Anda di halaman 1dari 112

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Penggunaan nama bentuklahan sebagai geomorfologi karena rasa tidak


puas terhadap peristilahan fisiografi yang telah berkembang lebih dahulu. Isti-
lah fisiografi digunakan di Eropa dan memasukkan unsur - unsur iklim, meteo-
rologi, kelautan dan matematik geografi. Geomorfologi merupakan bagian
utama geologi, walaupun kenyataannya di Eropa, Amerika dan Indonesia di-
anggap sebagai geografi fisik.
Geomorfologi di lingkungan geologi belum berkembang, karena lebih
banyak berkembang di lingkungan geografi untuk kepentingan pengemba -
ngan wilayah, penggunaan lahan dan hidrologi, sedangkan para pakar geologi
memiliki anggapan bahwa geomorfologi merupakan bagian dari bidang ilmu
geografi, padahal teknologi satelit sumberdaya alam yang berkembang saat ini
merekam permukaan bumi dan menunjukkan potret muka bumi setiap hari, se-
hingga ketika harus menggunakan citra satelit para akhli geologi harus belajar
kembali geomorfologi.

1.1 Pengertian geomorfologi


Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar
kata, yaitu Ge(o) = bumi, morphe = bentuk dan logos = ilmu, sehingga kata
geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk per-
mukaan bumi. Berasal dari bahasa yang sama, kata geologi memiliki arti ilmu
yang mempelajari tentang proses terbentuknya bumi secara keseluruhan.

Definisi ; Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk


permukaan bumi serta proses - proses yang berlangsung
terhadap permukaan bumi sejak bumi terbentuk sampai se-
karang.

1
2

Berdasarkan pengertian dan definisi geomorfologi, maka bidang ilmu


geomorfologi merupakan bagian dari geologi yang mempelajari bumi dengan
pendekatan bentuk rupa bumi dan arsitektur rupa bumi. Tujuan mempelajari
geomorfologi di lingkungan geologi selaras dengan motto Hutton , yaitu THE
PRESENT IS THE KEY TO THE PAST (sekarang adalah kunci masa lalu).
Pemahaman kata sekarang (the present) adalah pemahaman terhadap bentuk
rupa bumi yang dapat dijadikan cerminan proses yang berlangsung di masa
lalu.
Faedah yang diharapkan dengan mempelajari geomorfologi yaitu
membantu menelusuri proses - proses yang berlangsung pada bumi sejak ter-
bentuknya bumi sampai sekarang dengan pendekatan bentuk rupa bumi yang
tampak sekarang, sehingga pada penelitian geologi dapat dilakukan dengan
cepat dan murah.

1.2 Konsep dasar geomorfologi


Bentuklahan adalah fenomena geologi yang telah banyak dikem-
bangkan dan direnungkan oleh para akhli filsafat kuno dan tidak hanya mem-
buat pernyataan '" saat ini menjadi kunci masa lalu ", tetapi proses geomor-
fologi saat ini memilki arti yang sangat penting, karena perbincangan tentang
sistematika evolusi geomorfologi tidak hanya terjadi pada awal abad ke 19,
tetapi berlangsung sampai sekarang.

1.2.1 Konsep pemikiran geomorfologi kuno


Pembahasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan biasanya di-
awali dengan pemikiran - pemikiran para akhli filsafat Yunani dan Romawi.
Membahas pemikiran - pemikiran para akhli Yunani dan Romawi kuno ten-
tang perkembangan bentuklahan suatu kegiatan yang sangat baik untuk lebih
mengenal perkembangan ilmu dimasa silam (Dark Age) yang telah banyak
dilupakan, namun sangat membantu didalam pemahaman tentang evolusi geo-

2
3

morfologi yang dikembangkan oleh para pemikir kuno, seperti Herodatus,


Aristoteles, Starbo dan Seneca.

Herodatus (485 - 425 SM) sebagai " Bapak Sejarah " telah banyak
melakukan penelitian geologi, menyebutkan pentingnya serpih dan lempung
yang diendapkan setiap tahun oleh Sungai Nil, sehingga Mesir dianggap telah
mendapat hadiah dari sungai. Selanjutnya disebutkan pula bahwa gempabumi
adalah pegunungan yang menggeliat karena dewa sedang marah. Temuan fosil
kerang di puncak - puncak perbukitan di Mesir menyebabkan Herodatus
menarik kesimpulan berdasarkan temuannya tersebut bahwa air laut telah
menggenangi dataran Mesir. Kesimpulan Herodatus tersebut merupakan dasar
pemikiran perubahan muka air laut yang menjadi bahasan penting didalam ge-
omorfologi.
Aristoteles (384 - 322 SM) didalam tulisannya menyebutkan tentang
asal - usul mataair yang diyakininya bahwa air yang mengalir dari mataair
disebabkan oleh (a) air hujan yang terjebak pada lapisan tanah, (b) air yang
terbentuk karena penguapan dari air yang masuk kedalam bumi, dan (c) air
yang terkondensasikan di dalam bumi berasal dari embun yang tidak diketahui
asal - usulnya. Seluruh air merembes dari pegunungan menyerupai bunga
karang yang sangat besar, sehingga sebutan sungai hanya diterapkan pada ben-
tuk aliran air yang berasal dari mataair. Selanjutnya disebutkan pula bahwa
hujan menghasilkan aliran air deras, sehingga aliran sungai menjadi tidak
menentu.
Pemahaman tentang debit aliran selama periode hujan telah dikem-
bangkan oleh Bernard Palissi (1563 dan 1580) dan Pierre Perrault (1674) yang
menyebutkan bahwa curah hujan mampu membentuk aliran sungai. Aristote-
les percaya bahwa gempabumi dan gunungapi memiliki sumber kejadian yang
sama dan menyebutkan bahwa gempabumi berpengaruh terhadap pencampu-
ran udara basah dan udara kering di bumi. Selanjutnya dikenalkan juga jalur

3
4

laut yang tertutup oleh sedimen yang membentuk daratan, sehingga terbentuk
tanah timbul dan disebutkan pula bahwa yang membawa material dari daratan
ke laut adalah aliran dan diendapkan sebagai alluvium.
Strabo (54 SM - 25) telah melakukan perjalanan yang jauh dan telah
meneliti secara hati - hati, serta telah mencatat contoh lokasi aliran yang
menghilang dan yang muncul di permukaan. Pemikirannya tentang "Vale of
Tempe" merupakan hasil dari gempa bumi disertai dengan kegiatan gu -nun-
gapi dalam kurun waktu yang lama karena tekanan tenaga dari dalam bumi.
Kesimpulannya secara alamiah menyebutkan bahwa Gunung Visuvius adalah
gunungapi yang telah mati. Strabo menjelaskan juga tentang aluvium sungai
dan delta sungai yang memiliki bermacam - macam ukuran selaras dengan
luas daerah aliran sungai alamiah, sehingga delta sungai yang sa - ngat luas
mencerminkan daerah aliran sungai yang sangat luas dan susunan batuan yang
paling menonjol pada daerah aliran sungai tersebut berupa batuan yang lunak.
Beberapa penelitian delta yang telah dilakukan oleh Strabo menyebutkan per-
tumbuhan delta dihambat oleh kegiatan laut, terutama oleh pasang naik.
Seneca ( ? - 65) menyebutkan bahwa yang menyebabkan terjadinya
gempabumi lokal adalah kekuatan tenaga dari dalam bumi, dan pemikiran
lainnya menyebutkan bahwa curah hujan bukan salah satu sumber yang
menyebabkan aliran sungai dan disebutkan pula bahwa tenaga arus dapat
menggerus lembah, sehingga melahirkan konsep bahwa pembentuk lembah
adalah arus yang menggerus lembah tersebut.
Pemikiran - pemikiran kuno telah menyebutkan bahwa terdapat hu-
bungan proses (genetik) antara gempabumi dengan dengan deformasi kulit
bumi. Pernyataan tersebut menjadi rancu karena sebab, akibat dan kejadian
gempabumi justru dipengaruhi oleh deformasi.

1.2.2 Fajar pemikiran geomrfologi modern


Setelah beberapa abad pemikiran geomorfologi cenderung mengikuti
pola pemikiran Kekaisaran Romawi, hanya sedikit atau mungkin tidak ada

4
5

pemikiran - pemikiran lain di Eropa. Sekolah - sekolah yang ada pada saat itu
adalah biara - biara yang tidak mempelajari ilmu tentang alam. Beberapa tem-
pat pendidikan di Arabia yang hidup pada saat itu telah memunculkan pemiki-
ran - pemikiran modern yang cemerlang.

Ibn Sina (980 - 1037) menyatakan bahwa asal - usul pegunungan


dibedakan menjadi dua kelas, yaitu (1) hasil dari suatu pengangkatan bumi,
seperti bagian dari gempabumi dan (2) pengaruh aliran air yang disertai de -
ngan hembusan angin di suatu lembah yang bersusunan batuan lunak. Konsep
pegunungan menurut Ibnu Sina merupakan cerminan hasil dari perbedaan
tingkat erosi yang berlangsung secara perlahan - lahan dalam kurun waktu
yang panjang. Beberapa pandangannya telah telah ditetapkan sebagai awal
dari pemikiran modern, tetapi tidak diterapkan pada pemikiran Eropa Barat.
Pembuktian yang sangat luas tentang konsep Ibnu Sina telah dilakukan oleh
sekelompok muridnya yang bukan berasal dari orang Arab dan dikenal dengan
judul " DISCOURSES OF THE BROTHERS OF PURITY " (bahasan saudara
yang seiman) pada tahun 941 dan 982 (Said, 1950). Didalam empat volume
buku yang disusun tersebut diceritakan tentang erosi dan transportasi oleh arus
dan angin, pelapukan serta awal pemikiran peneplain.

1.2.3 Hutton sang pendahulu


Konsep penggerusan lahan didalam pemikiran yang tajam dan tepat
dari suatu bentanglahan perlu dipikirkan kembali oleh para pemikir sebagai
landasan dasar geomorfologi modern. Para pemikir kuno yang berpikir tentang
perusakan lahan oleh proses erosi, tidak memiliki pemikiran yang matang un-
tuk dijadikan suatu kesimpulan yang layak (logic). Ruang dan waktu tidak
memberikan keleluasaan untuk membahas perkembangan jangka panjang dan
jangka pendek untuk membahas tentang pemikiran geologi agar menjadi suatu
pekerjaan tentang bumi (ground work) untuk bapak geomorfologi modern

5
6

seperti James Hutton, tetapi jejak langkahnya telah diikuti oleh beberapa
orang.
Leonardo da Vinci (1452 - 1519) merupakan salah satu kelompok
pertama yang menyusun pemikiran geologi dan dikatakan (Chorley et al,
1964) bahwa pemikiran yang cemerlang telah berkembang pada zamannya, se-
hingga merupakan puncak kecemerlangan para pemikir terdahulu. Leonardo
da Vinci menyebutkan bahwa lembah dipotong oleh arus, dan arus membawa
material dari salah satu tempat dipermukaan bumi kemudian diendapkan pada
suatu tempat.
Buffon (1707 - 1788) dari Perancis menyebutkan tenaga arus yang
mampu menggerus dan merusak lahan, selanjutnya diakhiri dengan perataan
yang memilki ketinggian yang sama dengan permukaan laut.
Targioni dan Tozetti (1712 - 1784) dari Italia menyebutkan bencana
erosi oleh arus dan pemikirannya tentang sungai yang terputus dihubungkan
dengan batuan yang tertoreh serta mengenalkan dasar - dasar perbedaan erosi
yang dipengaruhi oleh berbagai macam material geologi dan struktur geologi.
Guetthard (1715 - 1786) dari Perancis, membahas tentang degradasi
di pegunungan oleh arus, dan menyebutkan bahwa tidak seluruh material yang
dipindahkan oleh arus diangkut sampai ke laut, tetapi hanya sebagian material
yang terangkut oleh arus tersebut mencapai dataran pantai. Diyakini pula
bahwa laut merupakan tenaga penghancur yang sangat besar terhadap lahan,
selanjutnya arus dan laut disebut sebagai perusak yang sangat cepat terhadap
pantai curam di Perancis sebagai bukti pernyataannya.
Desmarest (7125 - 1815) menyuarakan pemikirannya tentang lembah
Perancis Tengah merupakan hasil kegiatan arus dan menelusuri perkemba-
ngan tahap evolusi bentanglahan.
De Saussure (1740 - 1799) dari Swiss menyebutkan bahwa lembah
Alpen merupakan hasil kegiatan pengikisan arus yang mengalir dari puncak
pegunungan dan mengalir mengikuti lembah tersebut. Selanjutnya disebutkan

6
7

pula bahwa glasiasi (pencairan es) dapat menjadi faktor penyebab terjadinya
erosi.
James Hutton (1726 - 1797) yang lahir di Edinburgh, Skotlandia, seo-
rang akhli fisika, tetapi lebih menyenangi ilmu pengetahuan, khususnya kimia
dan geologi. Sangat terkenal karena perannya sebagai pelopor PLUTONIAN
yang terkenal dengan batuan beku granit dan bertentangan dengan para akhli
dari sekolah Wernerian yang terkenal sebagai penganut NEPTUNIS yang
memiliki anggapan bahwa granit memiliki kandungan lapisan kimia. Selain
membahas granit, Hutton memperkenalkan pula batuan metamorf, tetapi
pernyataannya yang terkenal adalah konsep THE PRESENT IS THE KEY TO
THE PAST (saat ini merupakan kunci masa lalu), sehingga doktrin uniformi-
tarian bertentangan dengan konsep katastropisma. Teori bumi yang mengan-
dung konsep pengkajian hukum komposisi,dissolusi dan restorasi lahan
terhadap bumi telah diterbitkan pada tahun 1795 menjadi dua volume buku
dengan judul : THEORY OF THE EARTH, WITH PROOFS AND ILLUS-
TRATIONS.
John Playfair (1748 - 1819), seorang profesor matematika dan filsafat
di Edinburgh, Skotlandia, setelah meninggalnya James Hutton pada tahun
1802 menerbitkan buku dengan judul : ILLUSTRATION OF THE HUTTO-
NIAN THEORY OF THE EARTH , dengan gaya bahasa prosa ilmiah yang
teliti dan jelas, sehingga jarang ada persamaannya. Playfair menyimpulkan
pemikiran - pemikiran Hutton dengan jelas memiliki dampak yang sangat be-
sar, terutama terhadap Sir Charles Lyell yang menjadi pelopor uniformitarian.
Hasil penelitian Hutton menyebutkan bahwa proses masa lalu sampai masa
sekarang masih terus berlangsung, yaitu lahan terkikis oleh proses mekanik
dan kimia, yang sebelumnya telah diteliti namun salah, kecuali Desmarrest
yang melihat gejala - gejala yang dijelaskan oleh Hutton. Konsep sistem sun-
gai dan geomorfologi yang sangat berarti telah dikemukakan oleh Playfair
lebih baik dari sebelumnya dan pernyataannya sebagai berikut :

7
8

Setiap sungai yang muncul terdiri dari percabangan utama, meru-


pakan induk dari berbagai percabangan dan masing - masing men-
galir pada lembah selaras dengan ukurannya, membentuk sistem lem-
bah yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sesuai
dengan kemiringan lereng yang dialirinya dan mustahil akan terjadi
pengaliran jika masing - masing lembah tidak memiliki arus yang men-
galir pada lembah tersebut.
Jika suatu sungai berupa saluran tunggal, tidak memilki percabangan,
maka aliran yang terjadi diperkirakan akan membentuk arus yang san-
gat deras atau arus aliran akan memiliki tenaga penuh yang meluncur
pada saluran tersebut dan langsung menuju samudra. Jika bentuk sun-
gai terpecah menjadi beberapa percabangan de-ngan jarak yang
cukup besar antara cabang satu dengan yang lainnya, kemudian
dibagi lagi menjadi beberapa percabangan kecil, sehingga akan mem-
beri kesan seolah - olah saluran terbentuk oleh torehan air berupa
pengikisan permukaan dan erosi terhadap lahan. Kejadian tersebut
berlangsung secara sinambung bagaikan mengukir permukaan bumi.

1.2.4 Beberapa konsep dasar Thornbury (1969)


Pembahasan tentang konsep geomorfologi untuk bentanglahan ja -
ngan hanya menggunakan salah satu konsep saja, tetapi akan lebih baik jika
beberapa konsep geomorfologi dapat dipahami sehingga evaluasi terhadap
bentanglahan akan lebih baik.

Konsep 1 : Proses yang berlangsung secara fisik saat ini memiliki ke-
cepatan yang berbeda selaras dengan waktu geologi.

8
9

Dasar - dasar geologi modern yang dikenal sebagai uniformitarian


telah dikembangkan oleh Hutton pada tahun 1785, selanjutnya ditulis kembali
oleh Playfair pada tahun 1802 dan dikembangkan oleh Lyell sebagai maha
karyanya dengan judul Dasar - dasar Geologi ( Principles of Geology ). Hutton
mencetuskan : " saat ini adalah kunci masa lalu " telah diterapkan secara baku
sehingga menimbulkan perdebatan, karena pernyataan tersebut me- ngan-
dung arti bahwa proses geologi yang berlangsung selaras dengan waktu ge-
ologi memiliki kecepatan yang sama dengan saat sekarang. Konsep ini ten-
tunya salah, karena galasiasi (pencairan es) memiliki peran yang sangat pent-
ing sejak kala Plistosen dan sepanjang waktu geologi dari pada sekarang.
Perlu dipahami juga bahwa iklim sekarang telah berubah, daerah
yang memiliki iklim basah pada masa lalu, sekarang telah berubah menjadi
beriklim kering (gurun) dan sebaliknya. Periode dari ketidak stabilan gerakan
kulit bumi berlangsung pada periode pemekaran, sedangkan kulit bumi
sekarang relatif stabil. Salah satu contoh proses geologi yang berlangsung se-
laras dengan waktu geologi yaitu pengikisan lembah oleh arus yang berlang-
sung sejak masa lalu sampai sekarang, tetapi pengikisan lembah oleh pen-
cairan es (glasiasi) pada kala Plistosen memiliki perbedaan dengan proses
glasiasi pada umumnya. Angin telah mengendapkan batupasir Navajo sejak
kala Yura dan memiliki perbedaan dengan gerakan yang dipengaruhi oleh an-
gin sekarang.

Konsep 2 : Geologi struktur merupakan faktor yang paling berpe -


ngaruh terhadap evolusi bentuklahan yang tampak
sekarang.

Siswa - siswa W.M Davis diajarkan tentang faktor utama yang mem-
pengaruhi perkembangan bentuklahan adalah struktur geologi, proses geomor-
fologi dan tingkat pengaruhnya. Saat ini beberapa akhli geomorfologi mer-

9
10

agukan terhadap tingkat pengaruh sebagai faktor utama yang mempe -


ngaruhi perkembangan bentuklahan, akan tetapi para akhli geologi setuju ter-
hadap konsep proses dan geologi struktur sebagai pengaruh utama. Per - ny-
ataan struktur geologi tidak hanya diterapkan pada pandangan sempit, seperti
struktur batuan, struktur perlipatan, struktur sesar dan ketidak selarasan, tetapi
perhatian perlu ditekankan pula terhadap material bumi penyusun bentuklahan
secara keseluruhan yang memiliki perbedaan pengaruh fisika dan kimia. Pan-
dangan struktur geologi selanjutnya didalam pembahasan ini adalah suatu
fenomena geologi yang lebih luas, yaitu posisi batuan di tempat yang tinggi,
kekar, perlapisan batuan, sesar dan perlipatan, kekerasan mi - neral tertentu,
porositas batuan dan berbagai macam perbedaan pada batuan penyusun kulit
bumi. Pernyataan struktur geologi dapat dimanfaatkan untuk memahami strti-
grafi dan struktur susunan (sikuen) batuan yang muncul sebagai singkapan
pada suatu daerah, seperti perlapisan horisontal, perlapisan yang memiliki
kemiringan perlapisan (dip), terlipat atau tersesarkan, sehingga pemahaman
struktur geologi yang sederhana menjadi penting.
Ungkapan batuan keras (tahan) atau lunak (tidak tahan) terhadap
proses geomorfologi merupakan pemakaian ungkapan yang biasa selama digu-
nakan untuk pandangan yang relatif dan tidak ditekankan untuk panda- ngan
pengaruh fisika atau kimia, karena batuan dipengaruhi pula oleh proses fisika
dan kimia. Suatu batuan mungkin tahan terhadap salah satu proses geomor-
fologi, tetapi tidak tahan terhadap proses geomorfologi lainnya dan dibawah
kondisi iklim tertentu menunjukkan perbedaan tingkat ketahanan batuan. Se-
cara umum tampilan struktur batuan harus lebih tua dari pada perkembangan
bentuklahan. Kejadian diatropisme perlipatan pada kala Plistosen sangat sulit
disebut tidak tererosi, sehingga diperkirakan bahwa struktur batuan telah ter-
bentuk sebelum bentuklahan.

10
11

Gambar 1. Diagram yang menunjukkan pengaruh


geologi struktur dan lithologi terhadap
bentang lahan (A.N Stahler, pada Thorn-
bury. 1969)
Konsep 3 : Relief permukaan bumi yang luas karena proses geomor-

11
12

fologi berlangsung pada tingkat yang berbeda.

Alasan utama permukaan bumi memiliki gradasional yang berbeda


karena kerak bumi disusun oleh batuan yang berbeda dan struktur yang
berbeda, sehingga memiliki ketahanan batuan terhadap proses geomorfologi
yang berbeda pula. Proses geomorfologi yang memiliki keaneka ragaman san-
gat kecil, masih memiliki arti yang sangat penting, kecuali pada daerah diat-
ropisme sekarang (Resen) dapat diperkirakan bahwa daerah yang memiliki po-
sisi topografi yang tinggi disusun oleh batuan yang keras, sedangkan daerah
dengan posisi topografi lebih rendah disusun oleh batuan yang lunak. Perbe-
daan komposisi batuan dan struktur tercermin dari keaneka ragaman geomor-
fologi dan topografi lokal. Topografi minor dan rinci atau disebut sebagai
mikrotopografi memiliki hubungan yang erat dengan keaneka ragaman batuan,
tetapi terlalu kecil untuk diamati.
Keaneka ragaman batuan dan struktur geologi merupakan faktor utama
yang mempengaruhi perubahan permukaan bumi, tetapi bukan berarti proses
geomorfologi tidak memiliki peran, karena pada batas - batas tertentu dengan
tingkat yang berbeda proses geomorfologi masih berlangsung. Tingkat ke-
cepatan proses geomorfologi lokal memberi pengaruh terhadap perubahan per-
mukaan bumi, terutama pengaruh perbedaan temperatur, tingkat kelembaban,
konfigurasi kerapatan kontur dan vegetasi.
Perbedaan kondisi iklim mikro yang sangat menonjol antara dasar lem-
bah dengan puncak bukit dan antara lahan terbuka dengan lahan tertutup vege-
tasi akan tampak dari jumlah penguapan lokal, tingkat kelembaban tanah dan
tingkat perubahan tahunan temperatur, sehingga banyak sekali faktor yang
mempengaruhi tingkat proses geomorfologi lokal, seperti tingkat pelapukan,
perombakan massa batuan, erosi dan pengendapan yang memiliki pengaruh
terhadap keaneka ragaman geomorfologi.

12
13

Konsep 4 : Proses geomorfologi meninggalkan jejak pada bentukla -


lan dan proses geomorfologi yang berkembang mem -
bentuk ciri - ciri pada bentuklahan.

Penggunaan istilah proses yang dipakai untuk semua perubahan yang


terjadi terhadap rupa bumi secara fisika dan kimia. Proses diatropisma dan
vulkanisma dipengaruhi oleh gaya yang berasal dari dalam bumi, sehingga
oleh Penck disebut sebagai proses endogenetik, sedangkan proses yang lain,
seperti pelapukan, perombakan massa batuan dan erosi yang dipe-ngaruhi oleh
gaya eksternal disebut sebagai proses eksogenetik. Secara umum proses endo-
genetik bersifat membangun, sedangkan proses eksogenetik bersifat seba-
liknya, yaitu pengikisan terhadap permukaan bumi. Konsep proses geomor-
fologi yang berlangsung terhadap permukaan bumi bukan sesuatu yang baru,
tetapi pemikiran tentang proses geomorfologi akan meninggalkan jejak di atas
permukaan bumi adalah pemikiran yang lebih maju.
Bentuklahan memiliki ciri - ciri tertentu, tergantung pada proses geo-
morfologi yang berpengaruh terhadap bentuklahan tersebut. Dataran banjir,
kipas aluvial, dan delta merupakan hasil kegiatan arus sungai, sehingga ciri -
ciri yang berkembang pada bentuklahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
klasifikasi genetika bentuklahan.
Rekayasa yang tepat dari suatu arti proses evolusi bentuklahan tidak
hanya memberikan gambaran yang lebih baik dari perkembangan bentuklahan,
tetapi termasuk juga menegaskan hubungan genetika terjadinya bentuklahan.
Proses geomorfologi yang rumit dan media yang bekerja dibawah kondisi ik-
lim tertentu disebut sebagai sistem morfogenik (morphogenic system, Triccart
dan Cailleux, 1955).

Konsep 5 : Media erosi yang berbeda pada permukaan bumi mem -


bentuk susunan bentuklahan tertentu.

13
14

Ciri - ciri proses bentuklahan tergantung pada tahap perkembangan


proses, dan W.M Davis menyebutnya sebagai konsep siklus geomorfologi.
tahap perkembangan proses diawali dari tahap muda, dewasa dan tua. Pada
tahap akhir dari proses geomorfologi permukaan bumi memiliki topografi
berelief rendah yang disebut sebagai peneplain (perataan). Beberapa akhli geo-
morfologi percaya bahwa permukaan bumi memiliki keteraturan umur, tetapi
tidak semua yakin bahwa tahap muda, dewasa dan tua yang dikemukakan oleh
W.M Davis merupakan suatu kenyataan. Konsep umum yang digunakan pada
tingkat dasar memiliki beberapa kelemahan apabila di-terapkan pada evolusi
permukaan bumi yang lebih rumit, karena akan sulit menentukan karakteristik
perkembangan bentuklahan yang khusus, sehingga menimbulkan keraguan,
terutama terhadap peneplain (perataan) yang dianggap sebagai akhir dari suatu
siklus geomorfologi.
Istilah siklus geomorfologi tidak selalu tepat untuk menunjukkan suatu
perubahan bentanglahan akibat gradasional, tetapi mencari istilah atau konsep
pengganti sangat sulit, sehingga penggunaan istilah siklus geomorfologi tidak
hanya menyatakan siklus alam yang mewakili tahap evolusi bentuk per-
mukaan bumi tetapi termasuk pula pemikiran bahwa perkembangan per-
mukaan bumi terjadi secara teratur dan berurutan dengan tidak menggunakan
penamaan evolusi permukaan bumi sebaai tahap muda, dewasa atau tua yang
memiliki pengertian bahwa topografi yang berada pada tahap yang sama
memiliki ciri yang sama pula. Kondisi geologi dan keragaman iklim memben-
tuk ciri permukaan bumi yang sangat beragam walaupun proses geomorfologi
berkembang pada periode yang sama.

Konsep 6 : Evolusi geomorfologi tidak sesederhana yang dibayang -


kan.

Perdebaan dan pertentangan didalam ilmu pengetahuan merupakan ak-


ibat dari penjelasan yang sangat sederhana dan tidak jelas. Mempelajari ben-
tuklahan akan mengalami kesulitan jika tidak memahami bahwa topografi

14
15

merupakan hasil dari proses atau siklus geomorfologi. Pada umumnya to-
pografi rinci hasil dari siklus erosi yang berlangsung .
Horberg (1952) mengelompokkan bentanglahan menjadi beberapa kat-
egori, yaitu (1) bentanglahan sederhana, (2) bentanglahan campuran, (3) ben-
tanglahan siklus tungal, (4) bentanglahan multi siklus dan (5) bentanglahan
hasil pembentukan kembali.
Bentanglahan sederhana merupakan hasil proses geomorfologi tunggal,
artinya bentanglahan tersebut meninggalkan jejak siklus erosi yang terjadi
hanya satu kali dan umumnya terbatas pada permukaan bumi yang baru ter-
bentuk, seperti pengangkatan lantai samudra, permukaan kerucut vulkanik,
dataran lava, plato atau endapan yang tertutupoleh endapan glasial Plistosen.
Bentanglahan campuran merupakan hasil siklus erosi lebih dari satu kali atau
hasil dua atau lebih proses geomorfologi, sehingga timbul perdebatan karena
pada semua bentanglahan telah terjadi proses geomorfologi yang bercampur,
walaupun pada beberapa bentanglahan dapat ditemukan proses geomorfologi
tunggal, tetapi sangat jarang terjadi. Sebagai contoh bentanglahan hasil dari
kegiatan aliran air, tetapi perlu disadari bahwa proses yang berlangsung tidak
hanya kegiatan aliran air saja, proses - proses yang lain seperti pelapukan, ger-
akan material karena gravitasi, dan perpindahan material oleh angin sangat
berpengaruh terhadap perkembangan bentuk rupa bumi. Kondisi yang sama
terjadi pada bentanglahan hasil pelarutan oleh air tanah, erosi oleh limpasan
air permukaan dan proses - proses yang berlangsung terhadap pembentukkan
bentanglahan. Bentanglahan campuran tercermin sangat baik pada daerah
yang dipengaruhi oleh glasiasi Plistosen.
Konsep bentanglahan dengan iklim yang beragam dapat dimasukan se-
bagai konsep bentanglahan yang rumit, karena berkembang dibawah kondisi
iklim yang beragam sebagai faktor yang mempengaruhi proses geomorfologi
dan sangat berhubungan dengan kondisi iklim kala Plistosen. Munculnya ben-
tanglahan masa lampau yang telah ditutupi oleh batuan beku atau batuan sedi-

15
16

men karena batuan penutup tersebut terkikis, seperti saluran - saluran pada
masa praglasial yang muncul dan hanya sebagain kecil menjadi ciri lokal.

Konsep 7 : Topografi bumi yang paling menonjol adalah topografi


yang lebih muda dari kala Plistosen.

Ciri - ciri topografi tua jarang ditemukan, kecuali berupa bentuklahan


tua yang tersingkap kepermukaan akibat dari gradasional. Sebagian besar to-
pografi sekarang lebih muda dari kala Plistosen. Ashley (1931) percaya
bahwa pahatan rupa bumi seperti gunung, lembah, pantai, danau, sungai, air
terjun dan tebing berumur lebih muda dari Miosen, serta terbentuk sejak
munculnya manusia dan sebagian kecil muka bumi sekarang memiliki hu -
bungan yang jelas dengan permukaan bumi pra Miosen. Diperkirakan pula
bahwa permukaan bumi 90 % terbentuk setelah Tersier dan mungkin 99 % ter-
bentuk setelah Miosen Tengah.
Secara umum struktur geologi lebih tua dari pada ciri - ciri topografi
yang terbentuk di atasnya, kecuali yang ditemukan pada daerah diatropisma
Plistosen Awal dan Resen. Pegunungan Himalaya pertama terlipat pada kala
Kapur, kemudian kala Eosen dan Miosen, tetatpi lereng sekarang terbentuk
pada kala Plistosen dan air terjun yang terbentuk saat ini lebih muda dari relif
rinci yang berumur Plistosen dan Resen.

Konsep 8 : Pemahaman terhadap bentanglahan sekarang diperlukan


pemahaman kondisi geologi dan iklim pada kala Plis-
tosen.

Pemahaman topografi rupa bumi adalah untuk mengenal perubahan


kondisi geologi dan kondisi iklim kala Plistosen yang mempengaruhi topografi
sekarang. Glasiasi sangat berpengaruh baik secara langsung atau tidak lang-
sung, Material - material hasil pengikisan galsial dan tiupan angin menyebar
luas sampai ke daerah yang tidak mengalami glasiasi.
Daerah - daerah yang terletak pada lintang menengah, faktor iklim san-
gat berpengaruh, sehingga daerah sekarang beriklim arid atau semi arid pada

16
17

zaman glasial beriklim basah. Kurang lebih 100 cekungan di pedalaman


Amerika Serikat bagian Barat yang saat ini berbentuk danau dengan iklim arid
dan semi arid menunjukkan sistem fluvial yang sama dengan di Asia, Afrika,
Australia dan Amerika Utara, sehingga dapat disimpulkan bahwa glasial san-
gat mempengaruhi iklim dunia.
Daerah - daerah yang sekarang beriklim sedang, selama zaman glasial
pernah beriklim seperti di sub arktik Amerika Utara dan Eurasia yang dicer-
minkan oleh tanah yang membeku secara permanen dan biasa disebut sebagai
permafrost. Rejim aliran yang dipengaruhi oleh perubahan iklim ditandai den-
gan perselingan antara agradasi (pengendapan) dan gradasi (pe - ngikisan). Pe-
rubahan muka air laut memiliki pengaruh terhadap topgrafi, karena pem-
bekuan samudera menyebabkan penurunan muka air laut dan kembali normal
pada zaman interglasial. Pencairan es terhadap lautan sangat berpengaruh ter-
hadap pembentukkan koral.
Hasil pengikisan akibat pencairan es atau endapan glasial yang tertiup
angin membentuk gumuk pasir (sand dunes) atau bercampur dengan lanau
atau lempung disebut sebagai loess. Glasiasi sangat berpengaruh terhadap
pembentukkan danau, seperti Great Lakes merupakan sistem aliran yang
dipengaruhi oleh glasial terbesar di dunia. Glasiasi kala Plistosen merupakan
peristiwa yang paling besar walaupun diatropisma yang berkembang sejak
Pliosen, Plistosen sampai Resen masih berperan sebagai faktor pe - ngaruh
pembentukkan bentanglahan.

Konsep 9 : Pengenalan iklim sangat penting untuk dapat memahami


dengan baik perbedaan proses geomorfologi yang
berlangsung.

Faktor iklim, khususnya temperatur dan penguapan sangat berpe -


ngaruh terhadap proses geomorfologi. Perubahan iklim dapat berpengaruh se-
cara langsung atau tidak langsung, sebagai contoh iklim yang berpengaruh
tidak langsung terhadap proses geomorfologi adalah sebaran, kerapatan dan je-

17
18

nis vegetasi, sedangkan pengaruh langsung antara lain curah hujan, pe -


nguapan dan perubahan temperaturan harian.

Konsep 10 : Geomorfologi menekankan kondisi sekarang bermanfaat


untuk mengungkap sejarah perkembangan bumi.

Geomorfologi cenderung menekankan asal - usul (proses) ben-


tanglahan saat ini dan masa lalu selaras dengan waktu geologi. Akhli geomor-
fologi selalu melakukan pendekatan dengan menggunakan hukum uniformi-
taria - nisme. Paleogeomorfologi bentuklahan merupakan sejarah alam geo-
morfologi yang diperkenalkan oleh Bryan (1940) dan menjelaskan bahwa ben-
tuklahan merupakan hasil dari suatu proses, sehingga tidak ada alasan untuk
memisahkan antara studi bentanglahan dengan geologi dinamik. Perbedaan
antara bentuklahan dengan geologi dinamik yang paling jelas adalah proses
terjadinya bentuklahan atau sisa - sisa bentuklahan yang relatif muda.

BAB 2

SISTEM PENELITAN DAN PEMETAAN


GEOMORFOLOGI

Sistem penelitian dan pemetaan geomorfologi telah banyak dikem-


bangkanm selaras dengan tujuan penelitian yang dilakukannya, tetapi masih
banyak terjadi kerancuan, khususnya pemahaman geomorfologi untuk tujuan
pemetaan geologi. Salah satu sistem yang telah banyak dimanfaatkan untuk
berbagai tujuan yaitu sistem yang dikembangkan oleh International Institute
for Aerial survey and Earth Sciences (ITC), Belanda.
Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan 1975) telah
mengembangkan sistem penelitian geomorfologi berdasarkan pengalamannya
di seluruh dunia, khususnya di wilayah tropis (Indonesia dan Amerika Latin),
selanjutnya disebut dengan sistem pembuatan peta geomorfologi untuk berba-

18
19

gai macam tujuan. Metode ITC dapat digunakan untuk tujuan pemetaan ge-
ologi, karena memasukkan beberapa aspek geomorfologi disertai dengan leg-
enda yang sederhana dan jelas, sehingga menjadi suatu sistem pemetaan geo-
morfologi yang memiliki karakteristik yang jelas.
Unsur - unsur yang perlu diperhatikan didalam menyusun sistem
gemorfologi adalah sebagai berikut :
1. Sistem dapat digunakan untuk setiap daerah dan lentur (fleksibel),
artinya legenda pada peta harus dapat dijadikan simbol untuk suatu
keputusan obyek penelitian.
2. Sistem dapat digunakan untuk pemetaan dengan berbagai macam
skala, sehingga isi peta diselaraskan dengan skala secara konseptual
dan grafis.
3. Sistem harus memberi penekanan terhadap unsur - unsur bentukla-
han, sehingga sistem mampu dijadikan landasan penelitian geomor-
fologi analitik dan geomorfologi sintetik.
4. Sistem harus menghasilkan peta - peta yang sederhana, sehingga da-
pat menekan biaya pembuatan peta.
2.1 Pemahaman peta dan manfaat peta
Peta adalah gambaran dari rupa bumi yang mencerminkan keadaan su-
atu daerah atau lokasi, sehingga peta dapat disebut sebagai petunjuk atau pem-
beri informasi rupa bumi dan lokasi suatu daerah. Beberapa jenis peta sebagai
petunjuk dan pemberi informasi antara lain : peta informasi, peta dasar (base
map) dan peta bertema (thematic map).

2.1.1 Peta informasi


Peta informasi merupakan peta yang dapat digunakan oleh berbagai pi-
hak, dengan tujuan agar pengguna peta dapat mencapai tujuannya tanpa harus
tersesat. Biasanya peta informasi memiliki kandungan yang sangat sederhana,
sesuai dengan fungsi peta tersebut yaitu sebagai petunjuk dan pemberi infor-

19
20

masi. Contoh - contoh peta informasi antara lain peta pariwisata, peta sekolah
(atlas) dan peta topografi.
Peta pariwisat mengandung informasi - informasi tentang letak, jarak
atau ciri khas tujuan wisata, sedangkan peta sekolah (atlas) memberi petunjuk
tentang daerah propinsi atau kabupaten, ibu kota propinsi atau kabupaten, sun-
gai - sungai yang terkenal dan gunung - gunung yang terkenal. Peta topografi
memilki kandungan informasi dan petunjuk daerah, lokasi, sungai, gunung,
titik ketinggian dan garis ketinggian (kontur) yang dapat mencerminkan kon-
disi lereng dengan melihat kerapatan kontur pada peta. Biasanya peta to-
pografi dijadikan peta kerangka untuk menyusun peta dasar atau peta bertema
(thematic map) yang dapat memberikan informasi tentang hubungan antara
elemen - elemen pokok dan satuan geomorfologi.

2.1.2 Peta dasar (base map)


Peta dasar adalah suatu gambaran dari berbagai komponen yang ter-
pilih didalam suatu daerah pemetaan. Komponen - komponen tersebut harus
memiliki hubungan dengan topografi, sehingga jika komponen - komponen
tersebut tidak memiliki hubungan, maka menjadi tidak bermanfaat dan infor-
masi yang dipetakan tersebut menjadi tidak berguna karena tidak dapat
dilokalisasi (diplot) dan dievaluasi terhadap kondisi - kondisi yang diharapkan
dan akhirnya hanya digunakan sebagai dasar perbandingan pada suatu daerah
saja. Informasi dan peta topografi yang terbaru merupakan kebutuhan yang
mutlak, karena kesalahan biasanya terjadi karena penggunaan material dasar
(peta topografi atau foto udara) yang lama dan tidak teliti. Jika informasi dari
peta topografi atau foto udara dapat diandalkan, maka kandungan pokok pada
peta tujuan akan sangat bermanfaat. Informasi pada peta topografi atau foto
udara yang berhubungan langsung dengan unsur - unsur geografi, seperti batas
administratif daerah, nama kampung, jalan dan sebagainya sangat bermanfaat
untuk menentukan lokasi penelitian. Penentuan lokasi yang baik dan tepat
merupakan unsur utama didalam menyusun peta dasar yang baik, misalnya :

20
21

- Posisi titik kontrol geodetik


- Posisi konstruksi (bangunan, jalan raya, rel KA atau saluran)
- Posisi danau dan sungai
- Rincian topografi (batasan topografi, seperti tebing, lembah, bukit-
bukit kecil, punggungan dan sebagainya).
- Faktor - faktor yang sering berubah, seperti :
Kondisi hidrografi
Batas pemukiman
Batas wilayah kehutanan/ pertanian/perkebunan.
Nama - nama daerah.
Batas sungai dan pantai.
Unsur - unsur penting menyusun peta dasar untuk kepentingan geo-
morfologi atau geologi antara lain :
1. Keselarasan unsur - unsur peta dasar dengan materi pokok.
2. Memilih unsur - unsur peta yang mudah dimengerti.
3. Memilih unsur - unsur peta secara umum seperti garis atau titik
dan tampilan peta yang akan dijadikan acuan.
4. Membatasi unsur - unsur peta dasar sampai batas minimum, ter-
gantung pada tingkat kesulitan dari unsur pokok.
Maksud penyusunan peta dasar sebelum melaksanakan kegiatan ter-
tentu merupakan langkah persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan, sehingga
peta dasar merupakan peta rencana kegiatan yang telah tersusun untuk memu-
dahkan kegiatan yang akan dilakukan dan menghemat biaya.
Biasanya yang digunakan sebagai peta dasar untuk suatu kegiatan
adalah peta topografi yang sebenarnya hanya memberikan informasi secara
umum, seperti titik ketinggian, garis ketinggian (kontur), nama sungai dan
nama daerah, sehingga memerlukan analisis agar dapat dijadikan peta dasar.
Sebagai contoh kerapatan garis kontur mencerminkan lereng yang terjal, maka
dugaan sementara terhadap lereng yang curam tersebut dapat berupa sesar

21
22

(patahan) atau terdapat perbedaan kekerasan batuan atau pola punggungan


yang memanjang dapat diduga sebagai perlipatan.
Analisis terhadap peta topografi tersebut sangat bermanfaat untuk
kegiatan penelitian geologi, geologi teknik, pengembangan wilayah atau peng-
gunaan lahan, sehingga pada saat kegiatan penelitian di lapangan akan lebih
terarah kepada hasil analisis peta topografi tersebut.

2.1.3 Peta bertema ( thematic map)


Peta bertema adalah peta yang mengandung informasi - informasi tu-
juan tertentu untuk maksud tertentu yang dibutuhkan oleh pemakai tertentu
pula. Kandungan informasi tersebut merupakan hasil dari suatu kegiatan
penelitian tertentu dengan harapan pemakai peta dapat mengambil keputusan
dan kesimpulan terhadap kegiatan penelitian yang dilakukannya.
Sebagai contoh peta geologi memberikan informasi tentang sebaran
batuan secara lateral dengan batas - batas yang jelas, struktur geologi, posisi
temuan fosil, bahan galian atau aspek - aspek geologi lainnya. Penggunaan
peta geologi yang telah tersusun dengan baik dapat dibaca oleh pengguna yang
berhubungan dengan informasi - informasi geologi sebagai landasan kerja
yang sedang ditekuninya, misalnya eksplorasi minyak bumi, geologi teknik,
pengembangan wilayah dan tataruang.

2.2 Pemahaman peta geomorfologi


Peta geomorfologi telah banyak dibuat oleh berbagai lembaga di dunia
dan memiliki perbedaan terhadap tinjauan aspek - aspek geomorfologi yang
digambarkan pada peta geomorfologi, sehingga aspek - aspek geomorfologi
yang digambarkan pada peta menggunakan simbol - simbol warna dan pola hi-
tam putih disertai arsiran, tergantung pada kepentingan pembuatan peta di-
dalam menetapkan aspek - aspek geomorfologi yang dipetakan.
Secara garis besar peta geomorfologi dapat dibedakan menjadi tiga je-
nis peta, yaitu :

22
23

a. Peta geomorfologi analitik.


b. Peta geomorfologi sintetik.
c. Petaa geomorfologi pragmatik.

2.2.1 Peta geomorfologi analitik


Secara garis besar kandungan informasi dari peta geomorfologi analitik
cenderung memberikan informasi aspek - aspek geomorfologi di suatu daerah
yang cukup luas, sehingga sifat peta geomorfologi analitik bersifat peta tinjau
(reconnissance) dengan skala peta 1 : 50.000 sampai 1 : 500.000.
Pada peta geomorfologi analitik tercermin satuan geomorfologi yang
sangat luas dan belum memberikan informasi yang rinci, namun sudah dapat
dimanfaatkan sebagai dasar (landasan) penelitian lebih lanjut. Analisis ben-
tanglahan yang sangat luas dan komponen - komponen geomorfologi yang be-
sar merupakan ciri dari peta geomorfologi analitik. Misalnya bentanglahan
(landscape) atau mintakat (zone) Bandung berdasarkan fisiografi Van Bemme-
len (1949) terdiri dari sistem lahan (land system) rangkaian gunungapi (vol-
canous) dan sistem lahan ( land system) struktural, sehingga memerlukan pen-
guraian yang lebih rinci. Peta geomorfologi analitik sangat berperan untuk di-
gunakan sebagai bahan analisis yang bersifat regional dalam ukuran propinsi,
pulau atau negara.
Simbol warna digunakan untuk aspek geomorfologi yang jelas dan
memiliki arti penting di dalam peta tersebut, seperti aspek morfogenetik di-
dalam pemetaan geomorfologi, sehingga aspek tersebut disimbolkan dengan
warna. Menurut Verstappen dan Van Zuidam (1968 dan 1975) bahwa proses
endogen dan eksogen masa lalu dan sekarang merupakan faktor - faktor
perkembangan yang paling menonjol dari suatu bentanglahan, sehingga harus
digambarkan dengan jelas dan digunakan simbol warna.

23
24

Warna - warna tertentu yang direkomendasikan untuk dijadikan simbol


satuan geomorfologi berdasarkan aspek genetik adalah sebagai berikut :

KELAS GENETIK SIMBOL WARNA


Bentuklahan asal struktural Ungu / violet
Bentuklahan asal gunungapi Merah
Bentuklahan asal denudasional Coklat
Bentuklahan asal laut (marine) Hijau
Bentuklahan asal sungai (fluvial) Biru tua
Bentuklahan asal glasial (es) Biru muda
Bentuklahan asal aeolian (angin) Kuning
Bentuklahan asal karst (gamping) Jingga (orange)

Morfografi dan morfometri yang tercermin pada peta topografi diny-


atakan oleh lambang garis atau huruf yang telah baku dan dicetak de - ngan
warna hitam atau abu - abu berupa bayangan. Lithologi digambarkan dalam
bentuk simbo; gambar lithologi dengan warna bayangan abu - abu, sehingga
informasi morfografi, morfometri dan lithologi (batuan) tampak pada peta
dengan warna yang tidak menonjol. Pemilihan warna yang tepat dapat mem-
berikan informasi yang lebih banyak dengan tidak mengabaikan simbol warna
yang digunakan oleh satuan bentuklahan pada suatu daerah berdasarkan mor-
fogenetik.
Morfokhronologi menggunakan simbol huruf atau angka dengan
menggunakan warna hitam, tetapi simbol untuk morfokhronologi dapat dihi-
langkan. Verstappen (1970) menyebutkan bahwa penggunaan simbol untuk
morfokhronologi tidak perlu menggunakan simbol garis, karena biaya untuk
pembuatan peta akan menjadi mahal dan umur bentuklahan harus diketahui
dengan benar. Morfometri yang penting dari ciri roman muka bumi dapat dita-
mpilkan dengan simbol garis hitam, sedangkan simbol garis berwarna dian-
jurkan untuk penggambaran simbol morfodinamik (proses aktif), misalnya

24
25

simbol garis berwarna merah untuk proses erosi dan warna biru untuk banjir
atau sedimentasi.

Tabel 1. Aspek utama peta geomorfologi analitik

ASPEK UTAMA KRITERIA PEMETAAN

Bentuk permukaan
1. Morfografi Aspek yang digambarkan dari mor-
fologi suatu daerah, seperti dataran,
perbukitan atau pegunungan.

2. Morfometri Nilai aspek geomorfologi daerah,


seperti kemiringan lereng, titik keting-
gian, panjang lereng dan kekasaran re-
lief.

3. Morfogenesis (asal - usul


bentuklahan dan proses ter-
jadinya bentuklahan).

3.1. Morfostruktur pasif. Lithologi / jenis batuan dan struktur


batuan dihubungkan dengan proses
pengikisan, seperti cuesta, hogback dan
kubah.

3.2. Morfostruktur aktif. Aktivitas proses endogen seperti vu-

25
26

laknisma, patahan dan lipatan, seperti


gunungapi, pegunungan antiklin, lereng
patahan.

3.3. Morfodinamik Proses eksogen yang berhubungan den-


gan gerakan angin, air atau es, seperti
gumuk pasir, dataran fluvial, sedimen-
tasi atau gurun.

4. Morfokhronologi (nisbi dan Waktu proses terjadinya suatu bentuk-


absolut). lahan, misalnya " Villafranchian" untuk
umur glasial tua dan "Monasterian" un-
tuk dataran pantai muda.

5.Morfo aransemen Hubungan antara perubahan bentukla-


han dengan proses yang sedang
berlangsung.

Sumber : Van Zuidam (1985)


2.2.2 Peta geomorfologi sintetik
Kandungan peta geomorfologi sintetik cenderung memberikan infor-
masi geomorfologi yang bersifat semi rinci (semi detail) dan mulai mengarah
pada suatu tujuan tertentu. Skala peta geomorfologi sintetik yang digunakan
adalah 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000, sehingga informasi geomorfologi semi
rinci dapat ditampilkan di dalam peta geomorfologi sintetik, misalnya unsur -
unsur morfografi, morfogenetik, morfometri dan material penyusun.
Pada peta geomorfologi sintetik pengelompokkan lahan dibagi menjadi
4 tingkat yang mencerminkan bagian - bagian lahan semi rinci dari suatu ben-
tangan lahan dari tingkat yang paling kecil sampai tingkat yang paling besar
sebagai berikut :
1. Komponen lahan (land component)
2. Satuan lahan (land unit)
3. Bentuklahan (landform)
4. Sistem lahan (land system)

26
27

5. Bentanglahan (landscape)

Komponen lahan, merupakan bagian terkecil dari suatu bentanglahan


yang menekankan kesamaan kelompok atau kelas lahan, membentuk satuan
berdasarkan bentuk permukaan lahan sebagai kriteria pengelompokkan. Sat-
uan - satuan lahan yang dibentuk berdasarkan landasan komponen lahan
memiliki kesamaan bentuklahan, lithologi (material penyusun), tanah, vegetasi
dan proses. Skala peta yang digunakan untuk menampilkan komponen lahan
adalah 1 : 100, biasanya digunakan untuk kepentingan pekerjaan khusus
seperti keteknikan atau manajemen.
Satuan lahan, mengacu kepada suatu komponen lahan atau sekumpu-
lan komponen lahan yang homogen atau heterogen berdasarkan ciri khusus su-
atu lahan atau komponen lahan. Tampilan dari satuan lahan menggambarkan
ciri eksternal dan internal dari suatu bentuklahan yang dibandingkan dengan
satuan lahan sekitarnya pada daerah yang sama. bentuk permukaan (relief),
proses dan lithologi merupakan dasar utama pengelompokkan satuan lahan.
Skala peta yang digunakan untuk menampilkan satuan lahan adalah 1:10.000
sampai 1 : 100.000, biasanya digunakan untuk pekerjaan konsultan atau
proyek pembangunan.
Bentuklahan, mengacu kepada sekelompok satuan lahan yang ho-
mogen atau heterogen dengan ciri satuan lahan atau susunan satuan lahan yang
khusus. Suatu bentuklahan menunjukkan ciri - ciri tampilan luar, seperti ben-
tuk permukaan lahan (morfografi), proses / asal - usul (morfogenetik), nilai
dari bentuk permukaan / kemiringan lereng, panjang lereng dan kerapatan pola
pengaliran (morfometri) dan material penyusun (lithologi). Skala peta yang di-
gunakan untuk menampilkan bentuklahan adalah 1 : 10.000 sampai 1 :
100.000, biasanya digunakan untuk kepentingan pekerjaan proyek pembangu-
nan yang bersifat sangat luas.
Sistem lahan, mengacu kepada bentuklahan dan ciri - ciri perkemban-
gan bentuk permukaan lahan (relief) yang berhubungan berhubungan dengan

27
28

aspek lingkungan, biasanya dibedakan berdasarkan proses, batuan (lithologi)


dan iklim. Suatu sistem lahan menggambarkan pengulangan kemiripan pola
bentuklahan yang memiliki kesamaan genetik dibandingkan dengan sistem la-
han disekitarnya pada suatu daerah yang sama. Skala yang cocok digunakan
untuk menampilkan sistem lahan biasanya lebih besar dari 1 : 250.000 dan di-
gunakan untuk kepentingan peta tinjau suatu proyek pembangunan.
Bentanglahan, merupakan bagian terbesar dari kumpulan sistem la-
han, bentuklahan, satuan lahan dan komponen lahan, sehingga membentuk
bentangan yang sangat luas dengan ciri memiliki keseragaman relief dan
lithologi secara umum. Skala peta yang digunakan untuk menampilkan ben-
tang lahan adalah 1 : 250.000 atau lebih kecil dan biasanya digunakan sebagai
peta tinjau untuk identifikasi suatu kelayakkan lokasi yang akan digunakan su-
atu proyek atau dijadikan pemandu perencanaan pembangunan.
Sebagai contoh bentanglahan (landscape) atau mintakat (zone) Ban -
dung berdasarkan fisiografi Van Bemmelen (1949) terdiri dari sistem lahan
rangkaian gunungapi di bagian Utara, dan diuraikan menjadi bentuklahan Gu-
nungapi Tangkuban Perahu dan bentuklahan Gunungapi Tampomas, selanjut-
nya bentuklahan gunungapi diuraikan menjadi satuan - satuan lahan (land
units) , yaitu puncak gunungapi, lereng atas gunungapi, lereng tengah gunun-
gapai dan lereng kaki gunungapi.
Tampilan aspek - aspek geomorfologi tersebut sangat erat hubungan-
nya dengan kondisi geologi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pemetaan geologi, sehingga peta geomorfologi sintetik dapat dijadikan sebagai
peta dasar didalam pemetaan geologi.

2.2.3 Peta geomorfologi pragmatik


Kandungan peta geomorfologi pragmatik cenderung menampilkan in-
formasi geomorfologi yang bersifat khusus dan rinci (detail) karena peta geo-
morfologi pragmatik merupakan peta untuk tujuan tertentu dan khusus. Skala
peta geomorfologi pragmatik adalah 1 : 25.000 sampai 1 : 5.000, sehingga un-

28
29

sur lahan (land element) dari aspek - aspek geomorfologi yang bersifat rinci,
seperti alur erosi, arah arus sungai / pantai, arah ombak, arah sedimentasi, arah
lelehan lava gunungapi, dapat tercermin pada peta geomorfologi pragmatik.
Peta geomorfologi pragmatik biasanya dimanfaatkan untuk kepen -
tingan suatu kegiatan yang bersifat rinci (detai), seperti kegiatan penelitian
teknik, lingkungan, kebencanaan, hidrologi, dan kesesuaian lahan, sehingga
penamaan peta lebih cenderung mencerminkan maksud dan tujuan pemetaan
yang bersifat khusus, seperti peta morfokonservasi (lingkungan), peta morfo-
hidrologi (hidrologi), peta morfostruktur (struktur geologi), peta bahaya gu-
nungapai, dan peta kesesuaian lahan (land suitability map). Contoh peta geo-
morfologi pragmatik antara lain peta morfokonservasi dan peta hidrogeomor-
fologi.
Peta morfokonservasi, menggambarkan klasifikasi lereng, yaitu
kemiringan lereng dan kestabilan lereng. Kemiringan lereng terutama untuk
menghitung dan mengetahui tingkat erosi yang berlangsung serta kemungki-
nan gerakan tanah yang akan terjadi pada lereng tersebut. Verstappen dan Van
Zuidam (1968 dan 1975) membagi kemiringan lereng menjadi 6 kelas lereng,
yaitu : (1) kelas 00 - 20, (2) kelas 20 - 50, (3) kelas 50 - 150, (4) kelas
150 - 300, (5) kelas 300 - 550 dan (6) kelas diatas 550.

Tabel 2 menunjukkan berbagai kelas lereng, proses yang menjadi ciri


lahan, kondisi lahan dan simbol warna untuk lahan yang disarankan. Kelas
lereng yang menunjukkan kesamaan lahan kritis disertai dengan proses -
proses pada lereng tertentu yang menonjol. Kegiatan konservasi tertentu dapat
juga dilakukan terhadap satuan bentuklahan tertentu yang memiliki proses
yang menonjol atau nilai kelas konservasi. Jika batas satuan bentuklahan
digambar dengan garis tebal, maka nama singkatan dari bentuklahan perlu di-
cantumkan dengan huruf kapital. Simbol - simbol lain yang digambar denga
garis hitam dapat diberikan untuk proses geomorfologi yang sudah tidak aktif
tapi masih baru, garis merah untuk erosi yang aktif dan biru gelap untuk ger-

29
30

akan tanah yang aktif. Vegetasi alami, semi alami dan pertanian sangat mem-
pengaruhi proses erosi dan gerakan tanah, sehingga simbol - simbol vegetasi
digambar dengan warna hijau. Sama dengan peta analitik, garis kontur dan
lithologi (batuan) digambar dengan warna abu - abu sebagai bayangan.
Peta Hidrogeomorfologi, menggunakan simbol warna untuk membe-
dakan satuan hidrogeomorfologi yang sama dengan simbol - simbol yang bi-
asa digunakan didalam kajian hidrologi. Batasan satuan hidrogeomorfologi di-
dasarkan pada kemiringan lereng, tutupan vegetasi, permeabilitas daerah,
potensi air tanah, dan kedalaman air tanah.
Pada tabel 3 ditunjukkan bobot nilai lahan yang digunakan untuk mem-
bedakan empat kelas hidrogeomorfologi, yaitu air tanah dalam, kualitas aliran
air permukaan, mata air dan gerakan material yang diberi simbol de - ngan
garis arsir, simbol gambar, angka dan huruf dengan warna yang berbeda.
Seperti pada peta morfokonservasi yaitu tutupan vegetasi alami, perkebunan
dan pertanian diberi simbol warna hijau, sedangkan informasi topografi dan
lithologi yang penting digambar dengan simbol garis abi - abu atau coklat.

Tabel 2. Hubungan kelas lereng dengan sifat - sifat proses dan


kondisi lahan disertai simbol warna yang disarankan.
(sumber : Van Zuidam, 1985).

Simbol warna yang


Kelas Lereng Proses, Karakteristik dan Kondisi disarankan.
lahan

00 - 20 Datar atau hampi datar, tidak ada


(0 - 2 %) erosi yang besar, dapat diolah Hijau tua
dengan mudah dalam kondisi ker-
ing.

30
31

Lahan memiliki kemiringan


2 -4
0 0
lereng landai, bila terjadi longsor
(2 - 7 %) bergerak dengan kecepatan ren- Hijau Muda
dah, pengikisan dan erosi akan
meninggalkan bekas yang sangat
dalam.

Lahan memiliki kemiringan


40 - 80 lereng landai sampai curam, bila Kuning Muda
(7 - 15 %) terjadi longsor bergerak dengan
kecepatan rendah, sangat rawan
terhadap erosi.

80 - 160 Lahan memiliki kemiringan


(15 - 30 %) lereng yang curam, rawan ter- Kuning Tua
hadap bahaya longsor, erosi per-
mukaan dan erosi alur.

160 - 350 Lahan memiliki kemiringan


(30 - 70 %) lereng yang curam sampai terjal,
sering terjadi erosi dan gerakan Merah Muda
tanah dengan kecepatan yang per-
lahan - lahan. Daerah rawan erosi
dan longsor

350 - 550 Lahan memiliki kemiringan


(70 - 140 %) lereng yang terjal, sering dite- Merah Tua
mukan singkapan batuan, rawan
terhadap erosi.

> 550 Lahan memiliki kemiringan


( > 140% ) lereng yang terjal, singkapan bat- Ungu Tua
uan muncul di permukaan, rawan
tergadap longsor batuan.

31
32

Tabel 3. Sifat - sifat daerah aliran sungai untuk memperkirakan


kemungkinan limpasan air permukaan dengan metode
Cook (Sumber : Van Zuidam, 1985).

(100) (75) (50) (25)


Sangat Tinggi Normal Rendah
Tinggi

(25) (20) (12) (5)


Curam,kemir Berbukit,ke Bergelom- Datar,
Relief i- mi-ringan bang kemi-
ngan lereng lereng 15 - kemiringan ringan
le- 30% le - lereng
bih dari 30 reng 7 - 15 0-7%
%. %

(15) (10) (8) (5)


Endapan ber- Endapan Endapan Endapan
Batuan butir halus ber- ber- ber-
dan butir butir butir
dan betuan sedang sedang, sedang
ke- dan batuan batuan la- sampai
ras. mudah la- puk kasar,
puk dan memi- rekahan
liki tam-
rekahan pak jelas

(20) (15) (10) (5)


Daya Lapisan Daya serap Daya serap Daya serap
serap tanah tanah lam- normal, tinggi,
(infil- penutup tidak bat kete- kete-
trasi) efektif,lapisa Lempung balan geluh balan pasir
tanah. n atau dengan ke - atau tanah
tanah tipis, tanah memi mampuan mampu me
se- - da- -
hingga ka- liki kapa- ya serap nyerap de-
pasi- sitas baik. ngan cepat
tas resap daya serap
tanah rendah.
sangat ren-
dah.

32
33

(20) (15) (10) (5)


Tutupan Jarang sam Jarang sam Baik sam-
tanam- - - pai
Tutupan an tidak pai sedang, pai baik, 50 sempurna,
vegetasi efektif, tidak ada % hampir 90
jarang atau tu- daerah ali- %
gun- tupan ran daerah ali-
dul. alami, tertutup ran
kurang dari rum- tertutup
10 % aliran put dan ta - rum-
dibawah tu naman put dan ta -
- kayu. naman
tupan baik. kayu.

(20) (15) (10) (5)


Tidak ada, Daya tam - Daya tam- Daya tam -
Daya tam- pung kecil, pung pung
tam- pak cekun- Pemboran normal, de- tinggi,
pung per gan di- pre- berbentuk
- dangkal, perlukan, si cekungan ce-
mukaan. daerah da- permukaan, kungan,
aliran curam erah aliran danau, ko- tidak
dan sempit, ke- lam tampak je-
tidak ada ko- cil, tidak dan rawa, las
lam ada ku- daerah ali-
atau rawa. kolam atau rang dari 2 ran.
rawa. %
daerah ali-
ran

Dikutip dari : Engineering Handbook for Farm Planners


Upper Mississippi Valley Region III United States
Soil Conservation Services, 1953.
BAB 3

UNSUR - UNSUR
PEMETAAN GEOMORFOLOGI

33
34

Konsep pemetaan geomorfologi yang dikemukakan di bawah ini me -


ngacu kepada sistem yang dikembangkan oleh oleh Verstappen (1967,1968)
dan Van Zuidam (1968, 1975) yang dilandasi pengalaman di wilayah tropis
seperti di Indonesia dan Amerika Latin. Sistem pemetaan geomorfologi harus
memenuhi kriteria unsur - unsur geomorfologi, seperti gambaran bentuk (mor-
fografi), asal - usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik), penilaian kuan-
titatif bentuk (morfometri) dan material penyusun.

3.1 Morfografi
Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk per-
mukaan bumi atau arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi
dapat dibedakan menjadi bentuklahan perbukitan/punggungan, pegunungan,
atau gunungapi, lembah dan dataran. Beberapa pendekatan lain untuk
pemetaan geomorfologi selain morfografi adalah pola punggungan, pola pe -
ngaliran dan bentuk lereng.

3.1.1 Bentuklahan dataran


Dataran adalah bentuklahan (landform) dengan kemiringan lereng 0%
sampai 2%, biasanya digunakan untuk sebutan bentuklahan asal marin (laut),
fluvial (sungai), campuran marin dan fluvial (delta) dan plato.

 Bentuklahan asal marin (marine landforms origin) terdiri dari :


- Bentuklahan dataran pesisir (coastal plain landforms)
- Bentuklahan dataran pesisir aluvial (alluvial coastal plain landforms)
- Bentuklahan beting gisik (beach ridge landforms)
- Bentuklahan lembah gisik (beach swale landforms)
- Bentuklahan dataran pantai (beach)

 Bentuklahan asal fluvial (fluvial landforms origin) terdiri dari :


- Bentuklahan dataran banjir (flood plain landforms)

34
35

- Bentuklahan tanggul alam (natural levee landforms)


- Bentuklahan undak sungai (teracce landforms)

 Bentuklahan asal campuran (delta), terdiri dari :


- Bentuklahan delta kaki burung (birdfoot delta)
- Bentuklahan delta membulat (lobate delta0
- Bentuklahan delta memanjang (cuspate delta)
- Bentuklahan delta kuala (estuarine delta0

 Bentuklahan plato.

Aspek - aspek geologi yang dapat tercermin dari morfografi dataran


asal marin dan fluvial adalah :
a. Dataran marin : disusun oleh material berbutir halus sampai sedang
yaitu pasir yang terpilah baik dan kemasan terbuka
karena lebih banyak dipengaruhi oleh hempasan
ombak, bercampur dengan lempung dan lanau.
b. Dataran fluvial : disusun oleh material berbutir halus seperti lem -
pung dan lanau sampai bongkah - bongkah. Mate-
rial penyusun dataran fluvial biasa disebut endap -
an aluvium dan jika telah termampatkan disebut
konglomerat.
c. Dataran delta : disusun oleh material - material pasir berbutir halus
sampai sedang, lempung, dan lanau, disertai de -
ngan sisa - sisa tumbuhan atau endapan batubara.
d. Dataran plato : disusun oleh material - material gunungapi, sepert
breksi dan tuf.

3.1.2 Bentuklahan perbukitan / pegunungan

35
36

Bentuklahan perbukitan (hilly landforms) memiliki ketinggian antara


50 meter sampai 500 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiringan
lereng antara 7 % sampai 20 %, sedangkan bentuklahan pegunungan (moun-
taineous landforms) memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan
lereng lebih dari 20 %. Sebutan perbukitan digunakan terhadap bentuklahan
kubah intrusi (dome landforms of intrusion), bukit rempah gunungapi / gumuk
tefra, koral (karst) dan perbukitan yang dikontrol oleh struktural.
Sebutan pegunungan digunakan terhadap rangkaian bentuklahan yang
memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20
%, biasanya merupakan satu rangkaian dengan bentuklahan gu - nungapi
atau akibat kegiatan tektonik yang cukup kuat, seperti pegunungan Himalaya
(di India), pegunungan Alpen (di Eropa) dan Pegunungan Selatan (di Jawa
Barat).
Aspek - aspek geologi yang berhubungan dengan bentuklahan perbuki-
tan dan pegunungan tersebut antara lain :
a. Perbukitan kubah intrusi, disusun oleh material batuan beku intrusi
yang memiliki ciri khas membentuk pola aliran sentripetal, soliter
(terpisah), biasanya terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh
sesar dan tersebar tidak beraturan.
b. Bentuklahan perbukitan rempah gunungapi (gumuk tefra) disusun
oleh material - material hasil erupsi gunungapi yang berbutir halus
sampai bbongkah dengan ciri khas tidak jauh dari gunungapi se -
bagai sumber material. Gumuk tefra terbentuk karena kegiatan
erupsi gunungapai.
c. Bentuklahan perbukitan karst (gamping) disusun oleh material sisa
kehidupan binatang laut (koral), bersifat karbonatan. Ciri khas per-
bukitan karst membentuk perbukitan yang berkelompok, memben-
tuk pola pengaliran multi basinal (tiba - tiba menghilang), terdapat
gua - gua dengan stalagtit dan talagmit. Daerah perbukitan karst
mencerminkan jejak lingkungan laut dangkal (25 meter sampai 50

36
37

meter), sehingga garis pantai lama tidak jauh dari kumpulan perbuk-
itan karst tersebut. Munculnya perbukitan karst disebabkan oleh su-
atu pengangkatan (tektonik).
d. Bentuklahan perbukitan yang memanjang mencerminkan suatu per-
bukitan yang terlipat, sehingga dapat diperkirakan material
penyusun berupa batuan sedimen, seperti batupasir, batulempung
dan batulanau atau perselingan batuan sedimen tersebut. Ciri khas
bentuklahan perbukitan terlipat memiliki pola pengaliran paralel
atau rektangular yang berbeda arah, mengikuti lereng sayap dari
perbukitan tersebut, sedangkan puncak dari perbukitan bertindak se-
bagai batas pemisah aliran (water devided). Bentuklahan perbukitan
memanjang terbentuk akibat dari kegiatan tektonik lemah (pen-
gangkatan), sehingga membentuk perlipatan. Perbukitan yang
berbelok atau terpisah, kemungkinan diakibatkan oleh gerakan dari
sesar geser.
e. Bentuklahan pegunungan terdapat pada suatu rangkaian gu-nungapi,
seperti rangkaian gunungapi Tangkuban Parahu dengan Tampomas
terdapat rangkaian pegunungan Bukit Tunggul, Manglayang dan
rangkaian pegunungan di Utara Tanjungsari, kemudian menyam-
bung dengan Gunungapi Tampomas. Selain rangkaian pegunungan
yang terdapat di sekitar gunungapi, terdapat pula rangkaian pegu-
nungan yang diakibatkan oleh tektonik, seperti rangkaian Pegunun-
gan Selatan Jawa Barat yang membentang dari Barat di Teluk Pal-
abuan Ratu (Sukabumi) sampai ke Timur di Teluk Pangandaran
(Ciamis).

3.1.3 Bentuklahan gunungapi (vulkanik)


Bentuklahan gunungapi (vilkanik) memiliki ketinggian lebih dari 1000
meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiring lereng yang curam (56 %
sampai 140 %), dengan ciri khas memiliki kawah, lubang kepundan dan keru-

37
38

cut kepundan. material yang dapat ditemui pada bentuklahan vulkanik bagian
puncak merupakan material halus sampai sedang (abu vulkanik / tuf), pada
lereng bagian tengah lelehan lava dan lahar serta pada bagian lereng bawah
berupa endapan rempah - rempah gunungapi (tefra).
Terbentuknya gunungapi akibat kegiatan magma yang mendorong dari
perut bumi ke permukaan bumi secara sinambung (terus menerus) dalam ku-
run waktu yang panjang, sehingga membentuk kerucut yang menjulang sam-
pai ketinggian tertentu, suatu saat mengalami erupsi yang cukup hebat men-
gakibatkan puncak kepundan menjadi tumpul. Pada gunungapi muda puncak
kepundan masih berbentuk kerucut dan erupsi masih terus berlangsung. Con-
toh Gunungapi Merapi di Jawa Tengah - Yogyakarta.

3.1.4 Lembah
Permukaan bumi yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan
membentuk lembah. Pada awalnya torehan (erosi) limpasan air permukaan
berupa erosi permukaan (sheet erosion) kemudian menjadi erosi alur (riil ero-
sion), erosi parit (gully erosion), lembah (valley) dan selanjutnya lembah seba-
gai penampung aliran air menjadi sungai. Limpasan air permukaan yang ma-
suk ke lembah selalu membawa muatan sedimen hasil dari pengikisan air
tersebut dan selanjutnya sungai membawa muatan sedimen untuk di endapkan
pada daerah (cekungan) tertentu menjadi suatu endapan (sedimen). Secara
garis besar jenis - jenis lembah dapat dibedakan menjadi :
- Jenis lembah U tumpul
- Jenis lembah U tajam
- Jenis lembah V tumpul
- Jenis lembah V tajam.
Jenis lembah U tumpul terjadi pada daerah - daerah yang relatif datar,
erosi yang berlangsung cenderung ke arah lateral (samping) dan erosi ke arah
vertikal (dasar sungai) relatif tidak berlangsung. Erosi ke arah vertikal terhenti,

38
39

karena telah mencapai batuan dasar sungai yang relatif keras dibandingkan
dengan batuan yang berada di tepi sungai.
Jenis lembah U tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki
kemiringan lereng landai, erosi lateral (ke samping) lebih besar dari pada erosi
vertikal (ke arah dasar sungai), pengumpulan (akumulasi) sedimen berlang-
sung dari lereng - lereng lembah.
Jenis lembah V tumpul terjadi pada daerah - daerah yang memiliki
lereng landai sampai agak curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) berlang-
sung lebih kuat daripada erosi lateral (ke arah samping) yang disertai dengan
erosi dari bagian atas lereng lembah tersebut dan pengumpulan (akumulasi)
endapan (sedimen) terjadi di dasar lembah. Bentuk lembah V tumpul yang
tidak simetris disebabkan oleh perbedaan jenis batuan dan / atau struktur pada
salah satu sisi lembah.
Jenis lembah V tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki
lereng curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) sangat kuat karena dipe -
ngaruhi oleh tektonik. Kondisi batuan dan iklim sangat berpengaruh terhadap
pembentukkan jenis lembah V tajam.

BENTUK SIMETRIS BENTUK TAK SIMETRIS

ENDAPAN FLUVIO -COLUVIA LEKUKAN DALAM

TERBUKA/
LEBAR

39
40

MENYEMPIT /
CURAM

MENYEMPIT /
CURAM

TERBUKA /
LEBAR

Gambar 1. Bentuk - bentuk lembah


(sumber : Van Zuidam, 1985)
3.1.5 Bentuk lereng
Bentuk lereng merupakan cerminan proses geomorfologi eksogen atau
endogen yang berkembang pada suatu daerah dan secara garis besar dapat
dibedakan menjadi :
- Bentuk lereng cembung.
- Bentuk lereng lurus
- Bentuk lereng cekung
Bentuk lereng cembung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang dis-
usun oleh material - material batuan yang relatif keras atau sisa - sisa gawir

40
41

sesar atau bidan longsoran (mass wasting) yang telah tererosi pada bagian tepi
atasnya.
Bentuk lereng lurus, biasanya terjadi pada daerah - daerah lereng
vulkanik yang disusun oleh material - material vulkanik halus atau bidang
longsoran (llandslide).
Bentuk lereng cekung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang dis-
usun oleh material - material batuan lunak atau bidang longsoran (slump).

3.1.6 Pola punggungan


Pada peta topografi, foto udara atau citra satelit akan tampak pola -
pola punggungan yang berbentuk paralel (sejajar), berbelok atau melingkar.
Pola - pola punggungan tersebut mencerminkan dipengaruhi oleh kekuatan
(tenaga) yang mengakibatkan terbentuknya pola punggungan. Kekuatan
(tenaga) tersebut berasal dari dalam bumi yang dikenal sebagai tenaga endo-
gen, dapat berupa kegiatan pengangkatan atau pensesaran (tektonik).
Pola punggungan paralel dapat diinterpretasikan sebagai suatu perbuki-
tan yang terlipat, sedangkan pola punggungan berbelok, melingkar atau ter-
pisah dapat diinterpretasikan sebagai akibat dari suatu pensesaran. Pola - pola
punggungan yang terlipat menunjukkan kerapatan garis kontur yang jarang,
sedangkan jika pada salah satu sisi punggungan tersebut memiliki kerapatn
garis kontur yang cukup rapat diinterpretasikan telah terjadi sesar naik.

41
42

Gambar 2. Bentuk - bentuk lereng.

Gambar 3. Pola punggungan yang menunjukkan perlipatan.

42
43

Gambar 4. Pola punggungan yang memperlihatkan


tersesarkan.

Gambar 6. Pola punggungan yang memperlihatkan


akibat sesar geser.
3.1.7 Pola aliran

43
44

Kegiatan erosi dan tektonik yang menghasilkan bentuk - bentuk lem-


bah sebagai tempat pengaliran air, selanjutnya akan membentuk pola - pola
tertentu yang disebut sebagai pola aliran. Pola aliran ini sangat berhubungan
dengan jenis batuan, struktur geologi kondisi erosi dan sejarah bentuk bumi.
Sistem pengaliran yang berkembang pada permukaan bumi secara regional
dikontrol oleh kemiringan lereng, jenis dan ketebalan lapisan batuan, struktur
geologi, jenis dan kerapatan vegetasi serta kondisi iklim.
Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto
udara, terutama pada skala yang besar. Percabangan - percabangan dab erosi
yang kecil pada permukaan bumi akan tampak dengan jelas, sedangkan pada
skala menengah akan menunjukkan pola yang menyeluruh sebagai cerminan
jenis batuan, struktur geologi dan erosi. Pola pengaliran pada batuan yang
berlapis sangat tergantung pada jenis, sebaran, ketebalan dan bidang per-
lapisan batuan serta geologi struktur seperti sesar, kekar, arah dan bentuk per-
lipatan.
Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pola pengaliran
dasar dan pola pengaliran modifikasi. Definisi pola pengaliran yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di
suatu daerah yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hu-
jan, alur pengaliran tetap pengali. Biasanya pola pengaliran yang
demikian disebut sebagai pola pengaliran permanen (tetap).
2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan
dari pola dasar lainnya.
3. Perubahan (modifikasi) pola dasar adalah salah satu perbedaan yang
dibuat dari pola dasar setempat.
Hubungan pola dasar dan pola perubahan (modifikasi) dengan jenis
batuan dan struktur geologi sangat erat, tetapi tidak menutup kemungkinan da-
pat ditambah atau dikurangi.Van der Weg (1968) membuat klasifikasi pola
pengaliran menjadi pola erosional, pola pengendapan dan pola khusus. Pola

44
45

dendritik (sub dendritik), radial, angular (sub angular), tralis dan rektangular
termasuk pola erosional, sedangkan pola - pola lurus (elongate) , menga -
nyam ( braided), berkelok (meandering), yazoo, rektikular dan pola dikho-
tomik termasuk pola pengendapan. Klasifikasi pola khusus dibagi menjadi
pola pe-ngaliran internal seperti pola "sinkhole" pada bentuklahan karst
(gamping) dan pola "palimpset" atau "berbed" untuk daerah yang dianggap
khusus.

Tabel 3. Pola pengaliran dan karakteristiknya (van Zuidam, 1985)

POLA PENGALI-
KARAKTERISTIK
RAN
DASAR

Perlapisan batuan sedimen relatif datar atau


paket batuan kristalin yang tidak seragam dan
DENDRITIK memiliki ketahanan terhadap pelapukan. Se-
cara regional daerah aliran memiliki
kemiringan landai, jenis pola pengaliran mem-
bentuk percabangan menyebar seperti pohon
rindang.

Pada umumnya menunjukkan daerah yang


berlereng sedang sampai agak curam dan dapat
PARALEL ditemukan pula pada daerah bentuklahan per-
bukitan yang memanjang. Sering terjadi pola
peralihan antara pola dendritik dengan pola
paralel atau tralis. Bentuklahan perbukitan
yang memanjang dengan pola pengaliran par-
alel mencerminkan perbukitan tersebut dipen-
garuhi oleh perlipatan.

Baruan sedimen yang memiliki kemiringan


TRALLIS
perlapisan (dip) atau terlipat, batuan vulkanik
atau batuan metasedimen derajat rendah den-
gan perbedaan pelapukan yang jelas. Jenis pola
pengaliran biasanya berhadapan pada sisi sepa-

45
46

njang aliran subsekuen.

Kekar dan / atau sesar yang memiliki sudut


REKTANGULAR
kemiringan, tidak memiliki perulangan lapisan
batuan dan sering memperlihatkan pola pen-
galiran yang tidak menerus.

Daerah vulkanik, kerucut (kubah) intrusi dan


sisa - sisa erosi. Pola pengaliran radial pada
RADIAL daerah vulkanik disebut sebagai pola pengali-
ran multi radial.
Catatan : pola pengaliran radial memiliki dua
sistem yaitu sistem sentrifugal (menyebar ke
luar dari titik pusat), berarti bahwa daerah
tersebut berbentuk kubah atau kerucut, sedan-
gkan sistem sentripetal (menyebar kearah titik
pusat) memiliki arti bahwa daerah tersebut
berbentuk cekungan.

Struktur kubah / kerucut, cekungan dan kemu-


ANULAR
ngkinan retas (stocks)

LANJUTAN TABEL
3.

Endapan berupa gumuk hasil longsoran dengan


MULTIBASINAL
perbedaan penggerusan atau perataan batuan
dasar, merupakan daerah gerakan tanah, vulka-
nisme, pelarutan gamping dan lelehan salju
(permafrost)

POLA PENGALI-
RAN
MODIFIKASI

SUB DENDRITIK Umumnya struktural

46
47

PINNATE Tekstur batuan halus dan mudah tererosi

ANASTOMATIK Dataran banjir, delta atau rawa

MENGANYAM
(DIKHOTOMIK) Kipas aluvium dan delta

SUB PARALEL Lereng memanjang atau dikontrol oleh bentuk-


lahan perbukitan memanjang.

KOLINIER Kelurusan bentuklahan bermaterial halus dan


beting pasir.

SUB TRALLIS Bentuklahan memanjang dan sejajar

DIREKSIONAL Homoklin landai seperti beting gisik


TRALLIS

TRALLIS BERBE- Perlipatan memanjang.


LOK

TRALLIS SESAR Percabangan menyatu atau berpencar , sesar


paralel

ANGULATE Kekar dan / atau sesar pada daerah miring

KARST Batugamping

47
48

Gambar 7. Pola pengaliran dasar (Howard 1967)


(sumber : Van Zuidam, 1985)

48
49

Gambar 8. Pola pengaliran modifikasi (Howard, 1967)

49
50

(sumber : Van Zuidam, 1985)

Morisawa (1985) menyebutkan pengaruh geologi terhadap bentuk sun-


gai dan jaringannya adalah dinamika struktur geologi, yaitu tektonik aktif dan
pasif serta lithologi (batuan). Kontrol dinamika struktur diantaranya pens-
esaran, pengangkatan (perlipatan) dan kegiatan vulkanik yang dapat menye-
babkan erosi sungai. Kontrol struktur pasif mempengaruhi arah dari sistem
sungai karena kegiatan tektonik aktif. Sedangkan batuan dapat mempengaruhi
morfologi sungai dan jaringan topologi yang memudahkan terja- dinya pela-
pukan dan ketahanan batuan terhadap erosi.
Tabel 4. Kontrol struktur terhadap bentuk sungai
(sumber : Morisawa, 1985)

KONTROL
BENTUK SUNGAI
STRUKTUR

A. DINAMIK

1. SESAR AK- Teras Lembah gelas anggur


TIF
Lembah memanjang Sungai terputus
Saluran "OFFSET" Saluran menyebar
Sungai subsekuen Membentu genangan
Lembah terjal

2. PERLI- Sungai anteseden Pembelokkan sungai


PATAN secara
AKTIF Sungai konsekuen tajam.

3. KEGIATAN Pola aliran radial Dasar sungai curam


VULKANIK

B. PASIF.

1. TERAS Teras Lembah gelas anggur


SESAR Lembah memanjang Sungai terputus
Sungai subsekuen Saluran menyebar
Lembah terjal Membentuk genangan
Saluran "OFFSET'

50
51

2. Aliran paralel Sungai subsekuen


KEMIRINGAN Aliran sepanjang le- Pola tralis
reng kemiringan.
Aliran konsekuen Aliran pada tebing
pendek

3. KUBAH Pola radial Pola anular


Sungai konsekuen Sungai subsekuen

4. ANTIKLIN Pola tralis Pembelokkan sungai


SINKLIN Sungai subsekuen.

5. KELURU- Lembah asimetri Kelurusan saluran


SAN Sungai subsekuen
SUNGAI

6. KEKAR Pola rektangular Sungai subsekuen

3.2 Morfogenetik
Morfogenetik adalah proses / asal - usul terbentuknya permukaan
bumi, seperti bentuklahan perbukitan / pegunungan, bentuklahan lembah atau
bentuklahan pedataran. Proses yang berkembang terhadap pembentukkan per-
mukaan bumi tersebut yaitu proses eksogen dan proses endogen.

3.2.1 Proses eksogen


Proses eksogen adalah proses yang dipengaruhi oleh faktor - faktor
dari luar bumi, seperti iklim, biologi dan artifisial. Proses yang dipengaruhi
oleh iklim dikenal sebagai proses fisika dan proses kimia, sedangkan ptoses
yang dipengaruhi oleh biologi biasanya terjadi akibat dari lebatnya vegetasi,
seperti hutan atau semak belukar dan kegiatan binatang. Proses artifisial lebih
banyak disebabkan oleh aktifitas manusia merubah bentuk permukaan bumi
untuk kepentingan kehidupannya.
Tahap perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh proses ekso-
gen diawali dengan permukaan bumi yang dipengaruhi oleh iklim, seperti hu-
jan, perubahan temperatur dan angin, sehingga merubah mineral - mineral

51
52

penyusun batuan secara fisika atau kimia, sehingga batuan menjadi lapuk dan
selanjutnya menjadi tanah. Lapisan permukaan tanah kemudian dikikis oleh
hujan selanjutnya material permukaan tanah yang lepas terhanyutkan dan di-
endapkan pada suatu cekungan pengendapan, seperti lembah / sungai atau laut.
Secara garis besar proses eksogen diawali dengan pelapukan batuan, kemudian
hasil pelapukan batuan menjadi tanah dan tanah terkikis (degradasional), ter-
hanyutkan dan pada akhirnya diendapkan (agradasional).
Kenampakkan proses erosi pada peta topografi atau foto udara ditun-
jukkan oleh kerapatan pola aliran, sehingga semakin rapat pola aliran menun-
jukkan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang cukup tinggi atau
dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan yang
relatif lunak dengan porositas yang buruk. Sebaliknya jika kerapatan pola pen-
galiran renggang, maka dapat diartikan bahwa daerah tersebut memiliki
tingkat erosi yang reltif kecil atau dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah
tersebut disusun oleh batuan yang relatif keras dan memiliki porositas yang
cukup baik serta memiliki ketahanan terhadap erosi.
3.2.2 Proses endogen
Proses endogen adalah proses yang dipengaruhi oleh kekuatan / tenaga
dari dalam kerak bumi, sehingga merubah bentuk permukaan bumi. Proses
dari dalam kerak bumi tersebut antara lain kegiatan tektonik yang meng-
hasilkan patahan (sesar), pengangkatan (lipatan) dan kekar. Selain kegiatan
tektonik, proses kegiatan magma dan gunungapi (vulkanik) sangat berperan
merubah bentuk permukaan bumi, sehingga membentuk perbukitan intrusi dan
gunungapi.
Ciri - ciri proses endogen yang berlangsung di suatu daerah pada peta
topografi atau foto udara adalah sebagai berikut :
Bentuklahan perbukitan intrusi :
- Bentuk perbukitan menyerupai kubah dan berpola terpisah (soliter).
- Pola aliran radial sentripetal (menyebar keluar dari titik pusat).
- Bentuk lereng relatif cembung.

52
53

- Garis kontur pada peta topografi relatif rapat.

Bentuklahan perbukitan struktural :


Perlipatan :
- Bentuk perbukitan memanjang.
- Pola aliran paralel dan rektangular.
- Bentuk lereng hampir lurus dan simetris pada sisi yang berlawanan.
- Garis kontur pada peta topografi relatif renggang.
Patahan (sesar normal dan sesar naik) :
- Bentuk perbukitan tidak menerus dan tidak simetris.
- Pola aliran paralel atau rektangular.
- Bentuk lereng relatif cekung dan tidak simetris pada kedua lereng
yang berlawanan.
- Garis kontur pada peta topografi pada bagian patahan sangat rapat.
Patahan (sesar geser) :
- Bentuk perbukitan berbelok atau tergeser (tidak menerus).
- Pola aliran rektangular.
- Bentuk lereng lurus dan tidak beraturan.
- Garis kontur pada peta topografi renggang sampai rapat.
Bentuklahan gunungapi (vulkanik) :
- Bentuk pegunungan kerucut.
- Pola aliran radial pada bagian puncak dan pola aliran pada lereng
tengah sampai lereng bawah lurus (elongate).
- Memiliki kawah dan lubang kepundan.
- Garis kontur pada peta topografi pada bagian puncak relatif rapat,
dan pada bagian lereng tengah sampai lereng bawah agak renggang
sampai renggang

3.2.3 Tata nama satuan geomorfologi

53
54

Penentuan tata nama satuan harus memiliki kesamaan unsusr - unsur


geomorfologi yaiitu kesamaan gambaran bentuk (morfografi), seperti perbuki-
tan, pegunungan atau pedatara dan asal - usul / proses (morfogenetik) ter-
jadinya suatu bentuk seperti proses asal fluvial, marin, denudasional, aeolian,
karst, glasial / preglasial (proses eksogen), struktural dan vulkanik (proses en-
dogen), sedangkan unsur - unsur lain, seperti morfometri dan material
penyusun merupakan unsur penegasan dari pernyataan unsur morfografi dan
morfogenetik, sehingga penamaan satuan bentuklahan geomorfologi terdiri
dari gambaran bentuk (morfografi) dan asal - usul / proses terjadinya bentuk
(morfogenetik).
Contoh tata cara penamaan satuan geomorfologi adalah sebagai berikut
:
Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL
Pernyataan PERBUKITAN mencerminkan gambaran bentuk (morfo-
grafi) dan STRUKTURAL menyatakan proses terbentuknya perbukitan terse-
but. Sebagai pelengkap agar tata nama satuan tersebut lebih rinci dan dapat
dipetakan, maka unsur morfogenetik dapat diuraikan menjadi struktur perli-
patan, sesar atau kekar. Unsur - unsur pendukung seperti morfometri dan ma-
terial penyusun diperlukan untuk lebih menegaskan panamaan satuan tersebut,
seperti pola aliran, kerapatan pola aliran, pola punggungan, bentuk lereng,
kemiringan lereng, kerapatan kontur dan perkiraan batuan penyusun bentukla-
han, sehingga penamaan satuan bentuklahan secara lengkap menjadi :
Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL (TERLIPAT) -
pola aliran rektangular - kerapatan aliran 50/Km - pola punggungan paralel -
bentuk lereng lurus dan simetris - kemiringan lereng 5 % - kerapatan kontur
cukup renggang - perkiraan batuan penyusun terdiri dari jenis batuan sedimen.
Tata nama satuan geomorfologi tersebut sangat membantu untuk pemetaan ge-
ologi, karena analisis morofografi dapat dilakukan terhadap peta topografi atau
foto udara, sehingga pemetaan geologi dapat direncanakan dengan baik dan
terarah.

54
55

3.3 Morfometri
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari suatu bentuklahan
dan merupakan unsur geomorfologi pendukung yang sangat berarti terhadap
morfografi dan morfogenetik. Penilaian kuantitatif terhadap bentuklahan
memberikan penajaman tata nama bentuklahan dan akan sangat membantu ter-
hadap analisis lahan untuk tujuan tertentu, seperti tingkat erosi, kestabilan
lereng dan menentukan nilai dari kemiringan lereng tersebut.

3.3.1 Lereng
Lereng merupakan bagian dari bentuklahan yang dapat memberikan in-
formasi kondisi - kondisi proses yang berpengaruh terhadap bentuklahan, se-
hingga dengan memberikan penilaian terhadap lereng tersebut dapat ditarik
kesimpulan dengan tegas tata nama satuan geomorfologi secara rinci. Ukuran
penilaian lereng dapat dilakukan terhadap kemiringan lereng dan panjang
lereng, sehingga tata nama satuan geomorfologi dapat lebih dirinci dan tujuan
- tujuan tertentu, seperti perhitungan tingkat erosi, kestabilan lereng dan peren-
canaan wilayah dapat dikaji lebih lanjut.
Ukuran kemiringan lereng yang telah disepakati untuk menilai suatu
bentuklahan adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Ukuran kemiringan lereng (sumber : Van Zuidam,1985)

KEMIRINGA KETERANGAN KLASI- KLASI-


N FIKASI FIKASI
LERENG USSSM* (%) USLE** (%)

55
56

0-2 Datar - Hampir 0-2 1-2


datar

3-7 Lereng sangat 2-6 2-7


landai

8 - 13 Lereng landai 6 - 13 7 - 12

14 - 20 Lereng agak curam 13 - 25 12 - 18

21 - 55 Lereng curam 25 - 55 18 - 24

56 - 140 Lereng sangat cu- > 55 > 24


ram
* USSSM = United state soil System Management
**USLE = Universal Soil Loss Equation (Wischmeir, 1967).

Tabel 6. Ukuran panjang lereng

PANJANG LERENG KLASIFIKASI


(M)

< 15 Lereng sangat pendek

15 - 50 Lereng pendek

50 - 250 Lereng sedang

56
57

250 - 500 Lereng panjang

> 500 Lereng sangat panjang

3.3.2 Perbedaan ketinggian


Perbedaan ketinggian (elevasi) biasanya diukur dari permukaan laut,
karena permukaan laut dianggap sebagai bidang yang memilki angka ke-
tinggian (elevasi) nol. Pentingnya pengenalan perbedaan ketinggian adalah un-
tuk menyatakan keadaan morfografi dan morfogenetik suatu bentuklahan,
seperti perbukitan, pegunungan atau dataran. Hubungan perbedaan ketinggian
dengan unsur morfografi adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi


(sumber : Van Zuidam, 1985)

KETINGGIAN ABSOLUT UNSUR MORFOGRAFI

< 50 meter Dataran rendah

50 meter - 100 meter Dataran rendah pedalaman

100 meter - 200 meter Perbukitan rendah

200 meter - 500 meter Perbukitan

500 meter - 1.500 meter Perbukitan tinggi

57
58

1.500 meter - 3.000 me- Pegunungan


ter

> 3.000 meter Pegunungan tinggi

Tabel 8. Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan


perbedaan ketinggian. (sumber: Van Zuidam,1985)

KELAS RELIEF KEMIRINGAN PERBEDAAN


LERENG ( % ) KETINGGIAN
(m)

Datar - Hampir datar 0 - 2 <5

Berombak 3 - 7 5 - 50

Berombak - Bergelom- 8 - 13 25 - 75
bang

Bergelombang - 14 - 20 75 - 200
Berbukit

Berbukit - Pegunungan 21 - 55 200 - 500

Pegunungan curam 55 - 140 500 - 1.000

58
59

pegunungan sangat cu- > 140 > 1.000


ram

Tabel 9. Kerapatan aliran (rata - rata jarak percabangan dengan


Ordo pertama aliran, Van Zuidam, 1985)

JENIS KERAP- PADA SKALA 1: KARAKTERISTIK


ATAN 25.000
MEMILIKI KERA-
PATAN

HALUS Kurang dari 0,5 cm Tingkat limpasan air per-


mukaan tinggi, batuan
memiliki porositas buruk

SEDANG 0,5 cm - 5 cm Tingkat limpasan air per-


mukaan sedang, batuan
memiliki porositas sedang

Tingkat limpasan air per-


KASAR Lebih besar dari 5 cm mukaan rendah, batuan
memiliki porositas baik
dan tahan terhadap erosi.

BAB 2
SISTIMATIKA
PEMETAAN GEOMORFOLOGI

Pemetaan geomorfologi meliputi segala aspek yang berhubungan den-


gan gambaran bentuklahan, proses bentuklahan, nilai - nilai bentuklahan dan

59
60

material penyusun bentuklahan. Aspek - aspek tersebut tidak hanya disam-


paikan dalam bentuk kata (verbal), seperti ketepatan bentuk, ukuran dan po-
sisi, tetapi sangat beik dituangkan dalam bentuk peta. Secara umum peta dapat
diklasifikasikan menjadi peta tujuan umum dan peta tujuan khusus.
Penelitian dan pemetaan geomorfologi saat ini merupakan gabungan
dari dua sumber yang berbeda, yaitu penelitian yang mendalam tentang geo-
morfologi dan hubungan geomorfologi dengan bidang ilmu lainnya. Penelitian
sistematika yang mendalam tentang geomorfologi akan menghasilkan peta ge-
omorfologi analitik, khususnya yang paling menonjol menghasilkan informasi
monodisiplin dan pada bagian lain menampilkan informasi bentuklahan, seba-
gian proses eksogen, menekankan unsur - unsur morfogenesis (termasuk mor-
fostruktural) dan mungkin morfokhronologi.
Penelitian terhadap hubungan antara geomorfologi dengan pengkajian
elemen - elemen lingkungan disebut sebagai ekologi bentanglahan (landscape
ecology) dan hasilnya berupa peta yang disebut sebagai peta sintetik (holistik).
Peta - peta sintetik (holistik) memiliki kandungan multidisiplin ilmu dan data
geomorfologi terpadu, sebagian memberikan informasi bentuklahan ditambah
dengan proses eksogen dan endogen, data lithologi, sedimen, tanah, kondisi air
permukaan dan air bawah tanah.
Pendekatan analitik dan sintetik memiliki hubungan yang erat, se-
hingga penelitian yang bersifat analitik akan menghasilkan satuan - satuan
pemetaan geomorfologi yang rinci, sedangkan penelitian yang bersifat sintetik
menghasilkan informasi - informasi yang berhubungan dengan aspek - aspek
terapan, seperti informasi lingkungan dan hubungan lingkungan dengan ben-
tanglahan (landscape). Pada kasus tertentu peta geomorfologi terapan dibuat
berdasarkan peta geomorfologi analitik dan pada kasus lain peta geomorfologi
sintetik menampilkan informasi - informasi klasifikasi bentuklahan untuk tu-
juan tertentu.
Pendekatan pragmatik dilakukan untuk kepentingan saat sekarang den-
gan data yang dikumpulkan terbatas hanya untuk penelitian - penelitian yang

60
61

bersifat lebih khusus. Peta - peta geomorfologi yang ada sekarang pada
dasarnya merupakan peta - peta geomorfologi pragmatik.

4.1 Pemahaman bentuklahan


Mitchel dan Way (1973) menyebutkan bahwa bentuklahan adalah
gambaran umum fisik rupa bumi. Karakteristik gambaran umum fisik rupa
bumi, seperti morfografi, morfogenetik, morfometri dan material penyusun da-
pat ditafsirkan melalui peta topografi, foto udara atau citra satelit yang saat ini
telah berkembang dengan pesat. Selaras dengan karakteristik gambaran umum
fisik rupa bumi, maka secara garis besar bentuklahan berdaarkan morfografi
dan morfogenetik dapat dibedakan menjadi bentuklahan asal denudasional,
fluvial, marin, struktural, gunungapi (vulkanik), aeolian, karst dan glasial.

4.1.1 Bentuklahan asal denudasional


Proses eksogen (epigen), seperti iklim, vegetasi dan aktivitas manusia
merupakan faktor pengaruh yang sangat menonjol pada bentuklahan denuda-
sional. Iklim, seperti curah hujan dan perubahan temperatur berpengaruh ter-
hadap proses pelapukan batuan, erosi dan gerakan tanah. Vegetasi dan aktivi-
tas manusia sangat membantu percepatan proses eksogen, sehingga perubahan
bentuklahan terjadi sangat cepat.
Ciri - ciri bentuklahan asal denudasional dapat diamati dari pola - pola
punggungan yang tidak beraturan, pola aliran sungai yang membentuk pola
dendritik dengan kerapatan pola pengaliran yang cukup rapat dan lereng relatif
terjal. Material penyusun biasanya terdiri dari batuan homogen yang mudah
lapuk, seperti lempung, lanau, serpih, dan breksi. Kenampakkan ciri - ciri ben-
tuklahan denudasional dapat diamati melalui peta topografi, foto udara atau
citra satelit. Secara garis besar proses yang berlangsung pada bentuklahan asal
denudasional dapat dibedakan menjadi proses erosional dan proses longsoran
(degradasional) dengan diakhiri oleh proses pengendapan (agradasional).

61
62

4.1.1.1 Erosi
Erosi adalah proses pengikisan terhadap permukaan bumi oleh hujan
hujan, sehingga partikel - partikel permukaan bumi berpindah terangkut oleh
aliran air atau sungai. Jika kecepata aliran tenang dan memiliki kecepatan
yang rendah, maka perpindahan partikel - partikel hasil pengikisan tersebut
tidak menunjukkan telah terjadi erosi, sedangkan jika kecepatan aliran
meningkat, maka erosi berlangsung dengan cepat. Selaras dengan kondisi ali-
ran tersebut, maka jenis erosi dapat dibedakan menjadi :
- Erosi permukaan (sheet erosion)
- Erosi alur (riil erosion)
- Erosi parit (gully erosion).
Erosi permukaan berlangsung akibat dari limpasan air permukaan yang
tidak terpusat (terkonsentrasi) dan biasanya berlangsung pada saat hujan mulai
berlangsung, sehingga curah hujan yang jatuh dipermukaan tanah mulai men-
galir. Kondisi erosi permukaan tidak akan pernah tampak pada peta topografi
dan sangat sulit diinterpretasi melalui foto udara, namun sebagai ciri suatu
daerah mengalami erosi permukaan pada foto udara akan menunjukkan tutu-
pan vegetasi yang jarang.
Erosi alur berlangsung ketika limpasan air permukaan mulai bergabung
membentuk alur, sehingga aliran permukaan terpusat membentuk suatu alur
dan pengikisan terjadi pada alur - alur dari suatu aliran tersebut disertai dengan
torehan terhadap dinding alur dan dasar alur. Erosi alur memiliki ciri yang
hampir sama dengan erosi permukaan, tetapi pada foto udara dengan skala
yang besar akan tampak alu - alur pengikisan pada daerah yang terbuka, se-
hingga erosi alur dapat dipetakan pada skala peta yang besar.
Semakin tinggi debit hujan dan debit aliran pada alur yang terbentuk,
maka semakin kuat erosi vertikal dan horisonta mengakibatkan alur semakin
besar dan menjadi parit. Erosi parit memiliki ukuran yang reltif besar, se-
hingga pada peta topografi dicerminkan oleh lekukan garis kontur yang bertin-
dak sebagai aliran air ari suatu punggungan dan bersatu menjadi saluran arus

62
63

aliran air. Kenampakan pada foto udara sangat jelas, sehingga erosi parit dapat
dipetakan dengan skala peta sedang sampai besar.

Tabel 10. Media dan proses erosi (sumber : Van Zuidam, 1985)

MEDIA PEN- PROSES YANG PROSES MUATAN MA-


GARUH TERJADI TERIAL

AIR PER-
MUKAAN
Kegiatan hidrolik Traksi, saltasi, suspensi,
Arus permukaan larutan dan apungan.
dan arus bawah
permukaan; ali-
ran permukaan.

AIR TANAH
Tanpa arus Pencucian ; korosi Larutan
bawah tanah.

OMBAK, ARUS Kegiatan hidrolik Traksi, saltasi, suspensi,


dan PASANG larutan dan apungan.
NAIK.

ANGIN Abrasi dan deflasi Traksi, saltasi dan sus-


pensi.

GLASIAL Penggerusan dan Traksi dan suspensi


saluran.

GRAVITASI Gerakan massa Traksi dan suspensi.


Aliran, luncuran dan
penurunan.

Dari F.D. Hole, 1967, didalam :The Encyclopedia of Geomorphology


R.W. Fairbridge, ed.

63
64

Selain faktor air yang mempengaruhi terjadinya erosi, maka faktor ke-
tahanan batuan terhadap pengikisan atau penggerusan merupakan salah satu
faktor yang berperan. Tampilan ketahanan batuan terhadap pe - ngikisan
atau penggerusan pada peta topografi dan foto udara akan ditunjukkan oleh
kerapatan pengaliran. Semakin rapat pola aliran, maka batuan mudah men-
galami pengikisan atau penggerusan, sedangkan semakin renggang pola aliran
berarti batuan semakin tahan terhadap pengikisan atau penggerusan.
Tabel 11. Ketahanan relatif batuan terhadap erosi dan pelapukan
(sumber : Van zuidam, 1985).

JENIS BATUAN KETAHANAN BENTUKLAHAN

BATUAN BEKUAN

Tekstur halus
Hitam (basa) Biasanya tahan Gawir dan aliran
Basalt Biasanya tahan Tidak menyebar
Menengah An- Biasanya tahan Tebing terjal
desit
Cerah Rhi-
olite Biasanya sangat Gawir dan kubah
tahan Pengangkatan
Tekstur kasar Biasanya tahan Kubah dan pen-
Hitam (basa) Biasanya tahan gang-
Gabro Kecuali di wilayah katan..
Menengah arid
Sienite
Cerah
Granit

BATUAN ENDAPAN

Butiran halus
Lepas Lem- Lunak, membentuk Lahan terbuka
pung din-
ding tegak. Dataran rendah
Padat Bat- Biasanya lunak sam -
ulempung pai landai
Sangat lunak Dasar lembah.

64
65

Karbonat lepas Lanau Lunak di daerah Daerah gamping.


Karbonat padat Gamp- basah
ing tahan di daerah
arid.
Dataran rendah
Butiran kasar Tebing terjal dan
Lepas Pasir Biasanya lunak plato
Padat Batu- Tahan jika tersemen
pasir kuat.
Sebagai batuan
Butiran sangat kasar Memiliki ketahanan penu-
Lepas Kerakal se- tup perlipatan.
dang, Punggungan dan
Padat Kon- Sangat tahan. pe-
glomerat gunungan.

BATUAN MALIHAN
(METAMORF)
Asal batuan endapan
Serpih Lunak Dataran rendah
Slate Lunak Dataran rendah
Batugamping sangat tahan Punggungan, gu-
Marble muk,
Batupasir dan monadnok.
Kuarsit Sangat tahan
Sangat tahan Pengangkatan
Asal batuan bekuan atau en- Pengangkatan dan
dapan punggungan.
Banded
Gneis
Schistose
Schist
Disadur dari : A.K. Lobeck, Geomorphology,Mc Graw-Hill New York

4.1.1.2 Longsor
Longsor adalah gerakan massa tanah atau batuan dengan jumlah yang
cukup besar dari suatu tempat ke tempat lain yang memiliki kemiringan lereng
dan disebabkan oleh gravitasi atau media air. Gerakan massa tanah atau batuan
tersebut dapat terjadi dengan kecepatan yang tinggi dan kecepatan yang ren-

65
66

dah. Tiga jenis utama gerakan massa tanah atau batuan, yaitu luncuran (slide),
aliran (flow) dan jatuhan (heave).
Luncuran, merupakan gerakan perpindahan blok massa tanah atau
batuan secara alami dari bagian tertinggi lereng yang curam ke arah bagian
kaki lereng. Gerakan perpindahan massa tanah dan batuan tersebut memiliki
kecepatan yang cukup tinggi (cepat), sehingga menimbulkan kerusakan pada
lereng yang dilalui. Faktor pengaruh terjadinya luncuran disebabkan oleh
lereng yang curam dan sedikit pengaruh air.
Aliran, merupakan gerak perpindahan massa tanah atau batuan yang
dipengaruhi oleh faktor air dengan kecepatan yang relatif cepat, sehingga tidak
menampakkan kerusakan. Gerakan massa tanah atau batuan berupa aliran bi-
asanya terjadi pada kemiringan lereng landai dan memiliki gerakan kejadian
yang tidak bersamaan serta terhenti jika kemiringan lereng mulai mendatar.
Jatuhan, merupakan gerak perpindahan massa tanah atau batuan yang
dipengaruhi oleh faktor gaya gravitasi, biasanya terjadi pada lereng yang san-
gat terjal (hampir tegak lurus). Gerak jatuh massa tanah atau batuan memiliki
kecepatan relatif lambat dan berlangsung pada daerah yang tidak luas.
Proses gerakan massa tanah atau batuan jarang terjadi bersamaan,
karena faktor pengaruh yang berbeda. Pada gambar diagram segitiga (gambar
9), menunjukkan klasifikasi jenis gerakan massa tanah atau batuan serta faktor
yang mempengaruhinya, seperti angkutan ketika terjadi gerakan atau kandun-
gan jenuh ketika terjadi gerakan.

Tabel 12 Hubungan fenomena luncuran lahan (lanslide)


(sumber ; Van Zuidam, 1985 yang disederhana kan dar sharpe,1938)

66
67

Tabel 13. Jenis - jenis gerakan pada lereng


(sumber : Van Zuidam, 1985 dari Varnes, 1978)

67
68

Gambar 9 Klasifikasi proses gerakan massa


tanah atau batuan.
(sumber : Van Zuidam, 1985)

Gambar 10. Penampang kecepatan untuk jenis


gerakan massa.
(sumber : Van Zuidam, 1985 dari M.A Carson dan M.J Kirkby,1972)

68
69

Gambar 11. Klasifikasi luncuran lahan (landslide)


(sumber : Van Zuidam, 1985 dari Varnes, 1958)

69
70

Gambar 12. lihat pada Van Zuidam, hal 105

70
71

4.1.2 Bentuklahan asal struktural


Pengaruh struktur geologi terhadap perkembangan dan penampilan
bentuklahan disebut sebagai bentanglahan yang dipengaruhi oleh struktur.
Pengaruh struktur geologi yang sangat luas dapat mempengaruhi bentanglahan
secara keseluruhan sampai tampilan terkecil bentuklahan yang berlangsung
bersamaan dengan proses geomorfologi lainnya. Pengaruh struktur geologi
pada geomorfologi dapat dibagi menjadi dua jenis struktur utama; yaitu : (1)
struktur aktif yang berlangsung sehingga meninggalkan jejak bentanglahan
modern, (2) struktur pasif yang meninggalkan jejak pada bentanglahan modern
berupa pelapukan dan erosi.
Pengaruh struktur geologi yang mempengaruhi aspek - aspek struktur
geomorfologi, seperti perlipatan dan sesar dapat dikenali melalui foto udara
dan peta topografi. Foto udara dan peta topografi dapat menampilkan lokasi
dan bentuk massa batuan yang memiliki bermacam - macam tampilan, antara
lain : (a) ketahanan batuan terhadap pelapukan dan erosi, (b) perubahan kristal
dan pengikisan batuan akibat pelapukan dan erosi, (c) penampilan lapisan dan
(d) tampilan bentuk lainnya. Batuan dan iklim memiliki peran penting pada
tampilan geomorfologi, terutama pada daerah yang memiliki hubungan erat
dengan kondisi geologi seperti jenis batuan dan struktur geologi yang tergam-
bar pada peta topografi atau yang tampak pada foto udara. Pada dasarnya bat-
uan memiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, sehingga
sangat mendorong terjadinya pengikisan pada lereng dengan ciri terbentuknya
lereng yang terputus. Perkembangan lereng yang cembung menunjukkan bat-
uan yang relatif tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan perkembangan
lereng yang cekung cenderung kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi.
Sangat jelas bahwa ketebalan lapisan batuan sangat berpengaruh terhadap ben-
tuk lereng (cembung atau cekung). Jika suatu suatu lapisan batuan tipis atau
proses pelapukan atau proses erosi/akumulasi aktif, maka permukaan lereng
relatif halus, sehingga batuan tampak seperti tidak berlapis, sehingga singka-
pan lapisan akan tampak pada tebing atau dasar aliran. Interpretasi batuan se-

71
72

cara rinci akan lebih baik jika dilakukan dila -pangan, tetapi kemampuan inter-
pretasi foto udara dan peta topografi ditambah dengan pengetahuan geologi
umum akan memberikan hasil lebih baik didalam menentukan batas - batas
batuan, perlapisan, foliasi, kelurusan dan hubungannya dengan bentuklahan,
seperti tampilan gawir sesar dan erosi. Pola aliran sungai yang tampak pada
foto udara dan peta topografi akan mencerminkan perlapisan batuan yang
cukup baik pada suatu daerah, walaupun tertutup vegetasi dan tanah, tetapi
masih mungkin untuk mengenali struktur geologi utama dan jenis batuan
seperti lanau, batupasir dan gamping. Smith (1943) menyebutkan bahwa ciri -
ciri terbaik untuk mengenali batuan di suatu daerah melalui foto udara atau
peta topografi adalah sebagai berikut : (1) kenampakkan topografi, (2) warna
tanah dan batuan, (3) sebaran vegetasi dan (4) struktur primer dan sekunder.
Tujuan interpretasi struktur adalah menentukan lokasi, sebaran dan
kesinambungan dari kunci hamparan bumi. Bentuk relief batuan yang tahan
terhadap pelapukan dan erosi, seperti batupasir, kuarsit dan batugamping di
bawah kondisi tertentu akan membentuk lapisan kunci yang baik. Hubungan
erat antara interpretasi struktur dengan relief tergantung pada pemahaman dan
analisis geomorfologi. Analisis pola aliran, kelurusan aliran dan pola vegetasi
akan memudahkan interpretasi geomorfologi. Hubungan tersebut akan mem-
berikan gambaran yang jelas terhadap relief dan struktur geologi, khususnya
pada daerah - daerah tektonik muda.
Pada daerah luas yang memiliki relief rendah dan tertutup oleh lapisan
tanah disertai dengan proses tektonik, malihan (metamorphisme) dan waktu
pengikisan, maka akan sulit melihat hubungan morfologi dengan struktur ge-
ologi yang ada. Lapisan batuan yang memiliki bidang lapisan, arah jurus dan
kemiringan lapisan batuan (strike & dip) mudah dikenali, terutama batuan en-
dapan yang memiliki bidang lapisan dengan jelas, karena ketahanan batuan
terhadap pelapukan dan erosi. Bidang lapisan batuan yang datar atau hampir
datar dan kontak sejajara serta tertutup tanah, pada kontur topografi menun-
jukkan pola - pola lingkaran tertutup, sehingga bidang lapisan batuan yang

72
73

datar seolah - olah tidak memiliki arah jurus lapisan (strike) atau jarang
tergambar pada bidang lapisan batuan tersebut.
Permukaan lapisan batuan ditunjukkan oleh relief topografi, lapisan
dengan perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi dicerminkan oleh
perubahan lereng pada topografi; lereng yang sangat curam menunjukkan
lapisan batuan yang sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan
lereng landai menunjukkan lapisan batuan yang kurang tahan terhadap pela-
pukan dan erosi. Kelompok lapisan batuan yang datar (horisontal), tebal dan
sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi akan menunjukkan tebing yang san-
gat tegak, karena keseragaman ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, maka
pola aliran normal akan mengambarkan pola aliran dendritik, khususnya jika
pengaruh kekar dan rekahan tidak ada.
Lapisan batuan yang tegak menunjukkan garis arah jurus lapisan dan
garis kontak lapisan akan lurus dan sejajar dengan arah jurus lapisan, sehingga
tampilan pada topografi tidak menunjukkan adanya pergeseran. Lapisan bat-
uan tegak yang tebal dapat langsung dikenali dari lebar hasil pelapukannya,
khususnya lapisan batuan yang memiliki perbedaan ketahanan terhadap pela-
pukan dan erosi, sehingga pola aliran jenis trelis sangat berkembang. Pola -
pola permukaan lapisan batuan yang memiliki kemiringan ditunjukkan oleh
relief topografi arah jurus dan kemiringan lapisan batuan. Kemiringan lapisan
batuan yang curam menyebabkan relief arah jurus lapisan batuan lebih menon-
jol, sehingga mempengaruhi bentuk permukaan lapisan batuan tersebut. Per-
mukaan topografi yang datar menyebabkan pola permukaan lapisan batuan
mengikuti arah jurus lapisan batuan sebenarnya. Jika permukaan topografi
tidak datar, maka pola permukaan lapisan batuan menjadi fungsi arah jurus
(strike), kemiringan lapisan (dip) merupakan kemiringan (gradient) topografi.
Pola - pola permukaan lapisan batuan tidak mengikuti sepanjang arah jurus
lapisan batuan sebenarnya, tetapi mengikuti arah jurus lapisan batuan semu.
Penyimpangan antara arah jurus lapisan batuan sebenarnya dengan
arah jurus lapisan batuan semu akan menambah kecuraman lereng pada to-

73
74

pografi, kecuali jika arah jurus lapisan batuan membentuk sudut yang tepat
terhadap kemiringan topografi, sehingga arah jurus lapisan batuan semu dan
arah jurus lapisan batuan sebenarnya memiliki kesamaan. Permukaan to-
pografi dan bidang lapisan batuan membentuk arah jurus punggungan mem-
bentuk hogback serta arah kemiringan lapisan batuan mudah dikenali. Pada li-
patan monoklinal yang baik menunjukkan susunan pola aliran paralel sampai
sub paralel dan trelis, setempat - setempat pola aliran dendritik. sungai atau
lembah pada topografi yang memotong arah jurus lapisan batuan de -ngan
membentuk sudut, maka pada lembah V tersebut akan tercermin suatu lapisan
dan kemiringan batuan yang jelas.
Lapisan batuan yang memiliki kemiringan landai menunjukkan lembah
Vs yang cukup panjang, sedangkan jika dibentuk oleh lapisan batuan dengan
sudut kemiringan yang tajam akan membentuk lembah Vs yang pendek. Lebar
suatu lembah atau punggungan ditentukan oleh tajam atau tumpulnya
kemiringan lapisan batuan. Jika suatu lembah memotong tegak terhadap arah
jurus lapisan batuan, maka lembah Vs akan membentuk tebing yang simetri,
sedangkan jika lembah Vs yang memotong arah jurus lapisan batuan memben-
tuk sudut, maka perkembangan tebing lembah Vs tidak akan simetri. Jika lem-
bah Vs sejajar (paralel) terhadap arah jurus lapisan batuan, maka lembah tidak
akan berkembang, tetapi percabangan aliran akan mengikis lembah lembah
Vs. Bidang lapisan batuan yang tertutup oleh vegetasi atau material per-
mukaan, maka arah jurus lapisan batuan dapat dikenali dengan dari ciri - ciri
pola aliran pada daerah tersebut.
Jika kemiringan lapisan batuan landai, maka aliran percabangan su -
ngai yang panjang akan mengikuti arah kemiringan lereng lapisan batuan,
tetapi apabila percabangan sungai pendek dicerminkan oleh gawir lereng
(Lattman dan Ray, 1965). Struktur lipatan yang diikuti dengan sesar normal
dan sesar naik dapat diketahui melalui pengulangan lapisan batuan dengan
kemiringan lapisan batuan yang berlawanan, kecuali pada lipatan isoklin. Jika
sumbu lipatan mendatar (horisontal), maka kedua sayapnya akan sejajar (par-

74
75

alel). Kedua sayap lipatan yang membentuk kurva (melengkung) dengan pun-
cak sinklinal atau antiklinal akan membentuk lembah V atau U. Kedua sayap
lipatan akan membentuk jalur permukaan lurus atau melengkung ada sisi - sisi
yang berlawanan. Pada suatu daerah perlipatan yang jelas, sumbu lipatan yang
terletak pada puncak atau lembah yang terbentuk akibat perlipatan tersebut da-
pat ditentukan dengan cara perhitungan atau perkiraan arah jurus dan
kemiringan lapisan batuan serta hubungan tiga dimensionalnya.

Pada lipatan rebah yang sering diikuti oleh struktur sesar dan sesar
naik, arah kemiringan lapisan batuan pada kedua sayapnya akan sama dan pola
lembah V sangat membantu menentukan sayap yang berlawanan.
Hubungan struktur geologi dengan morfologi akan tampak jelas pada
suatu daerah bervegetasi sedikit dan tutupan tanah relatif tipis, tetapi pada
daerah yang beriklim basah atau tropik basah, struktur geologi akan tercermin
oleh bentuk relief daerah tersebut. Kerapatan vegetasi ketebalan tanah yang
menutupi atau menghalangi morfologi struktur yang berada di bawahnya san-
gat sulit ditentukan, sehingga untuk menentukan struktur geologi tersebut pola
aliran dan penyimpangan pola aliran dapat digunakan sebagai ciri penentuan
struktur.
Aliran utama pada sayap lipatan cenderung mengalir sejajar arah jurus
lapisan batuan dan mengikuti celah - celah lapisan batuan yang tahan terhadap
pelapukan dan erosi, sedangkan aliran - aliran yang kecil mengalir searah
searah kemiringan lapisan batuan dan permukaan lereng lipatan membentuk
pola aliran yang trelis. Lapisan yang melengkung sekitar puncak lipatan ter-
cermin oleh aliran utama yang melengkung. Pola aliran radial dan anular atau
gabungan kedua pola tersebut sering berkemang pada daerah - daerah yang
berbentuk kubah atau lipatan (antiklin) sungkup.
Howard (1967) menyebutkan kelokan (meander) lokal pada sungai,
kelokan tajam (compressed meander), percabangan sungai lokal, keragaman

75
76

lebar tanggul sungai (levee) dan penyimpangan - penyimpangan (anomali)


pada sungai merupakan ciri - ciri struktur geologi atau deformasi aktif.
Pada sesar - sesar besar, biasanya sesar yang terletak pada bidang per-
mukaan lahan yang melengkung terdapat pergeseran yang tidak menunjukkan
celah dan biasanya berada sekitar mintakat regangan serta permukaan sesar
merupakan suatu bidang. Sudut sesar 450 atau lebih biasanya disebut sebagai
sesar normal dan sudut sesar kurang dari 45 0 biasanya disebut sebagai sesar
naik. Sesar normal pada foto udara tampak seperti garis lurus atau garis me-
lengkung, seperti kelurusan ( lineament ) yang membentang sangat jelas.
Tampilan yang memanjang mencerminkan atau memberi kesan bahwa sesar
seperti dipengaruhi oleh kelurusan morfologi, aliran su -ngai ( misalnya peng-
galan sungai lurus, air terjun, danau, genangan air dan mata air) atau kumpu-
lan vegetasi yang dicerminkan oleh garis lurus karena perubahan rona ( tone )
foto udara yang tajam.
Mintakat sesar atau kekar pada batuan lunak yang mudah tererosi akan
membentuk lekukan atau lembah. Pola aliran yang dipengaruhi oleh sesar atau
kekar akan membentuk pola lurus (elongated ) dan paralel atau angular. pe-
rubahan pola atau arah aliran sungai pada sisi yang berhadapan dari suatu
kelurusan merupakan ciri sesar yang sangat menyolok. Breksi sesar biasanya
sering menahan air disekitarnya, sehingga garis sesar pada foto udara akan
menunjukkan garis hitan karena sangat jenuh oleh kan - dungan air dan ke-
mungkinan lebatnya vegetasi. Mintakat sesar yang memiliki kelulusan air
(permebility) rendah akan mempengaruhi kondisi air tanah dan menyebabkan
perubahan kumpulan vegetasi, sehingga sesar dicirikan oleh mata air.
Suatu daerah yang disusun oleh batuan yang keras dan memiliki
lapisan yang mendatar (horisontal) kemudian terangkat, maka akan memben-
tuk morfologi "mesa" atau plato yang dipengaruhi oleh struktur. Pe -
ngikisan (erosi) yang berlangsung pada sisi - sisi gawir bagian depan struktur,
maka akan membentuk alur erosi yang sejajar (paralel) atau gawir erosi yang
tidak menerus hasil dari kegiatan erosi mata air atau limpasan air permukaan (

76
77

runoff ) yang terkumpul. Jika diameter batuan penutup ukurannya lebih kecil
dari pada tinggi bukit disekitarnya, maka digunakan istilah "butte".
Kemiringan lapisan batuan yang memiliki satu arah, karena posisi awalnya su-
dah miring (contoh : lereng cekungan pengendapan yang curam) atau miring
karena tektonik, maka bentanglahan yang berkembang menunjukkan relief
perbukitan atau pegunungan yang disusun oleh batuan keras yang miring.
Bentuklahan yang simetris atau asimetris tergantung pada kemiringan lapisan
batuan dan proses yang berlangsung pada bentuklahan tersebut. Struktur
monoklin yang cukup dikenal antara lain "cuesta", "hogback" dan pegunungan
"dike".
"Cuesta' adalah punggungan asimetri dengan salah satu sayap yang
panjang, umumnya searah dengan kemiringan lapisan batuan yang keras dan
lereng landai. Pada salah satu sisi lereng "cuesta" memiliki kemiringan lereng
yang terjal, sedangkan pada sayap lain memiliki kemiringan yang landai.
" Hogback" adalah punggungan dengan puncak yang terjal, dibentuk
oleh lapisan batuan keras atau batuan yang memiliki kemiringan lapisan bat-
uan yang terjal. Bentuklahan pada umumnya agak simetri, tetapi ada juga yang
tidak simetri.
Punggungan yang menyerupai "dike" dibentuk oleh lapisan batuan
yang memiliki kemiringan hampir tegak, kemiringan lereng sangat curam dan
hampir simetris. Lapisan atau struktur lapisan sejajar (planar) yang miring
merupakan bagian dari lipatan tunggal (single fold ) atau bagian dari sistem li-
patan (kumpulan lipatan). Struktur lipatan dapat berupa antiklin atau sinklin.
Antiklin adalah lipatan ke atas yang telah mengalami perkembangan beberapa
tahap. Antiklin sederhana memiliki kemiringan lapisan batuan dari arah sumbu
antiklin ke arah sisi - sisi yang berlawanan, sedangkan sinklin adalah lipatan
lapisan batuan dengan arah kemiringan yang bertindak sebagai sayap menuju
sumbu sinklin (lihat gambar ...). Suatu daerah yang terlipat dan tererosi akan
menunjukkan relief yang bergelombang membentuk bukit dan lembah. Bagian
bukit menunjukkan antiklin, sedangkan bagian lembah menunjukkan sinklin.

77
78

Jika daerah terlipat tererosi, maka akan tampak bentuk lapisan batuan yang
dipengaruhi oleh perbedaan kekerasan batuan. Kedua sisi antiklin dikenal se-
bagai sayap, sedangkan pada bagian yang paling tinggi disebut puncak.
Bidang yang memotong lipatan pada puncaknya disebut sebagai bidang
sumbu. Jika bidang sumbu tegak sejajar sumbu lipatan, maka lipatan tersebut
dinamakan lipatan simetri.
Kekar dan sesar sangat mempengaruhi perkembangan bentuklahan,
sedangkan kekar - kekar tersebut pada umumnya membentuk arah yang tegak
atau mendatar pada lapisan batuan selaras dengan arah gerak yang tidak berat-
uran. Sistem kekar sangat banyak dan suatu sistem kekar terdiri dari dua atau
lebih kelompok kekar yang sejajar. Pelapukan dan erosi yang mengikuti sis-
tem alur kekar sejak terbentuk akan menjadi tempat mengalirnya air ketika ter-
jadi hujan. Sistem kekear yang sangat luas mudah dikenali pada foto udara
dan peta topografi dengan cara melihat pola aliran sungai, kerapatan vegetasi
yang berkelompok pada jalur kekar dan arah perbukitan.

Sesar adalah rekahan atau mintakat (zone) rekahan pergeseran yang


panjang dengan sisi - sisi rekahan sejajar. Pergeseran yang tegak meng-
hasilkan suatu gawir sesar yang terjal (lihat gambar...). Kenampakan sesar
pada foto udara atau peta topografi akan sangat tajam , seperti naik turunnya
blok yang tersesarkan tergantung pada gerak / pergeseran sesar, kegiatan erosi
dan kekerasan batuan. Perbedaan erosi sepanjang gawir sesar ( = perpotongan
antara bidang sesar dengan permukaan) jarang sekali nampak, dibandingkan
dengan hasil langsung dari gerakan yang menyebabkan terjadinya sesar
(bidang sesar), sehingga yang tampak adalah jejak sesar berupa garis dan bi-
asanya disebut sebagai garis gawir sesar. Suatu garis gawir sesar obsequen
adalah kenampakan gawir sesar, kecuali pada daerah bertopografi rendah tam-
pak blok yang naik dan turun.

78
79

Thornbury (1969, halaman 253 - 256) menggunakan analisis umum


untuk menentukan gawir sesar dan garis gawir sesar, dengan cara :
(1). Melihat bidang kasar yang mengesankan bekas goresan dan di-ter-
apkan hanya pada sesar - sesar yang berumur muda. Bidang yang
memberikan kesan goresan belum tentu sebagai gawir sesar.
(2). Bidang sesar dicirikan oleh :
(a). Breksi sesar, mintakat (zone) hancuran dan mintakat rekahan
serta kekar
(b). Tampilan permukaan sesar yang menunjukkan goresan -
goresan pada bidang sesar ("slickenside"), tetapi goresan
tersebut jarang ditemukan.
(c), Tampilan pergeseran lapisan batuan yang tegak, mendatar,
atau miring.
(3). "Triangular facet" (permukaan berbentuk segitiga ?) dengan ciri
bagian ujung atas yang meruncing.
Bagian ujung yang meruncing dianggap sebagai bagian yang pa -
ling dekat dengan sesar dan biasanya menutupi sesar yang tampak
sekarang. Biasanya lereng permukaan (facet) yang meruncing ku-
rang dari 300, sedangkan bidang sesar normal lebih lebih curam.Se-
lanjutnya ujung yang meruncing dari permukaan segitiga (triangu-
lar facet) mengalami perombakan oleh pelapukan dan erosi, se-
hingga tidak menunjukkan ciri - ciri permukaan sesar.
(4). Kelurusan gawir. Sesar memanjang seperti garis lurus; padahal
kenyataannya melengkung, jika dibandingkan dengan gawir cuesta
yang memiliki gawir yang lurus. Kelrusen mencerminkan gawir
sesar atau garis gawir sesar.
(5). Jeram berbentuk V dengan batuan dasar mengikuti garis sesar.
(6). Pendekatan dengan melihat bertambah miringnya dasar sungai di
sepanjang jeram dan disebut sebagai lembah "gelas anggur"

79
80

("wineglass" valley), sehingga dijadikan sebagai bukti sesar


sekarang (Resen).
(7). Lembah naik (Hanging valley) pada permukaan gawir. Lembah
naik biasanya terjadi di sepanjang gawir sesar, tetapi dapat juga ter-
jadi di sepanjang garis gawir sesar yang mencerminkan terdapat
perbedaan regangan pada kedua sisi blok sesar.
(8). Mataair di sepanjang dasar gawir. Mataair sering ditemukan di
sepanjang sesar tetapi bukan berarti batas sesar atau sesar aktif.
(9). Aliran lava sepanjang alur sesar. Hamparan aliran lava bukan
menutupi sesar, tetapi vulkanisme terjadi pada jalur sesar yang
disebut sebagai mintakat lemah.
Tampilan topografi dapat memberikan kesan sesar, tetapi tidak berarti
sebagai sesar. Fenomena - fenomena (kejadian) yang dapat diperkirakan ter-
jadi sesar saat sekarang atau masa lalu antara lain :
- sering terjadi longsoran.
- kelurusan punggungan yang tidak dipengaruhi oleh jenis batuan.
- pola aliran sungai paralel yang memotong berbagai jenis batuan.
- kelokan tajam aliran sungai.

4.1.3 Bentuklahan asal gunungapi (vulkanik)


Bentuklahan gunungapi terbentuk dari hasil endapan gunungapi berupa
endapan lava yang membeku dan fragmen - fragmen gunungap, sehingga da-
pat dibedakan dengan bentuklahan lainnya dan sangat mudah dikenali pada
foto udara.
Letusan (erupsi) gunungapi dapat dibedakan berdasarkan material yang
keluar dari saluran magma gunungapi atau " vent " , yaitu jika material yang
dikeluarkan dari saluran magma melalui pusat saluran magama gu - nungapi /
vent disebut sebagai pusat letusan. Material yang keluar melalui celah / reka-
han saluran magam disebut sebagai letusan celah / rekahan dan material yang

80
81

keluar melalui beberapa saluran magma yang tersebar luas pada suatu daerah
disebut sebagai daerah letusan.
Klasifikasi ini sulit untuk diterapkan pada setiap kejadian letusan,
karena sebuah letusan akan terjadi di sepanjang rekahan (minakat lemah), se-
hingga pusat letusan besar dapat terjadi melalui sejumlah kerucut parasit (par-
asit cone) yang terapat disepanjang jalur rekahan pada sayap / lereng gunun-
gapi. Perbedaan pusat letusan dengan letusan yang terjadi melalui rekahan
umumnya tergantung pada skala dan tahap pertumbuhan gu - nungapi, se-
hingga perbedaan itu akan sangat menonjol. Daerah gunungapi disebut juga
"polyrifice" dicirikan oleh tidak pernah terdapat pusat letusan, karena letusan
akan terjadi pada titik - titik tertentu dalam kurun waktu yang panjang (Kara-
petian, 1964).
Struktur tubuh gunungapi cenderung berukuran kecil dan jarang men-
capai ketinggian 450 meter. Terak (scoria) lava, kerucut lava, kubah lava dan
hamparan lava adalah sebutan jenis - jenis gunungapi yang paling menonjol,
sedangkan gunungapi strato sangat jarang atau hampir tidak ada. Sebaran gu-
nungapi pada umumnya tidak beraturan, tetapi tidak menutup kemung-kinan
sebaran gunungapi tersebut berkelompok. Kondisi sebaran gunungapi tersebut
berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa gunungapi terbentuk
bersamaan dengan tumbukan dan pemekaran lempeng, sehingga gunungapi bi-
asanya terbentuk pada sabuk pegunungan Alpen dan sabuk Pasific
(gambar ). Komposisi petrografi batuan penyusun gunungapi pada suatu
daerah yang luas akan memiliki kesamaan, sehingga berdasarkan sebaran yang
luas dan kesamaan petrografinya, maka jenis gunungapi dapat dibagi menjadi
dua kategori, yaitu (1) kerucut dan sebaran kerucut serta hubungan bentuk
kubah dan (2) plato dan dataran. Beberapa gunungapai ada yang membentuk
sebagian kubah lava dan sebagian lagi membentuk plato vulkanik. Selanjutnya
tampilan negatif hasil letusan berupa kaldera yang sa- ngat luas, sehingga ter-
bentuk danau hasil dari letusan tersebut atau akibat penurunan (depresi) yang
terbendung oleh lava yang mengeras.

81
82

Secara garis besar klasifikasi gunungapi berdasarkan letusan yang dia-


jukan oleh Lacroix (1908) dan disusun kembali oleh Sapper (1931) adalah se-
bagai berikut :

Tabel Jenis gunungapi berdasarkan letusannya.

JENIS GUNUNGAPI KARAKTERISTIK

Letusan melalui rekahan, mengeluarkan aliran


1. ICELANDIC magma basalt bebas, tenang, gas sedikit, meng-
hasilkan volume lava yang besar, lava mengalir
seperti lapisan pada daerah yang luas, sehingga
membentuk plato.

Letusan berasal dari rekahan, kaldera dan


2. HAWAIIAN lubang kawah, lelehan lava diikuti dengan gas,
letusan aktif tenang sampai sedang, lava dan
gas mengalir dengan cepat sambil menyem-
burkan api, debu sangat sedikit, membentuk
kubah lava.

Kerucut berlapis ((stratocones) sekitar kawah,


3. STROMBOLIAN letusan sedang, berlanjut, melepaskan gas tidak
teratur, me - nyemburkan gumpalan lava,
menghasilkan bomb dan terak (scoria) lava,
kegiatan letusan berulang - ulang, dengan sem-
buran lava dan awan panas (seperti uap air)
yang naik sampai pada ketinggian tertentu..

Kerucut berlapis pada bagian tengah saluran


magma, kumpulan lava lebih kental, lapisan
lava tertumpuk diantara letusan, gas terkumpul
di bawah permukaan, letusan bertambah hebat
4. VULCANIAN dengan waktu yang cukup lama, sampai terak
(scoria) lava hancur, lubang saluran magma
bersih. Semburan bomb, batuapung dan debu,
lava mengalir dari puncak menuruni lereng
setelah letusan utama, awan bercampur debu

82
83

yang pekat tersembur ke udara membentuk


seperti cendawan, debu berlapis sekitar lereng
puncak gunungapi. (catatan : letusan pseudo
vulkanik memiliki ciri yang sama, tetapi hasil-
nya menjadi lain (contoh: Hawaiian), yaitu
menjadi phreatic dan meng- hasilkan kabut uap
yang sangat luas, membawa fragmen - fragmen
lain).

Lanjutan tabel ......

Letusan lebih hebat daripada jenis strombo-


lian atau vulcanian, letusan hebat terjadi den-
gan melepaskan gas dari lubang saluran
5. VESUVIAN magma yang berbentuk kerucut berlapis
(Stratocones), terjadinya letusan setelah gu-
nungapi istirahat cukup lama, saluran magma
cenderung menjadi kosong dan cukup dalam,
pada suatu letusan lelehan lava menyebar
(pada bagian atas mengkilat) disertai dengan
semburan asap seperti cendawan yang terus
menerus membentuk lapisan debu pada ket-
inggian tertentu.

6. PLINIAN. Letusan lebih hebat daripada letusan vesu-


vian, pada fase utama yang terakhir
menyemburkan gas dengan cepat memben-
tuk awan seperti cendawan tegak lurus set-
inggi beberapa kilometer, menyempit pada
bagian bawahnya dan di bagian atasnya
menyebar sambil menyebarkan debu.

7. PELE'AN Menghasilkan lava kental bertekanan tinggi,


letusan jarang terjadi, saluran magma gunun-
gapi jenis strato terhalang oleh kubah lava
atau lava penyumbat, gas keluar rekahan -
rekahan lateral (lereng gunungapi) atau dari

83
84

saluran yang telah mengalami penghancuran


penyumbatnya; debu dan fragmen - fragmen
bergerak menuruni lereng dalam satu atau
lebih letusan sebagai "nue'es ardentes" atau
luncuran awan panas, langsung mengendap-
kan hasillnya.

Sumber : Van Zuidam (1985 dari Holmes,1975 dan Bullard,1962)

Gambar 26. Dasar - dasar lempeng kerak dan lempeng tepi


Catatan, satu lempeng mungkin bergabung yaitu
lempeng samudera dengan lempeng benua.
Sumber : Van Zuidam, 1985.

84
85

Gambar 27. Jenis letusan utama gunungapi


Sumber : Van Zuidam (1985, dari A.Holmes, 1975)

Berdasarkan Ollier(1970), jenis gunungapi dan kawah merupakan hasil


endapan lava kental derajat tinggi dari suatu daerah yang sangat luas. Larutan
magma (kaya Mg, Fe dan Ca) menguapkan H 2O (uap), SO2 dan CO2 serta
mengurangi potensi letusan. Magma yang bertemperatur tinggi mengalir
keluar secara perlahan - lahan melalui celah - celah / rekahan - rekahan yang
terdapat pada gunungapi, seperti rekahan yang disebabkan oleh "horst volcano
tectonic" atau lahan yang tergali (R.W. Fairbridge, 1968). Magma kental
(banyak mengandung SiO2 dan alkali) cepat dingin dan melekat, menyimpan
lebih banyak gas.
Setelah gerakan magma pada saluran terhenti dan temperatur naik,
tekanan gas menyebabkan kawah tua retak, sehingga dapat menyebabkan ter-
jadinya letusan dan penumpukan debu, bara, serta terak (scoria) lava.Letusan
biasanya terjadi dari lubang kawah tunggal yang biasa disebut dengan pusat
letusan gunungapi. Terjadinya letusan gunungapi dapat dibedakan menjadi
dua macam, antara lain (1) monogenetik, yaitu letusan terjadi sekali, berupa
letusan kecil, dan (2) poligenetik, yaitu letusan terjadi beberapa kali, sering
menyemburkan lava secara berulang - ulang.
Letusan monogenetik selalu dihubungkan dengan jalur rekahan gunun-
gapi, sebagai contoh jalur rekahan lava yang terbuka sekali, kemudian lava
membeku dan muncul kembali di tempat lain. Poligenetik biasanya berhubun-
gan dengan pusat gunungapi. Pada awalnya letusan terjadi dari kawah - kawah
kecil kemudian kawah tersebut terkubur oleh limpahan / curahan kawah lain-
nya (sehingga kawah tumpang tindih) dan pada akhirnya lenyap karena letusan

85
86

kaldera. Ketika letusan terhenti, endapan lava dan piroklastik membentuk


strato vulkanik, lapisan lava dapat dilihat pada dinding - dinding kawah atau
lereng - lereng kawah yang tererosi.
Gunungapi lava basa. Lava basa bersifat sangat cair, sehingga dapat
menyebar dengan mudah dan meninggikan gunungapi. Ollier (1973) membe-
dakan perisai lava , kubah lava, kerucut lava, gundukan lava dan lava datar
(gambar 28). Hamparan batuan gunungapi, terbentuk oleh semburan lava
basaltik dan dapat membentuk pilar lava seperti perisai besar, lereng landai
(kurang dari 70) dan cembung. Kerucut parasit, letusan lereng, dan letusan
rekahan biasanya berhubungan dengan gunungapi perisai (gunungapi perisai
merupakan pernyataan yang kurang tepat, karena merujuk kepada lava perisai,
tetapi digunakan untuk gunungapi strato yang besar atau pada suatu lingkun-
gan gunungapi).
Gunungapi berskala kecil memuntahkan lava cairdan menghasilkan
kubah cembung dari pada bentuk perisai, sehingga disebut sebagai kubah lava
vulkanik. Perbedaan ukuran yang digunakan tidak baku, dan beberapa penulis
kadang - kadang mnggunakan perisai atau kubah. Pusat letusan pada skala ke-
cil menyebabkan sisi kerucut lurus dan aliran lava biasanya memiliki
kemiringan lereng yang landai (kurang dari 70) , tetapi ada juga beberapa con-
toh yang relatif curam. Gunungapi basaltik tidak dicirikan oleh kawah, tetapi
memiliki ciri berupa gundukan lava yang berlereng landai. gundukan lava
tersebut sebagian menunjukkan bentuk yang tajam, mencerminkan telah men-
galami erosi yang kuat.

86
87

Gambar 28. Diagram yang menunjukkan jenis gunungapi basaltik


Sumber : Van Zuidam (1985 dari C. Ollier, 1970)

87
88

Gambar 29. Diagram yang menunjukkan bentuklahan lava asam


Sumber: Van Zuidam (1985 dari C. Ollier, 1970)

88
89

Gunungapi basaltik tidak memiliki kawah, tetapi menghasilkan lelehan


lava yang keluar melalui dari rekahan - rekahan. Beberapa gunungapi
dibedakan kerucutnya oleh rekahan yang bertindak menjadi kawah dan dapat
dinyatakan sebagai gundukan lava ("lava mounds") yang memiliki kesamaan
dengan gundukan terak ("scoria mounds"). Di Victoria (Australia) ada beber-
apa kelainan gunungapi yang telah diteliti, dan gunungapi tersebut membentuk
lava yang mendatar ("lava disc ) yang terbentuk dari lava basal dan keluar
melalui rekahan - rekahan yang tegak lurus terhadap permukaan lava yang ada
di atas dan sisinya (Ollier, 1970).
Gunungapi lava asam. Batuan bekuan asam pada umumnya sangat
pekat dan apabila batuan bekuan asam ini tidak terlontarkan oleh suatu letusan
gunungapi, maka magma ini akan mengalir melalui rekahan - rekahan mem-
bentuk sejumlah bentuklahan ( gambar 30).
Pada saat lava yang pekat dismburkan, maka akan menyebar dan mem-
bentuk gundukan cembung yang dikenal sebagai kubah kumulus ("cumulo
dome") dan ini tidak berdiri sendir, tetapi membentuk kelompok intrusi pada
endapan piroklastik.
Istilah "mamelon" sering diterapkan untuk kubah kumulus, tetapi Cot-
ton (1944) menyebutkan bahwa "mamelon" adalah kubah kumulus yang ter-
bentuk oleh letusan dengan aliran material lava trakhitik dan "mamelon" sama
seperti kubah kumulus yaitu tidak memiliki kawah,
"Tholoid " mengacu pada kubah kumulus atau mamelon yang berasal
dari dalam kawah besar gunungapi dengan ketinggian dan diameter beribu -
ribu meter yang tertutup oleh runtuhan atau mungkin bentuk kubah yang
menyimpang menjadi kasar dan tidak memiliki kawah. Formasi " tholoid "
pada kawah tidak mencirikan akhir dari suatu aktifitas gunungapi karena ter-
bentuk dan hancurnya " tholoid " berlangsung selama pertumbuhan gu -nun-
gapi.
Lava kental yang menyembur dari saluran memiliki sifat sangat kaku
dan bergerak seperti batang lurus (piston), sehingga menghasilkan tubuh yang

89
90

membulat dan panjang disebut sebagai kubah penyumbat. Kerucut kubah


penyumbat berkembang dengan cepat, tetapi pertumbuhannya hancur oleh le-
tusan dan pecah karena tidak seimbang pada saat tumbuh dan kumpulan peca-
han dari letusan punggungan karena beberapa kubah penyumbat ditutupi oleh
tumpukan batuan rombakan yang membentuk seperti endapan longsor sekitar
lereng dengan batuan berbentuk pilar membentuk sudut hampir datar.

90
91

Gambar 30. Diagram menunjukkan bentuklahan lava asam


Sumber : Van Zuidam (1985 dari C.Ollier,1970)
Kubah penyumbat yang memiliki ukuran besar mendekati ukuran pe-
gunungan merupakan letusan dengan skala lebih kecil dari lava yang sa-ngat
kaku, selanjutnya rekahan pada permukaan kubah penyumbat atau kubah ku-
mulus muncul membentuk punggungan.
Gunungapi piroklastik. Letusan gunungapi menghasilkan pecahan -
pecahan (fragmen - fragmen) lava yang berjatuhan dekat lubang kepundan,
pecahan - pecahan lava tersebut membentuk gumuk rombakan dengan lereng
sesuai dengan sudut pembentukan gumuk rombakan tersebut. Partikel - par-
tikel halus diendapkan pada lereng lebih bawah dibandingkan dengan partikel
- partikel kasar, sehingga pecahan - pecahan kasar terkumpul dekat lubang
kepundan. Bentuk lereng yang indah seperti di Fujiyama (Jepang) dan Mt.
Egmont (New Zealand).
Ollier (1973), membedakan lima jenis gunungapi piroklastik menjadi
kerucut terak ("scoria cones"), gundukan terak ("scoria mounds"), kumpulan
kerucut terak ("nested scoria cones"), kerucut littoral ("littoral cones") dan
maar. Kerucut terak yang ideal adalah kerucut tunggal yang memiliki lereng
lurus atau sisi - sisinya cembung melandaidan kawah di bagian puncaknya.
Bibir kawah yang datar memperlihatkan seakan - akan kerucut terak memiliki
puncak yang datar jika dilihat dari jarak jauh. Kerucut terak terbentuk sangat
cepat, karena pada tahap akhir letusan gunungapi yang memiliki magma
basaltik cenderung membentuk kerucut terak.
Beberapa terak gunungapi tidak memiliki kawah sebenarnya dan bi-
asanya dinyatakan sebagai gundukan terak ("scoria mounds") yang terpisah
dari kerucut terak normal ("normal scoria cones"). Kerucut terak dihasilkan
dari akhir suatu letusan gunungapi yang cukup besar. Jika posisi terak terletak

91
92

di tengah kawah atau kepundan yang sangat besar, maka disebut sebagai
kumpulan kerucut terak ("nested scoria cones"), penampang melintang antara
kerucut bagian dalam dengan dinding kawah disebut "fosse".
Saat lelehan lava bersentuhan dengan laut, maka akan terjadi letusan
dan semburan pecahan lava, sehingga pecahan lava tersebut membentuk
tumpukan pecahan lava yang disebut sebagai kerucut litoral ("littoral cones")
dengan ketinggian 100 meter dan memiliki diameter 1 kilometer. Sering dite-
mukan satu atau dua bukit yang terbentuk pada sisi aliran lava
( Wentworth dab Macdonald, 1953). "Maars" atau kawah bekas letusan adalah
bentuklahan yang disebabkan oleh letusan gunungapi, terdiri dari kawah sam-
pai bagian yang paling bawah, luas dan dalam. Disekitar bibir kawah dibentuk
oleh semburan material - material piroklastik, batuan bekuan atau batuan dasar
dan sering dicirikan oleh bentuk endapan besar asimetris yang searah dengan
arah angin pada kawah tersebut. Pada penampang akan tampak bagian sisi
yang curam mengarah ke kawah dan lereng yang berlawanan arah dengan
lereng curam memiliki kemiringan yang landai (umumnya 40 atau kurang)
membentuk lapisan piroklastik yang relatif sejajar dari arah kawah. Kawah
sering memeiliki diameter 1 kilometer dan ketinggian bibir antara 50 sampai
100 meter. "Maar" biasanya terdapat bersama dengan endapan batuan bekuan
basal dan kawah bagian bawah ditutupi oleh air membentuk danau.

92
93

Gambar 30. Diagram yang menunjukkan jenis - jenis terak


gunungapi dibandingkan dengan gunungapi
strata (tanpa skala) dari C.Ollier,1970.
(sumber :Van Zuidam, 1985)
Letusan gunungapi campuran. Pada beberapa gunungapi sering dite-
mukan endapan campuran antara lava dengan fragmen dan gunungapinya
disebut sebagai gunungapi strato ("strato vulcanous"). Beberapa gunungapi
besar di dunia seperti Gunungapi Visuvius, Fujiyama, Egmont dan sebagainya
merupakan gunungapi jenis strato. Seperti umumnya gu - nungapai, maka
gunungapi jenis strato juga memiliki periode letusan yang panjang selaras den-
gan aktifitas gunungapi tersebut. Kerucut - kerucut yang tertoreh kemudian
membentuk parit erosi dan menjadi alur mengalirnya lava. kerucut - kerucut
terak ("scoria cones") terbentuk disekeliling puncak gu - nungapi dan aliran
piroklastik serta endapan jatuhan tersebar secara luas disekitar lereng - lereng
gunungapi.

93
94

Gambar 31. Gabungan gunungapi "nested dan adventive cones"


dari J.Green dan N.M, Short, 1971.
(sumber : Van Zuidam, 1985)

Gunungapi gabungan. Campuran gunungapi yang tampak sempurna


adalah gunungapi yang memiliki campuran bentuk lava dan terak ("scoria"),
tetapi tidak sesederhana kumpulan suatu lapisan lava. Banyak bukit campuran
secara genetik memiliki hubungan yang sama pada awalnya berdiri sendiri,
kemudian karena tumpang tindihnya endapan hasil letusan (erupsi) yang tidak
memiliki hubungan antara satu letusan dengan letusan lainnya dengan umur
yang berbeda mengakibatkan bukit - bukit tersebut menjadi satu, (Ollier,
1970).
Kerucut parasit ("parasit cones") biasa disebut sebagai kerucut "adven-
tive" dan kerucut kedua dapat berkembang apabila gunungapi memiliki
tekananyang sangat besar agar dapat mengeluarkan lava mengalir melalui
rekahan - rekahan yang mudah dicapai ke permukaan dan meletus pada lereng
- lereng utama gunungapi. Sekali letusan gunungapi terjadi, maka endapan
lava yang bertindak sebagai penyumbat lubang kawah hancur, sehingga mem-
beri peluang keluarnya lava dan letusan selanjutnya akan menjadi mudah.
Sesar, rekahan dan punggungan terbentuk pada sayap - sayap gunun-
gapi, sehingga lava dapat mengalir melalui rekahan - rekahan dengan sifat le-
tusan dari rekahan tersebut. Kawah yang terdapat dipuncak gunungapi telah
membentuk percabangan pada bagian dindingnya, sehingga dijadikan alur
keluarnya lelehan lava atau kegiatan letusan. Pada suatu kawah yang luas da-
pat terdiri dari satu atau lebih gundukan kerucut atau kawah. Pada beberapa
daerah terbentuk sejumlah kerucut terak ("scoria cones") secara bersamaan
dengan mekanisme terbentuknya kerucut parasit ("parasit cones") ; sebagai
contoh : jika kerucut yang pertama menutupi saluran magma ("vent"), maka
akan terbentuk saluran magma ("vent") baru. Perbedaanya adalah tidak terjadi
pertumbuhan kerucut yang berukuran besar, misalnya : tidak tampak gunun-

94
95

gapi utama, tetapi yang tampak adalah rangkaian gunungapi, sehingga disebut
sebagai rangkaian kerucut ("multiple cones").
"Cryptocones" adalah gunungapi yang memilikilubang kawah atau
bibir kawah yang kasar dan kadang - kadang ditemukan lapisan material gu-
nungapi yang tebal, tidak ditemukan batuan beku yang memiliki struktur yang
dibentuk oleh pelepasan gas tau tampilan permukaan saluran magma ("vent")
tidak sampai ke permukaan.
Kawah meteorit memiliki bentuk permukaan yang sama dengan gu-
nungapi, tetapi cara terbentuknya bukan diakibatkan oleh gunungapi,
melainkan oleh jatuhan meteor ke permukaan bumi, kemudian meledakdan le-
tusannya memberi dampak seperti bentuk kawah tersebut. Batuan meterorit
yang jatuh membentuk kawah jarang ditemukan disekitar bibir kawah, karena
pecahannya menyebar jauh dari bibir kawah. Ciri lain dari meteor yang jatuh
ke permukaan bumi adalah kenampakan fragmen batuan dasar pada bibir
kawah menjadi miring akibat benturan meteor yang jatuh tersebut.
Kaldera adalah depresi (cekungan) gunungapi yang sangat luas
berdiameter mencapai 5 kilometer. tiga jenis utama kaldera yang dikenal, yaitu
kaldera runtuhan, kaldera letusan dan kaldera eosi. Kaldera runtuhan selanjut-
nya dibagi menjadi jenis Karakatau atau kaldera runtuh karena suatu letusan
dan jenis kaldera Glencoe taua kalderayang mengalami penurunan ("subsi-
dence") (ganbar 32). Pada jenis kaldera glencoe, penurunan tidak diikuti den-
gan letusan abu, tetapi rekahan yang mengisolasi bagian tengah yang mel-
ingkar menyebabkan terjadinya terobosan ( intrusi) lateral atau jalan keluarnya
lelehan lava.
Kaldera hasil dari letusan sangat jarang, tampilan letusan gunungapi
yang membentuk kaldera sebenarnya hanya dapat menghasilkan kaldera den-
gan garis tengah kurang dari 1,5 kilometer. sedangkan kaldera yang berdiame-
ter besar merupakan hasil dari beberpa kali letusan. Selanjutnya jenis ketiga
adalah kaldera erosi, yaitu kaldera yang memiliki luas akibat erosi terhadap
dinding kawah. Kaldera erosi akan hilang selaras dengan pemebntukkan

95
96

kaldera baru oleh proses yang berbeda (bukan erosi), seperti runtuhan atau
penurunana (subsidence).

4.1.3.1 Aliran lava dan tampilan lava minor


Jenis lava. hasil utama gunungapi adalah lava, debu atau tufa, sembu-
ran gas dan asap. Lava silika kental cenderung membentuk kubah kumulus
atau "coulees" atau letusan material piroklastik, sedangkan lava yang lebih
cair membeku membentuk seperti lapisan meninggalkan jejeak seperti aliran
lava (Ollier, 1970). Selaras dengan kenampakan permukaan lava, maka aliran
lava diklasifikasikan menjadi aa pahoehoe, a a, lava blok dan lava bantal
(gambar 33).
Lava pahoehoe adalah jenis lava cair dengan sedikit berbusa dan pada
lapisan permukaannya yang tipis mendingin membentuk lipatan akibat ger-
akan lava yang meleleh pada bagian bawahnya, hasilnya adalah lava seperti
kulit hiu dan lilitan sejajar yang pijar, seperti melilit pilar.

96
97

Gambar 32. Jenis - jenis runtuhan kaldera.


A. Jenis Karakatau : (1) fase letusan dengan semburan debu dan
awan panas, (2) kaldera runtuh, (3) pemben-
tukan kembali.
B. Jenis Glencoe : (1) fase letusan dengan lelehan lava, (2) kaldera
runtuh, (3) pembentukan kembali. Dari J. Green
N.M,Short, 1971 (sumber :Van zuidam,1985)

97
98

Gambar 33. Jenis - jenis aliran lava. A. Lava pajoehoe,


B. Lava a a, C. Lava blok dan D. Lava bantal.
Dari J. Green dan N.M. short, 1971.
(sumber : Van zuidam, 1985)
Lava a a (dibunyikan ah ah) adalah lava berbentuk blok, berbusa dan
bergerak secara perlahan. lapisan lava cukup tebal, pecah membentuk blok -
blok yang saling bertumpuk dan masiv, lava seperti bubur saling bertumpang
tindih. Aliran lava yang mengalir secara perlahan - lahan membentuk tim-
bunan seperti bongkah - bongkah dan bergerak mengeluarkan suara deru yang
cukup keras. Lava a a dan lava blok memiliki persamaan, tetapi Fe'nch (1933)
dan Macdonald (1953) membedakan antara a a karena bentuknya seperti kerak
besi yang melintir dengan blok lava yang memiliki bentuk blok - blok yang
menyudut. Jika aliran lava masuk ke dalam air atau terjadi letusan gunungapi

98
99

di bawah permukaan air, maka biasanya terbentuk struktur khusus yang dise-
but sebagai lava bantal ("pillow lava"). Lava mendingin dengan cepat, se-
hingga membentuk lava yang mengkilat seperti kaca, tetapi lapisan kulit yang
plastis terdapat menutupi lava yang cair bergulung seperti kantung plastik
yang diisi penuh oleh larutan. Kantung - kantung yang berbentuk membulat
seperti lelehan saus merupakan bantal dan biasanya saling bertumpuksatu den-
gan yang lainnya. Pada bagian puncak berbentuk membulat, tetapi pada bagian
dasar yang masuk ke bagian dalam membentuk lapisan. Tampilan ini tampak
sama dengan kilapan kaca, kulit tachylitic dan rekaha radial (gambar 34),
membentuk bantal yang mudah dibedakan dari bentukkebundaran bongkah
karrena pelapukan mengelupas bawang. Banyak lava bantal yang terbentuk di-
laut, tetapi ada juga yang terbentuk pada air tawar (danau).
Tampilan lava minor. Pendinginan aliran lava menyebabkan penyusu-
tan, sehingga terbentuk formasi kekar. penyusutan dan pembentukan formasi
kekar ini tidak pernah terjadi pada massa lava seperti bubur, tetapi akan men-
capai geometri yang sempurna pada sebaran larutan kental lava basal yang
luas. Pengkerutan (kontraksi) terjadi ketika lava mendingin yang dicerminkan
oleh garis - garis kekar memusat yang menjadi arah tekanan. Ketika
pengkerutan (kontraksi) memenuhi ruang, maka rekahan - rekahan menjadi
kekar, kemudian memebntuk pecahan heksagonal. Pola - pola kekar yang
tegak membagi lava menjadi kolom - kolom tegak heksagonal dan pecah
membentuk blok - blok karena rekahan yang melintang.

99
100

Gambar 34. Tampilan aliran lava


(a) Permukaan cembung sederhana dari lembah aliran
(b) Punggungan lateral yang dibentuk oleh aliran cembung
sederhana yang melengkung.
(c) Ujung aliran lava ("toe") bagian ujung depan aliran lava
(d) Punggungan ujung - ujung aliran lava yang dibentuk oleh
lengkungan dibelakang ujung aliran lava.
(e) Aliran lava yang luas dengan bagian puncaknya datar.
(f) Gundukkan yang muncul akibat runtuh dari aliran lava
bagian puncak
(g) Gundukkan yang muncul akibat runtuhan yang tidak si-
nambung.
(h) Gundukkan yang muncul akibat dipisahkan oleh cuping
yang menyempit.

Permukaan kekar tegak (vertikal) mempunyai jarak gores yang dikenal


seperti bekas pahatan. Bentuk - bentuk kekar akibat aliran lava terbentuk di-
dalam satu kumpulan, kemudian membentuk mega kolom dan selanjutnya

100
101

kolom normal dan terakhir membentuk rekahan - rekahan yang saling berpo-
tongan.
Secara alamiah bagian permukaan lava akan lebih cepat dingin dari
pada bagian dalam (tengah) aliran lava, sehingga bagian permukaan tersebut
akan mengkerut dan pecah. Pada aliran lava, blok - blok lava terangkut sampai
ujung ujung aliran dan terbenam, sehingga gerakan aliran lava yang men-
dorong blok - blok lava tersebut membentuk celah - celah yang menjadi jalur
aliran lava tersebut, sedangkan pada bagian atas dan bawah aliran lava tersebut
membentuk bongkah - bongkah kerak. Selanjutnya pada saat bagian atas aliran
lava mendingin secara tiba - tiba, maka aliran lava tersebut akan terputus
membentuk ujung - ujung aliran (" toe") yang baru atau membentuk satuan ali-
ran yang baru. Pada bagian dalam (tengah) tubuh aliran yang mendinging per-
lahan - lahan masih bersifat cair dari pada bagian luar (tepi) dan akan bergerak
setiap saat, sehingga dapat dibedakan bagian luar dan bagian dalam dari suatu
aliran lava yang tampak dengan skala kecil.
aliran lava sangat berhubungan dengan kenampakkan topografi, se-
hingga aliran lava sangat cepat akan memenuhi lereng - lereng yang terjal. Se-
lanjutnya aliran lava dapat bergerak pada lereng - lereng yang memiliki
kemiringan landai, sedangkan pada lereng yang tegak membentuk aliran lava
terjun seperti air terjun. Aliran lava yang sangat kental dapat menghancurkan
penghalang - penghalang di jalur alirannya dan aliran lava yang relatif cair
akan terbelokkan oleh lambatnya aliran lava kental yang bertindak seperti tan-
gul - tanggul kecil. Kejadian bentuk - bentuk aliran lava sangat rumit, se-
hingga dapat menunjukkan bermacam - macam tampilan seperti lava yang
berlapis, gua - gua lava dan bongkah - bongkah (gambar 35).
Salah satu bentuk lava (minor) dapat ditemukan pada ujung dari aliran
lava ("TOE"), yaitu bagian paling depan suatu aliran lava yang berbentuk
cembung dengan ketinggian 3 meter dan panjang dapat mencapai puluhan me-
ter.

101
102

4.2 Pelaksanaan pemetaan geomorfologi


Pemetaan geomorfologi dilakukan dengan pendekatan cara yang
dikembangkan oleh Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan
1975), dengan pertimbangan metode pemetaan gemorfologi dari kedua akhli
tersebut mudah dipahami dan cukup jelas. Sistem pemetaan geomorfologi dis-
usun secara sederhana untuk keperluan analisis, klasifikasi dan evaluasi yang
digunakan sebagai dasar pemetaan geologi dan penelitian geologi.
Sistem yang digunakan untuk kepentingan geologi dan ilmu - ilmu
yang berhubungan dengan geologi memiliki prinsip - prinsip sebagai berikut :
- Sistem harus terpakai untuk penelitian bidang ilmu geologi dan ilmu -
ilmu yang berhubungan dengan geologi.
- Sistem harus dapat digunakan didalam berbagai skala.
- Sistem harus dapat memisahkan dengan jelas keseragaman satuan.
- Sistem harus mudah diekstrapolasi dan digeneralisasi.
Cara pemetaan geomorfologi dilakukan dengan 2 tahap, yaitu tahap in-
terpretasi peta topografi dan atau foto udara / citra satelit serta tahap pemerik-
saan lapangan. Bahan dan alat yang digunakan untuk pemetaan geomorfologi
antara lain :
- Peta topografi dan foto udara skala 1 : 50.000 atau lebih besar.
- Citra satelit (Landsat.TM, SPOT atau ERS). jika diperlukan.

102
103

- Kerta kalkir dan plastik OHP.


- Kompas geologi.
- Palu geologi.
- Pita ukur.
- Plan table lengkap dengan tripod dan mistar.
-Alat - alat tulis.

4.3 Langkah - langkah pemetaan


Tahap interpretasi peta topografi dan foto udara dilakukan di studio
pemetaan dengan kegiatan yang dilakukan antara lain :
- Batasi puncak - puncak punggungan yang bertindak sebagai batas
pemisah aliran (water devided area) .
- Gambar pola aliran pada peta topografi dan / atau foto udara, pada se-
tiap lekukan garis kontur atau lekukan lembah pada foto udara.
- Batasi pola aliran pada suatu perbukitan / punggungan mulai dari
puncak punggungan yang bertindak sebagai batas pemisah aliran
sampai ke titik akhir pengaliran. Bandingkan dengan pola aliran yang
telah dibakukan seperti pada gambar 7 dan 8
- Nyatakan aspek geologi yang berkembang berdasarkan pola aliran
tersebut.
- Aspek geologi yang tercermin melalui pola aliran merupakan unsur
genetikan suatu bentuklahan.
- Klasifikasikan bentuklahan secara morfografi (perbukitan atau pe-
dataran) yang tampak pada peta topografi dengan ciri perbedaan
garis kontur dan kondisi pola aliran yang menyatakan aspek
genetika, sehingga dapat ditentukan nama satuan geomorfologi.
- Perhatikan kerapatan kontur, karena kerapatan kontur akan mencer-
minkan kecuraman lereng, sehingga memiliki arti bahwa lereng yang
curam dan menerus dapat diperkirakan sebagai sesar yang berkem-

103
104

bang di daerah tersebut, sedangkan perbedaan kerapatan kontur lain-


nya dapat digunakan untuk membedakan jenis batuan.
- Perhatikan kerapatan pola aliran, karena kerpatan pola aliran akan
mencerminkan janis batuan yang tahan terhadap erosi atau mudah
tererosi., sehingga dapat disimpulkan bahwa batuan yang mudah
tererosi merupakan jnis batuan yang lunak, sedangkan batuan yang
tahan terhadap erosi merupakan jenis batuan yang keras.
- Jika telah dibuat klasifikasi dengan dukungan unsur - unsur geomor-
fologi, maka kelas lahan yang memiliki kesamaan dijadikan satuan
geomorfologi.

4.3.2 Bentuklahan asal fluvial (sungai)


- Bentuklahan asal fluvial (sungai)
a. Satuan bentuklahan dataran banjir.
b. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam
c. Satuan bentuklahan dataran teras sungai.
d. Satuan bentuklahan dataran beting gisik.
e. Satuan bentuklahan dataran gosong sungai.

4.3.3 Bentuklahan asal marin (laut)


a. Satuan bentuklahan dataran pesisir (coastal)
b. Satuan bentuklahan dataran pesisir aluvial.
c. Satuan bentuklahan beting gisik.
d. Satuan bentuklahan dataran pantai (beach).
e. Satuan gumuk pasir (sand dunes)

4.3.4 Bentuklahan asal struktural


a. Satuan bentuklahan perbukitan struktural terlipat.
b. Satuan bentuklahan perbukitan struktural gawir sesar.
c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar.

104
105

4.3.5 Bentuklahan asal vulkanik.


a. Satuan bentuklahan perbukitan intrusi.
b. Satuan bentuklahan perbukitan lereng atas vulkanik.
c. Satuan perbukitan lereng vulkanik tengah.
d. Satuan perbukitan lereng vulkanik bawah.
4.3.6 Bentuklahan asal aeolian
4.3.7 Bentuklahan asal karst.
a. Satuan bentuklahan perbukitan karst.
b. Satuan bentuklahan kubah karst.
c. " sinkhole" / 'dolina'
4.3.8 Bentuklahan asal glasial (es)

Tahap kegiatan lapangan dilakukan setelah kegiatan interpretasi peta


topografi dan / atau foto udara di studio, serta telah tersusun kerangka peta ge-
omorfologi sementara (sebagai peta dasar geomorfologi dan geologi) sebagai
acuan. Tahap kegiatan lapangan meliputi :
1. Peninjauan lapangan dengan tujuan mencocokkan aspek - aspek
bentanglahan (landscape) daerah penelitian dengan peta dasar yang
telah dibuat di studio.
2. Penelusuran batas - batas yang telah dibuat pada peta dasar selaras
dengan kegiatan penelitian geologi.
3. Jadikan aspek geomorfologi sebagai ciri - ciri aspek geologi yang
sedang diteliti.
4. Tentukan (plot) dan catat aspek geomorfologi tersebut sebagai data
untuk pembuktian kondisi geologi yang sedang diteliti.
5. Jika masih diragukan aspek - aspek geomorfologi sebagai ciri - ciri
aspek geologi, maka aspek tersebut dijadikan panduan untuk
menelusuri aspek geologi yang sedang diteliti.

105
106

6. Satuan bentuklahan dapat dijadikan panduan untuk menelusuri kon-


disi geologi yang sedang diteliti, sehingga didalam penarikan batas
satuan geomorfologi harus dilakukan dengan hati - hati.
7. Batas satuan bentuklahan dan simbol - simbol yang digunakan harus
memberikan cerminan kondisi geologi daerah yang diteliti.
8. Diharapkan dengan membuat peta geomorfologi sebaai peta dasar
pemetaan geologi, cerminan kondisi geomorfologi dapat memu-
dahkan pelaksanaan pemetaan geologi dan ilmu - ilmu yang
berhubungan dengan geologi.

4.2.2 Simbol yang digunakan


Simbol - simbol yang digunakan pada peta geomorfologi terdiri dari
simbol warna, simbol gambar, dan simbol huruf. Simbol warna digunakan un-
tuk satuan bentuklahan adalah sebagai berikut :

1. Satuan bentuklahan struktural (S) - warna ungu (violet)


2. Satuan bentuklahan vulkanik (V) - warna merah.
3. Satuan bentuklahan denudasional (D) - warna coklat
4. Satuan bentuklahan marin (laut) (M) - warna hijau.
5. Satuan bentuklahan sungai (fluvial) (F) - warna biru tua
6. Satuan bentuklahan gleitser (es) (G) - warna biru muda.
7. satuan bentuklahan aeolian (angin) (A) - warna kuning.
8. Satuan bentuklahan karst (K) - warna jingga (orange)

Simbol huruf :
1. Satuan bentuklahan struktural (S)
a. Satuan bentuklahan perbukitan terlipat - S.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan sesar - S.2

106
107

c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar - S.3


d. Satuan bentuklahan perbukitan sesar geser - S.4
2. Satuan bentuklahan vulkanik (V)
a. Satuan bentuklahan puncak vulkanik - V.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.2
vulkanik atas.
c. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.3
vulkanik tengah.
d. Satuan bentuklahan perbukitan lereng - V.4
vulkanik bawah.
3. Satuan bentuklahan denudasional (D)
a. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi kuat - D.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi sedang - D.2
c. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi ringan - D.3
d. Satuan bentuklahan perbukitan tanah longsor - D.4
4. Satuan bentuklahan marin (M)
a. Satuan bentuklahan dataran gisik - M.1
b. Satuan bentuklahan dataran beting gisik - M.2
c. Satuan bentuklahan dataran gisik aluvial - M.3
d. Satuan bentuklahan dataran gumuk pasir - M.4
5. Satuan bentuklahan fluvial (F).
a. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam - F.1
b. Satuan bentuklahan dataran banjir - F.2
c. Satuan bentuklahan dataran undak sungai - F.3
6. Satuan bentuklahan Karst (K)
a. Satuan bentuklahan perbukitan karst - K.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan kubah karst - K.2

Simbol gambar :
Bentuklahan struktural.

107
108

Batas pemisah aliran (water devide ).

Gawie sesar geser / blok sesar.

Sesar geser / blok sesar geser.

Perlipatan

Sesar naik.

Bentuklahan vulkanik

Kawah / kepundan

Arah lelehan lava

Bentuklahan denudasional

Arah erosional

Tingkat erosi kuat

108
109

Tingkat erosi sedang

Tingkat erosi lemah.

Erosi tebing sungai

Erosi garis pantai

Gerakan tanah (Mass wasting)

Longsor jatuhan (rock fall)

Longsor geseran ( landslide)

Longsor geser rotasional (slump)

Bentuklahan marin (M)

Beting gisik ( beach ridge )

109
110

Gumuk pasir (sand dunes )

Bentuklahan Fluvial /sungai ( F)

Alur sungai berupa garis tipis

Tanggul alam

Datraran banjir

Undak sungai.

Bentuklahan karst (K)


Kerucut karst

Kubah karst

Sinkhole

Dolina

Gua karst dengan stalagtit/stalagmit

110
111

BAB 5

PENULISAN LAPORAN

Peta geomorfologi yang bertindak sebagai peta dasar pada pemetaan


geologi di dalam laporan pemetaan pada Jurusan Geologi FMIPA - UNPAD
merupakan bahasan tersendiri (sub bab), maka penjelasan geomorfologi harus
mencerminkan aspek - aspek geologi yang terkandung di dalam peta geomor-
fologi, sehingga memiliki suatu hubungan yang jelas antara satuan bentukla-
han pada peta geomorfologi dengan aspek geologi pada peta geologi.
Bahasan geomorfologi yang perlu ditonjolkan untuk kepentingan ge-
ologi terutama pendekatan morfografi, morfogenetik dan morfometri yang
mempengaruhi bentuklahan untuk dijadikan landasan menerangkan kondisi -
kondisi geologi. Penjelasan morfografi, morfogenetik dan morfometri meru-
pakan arahan dari ciri - ciri kondisi geologi yang sedang dipetakan, sehingga
pemeriksaan lapangan yang dilakukan terhadap hasil interpretasi peta to-
pografi dan / atau foto udara yang dilakukan di studio menjadi kegiatan awal
pemetaan geologi.
Jika penelitian geologi mengarah pada penelitian yang lebih khusus
perlu menggunakan peta geomorfologi sebagai landasan penelitian, sebagai
contoh penelitian perencanaan wilayah, geologi teknik, geologi linkungan,
proses - proses sedimentasi dan geologi kuater, sehingga peta geomorfologi
yang digunakan untuk kepentingan penelitian yang lebih khusus tersebut harus
menggunakan peta geomorfologi pragmatik.
Kandungan peta geomorfologi pragmatik akan menampilkan aspek -
aspek morfografi, morfogenetik, morfometri secara rinci dan material
penyusun yang jelas seperti batuan atau tanah, sehingga tujuan penelitian yang
diharapkan akan lebih terarah. Sebagai contoh peta geomorfologi untuk
pengembangan wilayah perkotaan, selain menampilkan kondisi morfografi

111
112

seperti perbukitan atau pedatataran yang diikuti dengan morfogenetik, maka


morfometri dan material penyusun harus dikemukakan dengan jelas, karena
wilayah perkotaan selain memerlukan bentuklahan yang layak (landsuitability
yang mencakup perbukitan dan pedataran) sebagai dasar untuk menyusun ren-
cana tapak (site plan) juga dibutuhkan daya dukung keteknikan seperti kestabi-
lan lereng yang berhubungan erat dengan batuan dan jenis tanah sebagai dasar
perkotaan, kemiringan lereng yang berhubungan dengan saluran pengaliran
(drainage) kota, pola pengaliran untuk mencegah banjir dan kemampuan lahan
(land capability) untuk daya dukung menampung aktifitas perkotaan.

5. KESIMPULAN
Peta geomorfologi akan sangat membantu didalam melaksanakan
pemetaan geologi jika dipahami dengan baik, sehingga biaya yang dibutuhkan
untuk melaksanakan kegiatan pemetaan geologi menjadi lebih murah, karena
waktu yang diperlukan untuk pemetaan geologi akan sangat berkurang dan pe-
najaman terhadap aspek - aspek geologi dapat ditelusuri dari sejak awal
(kegiatan di studio).
Pemahaman geomorfologi yang sama di kalangan geologi akan sa -
ngat membantu didalam penelitan - penelitian geologi, terutama penelitian ge-
ologi yang bersifat khusus, sehingga tidak akan terjadi silang pendapat yang
cukup tajam dan dapat berakibat terbengkalainya program penelitian.
Simbol - simbol yang digunakan perlu ditata kembali sesuai dengan
simbol - simbol yang telah disepakati oleh internasional (khususnya para akhli
geomorfologi), sehingga tidak terjadi penggunaan simbol yang sembarangan.
Penulisan laporan tentang geomorfologi harus menjadi satu rangkaian laporan
yang mencerminkan kondisi geologi berdasarkan pendekatan geomorfologi.

112

Anda mungkin juga menyukai