- Bentuklahan dataran pesisir (coastal plain landforms)

- Bentuklahan dataran pesisir aluvial (alluvial coastal plain landforms)

- Bentuklahan beting gisik (beach ridge landforms)

- Bentuklahan lembah gisik (beach swale landforms)

48
49

- Bentuklahan dataran pantai (beach)

 Bentuklahan asal fluvial (fluvial landforms origin) terdiri dari :

- Bentuklahan dataran banjir (flood plain landforms)

- Bentuklahan tanggul alam (natural levee landforms)

- Bentuklahan undak sungai (teracce landforms)

 Bentuklahan asal campuran (delta), terdiri dari :

- Bentuklahan delta kaki burung (birdfoot delta)

- Bentuklahan delta membulat (lobate delta0

- Bentuklahan delta memanjang (cuspate delta)

- Bentuklahan delta kuala (estuarine delta0

 Bentuklahan plato.

Aspek - aspek geologi yang dapat tercermin dari morfografi dataran

asal marin dan fluvial adalah :

a. Dataran marin : disusun oleh material berbutir halus sampai sedang

yaitu pasir yang terpilah baik dan kemasan terbuka

karena lebih banyak dipengaruhi oleh hempasan

ombak, bercampur dengan lempung dan lanau.

b. Dataran fluvial : disusun oleh material berbutir halus seperti lem -

49
50

pung dan lanau sampai bongkah - bongkah. Mate-

rial penyusun dataran fluvial biasa disebut endap -

an aluvium dan jika telah termampatkan disebut

konglomerat.

c. Dataran delta : disusun oleh material - material pasir berbutir halus

sampai sedang, lempung, dan lanau, disertai de -

ngan sisa - sisa tumbuhan atau endapan batubara.

d. Dataran plato : disusun oleh material - material gunungapi, sepert

breksi dan tuf.

3.1.2 Bentuklahan perbukitan / pegunungan

Bentuklahan perbukitan (hilly landforms) memiliki ketinggian antara

50 meter sampai 500 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiringan

lereng antara 7 % sampai 20 %, sedangkan bentuklahan pegunungan (moun-

taineous landforms) memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan

lereng lebih dari 20 %. Sebutan perbukitan digunakan terhadap bentuklahan

kubah intrusi (dome landforms of intrusion), bukit rempah gunungapi / gumuk

tefra, koral (karst) dan perbukitan yang dikontrol oleh struktural.

Sebutan pegunungan digunakan terhadap rangkaian bentuklahan yang

memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20

%, biasanya merupakan satu rangkaian dengan bentuklahan gu - nungapi

atau akibat kegiatan tektonik yang cukup kuat, seperti pegunungan Himalaya

50
51

(di India), pegunungan Alpen (di Eropa) dan Pegunungan Selatan (di Jawa

Barat).

Aspek - aspek geologi yang berhubungan dengan bentuklahan perbuki-

tan dan pegunungan tersebut antara lain :

a. Perbukitan kubah intrusi, disusun oleh material batuan beku intrusi

yang memiliki ciri khas membentuk pola aliran sentripetal, soliter

(terpisah), biasanya terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh

sesar dan tersebar tidak beraturan.

b. Bentuklahan perbukitan rempah gunungapi (gumuk tefra) disusun

oleh material - material hasil erupsi gunungapi yang berbutir halus

sampai bbongkah dengan ciri khas tidak jauh dari gunungapi se -

bagai sumber material. Gumuk tefra terbentuk karena kegiatan

erupsi gunungapai.

c. Bentuklahan perbukitan karst (gamping) disusun oleh material sisa

kehidupan binatang laut (koral), bersifat karbonatan. Ciri khas per-

bukitan karst membentuk perbukitan yang berkelompok, memben-

tuk pola pengaliran multi basinal (tiba - tiba menghilang), terdapat

gua - gua dengan stalagtit dan talagmit. Daerah perbukitan karst

mencerminkan jejak lingkungan laut dangkal (25 meter sampai 50

meter), sehingga garis pantai lama tidak jauh dari kumpulan perbuk-

itan karst tersebut. Munculnya perbukitan karst disebabkan oleh su-

atu pengangkatan (tektonik).

51
52

d. Bentuklahan perbukitan yang memanjang mencerminkan suatu per-

bukitan yang terlipat, sehingga dapat diperkirakan material

penyusun berupa batuan sedimen, seperti batupasir, batulempung

dan batulanau atau perselingan batuan sedimen tersebut. Ciri khas

bentuklahan perbukitan terlipat memiliki pola pengaliran paralel

atau rektangular yang berbeda arah, mengikuti lereng sayap dari

perbukitan tersebut, sedangkan puncak dari perbukitan bertindak se-

bagai batas pemisah aliran (water devided). Bentuklahan perbukitan

memanjang terbentuk akibat dari kegiatan tektonik lemah (pen-

gangkatan), sehingga membentuk perlipatan. Perbukitan yang

berbelok atau terpisah, kemungkinan diakibatkan oleh gerakan dari

sesar geser.

e. Bentuklahan pegunungan terdapat pada suatu rangkaian gu-nungapi,

seperti rangkaian gunungapi Tangkuban Parahu dengan Tampomas

terdapat rangkaian pegunungan Bukit Tunggul, Manglayang dan

rangkaian pegunungan di Utara Tanjungsari, kemudian menyam-

bung dengan Gunungapi Tampomas. Selain rangkaian pegunungan

yang terdapat di sekitar gunungapi, terdapat pula rangkaian pegu-

nungan yang diakibatkan oleh tektonik, seperti rangkaian Pegunun-

gan Selatan Jawa Barat yang membentang dari Barat di Teluk Pal-

abuan Ratu (Sukabumi) sampai ke Timur di Teluk Pangandaran

(Ciamis).

52
53

3.1.3 Bentuklahan gunungapi (vulkanik)

Bentuklahan gunungapi (vilkanik) memiliki ketinggian lebih dari 1000

meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiring lereng yang curam (56 %

sampai 140 %), dengan ciri khas memiliki kawah, lubang kepundan dan keru-

cut kepundan. material yang dapat ditemui pada bentuklahan vulkanik bagian

puncak merupakan material halus sampai sedang (abu vulkanik / tuf), pada

lereng bagian tengah lelehan lava dan lahar serta pada bagian lereng bawah

berupa endapan rempah - rempah gunungapi (tefra).

Terbentuknya gunungapi akibat kegiatan magma yang mendorong dari

perut bumi ke permukaan bumi secara sinambung (terus menerus) dalam ku-

run waktu yang panjang, sehingga membentuk kerucut yang menjulang sam-

pai ketinggian tertentu, suatu saat mengalami erupsi yang cukup hebat men-

gakibatkan puncak kepundan menjadi tumpul. Pada gunungapi muda puncak

kepundan masih berbentuk kerucut dan erupsi masih terus berlangsung. Con-

toh Gunungapi Merapi di Jawa Tengah - Yogyakarta.

3.1.4 Lembah

Permukaan bumi yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan

membentuk lembah. Pada awalnya torehan (erosi) limpasan air permukaan

berupa erosi permukaan (sheet erosion) kemudian menjadi erosi alur (riil ero-

sion), erosi parit (gully erosion), lembah (valley) dan selanjutnya lembah seba-

gai penampung aliran air menjadi sungai. Limpasan air permukaan yang ma-

suk ke lembah selalu membawa muatan sedimen hasil dari pengikisan air

53
54

tersebut dan selanjutnya sungai membawa muatan sedimen untuk di endapkan

pada daerah (cekungan) tertentu menjadi suatu endapan (sedimen). Secara

garis besar jenis - jenis lembah dapat dibedakan menjadi :

- Jenis lembah U tumpul

- Jenis lembah U tajam

- Jenis lembah V tumpul

- Jenis lembah V tajam.

Jenis lembah U tumpul terjadi pada daerah - daerah yang relatif datar,

erosi yang berlangsung cenderung ke arah lateral (samping) dan erosi ke arah

vertikal (dasar sungai) relatif tidak berlangsung. Erosi ke arah vertikal terhenti,

karena telah mencapai batuan dasar sungai yang relatif keras dibandingkan

dengan batuan yang berada di tepi sungai.

Jenis lembah U tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki

kemiringan lereng landai, erosi lateral (ke samping) lebih besar dari pada erosi

vertikal (ke arah dasar sungai), pengumpulan (akumulasi) sedimen berlang-

sung dari lereng - lereng lembah.

Jenis lembah V tumpul terjadi pada daerah - daerah yang memiliki

lereng landai sampai agak curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) berlang-

sung lebih kuat daripada erosi lateral (ke arah samping) yang disertai dengan

erosi dari bagian atas lereng lembah tersebut dan pengumpulan (akumulasi)

endapan (sedimen) terjadi di dasar lembah. Bentuk lembah V tumpul yang

tidak simetris disebabkan oleh perbedaan jenis batuan dan / atau struktur pada

salah satu sisi lembah.

54
55

Jenis lembah V tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki

lereng curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) sangat kuat karena dipe -

ngaruhi oleh tektonik. Kondisi batuan dan iklim sangat berpengaruh terhadap

pembentukkan jenis lembah V tajam.

BENTUK SIMETRIS BENTUK TAK SIMETRIS

ENDAPAN FLUVIO –COLUVIA LEKUKAN DALAM

TERBUKA/

LEBAR

MENYEMPIT /

55
56

CURAM

MENYEMPIT /

CURAM

TERBUKA /

LEBAR

Gambar 1. Bentuk - bentuk lembah

(sumber : Van Zuidam, 1985)

3.1.5 Bentuk lereng

Bentuk lereng merupakan cerminan proses geomorfologi eksogen atau

endogen yang berkembang pada suatu daerah dan secara garis besar dapat

dibedakan menjadi :

- Bentuk lereng cembung.

- Bentuk lereng lurus

56
57

- Bentuk lereng cekung

Bentuk lereng cembung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang dis-

usun oleh material - material batuan yang relatif keras atau sisa - sisa gawir

sesar atau bidan longsoran (mass wasting) yang telah tererosi pada bagian tepi

atasnya.

Bentuk lereng lurus, biasanya terjadi pada daerah - daerah lereng

vulkanik yang disusun oleh material - material vulkanik halus atau bidang

longsoran (llandslide).

Bentuk lereng cekung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang dis-

usun oleh material - material batuan lunak atau bidang longsoran (slump).

3.1.6 Pola punggungan

Pada peta topografi, foto udara atau citra satelit akan tampak pola -

pola punggungan yang berbentuk paralel (sejajar), berbelok atau melingkar.

Pola - pola punggungan tersebut mencerminkan dipengaruhi oleh kekuatan

(tenaga) yang mengakibatkan terbentuknya pola punggungan. Kekuatan

(tenaga) tersebut berasal dari dalam bumi yang dikenal sebagai tenaga endo-

gen, dapat berupa kegiatan pengangkatan atau pensesaran (tektonik).

Pola punggungan paralel dapat diinterpretasikan sebagai suatu perbuki-

tan yang terlipat, sedangkan pola punggungan berbelok, melingkar atau ter-

pisah dapat diinterpretasikan sebagai akibat dari suatu pensesaran. Pola - pola

punggungan yang terlipat menunjukkan kerapatan garis kontur yang jarang,

57
58

sedangkan jika pada salah satu sisi punggungan tersebut memiliki kerapatn

garis kontur yang cukup rapat diinterpretasikan telah terjadi sesar naik.

Gambar 2. Bentuk - bentuk lereng.

58
59

Gambar 3. Pola punggungan yang menunjukkan perlipatan.

59
60

Gambar 4. Pola punggungan yang memperlihatkan

tersesarkan.

60
61

Gambar 6. Pola punggungan yang memperlihatkan

akibat sesar geser.

3.1.7 Pola aliran

Kegiatan erosi dan tektonik yang menghasilkan bentuk - bentuk lem-

bah sebagai tempat pengaliran air, selanjutnya akan membentuk pola - pola

tertentu yang disebut sebagai pola aliran. Pola aliran ini sangat berhubungan

dengan jenis batuan, struktur geologi kondisi erosi dan sejarah bentuk bumi.

Sistem pengaliran yang berkembang pada permukaan bumi secara regional

dikontrol oleh kemiringan lereng, jenis dan ketebalan lapisan batuan, struktur

geologi, jenis dan kerapatan vegetasi serta kondisi iklim.

Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto

udara, terutama pada skala yang besar. Percabangan - percabangan dab erosi

yang kecil pada permukaan bumi akan tampak dengan jelas, sedangkan pada

skala menengah akan menunjukkan pola yang menyeluruh sebagai cerminan

jenis batuan, struktur geologi dan erosi. Pola pengaliran pada batuan yang

berlapis sangat tergantung pada jenis, sebaran, ketebalan dan bidang per-

lapisan batuan serta geologi struktur seperti sesar, kekar, arah dan bentuk per-

lipatan.

Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pola pengaliran

dasar dan pola pengaliran modifikasi. Definisi pola pengaliran yang digunakan

adalah sebagai berikut:

1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di

suatu daerah yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hu-

61
62

jan, alur pengaliran tetap pengali. Biasanya pola pengaliran yang

demikian disebut sebagai pola pengaliran permanen (tetap).

2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan

dari pola dasar lainnya.

3. Perubahan (modifikasi) pola dasar adalah salah satu perbedaan yang

dibuat dari pola dasar setempat.

Hubungan pola dasar dan pola perubahan (modifikasi) dengan jenis

batuan dan struktur geologi sangat erat, tetapi tidak menutup kemungkinan da-

pat ditambah atau dikurangi.Van der Weg (1968) membuat klasifikasi pola

pengaliran menjadi pola erosional, pola pengendapan dan pola khusus. Pola

dendritik (sub dendritik), radial, angular (sub angular), tralis dan rektangular

termasuk pola erosional, sedangkan pola - pola lurus (elongate) , menga -

nyam ( braided), berkelok (meandering), yazoo, rektikular dan pola dikho-

tomik termasuk pola pengendapan. Klasifikasi pola khusus dibagi menjadi

pola pe-ngaliran internal seperti pola "sinkhole" pada bentuklahan karst

(gamping) dan pola "palimpset" atau "berbed" untuk daerah yang dianggap

khusus.

Tabel 3. Pola pengaliran dan karakteristiknya (van Zuidam, 1985)

POLA PENGALI- KARAKTERISTIK

RAN

62
63

DASAR

Perlapisan batuan sedimen relatif datar atau

DENDRITIK paket batuan kristalin yang tidak seragam dan

memiliki ketahanan terhadap pelapukan. Se-

cara regional daerah aliran memiliki

kemiringan landai, jenis pola pengaliran mem-

bentuk percabangan menyebar seperti pohon

rindang.

Pada umumnya menunjukkan daerah yang

PARALEL berlereng sedang sampai agak curam dan dapat

ditemukan pula pada daerah bentuklahan per-

bukitan yang memanjang. Sering terjadi pola

peralihan antara pola dendritik dengan pola

paralel atau tralis. Bentuklahan perbukitan

yang memanjang dengan pola pengaliran par-

alel mencerminkan perbukitan tersebut dipen-

garuhi oleh perlipatan.

63
64

TRALLIS Baruan sedimen yang memiliki kemiringan

perlapisan (dip) atau terlipat, batuan vulkanik

atau batuan metasedimen derajat rendah den-

gan perbedaan pelapukan yang jelas. Jenis pola

pengaliran biasanya berhadapan pada sisi sepa-

njang aliran subsekuen.

REKTANGULAR Kekar dan / atau sesar yang memiliki sudut

kemiringan, tidak memiliki perulangan lapisan

batuan dan sering memperlihatkan pola pen-

galiran yang tidak menerus.

Daerah vulkanik, kerucut (kubah) intrusi dan

RADIAL sisa - sisa erosi. Pola pengaliran radial pada

daerah vulkanik disebut sebagai pola pengali-

ran multi radial.

Catatan : pola pengaliran radial memiliki dua

sistem yaitu sistem sentrifugal (menyebar ke

luar dari titik pusat), berarti bahwa daerah

tersebut berbentuk kubah atau kerucut, sedan-

64
65

gkan sistem sentripetal (menyebar kearah titik

pusat) memiliki arti bahwa daerah tersebut

berbentuk cekungan.

ANULAR Struktur kubah / kerucut, cekungan dan kemu-

ngkinan retas (stocks)

LANJUTAN TABEL

3.

MULTIBASINAL Endapan berupa gumuk hasil longsoran dengan

perbedaan penggerusan atau perataan batuan

dasar, merupakan daerah gerakan tanah, vulka-

nisme, pelarutan gamping dan lelehan salju

(permafrost)

POLA PENGALI-

RAN

MODIFIKASI

65
66

SUB DENDRITIK Umumnya struktural

PINNATE Tekstur batuan halus dan mudah tererosi

ANASTOMATIK Dataran banjir, delta atau rawa

MENGANYAM

(DIKHOTOMIK) Kipas aluvium dan delta

SUB PARALEL Lereng memanjang atau dikontrol oleh bentuk-

lahan perbukitan memanjang.

KOLINIER Kelurusan bentuklahan bermaterial halus dan

beting pasir.

SUB TRALLIS Bentuklahan memanjang dan sejajar

66
67

DIREKSIONAL Homoklin landai seperti beting gisik

TRALLIS

TRALLIS BERBE- Perlipatan memanjang.

LOK

TRALLIS SESAR Percabangan menyatu atau berpencar , sesar

paralel

ANGULATE Kekar dan / atau sesar pada daerah miring

KARST Batugamping

67
68

68
69

Gambar 7. Pola pengaliran dasar (Howard 1967)

(sumber : Van Zuidam, 1985)

69
70

Gambar 8. Pola pengaliran modifikasi (Howard, 1967)

(sumber : Van Zuidam, 1985)

Morisawa (1985) menyebutkan pengaruh geologi terhadap bentuk sun-

gai dan jaringannya adalah dinamika struktur geologi, yaitu tektonik aktif dan

pasif serta lithologi (batuan). Kontrol dinamika struktur diantaranya pens-

esaran, pengangkatan (perlipatan) dan kegiatan vulkanik yang dapat menye-

70
71

babkan erosi sungai. Kontrol struktur pasif mempengaruhi arah dari sistem

sungai karena kegiatan tektonik aktif. Sedangkan batuan dapat mempengaruhi

morfologi sungai dan jaringan topologi yang memudahkan terja- dinya pela-

pukan dan ketahanan batuan terhadap erosi.

Tabel 4. Kontrol struktur terhadap bentuk sungai

(sumber : Morisawa, 1985)

KONTROL BENTUK SUNGAI

STRUKTUR

A. DINAMIK

1. SESAR AK- Teras Lembah gelas anggur

TIF

Lembah memanjang Sungai terputus

Saluran "OFFSET" Saluran menyebar

Sungai subsekuen Membentu genangan

Lembah terjal

2. PERLI- Sungai anteseden Pembelokkan sungai

PATAN secara

71
72

AKTIF Sungai konsekuen tajam.

3. KEGIATAN Pola aliran radial Dasar sungai curam

VULKANIK

B. PASIF.

1. TERAS Teras Lembah gelas anggur

SESAR Lembah memanjang Sungai terputus

Sungai subsekuen Saluran menyebar

Lembah terjal Membentuk genangan

Saluran "OFFSET'

2. Aliran paralel Sungai subsekuen

KEMIRINGAN Aliran sepanjang le- Pola tralis

reng kemiringan.

Aliran konsekuen Aliran pada tebing

pendek

3. KUBAH Pola radial Pola anular

Sungai konsekuen Sungai subsekuen

72
73

4. ANTIKLIN Pola tralis Pembelokkan sungai

SINKLIN Sungai subsekuen.

5. KELURU- Lembah asimetri Kelurusan saluran

SAN Sungai subsekuen

SUNGAI

6. KEKAR Pola rektangular Sungai subsekuen

3.2 Morfogenetik

Morfogenetik adalah proses / asal - usul terbentuknya permukaan

bumi, seperti bentuklahan perbukitan / pegunungan, bentuklahan lembah atau

bentuklahan pedataran. Proses yang berkembang terhadap pembentukkan per-

mukaan bumi tersebut yaitu proses eksogen dan proses endogen.

3.2.1 Proses eksogen

Proses eksogen adalah proses yang dipengaruhi oleh faktor - faktor

dari luar bumi, seperti iklim, biologi dan artifisial. Proses yang dipengaruhi

oleh iklim dikenal sebagai proses fisika dan proses kimia, sedangkan ptoses

yang dipengaruhi oleh biologi biasanya terjadi akibat dari lebatnya vegetasi,

seperti hutan atau semak belukar dan kegiatan binatang. Proses artifisial lebih

banyak disebabkan oleh aktifitas manusia merubah bentuk permukaan bumi

untuk kepentingan kehidupannya.

73
74

Tahap perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh proses ekso-

gen diawali dengan permukaan bumi yang dipengaruhi oleh iklim, seperti hu-

jan, perubahan temperatur dan angin, sehingga merubah mineral - mineral

penyusun batuan secara fisika atau kimia, sehingga batuan menjadi lapuk dan

selanjutnya menjadi tanah. Lapisan permukaan tanah kemudian dikikis oleh

hujan selanjutnya material permukaan tanah yang lepas terhanyutkan dan di-

endapkan pada suatu cekungan pengendapan, seperti lembah / sungai atau laut.

Secara garis besar proses eksogen diawali dengan pelapukan batuan, kemudian

hasil pelapukan batuan menjadi tanah dan tanah terkikis (degradasional), ter-

hanyutkan dan pada akhirnya diendapkan (agradasional).

Kenampakkan proses erosi pada peta topografi atau foto udara ditun-

jukkan oleh kerapatan pola aliran, sehingga semakin rapat pola aliran menun-

jukkan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang cukup tinggi atau

dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan yang

relatif lunak dengan porositas yang buruk. Sebaliknya jika kerapatan pola pen-

galiran renggang, maka dapat diartikan bahwa daerah tersebut memiliki

tingkat erosi yang reltif kecil atau dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah

tersebut disusun oleh batuan yang relatif keras dan memiliki porositas yang

cukup baik serta memiliki ketahanan terhadap erosi.

3.2.2 Proses endogen

Proses endogen adalah proses yang dipengaruhi oleh kekuatan / tenaga

dari dalam kerak bumi, sehingga merubah bentuk permukaan bumi. Proses

dari dalam kerak bumi tersebut antara lain kegiatan tektonik yang meng-

74
75

hasilkan patahan (sesar), pengangkatan (lipatan) dan kekar. Selain kegiatan

tektonik, proses kegiatan magma dan gunungapi (vulkanik) sangat berperan

merubah bentuk permukaan bumi, sehingga membentuk perbukitan intrusi dan

gunungapi.

Ciri - ciri proses endogen yang berlangsung di suatu daerah pada peta

topografi atau foto udara adalah sebagai berikut :

Bentuklahan perbukitan intrusi :

- Bentuk perbukitan menyerupai kubah dan berpola terpisah (soliter).

- Pola aliran radial sentripetal (menyebar keluar dari titik pusat).

- Bentuk lereng relatif cembung.

- Garis kontur pada peta topografi relatif rapat.

Bentuklahan perbukitan struktural :

Perlipatan :

- Bentuk perbukitan memanjang.

- Pola aliran paralel dan rektangular.

- Bentuk lereng hampir lurus dan simetris pada sisi yang berlawanan.

- Garis kontur pada peta topografi relatif renggang.

Patahan (sesar normal dan sesar naik) :

- Bentuk perbukitan tidak menerus dan tidak simetris.

- Pola aliran paralel atau rektangular.

- Bentuk lereng relatif cekung dan tidak simetris pada kedua lereng

yang berlawanan.

75
76

- Garis kontur pada peta topografi pada bagian patahan sangat rapat.

Patahan (sesar geser) :

- Bentuk perbukitan berbelok atau tergeser (tidak menerus).

- Pola aliran rektangular.

- Bentuk lereng lurus dan tidak beraturan.

- Garis kontur pada peta topografi renggang sampai rapat.

Bentuklahan gunungapi (vulkanik) :

- Bentuk pegunungan kerucut.

- Pola aliran radial pada bagian puncak dan pola aliran pada lereng

tengah sampai lereng bawah lurus (elongate).

- Memiliki kawah dan lubang kepundan.

- Garis kontur pada peta topografi pada bagian puncak relatif rapat,

dan pada bagian lereng tengah sampai lereng bawah agak renggang

sampai renggang

3.2.3 Tata nama satuan geomorfologi

Penentuan tata nama satuan harus memiliki kesamaan unsusr - unsur

geomorfologi yaiitu kesamaan gambaran bentuk (morfografi), seperti perbuki-

tan, pegunungan atau pedatara dan asal - usul / proses (morfogenetik) ter-

jadinya suatu bentuk seperti proses asal fluvial, marin, denudasional, aeolian,

karst, glasial / preglasial (proses eksogen), struktural dan vulkanik (proses en-

dogen), sedangkan unsur - unsur lain, seperti morfometri dan material

penyusun merupakan unsur penegasan dari pernyataan unsur morfografi dan

76
77

morfogenetik, sehingga penamaan satuan bentuklahan geomorfologi terdiri

dari gambaran bentuk (morfografi) dan asal - usul / proses terjadinya bentuk

(morfogenetik).

Contoh tata cara penamaan satuan geomorfologi adalah sebagai berikut

Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL

Pernyataan PERBUKITAN mencerminkan gambaran bentuk (morfo-

grafi) dan STRUKTURAL menyatakan proses terbentuknya perbukitan terse-

but. Sebagai pelengkap agar tata nama satuan tersebut lebih rinci dan dapat

dipetakan, maka unsur morfogenetik dapat diuraikan menjadi struktur perli-

patan, sesar atau kekar. Unsur - unsur pendukung seperti morfometri dan ma-

terial penyusun diperlukan untuk lebih menegaskan panamaan satuan tersebut,

seperti pola aliran, kerapatan pola aliran, pola punggungan, bentuk lereng,

kemiringan lereng, kerapatan kontur dan perkiraan batuan penyusun bentukla-

han, sehingga penamaan satuan bentuklahan secara lengkap menjadi :

Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL (TERLIPAT) -

pola aliran rektangular - kerapatan aliran 50/Km - pola punggungan paralel -

bentuk lereng lurus dan simetris - kemiringan lereng 5 % - kerapatan kontur

cukup renggang - perkiraan batuan penyusun terdiri dari jenis batuan sedimen.

Tata nama satuan geomorfologi tersebut sangat membantu untuk pemetaan ge-

ologi, karena analisis morofografi dapat dilakukan terhadap peta topografi atau

foto udara, sehingga pemetaan geologi dapat direncanakan dengan baik dan

terarah.

77
78

3.3 Morfometri

Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari suatu bentuklahan

dan merupakan unsur geomorfologi pendukung yang sangat berarti terhadap

morfografi dan morfogenetik. Penilaian kuantitatif terhadap bentuklahan

memberikan penajaman tata nama bentuklahan dan akan sangat membantu ter-

hadap analisis lahan untuk tujuan tertentu, seperti tingkat erosi, kestabilan

lereng dan menentukan nilai dari kemiringan lereng tersebut.

3.3.1 Lereng

Lereng merupakan bagian dari bentuklahan yang dapat memberikan in-

formasi kondisi - kondisi proses yang berpengaruh terhadap bentuklahan, se-

hingga dengan memberikan penilaian terhadap lereng tersebut dapat ditarik

kesimpulan dengan tegas tata nama satuan geomorfologi secara rinci. Ukuran

penilaian lereng dapat dilakukan terhadap kemiringan lereng dan panjang

lereng, sehingga tata nama satuan geomorfologi dapat lebih dirinci dan tujuan

- tujuan tertentu, seperti perhitungan tingkat erosi, kestabilan lereng dan peren-

canaan wilayah dapat dikaji lebih lanjut.

Ukuran kemiringan lereng yang telah disepakati untuk menilai suatu

bentuklahan adalah sebagai berikut :

78
79

Tabel 5. Ukuran kemiringan lereng (sumber : Van Zuidam,1985)

KEMIRINGA KETERANGAN KLASI- KLASI-

N FIKASI FIKASI

LERENG USSSM* (%) USLE** (%)

0-2 Datar - Hampir 0-2 1-2

datar

3-7 Lereng sangat 2-6 2-7

landai

8 - 13 Lereng landai 6 - 13 7 - 12

14 - 20 Lereng agak curam 13 - 25 12 - 18

21 - 55 Lereng curam 25 - 55 18 - 24

79
80

56 - 140 Lereng sangat cu- > 55 > 24

ram

* USSSM = United state soil System Management

**USLE = Universal Soil Loss Equation (Wischmeir, 1967).

Tabel 6. Ukuran panjang lereng

PANJANG LERENG KLASIFIKASI

(M)

< 15 Lereng sangat pendek

15 - 50 Lereng pendek

50 - 250 Lereng sedang

80
81

250 - 500 Lereng panjang

> 500 Lereng sangat panjang

3.3.2 Perbedaan ketinggian

Perbedaan ketinggian (elevasi) biasanya diukur dari permukaan laut,

karena permukaan laut dianggap sebagai bidang yang memilki angka ke-

tinggian (elevasi) nol. Pentingnya pengenalan perbedaan ketinggian adalah un-

tuk menyatakan keadaan morfografi dan morfogenetik suatu bentuklahan,

seperti perbukitan, pegunungan atau dataran. Hubungan perbedaan ketinggian

dengan unsur morfografi adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi

(sumber : Van Zuidam, 1985)

KETINGGIAN ABSOLUT UNSUR MORFOGRAFI

81
82

< 50 meter Dataran rendah

50 meter - 100 meter Dataran rendah pedalaman

100 meter - 200 meter Perbukitan rendah

200 meter - 500 meter Perbukitan

500 meter - 1.500 meter Perbukitan tinggi

1.500 meter - 3.000 me- Pegunungan

ter

> 3.000 meter Pegunungan tinggi

82
83

Tabel 8. Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan

perbedaan ketinggian. (sumber: Van Zuidam,1985)

KELAS RELIEF KEMIRINGAN PERBEDAAN

LERENG ( % ) KETINGGIAN

(m)

Datar - Hampir datar 0 - 2 <5

83
84

Berombak 3 - 7 5 - 50

Berombak - Bergelom- 8 - 13 25 - 75

bang

Bergelombang - 14 - 20 75 - 200

Berbukit

Berbukit – Pegunungan 21 - 55 200 - 500

Pegunungan curam 55 - 140 500 - 1.000

pegunungan sangat cu- > 140 > 1.000

ram

84
85

Tabel 9. Kerapatan aliran (rata - rata jarak percabangan dengan

Ordo pertama aliran, Van Zuidam, 1985)

JENIS KERAP- PADA SKALA 1: KARAKTERISTIK

ATAN 25.000

MEMILIKI KERA-

PATAN

HALUS Kurang dari 0,5 cm Tingkat limpasan air per-

mukaan tinggi, batuan

memiliki porositas buruk

SEDANG 0,5 cm - 5 cm Tingkat limpasan air per-

mukaan sedang, batuan

memiliki porositas sedang

Tingkat limpasan air per-

KASAR Lebih besar dari 5 cm mukaan rendah, batuan

memiliki porositas baik

85
86

dan tahan terhadap erosi.

BAB 2

SISTIMATIKA

PEMETAAN GEOMORFOLOGI

Pemetaan geomorfologi meliputi segala aspek yang berhubungan den-

gan gambaran bentuklahan, proses bentuklahan, nilai - nilai bentuklahan dan

material penyusun bentuklahan. Aspek - aspek tersebut tidak hanya disam-

paikan dalam bentuk kata (verbal), seperti ketepatan bentuk, ukuran dan po-

sisi, tetapi sangat beik dituangkan dalam bentuk peta. Secara umum peta dapat

diklasifikasikan menjadi peta tujuan umum dan peta tujuan khusus.

Penelitian dan pemetaan geomorfologi saat ini merupakan gabungan

dari dua sumber yang berbeda, yaitu penelitian yang mendalam tentang geo-

morfologi dan hubungan geomorfologi dengan bidang ilmu lainnya. Penelitian

sistematika yang mendalam tentang geomorfologi akan menghasilkan peta ge-

omorfologi analitik, khususnya yang paling menonjol menghasilkan informasi

monodisiplin dan pada bagian lain menampilkan informasi bentuklahan, seba-

gian proses eksogen, menekankan unsur - unsur morfogenesis (termasuk mor-

fostruktural) dan mungkin morfokhronologi.

86
87

Penelitian terhadap hubungan antara geomorfologi dengan pengkajian

elemen - elemen lingkungan disebut sebagai ekologi bentanglahan (landscape

ecology) dan hasilnya berupa peta yang disebut sebagai peta sintetik (holistik).

Peta - peta sintetik (holistik) memiliki kandungan multidisiplin ilmu dan data

geomorfologi terpadu, sebagian memberikan informasi bentuklahan ditambah

dengan proses eksogen dan endogen, data lithologi, sedimen, tanah, kondisi air

permukaan dan air bawah tanah.

Pendekatan analitik dan sintetik memiliki hubungan yang erat, se-

hingga penelitian yang bersifat analitik akan menghasilkan satuan - satuan

pemetaan geomorfologi yang rinci, sedangkan penelitian yang bersifat sintetik

menghasilkan informasi - informasi yang berhubungan dengan aspek - aspek

terapan, seperti informasi lingkungan dan hubungan lingkungan dengan ben-

tanglahan (landscape). Pada kasus tertentu peta geomorfologi terapan dibuat

berdasarkan peta geomorfologi analitik dan pada kasus lain peta geomorfologi

sintetik menampilkan informasi - informasi klasifikasi bentuklahan untuk tu-

juan tertentu.

Pendekatan pragmatik dilakukan untuk kepentingan saat sekarang den-

gan data yang dikumpulkan terbatas hanya untuk penelitian - penelitian yang

bersifat lebih khusus. Peta - peta geomorfologi yang ada sekarang pada

dasarnya merupakan peta - peta geomorfologi pragmatik.

4.1 Pemahaman bentuklahan

87
88

Mitchel dan Way (1973) menyebutkan bahwa bentuklahan adalah

gambaran umum fisik rupa bumi. Karakteristik gambaran umum fisik rupa

bumi, seperti morfografi, morfogenetik, morfometri dan material penyusun da-

pat ditafsirkan melalui peta topografi, foto udara atau citra satelit yang saat ini

telah berkembang dengan pesat. Selaras dengan karakteristik gambaran umum

fisik rupa bumi, maka secara garis besar bentuklahan berdaarkan morfografi

dan morfogenetik dapat dibedakan menjadi bentuklahan asal denudasional,

fluvial, marin, struktural, gunungapi (vulkanik), aeolian, karst dan glasial.

4.1.1 Bentuklahan asal denudasional

Proses eksogen (epigen), seperti iklim, vegetasi dan aktivitas manusia

merupakan faktor pengaruh yang sangat menonjol pada bentuklahan denuda-

sional. Iklim, seperti curah hujan dan perubahan temperatur berpengaruh ter-

hadap proses pelapukan batuan, erosi dan gerakan tanah. Vegetasi dan aktivi-

tas manusia sangat membantu percepatan proses eksogen, sehingga perubahan

bentuklahan terjadi sangat cepat.

Ciri - ciri bentuklahan asal denudasional dapat diamati dari pola - pola

punggungan yang tidak beraturan, pola aliran sungai yang membentuk pola

dendritik dengan kerapatan pola pengaliran yang cukup rapat dan lereng relatif

terjal. Material penyusun biasanya terdiri dari batuan homogen yang mudah

lapuk, seperti lempung, lanau, serpih, dan breksi. Kenampakkan ciri - ciri ben-

tuklahan denudasional dapat diamati melalui peta topografi, foto udara atau

citra satelit. Secara garis besar proses yang berlangsung pada bentuklahan asal

88
89

denudasional dapat dibedakan menjadi proses erosional dan proses longsoran

(degradasional) dengan diakhiri oleh proses pengendapan (agradasional).

4.1.1.1 Erosi

Erosi adalah proses pengikisan terhadap permukaan bumi oleh hujan

hujan, sehingga partikel - partikel permukaan bumi berpindah terangkut oleh

aliran air atau sungai. Jika kecepata aliran tenang dan memiliki kecepatan

yang rendah, maka perpindahan partikel - partikel hasil pengikisan tersebut

tidak menunjukkan telah terjadi erosi, sedangkan jika kecepatan aliran

meningkat, maka erosi berlangsung dengan cepat. Selaras dengan kondisi ali-

ran tersebut, maka jenis erosi dapat dibedakan menjadi :

- Erosi permukaan (sheet erosion)

- Erosi alur (riil erosion)

- Erosi parit (gully erosion).

Erosi permukaan berlangsung akibat dari limpasan air permukaan yang

tidak terpusat (terkonsentrasi) dan biasanya berlangsung pada saat hujan mulai

berlangsung, sehingga curah hujan yang jatuh dipermukaan tanah mulai men-

galir. Kondisi erosi permukaan tidak akan pernah tampak pada peta topografi

dan sangat sulit diinterpretasi melalui foto udara, namun sebagai ciri suatu

daerah mengalami erosi permukaan pada foto udara akan menunjukkan tutu-

pan vegetasi yang jarang.

Erosi alur berlangsung ketika limpasan air permukaan mulai bergabung

membentuk alur, sehingga aliran permukaan terpusat membentuk suatu alur

89
90

dan pengikisan terjadi pada alur - alur dari suatu aliran tersebut disertai dengan

torehan terhadap dinding alur dan dasar alur. Erosi alur memiliki ciri yang

hampir sama dengan erosi permukaan, tetapi pada foto udara dengan skala

yang besar akan tampak alu - alur pengikisan pada daerah yang terbuka, se-

hingga erosi alur dapat dipetakan pada skala peta yang besar.

Semakin tinggi debit hujan dan debit aliran pada alur yang terbentuk,

maka semakin kuat erosi vertikal dan horisonta mengakibatkan alur semakin

besar dan menjadi parit. Erosi parit memiliki ukuran yang reltif besar, se-

hingga pada peta topografi dicerminkan oleh lekukan garis kontur yang bertin-

dak sebagai aliran air ari suatu punggungan dan bersatu menjadi saluran arus

aliran air. Kenampakan pada foto udara sangat jelas, sehingga erosi parit dapat

dipetakan dengan skala peta sedang sampai besar.

Tabel 10. Media dan proses erosi (sumber : Van Zuidam, 1985)

MEDIA PEN- PROSES YANG PROSES MUATAN MA-

GARUH TERJADI TERIAL

AIR PER-

MUKAAN

Kegiatan hidrolik Traksi, saltasi, suspensi,

Arus permukaan

90
91

dan arus bawah larutan dan apungan.

permukaan; ali-

ran permukaan.

AIR TANAH

Tanpa arus Pencucian ; korosi Larutan

bawah tanah.

OMBAK, ARUS Kegiatan hidrolik Traksi, saltasi, suspensi,

dan PASANG larutan dan apungan.

NAIK.

ANGIN Abrasi dan deflasi Traksi, saltasi dan sus-

pensi.

GLASIAL Penggerusan dan Traksi dan suspensi

saluran.

GRAVITASI Gerakan massa Traksi dan suspensi.

Aliran, luncuran dan

91
92

penurunan.

Dari F.D. Hole, 1967, didalam :The Encyclopedia of Geomorphology

R.W. Fairbridge, ed.

Selain faktor air yang mempengaruhi terjadinya erosi, maka faktor ke-

tahanan batuan terhadap pengikisan atau penggerusan merupakan salah satu

faktor yang berperan. Tampilan ketahanan batuan terhadap pe - ngikisan

atau penggerusan pada peta topografi dan foto udara akan ditunjukkan oleh

kerapatan pengaliran. Semakin rapat pola aliran, maka batuan mudah men-

galami pengikisan atau penggerusan, sedangkan semakin renggang pola aliran

berarti batuan semakin tahan terhadap pengikisan atau penggerusan.

Tabel 11. Ketahanan relatif batuan terhadap erosi dan pelapukan

(sumber : Van zuidam, 1985).

JENIS BATUAN KETAHANAN BENTUKLAHAN

BATUAN BEKUAN

Tekstur halus

Hitam (basa)

92
93

Basalt Biasanya tahan Gawir dan aliran

Menengah An- Biasanya tahan Tidak menyebar

desit Biasanya tahan Tebing terjal

Cerah Rhi-

olite

Biasanya sangat Gawir dan kubah

Tekstur kasar tahan Pengangkatan

Hitam (basa) Biasanya tahan Kubah dan pen-

Gabro Biasanya tahan gang-

Menengah Kecuali di wilayah katan..

Sienite arid

Cerah

Granit

BATUAN ENDAPAN

Butiran halus

Lepas Lem- Lunak, membentuk Lahan terbuka

pung din-

ding tegak. Dataran rendah

Padat Bat- Biasanya lunak sam -

ulempung pai landai

93
94

Sangat lunak Dasar lembah.

Karbonat lepas Lanau Lunak di daerah Daerah gamping.

Karbonat padat Gamp- basah

ing tahan di daerah

arid.

Dataran rendah

Butiran kasar Tebing terjal dan

Lepas Pasir Biasanya lunak plato

Padat Batu- Tahan jika tersemen

pasir kuat.

Sebagai batuan

Butiran sangat kasar Memiliki ketahanan penu-

Lepas Kerakal se- tup perlipatan.

dang, Punggungan dan

Padat Kon- Sangat tahan. pe-

glomerat gunungan.

BATUAN MALIHAN

(METAMORF)

Asal batuan endapan

Serpih Lunak Dataran rendah

Slate

94
95

Batugamping Lunak Dataran rendah

Marble sangat tahan Punggungan, gu-

Batupasir muk,

Kuarsit dan monadnok.

Sangat tahan

Asal batuan bekuan atau en- Sangat tahan Pengangkatan

dapan Pengangkatan dan

Banded punggungan.

Gneis

Schistose

Schist

Disadur dari : A.K. Lobeck, Geomorphology,Mc Graw-Hill New York

4.1.1.2 Longsor

Longsor adalah gerakan massa tanah atau batuan dengan jumlah yang

cukup besar dari suatu tempat ke tempat lain yang memiliki kemiringan lereng

dan disebabkan oleh gravitasi atau media air. Gerakan massa tanah atau batuan

tersebut dapat terjadi dengan kecepatan yang tinggi dan kecepatan yang ren-

dah. Tiga jenis utama gerakan massa tanah atau batuan, yaitu luncuran (slide),

aliran (flow) dan jatuhan (heave).

Luncuran, merupakan gerakan perpindahan blok massa tanah atau

batuan secara alami dari bagian tertinggi lereng yang curam ke arah bagian

95
96

kaki lereng. Gerakan perpindahan massa tanah dan batuan tersebut memiliki

kecepatan yang cukup tinggi (cepat), sehingga menimbulkan kerusakan pada

lereng yang dilalui. Faktor pengaruh terjadinya luncuran disebabkan oleh

lereng yang curam dan sedikit pengaruh air.

Aliran, merupakan gerak perpindahan massa tanah atau batuan yang

dipengaruhi oleh faktor air dengan kecepatan yang relatif cepat, sehingga tidak

menampakkan kerusakan. Gerakan massa tanah atau batuan berupa aliran bi-

asanya terjadi pada kemiringan lereng landai dan memiliki gerakan kejadian

yang tidak bersamaan serta terhenti jika kemiringan lereng mulai mendatar.

Jatuhan, merupakan gerak perpindahan massa tanah atau batuan yang

dipengaruhi oleh faktor gaya gravitasi, biasanya terjadi pada lereng yang san-

gat terjal (hampir tegak lurus). Gerak jatuh massa tanah atau batuan memiliki

kecepatan relatif lambat dan berlangsung pada daerah yang tidak luas.

Proses gerakan massa tanah atau batuan jarang terjadi bersamaan,

karena faktor pengaruh yang berbeda. Pada gambar diagram segitiga (gambar

9), menunjukkan klasifikasi jenis gerakan massa tanah atau batuan serta faktor

yang mempengaruhinya, seperti angkutan ketika terjadi gerakan atau kandun-

gan jenuh ketika terjadi gerakan.

Tabel 12 Hubungan fenomena luncuran lahan (lanslide)

96
97

(sumber ; Van Zuidam, 1985 yang disederhana kan dar sharpe,1938)

Tabel 13. Jenis - jenis gerakan pada lereng

(sumber : Van Zuidam, 1985 dari Varnes, 1978)

97
98

98
99

Gambar 9 Klasifikasi proses gerakan massa

tanah atau batuan.

(sumber : Van Zuidam, 1985)

Gambar 10. Penampang kecepatan untuk jenis

gerakan massa.

(sumber : Van Zuidam, 1985 dari M.A Carson dan M.J Kirkby,1972)

99
100

Gambar 11. Klasifikasi luncuran lahan (landslide)

(sumber : Van Zuidam, 1985 dari Varnes, 1958)

100
101

Gambar 12. lihat pada Van Zuidam, hal 105

101
102

4.1.2 Bentuklahan asal struktural

Pengaruh struktur geologi terhadap perkembangan dan penampilan

bentuklahan disebut sebagai bentanglahan yang dipengaruhi oleh struktur.

Pengaruh struktur geologi yang sangat luas dapat mempengaruhi bentanglahan

secara keseluruhan sampai tampilan terkecil bentuklahan yang berlangsung

bersamaan dengan proses geomorfologi lainnya. Pengaruh struktur geologi

pada geomorfologi dapat dibagi menjadi dua jenis struktur utama; yaitu : (1)

struktur aktif yang berlangsung sehingga meninggalkan jejak bentanglahan

modern, (2) struktur pasif yang meninggalkan jejak pada bentanglahan modern

berupa pelapukan dan erosi.

Pengaruh struktur geologi yang mempengaruhi aspek - aspek struktur

geomorfologi, seperti perlipatan dan sesar dapat dikenali melalui foto udara

dan peta topografi. Foto udara dan peta topografi dapat menampilkan lokasi

dan bentuk massa batuan yang memiliki bermacam - macam tampilan, antara

lain : (a) ketahanan batuan terhadap pelapukan dan erosi, (b) perubahan kristal

dan pengikisan batuan akibat pelapukan dan erosi, (c) penampilan lapisan dan

(d) tampilan bentuk lainnya. Batuan dan iklim memiliki peran penting pada

tampilan geomorfologi, terutama pada daerah yang memiliki hubungan erat

dengan kondisi geologi seperti jenis batuan dan struktur geologi yang tergam-

bar pada peta topografi atau yang tampak pada foto udara. Pada dasarnya bat-

uan memiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, sehingga

sangat mendorong terjadinya pengikisan pada lereng dengan ciri terbentuknya

lereng yang terputus. Perkembangan lereng yang cembung menunjukkan bat-

102
103

uan yang relatif tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan perkembangan

lereng yang cekung cenderung kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi.

Sangat jelas bahwa ketebalan lapisan batuan sangat berpengaruh terhadap ben-

tuk lereng (cembung atau cekung). Jika suatu suatu lapisan batuan tipis atau

proses pelapukan atau proses erosi/akumulasi aktif, maka permukaan lereng

relatif halus, sehingga batuan tampak seperti tidak berlapis, sehingga singka-

pan lapisan akan tampak pada tebing atau dasar aliran. Interpretasi batuan se-

cara rinci akan lebih baik jika dilakukan dila -pangan, tetapi kemampuan inter-

pretasi foto udara dan peta topografi ditambah dengan pengetahuan geologi

umum akan memberikan hasil lebih baik didalam menentukan batas - batas

batuan, perlapisan, foliasi, kelurusan dan hubungannya dengan bentuklahan,

seperti tampilan gawir sesar dan erosi. Pola aliran sungai yang tampak pada

foto udara dan peta topografi akan mencerminkan perlapisan batuan yang

cukup baik pada suatu daerah, walaupun tertutup vegetasi dan tanah, tetapi

masih mungkin untuk mengenali struktur geologi utama dan jenis batuan

seperti lanau, batupasir dan gamping. Smith (1943) menyebutkan bahwa ciri -

ciri terbaik untuk mengenali batuan di suatu daerah melalui foto udara atau

peta topografi adalah sebagai berikut : (1) kenampakkan topografi, (2) warna

tanah dan batuan, (3) sebaran vegetasi dan (4) struktur primer dan sekunder.

Tujuan interpretasi struktur adalah menentukan lokasi, sebaran dan

kesinambungan dari kunci hamparan bumi. Bentuk relief batuan yang tahan

terhadap pelapukan dan erosi, seperti batupasir, kuarsit dan batugamping di

bawah kondisi tertentu akan membentuk lapisan kunci yang baik. Hubungan

103
104

erat antara interpretasi struktur dengan relief tergantung pada pemahaman dan

analisis geomorfologi. Analisis pola aliran, kelurusan aliran dan pola vegetasi

akan memudahkan interpretasi geomorfologi. Hubungan tersebut akan mem-

berikan gambaran yang jelas terhadap relief dan struktur geologi, khususnya

pada daerah - daerah tektonik muda.

Pada daerah luas yang memiliki relief rendah dan tertutup oleh lapisan

tanah disertai dengan proses tektonik, malihan (metamorphisme) dan waktu

pengikisan, maka akan sulit melihat hubungan morfologi dengan struktur ge-

ologi yang ada. Lapisan batuan yang memiliki bidang lapisan, arah jurus dan

kemiringan lapisan batuan (strike & dip) mudah dikenali, terutama batuan en-

dapan yang memiliki bidang lapisan dengan jelas, karena ketahanan batuan

terhadap pelapukan dan erosi. Bidang lapisan batuan yang datar atau hampir

datar dan kontak sejajara serta tertutup tanah, pada kontur topografi menun-

jukkan pola - pola lingkaran tertutup, sehingga bidang lapisan batuan yang

datar seolah - olah tidak memiliki arah jurus lapisan (strike) atau jarang

tergambar pada bidang lapisan batuan tersebut.

Permukaan lapisan batuan ditunjukkan oleh relief topografi, lapisan

dengan perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi dicerminkan oleh

perubahan lereng pada topografi; lereng yang sangat curam menunjukkan

lapisan batuan yang sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan

lereng landai menunjukkan lapisan batuan yang kurang tahan terhadap pela-

pukan dan erosi. Kelompok lapisan batuan yang datar (horisontal), tebal dan

sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi akan menunjukkan tebing yang san-

104
105

gat tegak, karena keseragaman ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, maka

pola aliran normal akan mengambarkan pola aliran dendritik, khususnya jika

pengaruh kekar dan rekahan tidak ada.

Lapisan batuan yang tegak menunjukkan garis arah jurus lapisan dan

garis kontak lapisan akan lurus dan sejajar dengan arah jurus lapisan, sehingga

tampilan pada topografi tidak menunjukkan adanya pergeseran. Lapisan bat-

uan tegak yang tebal dapat langsung dikenali dari lebar hasil pelapukannya,

khususnya lapisan batuan yang memiliki perbedaan ketahanan terhadap pela-

pukan dan erosi, sehingga pola aliran jenis trelis sangat berkembang. Pola -

pola permukaan lapisan batuan yang memiliki kemiringan ditunjukkan oleh

relief topografi arah jurus dan kemiringan lapisan batuan. Kemiringan lapisan

batuan yang curam menyebabkan relief arah jurus lapisan batuan lebih menon-

jol, sehingga mempengaruhi bentuk permukaan lapisan batuan tersebut. Per-

mukaan topografi yang datar menyebabkan pola permukaan lapisan batuan

mengikuti arah jurus lapisan batuan sebenarnya. Jika permukaan topografi

tidak datar, maka pola permukaan lapisan batuan menjadi fungsi arah jurus

(strike), kemiringan lapisan (dip) merupakan kemiringan (gradient) topografi.

Pola - pola permukaan lapisan batuan tidak mengikuti sepanjang arah jurus

lapisan batuan sebenarnya, tetapi mengikuti arah jurus lapisan batuan semu.

Penyimpangan antara arah jurus lapisan batuan sebenarnya dengan

arah jurus lapisan batuan semu akan menambah kecuraman lereng pada to-

pografi, kecuali jika arah jurus lapisan batuan membentuk sudut yang tepat

terhadap kemiringan topografi, sehingga arah jurus lapisan batuan semu dan

105
106

arah jurus lapisan batuan sebenarnya memiliki kesamaan. Permukaan to-

pografi dan bidang lapisan batuan membentuk arah jurus punggungan mem-

bentuk hogback serta arah kemiringan lapisan batuan mudah dikenali. Pada li-

patan monoklinal yang baik menunjukkan susunan pola aliran paralel sampai

sub paralel dan trelis, setempat - setempat pola aliran dendritik. sungai atau

lembah pada topografi yang memotong arah jurus lapisan batuan de -ngan

membentuk sudut, maka pada lembah V tersebut akan tercermin suatu lapisan

dan kemiringan batuan yang jelas.

Lapisan batuan yang memiliki kemiringan landai menunjukkan lembah

Vs yang cukup panjang, sedangkan jika dibentuk oleh lapisan batuan dengan

sudut kemiringan yang tajam akan membentuk lembah Vs yang pendek. Lebar

suatu lembah atau punggungan ditentukan oleh tajam atau tumpulnya

kemiringan lapisan batuan. Jika suatu lembah memotong tegak terhadap arah

jurus lapisan batuan, maka lembah Vs akan membentuk tebing yang simetri,

sedangkan jika lembah Vs yang memotong arah jurus lapisan batuan memben-

tuk sudut, maka perkembangan tebing lembah Vs tidak akan simetri. Jika lem-

bah Vs sejajar (paralel) terhadap arah jurus lapisan batuan, maka lembah tidak

akan berkembang, tetapi percabangan aliran akan mengikis lembah lembah

Vs. Bidang lapisan batuan yang tertutup oleh vegetasi atau material per-

mukaan, maka arah jurus lapisan batuan dapat dikenali dengan dari ciri - ciri

pola aliran pada daerah tersebut.

Jika kemiringan lapisan batuan landai, maka aliran percabangan su -

ngai yang panjang akan mengikuti arah kemiringan lereng lapisan batuan,

106
107

tetapi apabila percabangan sungai pendek dicerminkan oleh gawir lereng

(Lattman dan Ray, 1965). Struktur lipatan yang diikuti dengan sesar normal

dan sesar naik dapat diketahui melalui pengulangan lapisan batuan dengan

kemiringan lapisan batuan yang berlawanan, kecuali pada lipatan isoklin. Jika

sumbu lipatan mendatar (horisontal), maka kedua sayapnya akan sejajar (par-

alel). Kedua sayap lipatan yang membentuk kurva (melengkung) dengan pun-

cak sinklinal atau antiklinal akan membentuk lembah V atau U. Kedua sayap

lipatan akan membentuk jalur permukaan lurus atau melengkung ada sisi - sisi

yang berlawanan. Pada suatu daerah perlipatan yang jelas, sumbu lipatan yang

terletak pada puncak atau lembah yang terbentuk akibat perlipatan tersebut da-

pat ditentukan dengan cara perhitungan atau perkiraan arah jurus dan

kemiringan lapisan batuan serta hubungan tiga dimensionalnya.

Pada lipatan rebah yang sering diikuti oleh struktur sesar dan sesar

naik, arah kemiringan lapisan batuan pada kedua sayapnya akan sama dan pola

lembah V sangat membantu menentukan sayap yang berlawanan.

Hubungan struktur geologi dengan morfologi akan tampak jelas pada

suatu daerah bervegetasi sedikit dan tutupan tanah relatif tipis, tetapi pada

daerah yang beriklim basah atau tropik basah, struktur geologi akan tercermin

oleh bentuk relief daerah tersebut. Kerapatan vegetasi ketebalan tanah yang

menutupi atau menghalangi morfologi struktur yang berada di bawahnya san-

gat sulit ditentukan, sehingga untuk menentukan struktur geologi tersebut pola

107
108

aliran dan penyimpangan pola aliran dapat digunakan sebagai ciri penentuan

struktur.

Aliran utama pada sayap lipatan cenderung mengalir sejajar arah jurus

lapisan batuan dan mengikuti celah - celah lapisan batuan yang tahan terhadap

pelapukan dan erosi, sedangkan aliran - aliran yang kecil mengalir searah

searah kemiringan lapisan batuan dan permukaan lereng lipatan membentuk

pola aliran yang trelis. Lapisan yang melengkung sekitar puncak lipatan ter-

cermin oleh aliran utama yang melengkung. Pola aliran radial dan anular atau

gabungan kedua pola tersebut sering berkemang pada daerah - daerah yang

berbentuk kubah atau lipatan (antiklin) sungkup.

Howard (1967) menyebutkan kelokan (meander) lokal pada sungai,

kelokan tajam (compressed meander), percabangan sungai lokal, keragaman

lebar tanggul sungai (levee) dan penyimpangan - penyimpangan (anomali)

pada sungai merupakan ciri - ciri struktur geologi atau deformasi aktif.

Pada sesar - sesar besar, biasanya sesar yang terletak pada bidang per-

mukaan lahan yang melengkung terdapat pergeseran yang tidak menunjukkan

celah dan biasanya berada sekitar mintakat regangan serta permukaan sesar

merupakan suatu bidang. Sudut sesar 450 atau lebih biasanya disebut sebagai

sesar normal dan sudut sesar kurang dari 45 0 biasanya disebut sebagai sesar

naik. Sesar normal pada foto udara tampak seperti garis lurus atau garis me-

lengkung, seperti kelurusan ( lineament ) yang membentang sangat jelas.

Tampilan yang memanjang mencerminkan atau memberi kesan bahwa sesar

seperti dipengaruhi oleh kelurusan morfologi, aliran su -ngai ( misalnya peng-

108
109

galan sungai lurus, air terjun, danau, genangan air dan mata air) atau kumpu-

lan vegetasi yang dicerminkan oleh garis lurus karena perubahan rona ( tone )

foto udara yang tajam.

Mintakat sesar atau kekar pada batuan lunak yang mudah tererosi akan

membentuk lekukan atau lembah. Pola aliran yang dipengaruhi oleh sesar atau

kekar akan membentuk pola lurus (elongated ) dan paralel atau angular. pe-

rubahan pola atau arah aliran sungai pada sisi yang berhadapan dari suatu

kelurusan merupakan ciri sesar yang sangat menyolok. Breksi sesar biasanya

sering menahan air disekitarnya, sehingga garis sesar pada foto udara akan

menunjukkan garis hitan karena sangat jenuh oleh kan - dungan air dan ke-

mungkinan lebatnya vegetasi. Mintakat sesar yang memiliki kelulusan air

(permebility) rendah akan mempengaruhi kondisi air tanah dan menyebabkan

perubahan kumpulan vegetasi, sehingga sesar dicirikan oleh mata air.

Suatu daerah yang disusun oleh batuan yang keras dan memiliki

lapisan yang mendatar (horisontal) kemudian terangkat, maka akan memben-

tuk morfologi "mesa" atau plato yang dipengaruhi oleh struktur. Pe -

ngikisan (erosi) yang berlangsung pada sisi - sisi gawir bagian depan struktur,

maka akan membentuk alur erosi yang sejajar (paralel) atau gawir erosi yang

tidak menerus hasil dari kegiatan erosi mata air atau limpasan air permukaan (

runoff ) yang terkumpul. Jika diameter batuan penutup ukurannya lebih kecil

dari pada tinggi bukit disekitarnya, maka digunakan istilah "butte".

Kemiringan lapisan batuan yang memiliki satu arah, karena posisi awalnya su-

dah miring (contoh : lereng cekungan pengendapan yang curam) atau miring

109
110

karena tektonik, maka bentanglahan yang berkembang menunjukkan relief

perbukitan atau pegunungan yang disusun oleh batuan keras yang miring.

Bentuklahan yang simetris atau asimetris tergantung pada kemiringan lapisan

batuan dan proses yang berlangsung pada bentuklahan tersebut. Struktur

monoklin yang cukup dikenal antara lain "cuesta", "hogback" dan pegunungan

"dike".

"Cuesta' adalah punggungan asimetri dengan salah satu sayap yang

panjang, umumnya searah dengan kemiringan lapisan batuan yang keras dan

lereng landai. Pada salah satu sisi lereng "cuesta" memiliki kemiringan lereng

yang terjal, sedangkan pada sayap lain memiliki kemiringan yang landai.

" Hogback" adalah punggungan dengan puncak yang terjal, dibentuk

oleh lapisan batuan keras atau batuan yang memiliki kemiringan lapisan bat-

uan yang terjal. Bentuklahan pada umumnya agak simetri, tetapi ada juga yang

tidak simetri.

Punggungan yang menyerupai "dike" dibentuk oleh lapisan batuan

yang memiliki kemiringan hampir tegak, kemiringan lereng sangat curam dan

hampir simetris. Lapisan atau struktur lapisan sejajar (planar) yang miring

merupakan bagian dari lipatan tunggal (single fold ) atau bagian dari sistem li-

patan (kumpulan lipatan). Struktur lipatan dapat berupa antiklin atau sinklin.

Antiklin adalah lipatan ke atas yang telah mengalami perkembangan beberapa

tahap. Antiklin sederhana memiliki kemiringan lapisan batuan dari arah sumbu

antiklin ke arah sisi - sisi yang berlawanan, sedangkan sinklin adalah lipatan

lapisan batuan dengan arah kemiringan yang bertindak sebagai sayap menuju

110
111

sumbu sinklin (lihat gambar ...). Suatu daerah yang terlipat dan tererosi akan

menunjukkan relief yang bergelombang membentuk bukit dan lembah. Bagian

bukit menunjukkan antiklin, sedangkan bagian lembah menunjukkan sinklin.

Jika daerah terlipat tererosi, maka akan tampak bentuk lapisan batuan yang

dipengaruhi oleh perbedaan kekerasan batuan. Kedua sisi antiklin dikenal se-

bagai sayap, sedangkan pada bagian yang paling tinggi disebut puncak.

Bidang yang memotong lipatan pada puncaknya disebut sebagai bidang

sumbu. Jika bidang sumbu tegak sejajar sumbu lipatan, maka lipatan tersebut

dinamakan lipatan simetri.

Kekar dan sesar sangat mempengaruhi perkembangan bentuklahan,

sedangkan kekar - kekar tersebut pada umumnya membentuk arah yang tegak

atau mendatar pada lapisan batuan selaras dengan arah gerak yang tidak berat-

uran. Sistem kekar sangat banyak dan suatu sistem kekar terdiri dari dua atau

lebih kelompok kekar yang sejajar. Pelapukan dan erosi yang mengikuti sis-

tem alur kekar sejak terbentuk akan menjadi tempat mengalirnya air ketika ter-

jadi hujan. Sistem kekear yang sangat luas mudah dikenali pada foto udara

dan peta topografi dengan cara melihat pola aliran sungai, kerapatan vegetasi

yang berkelompok pada jalur kekar dan arah perbukitan.

Sesar adalah rekahan atau mintakat (zone) rekahan pergeseran yang

panjang dengan sisi - sisi rekahan sejajar. Pergeseran yang tegak meng-

hasilkan suatu gawir sesar yang terjal (lihat gambar...). Kenampakan sesar

111
112

pada foto udara atau peta topografi akan sangat tajam , seperti naik turunnya

blok yang tersesarkan tergantung pada gerak / pergeseran sesar, kegiatan erosi

dan kekerasan batuan. Perbedaan erosi sepanjang gawir sesar ( = perpotongan

antara bidang sesar dengan permukaan) jarang sekali nampak, dibandingkan

dengan hasil langsung dari gerakan yang menyebabkan terjadinya sesar

(bidang sesar), sehingga yang tampak adalah jejak sesar berupa garis dan bi-

asanya disebut sebagai garis gawir sesar. Suatu garis gawir sesar obsequen

adalah kenampakan gawir sesar, kecuali pada daerah bertopografi rendah tam-

pak blok yang naik dan turun.

Thornbury (1969, halaman 253 - 256) menggunakan analisis umum

untuk menentukan gawir sesar dan garis gawir sesar, dengan cara :

(1). Melihat bidang kasar yang mengesankan bekas goresan dan di-ter-

apkan hanya pada sesar - sesar yang berumur muda. Bidang yang

memberikan kesan goresan belum tentu sebagai gawir sesar.

(2). Bidang sesar dicirikan oleh :

(a). Breksi sesar, mintakat (zone) hancuran dan mintakat rekahan

serta kekar

(b). Tampilan permukaan sesar yang menunjukkan goresan -

goresan pada bidang sesar ("slickenside"), tetapi goresan

tersebut jarang ditemukan.

(c), Tampilan pergeseran lapisan batuan yang tegak, mendatar,

atau miring.

112
113

(3). "Triangular facet" (permukaan berbentuk segitiga ?) dengan ciri

bagian ujung atas yang meruncing.

Bagian ujung yang meruncing dianggap sebagai bagian yang pa -

ling dekat dengan sesar dan biasanya menutupi sesar yang tampak

sekarang. Biasanya lereng permukaan (facet) yang meruncing ku-

rang dari 300, sedangkan bidang sesar normal lebih lebih curam.Se-

lanjutnya ujung yang meruncing dari permukaan segitiga (triangu-

lar facet) mengalami perombakan oleh pelapukan dan erosi, se-

hingga tidak menunjukkan ciri - ciri permukaan sesar.

(4). Kelurusan gawir. Sesar memanjang seperti garis lurus; padahal

kenyataannya melengkung, jika dibandingkan dengan gawir cuesta

yang memiliki gawir yang lurus. Kelrusen mencerminkan gawir

sesar atau garis gawir sesar.

(5). Jeram berbentuk V dengan batuan dasar mengikuti garis sesar.

(6). Pendekatan dengan melihat bertambah miringnya dasar sungai di

sepanjang jeram dan disebut sebagai lembah "gelas anggur"

("wineglass" valley), sehingga dijadikan sebagai bukti sesar

sekarang (Resen).

(7). Lembah naik (Hanging valley) pada permukaan gawir. Lembah

naik biasanya terjadi di sepanjang gawir sesar, tetapi dapat juga ter-

jadi di sepanjang garis gawir sesar yang mencerminkan terdapat

perbedaan regangan pada kedua sisi blok sesar.

113
114

(8). Mataair di sepanjang dasar gawir. Mataair sering ditemukan di

sepanjang sesar tetapi bukan berarti batas sesar atau sesar aktif.

(9). Aliran lava sepanjang alur sesar. Hamparan aliran lava bukan

menutupi sesar, tetapi vulkanisme terjadi pada jalur sesar yang

disebut sebagai mintakat lemah.

Tampilan topografi dapat memberikan kesan sesar, tetapi tidak berarti

sebagai sesar. Fenomena - fenomena (kejadian) yang dapat diperkirakan ter-

jadi sesar saat sekarang atau masa lalu antara lain :

- sering terjadi longsoran.

- kelurusan punggungan yang tidak dipengaruhi oleh jenis batuan.

- pola aliran sungai paralel yang memotong berbagai jenis batuan.

- kelokan tajam aliran sungai.

4.1.3 Bentuklahan asal gunungapi (vulkanik)

Bentuklahan gunungapi terbentuk dari hasil endapan gunungapi berupa

endapan lava yang membeku dan fragmen - fragmen gunungap, sehingga da-

pat dibedakan dengan bentuklahan lainnya dan sangat mudah dikenali pada

foto udara.

Letusan (erupsi) gunungapi dapat dibedakan berdasarkan material yang

keluar dari saluran magma gunungapi atau " vent " , yaitu jika material yang

dikeluarkan dari saluran magma melalui pusat saluran magama gu - nungapi /

vent disebut sebagai pusat letusan. Material yang keluar melalui celah / reka-

han saluran magam disebut sebagai letusan celah / rekahan dan material yang

114
115

keluar melalui beberapa saluran magma yang tersebar luas pada suatu daerah

disebut sebagai daerah letusan.

Klasifikasi ini sulit untuk diterapkan pada setiap kejadian letusan,

karena sebuah letusan akan terjadi di sepanjang rekahan (minakat lemah), se-

hingga pusat letusan besar dapat terjadi melalui sejumlah kerucut parasit (par-

asit cone) yang terapat disepanjang jalur rekahan pada sayap / lereng gunun-

gapi. Perbedaan pusat letusan dengan letusan yang terjadi melalui rekahan

umumnya tergantung pada skala dan tahap pertumbuhan gu - nungapi, se-

hingga perbedaan itu akan sangat menonjol. Daerah gunungapi disebut juga

"polyrifice" dicirikan oleh tidak pernah terdapat pusat letusan, karena letusan

akan terjadi pada titik - titik tertentu dalam kurun waktu yang panjang (Kara-

petian, 1964).

Struktur tubuh gunungapi cenderung berukuran kecil dan jarang men-

capai ketinggian 450 meter. Terak (scoria) lava, kerucut lava, kubah lava dan

hamparan lava adalah sebutan jenis - jenis gunungapi yang paling menonjol,

sedangkan gunungapi strato sangat jarang atau hampir tidak ada. Sebaran gu-

nungapi pada umumnya tidak beraturan, tetapi tidak menutup kemung-kinan

sebaran gunungapi tersebut berkelompok. Kondisi sebaran gunungapi tersebut

berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa gunungapi terbentuk

bersamaan dengan tumbukan dan pemekaran lempeng, sehingga gunungapi bi-

asanya terbentuk pada sabuk pegunungan Alpen dan sabuk Pasific

(gambar ). Komposisi petrografi batuan penyusun gunungapi pada suatu

daerah yang luas akan memiliki kesamaan, sehingga berdasarkan sebaran yang

115
116

luas dan kesamaan petrografinya, maka jenis gunungapi dapat dibagi menjadi

dua kategori, yaitu (1) kerucut dan sebaran kerucut serta hubungan bentuk

kubah dan (2) plato dan dataran. Beberapa gunungapai ada yang membentuk

sebagian kubah lava dan sebagian lagi membentuk plato vulkanik. Selanjutnya

tampilan negatif hasil letusan berupa kaldera yang sa- ngat luas, sehingga ter-

bentuk danau hasil dari letusan tersebut atau akibat penurunan (depresi) yang

terbendung oleh lava yang mengeras.

Secara garis besar klasifikasi gunungapi berdasarkan letusan yang dia-

jukan oleh Lacroix (1908) dan disusun kembali oleh Sapper (1931) adalah se-

bagai berikut :

Tabel Jenis gunungapi berdasarkan letusannya.

JENIS GUNUNGAPI KARAKTERISTIK

Letusan melalui rekahan, mengeluarkan aliran

1. ICELANDIC magma basalt bebas, tenang, gas sedikit, meng-

hasilkan volume lava yang besar, lava mengalir

seperti lapisan pada daerah yang luas, sehingga

membentuk plato.

116
117

Letusan berasal dari rekahan, kaldera dan

2. HAWAIIAN lubang kawah, lelehan lava diikuti dengan gas,

letusan aktif tenang sampai sedang, lava dan

gas mengalir dengan cepat sambil menyem-

burkan api, debu sangat sedikit, membentuk

kubah lava.

Kerucut berlapis ((stratocones) sekitar kawah,

3. STROMBOLIAN letusan sedang, berlanjut, melepaskan gas tidak

teratur, me - nyemburkan gumpalan lava,

menghasilkan bomb dan terak (scoria) lava,

kegiatan letusan berulang - ulang, dengan sem-

buran lava dan awan panas (seperti uap air)

yang naik sampai pada ketinggian tertentu..

Kerucut berlapis pada bagian tengah saluran

magma, kumpulan lava lebih kental, lapisan

lava tertumpuk diantara letusan, gas terkumpul

di bawah permukaan, letusan bertambah hebat

dengan waktu yang cukup lama, sampai terak

117
118

4. VULCANIAN (scoria) lava hancur, lubang saluran magma

bersih. Semburan bomb, batuapung dan debu,

lava mengalir dari puncak menuruni lereng

setelah letusan utama, awan bercampur debu

yang pekat tersembur ke udara membentuk

seperti cendawan, debu berlapis sekitar lereng

puncak gunungapi. (catatan : letusan pseudo

vulkanik memiliki ciri yang sama, tetapi hasil-

nya menjadi lain (contoh: Hawaiian), yaitu

menjadi phreatic dan meng- hasilkan kabut uap

yang sangat luas, membawa fragmen - fragmen

lain).

Lanjutan tabel ......

Letusan lebih hebat daripada jenis strombo-

lian atau vulcanian, letusan hebat terjadi den-

gan melepaskan gas dari lubang saluran

magma yang berbentuk kerucut berlapis

118
119

5. VESUVIAN (Stratocones), terjadinya letusan setelah gu-

nungapi istirahat cukup lama, saluran magma

cenderung menjadi kosong dan cukup dalam,

pada suatu letusan lelehan lava menyebar

(pada bagian atas mengkilat) disertai dengan

semburan asap seperti cendawan yang terus

menerus membentuk lapisan debu pada ket-

inggian tertentu.

6. PLINIAN. Letusan lebih hebat daripada letusan vesu-

vian, pada fase utama yang terakhir

menyemburkan gas dengan cepat memben-

tuk awan seperti cendawan tegak lurus set-

inggi beberapa kilometer, menyempit pada

bagian bawahnya dan di bagian atasnya

menyebar sambil menyebarkan debu.

7. PELE'AN Menghasilkan lava kental bertekanan tinggi,

letusan jarang terjadi, saluran magma gunun-

gapi jenis strato terhalang oleh kubah lava

atau lava penyumbat, gas keluar rekahan -

119
120

rekahan lateral (lereng gunungapi) atau dari

saluran yang telah mengalami penghancuran

penyumbatnya; debu dan fragmen - fragmen

bergerak menuruni lereng dalam satu atau

lebih letusan sebagai "nue'es ardentes" atau

luncuran awan panas, langsung mengendap-

kan hasillnya.

Sumber : Van Zuidam (1985 dari Holmes,1975 dan Bullard,1962)

Gambar 26. Dasar - dasar lempeng kerak dan lempeng tepi

Catatan, satu lempeng mungkin bergabung yaitu

lempeng samudera dengan lempeng benua.

120
121

Sumber : Van Zuidam, 1985.

Gambar 27. Jenis letusan utama gunungapi

Sumber : Van Zuidam (1985, dari A.Holmes, 1975)

Berdasarkan Ollier(1970), jenis gunungapi dan kawah merupakan hasil

endapan lava kental derajat tinggi dari suatu daerah yang sangat luas. Larutan

magma (kaya Mg, Fe dan Ca) menguapkan H 2O (uap), SO2 dan CO2 serta

121
122

mengurangi potensi letusan. Magma yang bertemperatur tinggi mengalir

keluar secara perlahan - lahan melalui celah - celah / rekahan - rekahan yang

terdapat pada gunungapi, seperti rekahan yang disebabkan oleh "horst volcano

tectonic" atau lahan yang tergali (R.W. Fairbridge, 1968). Magma kental

(banyak mengandung SiO2 dan alkali) cepat dingin dan melekat, menyimpan

lebih banyak gas.

Setelah gerakan magma pada saluran terhenti dan temperatur naik,

tekanan gas menyebabkan kawah tua retak, sehingga dapat menyebabkan ter-

jadinya letusan dan penumpukan debu, bara, serta terak (scoria) lava.Letusan

biasanya terjadi dari lubang kawah tunggal yang biasa disebut dengan pusat

letusan gunungapi. Terjadinya letusan gunungapi dapat dibedakan menjadi

dua macam, antara lain (1) monogenetik, yaitu letusan terjadi sekali, berupa

letusan kecil, dan (2) poligenetik, yaitu letusan terjadi beberapa kali, sering

menyemburkan lava secara berulang - ulang.

Letusan monogenetik selalu dihubungkan dengan jalur rekahan gunun-

gapi, sebagai contoh jalur rekahan lava yang terbuka sekali, kemudian lava

membeku dan muncul kembali di tempat lain. Poligenetik biasanya berhubun-

gan dengan pusat gunungapi. Pada awalnya letusan terjadi dari kawah - kawah

kecil kemudian kawah tersebut terkubur oleh limpahan / curahan kawah lain-

nya (sehingga kawah tumpang tindih) dan pada akhirnya lenyap karena letusan

kaldera. Ketika letusan terhenti, endapan lava dan piroklastik membentuk

strato vulkanik, lapisan lava dapat dilihat pada dinding - dinding kawah atau

lereng - lereng kawah yang tererosi.

122
123

Gunungapi lava basa. Lava basa bersifat sangat cair, sehingga dapat

menyebar dengan mudah dan meninggikan gunungapi. Ollier (1973) membe-

dakan perisai lava , kubah lava, kerucut lava, gundukan lava dan lava datar

(gambar 28). Hamparan batuan gunungapi, terbentuk oleh semburan lava

basaltik dan dapat membentuk pilar lava seperti perisai besar, lereng landai

(kurang dari 70) dan cembung. Kerucut parasit, letusan lereng, dan letusan

rekahan biasanya berhubungan dengan gunungapi perisai (gunungapi perisai

merupakan pernyataan yang kurang tepat, karena merujuk kepada lava perisai,

tetapi digunakan untuk gunungapi strato yang besar atau pada suatu lingkun-

gan gunungapi).

Gunungapi berskala kecil memuntahkan lava cairdan menghasilkan

kubah cembung dari pada bentuk perisai, sehingga disebut sebagai kubah lava

vulkanik. Perbedaan ukuran yang digunakan tidak baku, dan beberapa penulis

kadang - kadang mnggunakan perisai atau kubah. Pusat letusan pada skala ke-

cil menyebabkan sisi kerucut lurus dan aliran lava biasanya memiliki

kemiringan lereng yang landai (kurang dari 70) , tetapi ada juga beberapa con-

toh yang relatif curam. Gunungapi basaltik tidak dicirikan oleh kawah, tetapi

memiliki ciri berupa gundukan lava yang berlereng landai. gundukan lava

tersebut sebagian menunjukkan bentuk yang tajam, mencerminkan telah men-

galami erosi yang kuat.

123
124

124
125

Gambar 28. Diagram yang menunjukkan jenis gunungapi basaltik

Sumber : Van Zuidam (1985 dari C. Ollier, 1970)

125
126

Gambar 29. Diagram yang menunjukkan bentuklahan lava asam

Sumber: Van Zuidam (1985 dari C. Ollier, 1970)

Gunungapi basaltik tidak memiliki kawah, tetapi menghasilkan lelehan

lava yang keluar melalui dari rekahan - rekahan. Beberapa gunungapi

dibedakan kerucutnya oleh rekahan yang bertindak menjadi kawah dan dapat

dinyatakan sebagai gundukan lava ("lava mounds") yang memiliki kesamaan

dengan gundukan terak ("scoria mounds"). Di Victoria (Australia) ada beber-

126
127

apa kelainan gunungapi yang telah diteliti, dan gunungapi tersebut membentuk

lava yang mendatar ("lava disc ) yang terbentuk dari lava basal dan keluar

melalui rekahan - rekahan yang tegak lurus terhadap permukaan lava yang ada

di atas dan sisinya (Ollier, 1970).

Gunungapi lava asam. Batuan bekuan asam pada umumnya sangat

pekat dan apabila batuan bekuan asam ini tidak terlontarkan oleh suatu letusan

gunungapi, maka magma ini akan mengalir melalui rekahan - rekahan mem-

bentuk sejumlah bentuklahan ( gambar 30).

Pada saat lava yang pekat dismburkan, maka akan menyebar dan mem-

bentuk gundukan cembung yang dikenal sebagai kubah kumulus ("cumulo

dome") dan ini tidak berdiri sendir, tetapi membentuk kelompok intrusi pada

endapan piroklastik.

Istilah "mamelon" sering diterapkan untuk kubah kumulus, tetapi Cot-

ton (1944) menyebutkan bahwa "mamelon" adalah kubah kumulus yang ter-

bentuk oleh letusan dengan aliran material lava trakhitik dan "mamelon" sama

seperti kubah kumulus yaitu tidak memiliki kawah,

"Tholoid " mengacu pada kubah kumulus atau mamelon yang berasal

dari dalam kawah besar gunungapi dengan ketinggian dan diameter beribu -

ribu meter yang tertutup oleh runtuhan atau mungkin bentuk kubah yang

menyimpang menjadi kasar dan tidak memiliki kawah. Formasi " tholoid "

pada kawah tidak mencirikan akhir dari suatu aktifitas gunungapi karena ter-

bentuk dan hancurnya " tholoid " berlangsung selama pertumbuhan gu -nun-

gapi.

127
128

Lava kental yang menyembur dari saluran memiliki sifat sangat kaku

dan bergerak seperti batang lurus (piston), sehingga menghasilkan tubuh yang

membulat dan panjang disebut sebagai kubah penyumbat. Kerucut kubah

penyumbat berkembang dengan cepat, tetapi pertumbuhannya hancur oleh le-

tusan dan pecah karena tidak seimbang pada saat tumbuh dan kumpulan peca-

han dari letusan punggungan karena beberapa kubah penyumbat ditutupi oleh

tumpukan batuan rombakan yang membentuk seperti endapan longsor sekitar

lereng dengan batuan berbentuk pilar membentuk sudut hampir datar.

128
129

Gambar 30. Diagram menunjukkan bentuklahan lava asam

Sumber : Van Zuidam (1985 dari C.Ollier,1970)

Kubah penyumbat yang memiliki ukuran besar mendekati ukuran pe-

gunungan merupakan letusan dengan skala lebih kecil dari lava yang sa-ngat

kaku, selanjutnya rekahan pada permukaan kubah penyumbat atau kubah ku-

mulus muncul membentuk punggungan.

Gunungapi piroklastik. Letusan gunungapi menghasilkan pecahan -

pecahan (fragmen - fragmen) lava yang berjatuhan dekat lubang kepundan,

pecahan - pecahan lava tersebut membentuk gumuk rombakan dengan lereng

sesuai dengan sudut pembentukan gumuk rombakan tersebut. Partikel - par-

tikel halus diendapkan pada lereng lebih bawah dibandingkan dengan partikel

129
130

- partikel kasar, sehingga pecahan - pecahan kasar terkumpul dekat lubang

kepundan. Bentuk lereng yang indah seperti di Fujiyama (Jepang) dan Mt.

Egmont (New Zealand).

Ollier (1973), membedakan lima jenis gunungapi piroklastik menjadi

kerucut terak ("scoria cones"), gundukan terak ("scoria mounds"), kumpulan

kerucut terak ("nested scoria cones"), kerucut littoral ("littoral cones") dan

maar. Kerucut terak yang ideal adalah kerucut tunggal yang memiliki lereng

lurus atau sisi - sisinya cembung melandaidan kawah di bagian puncaknya.

Bibir kawah yang datar memperlihatkan seakan - akan kerucut terak memiliki

puncak yang datar jika dilihat dari jarak jauh. Kerucut terak terbentuk sangat

cepat, karena pada tahap akhir letusan gunungapi yang memiliki magma

basaltik cenderung membentuk kerucut terak.

Beberapa terak gunungapi tidak memiliki kawah sebenarnya dan bi-

asanya dinyatakan sebagai gundukan terak ("scoria mounds") yang terpisah

dari kerucut terak normal ("normal scoria cones"). Kerucut terak dihasilkan

dari akhir suatu letusan gunungapi yang cukup besar. Jika posisi terak terletak

di tengah kawah atau kepundan yang sangat besar, maka disebut sebagai

kumpulan kerucut terak ("nested scoria cones"), penampang melintang antara

kerucut bagian dalam dengan dinding kawah disebut "fosse".

Saat lelehan lava bersentuhan dengan laut, maka akan terjadi letusan

dan semburan pecahan lava, sehingga pecahan lava tersebut membentuk

tumpukan pecahan lava yang disebut sebagai kerucut litoral ("littoral cones")

dengan ketinggian 100 meter dan memiliki diameter 1 kilometer. Sering dite-

130
131

mukan satu atau dua bukit yang terbentuk pada sisi aliran lava

( Wentworth dab Macdonald, 1953). "Maars" atau kawah bekas letusan adalah

bentuklahan yang disebabkan oleh letusan gunungapi, terdiri dari kawah sam-

pai bagian yang paling bawah, luas dan dalam. Disekitar bibir kawah dibentuk

oleh semburan material - material piroklastik, batuan bekuan atau batuan dasar

dan sering dicirikan oleh bentuk endapan besar asimetris yang searah dengan

arah angin pada kawah tersebut. Pada penampang akan tampak bagian sisi

yang curam mengarah ke kawah dan lereng yang berlawanan arah dengan

lereng curam memiliki kemiringan yang landai (umumnya 40 atau kurang)

membentuk lapisan piroklastik yang relatif sejajar dari arah kawah. Kawah

sering memeiliki diameter 1 kilometer dan ketinggian bibir antara 50 sampai

100 meter. "Maar" biasanya terdapat bersama dengan endapan batuan bekuan

basal dan kawah bagian bawah ditutupi oleh air membentuk danau.

131
132

Gambar 30. Diagram yang menunjukkan jenis - jenis terak

gunungapi dibandingkan dengan gunungapi

strata (tanpa skala) dari C.Ollier,1970.

(sumber :Van Zuidam, 1985)

Letusan gunungapi campuran. Pada beberapa gunungapi sering dite-

mukan endapan campuran antara lava dengan fragmen dan gunungapinya

disebut sebagai gunungapi strato ("strato vulcanous"). Beberapa gunungapi

besar di dunia seperti Gunungapi Visuvius, Fujiyama, Egmont dan sebagainya

merupakan gunungapi jenis strato. Seperti umumnya gu - nungapai, maka

gunungapi jenis strato juga memiliki periode letusan yang panjang selaras den-

gan aktifitas gunungapi tersebut. Kerucut - kerucut yang tertoreh kemudian

membentuk parit erosi dan menjadi alur mengalirnya lava. kerucut - kerucut

terak ("scoria cones") terbentuk disekeliling puncak gu - nungapi dan aliran

piroklastik serta endapan jatuhan tersebar secara luas disekitar lereng - lereng

gunungapi.

132
133

Gambar 31. Gabungan gunungapi "nested dan adventive cones"

dari J.Green dan N.M, Short, 1971.

(sumber : Van Zuidam, 1985)

Gunungapi gabungan. Campuran gunungapi yang tampak sempurna

adalah gunungapi yang memiliki campuran bentuk lava dan terak ("scoria"),

tetapi tidak sesederhana kumpulan suatu lapisan lava. Banyak bukit campuran

secara genetik memiliki hubungan yang sama pada awalnya berdiri sendiri,

kemudian karena tumpang tindihnya endapan hasil letusan (erupsi) yang tidak

memiliki hubungan antara satu letusan dengan letusan lainnya dengan umur

yang berbeda mengakibatkan bukit - bukit tersebut menjadi satu, (Ollier,

1970).

133
134

Kerucut parasit ("parasit cones") biasa disebut sebagai kerucut "adven-

tive" dan kerucut kedua dapat berkembang apabila gunungapi memiliki

tekananyang sangat besar agar dapat mengeluarkan lava mengalir melalui

rekahan - rekahan yang mudah dicapai ke permukaan dan meletus pada lereng

- lereng utama gunungapi. Sekali letusan gunungapi terjadi, maka endapan

lava yang bertindak sebagai penyumbat lubang kawah hancur, sehingga mem-

beri peluang keluarnya lava dan letusan selanjutnya akan menjadi mudah.

Sesar, rekahan dan punggungan terbentuk pada sayap - sayap gunun-

gapi, sehingga lava dapat mengalir melalui rekahan - rekahan dengan sifat le-

tusan dari rekahan tersebut. Kawah yang terdapat dipuncak gunungapi telah

membentuk percabangan pada bagian dindingnya, sehingga dijadikan alur

keluarnya lelehan lava atau kegiatan letusan. Pada suatu kawah yang luas da-

pat terdiri dari satu atau lebih gundukan kerucut atau kawah. Pada beberapa

daerah terbentuk sejumlah kerucut terak ("scoria cones") secara bersamaan

dengan mekanisme terbentuknya kerucut parasit ("parasit cones") ; sebagai

contoh : jika kerucut yang pertama menutupi saluran magma ("vent"), maka

akan terbentuk saluran magma ("vent") baru. Perbedaanya adalah tidak terjadi

pertumbuhan kerucut yang berukuran besar, misalnya : tidak tampak gunun-

gapi utama, tetapi yang tampak adalah rangkaian gunungapi, sehingga disebut

sebagai rangkaian kerucut ("multiple cones").

"Cryptocones" adalah gunungapi yang memilikilubang kawah atau

bibir kawah yang kasar dan kadang - kadang ditemukan lapisan material gu-

nungapi yang tebal, tidak ditemukan batuan beku yang memiliki struktur yang

134
135

dibentuk oleh pelepasan gas tau tampilan permukaan saluran magma ("vent")

tidak sampai ke permukaan.

Kawah meteorit memiliki bentuk permukaan yang sama dengan gu-

nungapi, tetapi cara terbentuknya bukan diakibatkan oleh gunungapi,

melainkan oleh jatuhan meteor ke permukaan bumi, kemudian meledakdan le-

tusannya memberi dampak seperti bentuk kawah tersebut. Batuan meterorit

yang jatuh membentuk kawah jarang ditemukan disekitar bibir kawah, karena

pecahannya menyebar jauh dari bibir kawah. Ciri lain dari meteor yang jatuh

ke permukaan bumi adalah kenampakan fragmen batuan dasar pada bibir

kawah menjadi miring akibat benturan meteor yang jatuh tersebut.

Kaldera adalah depresi (cekungan) gunungapi yang sangat luas

berdiameter mencapai 5 kilometer. tiga jenis utama kaldera yang dikenal, yaitu

kaldera runtuhan, kaldera letusan dan kaldera eosi. Kaldera runtuhan selanjut-

nya dibagi menjadi jenis Karakatau atau kaldera runtuh karena suatu letusan

dan jenis kaldera Glencoe taua kalderayang mengalami penurunan ("subsi-

dence") (ganbar 32). Pada jenis kaldera glencoe, penurunan tidak diikuti den-

gan letusan abu, tetapi rekahan yang mengisolasi bagian tengah yang mel-

ingkar menyebabkan terjadinya terobosan ( intrusi) lateral atau jalan keluarnya

lelehan lava.

Kaldera hasil dari letusan sangat jarang, tampilan letusan gunungapi

yang membentuk kaldera sebenarnya hanya dapat menghasilkan kaldera den-

gan garis tengah kurang dari 1,5 kilometer. sedangkan kaldera yang berdiame-

ter besar merupakan hasil dari beberpa kali letusan. Selanjutnya jenis ketiga

135
136

adalah kaldera erosi, yaitu kaldera yang memiliki luas akibat erosi terhadap

dinding kawah. Kaldera erosi akan hilang selaras dengan pemebntukkan

kaldera baru oleh proses yang berbeda (bukan erosi), seperti runtuhan atau

penurunana (subsidence).

4.1.3.1 Aliran lava dan tampilan lava minor

Jenis lava. hasil utama gunungapi adalah lava, debu atau tufa, sembu-

ran gas dan asap. Lava silika kental cenderung membentuk kubah kumulus

atau "coulees" atau letusan material piroklastik, sedangkan lava yang lebih

cair membeku membentuk seperti lapisan meninggalkan jejeak seperti aliran

lava (Ollier, 1970). Selaras dengan kenampakan permukaan lava, maka aliran

lava diklasifikasikan menjadi aa pahoehoe, a a, lava blok dan lava bantal

(gambar 33).

Lava pahoehoe adalah jenis lava cair dengan sedikit berbusa dan pada

lapisan permukaannya yang tipis mendingin membentuk lipatan akibat ger-

akan lava yang meleleh pada bagian bawahnya, hasilnya adalah lava seperti

kulit hiu dan lilitan sejajar yang pijar, seperti melilit pilar.

136
137

137
138

Gambar 32. Jenis - jenis runtuhan kaldera.

A. Jenis Karakatau : (1) fase letusan dengan semburan debu dan

awan panas, (2) kaldera runtuh, (3) pemben-

tukan kembali.

B. Jenis Glencoe : (1) fase letusan dengan lelehan lava, (2) kaldera

runtuh, (3) pembentukan kembali. Dari J. Green

N.M,Short, 1971 (sumber :Van zuidam,1985)

138
139

Gambar 33. Jenis - jenis aliran lava. A. Lava pajoehoe,

B. Lava a a, C. Lava blok dan D. Lava bantal.

Dari J. Green dan N.M. short, 1971.

139
140

(sumber : Van zuidam, 1985)

Lava a a (dibunyikan ah ah) adalah lava berbentuk blok, berbusa dan

bergerak secara perlahan. lapisan lava cukup tebal, pecah membentuk blok -

blok yang saling bertumpuk dan masiv, lava seperti bubur saling bertumpang

tindih. Aliran lava yang mengalir secara perlahan - lahan membentuk tim-

bunan seperti bongkah - bongkah dan bergerak mengeluarkan suara deru yang

cukup keras. Lava a a dan lava blok memiliki persamaan, tetapi Fe'nch (1933)

dan Macdonald (1953) membedakan antara a a karena bentuknya seperti kerak

besi yang melintir dengan blok lava yang memiliki bentuk blok - blok yang

menyudut. Jika aliran lava masuk ke dalam air atau terjadi letusan gunungapi

di bawah permukaan air, maka biasanya terbentuk struktur khusus yang dise-

but sebagai lava bantal ("pillow lava"). Lava mendingin dengan cepat, se-

hingga membentuk lava yang mengkilat seperti kaca, tetapi lapisan kulit yang

plastis terdapat menutupi lava yang cair bergulung seperti kantung plastik

yang diisi penuh oleh larutan. Kantung - kantung yang berbentuk membulat

seperti lelehan saus merupakan bantal dan biasanya saling bertumpuksatu den-

gan yang lainnya. Pada bagian puncak berbentuk membulat, tetapi pada bagian

dasar yang masuk ke bagian dalam membentuk lapisan. Tampilan ini tampak

sama dengan kilapan kaca, kulit tachylitic dan rekaha radial (gambar 34),

membentuk bantal yang mudah dibedakan dari bentukkebundaran bongkah

karrena pelapukan mengelupas bawang. Banyak lava bantal yang terbentuk di-

laut, tetapi ada juga yang terbentuk pada air tawar (danau).

140
141

Tampilan lava minor. Pendinginan aliran lava menyebabkan penyusu-

tan, sehingga terbentuk formasi kekar. penyusutan dan pembentukan formasi

kekar ini tidak pernah terjadi pada massa lava seperti bubur, tetapi akan men-

capai geometri yang sempurna pada sebaran larutan kental lava basal yang

luas. Pengkerutan (kontraksi) terjadi ketika lava mendingin yang dicerminkan

oleh garis - garis kekar memusat yang menjadi arah tekanan. Ketika

pengkerutan (kontraksi) memenuhi ruang, maka rekahan - rekahan menjadi

kekar, kemudian memebntuk pecahan heksagonal. Pola - pola kekar yang

tegak membagi lava menjadi kolom - kolom tegak heksagonal dan pecah

membentuk blok - blok karena rekahan yang melintang.

141
142

Gambar 34. Tampilan aliran lava

(a) Permukaan cembung sederhana dari lembah aliran

(b) Punggungan lateral yang dibentuk oleh aliran cembung

sederhana yang melengkung.

(c) Ujung aliran lava ("toe") bagian ujung depan aliran lava

(d) Punggungan ujung - ujung aliran lava yang dibentuk oleh

lengkungan dibelakang ujung aliran lava.

(e) Aliran lava yang luas dengan bagian puncaknya datar.

(f) Gundukkan yang muncul akibat runtuh dari aliran lava

bagian puncak

(g) Gundukkan yang muncul akibat runtuhan yang tidak si-

nambung.

142
143

(h) Gundukkan yang muncul akibat dipisahkan oleh cuping

yang menyempit.

Permukaan kekar tegak (vertikal) mempunyai jarak gores yang dikenal

seperti bekas pahatan. Bentuk - bentuk kekar akibat aliran lava terbentuk di-

dalam satu kumpulan, kemudian membentuk mega kolom dan selanjutnya

kolom normal dan terakhir membentuk rekahan - rekahan yang saling berpo-

tongan.

Secara alamiah bagian permukaan lava akan lebih cepat dingin dari

pada bagian dalam (tengah) aliran lava, sehingga bagian permukaan tersebut

akan mengkerut dan pecah. Pada aliran lava, blok - blok lava terangkut sampai

ujung ujung aliran dan terbenam, sehingga gerakan aliran lava yang men-

dorong blok - blok lava tersebut membentuk celah - celah yang menjadi jalur

aliran lava tersebut, sedangkan pada bagian atas dan bawah aliran lava tersebut

membentuk bongkah - bongkah kerak. Selanjutnya pada saat bagian atas aliran

lava mendingin secara tiba - tiba, maka aliran lava tersebut akan terputus

membentuk ujung - ujung aliran (" toe") yang baru atau membentuk satuan ali-

ran yang baru. Pada bagian dalam (tengah) tubuh aliran yang mendinging per-

lahan - lahan masih bersifat cair dari pada bagian luar (tepi) dan akan bergerak

setiap saat, sehingga dapat dibedakan bagian luar dan bagian dalam dari suatu

aliran lava yang tampak dengan skala kecil.

aliran lava sangat berhubungan dengan kenampakkan topografi, se-

hingga aliran lava sangat cepat akan memenuhi lereng - lereng yang terjal. Se-

143
144

lanjutnya aliran lava dapat bergerak pada lereng - lereng yang memiliki

kemiringan landai, sedangkan pada lereng yang tegak membentuk aliran lava

terjun seperti air terjun. Aliran lava yang sangat kental dapat menghancurkan

penghalang - penghalang di jalur alirannya dan aliran lava yang relatif cair

akan terbelokkan oleh lambatnya aliran lava kental yang bertindak seperti tan-

gul - tanggul kecil. Kejadian bentuk - bentuk aliran lava sangat rumit, se-

hingga dapat menunjukkan bermacam - macam tampilan seperti lava yang

berlapis, gua - gua lava dan bongkah - bongkah (gambar 35).

Salah satu bentuk lava (minor) dapat ditemukan pada ujung dari aliran

lava ("TOE"), yaitu bagian paling depan suatu aliran lava yang berbentuk

cembung dengan ketinggian 3 meter dan panjang dapat mencapai puluhan me-

ter.

144
145

4.2 Pelaksanaan pemetaan geomorfologi

Pemetaan geomorfologi dilakukan dengan pendekatan cara yang

dikembangkan oleh Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan

1975), dengan pertimbangan metode pemetaan gemorfologi dari kedua akhli

tersebut mudah dipahami dan cukup jelas. Sistem pemetaan geomorfologi dis-

usun secara sederhana untuk keperluan analisis, klasifikasi dan evaluasi yang

digunakan sebagai dasar pemetaan geologi dan penelitian geologi.

Sistem yang digunakan untuk kepentingan geologi dan ilmu - ilmu

yang berhubungan dengan geologi memiliki prinsip - prinsip sebagai berikut :

- Sistem harus terpakai untuk penelitian bidang ilmu geologi dan ilmu -

ilmu yang berhubungan dengan geologi.

- Sistem harus dapat digunakan didalam berbagai skala.

- Sistem harus dapat memisahkan dengan jelas keseragaman satuan.

- Sistem harus mudah diekstrapolasi dan digeneralisasi.

Cara pemetaan geomorfologi dilakukan dengan 2 tahap, yaitu tahap in-

terpretasi peta topografi dan atau foto udara / citra satelit serta tahap pemerik-

saan lapangan. Bahan dan alat yang digunakan untuk pemetaan geomorfologi

antara lain :

- Peta topografi dan foto udara skala 1 : 50.000 atau lebih besar.

- Citra satelit (Landsat.TM, SPOT atau ERS). jika diperlukan.

- Kerta kalkir dan plastik OHP.

- Kompas geologi.

- Palu geologi.

145
146

- Pita ukur.

- Plan table lengkap dengan tripod dan mistar.

-Alat - alat tulis.

4.3 Langkah - langkah pemetaan

Tahap interpretasi peta topografi dan foto udara dilakukan di studio

pemetaan dengan kegiatan yang dilakukan antara lain :

- Batasi puncak - puncak punggungan yang bertindak sebagai batas

pemisah aliran (water devided area) .

- Gambar pola aliran pada peta topografi dan / atau foto udara, pada se-

tiap lekukan garis kontur atau lekukan lembah pada foto udara.

- Batasi pola aliran pada suatu perbukitan / punggungan mulai dari

puncak punggungan yang bertindak sebagai batas pemisah aliran

sampai ke titik akhir pengaliran. Bandingkan dengan pola aliran yang

telah dibakukan seperti pada gambar 7 dan 8

- Nyatakan aspek geologi yang berkembang berdasarkan pola aliran

tersebut.

- Aspek geologi yang tercermin melalui pola aliran merupakan unsur

genetikan suatu bentuklahan.

- Klasifikasikan bentuklahan secara morfografi (perbukitan atau pe-

dataran) yang tampak pada peta topografi dengan ciri perbedaan

garis kontur dan kondisi pola aliran yang menyatakan aspek

genetika, sehingga dapat ditentukan nama satuan geomorfologi.

146
147

- Perhatikan kerapatan kontur, karena kerapatan kontur akan mencer-

minkan kecuraman lereng, sehingga memiliki arti bahwa lereng yang

curam dan menerus dapat diperkirakan sebagai sesar yang berkem-

bang di daerah tersebut, sedangkan perbedaan kerapatan kontur lain-

nya dapat digunakan untuk membedakan jenis batuan.

- Perhatikan kerapatan pola aliran, karena kerpatan pola aliran akan

mencerminkan janis batuan yang tahan terhadap erosi atau mudah

tererosi., sehingga dapat disimpulkan bahwa batuan yang mudah

tererosi merupakan jnis batuan yang lunak, sedangkan batuan yang

tahan terhadap erosi merupakan jenis batuan yang keras.

- Jika telah dibuat klasifikasi dengan dukungan unsur - unsur geomor-

fologi, maka kelas lahan yang memiliki kesamaan dijadikan satuan

geomorfologi.

4.3.2 Bentuklahan asal fluvial (sungai)

- Bentuklahan asal fluvial (sungai)

a. Satuan bentuklahan dataran banjir.

b. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam

c. Satuan bentuklahan dataran teras sungai.

d. Satuan bentuklahan dataran beting gisik.

e. Satuan bentuklahan dataran gosong sungai.

4.3.3 Bentuklahan asal marin (laut)

147
148

a. Satuan bentuklahan dataran pesisir (coastal)

b. Satuan bentuklahan dataran pesisir aluvial.

c. Satuan bentuklahan beting gisik.

d. Satuan bentuklahan dataran pantai (beach).

e. Satuan gumuk pasir (sand dunes)

4.3.4 Bentuklahan asal struktural

a. Satuan bentuklahan perbukitan struktural terlipat.

b. Satuan bentuklahan perbukitan struktural gawir sesar.

c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar.

4.3.5 Bentuklahan asal vulkanik.

a. Satuan bentuklahan perbukitan intrusi.

b. Satuan bentuklahan perbukitan lereng atas vulkanik.

c. Satuan perbukitan lereng vulkanik tengah.

d. Satuan perbukitan lereng vulkanik bawah.

4.3.6 Bentuklahan asal aeolian

4.3.7 Bentuklahan asal karst.

a. Satuan bentuklahan perbukitan karst.

b. Satuan bentuklahan kubah karst.

c. " sinkhole" / 'dolina'

4.3.8 Bentuklahan asal glasial (es)

148
149

Tahap kegiatan lapangan dilakukan setelah kegiatan interpretasi peta

topografi dan / atau foto udara di studio, serta telah tersusun kerangka peta ge-

omorfologi sementara (sebagai peta dasar geomorfologi dan geologi) sebagai

acuan. Tahap kegiatan lapangan meliputi :

1. Peninjauan lapangan dengan tujuan mencocokkan aspek - aspek

bentanglahan (landscape) daerah penelitian dengan peta dasar yang

telah dibuat di studio.

2. Penelusuran batas - batas yang telah dibuat pada peta dasar selaras

dengan kegiatan penelitian geologi.

3. Jadikan aspek geomorfologi sebagai ciri - ciri aspek geologi yang

sedang diteliti.

4. Tentukan (plot) dan catat aspek geomorfologi tersebut sebagai data

untuk pembuktian kondisi geologi yang sedang diteliti.

5. Jika masih diragukan aspek - aspek geomorfologi sebagai ciri - ciri

aspek geologi, maka aspek tersebut dijadikan panduan untuk

menelusuri aspek geologi yang sedang diteliti.

6. Satuan bentuklahan dapat dijadikan panduan untuk menelusuri kon-

disi geologi yang sedang diteliti, sehingga didalam penarikan batas

satuan geomorfologi harus dilakukan dengan hati - hati.

7. Batas satuan bentuklahan dan simbol - simbol yang digunakan harus

memberikan cerminan kondisi geologi daerah yang diteliti.

8. Diharapkan dengan membuat peta geomorfologi sebaai peta dasar

pemetaan geologi, cerminan kondisi geomorfologi dapat memu-

149
150

dahkan pelaksanaan pemetaan geologi dan ilmu - ilmu yang

berhubungan dengan geologi.

4.2.2 Simbol yang digunakan

Simbol - simbol yang digunakan pada peta geomorfologi terdiri dari

simbol warna, simbol gambar, dan simbol huruf. Simbol warna digunakan un-

tuk satuan bentuklahan adalah sebagai berikut :

1. Satuan bentuklahan struktural (S) - warna ungu (violet)

2. Satuan bentuklahan vulkanik (V) - warna merah.

3. Satuan bentuklahan denudasional (D) - warna coklat

4. Satuan bentuklahan marin (laut) (M) - warna hijau.

5. Satuan bentuklahan sungai (fluvial) (F) - warna biru tua

6. Satuan bentuklahan gleitser (es) (G) - warna biru muda.

7. satuan bentuklahan aeolian (angin) (A) - warna kuning.

8. Satuan bentuklahan karst (K) - warna jingga (orange)

Simbol huruf :

1. Satuan bentuklahan struktural (S)

a. Satuan bentuklahan perbukitan terlipat - S.1

b. Satuan bentuklahan perbukitan sesar - S.2

150
151

c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar - S.3

d. Satuan bentuklahan perbukitan sesar geser - S.4

2. Satuan bentuklahan vulkanik (V)

a. Satuan bentuklahan puncak vulkanik - V.1

b. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.2

vulkanik atas.

c. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.3

vulkanik tengah.

d. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.4

vulkanik bawah.

3. Satuan bentuklahan denudasional (D)

a. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi kuat - D.1

b. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi sedang - D.2

c. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi ringan - D.3

d. Satuan bentuklahan perbukitan tanah longsor - D.4

4. Satuan bentuklahan marin (M)

a. Satuan bentuklahan dataran gisik - M.1

b. Satuan bentuklahan dataran beting gisik - M.2

c. Satuan bentuklahan dataran gisik aluvial - M.3

d. Satuan bentuklahan dataran gumuk pasir - M.4

5. Satuan bentuklahan fluvial (F).

a. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam - F.1

b. Satuan bentuklahan dataran banjir - F.2

151
152

c. Satuan bentuklahan dataran undak sungai - F.3

6. Satuan bentuklahan Karst (K)

a. Satuan bentuklahan perbukitan karst - K.1

b. Satuan bentuklahan perbukitan kubah karst - K.2

Simbol gambar :

Bentuklahan struktural.

Batas pemisah aliran (water devide ).

Gawie sesar geser / blok sesar.

Sesar geser / blok sesar geser.

Perlipatan

Sesar naik.

Bentuklahan vulkanik

152
153

Kawah / kepundan

Arah lelehan lava

Bentuklahan denudasional

Arah erosional

Tingkat erosi kuat

Tingkat erosi sedang

Tingkat erosi lemah.

Erosi tebing sungai

153
154

Erosi garis pantai

Gerakan tanah (Mass wasting)

Longsor jatuhan (rock fall)

Longsor geseran ( landslide)

Longsor geser rotasional (slump)

Bentuklahan marin (M)

Beting gisik ( beach ridge )

154
155

Gumuk pasir (sand dunes )

Bentuklahan Fluvial /sungai ( F)

Alur sungai berupa garis tipis

Tanggul alam

Datraran banjir

Undak sungai.

Bentuklahan karst (K)

Kerucut karst

Kubah karst

Sinkhole

155
156

Dolina

Gua karst dengan stalagtit/stalagmit

BAB 5

PENULISAN LAPORAN

Peta geomorfologi yang bertindak sebagai peta dasar pada pemetaan

geologi di dalam laporan pemetaan pada Jurusan Geologi FMIPA - UNPAD

merupakan bahasan tersendiri (sub bab), maka penjelasan geomorfologi harus

mencerminkan aspek - aspek geologi yang terkandung di dalam peta geomor-

fologi, sehingga memiliki suatu hubungan yang jelas antara satuan bentukla-

han pada peta geomorfologi dengan aspek geologi pada peta geologi.

Bahasan geomorfologi yang perlu ditonjolkan untuk kepentingan ge-

ologi terutama pendekatan morfografi, morfogenetik dan morfometri yang

mempengaruhi bentuklahan untuk dijadikan landasan menerangkan kondisi -

kondisi geologi. Penjelasan morfografi, morfogenetik dan morfometri meru-

pakan arahan dari ciri - ciri kondisi geologi yang sedang dipetakan, sehingga

pemeriksaan lapangan yang dilakukan terhadap hasil interpretasi peta to-

156
157

pografi dan / atau foto udara yang dilakukan di studio menjadi kegiatan awal

pemetaan geologi.

Jika penelitian geologi mengarah pada penelitian yang lebih khusus

perlu menggunakan peta geomorfologi sebagai landasan penelitian, sebagai

contoh penelitian perencanaan wilayah, geologi teknik, geologi linkungan,

proses - proses sedimentasi dan geologi kuater, sehingga peta geomorfologi

yang digunakan untuk kepentingan penelitian yang lebih khusus tersebut harus

menggunakan peta geomorfologi pragmatik.

Kandungan peta geomorfologi pragmatik akan menampilkan aspek -

aspek morfografi, morfogenetik, morfometri secara rinci dan material

penyusun yang jelas seperti batuan atau tanah, sehingga tujuan penelitian yang

diharapkan akan lebih terarah. Sebagai contoh peta geomorfologi untuk

pengembangan wilayah perkotaan, selain menampilkan kondisi morfografi

seperti perbukitan atau pedatataran yang diikuti dengan morfogenetik, maka

morfometri dan material penyusun harus dikemukakan dengan jelas, karena

wilayah perkotaan selain memerlukan bentuklahan yang layak (landsuitability

yang mencakup perbukitan dan pedataran) sebagai dasar untuk menyusun ren-

cana tapak (site plan) juga dibutuhkan daya dukung keteknikan seperti kestabi-

lan lereng yang berhubungan erat dengan batuan dan jenis tanah sebagai dasar

perkotaan, kemiringan lereng yang berhubungan dengan saluran pengaliran

(drainage) kota, pola pengaliran untuk mencegah banjir dan kemampuan lahan

(land capability) untuk daya dukung menampung aktifitas perkotaan.

157
158

5. KESIMPULAN

Peta geomorfologi akan sangat membantu didalam melaksanakan

pemetaan geologi jika dipahami dengan baik, sehingga biaya yang dibutuhkan

untuk melaksanakan kegiatan pemetaan geologi menjadi lebih murah, karena

waktu yang diperlukan untuk pemetaan geologi akan sangat berkurang dan pe-

najaman terhadap aspek - aspek geologi dapat ditelusuri dari sejak awal

(kegiatan di studio).

Pemahaman geomorfologi yang sama di kalangan geologi akan sa -

ngat membantu didalam penelitan - penelitian geologi, terutama penelitian ge-

ologi yang bersifat khusus, sehingga tidak akan terjadi silang pendapat yang

cukup tajam dan dapat berakibat terbengkalainya program penelitian.

Simbol - simbol yang digunakan perlu ditata kembali sesuai dengan

simbol - simbol yang telah disepakati oleh internasional (khususnya para akhli

geomorfologi), sehingga tidak terjadi penggunaan simbol yang sembarangan.

Penulisan laporan tentang geomorfologi harus menjadi satu rangkaian laporan

yang mencerminkan kondisi geologi berdasarkan pendekatan geomorfologi.

158

Anda mungkin juga menyukai