GEOMORFOLOGI
DOSEN
DR. SAMPURNO
JURUSAN GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
DAFTAR ISI
Edaran 03.
Edaran16.
Glasiasi ..........................................................................................................67
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
GEOMORFOLOGI
Edaran 02
RELIEF BUMI
1.
Geomorfologi mempelajari cara-cara terjadinya, pemerian, dan klasifikasi dari relief bumi. Yang
diartikan dengan relief bumi adalah bentuk ketidak aturan secara vertikal baik dalam ukuran besar
maupun kecil, dari permukaan litosfir.
Konsep dasar dari terjadinya
oleh
davis,
yang mengenalkan
struktur,
proses,
dan
tahapan
(stages)
dalam
menjelaskannya.
Struktur berkaitan dengan posisi dan tataletak batuan pada bumi. Proses terjadinya dalam bentuk
erosi oleh angin, aliran sungai, glasial,
merupakan derajat atau besaran erosi yang terjadi pada suatu kurun waktu di suatu daerah.
2.
Klasifikasi relief
relief muka bumi akan lebih dipahami jika seluruh air, es, dan salju yang ada di muka bumi
dibuang lebih dulu; juga vegetasi yang menutupi daratan . Maka terdapat 3 kelompok besar atau
order.
3.
termasuk kedalamnya adalah kelima benua (asia, afrika, eropa, australia, amerika), samuderasamudera besar (atlantik, pasifik, Hindia). Paparan merupakan bagian dari benua yang ditutupi
laut. Merupakan daerah dangkal 200 m dibawah muka laut. Batas antara benua dan cekungan
samudera umumnya miring tajam disebut lereng benua (continental slope). Contohnya antara
lain : yucatan, newfoundland, Amerika timur, peru, california, Jepang, Asia Tenggara. Beberapa
contoh paparan antara lain paparan sunda, sahul.
Permukaan benua umumnya tak teratur, melebihi dasar samudera. Diastrofisma, Vulkanisme,
dan erosi telah dan sedang mengubah bentuknya. Puncak tertinggi benua ialah Mt. Everest (
8880 m ).
merupakan bagian dari muka bumi. Kedalaman terbesar adalah sekitar 4000 m dibawah
permukaan
laut.
Dibanyak tempat
samudera terdapat
Palung ('trough') yang dalam sekali dan berbentuk memanjang relatif sempit. Beberapa palung
antara lain :
a.
Pegunungan
Merupakan jajaran jajaran
daerah
tinggi
yang panjang,
relatif sempit,
dan mempunyai
puncak puncak yang sempit pula. Pegunungan dapat dibagi menurut tataletak geografi menjadi
Cordillera, Systems, Ranges, Chain, Groups, Isolated atau Individual Units.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
b.
>>>>
Drumlins, kames, dan eskars.
Bentuk bentuk oleh gelombang :
1.
2.
3.
2.
3.
2. JENTERA GEOMORFIK
Tahapan Muda :
Belum Jelas bentuknya; dataran yang terangkat dalam tahapan ini masih rata. Beberapa sungai
mengalir di permukaannya. Begitupula pada bentuk-bentuk konstuksional seperti pegunungan
lipatan,
pegunungan
patahan,
dan
gunung
api;
bentuknya
belum
terganggu
oleh
drainase
tumbuh
dalam
sayatan-
selanjutnya
menunnjukkan
bahwa
sistem
jumlah
panjangnya dan kedalamannya; selanjutnya mengutus dataran dan lereng menjadi lebih tajam
dan kasar dengan lembah yang terjal dan dalam. Bentuk aslinya menjadi tidak tampak lagi.
Tahapan Tua :
Proses-proses selanjutnya membuat topografi lebih mendatar. Gaya destruktive telah mengikis
dan meratakan permukaan bumi dan merendah hingga dekat dengan ketinggian mukalaut.
Ketinggian yang mendekati muka laut ini disebut base level . Bentuk wilayah yang datar dan
monoton akibat destruksi dinamakan Paneplane (hampir rata). Bentuk bentuk sisa dari hasil
paneplanisasi disebut monadnocks.
geomorfologi
yang
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
3. beberapa macam pemerian (deskripsi) dari suatu wilayah dapat dilakukan secara empiris atau
explanation.
1)
diulas
menurut
bentuk,
ukuran,
posisi
dan
warna-warna.
Dengan
disebelah
barat
padalarang
teredapat
sederet
perbukitan,
terdiri
dari
batugamping, dan batu lempung. Lebar wilayah perbukitan tersebut lebih kurang 7
km dan panjang 25 km, dengan puncak-puncaknya setinggi 900-1250 m diatas
muka laut...... dan seterusnya.
2)
dan
batu
lempung.
Sungai
obsekuen
dan
subsekuen
mengairi
wilayah tersebut.
Katastrofisme
merupakan
pendapat
yang
menyatakan
bahwa
gejala-gejala
morfologi
terjadi secara mendadak. Hal ini didukung oleh beberapa kejadian geologi yang terbentuk secara
cepat seperti letusan gunungapi, longsoran, aliran lahar, angin badai yang membawa debu/pasir.
Sungai sungai, Gunung-gunung, dataran-dataran menurut pendapat ini juga terjadi demikian
(CUVIER).
Uniformiatarisme sebaliknya berpendapat bahwa proses pembentukan morfologi cukup
berjalan lambat dan terus menerus, tetapi mampu membentuk bentuk-bentuk yang sekarang.
Bahkan banyak perubahan perubahan yang terjadi pada masa lalu juga terjadi pada masa
sekarang.
Dan
seterusnya.
Idea
terutama
dari
falsafah
ini
dituangkan
ke
dalam
ungkapan
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
GEOMORFOLOGI
Edaran 04
1.
JENIS-JENIS PELAPUKAN
Muka bumi dimana-mana akan menghancur oleh pelapukan. Bukit bukit bagaimanapun
menjadi
tidak
Pelapukan
tahan
akan
olehnya,
menghancurkan
batuan
dan
hasil
tersebut
pelapukannya
terdiri dari
akan
batuan
terkikis
keras.
oleh
daya
destruktif.
Pelapukan meliputi banyak proses destruksi :
a. proses fisik
b. Proses-proses kimia (dekomposisi) dari berbagai sumber seperti oksidasi yang berlangsung
pada banyak logam dan sulfida; hidrasi pada felspat dan membentuk mineral lempung
seperti
kaolin. Atau
pada mineral
logam
membentuk
limonit ;
karbonan,
suatu reaksi
dengan CO2 mengubah felspat K menjadi karbonat K yang penting untuk tanaman;
pelarutan
batuan
dekomposisi
dan
banyak
tana,
yang
didorong
banyak
terjadi
pada
karbonat
dan
silika.
Proses
tumbuh-
2.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
(desintegrasi)
dominan.
Yang
terjadi
adalah
hancurnya
batuan
menjadi
bongkahan bongkahan hingga pasir atau debu. Pada iklim tropis yang lembab dan
hangat
akan
tingginya
mengakibatkan
suhu
udara,
proses
banyaknya
dekomposisi
vegetasi
dan
secara
binatang
dominan.
Banyaknya
menyebabkan
air,
proses-proses
reaksi kimia lebih banyak terjadi. Pada daerah dingin, proses proses reaksi kimia lebih
banyak terjadi. Pada daerah dingin proses proses reaksi kimia berjalan amat lambat.
Proses pembekuan air menjadi es dalam rongga-rongga batuan dapat merecah batuan oleh
daya kristalisasi es (frost action)
mempengaruhi
proses
akumulasi
hasil
pelapukan.
Medan
yang
datar
akan
menyebabkan pancaran matahari lebih tegak lurus pada permukaan, gerakan air aliran dan
air tanah yang lambat sehingga proses reaksi kimia menjadi lebih lama, dan vegetasi
dapat tumbuh lebih baik. Kesemuanya menyebabkan pelapukan lebih intensif dan tanah
yang terbentuk lebih tebal. Sebaliknya terjadi pada medan yang miring terjal.
Tanah yang terbentuk di daerah beriklim lembab dikenal sebagai Pedalfer (terdiri dari
aluminium dan besi), dan yang terbentuk di iklim kering disebut Pedocal (mengandung
kalsium). Contoh pedalfer adalah tanah tanah laterit dengan pelarutan yang telah intensif.
3.
proses
weathering
perbedaan
pelapukan
yaitu
proses
kekerasan
berlangsung
pelapukan
batuan,
jenis
sering
dengan
batuan,
terjadi
perbedaan
struktur
apa
yang
intensitas
batuan
dan
dinamakan
yang
differential
disebabkan
sebagainya.
Hal
oleh
tersebut
a.
Talus (Scree)
Merupakan akumulasi dari debris (reruntuhan akibat erosi) di kaki tebing terjadi kerucut
talus (talus cone). Jika berbentuk potongan krucut dengan apex pada puncak dan kaki
pada
dasarnya.
Fraksi
kasarnya
berada
pada
kaki
sedangkan
fraksi
halus
berada
di
puncak. Apex pada umumnya bermula pada mulut lembah pada dinding terjal.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
b.
pada
batuan
massif
yang
memperlihatkan
retakan-retakan
(kekar-kekar).
Pelapukan berjalan melalui bidang-bidang kekar dan lambat laun meninggalkan bongkah
residu yang bundar, lonjong atau pipih dengan sudut-sudut membundar. Bagian yang
melapuk di sekitar bongkah hampir selalu membentuk lapisan konsentrik dan disebut
pelapukan mengulit bawang (spheroidal weathering). Dari bongkah residu yang segar
kearah luar lapisan konsentrik pelapukan makin intensif.
c.
dipengaruhi
oleh
perbedaan
kekerasan
lapisan
batuan
sedimen
yang
membentuknya, dan komponen yang membentuknya. Gelombang laut, angin yang kurang
yang terus menerus dapat membentuknya.
d.
Exfoliation Domes
Berbentuk
bukit
dari
batuan
massif
yang
homogen,
dan
mengelupas
dalam
lapisan-
lapisan atau serpihan-serpihan melengkung akibat perubahan suhu. Ada dua pendapat,
yang pertama bahwa pengelupasan melengkung dikendalikan oleh struktur batuan asal,
khususnya pada batuan intrusi. Dan kedua bahwa exfoliasi tersebut oleh perubahan suhu.
Pendapat yang umum diterima adalah :
1.
Exfoliasi disebabkan oleh perubahan suhu musiman sehingga tejadi expansi dan kontrasi
pada batuan
2.
Expansi lapisan permukaan oleh terbentuknya kaolin dan felspat selama pelapukan
3.
4.
GERAKAN TANAH
Gerakan tanah sering terjadi pada tanah hasil pelapukan, akumulasi debris, tetapi dapat pula
pada batuan dasarnya. Gerak tanah dapat berjalan sangat lambat hingga cepat sekali, baik pada
tanah
kering
tetapi
khususnya yang
mempunyai
kelembaban
tinggi. Yang
terakhir
ini
dapat
berubah menjadi aliran (flow). Menurut sifat geraknua dibagi menjadi 3 tipe besar, (1) robohan
(fall), (2) gelinciran (slide) dan (3) aliran (flow).
a.
b.
masa
batuan
atau
tanah
menggelincir
melalui
bidang
gelincir
yang
jelas
memisahkan antara masa yang bergerak diatanya dan masa yang diam. Pada gelinciran
batuan (rock slide) umumnya terjadi pada batuan berlapis yang miring agak terjal sampai
terjal dengan kemiringan ke arah lembah atau lereng. Pada gelinciran tanah, dikemukakan
dua contoh antara lain debries avalanche dan debris slide.
Debris
avalanche
sedangkan
debris
merupakan
slide
gerakan
merupakan
masa
gerakan
tanah
masa
yang
cepat
tanah
yang
dan
tidak
dapat
menyatu,
cepat
pada
permulaannya lalu melambat dan menyatu dengan bidang gelincir yang jelas. Bentuk
debris slide umumnya mempunyai mahkota di hulu yang berbentuk kuda, dan bertangga.
Kemudian depresi dan daerah akumulasi debris dan menimbun di ujung kaki.
c.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
sering terjadi di musim hujan dan membentuk aliran lumpur (mud flow). Di daerah dingin
dinamakan
mud
glaciers yang
diakibatkan
oleh
mencairnya es dan
turun
mengalir
membawa serta debris dan tanah. Di daerah tropis aliran lumpur (dan batu-batu) dapat
terjadi
menyusul
rock
fall,
debris
avalanche,
ataupun
debris
slide
atau
terjadi
pada
akumulasi debris volkanik yang mengumpul di puncak gunung api setelah hujan lebat
atau setelah letusan danau kawah menjadi aliran lahar hujan dan lahar letusan.
Gerakan
tanah
juga
dapat
terjadi
secara
perlahan
lahan
pada
akumulasi
fragmen-
fragmen batuan pada medan yang miring misalnya talus. Gerakan ini disebut batu (rock
stream).
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
GEOMORFOLOGI
Edaran 05
SUNGAI (I)
1.
UMUM
Pada hakekatnya, aliran sungai terbentuk oleh adanya sumber air, baik pada hari
hujan, mencairnya es, ataupun munculnya mata air, dan adanya relief dari permukaan bumi.
Air hujan setelah jatuh di permukaan bumi dapat mengalami evaporasi, merembes kedalam
tanah,
diserap
tumbuh
tumbuhan
dan
binatang,
transpirasi,
dan
sisanya
mengalir
dipermukaan sebagai Surface Run Off. Tun off ini dapat segera setelah hujan ataupun muncul
kemudian melalui proses resapan dulu kedalam tanah dan muncul kembali pada mata air.
Dalam sejarah hidup sungai terlewati perioda perioda muda (Youth), dewasa
(Mature), dan Tua (Old). Dalam perioda muda terdapat kegiatan erosi yang kuat, khususnya
erosi kebawah. Terdapat air terjun, kaskade ; penampang longitudinal tak teratur; longsorang
banyak
terjadi
pada
tebing-tebingnya.
Pada
periode
dewasa
terjadi
kesetimbangan.
Penampangnya graded hanya cukup untuk membawa beban (load) ; terdapat variasi antara
erosi dan sedimentasi. Dataran banjir, meander, oxbow lakes, alur teranyam, tanggul alam,
dan undak undak sungai menunjukkan kondisi graded. Sungai yang telah samasekali
graded termasuk ke dalam perioda tua.
Sungai juga dipelajari menurut jenis genetiknya : konsekuen, subsekuen, resekuen,
dan
insekuen
juga
anteseden
dan
superpose.
Berbagai
pola
aliran
sungai
antara
lain:
dendritik, trellis, radial, anular, rectangular yang sangat dipengaruhi oleh struktur batuan.
Periode sejarah kehidupan sungai dan perkembangan tahapan bentang alam tidak selalu sama;
suatu daerah yang dewasa dapat menunjukkan sejarah hidup sungai dalam periode muda.
2.
daerah
melalui
perkembangan
jentera
geomorfik,
dan
sungai-sungai
menunjukkan
Sungai Muda dicirikan dengan kemampuannya mengikis alurnya. Hal ini terjadi jika
gradient
cukup
terjal
sehingga
mampu
membawa
beban
yang
terbawa
oleh
cabang-
cabang sungai. Sungai muda biasanya sempit, dengan tebing terjal dan terdiri dari batuan
dasar. Pelapukan tak sempat terjadi karena selalu terkikis. Sungainya menutupi seluruh
dasar lembah, tanpa dataran banjir, sering menunjukkan air terjun atau percepatan (rapids)
karena melewati masa batuan uang keras dan tak teratur.
Gradiennya tak teratur karena adanya variasi struktur batuan. Dapat ditemui danau karena
adanya depresi asal (initial depression). Aliran sungainya cepat, airnya umumnya jernih.
Potholoes dan Rock Channels sering dijumpai pada dasar sungai.
b.
Sungai
Dewasa
telah
mengalami
pengurangan
gradient
sungai
sehingga
kecepatan
alirannya berkurang. Daya erosi ke dalam berkurang dan terjadi pengendapan. Sungai
demikian
disebud
graded
dengan
penampang
yang
setimbang
dan
hamper
tanpa
keteraturan. Tanpa percepatan dan air terjun. Proses pelapukan lebih intensif dan dinding
lambat. Lebih landai. Singkapan batuan segar menjadi lebih jarang. Dasar sungai melebar
oleh pergeseran lateral sungai, dan terbentuk dataran banjir.
jika sungai utama mengalami graded tercapai kedewasaan awal. Jika cabang sungai
juga graded, kedewasaan lebih lanjut; dan jika alur sungai juga telah graded maka
telah mencapai periode tua.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
3.
JENTERA EROSI
Jentera erosi sering juga disebut jentera geografi atau jentera geomorfik (geographical or
geomorphic cycle) yang sebenarnya menyangkut tahapan yang dlalui oleh masa lahan demi
muda
(youth
stage)
suatu
daerah
setelah
pengangkatan
yang
cepat
dicirikan
dengan pengikisan sungai yang tajam dan dalam, jarak antara satu sungai dengan lainnya
dapat berjauhan. Makin lama punggungan antara sungai menjadi menyempit dan menjadi
punggungan yang tajam. Saat ini tahapan berubah menjadi dewasa. Penampang melintang
4.
GRADASI SUNGAI
Sebuah sungai yang mencapai tahap gradasi sepanjang penampangnya secara teoritik adalah
seimbang. Kemampuan membawa beban dari sungai diimbangi dengan jumlah beban itu
sendiri. Kondisi ini tidak pernah tercapai dalam alam. Perubahan perubahan terjadi baik
dari kemampuan membawa ( volume dan kecepatan air ) atau dari jumlah beban.
Perubahan pengendapan air di muara sungai ( pembentukan delta ), menyebabkan perubahan
dari
gradient.
pengendapan
Pembentukan
di
dataran;
delta
sering
mengurangi
diikuti
gradien
dengan
sungai
banjir
di
dan
menyebabkan
dataran
banjir
dan
adanya
bahkan
pengikisan
kembali
aktif
ke
bawah.
Terdapat
proses
peremajaan
(rejuvenation)
dan
perubahan
yang
mengganggu
keseimbangan
dari
sungai
yang
mengalami
gradasi akan menyebabkan perubahan yang menuju kepada keseimbangan baru dari sungai
tersebut.
5.
jenis
genetika
sungai
antara
lain
sungai
konsekuen
(Consequent),
subsekuen
(superimposed),
anteseden
(Anticedent),
anaklinal
(anaclinal),
reversed,
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
a.Sungai Konsekuen, apabila mengalir searah dengan kemiringan mula dari daerah kubah,
pegunungan
blok
yang
baru
terangkat,
dataran
pantai
terangkat
mula-mula
memiliki
sungai konsekuen.
b.Sungai
Subsekuen
mengalir
dan
membentuk
lembah
sepanjang
daerah
lunak,
disebut
Obsekuen
berlawanan
mengalir
dengan
arah
berlawanan
aliran
dengan
sungai
arah
konsekuen.
kemiringan
Biasanya
lapisan
pendek
dan
dengan
juga
gradient
tajam, dan merupakan sungai musiman yang mengalir pada gawir. Umumnya merupakan
cabang dari sungai subsekuen
d.Sungai Resekuen mengalir searah dengan sungai konsekuen dan searah dengan kemiringan
lapisan. Sungai resekuen terbentuk lebih kemudian dan cenderung baru (resiquent berasal
dari recent dan consequent)
e.Sungai
Insekuen
struktur
batuan
merupakan
dan
tidak
sungai
jelas
yang
tidak
mengikuti
jelas
pengendaliannya
kemiringan
lapisan.
Pola
tidak
mengikuti
aliran
umumnya
perubahan
perubahan
struktur
Ini
dapat
terjadi
jika
streams
mengairi
daerah
dengan
umur
geomorfik
yang
berbeda-beda,
composite streams mengairi daerah dengan stuktur geologi yang berlain-lainan. Banyak
sungai sungai besar dapat dimasukkan kedalam compound ataupun comporite streams
(missal : bengawan solo, citarum, asahan, dan sebagainya)
6.
beberapa
aliran
sungai
yang
kesemuanya
banyak
dikendalikan
oleh
struktur
struktur batuan dasarnya, kekerasan batuan dan sebagainya. Beberapa pola antara lain pola
dendritik, rectangular, trellis, radial dan anular.
a.Pola Aliran dendritik (dendritic drainage pattern) mirip sebuah gambaran batang pohon
dengan
cabang-cabangnya
mengalir
kesemua
arah
dan
akhirnya
menyatu
di
induk
sungai. Terdapat pada daerah dengan struktur batuan yang homogeny (granit) atau lapisan
sedimen horizontal.
b.Pola Aliran Rektangular (rectangular drainage pattern) dibentuk oleh cabang cabang
sungai yang berbelok, berliku-liku, dan menyambung secara membentuk sudut sudut
tegak
lurus.
berpotongan
Banyak
secara
dikendalikan
tegak
lurus.
oleh
Dapat
pola
kekar
terbentuk
dan
pada
sesar
batuan
yang
kristalin
juga
berpola
batuan
keras
berlapis horizontal.
c.Pola Aliran Trelis (trellis drainage pattern) berbentuk mirip panjang-panjang atau pola trali
pagar. Pola ini merupakan ciri dari sungai yang berada pada batu terlipat dan miring kuat.
Sungai sungai yang lebih besar cenderung mengikuti singkapan dari batuan lunak dan
jurus (subsekuen). Cabang cabang sungainya yang masuk dari kiri kanannya adalah
berjenis obsekuen dan resekuen. Induk sungai yang memotong arah struktur mungkin
karena superposisi.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
d.Pola Aliran Radial (radial drainage pattern) terjadi dari banyak sungai jenis konsekuen
yang sentrifugal dari suatu puncak, misalnya pegunungan kubah atau gunung api muda.
Cekungan structural dapat pula membentuk pola aliran radial centripetal ketengah.
e.Pola Aliran Anular (anular drainage pattern) merupakan aliran yang terbentuk pada daerah
kubah structural yang telah terkikis dewasa sehingga sungai sungai besarnya mengalir
melingkar mengikuri struktur dan batuan yang lunak. Sungai sungai ini jenis subsekuen.
Pola aliran anular dengan demikian merupakan variasi dari pola aliran trellis
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
GEOMORFOLOGI
Edaran 06
SUNGAI (II)
1.
every river appears to consist of main trunk, fed from a variety of branches, gach running
in a valley proportioned to its size, and all af them together forming a system of valleys,
communicating with one other, and having such a nice adjustment of the declivities that none
of them join the principle valley either on too high or too low a level; a circumstances which
would be infinitely improbable if each of these valleys were not the work of the streams
which flows in it
John Playfair (1802) illustration
Of Huttonian Theory of earth.
2.
Hukum Ferrel
Menggaris bawahi observasinya yang mengaitkan antara perputaran bumi dengan defleksi
aliran sungai. Deduksi mekanis mengatakan bahwa akibat perputaran bumi ke arah timur,
maka pada belahan bumi utara cenderung adanya deflaksi aliran sungai kekanan sedangkan
pada belahan bumi selatan deflaksinya ke kiri. Hal tersebut sehubungan dengan pengaruh
aliran angin dan udara pada permukaan bumi. Dibelahan bumi utara banyak kikisan sungai
dan daerah banjir banjir banyak berada pada sisi kanan.
I.SUNGAI MUDA
Aspek yang jelas dari sungai muda adalah kemampuan untuk mengikis. Hal ini banyak
tergantung
kecepatan
pada lereng
arus
dan
yang
tajam
kemampuan
sebagai akibat
transportasi
yang
pengangkatan/lipatan,
besar.
Didaerah
volume sungai,
hulu
banyak
terjadi
runtuhan, longsoran, rayapan tanah dan gerakan masa tanah pada umumnya, mata air, ravika
dan canyon. Daya corrosion, impact, quariyying, dan solution dari air cukup besar.
Erosi
sungai
yang
berupa
corrosion
dasar
sungai
oleh
pendongkelan
dan
bongkah
impact
disebabkan
bongkah/
gerusan,
kerikil/pasir
yang
benturan,
terbawa
dan
arus.
Quaryying terjadi akibat daya cungkil dan angkat arus air setelah memasuki retakan atau
celah
celah
batu.
Pelarutan
banyak
terjadi
pada
batu
gamping,
garam,
dan
gypsum.
Kegiatan erosi tersebut menunjukkan adanya akses energy dan menghasilkan alur alur
sempit tajam. Air terjun dan percepatan, potholes, natural bridge, dan dinding lembah yang
terdiri dari batu tanpa tanah penutup.
Sungai muda tidak hanya mengikis kedalam, tetapi ranting-ranting sungai terus mengikis ke
hulu
dan menambah
luas cekungan
lunak tanpa
penutup vegetasi akan terbentuk topografi badland dengan ciri banyak alur-alur kecil, kering
berdinding tajam. Run off disini sering berjalan cepat.
Transportasi beban (load) pada sungai muda umumnya besar karena kecepatan arusnya.
Teoritis daya angkut sungai sebanding dengan kecepatannya.
Berikut ini gambaran hubungan antara kecepatan arus dan besarnya butiran beban yang
dapat diangkut.
Kecepatan (m/jam)
500 m/ jam
Pasir halus
1.500 m/ jam
Kerikil
5 cm
25 cm
100 cm
500 cm
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Gerakan beban sungai ada yang menggeser atau menggelinding di dasar sungai (traction);
melompat lompat (saltation); suspense; atau larutan.
Pada lubang kecil atau depresi di dasar sungai, butiran beban dapat berputar-putar oleh arus
dan menggerus; selanjutnya terbentuk potholes, dan pada dasar air terjun terbentuk plunge
pools
Air Terjun
Air terjun dan percepatan (rapids) merupakan salahsatu indicator bagi sungai muda. Ada
dua
jenis
pertama,
yang
terbentuk
oleh
sejarah
normal
perkembangan
sungai
dan
menunjukkan bahwa sungai belum mengalami gradasi, kedua : yang terbentuk akibat
gangguan, intrupsi dalam sejarah hidupnya.
(1)Jenis pertama, jenis normal, disebabkan oleh adanya variasi dalam ketahanan batuan
terhadap
pengikisan.
Akibatnya
akan
terbentuk
belokan-belokan,
percepatan
B.
b.
Perompakan sungai oleh sungai lain dengan elevasi yang lebih rendah.
c.
d.
Akibat sesar
Longsoran
b.
Aliran lava
c.
Morena
d.
Glacial
e.
f.
Lain - lain
ke
hulu
penanggulangan
yang
memerlukan
erosi.
Catch
pengamatan
dams,
terrassering,
dan
penanganan
penghutanan,
khusus
dan
untuk
penghijauan
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
II.SUNGAI DEWASA
Dalam perkembangannya, sebuah sungai selanjutnya dapat mencapai keseimbangan antara
erosi dan pengendapannya. Sungai yang demikian dinyatakan mempunyai penampang yang
seimbang. Perubahan perubahan keadaan akan mengganggu keseimbangannya. Kenaikan
beban
ke
hulu
mengendapkan
yang
besar,
banyak
misalnya
alluvial
dan
oleh
diikuti
endapan
lahar
penyayatan
menyebabkan
alurnya
lebih
sungai
dalam
sangat
membentuk
perubahan
temporal
pada
beban
atau
volume
menyebabkan
terjadinya
pengendapan atau pengikisan. Dasar sungai yang datar yang tertutup oleh endapan alluvial
tipis dengan dinding cembung yang rendah menunjukkan telah tercapainya gradasi sungai.
Pada sungai dewasa dapat terbentuk meander bebas yang sesuai dengan volumenya. Lebar
lembah yang menjadi ayunan meander rata-rata sepuluh sampai duapuluh lebar sungainya
sendiri. Beberapa sungai besar di Indonesia dengan meander beban antara lailn bengawan
solo, citarum, dan sebagainya.
III.SUNGAI TUA
Jika sebuah sungai menunjukkan bahwa bagian bagiannya telah mengalami gradasi maka
disebut sebagai sungai tua. Tidak dikenal batas kritis yang membagi sungai tua dengan
sungai dewasa.
Banyak sungai menunjukkan pergantian antara dewasa dan muda. Di daerah batuan keras
sangat dibutuhkan waktu untuk mencapai gradasi dan pada daerah demikian lembah sungai
umumnya menyempit dengan jeram-jeram, sedangkan dihulu atau hilirnya dapat saja lembah
menjadi melebar dan penampangnya melandai karena menemui batuan lunak. Daerah batuan
keras demikian dapat merupakan base level (muka dasar) temporer. Beberapa karakteristik
yang tampak untuk sungai dewasa adalah :
(1) Dataran banjir dengan tanggul alam
(2) Meander dengan oxbowlakes
(3) Lebar lembah sama atau lebih lebar dari daerah meander
(4) Tanpa percepatan atau air terjun
(5) Aliran air yang perlahan dan air berlumpur
(6) Tebing lembah yang rendah soil tebal, sedikit singkapan batuan
(7) Tanpa danau (kecuali ex lakes)
A.
DATARAN BANJIR
Sungai
dewasa
membentuk
dataran
banjir
dengan
mengendapakan
sebagian
dari
babannya. Sebagian besar bebean diendapkan padadaerah didekat sungai. Pada sisi kiri
kanan sungai yang menghamparkan banjir dengan demikian sering terbentuk akumulasi
yang tebal sedimen sepanjang sungai dan membentuk tanggul alam (natural leves)
Pada sungai yang penuh beban pasir kerikil dan bongkah bongkah seperti pada daerah
aliran lahar atau dari glacial dan sungai mengalir pada daerah kipas alluvial, sering dasar
sungai dengan cepat penuh endapan beban, aliran berikutnya akan mencari jalannya
sendiri. Jika terdapat tambahan air yang besar. Jalur sungai menjadi saling menyilang dan
saling berpindah, dipisahkan oleh leves lidges. Pola aliran yang demikian disebut braided
stream.
Dapat
pula terjadi
pembendungan
jika terdapat
akumulasi
yang
banyak
dari
sungai
besar
dengan
dataran
banjir
uang
luas
antara
lain
sungai
gangga,
itwang, ito, Mekong, Po: di Indonesia adalah : sungai citarum, di danuk, bengawan solo,
barito, musi, dll.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
B.
DELTA
Sungai akan mengendapkan bebannya didaratan jika tidak mampu lagi mengangkutnya.
Ini dapat terjadi pada tekuk lereng, sisi dalam meander, pertemuan antara dua aliran
sungai
, dan
pada perubahan
gradein
tetapi
endapan
juga terjadi
jika sungai
masuk
Arcuate
delta,
berbentuk
convex
kearah
laut
dibatasi
pegunungan/bukit
bukit
didaerah hulu dan sampingnya. Beban sungai terdiri dari fraksi kasar dengan sedikit
bahan terlarut, bersifat porus. Contoh antara lain delta gangga, Irawadi, dan delta
Mekong.
b.
c.
Birds
kemudian
delta,
berbentuk
bercabang
seperti
cabang
cakar
banyak
ayam,
terdiri
melebar
dari
kelaut.
sungai
Terjadi
utama
karena
yang
adanya
penyumbatan penyumbatan pada suatu arus. Daerah antara dua cabang sungai
C.
undak
sungai
pada
hakikatnya
merupakan
bentuk
bentuk
medan
yang
disebabkan oleh adanya endapan alluvial sungai yang kemudian terkikis. Undak dengan
demikian merupakan hasil peremajaan sungai pada masa dewasa atau tua.
Adalah
menarik
untuk
merekonstruksikan
ajuanan
sungai
dengan
landasan
bentuk
bentuk undak. Cups adalah sudut-sudut yang terjadi akibat berpotongan antara lengkung
tepi undak yang sat u dengan tepi undak yang datang kemudian.
ALUVIAL : bahan bahan erosi yang diangkut oleh sungai dan diendapkan sehingga
terbentuk lapisan lapisan endapan lembah atau delta.
D.
KIPAS ALUVIAL
Kipas Aluvial merupakan endapan alluvial yang bermula dari suatu mulut lembah
didaerah
pegunungan
dan
kemudian
memasuki
wilayah
dataran.
Dari
mulut
lembah
tersebut endapan kemudian menyebar meluas dengan sudut kemiringan makin melandai.
Fraksi kasar akan terakumulasi di dekat mulut lembah dan fraksi halus akan terdapat
pada
dataran.
Sungai
yang
mengalir
di
daerah
kipas
cenderung
berubah-ubah
arah
kareana perbendungan di daerah hulunya oleh fraksi kasar. Kipas alluvial dapat terjadi
pada kaki-kaki gunung api, kaki tebing, dari gawir sesar, atau pada lembah dibawah
lembah tergantung pada daerah glacial pada daerah beriklim kering, dikaki pegunungan
sering dijumpai akumulasi endapan rombakan batuan dengan kelerengan yang landai
berangsur mencapai daerah endapan alluvial. Daerah tersebut dinamakan Rock Pediment,
Rock
Plane
atau
Conoplain.
Daerah
yang
terletak
antara
daerah
erosi
dan
daerah
dan
delta
dengan
sendirinya
mempunyai
makna
tersendiri
bagi
pegunungan
banyak sungai sungai didaerah ini menjadi transportasi penting seperti S. Musi, Donau,
Missisipim Kurang Ito, Amazona, dsb. Dataran banjir selain merugikan juga memberi
kesuburan bagi banyak daerah. Juga menekan air asin bagi daerah tepi pantai. Endapan
alluvial
banyak
menjadi
eleviver
bagi
air
tanah.
Bongkah-bongkah,
kerakal,
dan
pasirnya, khususnya didaerah hulu sering dimanfaatkan untuk bahan baku bangunan.
Air
tanah
yang
dangkal,
tanah
yang
lembek
dan
sering
mengandung
sisa-sisa
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
tumbuh-tumbuhan (gambut lempung organik), kadar air yang tinggi dapat menimbulkan
permasalahan dalam fundasi. Dataran-dataran yang luas, subur, banyak sungai, air tanah
yang
dangkal
tentunya
merupakan
daerah
yang
mempunyai
dayatarik
untuk
banyak
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
GEOMORFOLOGI
Edaran 07
1.
Dataran dan plateau adalah wilayah-wilayah dengan struktur horisontal. Plateau mempunyai
relief yang tinggi dengan lembah-lembah dalam, dan dataran mempunyai relief rendah
dengan lembah-lembah dangkal. Banyak dataran termasuk kedalam jenis konstruksional
seperti pantai, interior plains, dataran danau, dataran lava dan dataran endapan glasial; jenis
destrusional a.l dataran delta, dataran banjir dan dataran outwash.
Banyak
Plateau
dan
dataran
yang
terganggu
dan
terpatahkan
dari sesar.
Studi
mengenai
plateau dan dataran menyangkut pula sifat-sifat kikisan yang dapat dikendalikan oleh struktur
lapisan, jenis batuan dan struktur-struktur geologi.
2.
DATARAN :
Terdapat 6 (enam) jenis dataran, yaitu :
(1) Dataran pantai (coastal plains) yang terbentuk oleh timbulnya dasar laut.
(2) Interior Plains, yang mirip dengan dataran pantai tetapi yang terletak sudah jauh dari
laut.
(3) Dataran Danau (lake plains), terbentuk oleh timbulnya dasar danau karena pengeringan
danau.
(4) Dataran Lava (lava plains) dan Plateau Lava (lava plateaus), terbentuk oleh aliran lava
encer.
(5) Dataran Endapan Glacial (till plains), terdiri dari endapan glacial (till) yang menutupi
topografi tidak rata.
(6) Dataran Alluvial (aluvial plains), yang terbentuk dari endapan aluvial sejak kipas
aluvial dikaki pegunungan hungga jauh kedataran banjir dan dataran pantai.
Dataran lain seperti dataran delta, dataran banjir, outwash plains, terbentuk oleh proses
destruksional, dan bersama dengan paneplane telah dibahas didalam hal sungai.
Batuan yang membentuk dataran pada umumnya lepas (urai) dan kadang kadang keras.
Kerakal, pasir, lempung, dan napal merupakan batuan-batuan yang lazim. Bentuk-bentuk
endapan lapisan lensa dapat ditemukan. Dataran alluvial umumnya terdiri dari pasir, kerakal,
lempung, dan lanau dengan ketebalan yang berbeda. Dataran danau umumnya lempung tipis
tipis berlapis. Interior plains lebih sering terdiri dari sedimen lempung dan batu gamping
berlapis yang keras, sedangkan batu pasir dan konglomerat termasuk kurang.
Dataran kadang kadang juga sedikit terangkat dan disebut escarped atau tilted plains.
Dataran dapat juga terkikis oleh sungai jika terjadi peremajaan dan disebut dissected plains.
Interiorplain muda.
Dataran ini mempunyai lapisan horizontal dan terletak jauh dari laut. Terdapat sedikit
sungai karena permukaan aslinya masih terdapat. Tanpa jalur-jalur topografi seperti pada
pantai. Batuan
umumnya terdiri
dari
batu
gamping,
serpih,
dan
juga batu
pasir. Karena
datarnya dapat ditemukan danau-danau dangkal, sungai yang ada berpola meander.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Dataran Dewasa
Sering
berbentuk
tetap horisontal,
diairi oleh banyak sungai dengan relief rendah, daerah yang datar sangat sedikit merupakan
ciri-ciri dataran dewasa. Pola sungai umumnya dendritik, kebanyakan muda. Pada daerah
batuan masif seperti batu pasir dan batu gamping, sungai dapat berpola recktangular atau
menyudut oleh karena adanya kekar; topografi dapat bertekstur kasar. Pada batuan lunak
seperti lempung dan serpih sungai akan mengalir kesemua arah dan topografi bertekstur
halus.
Plateau seharusnya merupakan dataran tinggi dengan lapisan horisontal meskipun dalam
pengertian awam tidaklah demikian. Plateau Guiana dari batuan komplex; plateau Piodmont
dan Plateau Lauransia di Amerika Serikat berdiri dari batuan kristalin yang terganggu.
3.
PLATEAU
III.1
Plateau Muda
Merupakan daerah dengan lapisan horisontal dan dibanyak tempat terkikis dalam oleh
sungai. Relief besar dan ini merupakan perbedaan dari dataran. Daerah plateau dapat tinggi
terhadap sekitarnya dan dibatasi oleh gawir; atau dapat pula lebih muda dari pegunungan
disebelahnya.
Pada daerah arid atau semiarid lembah-lembah di plateau benbentuk canyon yaitu lembah
yang dalam, terjal dan terdiri dari singkapan batuan seluruhnya, khususnya pda batuan keras.
Pada batuan lunak lembah lebih miring dan panjang.
Hulu lembah didaerah plateau beriklim gurun berbentuk amfiteater, dan tidak berbentuk
tajam
atau
runcing
seperti
pada
daerah
lembah.
Hal
tersebut
disebabkan
karena
proses
pembentukan lembah bukan karena pengikisan air tetapi karena pelapukan/desintegrasi. Oleh
adanya banyak kekar kekar vertical maka canyon didaerah gurun juga vertical dan berkelok
menyudut.
III.2
Plateau Dewasa
Pada kenampakan umum maka pegunungan plateau terlihat septertihalnya pegunungan
biasa dengan
bukit-bukit, lembah,
aliran
sungai, dst.
Pengertian
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
III.3
Plateau Tua
Umumnya merupakan daerah dataran yang luas oleh pengikisan dengan lapisan horisontal
dan disebut paneplane pula. Bukit-bukit sisa erosi, yang juga berstruktur horizontal disebut mesa,
dapat 150-200 meter tingginya. Dimensi yang lebih kecil dinamakan butte, dan jika berbentuk
lebih sempit, tinggi seperti pilar pilar disebut pinnacles atau needles.
Oleh pengangkatan , sebuah plateau dapat mengalami peremajaan (rejuvenation) dengan
ciri ciri adanya incised meander, terus teras yang lebar dikiri kanan lembah hasil peremajaan
yang disebut esplanade atau benches.
III.4
Plateau Lava
Plateau ini terdiri dari banyak lapisan aliran lava, umumnya lava basalt yang encer pada
mulanya, yang mengalir berurutan dalam waktu yang berbeda sau menyusul lainnya. Sering
berselingan dengan abu gunung api, pelapukan lava, endapan danau, endapan sungai.
Banyak lava berpori karena vesikuleir dengan ada perselingan dengan endapan kedap air
maka sering didapati air tanah, mata air, dsb. Lembah lembah sungai di daerah ini sering terjal
atau berbentuk undak karena kerasnya lava dan adanya kekar. Mataair panas, sesar, kerucut
gunung api, dapat pula berasosiasi dengan plateau lava.
Plateau
plateau
tersesarkan
mengalami
atau
gangguan
plateau
oleh
terganggu
sesar,
lipatan
(broken
atau
or
bahkan
warped
berubah
plateau)
dan
kebanyakan
tertrobos
intrusi.
Beberapa contoh plateau antara lain plateau Colorado dan plateau Massuri (AS), beberapa bagian
dari pegunungan Selatan Jawa, plateau Sukandana (lampung)
III.5
seperti lempung untuk keramik, batu pasir kuarsa untuk gelas, batu gamping untuk pekapuran
dan semen, lignit dan batu bara untuk energi, fosfat dan air tanah. Jika dibandingkan dengan
daerah dataran kakigunung apai, maka air tanah di daerah plateau sering lebih sukar didapat.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
GEOMORFOLOGI
Edaran 08
atau diaper, intrusi lakolit, oleh intrusi batuan beku seperti batolit. Istilah kubah dan cekungan
selanjutnya menurut struktur dan bentuknya akan beralih ke antiklin dari daerah pegunungan
lipatan.
Tahapan Muda. Dalam tahapan ini pegunungan kubah akan mempunyai pengaturan oleh
sungai-sungai konsekuen dengan pola radial. Sayatan-sayatan sungai belum dalam, bentuk kubah
masih
utuh.
Selanjutnya
pengikisan
dimulai
dipuncak
dengan
membentuk
cekungan
erosi.
Beberapa sungai konsekuen mengikis ke hulu dan memusat intensif di puncak kubah, sehingga
puncak
kubah
menjadi
tersayat
(breached)
melalui
windgap.
Lapisan-lapisan
lunak
menjadi
Tahapan Dewasa. Pengikisan di puncak makin meluas dan mendalam. Beberapa undak-undak
gawir menjadi terbentuk sesuai dengan banyaknya lapisan-lapisan yang resistant, demikian pula
akan lebih banyak windgap terbentuk. Sungai-sungai subsikuen menggabung dengan sungaisungai
konsekuen
yang
memanjang
karena
pengikisan
ke
hulu;
sungai-sungai
subsekuen
memanjang mengikuti penyebaran lapisan lunak, dan membentuk pola annular, punggunganpunggungan
yang
dibentuk
oleh
lapisan
miring
disebut
hogbacks,
dengan
lereng
terjalnya
menghadap ke tengah kubah kecuali kalau sudut kemiringan lapisan lebih dari 45 derajat. Pada
lerenga ini mengalir sungai obsekuen; sungai resekuen mengalir searah dengan lereng landai
hogbacks. Banyak windgap akan memutuskan punggungan hogbacks.
Tahapan Tua. Bentuk akhir dari pengikisan kubah akan membentuk peneplane. Kubah besar
dan tinggi dihasilkan oleh intrusi-intrusi batolit;yang lebih kecil dihasilkan oleh intrusi lakolit,
bahkan sill dapat menghasilkan kubah landai. Kubah-kubah kecil dapat dihasilkan oleh intrusi
garam atau diapir pada umumnya, termasuk diapir pada umumnya, termasuk diapir lempung.
Antiklin pendek yang menunjukkan penunjaman dikiri kanannya cenderung berbentuk kubah.
terbentuk
oleh
beberapa
kejadian
antara
lain
kubah,
antiklin
sesar,
intrusi
dan
sebagainya.
Plations.
Merupakajn
hogbacks
yang
terletak
terdekat
dengan
inti
kubah yang
keras seperti
batuan kristalin. Hogback ini tidak terpisah dari inti oleh adanya kubah subsekuen tetapi tersayat
olehlembah-lembah
konsekuen.
Ujung
atasnya
umumnya
meruncing
dan
bentuknya
terjal
yang
miring
kearah
yang
berlawanan
dengan
arah
kemiringan
lapisan.
Jika
keimiringan punggungan melandai, sesuai dengan kelandaian lapisan, disebut cuesta. Batas sudut
kemiringan
punggungan
hogback
dan
cuesta
tidak
tegas,
ada
yang
menyatakan
15
derajat.
(Thornburry, 1960)
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Glatoau upland. Lapisan sedimen dibagian atas kubah dapat horosontal, dan disebut pula sebagai
plateau.
Faulting. Terbentuk akibat adanya sesar normal pada lapisan sedimen horizontal, dan membentuk
drag. Atau drag lain yang dibentuk oleh sesar naik dapat pula membentuk hogbacks.
Igneous hogbacks. Terbentuk oleh lapisan-lapisan sill atau lensa-lensa batuan beku di sekitar
lakoklit. Batuan-batuan
Inti kukbah yang terdiri dari batuan kristalin sering memberi arti sebagai sumber mineral
logam ; pertambangan sering dijumpai kubah-kubah garam tentunya memberi makna sebagai
sumber
garam.
Jika
tidak
berpotensi
akan
mineral,
inti
kubah
yang
bertextur
kasar
sering
merupakan daerah hutan dan sekaligus merupakan daerah tadah hujan. Juga lereng-lereng terjal
dari hogbacks sebaiknya merupkan daerah hutan untuk mencegah longsoran dan untuk tujuan
konservasi air
Daerah hogbacks mempunyai berbagai peranan terhadap adanya longsoran di gawir terjal dan
peresapan air dipunggung landai maupun terjal.
Hal tersebut menyebabkan bahwa lebih baik daerah hogback dihutankan atau dihijaukan. Banyak
hogback yang terdiri dari batuan beku atau gamping menjadi daerah penggalian khususnya pada
gawir yang terjal.
Daerah luar dari kubah, karena adanya perulangan lapisan keras dan lunak atau pervious, sering
merupakan perangkap yang baik untuk air atau minyak bumi.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
GEOMORFOLOGI
Edaran 09
Istilah pegunungan lipatan (dome mountain) digunakan untuk suatu jenis pegunungan
dengan struktur lipatan yang relatif sederhana. Daerah pegunungan dengan lipatan lipatan yang
rumit seperti pegunungan Alpina disebut pegunungan kompleks (complex mountain)
a.
Tahapan
sinklin.
Muda.
Morfologinya
Sungai-sungainya
longitudinal
masih
bermula
(longitudinal
menggambarkan
menempati
consequent).
adanya
sepanjang
Sungai
lainnya
lingkungan
sinklin
dan
bersumber
antiklin
disebut
dari
dan
konsekuen
puncak
antiklin
Bila
erosi
melanjut
maka
pengikisan
sungai
lateral
dapat
menajam
ke
hulu
dan
juga
sepanjang puncak antiklin; hasilnya adalah sungai subsekuen dipuncak antiklin dan puncak
antiklin dapat terkikis lebih dalam lagi.
b.
Tahapan Dewasa. Pengikisan dipuncak antiklin dapat melanjut , melebar dan kearah dalam
sepanjang antiklin dan akhirnya terbentuk lembah antiklin. Kenampakan morfologi terhadap
struktur
geologi
menjadi
terbalik
(inverted
relief).
Sebaliknya
dapat
terjadi
bahwa
yang
Pola
aliran
sungai
yang
lazim
adalah
trelis,
tediri
dari
sungai-sungai
subsekuen
resikuen dan obsekuen. Pada daerah pegunungan lipatan, dengan lipatan-lipatan menujam
kenampakan morfologi sering ditandai oleh pola pegunungan yang berbentuk zig-zag; jika
bentuk lipatan adalah sederhana dapat dijumpai pegunungan pegunungan berbentuk cerutu.
Arah penujaman ditunjukkan oleh belokan pegunungan yang meruncing.
Pada daerah lipatan lipatan kuat, sesar sungkup dan sebgainya setelah berlangsung
erosi maka kadang kadang terdapat bukit bukit yang merupakan sisa sisa erosi dan
memperlihatkan lapisan lapisan inti dari sesar sungkup; bukit tersebut disebut outlier atau
klippe.
Erosi pada punggung bukir dapat pula membentuk cekungan dan pada dasar cekungan
lapisan yang lebih muda cekungan tersebut dinamakan window atau fonster
c.
Tahapan Tua. Daerah pegunungan lipatan oleh pengikisan menjadi peneplane dan sungai
mengalir di dataran tersebut seolah tanda mengindahkan adanya lapisan lunak ataupun keras.
Lapisan tipis endapan aluvial dapat menutupi paneplane.
Peremajaan. Setelah terbentuk paneplane maka dapat terjadi proses pengangkatan kembali.
Sungai sungai akan menyayat lebih dalam lagi, meninggalkan puncak puncak yang lebih
kurang
rata.
Windgaps
jauh
ditinggal
di
atas
puncak
puncak
pegunungan
sementara
Daerah ini umumnya berbukit bukit terjal, dengan lembah lembah yang panjang; adanya
perulangan antara lembah lebar dan lembah sempit akibat perbedaan kekerasan batuan; adanya
gawir terjal dan pegunungan landai pada hogbacks atau homoclinal ridges. Hal hal tersebut
sangat mempengaruhi perencanaan pembangunan jalan raya; kemungkinan adanya trowongan;
potensi pembangunan bendungan dan waduk untuk mencapai tujuan.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Daerah pegunungan lipatan yang terdiridari batuan-batuan sedimen sering pula mengandung
nilai-nilai
ekonomis
seperti
batu
gamping,
batu
lempung,
batupasir
kwarsa,
gipsum,
dan
sebagainya yang dapat mengalirkan berbagai industri mineral seperti industri semen, industri
gelas, pekapuran dan sebagainya. Jika mengandung batubara tentunya akan berpotensi untuk
mineral energi. Bahkan tidak jarang mengandung potensi minyak dan gas bumi jika batuannya
merupakan batuan induk untuk kelahiran minyak dan gas bumi., dan memenuhi persyaratan
untuk menjadi perangkap minyak (oil traps).
Jika mempunyai batuan batuan trobosan, misalnya batolit, seringpula di daerah pegunungan ini
diperkaya lagi dengan potensi mineral logam.
GEOMORFOLOGI
Edaran 10
Pegunungan ini merupakan hasil deformasi dengan sesar atau sesar sesar sebagai pembentuk
utama. Yang menjadi masalah adalah pengnalan sesar dari kenampakan morfologi
a.
Tahap Muda. Pada tahapan ini pegunungan patahan memperlihatkan gawir- gawir terjal
yang
memisahkan
antara satu
blok pegunungan
dengan
blok yang
lain
atau
antara blok
Tahap
Dewasa.
Kedewasaan
menyebabkan
adanya
pengikisan
pada
bagian
muka
atau
Bagian muka dari blok masih lebih terjal dari pada bagian punggung tetapi garis pemisah
air cenderung di kikis ke arah belakang.
2)
3)
Adanya Triangular Facets yang merupakan sisa sisa bidang sesar setelah terkikis oleh
beberapa lembah. Oleh pengikisan intensif makin lama triangular facets makin merendah
dan akhirnya hilang.
4)
Adanya dataran Alluvial yang luas di muka bidang blok dengan kipas alluvial sebagai
transisi. Kipas alluvial terletak berjajar dalam garis lurus sepenjang kaki bidang muka dan
blok.
5)
Terras terras baru pada kaki bidang muka blok dapat terbentuk oleh adanya sesar resen.
6)
Mata air, khususnya mata air panas,s ering terdapat pada kaki bidang muka.
7)
Danau, blok basin lakes, dapat terbentuk di depresi dua blok atau antara punggungan dan
blok lain.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
c.
Tahap
Tua.
Oleh
pengikisan
lanjut
daerah
pegunungan
patahan
menjadi
mendatar
dan
kehilangan bentuk asimetrinya. Bidang muka dan punggungannya menjadi berlereng sama
landai. Bidang muka menjadi jauh mundur ke punggungan jika dibandingkan dengan bidang
sesar semula. Daerah alluvial sangat meluas; dataran aluvial yang terletak diantara dua jajaran
bukit bukit sisa pegunungan blok disebut bolson plains
Lain lain. Oleh berbagai jenis sesar dan pola sesar, hasil hasil pengikisian dapat menghasilkan
Biasanya penggunaan tanah banyak ditemukan dibagian yang rendah dan datar. Daerah kipas
Alluvial karena banyak air dan lunak yang dapat subur oleh irigasi. Kota kota banyak tumbuh
didataran yang dekat dengan mulut lembah.
Dapat merupakan daerah berpotensi mineral mengingat bahwa daerah ini dapat dijumpai
sedimen sedimen bermineral industri. Ada air panas sangat menarik untuk berbagai tujuan
seperti kesempatan pariwisata, dan sebagainya. Danau danau bolson juga mempunyai arti
penting untuk lingkungannya.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
GEOMORFOLOGI
Edaran 11
GUNUNG API
1.
UMUM
Pertumbuhan gunung api salah satu dari bentuk konstruksional. Setelah itu mengalami
berbagai tahapan erosi muda hingga tua. Proses pembentukakn gunung api melalui letusan
aliran lava, longsoran, injeksi kubah lava, dsb. Diselingi dengan erosi. Meskipun demikian
pada
arahnya,
proses
erosi
berjalan
lebih
lambat
dari
proses
pembentukan
gunung
api,
mengalami
Berbeda dengan konstruksi yang lain, pembnetukan gunung api lebih bersifat parozismal.
Gunung api yang telah mencapai tahapan dewasa, oleh letusan baru dapat segera menjadi
muda
kembali.
pembentukan
Perubahan
kubah
lava,
perubahan
aliran
bentuk
oleh
aliran
lahar,
lava,
kegiatannya
dapat
pembentukan
terjadi
kerucut
seperti
porositer,
pembentukan kaldera, dsb. Tahapan erosi dewasa dapat dilihat pada gununga api yang telah
mati.
2.
kawah disebut naat , sering mempunyai danah kawah, tidak pernah tinggi , tanpa aliran lava.
Kerucut gunung api sederhana mempunyai kawah (crater) denan dinding kawah tertutup.
Jika dinding kawah sumbing karena penjebolan lava disebut brachet crater. Letusan letusan
yang berulang dan berpisah pisah dalam suatu kawah akan menghasilkan kawah ganda
(nested
craters).
menghasilkan
Letusan
kaldera,
dahsyat
suatu
kawah
(misalnya
yang
tipe
sangat
letusan
besar,
ferret
berdinding
atau
plinian)
terjal,
dan
akan
umumnya
mempunyai dasar kawah yang rata. Gunung api baru dapat tumbuh di dasar kaldera dan
disebut Gunung Api Sekunder
Kerucut gunung api Dewasa yang telah mengalami pengikisan yang dalam pada badannya
umumnya
telah
mati.
Pada
pengikisan
lanjut,
kadang-
kadang
samapai
memperlihatkan
beberapa
keadaan
lava
mengalir
didalam
lembah
dan
menghasilkan
lidah
lava.
lava.
Amblesan pada beberapa bagian lava menghasilkan lubang dengan didnding vertikan dan
disebut
lava
Sehubungan
sniles;
dengan
melalui
aliran
lubgan
lava
ini,
tersebut
dapat
lava
terbentuk
enter
dapat
bentuk
terlihat
bentuk
pada
detail
dasarnya.
seperti
lava
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
bridges,
atau
pahvohoe.
lava
tunnel,
Banyaka
aliran
spatter
lava,
cones,
driblet
khususnya
cones,
pada
lava
lava
caslades,
yang
agak
turruli
kental,
dan
lava
mempunyai
permukaan yang berbongkah bongkah karena aliran dan disebut lava Aa atau lava bongkah.
Di bagian dalamnya dapatsaja masih cair dan mengalir terus meninggalkan permukaaannya
yang mulai mengeras. Terbentuklah lava tunel, lava bridges. Permukaan lava encer dapat
berbentuk seperti lava atau lava pahoehoe. Dan jika permukaan lava membubung dengan
memperlihatkan banyak retakan dan mempunyai kenampakan kerak roti disebut tumulus.
Pada keadaan yang jarang terjadi maka lava pada waktu muncul dari kawah langsung
membeku dan menyumpat lubang kepundan : sumbat lava (lava plug) dan jika mencuat tinggi
: jarum lava (jarum lava). Gunung galunggung dan gunung Merapi memperlihatkan sumbat
lazi dan Monut Place (P.Martinique di Hindia Barat) memperlihatkan jarum lava (200 300
meter di atas kawah)
Spatter cones terjadi apabila terdapat ledakan kecil gas di lambung kubah lava; dapat
mencapai 3 4 meter diatas permukaan setempat.
3.
TATA LETAK
Gunung api dapat lahir dengan erupsi sentral, seolah berdiri sendiri tetapi yang sering
adalah
berderot
dengan
arah
arah
kelurusan
tertentu,
saling
sejajar
atau
berpotongan.
(contoh : deratan gunung api sepanjang Bukit Barisan, P. Jawa, Eslandia, dsb). Penyebaran
gunung api dapat pula berada dalam wilayah yang meluas (areal eruption)
4.
api
menyebabkan
daerah
in
menjadi
daerah
rembesan
air
tanah
yang
baik.
Banyak mata air dan sungai sungai bermula dari daerah gunung api.
Lava, bongkah bongkah lahar, dan pasir lahar di banyak tempat digali untuk bahan baku
bangunan. Tufanya yang bersifat hidrastik serta digunakan sebagai tras (semen trase)
Bencana bencana gunung api sangat tergantung pada sifat letusannya dan morfologinya.
Beberapa bencana yang dapat timbul adalah aliran lava, jatuhan piroklasitik langsung, aliran
lahar, baik lahar letusan ataupun lahar hujan, hembusan awan panas (nuce ardente) akumulasi
dan hembusan gas gas beracun (CO, CO 2, H2SO4, HCl, HF, HBr, dsb) dan longsoran
longsoran. Longsoran- longsoran tanah sering
gunung api tua tahapan erosi dewasa (Hang layang, Larantuka Flores, Marapi Sumatera
Bara, Ciremei Jawa Barat).
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
GEOMORFOLOGI
Edaran 12
GELOMBANG
1.
Terdapat
berbagai
jenis
pantai
yang
terjadi
DAN PANTAI
oleh
berbagai
sebab
pula
yaitu
pantai
emergence dan pantai subemergence. Delta dan dataran aluvial pantai termasuk ke
dalam pantai emergence, sedangkan pantai sekitar gunung api, aliran lava, drumlins dan
morena sering mendekati aspek pantai submergence. Dari bentuknya maka pantai dapat
berbentuk sederhana, rendah, dan reguler dengan perairan pantai yang dangkal; atau dapat
tinggi, terjal, tak teratur, dengan perairan yang dalam. Klasifikasi pantai di dasarkan atas
genesa (Johnson) I. Pantai emergence, II Pantai submergence, III Pantai Neutral, IV Pantai Campuran (Compound).
2.
PANTAI SUBMERGENCE.
Pantai ini terbentuk jika muka air laut menggenangi daerah dataran yang tenggelam. Pada
mulanya daerah pantai adalah tak teratur, banyak teluk dan lembah-lembah tenggelam;
dasar laut juga tak teratur menggambarkan lembah dan
bukit-bukit lama.
Tahapan Muda. Pantai tak teratur, gelombang mengikis lebih dalam daerah-daerah lemah
dan dapat terbentuk chimneys dan stacks di muka pantai. Oleh gelombang daerah lemah
terkikis gelombang membentuk guha-guha di tepi pantai
pengikisan
(tanjung)
banyak
dan
pengendapan
menderita
terbentuk
pengikisan
dan
spits
menjadi
dan
terjal.
pantai-pantai
Berbagai
ujung
endapan
bukit
pantai
terbentuk : headland beaches, bayside beach, bay head beach. Spit adalah bentuk
endapan pantai dengan satu bagian tergabung dengan daratan dan bagian lain menjorok
tipis ke laut. Terdapat berbagai bentuk spits : simple spit, hocked, atau recurved spit,
compound spit, complex spit.
Istilah bar digunakan untuk spit yang menghubungkan satu headland dengan headland
yang lain : bay mouth bar, mid bay bar, bay head bar. Tombolo adalah genting yang
menghubungkan pulau dengan daratan.
Tahapan Dewasa. Keadaan detail dari pantai menjadi hilang.
Headland menjadi mundur ; bay mouth bar menyambung dari satu headland ke yang lain,
dan
teluk-teluknya
makin
terisi
lebih
banyak
sedimen.
Akhirnya
seluruh
headland
terdorong ke belakang, dan garis pantai menyatu ke daratan utama (main land).
3.
PANTAI EMERGENCE.
Terbentuk jika muka laut menggenangi daerah laut atau danau yang sebagian terangkat.
Pada mulanya garis pantai
cenderung
teraturan yang berarti. Kedalaman laut mendalam secara teratur. Gelombang kecil dapat
melaju dan mengikis tebing rendah : membentuk nip. Gelombang benar dapat mengikis
dasar pantai ; endapannya membentuk submarine bar, sejajar dengan garis pantai.
Tahapan muda. Submarine bar selanjutnya tumbuh membentuk offshore atau barrier bar
dengan lagoon dibelakangnya. Sebagian besar offshore bars tidak menerus, tetapi terputus
dan tempat offshore bar terputus tadi disebut tidal inlets.tidal deltan terbentuk didalam
lagoon gelombang yang masuk dan keluar membawa endapan. Pada masa pasang naik
gelombang
dapat
melampaui
bar
dan
mengendapkan
sedimen
dibelakangnya,
disebut
wash over.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Tahapan dewasa. Setelah gesong (bar) terbentuk dan gelombang makin mengikis dasar
laut dimuka gosong, maka gosong dapat terkikis pantai terdorong ke arah lagoon dan
daratan. Profil pantai menjadi lebih terjal dan nip terbentuk.
4.
PANTAI NEUTRAL.
Merupakan
pantai
yang
terbentuk
secara
tidak
tergantung
pada
gejala
naikan
atau
penurunan pantai. Pantai ini merupakan hasil pengendapan aluvial. Delta, dataran aluvial,
dan pantai outwash plain terbentuk ini. Pantai umumnya mendalam pada ujungan delta
(foreset bets). Bentuk pantai umumnya sederhana atau agak melengkung. Birds foot delta
(lobate) mempunyai bentuk tak teratur, sebagai akibat banyaknya cabang sungai di delta
yang menyebar secara divergen. Alir sungai yang sangat perlahan-lahan dan blokade
mulut sungai oleh endapan menyebabkan adanya divergensi arah sungai pada delta.
5.
tersebut
(submergence),
antara
lain
teras-teras
dataran
pantai
(emmergence),
dan
(emergence),
seterusnya.
teluk-teluk
Contraposed
yang
banyak
shoreline
jika
daratan lama berbentuk kasar berpantai terjal tetapi dibatasi oleh daratan pantai yang
sempit. Istilah contraposed analog dengan istilah super imposed yang dipergunakan untuk
sungai yang mengikis lapisan penutup hingga mencapai batuan yang lebih tua.
6.
pantai
ke arah
disebut
BEACH COSPS. Merupakan akumulasi pantai berbentuk segitiga, terdiri dari pasir atau
kerikil, tersebar secara teratur sepanjang pantai. Puncak segitiga menunjuk ke arah laut.
emmergence
umumnya
mempunyai
delta
pelabuhan
yang
jarang
dan
miskin
karena dangkal dan berlumpur; daerah belakangnya dapat subur makmur atau mempunyai
sumberdaya
mineral.
Pantai
submergence
yang
berteluk
dan
dalam
sering
menjadi
karena
Lagoon
keindahan
pemandangaannya
dan
pantai
yang
bersih
dan
pasir
kasar.
dari pantai emergence juga mempunyai arti tersendiri bagi banyak kepentingan ;
pantai emergence sering berlumur sehingga dapat merupakan hambatan bagi konstruksi
bangunan.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
GEOMORFOLOGI
Edaran 13
TERUMBU KARANG
1. Terjadinya terumbu karang.
Terumbu karang merupakan koloni dari rumah-rumah jasad renik karang
yang
(corral polyps)
Pada kondisi yang sesuai karang berkembang dengan cepat, dan larva yang berkembang biak
pada karang akan tersebar oleh arus laut ke tempat lain. Jika larva mendapatkan landasan yang
kokoh seperti batuan keras atau cangkang-cangkang yang mengumpul dan mengeras maka
kurang
cepat
Pertumbuhan
terbentuk
karang
dan
berkembang.
dipercepat
oleh
Kumpulan
terjadinya
karang
algae
dan
ini
membentuk
.........................
terumbu.
yang
juga
mengambil kalsium karbonat dari air laut. Pertumbuhann terumbu karang oleh polyp dan algae
efektif pada kedalaman antara 20 dan 40 meter.
lagoon atau genangan laut antara terumbu dengan pantai. Barrier reef itu sendiri merupakan jalur relatif sempit terdiri dari karang dan pasirnyna yang kadang-kadang muncul ke
permukaan laut. Jalur karang sempit tadi dapat berbentuk cincin jika mengitari pulau.
(3) Atoll juga berbentuk cincin atau elips. Merupakan jalur sempit karang atau pasir melingkar, dengan lagoon atau genangan laut ditengahnya. Atoll mirip sebuah barrier reef yang
mengitari pulau tetapi tanpa pulau ditengahnya.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
(3) Lain lain teori dikemukakan pula oleh Rein, Murray, Vangkar, Goppy, Agassiz, dan lain lain.
Rein menyebut bahwa atoll dapat terjadi pada puncak bawah muka laut yang diam. Murray
menambahkan bahwa lagoon yang terbentuk diatas dasar yang diam merupakan pelarutan,
sedangkan terumbunya tumbuh kearah luar. Vangkar beranggapan bahwa pada paparan yang
landai, terumbu dapat tumbuh pada suatu jarak dari pantai dan terbentuk barrier reef; lagoon akan
berisi ari berlumpur yang tidak memungkinkan karang dapat tumbuh. Goppy menyatakan pula
adanya undak undak karang pada daratan tepi pantai oleh pengangkatan daratan/dasar laut.
Agassiz et.al. beranggapan bahwa terumbukarang tumbuh diatas paparan yang dibentuk oleh
gelombang.
daerah
menunjukkan
di
barrier
pasifik
reef
yang
dan
menunjukkan
atoll,
tetapi
bukti
dapat
bukti
mempunyai
pengangkatan
fringing
reef
tidak
disekitar
atoll tidak
dalam.
sedang
Pada
tenggelam.
beberapa
kasus
Organisme karang
rekonstruksi
tidak
kedalaman
tumbuh
dasar
ditempat
terumbu
yang
dapat
Theori Daly banyak kelemahannya antara lain bahwa kedalaman dari dasar terumbu tidak
hanya mencapai 70 100 meter, tetapi dapat mencapai 400 meter; juga kenyataan bahwa
terumbu karang dapat tumbuh di tempat yang terbukti tidak stabil
Dari pembahasan teori tesrsebut dapat dideduksikan adanya tiga jenis pulau yang mempunyai
terumbu karang disekitarnya, yaitu (a) pulau yang tetap, (b) pulau yang menaik, dan (c) pulau
yang sedang menurun (tenggelam)
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
GEOMORFOLOGI
Edaran 14
ANALISA MORFOLOGI
1.
analisa morfologi merupakan suatu pekerjaan aatau langkah[-langkah memisahkan ssesuatu menjadi bagian-bagiannya yang lebih kecil (separating or breaking up of anything into
its constituent elements). Batu dapat dianalisa menjadi unsur unsure pembentuk minerl
mineralnya, dan sebagainya. Morfologi dapat dianalisa kedalam pembagian sudut lereng, bentuk bentuk bukit atau order order gunung, kerapatan sungai, pola genetic sungai, tahapan kedewasaan, jenis- jenis pegunungan/datarannya, dan sebagainya.
2.
Analisa morfologi dilakukan dengan menggunakan data dasar yang diambil dari pengamatan lapangan, pengukuran lapangan, peta topografi, foto udara, dan sebagainya. Berbagai data selanjutnya perlu diolah dengan berbagai cara, baik dengan tangan atau dengan
alat. Keluaran (output) yang dihasilkan dapat berbentuk uraian deskriptif /explanatory,
ataupun dalam bentuk tabel tabel, grafik grafik, angka angka ringkasan (summary
figures) seperti jumlah, rata rata, persentase, proporsi, ratio, angka indez, dan sebagainya. Misalnya :
a.
Jumlah ketinggian dihitung dari muka laut; jumlah luas pulau pulau Indonesia;
jumlah panjang sungai dari suatu DAS; dan sebagainya
b.
Rata rata kedalaman sungai; rata rata ketinggian sebuah plateau; rata rata curah hujan dalam suatu bulan; rata rata debit air mata air, dan sebagainya
c.
Presentase luas daratan terhadap seluruh luas daerah nusantara; presentase dataran
terhadap seluruh daerah; presentase daerah gunung api terhadap luas daerah seluruhnya; dan sebagainya
d.
Ratio luas antara DAS yang satu dengan DAS yang lain; ratio antara daerah dengan sudut lereng yang memenuhi syarat untuk pemukiman dengan sudut lereng
untuk pertanian; dan sebagainya
3.
e.
Angka index lonsoran di daerah batu lempung; kerapatan sungai; dan sebagainya
f.
Lain lain.
analisa dapat dilakukan dengan menggunakan tabel-tabel, grafik-grafik, diagram diagram angka angka, atau peta peta. Macam analisa yang bagaiman yang akan digunakan tergantung dari sifat dan tujuan penelitian itu sendiri. Pada dasarnya analisa merupakan usaha penguraian lebih lanjut daripada data agar dapat diperbandingkan; maka dari
itu pada analisa perlu dibuat kategori kategori atau klasifikasi-klasifikasi. Selain itu
pada analisa juga berarti memperhitungkan besarnya pengaruh antara nilai variable yang
satu terhadap variable lainnya.
Berikut
ini
digambarkan
matriks
antara
tujuan
analisa
dan
variable
yang
mungkin
mempengaruhinya.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Sat. Morfologi
Tekuk Lereng
Luas DAS
Kerapatan Sungai
Pola Aliran
Bentuk Aliran
Bentuk Bukit
Macam analisa
Pola Kotur
Elevasi
Sudut Lereng
Tujuan analisa
I.
Ilmiah Geologi
1.
Jenis Batuan
2.
Stratigrafi
(V)
3.
Struktur-Struktur Geologi
V
kemiringan lapangan
lipatan
sesar
kekar
4.
Intrusi
5.
Gunung Api
II.
Aplikasi
1.
(V)
(V)
2.
Bendungan
(V)
(V)
3.
Jalan Raya
4.
Air Tanah
5.
dan sebagainya
V
V
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
GEOMORFOLOGI
Edaran 15
Analisa Morfologi dilakukan dengan pemisahan pemisahan unsur unsur morfologi menjadi
bagian
bagian
yang
lebih
dengan
memperhatikan
tujuan
semula,
mungkin berupa tujuan tujuan ilmiah atau tujuan tujuan aplikasi. Analisa morfologi yang
lazim diadakan adalah : elevasi, sudut lereng, pola kontur, bentuk bukit, pola bukit, bentuk aliran,
kerapatan sungai, luas DAS, tekuk lereng/gradien, dan satuan morfologi.
1.
Elevasi. Elevasi diukur dalam meter diatas muka laut. Data mengenai elevasi diperlukan
dalam kaitannya dengan iklim/cuaca daerah tersebut yang selanjutnya dapat memperngaruhi aplikasi misalnya untuk tataguna tanah, pertanian/perkebunan, engineering, dan sebagainya. Misalnya pohon teh dapat hidup baik pada elevasi antara sekian dan sekian meter
diatas muka laut; salju terdapat pada elevsi sekitar 5.000 meter keatas, dan sebagainya
2.
Sudut Lereng. Penggunaan lahan sangat dipengaruhi pemilihannya oeh sudut lereng dan
luasnya masing- masing. Beberapa penggunaaan lahan memerlukan sudut lereng yang
mutlak datar seperti lapangan terbang, dan penggunaan lahan lain dapat tidak terlalu terpengaruh sudut lereng seperti beberapa macam daerah rekreasi, jalan setapak. Beberapa
penggunaan lain bahkan memerlukan sudut sudut lereng terjal seperti mendaki gunung.
Sudut lereng untuk pemukiman tentunya lebih kecil daripada daerah villa. Pemukiman
transmigrasi mempunyai batasan sudut lereng persen.
3.
Pola Kontur. Yang dimaksud dengan pola kontur adalah tata letak dari garis garis kontur, kerapatannya satu sama lain , dan bentuk bentuk lengkungan dan kelurusan dari garis kontur. Dari pola kontur dapat memberi gambaran akan bentuk bukit , kelurusan-kelurusan bukit, bahkan penafsiran terhadap kekerasan relatif batuan dan struktur struktur
geologi. Orang mengenal pola kontur yang khas untuk perbukitan karst, gunung api, pe gunungan lipatan, kubah, plateau, dan sebagainya
4.
Bentuk Bukit. Berbagai bentuk bukit dikenal baik dari pengamatan lapangan, foto udara,
maupun peta topografi; misalnya bentuk membulat (pada karst), memanjang (peg. Lipatan), zig zag (peg. Lipatan), melingkar (kubah bawah) kerucut (Gn. Api), kipas (kipas aluvial), dan sebagainya. Masing masing bentuk memeberi gambaran akan keadaan geologi sebagai hasil denudasi.
5.
Pola Bukit. Bukit bukit tersebut dalam 4 dapat tersusun dan membentuk berbagai pola :
tak teratur, terdapat kelurusan, paralel satu sama lain, zig zag, terputus, membelok, en
echelon, radial, dan sebagainya. Pola bukit ditentukan oleh berbagai faktor seperti jenis
batuan, arah-arah struktur (lipatan, sesar, kekar), proses pengendapan primer, proses- proses erosi dan denudasi, dan sebagainya.
6.
Bentuk Sungai. Yang dimaksudkan adalah bentuk gradien sungai thalweg, atau bentuk penampang membujur sungai, bentuk kelurusan kelurusan dan belokan belokan sungai
secara detail. Bentuk gradien/penampang sungai mengikuti thalweg sangat dipengaruhi
oleh batas batas daerah konstruksional dan destruksional, kekerasan batuan dasar dan
struktur struktur geologinya, dan pengaruh pengaruh pengikisan sungai terhadap dasar
sungai, dan sebagainya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana bentuk penampangnya,
berapa besar gradiennya, dimana terdapat perubahan gradien atau tekuku lereng. Bentuk
penampang melinrang ditentukan oleh tingkat tahapan kedewasaan sungai dan daerah
yang dengan sendirinya sangat tergantung pada jenis batuan, struktur batuan, dan stadium
erosinya; beberapa bentuk penampang melintang sungai antra lain bertebing terjal dan
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
sempit, bertebing landai berbentuk U, simeteri, asimetri, membentuk under cut, dan sebagainya
7.
Pola Aliran Sungai. Dikenal beberapa pola aliran sungai seperti pola dendritik, rektangular, trellis, paralllel, radial, anular, dan sebagainya. Kesemuanya sangat ditentukan oleh
jenis batuan, kekerasannya, dan struktur-struktur geologinya. Untuk mendapat kepastian
mengenai hubungan antara pola aliran dengan struktur struktur geologi misalnya, diperlukan analisa terhadap kelurusan/ belokan belokan sungai atau kelurusan/pembelokan
bukit; hasilnya dibandingkan dengan analisa kekar atau perlapisan.
Diagram riset dapat digunakan untuk keperluan tersebut.
8.
Kerapatan Sungai. Merupakan angka perbandingan antara jumlah panjang sungai persatu2
an luas (Km/Km ). Gunanya untuk mendapatkan gambaran bagaimana tingkat erosi ; daerah dengan kerapatan sungai yang lebih besar relatif mempunyai tingkat erosi yang lebih
besar. Dari beberapa data angka kerapatan sungai dapat dibuat kontur kerapatan sungai.
9.
Luas DAS. Disebut juga catchment area; merupakan daerah aliran sungai yang dibatasi
oleh garis pemisah air (water devide) yaitu garis yang menghubungkan punggungan dan
puncak- puncak tertinggi disekitar daerah aliran sungai dengan daerah aliran sungai yang
2
lain. Luas DAS (dalam Km ) memberi gambaran akan banyaknya curah hujan yang masuk kedalam DAS tersebut. DAS yang lebih luas akan menerima curah hujan lebih banyak.
10. Satuan Morfologi. Daerah dimuka bumi yang mempunyai kesamaan dalam bentuk bentuk dan pola aliran sungai dimasukkan ke dalam satuan yang sama. Tujuan utama adalah
memisahkan manakah daerah konstruksional dan daerah destruksional. Kemudian masing
masing
satuan dapat dibagi lagi menjadi subsatuan lagi atas dasar struktur dan stages
Satuan Morfologi
(Orde I)
(Orde II)
Plateau
Orde III
Peneplain,
pinnacles,
butle,
messa,
Pegunungan
Kubah
Peg. Lipatan
Hogbacks,
synclinal
cuetas,
ridges,
anticlinal
valley,
anticlinal
ridges,
monoclinal
ridges,
synclinal
valley
dan
sebagainya
Peg. Bongkah
Peg. Kompleks
Gunung Api
Puncak,
badan,
kaki
gn
api,
kawah,
Dataran Banjir
sebagainya
Dataran Danau
Dataran Alluvial
Dataran Glasial
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
GEOMORFOLOGI
Edaran 16
GLASIASI
Terdapat dua jenis glasiasi utama yaitu Glasial Alpina dan Glasial Kontinental. Glasiasi alpina
merupakan glasial
glasial piedemount umumnya meluas menutupi dataran, dan glasial kontinental menutupi daerah
lebih luas lagi.
a.
Glasial Alpina
atau
es. Glasial ini dapat terjadi pada elevasi kira kira diatas 5000 meter. Glasial ini jika
dibandingkan dengan sungai biasa mempunyai channel yang lebih besar, mengikis lebih
kuar; erosi terluas pada pertengahan dari panjang glasial. Ujung glasial dapat surut kehulu.
Topografi pra glasial adalah topografi yang lazim terdapat pada topografi biasa dengan
pelapukan dan pengikisan sungai. Terdapat lapisan tanah, singkapan singkapan, lembah
lembah sempit, air terjun dan sebagainya.]
Topografi selama glasiasi daerah hulu dan puncak tertutup salju atau es. Gerakan glasial
dapat bergerak searah dengan lembah ataupun tidak. Gerakan glasial mengikis kuat bagian
hulu dan memperendah dengan cepat baian atas dan membentuk amfiteater atau cirques.
Topografi post glasiasi mencerminkan topografi yang banyak dipengaruhi oleh pengikisan
glasial:
banyak
ditengahnya
terletak
cirques
seperti
diantara
dipuncak
puncak
dua
atau
matterhorn;
lidah
glasial
bahkan
meninggalkan
punggungan
(aretes);
lembah
puncak
punggungan
lembah
puncaktajam
sempit
berbentuk
tajam
U;
yang
kembang
tergantung (hanging valley) sebagai akibat dari keadaan erosi yang kuat dari lembah glasial
utama
dibandingkan
dengan
cabangnya
atau
tributaries,
danau
danau;
pada
lembah
glasial utama sering longsor; dari lembah samping (tributaries) sering membentuk air terjun
atau kipas aluvial. Tebal endapan dapat mencapai 600-700 meter.
Pada daerah dengan garis lintang yang besar sering terbentuk pantai fiord. Lembah pantai
merupakan
lembah
glasial.
Dalamnya
laut
difiord
ini
dapat
dijelaskan
karena
naiknya
b.
Glasial Kontinental
Glasial ini menutupi, mengikis, mentransport, dan mengendapkan sedimen lebih luas
dan lebih tebal. Penyebaran yang luas dari glasial disebabkan oleh kondisi iklim yang
extrem. Hal ini dapat dilatar belakangi ileh hal hal lain yang lebih luas lagi seperti
ostronomik, perubahan kadar dan tebal gas gas di atmosfer, dan sebagainya. Pada saat
2
sekarang ini tudung es masih ada seluas 6.000.000 mil . bebannya dapat menyebabkan
penurunan daerah yang luas.
Erosi glasial ini sangat kuat dan luas. Bekas bekas pengikisan membentuk glasial
grooves
dan
terendapkan
glasial
diatas
striae.
Permukaan
permukaan
batuan
daerah
yang
tanpa
segar;
tanah
pelapukan;
endapan
glasial
endapan
sering
glasial
terdiri
dari
bongkah bongkah batuan segar pula dan bubuk batuan; bukit bukit sering mempunyai
bentuk- bentuk punggungan membulat (rochesmoutonees) dengan lereng landai.
Ujung ujung dari glasial kontinental berakhir pada lembah lembah dan mirip
dengan glasial alpena. Gerakan glasial menggosok batuan dasar menjadi bubuk bubuk
halus dan membentuk emulsi putih kotor. Endapannya membentuk lapisan tipis tipis
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.
disebut varva
Endapan glasial membentuk berbagai endapan tergantung kepada posisinya. Endapan
umumnya disebut morena. Beberapa jenis morena dikenal antara lain morena terminal atau
enel
moraine.
Reccesional
moraines,
mitercebate
moraines,
dan
grround
moraines.
Endapan juga dapat dibagi menurut materialnya seperti fillmoraines, waterlaid moraines,
delta moraines, dan kame moraines.
Endapan fluvioglasial terjadi oleh mencairnya es menjadi air sehingga glasial secara
perlahan-lahan berubah menjadi sungai. Beberapa endapan dikenal sebagai outwash plaius,
alluvial feus, volley traius, dan delta plaius. Kettles merupakan lembah sempit memanjang
pada ontrash plain; sering menjadi danau. Kettles ini terbentuk karena mencairnya sisa
sisa es yang mula mula masih muncul diantara outwash plain.
Endapan
lain
adalah
Eskers,
Kames,
dan
Crevasse
Fillings.
Masing
masing
merupakan endapan yang terjadi pada glacial tunnel, moulin (pipa glasial), dan retakan
retakan pada glasial.
Sumber :
1.
2.
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Introduction to the study of landscapes. New York: McGraw-Hill
Book Company.