BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
2
3
Herodatus (485 - 425 SM) sebagai " Bapak Sejarah " telah banyak
melakukan penelitian geologi, menyebutkan pentingnya serpih dan lempung
yang diendapkan setiap tahun oleh Sungai Nil, sehingga Mesir dianggap telah
mendapat hadiah dari sungai. Selanjutnya disebutkan pula bahwa gempabumi
adalah pegunungan yang menggeliat karena dewa sedang marah. Temuan fosil
kerang di puncak - puncak perbukitan di Mesir menyebabkan Herodatus
menarik kesimpulan berdasarkan temuannya tersebut bahwa air laut telah
menggenangi dataran Mesir. Kesimpulan Herodatus tersebut merupakan dasar
pemikiran perubahan muka air laut yang menjadi bahasan penting didalam ge-
omorfologi.
Aristoteles (384 - 322 SM) didalam tulisannya menyebutkan tentang
asal - usul mataair yang diyakininya bahwa air yang mengalir dari mataair
disebabkan oleh (a) air hujan yang terjebak pada lapisan tanah, (b) air yang
terbentuk karena penguapan dari air yang masuk kedalam bumi, dan (c) air
yang terkondensasikan di dalam bumi berasal dari embun yang tidak diketahui
asal - usulnya. Seluruh air merembes dari pegunungan menyerupai bunga
karang yang sangat besar, sehingga sebutan sungai hanya diterapkan pada ben-
tuk aliran air yang berasal dari mataair. Selanjutnya disebutkan pula bahwa
hujan menghasilkan aliran air deras, sehingga aliran sungai menjadi tidak
menentu.
Pemahaman tentang debit aliran selama periode hujan telah dikem-
bangkan oleh Bernard Palissi (1563 dan 1580) dan Pierre Perrault (1674) yang
menyebutkan bahwa curah hujan mampu membentuk aliran sungai. Aristote-
les percaya bahwa gempabumi dan gunungapi memiliki sumber kejadian yang
sama dan menyebutkan bahwa gempabumi berpengaruh terhadap pencampu-
ran udara basah dan udara kering di bumi. Selanjutnya dikenalkan juga jalur
3
4
laut yang tertutup oleh sedimen yang membentuk daratan, sehingga terbentuk
tanah timbul dan disebutkan pula bahwa yang membawa material dari daratan
ke laut adalah aliran dan diendapkan sebagai alluvium.
Strabo (54 SM - 25) telah melakukan perjalanan yang jauh dan telah
meneliti secara hati - hati, serta telah mencatat contoh lokasi aliran yang
menghilang dan yang muncul di permukaan. Pemikirannya tentang "Vale of
Tempe" merupakan hasil dari gempa bumi disertai dengan kegiatan gu -nun-
gapi dalam kurun waktu yang lama karena tekanan tenaga dari dalam bumi.
Kesimpulannya secara alamiah menyebutkan bahwa Gunung Visuvius adalah
gunungapi yang telah mati. Strabo menjelaskan juga tentang aluvium sungai
dan delta sungai yang memiliki bermacam - macam ukuran selaras dengan
luas daerah aliran sungai alamiah, sehingga delta sungai yang sa - ngat luas
mencerminkan daerah aliran sungai yang sangat luas dan susunan batuan yang
paling menonjol pada daerah aliran sungai tersebut berupa batuan yang lunak.
Beberapa penelitian delta yang telah dilakukan oleh Strabo menyebutkan per-
tumbuhan delta dihambat oleh kegiatan laut, terutama oleh pasang naik.
Seneca ( ? - 65) menyebutkan bahwa yang menyebabkan terjadinya
gempabumi lokal adalah kekuatan tenaga dari dalam bumi, dan pemikiran
lainnya menyebutkan bahwa curah hujan bukan salah satu sumber yang
menyebabkan aliran sungai dan disebutkan pula bahwa tenaga arus dapat
menggerus lembah, sehingga melahirkan konsep bahwa pembentuk lembah
adalah arus yang menggerus lembah tersebut.
Pemikiran - pemikiran kuno telah menyebutkan bahwa terdapat hu-
bungan proses (genetik) antara gempabumi dengan dengan deformasi kulit
bumi. Pernyataan tersebut menjadi rancu karena sebab, akibat dan kejadian
gempabumi justru dipengaruhi oleh deformasi.
4
5
pemikiran - pemikiran lain di Eropa. Sekolah - sekolah yang ada pada saat itu
adalah biara - biara yang tidak mempelajari ilmu tentang alam. Beberapa tem-
pat pendidikan di Arabia yang hidup pada saat itu telah memunculkan pemiki-
ran - pemikiran modern yang cemerlang.
5
6
seperti James Hutton, tetapi jejak langkahnya telah diikuti oleh beberapa
orang.
Leonardo da Vinci (1452 - 1519) merupakan salah satu kelompok
pertama yang menyusun pemikiran geologi dan dikatakan (Chorley et al,
1964) bahwa pemikiran yang cemerlang telah berkembang pada zamannya, se-
hingga merupakan puncak kecemerlangan para pemikir terdahulu. Leonardo
da Vinci menyebutkan bahwa lembah dipotong oleh arus, dan arus membawa
material dari salah satu tempat dipermukaan bumi kemudian diendapkan pada
suatu tempat.
Buffon (1707 - 1788) dari Perancis menyebutkan tenaga arus yang
mampu menggerus dan merusak lahan, selanjutnya diakhiri dengan perataan
yang memilki ketinggian yang sama dengan permukaan laut.
Targioni dan Tozetti (1712 - 1784) dari Italia menyebutkan bencana
erosi oleh arus dan pemikirannya tentang sungai yang terputus dihubungkan
dengan batuan yang tertoreh serta mengenalkan dasar - dasar perbedaan erosi
yang dipengaruhi oleh berbagai macam material geologi dan struktur geologi.
Guetthard (1715 - 1786) dari Perancis, membahas tentang degradasi
di pegunungan oleh arus, dan menyebutkan bahwa tidak seluruh material yang
dipindahkan oleh arus diangkut sampai ke laut, tetapi hanya sebagian material
yang terangkut oleh arus tersebut mencapai dataran pantai. Diyakini pula
bahwa laut merupakan tenaga penghancur yang sangat besar terhadap lahan,
selanjutnya arus dan laut disebut sebagai perusak yang sangat cepat terhadap
pantai curam di Perancis sebagai bukti pernyataannya.
Desmarest (7125 - 1815) menyuarakan pemikirannya tentang lembah
Perancis Tengah merupakan hasil kegiatan arus dan menelusuri perkemba-
ngan tahap evolusi bentanglahan.
De Saussure (1740 - 1799) dari Swiss menyebutkan bahwa lembah
Alpen merupakan hasil kegiatan pengikisan arus yang mengalir dari puncak
pegunungan dan mengalir mengikuti lembah tersebut. Selanjutnya disebutkan
6
7
pula bahwa glasiasi (pencairan es) dapat menjadi faktor penyebab terjadinya
erosi.
James Hutton (1726 - 1797) yang lahir di Edinburgh, Skotlandia, seo-
rang akhli fisika, tetapi lebih menyenangi ilmu pengetahuan, khususnya kimia
dan geologi. Sangat terkenal karena perannya sebagai pelopor PLUTONIAN
yang terkenal dengan batuan beku granit dan bertentangan dengan para akhli
dari sekolah Wernerian yang terkenal sebagai penganut NEPTUNIS yang
memiliki anggapan bahwa granit memiliki kandungan lapisan kimia. Selain
membahas granit, Hutton memperkenalkan pula batuan metamorf, tetapi
pernyataannya yang terkenal adalah konsep THE PRESENT IS THE KEY TO
THE PAST (saat ini merupakan kunci masa lalu), sehingga doktrin uniformi-
tarian bertentangan dengan konsep katastropisma. Teori bumi yang mengan-
dung konsep pengkajian hukum komposisi,dissolusi dan restorasi lahan
terhadap bumi telah diterbitkan pada tahun 1795 menjadi dua volume buku
dengan judul : THEORY OF THE EARTH, WITH PROOFS AND ILLUS-
TRATIONS.
John Playfair (1748 - 1819), seorang profesor matematika dan filsafat
di Edinburgh, Skotlandia, setelah meninggalnya James Hutton pada tahun
1802 menerbitkan buku dengan judul : ILLUSTRATION OF THE HUTTO-
NIAN THEORY OF THE EARTH , dengan gaya bahasa prosa ilmiah yang
teliti dan jelas, sehingga jarang ada persamaannya. Playfair menyimpulkan
pemikiran - pemikiran Hutton dengan jelas memiliki dampak yang sangat be-
sar, terutama terhadap Sir Charles Lyell yang menjadi pelopor uniformitarian.
Hasil penelitian Hutton menyebutkan bahwa proses masa lalu sampai masa
sekarang masih terus berlangsung, yaitu lahan terkikis oleh proses mekanik
dan kimia, yang sebelumnya telah diteliti namun salah, kecuali Desmarrest
yang melihat gejala - gejala yang dijelaskan oleh Hutton. Konsep sistem sun-
gai dan geomorfologi yang sangat berarti telah dikemukakan oleh Playfair
lebih baik dari sebelumnya dan pernyataannya sebagai berikut :
7
8
Konsep 1 : Proses yang berlangsung secara fisik saat ini memiliki ke-
cepatan yang berbeda selaras dengan waktu geologi.
8
9
Siswa - siswa W.M Davis diajarkan tentang faktor utama yang mem-
pengaruhi perkembangan bentuklahan adalah struktur geologi, proses geomor-
fologi dan tingkat pengaruhnya. Saat ini beberapa akhli geomorfologi mer-
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
merupakan hasil dari proses atau siklus geomorfologi. Pada umumnya to-
pografi rinci hasil dari siklus erosi yang berlangsung .
Horberg (1952) mengelompokkan bentanglahan menjadi beberapa kat-
egori, yaitu (1) bentanglahan sederhana, (2) bentanglahan campuran, (3) ben-
tanglahan siklus tungal, (4) bentanglahan multi siklus dan (5) bentanglahan
hasil pembentukan kembali.
Bentanglahan sederhana merupakan hasil proses geomorfologi tunggal,
artinya bentanglahan tersebut meninggalkan jejak siklus erosi yang terjadi
hanya satu kali dan umumnya terbatas pada permukaan bumi yang baru ter-
bentuk, seperti pengangkatan lantai samudra, permukaan kerucut vulkanik,
dataran lava, plato atau endapan yang tertutupoleh endapan glasial Plistosen.
Bentanglahan campuran merupakan hasil siklus erosi lebih dari satu kali atau
hasil dua atau lebih proses geomorfologi, sehingga timbul perdebatan karena
pada semua bentanglahan telah terjadi proses geomorfologi yang bercampur,
walaupun pada beberapa bentanglahan dapat ditemukan proses geomorfologi
tunggal, tetapi sangat jarang terjadi. Sebagai contoh bentanglahan hasil dari
kegiatan aliran air, tetapi perlu disadari bahwa proses yang berlangsung tidak
hanya kegiatan aliran air saja, proses - proses yang lain seperti pelapukan, ger-
akan material karena gravitasi, dan perpindahan material oleh angin sangat
berpengaruh terhadap perkembangan bentuk rupa bumi. Kondisi yang sama
terjadi pada bentanglahan hasil pelarutan oleh air tanah, erosi oleh limpasan
air permukaan dan proses - proses yang berlangsung terhadap pembentukkan
bentanglahan. Bentanglahan campuran tercermin sangat baik pada daerah
yang dipengaruhi oleh glasiasi Plistosen.
Konsep bentanglahan dengan iklim yang beragam dapat dimasukan se-
bagai konsep bentanglahan yang rumit, karena berkembang dibawah kondisi
iklim yang beragam sebagai faktor yang mempengaruhi proses geomorfologi
dan sangat berhubungan dengan kondisi iklim kala Plistosen. Munculnya ben-
tanglahan masa lampau yang telah ditutupi oleh batuan beku atau batuan sedi-
15
16
men karena batuan penutup tersebut terkikis, seperti saluran - saluran pada
masa praglasial yang muncul dan hanya sebagain kecil menjadi ciri lokal.
16
17
17
18
BAB 2
18
19
gai macam tujuan. Metode ITC dapat digunakan untuk tujuan pemetaan ge-
ologi, karena memasukkan beberapa aspek geomorfologi disertai dengan leg-
enda yang sederhana dan jelas, sehingga menjadi suatu sistem pemetaan geo-
morfologi yang memiliki karakteristik yang jelas.
Unsur - unsur yang perlu diperhatikan didalam menyusun sistem
gemorfologi adalah sebagai berikut :
1. Sistem dapat digunakan untuk setiap daerah dan lentur (fleksibel),
artinya legenda pada peta harus dapat dijadikan simbol untuk suatu
keputusan obyek penelitian.
2. Sistem dapat digunakan untuk pemetaan dengan berbagai macam
skala, sehingga isi peta diselaraskan dengan skala secara konseptual
dan grafis.
3. Sistem harus memberi penekanan terhadap unsur - unsur bentukla-
han, sehingga sistem mampu dijadikan landasan penelitian geomor-
fologi analitik dan geomorfologi sintetik.
4. Sistem harus menghasilkan peta - peta yang sederhana, sehingga da-
pat menekan biaya pembuatan peta.
2.1 Pemahaman peta dan manfaat peta
Peta adalah gambaran dari rupa bumi yang mencerminkan keadaan su-
atu daerah atau lokasi, sehingga peta dapat disebut sebagai petunjuk atau pem-
beri informasi rupa bumi dan lokasi suatu daerah. Beberapa jenis peta sebagai
petunjuk dan pemberi informasi antara lain : peta informasi, peta dasar (base
map) dan peta bertema (thematic map).
19
20
masi. Contoh - contoh peta informasi antara lain peta pariwisata, peta sekolah
(atlas) dan peta topografi.
Peta pariwisat mengandung informasi - informasi tentang letak, jarak
atau ciri khas tujuan wisata, sedangkan peta sekolah (atlas) memberi petunjuk
tentang daerah propinsi atau kabupaten, ibu kota propinsi atau kabupaten, sun-
gai - sungai yang terkenal dan gunung - gunung yang terkenal. Peta topografi
memilki kandungan informasi dan petunjuk daerah, lokasi, sungai, gunung,
titik ketinggian dan garis ketinggian (kontur) yang dapat mencerminkan kon-
disi lereng dengan melihat kerapatan kontur pada peta. Biasanya peta to-
pografi dijadikan peta kerangka untuk menyusun peta dasar atau peta bertema
(thematic map) yang dapat memberikan informasi tentang hubungan antara
elemen - elemen pokok dan satuan geomorfologi.
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
simbol garis berwarna merah untuk proses erosi dan warna biru untuk banjir
atau sedimentasi.
Bentuk permukaan
1. Morfografi Aspek yang digambarkan dari mor-
fologi suatu daerah, seperti dataran,
perbukitan atau pegunungan.
25
26
26
27
5. Bentanglahan (landscape)
27
28
28
29
sur lahan (land element) dari aspek - aspek geomorfologi yang bersifat rinci,
seperti alur erosi, arah arus sungai / pantai, arah ombak, arah sedimentasi, arah
lelehan lava gunungapi, dapat tercermin pada peta geomorfologi pragmatik.
Peta geomorfologi pragmatik biasanya dimanfaatkan untuk kepen -
tingan suatu kegiatan yang bersifat rinci (detai), seperti kegiatan penelitian
teknik, lingkungan, kebencanaan, hidrologi, dan kesesuaian lahan, sehingga
penamaan peta lebih cenderung mencerminkan maksud dan tujuan pemetaan
yang bersifat khusus, seperti peta morfokonservasi (lingkungan), peta morfo-
hidrologi (hidrologi), peta morfostruktur (struktur geologi), peta bahaya gu-
nungapai, dan peta kesesuaian lahan (land suitability map). Contoh peta geo-
morfologi pragmatik antara lain peta morfokonservasi dan peta hidrogeomor-
fologi.
Peta morfokonservasi, menggambarkan klasifikasi lereng, yaitu
kemiringan lereng dan kestabilan lereng. Kemiringan lereng terutama untuk
menghitung dan mengetahui tingkat erosi yang berlangsung serta kemungki-
nan gerakan tanah yang akan terjadi pada lereng tersebut. Verstappen dan Van
Zuidam (1968 dan 1975) membagi kemiringan lereng menjadi 6 kelas lereng,
yaitu : (1) kelas 00 - 20, (2) kelas 20 - 50, (3) kelas 50 - 150, (4) kelas
150 - 300, (5) kelas 300 - 550 dan (6) kelas diatas 550.
29
30
akan tanah yang aktif. Vegetasi alami, semi alami dan pertanian sangat mem-
pengaruhi proses erosi dan gerakan tanah, sehingga simbol - simbol vegetasi
digambar dengan warna hijau. Sama dengan peta analitik, garis kontur dan
lithologi (batuan) digambar dengan warna abu - abu sebagai bayangan.
Peta Hidrogeomorfologi, menggunakan simbol warna untuk membe-
dakan satuan hidrogeomorfologi yang sama dengan simbol - simbol yang bi-
asa digunakan didalam kajian hidrologi. Batasan satuan hidrogeomorfologi di-
dasarkan pada kemiringan lereng, tutupan vegetasi, permeabilitas daerah,
potensi air tanah, dan kedalaman air tanah.
Pada tabel 3 ditunjukkan bobot nilai lahan yang digunakan untuk mem-
bedakan empat kelas hidrogeomorfologi, yaitu air tanah dalam, kualitas aliran
air permukaan, mata air dan gerakan material yang diberi simbol de - ngan
garis arsir, simbol gambar, angka dan huruf dengan warna yang berbeda.
Seperti pada peta morfokonservasi yaitu tutupan vegetasi alami, perkebunan
dan pertanian diberi simbol warna hijau, sedangkan informasi topografi dan
lithologi yang penting digambar dengan simbol garis abi - abu atau coklat.
30
31
31
32
32
33
UNSUR - UNSUR
PEMETAAN GEOMORFOLOGI
33
34
3.1 Morfografi
Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk per-
mukaan bumi atau arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi
dapat dibedakan menjadi bentuklahan perbukitan/punggungan, pegunungan,
atau gunungapi, lembah dan dataran. Beberapa pendekatan lain untuk
pemetaan geomorfologi selain morfografi adalah pola punggungan, pola pe -
ngaliran dan bentuk lereng.
34
35
Bentuklahan plato.
35
36
36
37
meter), sehingga garis pantai lama tidak jauh dari kumpulan perbuk-
itan karst tersebut. Munculnya perbukitan karst disebabkan oleh su-
atu pengangkatan (tektonik).
d. Bentuklahan perbukitan yang memanjang mencerminkan suatu per-
bukitan yang terlipat, sehingga dapat diperkirakan material
penyusun berupa batuan sedimen, seperti batupasir, batulempung
dan batulanau atau perselingan batuan sedimen tersebut. Ciri khas
bentuklahan perbukitan terlipat memiliki pola pengaliran paralel
atau rektangular yang berbeda arah, mengikuti lereng sayap dari
perbukitan tersebut, sedangkan puncak dari perbukitan bertindak se-
bagai batas pemisah aliran (water devided). Bentuklahan perbukitan
memanjang terbentuk akibat dari kegiatan tektonik lemah (pen-
gangkatan), sehingga membentuk perlipatan. Perbukitan yang
berbelok atau terpisah, kemungkinan diakibatkan oleh gerakan dari
sesar geser.
e. Bentuklahan pegunungan terdapat pada suatu rangkaian gu-nungapi,
seperti rangkaian gunungapi Tangkuban Parahu dengan Tampomas
terdapat rangkaian pegunungan Bukit Tunggul, Manglayang dan
rangkaian pegunungan di Utara Tanjungsari, kemudian menyam-
bung dengan Gunungapi Tampomas. Selain rangkaian pegunungan
yang terdapat di sekitar gunungapi, terdapat pula rangkaian pegu-
nungan yang diakibatkan oleh tektonik, seperti rangkaian Pegunun-
gan Selatan Jawa Barat yang membentang dari Barat di Teluk Pal-
abuan Ratu (Sukabumi) sampai ke Timur di Teluk Pangandaran
(Ciamis).
37
38
cut kepundan. material yang dapat ditemui pada bentuklahan vulkanik bagian
puncak merupakan material halus sampai sedang (abu vulkanik / tuf), pada
lereng bagian tengah lelehan lava dan lahar serta pada bagian lereng bawah
berupa endapan rempah - rempah gunungapi (tefra).
Terbentuknya gunungapi akibat kegiatan magma yang mendorong dari
perut bumi ke permukaan bumi secara sinambung (terus menerus) dalam ku-
run waktu yang panjang, sehingga membentuk kerucut yang menjulang sam-
pai ketinggian tertentu, suatu saat mengalami erupsi yang cukup hebat men-
gakibatkan puncak kepundan menjadi tumpul. Pada gunungapi muda puncak
kepundan masih berbentuk kerucut dan erupsi masih terus berlangsung. Con-
toh Gunungapi Merapi di Jawa Tengah - Yogyakarta.
3.1.4 Lembah
Permukaan bumi yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan
membentuk lembah. Pada awalnya torehan (erosi) limpasan air permukaan
berupa erosi permukaan (sheet erosion) kemudian menjadi erosi alur (riil ero-
sion), erosi parit (gully erosion), lembah (valley) dan selanjutnya lembah seba-
gai penampung aliran air menjadi sungai. Limpasan air permukaan yang ma-
suk ke lembah selalu membawa muatan sedimen hasil dari pengikisan air
tersebut dan selanjutnya sungai membawa muatan sedimen untuk di endapkan
pada daerah (cekungan) tertentu menjadi suatu endapan (sedimen). Secara
garis besar jenis - jenis lembah dapat dibedakan menjadi :
- Jenis lembah U tumpul
- Jenis lembah U tajam
- Jenis lembah V tumpul
- Jenis lembah V tajam.
Jenis lembah U tumpul terjadi pada daerah - daerah yang relatif datar,
erosi yang berlangsung cenderung ke arah lateral (samping) dan erosi ke arah
vertikal (dasar sungai) relatif tidak berlangsung. Erosi ke arah vertikal terhenti,
38
39
karena telah mencapai batuan dasar sungai yang relatif keras dibandingkan
dengan batuan yang berada di tepi sungai.
Jenis lembah U tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki
kemiringan lereng landai, erosi lateral (ke samping) lebih besar dari pada erosi
vertikal (ke arah dasar sungai), pengumpulan (akumulasi) sedimen berlang-
sung dari lereng - lereng lembah.
Jenis lembah V tumpul terjadi pada daerah - daerah yang memiliki
lereng landai sampai agak curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) berlang-
sung lebih kuat daripada erosi lateral (ke arah samping) yang disertai dengan
erosi dari bagian atas lereng lembah tersebut dan pengumpulan (akumulasi)
endapan (sedimen) terjadi di dasar lembah. Bentuk lembah V tumpul yang
tidak simetris disebabkan oleh perbedaan jenis batuan dan / atau struktur pada
salah satu sisi lembah.
Jenis lembah V tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki
lereng curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) sangat kuat karena dipe -
ngaruhi oleh tektonik. Kondisi batuan dan iklim sangat berpengaruh terhadap
pembentukkan jenis lembah V tajam.
TERBUKA/
LEBAR
39
40
MENYEMPIT /
CURAM
MENYEMPIT /
CURAM
TERBUKA /
LEBAR
40
41
sesar atau bidan longsoran (mass wasting) yang telah tererosi pada bagian tepi
atasnya.
Bentuk lereng lurus, biasanya terjadi pada daerah - daerah lereng
vulkanik yang disusun oleh material - material vulkanik halus atau bidang
longsoran (llandslide).
Bentuk lereng cekung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang dis-
usun oleh material - material batuan lunak atau bidang longsoran (slump).
41
42
42
43
43
44
44
45
dendritik (sub dendritik), radial, angular (sub angular), tralis dan rektangular
termasuk pola erosional, sedangkan pola - pola lurus (elongate) , menga -
nyam ( braided), berkelok (meandering), yazoo, rektikular dan pola dikho-
tomik termasuk pola pengendapan. Klasifikasi pola khusus dibagi menjadi
pola pe-ngaliran internal seperti pola "sinkhole" pada bentuklahan karst
(gamping) dan pola "palimpset" atau "berbed" untuk daerah yang dianggap
khusus.
POLA PENGALI-
KARAKTERISTIK
RAN
DASAR
45
46
LANJUTAN TABEL
3.
POLA PENGALI-
RAN
MODIFIKASI
46
47
MENGANYAM
(DIKHOTOMIK) Kipas aluvium dan delta
KARST Batugamping
47
48
48
49
49
50
KONTROL
BENTUK SUNGAI
STRUKTUR
A. DINAMIK
B. PASIF.
50
51
3.2 Morfogenetik
Morfogenetik adalah proses / asal - usul terbentuknya permukaan
bumi, seperti bentuklahan perbukitan / pegunungan, bentuklahan lembah atau
bentuklahan pedataran. Proses yang berkembang terhadap pembentukkan per-
mukaan bumi tersebut yaitu proses eksogen dan proses endogen.
51
52
penyusun batuan secara fisika atau kimia, sehingga batuan menjadi lapuk dan
selanjutnya menjadi tanah. Lapisan permukaan tanah kemudian dikikis oleh
hujan selanjutnya material permukaan tanah yang lepas terhanyutkan dan di-
endapkan pada suatu cekungan pengendapan, seperti lembah / sungai atau laut.
Secara garis besar proses eksogen diawali dengan pelapukan batuan, kemudian
hasil pelapukan batuan menjadi tanah dan tanah terkikis (degradasional), ter-
hanyutkan dan pada akhirnya diendapkan (agradasional).
Kenampakkan proses erosi pada peta topografi atau foto udara ditun-
jukkan oleh kerapatan pola aliran, sehingga semakin rapat pola aliran menun-
jukkan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang cukup tinggi atau
dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan yang
relatif lunak dengan porositas yang buruk. Sebaliknya jika kerapatan pola pen-
galiran renggang, maka dapat diartikan bahwa daerah tersebut memiliki
tingkat erosi yang reltif kecil atau dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah
tersebut disusun oleh batuan yang relatif keras dan memiliki porositas yang
cukup baik serta memiliki ketahanan terhadap erosi.
3.2.2 Proses endogen
Proses endogen adalah proses yang dipengaruhi oleh kekuatan / tenaga
dari dalam kerak bumi, sehingga merubah bentuk permukaan bumi. Proses
dari dalam kerak bumi tersebut antara lain kegiatan tektonik yang meng-
hasilkan patahan (sesar), pengangkatan (lipatan) dan kekar. Selain kegiatan
tektonik, proses kegiatan magma dan gunungapi (vulkanik) sangat berperan
merubah bentuk permukaan bumi, sehingga membentuk perbukitan intrusi dan
gunungapi.
Ciri - ciri proses endogen yang berlangsung di suatu daerah pada peta
topografi atau foto udara adalah sebagai berikut :
Bentuklahan perbukitan intrusi :
- Bentuk perbukitan menyerupai kubah dan berpola terpisah (soliter).
- Pola aliran radial sentripetal (menyebar keluar dari titik pusat).
- Bentuk lereng relatif cembung.
52
53
53
54
54
55
3.3 Morfometri
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari suatu bentuklahan
dan merupakan unsur geomorfologi pendukung yang sangat berarti terhadap
morfografi dan morfogenetik. Penilaian kuantitatif terhadap bentuklahan
memberikan penajaman tata nama bentuklahan dan akan sangat membantu ter-
hadap analisis lahan untuk tujuan tertentu, seperti tingkat erosi, kestabilan
lereng dan menentukan nilai dari kemiringan lereng tersebut.
3.3.1 Lereng
Lereng merupakan bagian dari bentuklahan yang dapat memberikan in-
formasi kondisi - kondisi proses yang berpengaruh terhadap bentuklahan, se-
hingga dengan memberikan penilaian terhadap lereng tersebut dapat ditarik
kesimpulan dengan tegas tata nama satuan geomorfologi secara rinci. Ukuran
penilaian lereng dapat dilakukan terhadap kemiringan lereng dan panjang
lereng, sehingga tata nama satuan geomorfologi dapat lebih dirinci dan tujuan
- tujuan tertentu, seperti perhitungan tingkat erosi, kestabilan lereng dan peren-
canaan wilayah dapat dikaji lebih lanjut.
Ukuran kemiringan lereng yang telah disepakati untuk menilai suatu
bentuklahan adalah sebagai berikut :
55
56
8 - 13 Lereng landai 6 - 13 7 - 12
21 - 55 Lereng curam 25 - 55 18 - 24
15 - 50 Lereng pendek
56
57
57
58
Berombak 3 - 7 5 - 50
Berombak - Bergelom- 8 - 13 25 - 75
bang
Bergelombang - 14 - 20 75 - 200
Berbukit
58
59
BAB 2
SISTIMATIKA
PEMETAAN GEOMORFOLOGI
59
60
60
61
bersifat lebih khusus. Peta - peta geomorfologi yang ada sekarang pada
dasarnya merupakan peta - peta geomorfologi pragmatik.
61
62
4.1.1.1 Erosi
Erosi adalah proses pengikisan terhadap permukaan bumi oleh hujan
hujan, sehingga partikel - partikel permukaan bumi berpindah terangkut oleh
aliran air atau sungai. Jika kecepata aliran tenang dan memiliki kecepatan
yang rendah, maka perpindahan partikel - partikel hasil pengikisan tersebut
tidak menunjukkan telah terjadi erosi, sedangkan jika kecepatan aliran
meningkat, maka erosi berlangsung dengan cepat. Selaras dengan kondisi ali-
ran tersebut, maka jenis erosi dapat dibedakan menjadi :
- Erosi permukaan (sheet erosion)
- Erosi alur (riil erosion)
- Erosi parit (gully erosion).
Erosi permukaan berlangsung akibat dari limpasan air permukaan yang
tidak terpusat (terkonsentrasi) dan biasanya berlangsung pada saat hujan mulai
berlangsung, sehingga curah hujan yang jatuh dipermukaan tanah mulai men-
galir. Kondisi erosi permukaan tidak akan pernah tampak pada peta topografi
dan sangat sulit diinterpretasi melalui foto udara, namun sebagai ciri suatu
daerah mengalami erosi permukaan pada foto udara akan menunjukkan tutu-
pan vegetasi yang jarang.
Erosi alur berlangsung ketika limpasan air permukaan mulai bergabung
membentuk alur, sehingga aliran permukaan terpusat membentuk suatu alur
dan pengikisan terjadi pada alur - alur dari suatu aliran tersebut disertai dengan
torehan terhadap dinding alur dan dasar alur. Erosi alur memiliki ciri yang
hampir sama dengan erosi permukaan, tetapi pada foto udara dengan skala
yang besar akan tampak alu - alur pengikisan pada daerah yang terbuka, se-
hingga erosi alur dapat dipetakan pada skala peta yang besar.
Semakin tinggi debit hujan dan debit aliran pada alur yang terbentuk,
maka semakin kuat erosi vertikal dan horisonta mengakibatkan alur semakin
besar dan menjadi parit. Erosi parit memiliki ukuran yang reltif besar, se-
hingga pada peta topografi dicerminkan oleh lekukan garis kontur yang bertin-
dak sebagai aliran air ari suatu punggungan dan bersatu menjadi saluran arus
62
63
aliran air. Kenampakan pada foto udara sangat jelas, sehingga erosi parit dapat
dipetakan dengan skala peta sedang sampai besar.
Tabel 10. Media dan proses erosi (sumber : Van Zuidam, 1985)
AIR PER-
MUKAAN
Kegiatan hidrolik Traksi, saltasi, suspensi,
Arus permukaan larutan dan apungan.
dan arus bawah
permukaan; ali-
ran permukaan.
AIR TANAH
Tanpa arus Pencucian ; korosi Larutan
bawah tanah.
63
64
Selain faktor air yang mempengaruhi terjadinya erosi, maka faktor ke-
tahanan batuan terhadap pengikisan atau penggerusan merupakan salah satu
faktor yang berperan. Tampilan ketahanan batuan terhadap pe - ngikisan
atau penggerusan pada peta topografi dan foto udara akan ditunjukkan oleh
kerapatan pengaliran. Semakin rapat pola aliran, maka batuan mudah men-
galami pengikisan atau penggerusan, sedangkan semakin renggang pola aliran
berarti batuan semakin tahan terhadap pengikisan atau penggerusan.
Tabel 11. Ketahanan relatif batuan terhadap erosi dan pelapukan
(sumber : Van zuidam, 1985).
BATUAN BEKUAN
Tekstur halus
Hitam (basa) Biasanya tahan Gawir dan aliran
Basalt Biasanya tahan Tidak menyebar
Menengah An- Biasanya tahan Tebing terjal
desit
Cerah Rhi-
olite Biasanya sangat Gawir dan kubah
tahan Pengangkatan
Tekstur kasar Biasanya tahan Kubah dan pen-
Hitam (basa) Biasanya tahan gang-
Gabro Kecuali di wilayah katan..
Menengah arid
Sienite
Cerah
Granit
BATUAN ENDAPAN
Butiran halus
Lepas Lem- Lunak, membentuk Lahan terbuka
pung din-
ding tegak. Dataran rendah
Padat Bat- Biasanya lunak sam -
ulempung pai landai
Sangat lunak Dasar lembah.
64
65
BATUAN MALIHAN
(METAMORF)
Asal batuan endapan
Serpih Lunak Dataran rendah
Slate Lunak Dataran rendah
Batugamping sangat tahan Punggungan, gu-
Marble muk,
Batupasir dan monadnok.
Kuarsit Sangat tahan
Sangat tahan Pengangkatan
Asal batuan bekuan atau en- Pengangkatan dan
dapan punggungan.
Banded
Gneis
Schistose
Schist
Disadur dari : A.K. Lobeck, Geomorphology,Mc Graw-Hill New York
4.1.1.2 Longsor
Longsor adalah gerakan massa tanah atau batuan dengan jumlah yang
cukup besar dari suatu tempat ke tempat lain yang memiliki kemiringan lereng
dan disebabkan oleh gravitasi atau media air. Gerakan massa tanah atau batuan
tersebut dapat terjadi dengan kecepatan yang tinggi dan kecepatan yang ren-
65
66
dah. Tiga jenis utama gerakan massa tanah atau batuan, yaitu luncuran (slide),
aliran (flow) dan jatuhan (heave).
Luncuran, merupakan gerakan perpindahan blok massa tanah atau
batuan secara alami dari bagian tertinggi lereng yang curam ke arah bagian
kaki lereng. Gerakan perpindahan massa tanah dan batuan tersebut memiliki
kecepatan yang cukup tinggi (cepat), sehingga menimbulkan kerusakan pada
lereng yang dilalui. Faktor pengaruh terjadinya luncuran disebabkan oleh
lereng yang curam dan sedikit pengaruh air.
Aliran, merupakan gerak perpindahan massa tanah atau batuan yang
dipengaruhi oleh faktor air dengan kecepatan yang relatif cepat, sehingga tidak
menampakkan kerusakan. Gerakan massa tanah atau batuan berupa aliran bi-
asanya terjadi pada kemiringan lereng landai dan memiliki gerakan kejadian
yang tidak bersamaan serta terhenti jika kemiringan lereng mulai mendatar.
Jatuhan, merupakan gerak perpindahan massa tanah atau batuan yang
dipengaruhi oleh faktor gaya gravitasi, biasanya terjadi pada lereng yang san-
gat terjal (hampir tegak lurus). Gerak jatuh massa tanah atau batuan memiliki
kecepatan relatif lambat dan berlangsung pada daerah yang tidak luas.
Proses gerakan massa tanah atau batuan jarang terjadi bersamaan,
karena faktor pengaruh yang berbeda. Pada gambar diagram segitiga (gambar
9), menunjukkan klasifikasi jenis gerakan massa tanah atau batuan serta faktor
yang mempengaruhinya, seperti angkutan ketika terjadi gerakan atau kandun-
gan jenuh ketika terjadi gerakan.
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
cara rinci akan lebih baik jika dilakukan dila -pangan, tetapi kemampuan inter-
pretasi foto udara dan peta topografi ditambah dengan pengetahuan geologi
umum akan memberikan hasil lebih baik didalam menentukan batas - batas
batuan, perlapisan, foliasi, kelurusan dan hubungannya dengan bentuklahan,
seperti tampilan gawir sesar dan erosi. Pola aliran sungai yang tampak pada
foto udara dan peta topografi akan mencerminkan perlapisan batuan yang
cukup baik pada suatu daerah, walaupun tertutup vegetasi dan tanah, tetapi
masih mungkin untuk mengenali struktur geologi utama dan jenis batuan
seperti lanau, batupasir dan gamping. Smith (1943) menyebutkan bahwa ciri -
ciri terbaik untuk mengenali batuan di suatu daerah melalui foto udara atau
peta topografi adalah sebagai berikut : (1) kenampakkan topografi, (2) warna
tanah dan batuan, (3) sebaran vegetasi dan (4) struktur primer dan sekunder.
Tujuan interpretasi struktur adalah menentukan lokasi, sebaran dan
kesinambungan dari kunci hamparan bumi. Bentuk relief batuan yang tahan
terhadap pelapukan dan erosi, seperti batupasir, kuarsit dan batugamping di
bawah kondisi tertentu akan membentuk lapisan kunci yang baik. Hubungan
erat antara interpretasi struktur dengan relief tergantung pada pemahaman dan
analisis geomorfologi. Analisis pola aliran, kelurusan aliran dan pola vegetasi
akan memudahkan interpretasi geomorfologi. Hubungan tersebut akan mem-
berikan gambaran yang jelas terhadap relief dan struktur geologi, khususnya
pada daerah - daerah tektonik muda.
Pada daerah luas yang memiliki relief rendah dan tertutup oleh lapisan
tanah disertai dengan proses tektonik, malihan (metamorphisme) dan waktu
pengikisan, maka akan sulit melihat hubungan morfologi dengan struktur ge-
ologi yang ada. Lapisan batuan yang memiliki bidang lapisan, arah jurus dan
kemiringan lapisan batuan (strike & dip) mudah dikenali, terutama batuan en-
dapan yang memiliki bidang lapisan dengan jelas, karena ketahanan batuan
terhadap pelapukan dan erosi. Bidang lapisan batuan yang datar atau hampir
datar dan kontak sejajara serta tertutup tanah, pada kontur topografi menun-
jukkan pola - pola lingkaran tertutup, sehingga bidang lapisan batuan yang
72
73
datar seolah - olah tidak memiliki arah jurus lapisan (strike) atau jarang
tergambar pada bidang lapisan batuan tersebut.
Permukaan lapisan batuan ditunjukkan oleh relief topografi, lapisan
dengan perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi dicerminkan oleh
perubahan lereng pada topografi; lereng yang sangat curam menunjukkan
lapisan batuan yang sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan
lereng landai menunjukkan lapisan batuan yang kurang tahan terhadap pela-
pukan dan erosi. Kelompok lapisan batuan yang datar (horisontal), tebal dan
sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi akan menunjukkan tebing yang san-
gat tegak, karena keseragaman ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, maka
pola aliran normal akan mengambarkan pola aliran dendritik, khususnya jika
pengaruh kekar dan rekahan tidak ada.
Lapisan batuan yang tegak menunjukkan garis arah jurus lapisan dan
garis kontak lapisan akan lurus dan sejajar dengan arah jurus lapisan, sehingga
tampilan pada topografi tidak menunjukkan adanya pergeseran. Lapisan bat-
uan tegak yang tebal dapat langsung dikenali dari lebar hasil pelapukannya,
khususnya lapisan batuan yang memiliki perbedaan ketahanan terhadap pela-
pukan dan erosi, sehingga pola aliran jenis trelis sangat berkembang. Pola -
pola permukaan lapisan batuan yang memiliki kemiringan ditunjukkan oleh
relief topografi arah jurus dan kemiringan lapisan batuan. Kemiringan lapisan
batuan yang curam menyebabkan relief arah jurus lapisan batuan lebih menon-
jol, sehingga mempengaruhi bentuk permukaan lapisan batuan tersebut. Per-
mukaan topografi yang datar menyebabkan pola permukaan lapisan batuan
mengikuti arah jurus lapisan batuan sebenarnya. Jika permukaan topografi
tidak datar, maka pola permukaan lapisan batuan menjadi fungsi arah jurus
(strike), kemiringan lapisan (dip) merupakan kemiringan (gradient) topografi.
Pola - pola permukaan lapisan batuan tidak mengikuti sepanjang arah jurus
lapisan batuan sebenarnya, tetapi mengikuti arah jurus lapisan batuan semu.
Penyimpangan antara arah jurus lapisan batuan sebenarnya dengan
arah jurus lapisan batuan semu akan menambah kecuraman lereng pada to-
73
74
pografi, kecuali jika arah jurus lapisan batuan membentuk sudut yang tepat
terhadap kemiringan topografi, sehingga arah jurus lapisan batuan semu dan
arah jurus lapisan batuan sebenarnya memiliki kesamaan. Permukaan to-
pografi dan bidang lapisan batuan membentuk arah jurus punggungan mem-
bentuk hogback serta arah kemiringan lapisan batuan mudah dikenali. Pada li-
patan monoklinal yang baik menunjukkan susunan pola aliran paralel sampai
sub paralel dan trelis, setempat - setempat pola aliran dendritik. sungai atau
lembah pada topografi yang memotong arah jurus lapisan batuan de -ngan
membentuk sudut, maka pada lembah V tersebut akan tercermin suatu lapisan
dan kemiringan batuan yang jelas.
Lapisan batuan yang memiliki kemiringan landai menunjukkan lembah
Vs yang cukup panjang, sedangkan jika dibentuk oleh lapisan batuan dengan
sudut kemiringan yang tajam akan membentuk lembah Vs yang pendek. Lebar
suatu lembah atau punggungan ditentukan oleh tajam atau tumpulnya
kemiringan lapisan batuan. Jika suatu lembah memotong tegak terhadap arah
jurus lapisan batuan, maka lembah Vs akan membentuk tebing yang simetri,
sedangkan jika lembah Vs yang memotong arah jurus lapisan batuan memben-
tuk sudut, maka perkembangan tebing lembah Vs tidak akan simetri. Jika lem-
bah Vs sejajar (paralel) terhadap arah jurus lapisan batuan, maka lembah tidak
akan berkembang, tetapi percabangan aliran akan mengikis lembah lembah
Vs. Bidang lapisan batuan yang tertutup oleh vegetasi atau material per-
mukaan, maka arah jurus lapisan batuan dapat dikenali dengan dari ciri - ciri
pola aliran pada daerah tersebut.
Jika kemiringan lapisan batuan landai, maka aliran percabangan su -
ngai yang panjang akan mengikuti arah kemiringan lereng lapisan batuan,
tetapi apabila percabangan sungai pendek dicerminkan oleh gawir lereng
(Lattman dan Ray, 1965). Struktur lipatan yang diikuti dengan sesar normal
dan sesar naik dapat diketahui melalui pengulangan lapisan batuan dengan
kemiringan lapisan batuan yang berlawanan, kecuali pada lipatan isoklin. Jika
sumbu lipatan mendatar (horisontal), maka kedua sayapnya akan sejajar (par-
74
75
alel). Kedua sayap lipatan yang membentuk kurva (melengkung) dengan pun-
cak sinklinal atau antiklinal akan membentuk lembah V atau U. Kedua sayap
lipatan akan membentuk jalur permukaan lurus atau melengkung ada sisi - sisi
yang berlawanan. Pada suatu daerah perlipatan yang jelas, sumbu lipatan yang
terletak pada puncak atau lembah yang terbentuk akibat perlipatan tersebut da-
pat ditentukan dengan cara perhitungan atau perkiraan arah jurus dan
kemiringan lapisan batuan serta hubungan tiga dimensionalnya.
Pada lipatan rebah yang sering diikuti oleh struktur sesar dan sesar
naik, arah kemiringan lapisan batuan pada kedua sayapnya akan sama dan pola
lembah V sangat membantu menentukan sayap yang berlawanan.
Hubungan struktur geologi dengan morfologi akan tampak jelas pada
suatu daerah bervegetasi sedikit dan tutupan tanah relatif tipis, tetapi pada
daerah yang beriklim basah atau tropik basah, struktur geologi akan tercermin
oleh bentuk relief daerah tersebut. Kerapatan vegetasi ketebalan tanah yang
menutupi atau menghalangi morfologi struktur yang berada di bawahnya san-
gat sulit ditentukan, sehingga untuk menentukan struktur geologi tersebut pola
aliran dan penyimpangan pola aliran dapat digunakan sebagai ciri penentuan
struktur.
Aliran utama pada sayap lipatan cenderung mengalir sejajar arah jurus
lapisan batuan dan mengikuti celah - celah lapisan batuan yang tahan terhadap
pelapukan dan erosi, sedangkan aliran - aliran yang kecil mengalir searah
searah kemiringan lapisan batuan dan permukaan lereng lipatan membentuk
pola aliran yang trelis. Lapisan yang melengkung sekitar puncak lipatan ter-
cermin oleh aliran utama yang melengkung. Pola aliran radial dan anular atau
gabungan kedua pola tersebut sering berkemang pada daerah - daerah yang
berbentuk kubah atau lipatan (antiklin) sungkup.
Howard (1967) menyebutkan kelokan (meander) lokal pada sungai,
kelokan tajam (compressed meander), percabangan sungai lokal, keragaman
75
76
76
77
runoff ) yang terkumpul. Jika diameter batuan penutup ukurannya lebih kecil
dari pada tinggi bukit disekitarnya, maka digunakan istilah "butte".
Kemiringan lapisan batuan yang memiliki satu arah, karena posisi awalnya su-
dah miring (contoh : lereng cekungan pengendapan yang curam) atau miring
karena tektonik, maka bentanglahan yang berkembang menunjukkan relief
perbukitan atau pegunungan yang disusun oleh batuan keras yang miring.
Bentuklahan yang simetris atau asimetris tergantung pada kemiringan lapisan
batuan dan proses yang berlangsung pada bentuklahan tersebut. Struktur
monoklin yang cukup dikenal antara lain "cuesta", "hogback" dan pegunungan
"dike".
"Cuesta' adalah punggungan asimetri dengan salah satu sayap yang
panjang, umumnya searah dengan kemiringan lapisan batuan yang keras dan
lereng landai. Pada salah satu sisi lereng "cuesta" memiliki kemiringan lereng
yang terjal, sedangkan pada sayap lain memiliki kemiringan yang landai.
" Hogback" adalah punggungan dengan puncak yang terjal, dibentuk
oleh lapisan batuan keras atau batuan yang memiliki kemiringan lapisan bat-
uan yang terjal. Bentuklahan pada umumnya agak simetri, tetapi ada juga yang
tidak simetri.
Punggungan yang menyerupai "dike" dibentuk oleh lapisan batuan
yang memiliki kemiringan hampir tegak, kemiringan lereng sangat curam dan
hampir simetris. Lapisan atau struktur lapisan sejajar (planar) yang miring
merupakan bagian dari lipatan tunggal (single fold ) atau bagian dari sistem li-
patan (kumpulan lipatan). Struktur lipatan dapat berupa antiklin atau sinklin.
Antiklin adalah lipatan ke atas yang telah mengalami perkembangan beberapa
tahap. Antiklin sederhana memiliki kemiringan lapisan batuan dari arah sumbu
antiklin ke arah sisi - sisi yang berlawanan, sedangkan sinklin adalah lipatan
lapisan batuan dengan arah kemiringan yang bertindak sebagai sayap menuju
sumbu sinklin (lihat gambar ...). Suatu daerah yang terlipat dan tererosi akan
menunjukkan relief yang bergelombang membentuk bukit dan lembah. Bagian
bukit menunjukkan antiklin, sedangkan bagian lembah menunjukkan sinklin.
77
78
Jika daerah terlipat tererosi, maka akan tampak bentuk lapisan batuan yang
dipengaruhi oleh perbedaan kekerasan batuan. Kedua sisi antiklin dikenal se-
bagai sayap, sedangkan pada bagian yang paling tinggi disebut puncak.
Bidang yang memotong lipatan pada puncaknya disebut sebagai bidang
sumbu. Jika bidang sumbu tegak sejajar sumbu lipatan, maka lipatan tersebut
dinamakan lipatan simetri.
Kekar dan sesar sangat mempengaruhi perkembangan bentuklahan,
sedangkan kekar - kekar tersebut pada umumnya membentuk arah yang tegak
atau mendatar pada lapisan batuan selaras dengan arah gerak yang tidak berat-
uran. Sistem kekar sangat banyak dan suatu sistem kekar terdiri dari dua atau
lebih kelompok kekar yang sejajar. Pelapukan dan erosi yang mengikuti sis-
tem alur kekar sejak terbentuk akan menjadi tempat mengalirnya air ketika ter-
jadi hujan. Sistem kekear yang sangat luas mudah dikenali pada foto udara
dan peta topografi dengan cara melihat pola aliran sungai, kerapatan vegetasi
yang berkelompok pada jalur kekar dan arah perbukitan.
78
79
79
80
80
81
keluar melalui beberapa saluran magma yang tersebar luas pada suatu daerah
disebut sebagai daerah letusan.
Klasifikasi ini sulit untuk diterapkan pada setiap kejadian letusan,
karena sebuah letusan akan terjadi di sepanjang rekahan (minakat lemah), se-
hingga pusat letusan besar dapat terjadi melalui sejumlah kerucut parasit (par-
asit cone) yang terapat disepanjang jalur rekahan pada sayap / lereng gunun-
gapi. Perbedaan pusat letusan dengan letusan yang terjadi melalui rekahan
umumnya tergantung pada skala dan tahap pertumbuhan gu - nungapi, se-
hingga perbedaan itu akan sangat menonjol. Daerah gunungapi disebut juga
"polyrifice" dicirikan oleh tidak pernah terdapat pusat letusan, karena letusan
akan terjadi pada titik - titik tertentu dalam kurun waktu yang panjang (Kara-
petian, 1964).
Struktur tubuh gunungapi cenderung berukuran kecil dan jarang men-
capai ketinggian 450 meter. Terak (scoria) lava, kerucut lava, kubah lava dan
hamparan lava adalah sebutan jenis - jenis gunungapi yang paling menonjol,
sedangkan gunungapi strato sangat jarang atau hampir tidak ada. Sebaran gu-
nungapi pada umumnya tidak beraturan, tetapi tidak menutup kemung-kinan
sebaran gunungapi tersebut berkelompok. Kondisi sebaran gunungapi tersebut
berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa gunungapi terbentuk
bersamaan dengan tumbukan dan pemekaran lempeng, sehingga gunungapi bi-
asanya terbentuk pada sabuk pegunungan Alpen dan sabuk Pasific
(gambar ). Komposisi petrografi batuan penyusun gunungapi pada suatu
daerah yang luas akan memiliki kesamaan, sehingga berdasarkan sebaran yang
luas dan kesamaan petrografinya, maka jenis gunungapi dapat dibagi menjadi
dua kategori, yaitu (1) kerucut dan sebaran kerucut serta hubungan bentuk
kubah dan (2) plato dan dataran. Beberapa gunungapai ada yang membentuk
sebagian kubah lava dan sebagian lagi membentuk plato vulkanik. Selanjutnya
tampilan negatif hasil letusan berupa kaldera yang sa- ngat luas, sehingga ter-
bentuk danau hasil dari letusan tersebut atau akibat penurunan (depresi) yang
terbendung oleh lava yang mengeras.
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
di tengah kawah atau kepundan yang sangat besar, maka disebut sebagai
kumpulan kerucut terak ("nested scoria cones"), penampang melintang antara
kerucut bagian dalam dengan dinding kawah disebut "fosse".
Saat lelehan lava bersentuhan dengan laut, maka akan terjadi letusan
dan semburan pecahan lava, sehingga pecahan lava tersebut membentuk
tumpukan pecahan lava yang disebut sebagai kerucut litoral ("littoral cones")
dengan ketinggian 100 meter dan memiliki diameter 1 kilometer. Sering dite-
mukan satu atau dua bukit yang terbentuk pada sisi aliran lava
( Wentworth dab Macdonald, 1953). "Maars" atau kawah bekas letusan adalah
bentuklahan yang disebabkan oleh letusan gunungapi, terdiri dari kawah sam-
pai bagian yang paling bawah, luas dan dalam. Disekitar bibir kawah dibentuk
oleh semburan material - material piroklastik, batuan bekuan atau batuan dasar
dan sering dicirikan oleh bentuk endapan besar asimetris yang searah dengan
arah angin pada kawah tersebut. Pada penampang akan tampak bagian sisi
yang curam mengarah ke kawah dan lereng yang berlawanan arah dengan
lereng curam memiliki kemiringan yang landai (umumnya 40 atau kurang)
membentuk lapisan piroklastik yang relatif sejajar dari arah kawah. Kawah
sering memeiliki diameter 1 kilometer dan ketinggian bibir antara 50 sampai
100 meter. "Maar" biasanya terdapat bersama dengan endapan batuan bekuan
basal dan kawah bagian bawah ditutupi oleh air membentuk danau.
92
93
93
94
94
95
gapi utama, tetapi yang tampak adalah rangkaian gunungapi, sehingga disebut
sebagai rangkaian kerucut ("multiple cones").
"Cryptocones" adalah gunungapi yang memilikilubang kawah atau
bibir kawah yang kasar dan kadang - kadang ditemukan lapisan material gu-
nungapi yang tebal, tidak ditemukan batuan beku yang memiliki struktur yang
dibentuk oleh pelepasan gas tau tampilan permukaan saluran magma ("vent")
tidak sampai ke permukaan.
Kawah meteorit memiliki bentuk permukaan yang sama dengan gu-
nungapi, tetapi cara terbentuknya bukan diakibatkan oleh gunungapi,
melainkan oleh jatuhan meteor ke permukaan bumi, kemudian meledakdan le-
tusannya memberi dampak seperti bentuk kawah tersebut. Batuan meterorit
yang jatuh membentuk kawah jarang ditemukan disekitar bibir kawah, karena
pecahannya menyebar jauh dari bibir kawah. Ciri lain dari meteor yang jatuh
ke permukaan bumi adalah kenampakan fragmen batuan dasar pada bibir
kawah menjadi miring akibat benturan meteor yang jatuh tersebut.
Kaldera adalah depresi (cekungan) gunungapi yang sangat luas
berdiameter mencapai 5 kilometer. tiga jenis utama kaldera yang dikenal, yaitu
kaldera runtuhan, kaldera letusan dan kaldera eosi. Kaldera runtuhan selanjut-
nya dibagi menjadi jenis Karakatau atau kaldera runtuh karena suatu letusan
dan jenis kaldera Glencoe taua kalderayang mengalami penurunan ("subsi-
dence") (ganbar 32). Pada jenis kaldera glencoe, penurunan tidak diikuti den-
gan letusan abu, tetapi rekahan yang mengisolasi bagian tengah yang mel-
ingkar menyebabkan terjadinya terobosan ( intrusi) lateral atau jalan keluarnya
lelehan lava.
Kaldera hasil dari letusan sangat jarang, tampilan letusan gunungapi
yang membentuk kaldera sebenarnya hanya dapat menghasilkan kaldera den-
gan garis tengah kurang dari 1,5 kilometer. sedangkan kaldera yang berdiame-
ter besar merupakan hasil dari beberpa kali letusan. Selanjutnya jenis ketiga
adalah kaldera erosi, yaitu kaldera yang memiliki luas akibat erosi terhadap
dinding kawah. Kaldera erosi akan hilang selaras dengan pemebntukkan
95
96
kaldera baru oleh proses yang berbeda (bukan erosi), seperti runtuhan atau
penurunana (subsidence).
96
97
97
98
98
99
di bawah permukaan air, maka biasanya terbentuk struktur khusus yang dise-
but sebagai lava bantal ("pillow lava"). Lava mendingin dengan cepat, se-
hingga membentuk lava yang mengkilat seperti kaca, tetapi lapisan kulit yang
plastis terdapat menutupi lava yang cair bergulung seperti kantung plastik
yang diisi penuh oleh larutan. Kantung - kantung yang berbentuk membulat
seperti lelehan saus merupakan bantal dan biasanya saling bertumpuksatu den-
gan yang lainnya. Pada bagian puncak berbentuk membulat, tetapi pada bagian
dasar yang masuk ke bagian dalam membentuk lapisan. Tampilan ini tampak
sama dengan kilapan kaca, kulit tachylitic dan rekaha radial (gambar 34),
membentuk bantal yang mudah dibedakan dari bentukkebundaran bongkah
karrena pelapukan mengelupas bawang. Banyak lava bantal yang terbentuk di-
laut, tetapi ada juga yang terbentuk pada air tawar (danau).
Tampilan lava minor. Pendinginan aliran lava menyebabkan penyusu-
tan, sehingga terbentuk formasi kekar. penyusutan dan pembentukan formasi
kekar ini tidak pernah terjadi pada massa lava seperti bubur, tetapi akan men-
capai geometri yang sempurna pada sebaran larutan kental lava basal yang
luas. Pengkerutan (kontraksi) terjadi ketika lava mendingin yang dicerminkan
oleh garis - garis kekar memusat yang menjadi arah tekanan. Ketika
pengkerutan (kontraksi) memenuhi ruang, maka rekahan - rekahan menjadi
kekar, kemudian memebntuk pecahan heksagonal. Pola - pola kekar yang
tegak membagi lava menjadi kolom - kolom tegak heksagonal dan pecah
membentuk blok - blok karena rekahan yang melintang.
99
100
100
101
kolom normal dan terakhir membentuk rekahan - rekahan yang saling berpo-
tongan.
Secara alamiah bagian permukaan lava akan lebih cepat dingin dari
pada bagian dalam (tengah) aliran lava, sehingga bagian permukaan tersebut
akan mengkerut dan pecah. Pada aliran lava, blok - blok lava terangkut sampai
ujung ujung aliran dan terbenam, sehingga gerakan aliran lava yang men-
dorong blok - blok lava tersebut membentuk celah - celah yang menjadi jalur
aliran lava tersebut, sedangkan pada bagian atas dan bawah aliran lava tersebut
membentuk bongkah - bongkah kerak. Selanjutnya pada saat bagian atas aliran
lava mendingin secara tiba - tiba, maka aliran lava tersebut akan terputus
membentuk ujung - ujung aliran (" toe") yang baru atau membentuk satuan ali-
ran yang baru. Pada bagian dalam (tengah) tubuh aliran yang mendinging per-
lahan - lahan masih bersifat cair dari pada bagian luar (tepi) dan akan bergerak
setiap saat, sehingga dapat dibedakan bagian luar dan bagian dalam dari suatu
aliran lava yang tampak dengan skala kecil.
aliran lava sangat berhubungan dengan kenampakkan topografi, se-
hingga aliran lava sangat cepat akan memenuhi lereng - lereng yang terjal. Se-
lanjutnya aliran lava dapat bergerak pada lereng - lereng yang memiliki
kemiringan landai, sedangkan pada lereng yang tegak membentuk aliran lava
terjun seperti air terjun. Aliran lava yang sangat kental dapat menghancurkan
penghalang - penghalang di jalur alirannya dan aliran lava yang relatif cair
akan terbelokkan oleh lambatnya aliran lava kental yang bertindak seperti tan-
gul - tanggul kecil. Kejadian bentuk - bentuk aliran lava sangat rumit, se-
hingga dapat menunjukkan bermacam - macam tampilan seperti lava yang
berlapis, gua - gua lava dan bongkah - bongkah (gambar 35).
Salah satu bentuk lava (minor) dapat ditemukan pada ujung dari aliran
lava ("TOE"), yaitu bagian paling depan suatu aliran lava yang berbentuk
cembung dengan ketinggian 3 meter dan panjang dapat mencapai puluhan me-
ter.
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
Simbol huruf :
1. Satuan bentuklahan struktural (S)
a. Satuan bentuklahan perbukitan terlipat - S.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan sesar - S.2
106
107
Simbol gambar :
Bentuklahan struktural.
107
108
Perlipatan
Sesar naik.
Bentuklahan vulkanik
Kawah / kepundan
Bentuklahan denudasional
Arah erosional
108
109
109
110
Tanggul alam
Datraran banjir
Undak sungai.
Kubah karst
Sinkhole
Dolina
110
111
BAB 5
PENULISAN LAPORAN
111
112
5. KESIMPULAN
Peta geomorfologi akan sangat membantu didalam melaksanakan
pemetaan geologi jika dipahami dengan baik, sehingga biaya yang dibutuhkan
untuk melaksanakan kegiatan pemetaan geologi menjadi lebih murah, karena
waktu yang diperlukan untuk pemetaan geologi akan sangat berkurang dan pe-
najaman terhadap aspek - aspek geologi dapat ditelusuri dari sejak awal
(kegiatan di studio).
Pemahaman geomorfologi yang sama di kalangan geologi akan sa -
ngat membantu didalam penelitan - penelitian geologi, terutama penelitian ge-
ologi yang bersifat khusus, sehingga tidak akan terjadi silang pendapat yang
cukup tajam dan dapat berakibat terbengkalainya program penelitian.
Simbol - simbol yang digunakan perlu ditata kembali sesuai dengan
simbol - simbol yang telah disepakati oleh internasional (khususnya para akhli
geomorfologi), sehingga tidak terjadi penggunaan simbol yang sembarangan.
Penulisan laporan tentang geomorfologi harus menjadi satu rangkaian laporan
yang mencerminkan kondisi geologi berdasarkan pendekatan geomorfologi.
112