Morfologi Gunugapi dapat dikelompokkan menjadi : 1. Morfologi tubuh gunungapi 2. Morfologi diluar / disekitar gunungapi.
1.1 Morfologi tubuh gunungapi Morfologi tubuh gunungapi dapat dibagi antara lain berupa bentuk - bentuk : 1. Kerucut, merupakan bentukan yang umum dijumpai pada gunungapi piroklastik dan berlapis. Bentukan kerucut yang dibangun oleh bahan lepas gunungapi dapat berupa kerucut batuapung yang tersusun oleh batuapung, kerucut scoria yang tersusun oleh scorea dan kerucut sinder yang merupakan kumpulan sinder dan bahan skoreaan.
2. Kubah, biasanya dijumpai pada tipe gunungapi lava (shield volcano). Kubah lava merupakan bentukan dari lelehan lava kental yang keluar melalui celah dan dibatasi oleh sisi curam disekelilingnya.
3. Maar, umumnya dijumpai pada tipe gunungapi gas atau piroklastik.
4. Kawah, merupakan bentuk negatif yang terjadi karena kegiatan gunungapi. Berdasarkan genetiknya dibedakan kawah letusan dan kawah runtuhan. Sedangkan berdasarkan letaknya terhadap pusat kegiatan dikelompokkan kawah kepundan dan kawah samping (kawah parasiter).
5. Kaldera, merupakan depresi topografi yang besar, berbentuk bundar atau oval. Ukuran kaldera memang lebih besar dari kawah, meskipun tidak ada batasan ukuran yang membedakannya hingga mempunyai ukuran berupa kawah dapat disebut kaldera. H. William (1974), mengklasifikasikan kaldera menjadi beberapa jenis berdasarkan proses yang membentuknya, yaitu : a. Kaldera letusan, yang disebabkan oleh letusan gunungapi yang sangat kuat yang menghancurkan bagian puncak kerucut dan menyemburkan massa batuan dalam jumlah besar. Contoh yang baik antara lain Kaldera Bandaisan di Jepang, Kaldera Tarawera di New Zealand. b. Kaldera runtuhan, yang terbentuk karena adanya letusan yang berjalan cepat yang memuntahkan batuapung dalam jumlah banyak, sehingga menyebabkan kekosongan pada dapur magma. Penurunan permukaan magma didalam waduk pun akan menyebabkan akan terjadinya runtuhan pada bagian puncak gunungapi. Contoh yang baik antara lain Kaldera Toba (Tapanuli Sumatra Utara), Kaldera Tengger (Probolinggo Jawa Timur). c. Kaldera erosi, disebabkan oleh erosi pada bagian puncak kerucut, dimana erosi akan memperluas daerah lekukan sehingga kaldera tersebut akan semakin luas. d. Kaldera resurgent, yang terbentuk karena adanya bongkah lekukan di bagian tengah kaldera yang terangkat oleh magma yang bergerak naik ke atas, dan kemudian membentuk suatu kubah.
Hipotesa pembentukan Kaldera menurut Escher (1929) Gunungapi yang membentuk kaldera membutuhkan sejumlah gas yang mempunyai tekanan tinggi, yang secara matematis jumlah tersebut akan terpenuhi apabila dapur magma mempunyai kedalaman yang cukup besar yaitu antara 15 - 50 km. Selain itu, untuk membentuk kaldera diperlukan letusan yang bersifat paroksimal, sehingga akan terbentuk teras besar berbentuk silinder. Tingkat atau derajat kekuatan letusan ini merupakan fungsi dari kedalaman dan isi dapur magma. Dan untuk peruntuhan yang besar dibutuhkan bidang lengser silinder letusan yang mempunyai lebar antara 1 - 2 km. Letusan paroksimal yang berulang dan berlangsung singkat dibedakan dengan letusan paroksimal berikutnya dalam ukuran abad dimana pada kurun abad tersebut tekanan gas akan semakin meningkat dan menyamai tekanan beban dari tubuh gunungapi di atas dapur magma. Dan selama periode tenang, akan terjadi pembentukan generasi baru gunungapi disepanjang daerah kulit bumi. Generasi baru gunungapi akan cenderung memperlihatkan kegiatan yang bersifat berulang dan membangun. Beberapa peristilahan yang sering dijumpai dalam struktur kawah atau kaldera gunungapi antara lain adalah : Gunungapi gabungan (composite volcano), yaitu suatu gunungapi yang terdiri dari beberapa gunungapi lama. Istilah ini kurang lebih sama artinya dengan multiple volcano. Kerucut tengah (central cone), yaitu suatu kerucut kecil yang terdapat di tengah kaldera atau kawah yang mengalami perluasan karena erosi. Kubah tengah (central dome), merupakan kerucut tengah yang dibentuk oleh lava. Dinding pinggiran kawah atau kaldera (soma, crater, rim, caldera rim), yaitu suatu punggungan terbuka yang berbentuk melingkar, dan mempunyai bagian yang terjal pada sisi dalamnya. Gunungapi ganda (double volcano), yaitu suatu gunungapi yang mempunyai kerucut tengah atau beberapa kerucut pada dasar kawah atau kaldera. Contoh Doya-ko, Hokkaido, kaldera Aira, Kagoshima di Jepang, Sekincu di Sumatera Selatan, Krakatau di Selat Sunda, Batur di Bali dan Rinjani di Lombok. Gunungapi bertiga (triple volcano), yaitu suatu gunungapi ganda yang mempunyai kerucut tengah atau beberapa kerucut pada bekas kerucut tengah. Sebagai contoh adalah Hakone volcano, Ashima, Asama, Danau Towada dan sebagainya di Jepang. Bentuk - bentuk topografi negatif seperti telah disebutkan diatas tidaklah selamanya berbentuk melingkar atau lonjong, tetapi kadang - kadang berbentuk segi empat atau bahkan tak beraturan sama sekali. Lembah Sapikerep di kompleks Tengger (Jawa Timur) merupakan suatu bentuk lekukan atau lembah yang disebabkan oleh menurunnya kerak bumi di daerah terebut. Kenampakan khas dari kawah Papandayan (Jawa Barat ) ditafsir juga ada gunungapi tersebut bertumpu. Lekukan berbentuk aneh di Haleakala, seperti telah disebutkan di atas, di P.Maui (Hawaii) juga lekukan pada tubuh gunungapi yang pembentukannya lebih gunungapi. Kalau saja gunungapi tersebut berkesempatan meletus, maka akan terjadi robohan disepanjang jalur lemah tadi. Pergerakan tektonik disepanjang rekahan pada batuan dasar gunungapi akan memicu terjadinya letusan gunungapi. Sehingga lebih jelaslah sekarang kaitan dan hubungan timbal-balik antara gejala tektonik dan vulkanisme. Kalau tidak ada gangguan, suatu gunungapi yang tubuh semakin besar akan mempunyai bentuk yang teratur, baik berupa berupa kerucut maupun bentuk yang lainnya. Faktor-faktor yang menyebabkan tidak teraturnya bentuk gunungapi tersebut antara lain : Kegiatan vulkanisme, seperti misalnya pembentukan kaldera di mana kegiatan tersebut akan mengganggu perkembangan suatu gunungapi. Berpindahnya pusat kegiatan gunungapi (pipa kepundan), hal mana berkaitan erat dengan keaktifan tektonik daerah setempat. Tekanan arus dari aliran lava yang naik ke atas, yang lama kelamaan akan merusak dan menghancurkan dinding kepundan. Adanya kerucut spatter (spatter cone), yaitu suatu kerucut yang bersisi curam yang tersusun dari batuan bahan lepas yang terendapkan di atas celah atau pipa kepundan dan umumnya berkomposisi basalan atau hornito yang juga merupakan kerucut spatter di sekitar ujung aliran lava. Adanya gua-gua pada daerah aliran lava. 6. Barangko (barronco), merupakan alur-alur yang kasar dan tak teratur pada tubuh gunungapi karena sesar dan erosi. 7. Parasol ribbing, merupakan alur-alur yang radier dan teratur pada tubuh gunungapi karena erosi. Contoh yang baik terdapat pada tubuh G. Batok di Kaldera tengger (Jawa Timur).
1.2 Morfologi di Sekitar Gunungapi. Morfologi disekitar gunungapi dapat dibagi antara lain berupa bentuk-bentuk : 1. Kerucut parasiter adalah bentukan kerucut pada kaki gunungapi utama, terbentuk akibat magma yang terjadi berhubungan langsung dengan kegiatan gunungapi. 2. Hillocks merupakan bukit - bukit kecil di sekitar kaki gunungapi, dari hasil endapan lahar dari letusan gunungapi. Contoh yang baik terdapat di kaki G. Galunggung (Jawa barat), sehingga oleh MT Zen (1969) disebut juga sebagai tipe Galunggung. 3. Antiklinorium Gunungapi merupakan rangkaian perbukitan antiklinorium yang dijumpai pada kaki gunungapi. Terbentuk oleh gaya kompresi lateral karena runtuhnya kerucut gunungapi Contoh yang baik terdapat di Bukit Gendol, lereng G. Merapi (Yogyakarta), sehingga oleh MT Zen (1969) disebut juga sebagai tipe Gendol.
2. ANALISA MORFOLOGI GUNUNGAPI DAN PENGGUNAANNYA Analisa morfologi gunungapi dilaksanakan untuk memudahkan pekerjaan pemetaan geovulkanologi, yang dasarnya adalah penafsiran bentuk, pola penyebaran dan ukuran berbagai aspek struktur dan obyek morfologi gunungapi. Pengenalan langsung di lapangan ditujukan sebagai pembanding. Sehingga setelah tahapan pekerjaan tersebut dilakukan, penafsiran dapat langsung dilakukan hanya dengan dengan mempergunakan peta topografi. Pengenalan morfologi gunungapi sebenarnya bertujuan untuk melengkapi usaha penelitian geologis daerah gunungapi, yaitu pemetaan geovulkanologi, terutama di dalam menentukan perkembangan (evolusi) gunungapi. Ini dirasa perlu sebab melacak batuan gunungapi di lapangan bukanlah pekerjaan yang mudah. Sehingga sasaran dari pemahaman morfologi gunungapi antara adalah : 1. Mengenal ragam bentuk morfologi gunungapi, khususnya gunungapi berlapis 2. Mengetahui hubungan antar satuan morfologi gunungapi, baik secara sendiri maupun berkelompok. 3. Mengetahui jenjang keaktifan gunungapi 4. Menafsirkan perkembangan kegiatan suatu gunungapi. Jalur-jalur gunungapi cenderung mengikuti pola struktur regional, di mana akan ditunjukkan oleh berbagai kelurusan gunungapi baik skala besar maupun skala kecil. Setelah memahami hubungan struktur regional dengan munculnya jalur gunungapi, maka pengamatan ditingkatkan kepada jalur gunungapi pembanding yaitu dengan memperhatikan aspek morfologinya. Dimana harus diperhatikan ciri - ciri ketakselarasan morfologi, yang nantinya berguna untuk menentukan perbedaan umur secara nisbi satuan-satuan gunungapi terletak berdekatan. Dan untuk ini pula perlu memahami dan mengenal struktur dan morfologi gunungapi secara umum, khususnya gunungapi berlapis. Prinsip utama analisa morfologi gunungapi berawal dari pengertian dasar bahwasanya lava akan mencerminkan morfologi tertentu yang dengan mudah dapat dibedakan dengan morfologi yang disusun oleh bahan lepas gunungapi. Kuenen (1945) yang telah mengelompokkan rekahan sayap pada tubuh gunungapi kedalam empat jenis menjelaskan lebih lanjut bahwasanya apabila rekahan - rekahan tersebut sempat dilalui oleh magma, dan kemudian terjadi pembekuan, maka akan terbentuk korok dari berbagai bentuk tergantung pada jenis rekahannya. Apabila 2 korok memencar berkembang menjadi sistem penyesaran, maka bagian tengah yang dibatasi oleh korok - korok tersebut akan melengser ke bawah dan berkumpul pada kaki gunungapi. Morfologi ini dikenal sebagai sector graben yang di lapangan akan membentuk kipas alluvial. Apabila erosi belum begitu lanjut, sector graben ini dicirikan dengan dinding - dinding tegak dari korok yang juga merupakan bidang sesar. Hasil penafsiran morfologi mempunyai kegunaan yang cukup luas, sehingga tidak hanya untuk kepentingan ilmiah saja tetapi juga aspek-aspek sosial. Penerapan hasil penafsiran morfologi gunungapi tersebut antara lain untuk : Menyusun stratigrafi gunungapi berlapis Membantu penentuan lokasi pengambilan contoh batuan secara berpola (systematic sampling), terutama contoh batuan untuk analisis petrokimia guna menentukan perkembangan magma selama waktu geologi tertentu. Membantu memecahkan permasalahan tektonik regional, yaitu menentukan arah gaya tegasan utama yang bekerja di suatu daerah berdasarkan analisis kelurusan gunungapi. Memudahkan mempelajari ekosisten gunungapi, yang sangat berguna untuk dasar perencanaan pengembangan wilayah pemukiman di daerah gunungapi, penelitian sumber air atau hidrologi gunungapi, daerah pariwisata dan sebagainya. Adapun tujuan analisa morfologi Gunungapi dilakukan untuk : 1. Mengenal macam-macam bentuk Gunungapi 2. Mengetahui hubungan antara satuan morfologi Gunungapi baik secara individu maupun kelompok. 3. Mengetahui stadia dan jenjang keaktifan Gunungapi 4. Menginterpretasikan evolusi atau perkembangan suatu Gunungapi maupun kelompok Gunungapi. Sarana sarana yang dapat dipergunakan berupa : 1. Peta topografi 2. Foto udara 3. Citra satelit yang selanjutnya dilengkapi dengan pengamatan dilapangan
3. KELURUSAN GUNUNGAPI Analisa kelurusan gunungapi bertujuan untuk menentukan pola penyebaran gunungapi, berdasarkan kelurusan-kelurusan yang dibentuknya. Dari arah - arah kelurusan gunungapi ini dengan mempergunakan diagram kipas, akan bisa ditafsirkan sistem rekahan di daerah tersebut. Dari sistem rekahan tersebut selanjutnya digunakan untuk menafsirkan evolusi atau perkembangan gunungapi yang ada. Gunungapi yang muncul di permukanan bumi dan membentuk pola kelurusan dengan gunungapi lainnya bukanlah merupakan suatu kebetulan. Pola-pola ini terjadi akibat adanya celah-celah atau rekahan-rekahan yang ada didalam kerak bumi yang berhubungan erat dengan struktur geologi daerah, baik secara lokal maupun regional. Celah - celah ini merupakan bidang lemah yang mudah diterobos magma. Dalam perkembangan selanjutnya akan membentuk suatu deretan gunungapi dipermukaan bumi. Beberapa gunungapi atau kelompok gunungapi kadang-kadang memperlihatkan gejala kelurusan. Dan kalau diteliti lebih lanjut, pola kelurusan tersebut dibentuk oleh unsur - unsur gunungapi seperti lubang kawah, kerucut atau kubah lava, kerucut sinder, daerah- daerah hembusan fumarol atau solfatara dan lain sebagainya. Kuenen (1945) yang banyak meneliti pola kelurusan gunungapi di Indonesia mempunyai anggapan bahwa : 1. Susunan lurus gunungapi tersebut berhubungan erat dengan rekahan-rekahan tektonik atau disloksi lainnya. 2. Pada tubuh suatu gunungapi, tekanan magmatis yang naik melalui lubang kepundan akan berkembang memencar. 3. Gunungapi mungkin saja akan menempati perpotongan dua atau lebih rekahan yang ada, sehingga gunungapi tersebut relatif lebih aktif dibanding dengan lainnya yang berada dalam satu kelurusan. 4. Pusat-pusat letusan kelompok gunungapi di dunia memperlihatkan jarak (spacing) yang sistematik.
Berdasarkan atas hubungannya dengan struktur sesar setempat (regional), pola kelurusan dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Skala kecil, adalah kelurusan yang terbentuk setempat, yaitu pada tubuh gunungapi itu sendiri dimana rekahan yang ada disebabkan oleh tekanan magmatis dari gunungapi tersebut. 2. Skala menengah, adalah kelurusan menengah yang diperlihatkan oleh dua atau lebih pusat-pusat erupsi yang berlainan, tetapi masih dalam jajaran yang sama. 3. Skala dalam, adalah kelurusan besar yang menghubungkan pusat-pusat erupsi dari beberapa jajaran gunungapi yang berlainan, jajaran gunungapi yng menempati daerah pinggiran benua dikelompokkan sebagai kelurusan skala besar. Transisi antara kelompok diatas dinyatakan sebagai intermediate, yaitu kecil sampai menengah dan menengah sampai besar. Di dalam analisa penentuan arah dan gaya utama pembentukannya digunakan diagram Mohr, yaitu antara menentukan shear joint, extension joint dan realese joint. Selain melalui morfostratigrafi, evolusi gunungapi secara lokal ditafsirkan dari perpindahan pusat erupsi gunungapi. Perpindahan pusat erupsi umumnya disebabkan oleh : Sumbat pada lubang kepundan utama. Terbentuknya pola rekahan pada tubuh gunungapi atau sekitar gunungapi, sehingga keluarnya magma melalui saluran lain pada kulit bumi yang merupakan zona lemah dan mudah diterobos.
Kear (1964) menggolongkan kelurusan gunungapi menjadi 3 jenis, yaitu : 1. Garis memencar dari lubang kepundan, yang lebih kurang mencerminkan adanya tegangan dari dalam bumi. 2. Garis yang melalui pusat gunungapi, ditafsir berhubungan dengan pensesaran di bagian dalam bumi yang kemudian berkembang menjadi suatu celah. 3. Garis yang melalui pusat gunungapi secara regional, mencerminkan adanya rekahan besar di dalam bumi, yang berfungsi sebagai saluran magma,yang kemudian berkembang menjadi sistem pensesaran di dekat permukaan. Bila pada suatu benda dikenakan gaya, maka pada benda tersebut akan mengalami rekahan- rekahan yang membentuk pola-pola tertentu, yaitu gaya tegasan utama (1), gaya tegasan menengah (2), gaya tegasan terkecil (3), shear joint orde I (S1), extension joint (Ex), release joint (R), dan shear joint orde II (S2).
Kuenen (1945) juga mengelompokkan rekahan atau celah yang menyebabkan terjadinya aktifitas gunungapi menjadi 2, yaitu : 1. Rekahan sayap yang terjadi pada tubuh gunungapi itu sendiri. 2. Rekahan pada batuan dasar (basement) tempat gunungapi tersebut berada. Rekahan sayap dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Rekahan radial (radial fissures), diartikan sebagai hasil injeks magma berbentuk siil yang menerobos tubuh gunungapi atau lapisan batuan di sekitarnya dan diikuti oleh pencungkilan kerak bumi dan berakhir dengan pembentukan rekahan. 2. Rekahan tangensial (tangensial fissure), merupakan perkembangan suatu sesar atau rekahan tension yang melalui suatu daerah pra-gunungapi. 3. Rekahan konsentris (concentric fissure), merupakan pencerminan suatu aktivitas dalam bentuk dyke dari suatu pelepasan tekanan waduk magma.
Pola kelurusan Gunungapi di busur kepulauan Indonesia. Tjia (1968) telah menganalisis pola kelurusan gunungapi di Indonesia, yang untuk masing-masing daerah dibuat diagram kipas kelurusannya. Arah-arah orogen atau jajaran gunungapi untuk tiap daerah ternyata berlainan, sehingga arah tegasan kompresi, yang dianggap tegak lurus arah orogen, untuk tiap daerah juga berbeda. Garis lurus arah-arah orogen dianggap sebagai pencerminan dari rekahan-rekahan yang mempunyai kemiringan dari 70 hingga tegak. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pelengkungan busur kepulauan dari Sumatra - Jawa hingga Indonesia Timur, yang merupakan Busur Banda Dalam yang bergunungapi. Hudson (1962) menyebutkan bahwa tegasan utama mempunyai arah yang tegak lurus busur kepulauan Indonesia (Busur Banda Dalam). Sedang menurut Ritsema (1964) arah tegasan utama tegak lurus setiap bagian dari busur kepulauan. Sebagai contoh kelurusan gunungapi di Jawa Tengah adalah jajaran lurus relatif berarah utara - selatan atau utarabaratlaut - selatantenggara dari G.Ungaran - Suropati Telomoyo Merbabu Merapi - G. Merapi sepertinya menempati 2 perpotongan dua sistem rekahan disamping seperti disebutkan di atas juga rekahan yang berjurus timurlaut baratbaratdaya. Sehingga dua rekahan yang berpotongan ini bertanggung jawab terhadap keaktifan gunungapi tersebut. Pola kelurusan lain misal jajaran G.Slamet Prau Sindoro - Sumbing, di daerah kompleks Lamongan, Dieng, Ijen dan Halmahera.
4. STADIA GUNUNGAPI Stadia keaktifan gunungapi, terutama pada gunungapi strato, dapat diintrepretasikan dari hubungan antara sudut lereng dengan penyebaran sungai pada tubuh gunungapi. Pada gunungapi strato, berdasarkan sudut lerengnya secara umum dapat dibagi menjadi puncak, lereng dan kaki. bagian-bagian tersebut dibatasi oleh tekuk lereng yang jelas. Bagian puncak mempunyai kemiringan lereng terjal. Umumnya terdapat abu gunungapi, lava, aglomerat, atau endapan-endapan melalui media udara. Morfologi terdiri dari lembah-lembah tajam berbentuk V dengan pola radier murni. Bagian tengah berlereng lebih landai. Tersusun oleh endapan lahar, abu gunungapi dan sedikit endapan sungai dari sungai teranyam. Kemiringan lereng umumnya terbentuk oleh kipas alluvial yang terbentuk didepan muka endapan puncak. Bagian kaki bermorfologi hampir datar, terdiri dari endapan sungai, dengan sedikit endapan lahar dan abu gunungapi. Pada gunungapi strato kedewasaan gunungapi dapat teramati dari bentuk dan morfologinya.Gunungapi yang berstadia muda baru membentuk kerucut sinder yang terdiri dari abu Gunungapi Kebayangan hanya berlereng satu, yaitu lereng puncak. Misalnya bentuk G. Bromo dan G. Batok yang terletak di Kaldera Tengger (Jawa Timur). Proses pembentukan gunungapi berikutnya adalah terjadinya longsoran-longsoran yang menyertai pengendapan primer. Makin besar gunungapi yang terbentuk, maka longsoran makin kuat, dan kipas alluvial yang terbentuk makin besar. Proses ini diselingi dengan hasil letusan yang bersifat effusif. Jika lereng kedua telah terbentuk, maka dapat dikatakan bahwa gunungapi tersebut berstadia remaja. Proses berlanjut dalam bentuk pengangkatan endapan gunungapi yang terletak dibagian atas untuk dibentuk menjadi endapan sungai. Proses ini merupakan proses pembentukan kaki gunungapi. Gunungapi lengkap yang memiliki lereng kaki, dapat disebut sebagai gunungapi berstadia dewasa. Gunungapi yang tidak aktif lagi akan menghentikan proses penimbunan material dibagian puncak. Proses erosi yang terus menerus akan menyebabkan perlandaian lereng. Oleh karenanya sungai pada gunungapi yang telah tidak aktif lagi cenderung bergeser kearah puncak, dan secara umum tidak lagi mempunyai pola radier. Gunungapi yang mempunyai fenomena demikian dikatakan sebagi gunungapi yang telah berstadia tua.
ab I. Studi Literatur Geografi Indonesiadidominasi olehgunung apiyang terbentukakibat zona subduksiantara lempeng Eurasiadan lempeng Indo-Australia. Beberapa gunung api terkenal karena letusannya, misalnya Krakatau, yangletusannya berdampak secara global pada tahun 1883, [1] letusansupervulkan Danau Tobayang diperkirakan terjadi 74.000 tahun sebelumsekarangyang menyebabkan terjadinya musim dingin vulkanselama enamtahun, [2] dan Gunung Tamboradengan letusan paling hebat yang pernahtercatatdalam sejarah pada tahun 1815.Wilayah Indonesia merupakan salah satu wilayah yang dilewatiRing of Fire (Lingkaran Api). Selain banyak mengalami gempa bumi,wilayah Indonesia juga memiliki deretan gunung berapi. Salah satugunung berapi teraktif di dunia terdapat di Indonesia yaitu GunungMerapi. Tepatnya Gunung Merapi terletak di daerah perbatasan ProvinsiJawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai wilayahyang memiliki bentukanlahan vulkanisme, Gunung Merapi jugamerupakan hulu dari beberapa sungai seperti Sungai Putih, Sungai Batang,Sungai Senowo, dan Sungai Lamat
Gunung berapi di Indonesia merupakan bagian dariCincin ApiPasifik. Gunung api yang berada di Indonesia merupakan hasil tumbukantektionik lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Dari 150 entri, umumnyadikelompokkan menjadi enam wilayah geografis, empat di antaranyamemiliki gunung berapi dalam barisan Busur Sunda. Dua wilayah lainnyamencakup gunung berapi di Halmahera, termasuk pulau-pulau vulkanik disekitarnya, serta gunung berapi diSulawesidanKepulauan Sangihe. Wilayah terakhir berada dalam satu busur vulkandengan gunung berapiFilipina. Gunung berapi yang paling aktif adalah Kelud dan Merapidi PulauJawa, yang bertanggung jawab atas ribuan kematian akibat letusannya diwilayah tersebut. Sejak tahun 1000 M, Kelud telah meletus lebih dari 30kali, dengan letusan terbesar berkekuatan 5Volcanic Explosivity Index(VEI), sedangkanMerapitelah meletus lebih dari 80 kali. [5] AsosiasiInternasional Vulkanologi dan Kimia Interior Bumimenobatkan MerapisebagaiGunung Api Dekade Inisejak tahun 1995 karena aktivitasvulkaniknya yang sangat tinggiGambar 2 & 3. Letusan Gunung KeludHingga tahun 2012, Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktifdengan kurang lebih 5 juta penduduk yang berdiam di sekitarnya. Sejak 26Desember 2004, setelah gempa besar dan tsunami terjadi, semua polaletusan gunung berapi berubah, misalnya Gunung Sinabung, yang terakhir
kali meletus pada 1600-an, tetapi tiba-tiba aktif kembali pada tahun 2010dan meletus pada 2013. Melihat banyaknya potensi gunung api diIndonesia membuktikan bahwa diperlukan adanya upaya pemahamangunung api tersebut, misalnya secara geomorfologi. Dengan demikiankebencanaan dapat dihindari. Geomorfologi sendiri merupakan sebuah ilmu yang mempelajaritentang bentuk alam dan proses yang membentuknya. Para ahligeomorfologi mencoba untuk memahami kenapa sebuah bentang alamterlihat seperti itu, untuk memahami sejarah dan dinamika bentang alam,dan memprediksikan perubahan di masa depan dengan menggunakankombinasi pengamatan lapangan, percobaan dan modeling. Geomorfologidipejari di geografi, geologi, geodesi, archaeology, dan teknik kebumian.Konsep geomorfologi merupakan suatu konsep utama yangdigunakan dalam memahami objek, gejala atau fenomena geomorfologi.Konsep ini digunakan untuk mengkaji objek-objek ilmu geomorfologi.Menurut Thornbury (1969), terdapat 10 konsep geomorfologi yaitu:1.
Proses
proses fiskal yang sama dan hukum
hukumnya yang bekerja saat ini telah berlangsung sepanjang waktu geologi meskipunintensitasnya tidak selalu sama seperti sekarang.2.
Struktur geologi merupakan faktor pengontrol dominan dalam evolusi bentuklahan dan tercerim padanya.3.
Pada tingkat tertentu permukaan bumi mempunyai relief karena proses geomorfik bekerja dengan kecepatan yang berbeda.4.
Proses
proses geomorfik meninggalkan bekas yang nyata pada bentuklahan dan setiap prosesnya berkembang sesuai dengankarakteristik bentuklahan.5.
Disebabkan karena tenaga erosional yang bekerja di permukaan bumiitu berbeda
beda maka terjadi suatu tingkat urutan perkembangan bentuklahan
6.
Evolusi geomorfik yang kompleks itu lebih umum terjadi daripadayang sederhana.7.
Bentuklahan di permukaan bumi yang berumur lebih tua dari tersier jarang dijumpai dan kebanyakan berumur kuarter.8.
Penafsiran secara tepat terhadap bentangalam saat ini tidak mungkindilakukan tanpa mempertimbangkan perubahan iklim dan geologiyang terjadi selama zaman kuarter.9.
Pemahaman iklim dunia sangat penting untuk memahami prosesgeomorfk yang berbeda
beda.10.
Walaupun fokus geomorfologi pada bentuklahan masa kini, namununtuk mempelajarinya diperlukan pengetahuan sejarah perkembangannya.Pentingnya Vulkanik Geomorfologi dapat diperkuat melalui
peningkatan klasifikasi kuantitatif bentang alam vulkanik,yang memadukan morfometri dan studi berdasarkan pengamatan lapangan, data penginderaan jauh, dan percobaan laboratorum, dan
penggunaan diversifikasi gambar udara dan data digital yangdiperoleh melalui radar dan satelit, dan dikombinasikan dengandata DEM itu, untuk memfasilitasi analisis morfologi gunung berapiKlasifikasi klasik bentang alam vulkanik didasarkan pada jenis proses, magma, dan produk letusan (misalnya, Cotton, 1944; Macdonald1972). Peningk atan klasifikasi juga harus didasarkan pada skalageomorfik, konstruksi vs asal erosi, mono - vs polygenesis, jeniskegiatan, dan volume magma meletus dan material. Selanjutnya, dapatdibedakan enam jenis utama konstruksi vulkanik dan bentang alam erosi(misalnya, Ollier, 1988; Francis 1993).. Namun, banyak bentang alamvulkanik dibangun dengan cepat tetapi sama sekali bukan gunung berapi
seperti basal banjir, benua atau kapal selam dataran tinggi, dan Ignimbritlembar dari kaldera besar.Klasifikasi gunung berapi dan bentang alam yang terkait a. Bentang alam monogenetik dan bidang :
cinder atau scoria kerucut (Surtseyan.) tuf kerucut, dan ( Taalian)cincin tuff,
maar ( subaqueous dan sub-aerial) dan diatremes,
intra atau subglacial gunung berapi : Tuyas (gunung meja) danmobergs,
endogen dan eksogen kubah,
lava arus dan bidang, termasuk bentuk-bentuk lavaflow skala kecil, basal banjir - benua dan dataran basalt provinsi,
abu arus dan lembar Ignimbrit, dataran, dan dataran tinggi. b. Polygenetic Volcanoes dan Kaldera :
stratovolcanoes : sederhana dengan puncak kawah, kompositdengan sektor bekas luka runtuhnya dan atau kaldera, gabungandua atau beberapa gunung berapi,
intermediate - silikat pusat multivent yang tidak memiliki kerucut pusat; pusat rhyolithic, lapangan lava vulkanik silikat dengan beberapa kubah dan kaldera,
Jenis kaldera: ledakan (somma), sisa runtuhan ledakan (Krakatau),runtuhan pada gunung berapi perisai Hawaiian, runtuh di ruang bawah tanah dan kaldera bangkit kembali Valles, kaldera bangkitkembali besar dan kompleks Toba.
volcano tektonik depresi disebut ' gunung berapi terbalik ' (TaupoVolcanic Zona) c. Gunung Api Perisai :Perisai dan kubah Hawaii, Galapagos, Icelandicand tipe scutulum perisai. d. Bentang alam vulkanik yang dihasilkan dari proses erosi dan atauhasil letusan :
longsoran kaldera dari kegagalan lereng magmatik, gravitasi, ataucampuran asal,
erosi kaldera (misalnya, Haleakala, Maui, La Re'union cirques.) e. Bentang alam vulkanik akibat penggundulan dan pembalikanrelief :
kerucut yang terkikis ; hasil kikisan deposito piroklastik aliran danlembaran
Pembalikan bentuk dalam skala kecil: leher, culots, tanggul,
Kikisan aliran lava, pembalikan batuan dan planeze (misalnya,Pain, 1995;. Ollier, 1995)
Akar paleo-gunung berapi, kawah, dan kompleks hypovolcanic. f. Perubahan morfologi di lanskap Volcanic-sekitarnya:
Pembentukan gunung berapi dan perubahan induksi dalam polaaliran.
Penyumbatan aliran, avulsi, impoundment dan danau-breakout, dllInvestigasi terbaru mengkonfirmasi bahwa lantai laut, khususnya pertengahan pegunungan laut, adalah rumah bagi lebih dari 60 % darigunung berapi bumi. Investigasi pegunungan laut telah menekankan cepat menyebar East Pacific Ridge, media - menyebarkan Juan de Fuca Ridge,lambat - menyebarkan Mid - Atlantic Ridge, dan super lambat -menyebarkan SW Indian Ridge. Konstruksi vulkanik termasuk tertinggiaksial topografi, perbukitan abyssal, dan populasi gunung bawah laut yangmenunjukkan kepadatan spasial dan tinggi karakteristik sesuai dengantingkat penyebaran ( Smith dan Cann, 1992; Mendel dan Sauter, 1997.). a . Berdasarkan cakupan petak batimetri dikombinasikan dengan resolusitinggi sisi-scan gambar, tiga - dimensi perspektif dari sumbu lambatmenyebarkan Mid - Atlantic Ridge ( Smith et al., 1997.), menunjukkankonstruksi vulkanik dan kesalahan yang sama dalam ukuran dan bentuk dengan yang diamati pada zona keretakan subaerial seperti Hawa dan Islandia. Bentuk keseluruhan dari zona aksial adalah bahwa dari graben besar terdiri dari dasar lembah dalam dan berbatasan dengan dindinglembah di sepanjang sesar normal. Lantai lembah batin adalah situs utamadari konstruksi kerak, dan sebagian besar segmen mengandung pegunungan vulkanik aksial skala besar dalam lantai lembah mereka yangmerupakan situs utama dari lava ekstrusi yaitu, gunung laut, hummocks,celah, dan arus halus. Pegunungan vulkanik Axial berbagai ukuran hingga beberapa ratus meter, lebar 1,5 km, dan beberapa puluhan kilometer.Pegunungan lauta n yang saling berdekatan, melingkar dan berukurankecil (50 < h < 300) didistribusikan atas lantai lembah. b . Fitur topografi perbukitan yang dikenal sebagai abyssal (biasanyamemiliki panjang 10-20 km, lebar 2-5 km, tinggi 50-300 m, dan berorientasi sekitar tegak lurus terhadap arah penyebaran), lebih dari 30%karakter dari dasar laut (Macdonald et al., 1996.,) menjadi strukturgeomorfik paling berlimpah di Bumi. Investigasi berdasar Submersiblemenunjukkan bahwa bukit abyssal Pasifik diciptakan pada East RisePasifik sebagai horsts dan grabens yang diperpanjang oleh waktu. Hillsdibatasi di satu sisi oleh scarps ridge yang saling menghadap (dihasilkan oleh sesar normal) dan di sisi lain oleh lereng lebih landai (yangdihasilkan oleh patahan dari pertumbuhan vulkanik).Gunung laut ( Carlowicz, 1996;.. Smith et al, 1997) , Guyots ( Smoot danKing, 1993; Smoot, 1995.), dan gunung berapi shoaling ( McPhie, 1995) .memainkan peran penting dalam konstruksi kerak dan dalam proseskonstruksi - erosi. Gunung laut memainkan peran penting dalamkonstruksi kerak di pegunungan tengah - laut, setidaknya di pegunungandengan penyebaran lambat seperti MAR. Penyebaran segmen mengandung punggungan gunung berapi dengan aksial menonjol. Ridges terdiri dari bebera pa gunung laut dan arus dari dataran tinggi, dan diinterpretasikansebagai situs utama konstruksi kerak. Magma dengan volume kecil,dengan tingkat letusan yang lambat menghasilkan gunung laut, tubuhmagma kecil dengan tingkat letusan yang agak lebih tinggi menghasilkanarus hummocky fissure.Gambar 4. Contoh topografi gunung api (G. Merbabu & G,Merapi)Pada peta topografi, bentang alam vulkanik memiliki kenampakan pola kontur yang khas. Umumnya pola kontur yang dibentuk oleh bentangalam vulkanik adalah sirkuler dan radier sesuai dengan bentuk bentang alamnya. Disamping memiliki pola kontur yang khas, bentang alamvulkanik juga dicirikan oleh pola penyalurannya yang khas yaitu sirkulerataupun radier.Pada umur Kuarter hingga masa kini, bentang alam gunung apikomposit sangat mudah diidentifikasi karena bentuknya berupa kerucut, di puncaknya terdapat kawah dan secara jelas dapat dipisahkan dengan bagian lereng, kaki, dan dataran di sekitarnya . Dari puncak ke arah kaki,sudut lereng semakin melandai untuk kemudian menjadi dataran di sekitarkerucut gunung api tersebut. Untuk pulau gunung api, bagian puncak danlereng menyembul di atas muka air laut sedangkan kaki dan dataran beradadi bawah muka laut. Namun berdasarkan penelitian topografi bawah laut,tidak hanya kaki dan dataran di sekeliling pulau gunung api, tetapi jugakerucut gunung api bawah laut dapat diidentifi kasi. Aliran sungai padakerucut gunung api di darat dan pulau gunung api mempunyai polamemancar dari daerah puncak ke kaki dan dataran di sekitarnya. Apabilasuatu kerucut gunung api di darat atau di atas muka air laut sudah tidakaktif lagi, maka proses geomorfologi yang dominan adalah pelapukan danerosi, terutama di daerah puncak yang merupakan daerah timbulantertinggi.Karena pengaruh litologi yang beragam di daerah puncak, ada yangkeras dan ada yang lunak, relief daerah puncak menjadi sangat kasar,tersusun oleh bukit-bukit runcing di antara lembah-lembah sungai yangterjal dan dalam Sekalipun suatu kerucut gunung api sudah tererosi cukuplanjut, bagian lereng biasanya masih memperlihatkan pola sudut lerengyang melandai ke arah kaki dan berpasang-pasangan menghadap ke arah bekas puncak. Kemiringan lereng bukit yang menghadap ke daerah bekas puncak pada umumnya lebih terjal daripada kemiringan lereng yangmenjauhi daerah puncak. Dari citra landsat secara utuh dapat diperlihatkan perbedaaan penampakan bentang alam kerucut gunung api muda dan yangsudah tererosi, baik pada tingkat dewasa maupun lanjut, mulai dari daerah puncak (fasies sentral), lereng atas (fasies proksimal), lereng bawah (fasiesmedial), dan kaki serta dataran (fasies distal).Morfologi gununungapi dapat dibedakan menjadi tiga zona denganciri-ciri yang berlainan, yaitu :a. Zona Pusat Erupsi
banyak radial dike/sill
adanya simbat kawah (plug) dan crumble breccia
adanya zona hidrotermal
endapan piroklastik kasar
bentuk morfologi kubah dengan pusat erupsi b. Zona Proksimal
material piroklastik agak terorientasi
pada material piroklastik dan lava dijumpai pelapukan, dicirikanoleh soil yang tipis
sering dijumpai parasitic cone
banyak dijumpai ignimbrit dan welded tuffc. Zona Distal
material piroklastik berukuran halus
banyak dijumpai laharMorfologi gunung berapi tergantung pada beberapa faktor:
Virulensi letusan.Besarnya pengaruh letusan gunung berapi sedemikian rupa bahwaletusan kuat dan akan mencuramkan letusan gunung berapi, sedangkanletusan dahsyat mengakibatkan kerusakan bentuk.
Frekuensi letusan
Jika letusan terjadi dengan jarak waktu, maka letusan berikutnya ataugas lava akan menemukan cara lain. Sebagai akibat dari insiden iniakan membentuk mulut kawah lebih rumit.
Sifat magma.
Tekanan aliran-aliran lava yang naik di atas.Tekanan aliran aliran lava yang naik ke atas, secara bertahap akanmelemahkan dan menghancurkan dinding kawah.
Kegiatan Vukanisme.Kegiatan seperti pembentukan kaldera vulkanik akan mengganggu perkembangan gunung berapi.
Adanya hujan rintik-rintik kerucut (cone hujan rintik-rintik).Keberadaan kerucut hujan rintik- rintik, kerucut yang berisi curam,terdiri dari bahan batuan lepas disimpan di atas salah satu pipaumumnya berkomposisi basalan kawah sekitar akhir lava mengalir.
Perpindahan dari pusat gunung berapi (tabung lava).Migrasi pusat aktivitas vulkanik (lava tube), berkaitan erat denganaktivitas tektonik lokal.
Keberadaan gua-gua di daerah aliran lava.Adapun bagian dari tubuh gunung api antara lain:
Main VentMerupakan tempat yang diterobos oleh batuan cair dari magma chamberke permukaan.Ini seperti pipa dimana lava dapat mengalir.Terkadang mainvent memiliki cabang, jika mereka mencapai permukaan dari bentukansecondary cone atau fumarole.Ketika gunungapi meletus, lava, gas, danfragmen batuan menuju ke main vent dan bergerak keluar melaluicrater.Ketika letusan berhenti,lava dapat turun kembali ke pipa ataumembentuk danau lava di dalam crater.
Lava FlowAliran lava merupakan letusan yang berupa molten rock di bawah permukaan bumi yang keluar dari vulkanik vent (magma).Lava berwarnamerah panas saat keluar dari vent,tetapi secara cepat berubah menjadiwarna merah gelap. Abu-abu, hitam atau warna yang lain berdasarkan pengaruh proses yang dialaminya.Lava yang sangat panas mengandunggas yang terdiri dari besi dan magnesium berupa cairan, yang mengalirseperti tar panas.sedangkan yang agak dingin, mengandung silicon,sodium dan potassium yang berupa cairan dan mengalir seperti madu yangkental.
Strata lava dan AbuStrata lava dan abu merupakan lapisan yang terbentuk pada gunungapiketika lava dan abu dari gunungapi aktif terlempar keluar.Abu berisikan
fragmen kecil batuan, beberapa sama baiknya dengan partikel debu kecil, bongkahan lainnya dapat lebih besar dari kepalan tangan.Abu gunungapi biasanya kelu ar dari gung berapi sebelum lava. Abu yang mengendap ke bawah dan membentuk kumpulan di pinggir yang curam.
Secondary ConeMerupakan kerucut yang brau terbentuk pada gunungapi, ketika saluranutama membentuk cabang.Lapisan batuan and abu yang membentukgunung berapi sering retak dan terlemahkan oleh ledakan yang terjadiselama letusan gunung berapi.jika retakan ini membentuk garis/jalur darimain vent ke permukaan,magma mampu bergerak ke saluran baru danmencapai permukaan.Karena letusan, abu dan lava menyebar ke udaraseperti air mancur
Magma chamberMagma chamber atau dapur magma merupakan daerah sebagai tempatinduk magma berada.Ukuran magma chamber baik yang berhubunganlangsung dengan gunungapi ataupun yang terpisah hanya berupa tubuhmagma dapat mencapai ratusan ribu kilometer kubik.Pembentukan magmachamber primer pada kerak sangat dipengaruhi oleh ukuran, pola dankecepatan gerak rekahan,disamping macam batuan dan ketebalan kerak bumi.Titik potong dua rekahan akan mempermudah jalannyamagma,sedangkan jalur gerus akan memperlambat pergerakannya karenaselain sifat bidang rekahan yang rapat,juga adanya milonit.
FumaroleFumarole merupakan retak pada terusan permukaan dimana uap panas dangas dapat keluar.Magma di bawah permukaan memanaskan air sampaititik dimana air berubah menjadi uap panas dan mampu melarutkanmineral dari batuan di sekitarnya. Ketika gas mencapai permukaan maka
gas tersebut panas dan bertekanan rendah.Gas ini mendingin danmngembang,mengendapkan mineral yang terlarut di sekitar saluran.
CraterCrater gunungapi merupakan struktur amblesan yang terjadi di permukaangunungapi karena kegiatan gunungapi biasanya membuat lubang di bagianatas saluran. Kawah dibentuk dari lava, gas, dan debu yang meledak kearah aras dari main vent.materila jatuh kembali ke bumi di sekitar salurandan secara perlahan menumpuk membentuk rim di sekitarnya.Di dalamkawah selalu tetap bersih disebabkan adanya gaya gerakan ke atas materialyang secara konstan memindahan runtuhan yang jatuh.
Daftar Pustaka Thouret, J. C. 1999. Volcanic Geomorphology, an Overview. Frence:Elsevier.Marti, Joan. 2005. Volcanoes & The Environment. New York: CambridgeUniversity Presshttp://id.wikipedia.org/wiki/Geomorfologi diakses Sabtu, 22 February2014, pukul 18.23 WIB http://geograph88.blogspot.com/2013/06/bentang-alam-gunung-api- volcanic.html diakses Minggu, 23 February 2014, pukul 18.34WIBhttp://education- generation.blogspot.com/2011/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html diakses Minggu, 23 February 2014, pukul18.57 WIBhttp://geologist24.blogspot.com/2011/04/bentang-alam- vulkanik.html diakses Minggu, 23 February 2014, pukul 19.13 WIBhttp://www.bimbie.com/bentuk-gunung.htm diakses Minggu, 23 February2014, pukul 19.35 WIBhttp://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/erupsi-gunung-api/bentuk- gunungapi/ diakses Minggu, 23 February 2014, pukul 19.52 WIB