BENTUKLAHAN VULKANIK
1. Vulkanisme Letusan, dikontrol oleh magma yang bersifat asam yang kaya akan gas,
bersifat kental dan ledakan kuat. Vulkanisme ini biasanya menghasilkan material
piroklastik dan membentuk gunungapi yang tinggi dan terjal.
2. Vulkanisme Lelehan, dikontrol oleh magma yang bersifat basa, sedikit mengandung
gas, magma encer dan ledakan lemah. Vulkanisme ini biasanya menghasilkan
gunungapi yang rendah dan berbentuk perisai, misalnya Dieng, Hawai.
3. Vulkanisme Campuran, dipengaruhi oleh magma intermediet yang agak kental.
Vulkanisme ini menghasilkan gunungapi strato, misalnya Gunung Merapi dan Merbabu.
Gambar 2.2. Macam-macam vulkanisme: (a) Lelehan, (b) Campuran, dan (c) Letusan
Jenis lava dalam hubungannya dengan erupsi yang bersifat lelehan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu, tipe “AA” dan tipe “ pa hoe hoe”. Lava “AA” bersifat skoriaan dan runcing,
sedang tipe “pa hoe hoe” bersifat halus.
2. Minor : a. Xenolit
b. Volcanic neck
c. Gua lava
Faktor yang mempengaruhi bentuk gunungapi dan proses vulkanisme antara lain:
Gambar 2.7. Diagram letusan berdasarkan lokasi pusat kegiatan menurut Rittmann
(1962)
1. Letusan pusat (terminal eruption), dimana lubang kepundan merupakan saluran utama
bagi peletusan.
2. Letusan samping (subterminal effusion), akan terbentuk apabila magma yang
membentuk sill sempat menerobos ke permukaan, pada lereng gunungapi.
3. Letusan lateral (lateral eruption), dimana korok melingkar (ring dike) dapat berfungsi
sebagai saluran magma ke permukaan.
4. Letusan di luar pusat (excentric eruption), terjadi di bagian kaki gunungapi, dengan
sistem saluran magma tersendiri yang tak ada kaitannya dengan lubang kepundan
utama.
Escher (1952) mengklasifikasikan tipe letusan berdasarkan viskositas, tekanan gas
dan kedalaman dapur magma menjadi tujuh tipe (lihat tabel 2.1).
1. Tipe Hawaii
Tipe Gunungapi ini dicirikan dengan lavanya yang cair dan tipis, yang dalam
perkembangannya akan membentuk tipe gunungapi perisai. Sifat magmanya yang sangat
cair memungkinkan terjadinya lava mancur, yang disebabkan oleh arus konveksi pada
danau lava. Dimana lava yang banyak mengandung banyak gas, sehingga bersifat ringan,
akan terlempar ke atas, sedang yang berat (setelah gas hilang) akan tenggelam lagi. Tipe
ini banyak ditemukan di gunungapi perisai di Hawaii, seperti di Kilauea dan Maunaloa.Di
Kilauela terdapat danau lava Halemaumau dengan pulau-pulau lava beku yang
mengapung di atasnya. Lava mancur pada danau lava ini akan menghasilkan rambut Pele
(Pele’s hair) dan airmata Pele (Pele’s tear) yang mempunyai bentuk-bentuk khas.
Meskipun panas yang dikeluarkan cukup banyak, tetapii permukaan danu lava senantiasa
cair. Tipe Hawii juga didapatkan di Islandia, dibedakan dengan yang di Hawaii adalah
berdasarkan ketinggian dan besarnya sudut lereng. Di Hawaii tipe ini membentuk
gunungapi yang berketinggian lebih dari 1000 m dan mempunyai sudut sudut lereng
besar, sdang di Islandia umumnya lebih rendah, bersudut lereng kecil dan membentuk
datar tinggi.
2. Tipe Stromboli
Tipe ini sangat khas untuk G. Stromboli dan beberapa gunungapi lainnya yang
sedang meningkat kegiatannya.Magmanya sangat cair, ke arah permukaan sering
dijumpai letusan pendek yang disertai ledakan.Bahan yang dikeluarkan berupaabu, bom,
lapili dan setengah padatan bongkah lava.Tekanan gas tipe Stromboli adalah rendah.
3. Tipe Vulkano
Yang sangat khas dari tipe ini adalah pembentukan awandebu berbentuk bunga kol,
karena gas yang ditembakkan ke atas meluas hingga jauh di atas kawah.Tipe ini
mempunyai tekanan gas sedang dan lavanya kurang begitu cair.Dan disamping
dikeluarkan awandebu, tipe ini juga menghasilkan lava. Berdasarkan kekuatan
letusannya, tipe ini dibedakan menjadi tipe Vulkano kuat (G. Vesuvius, G. Etna) dan tipe
Vulkano lemah (G. Bromo, G. Raung). Peralihan antara kedua tipe inipun dijumpai, di
Indonesia misalnya ditunjukkan oleh G. Kelud dan Anak Bromo.
4. Tipe Merapi
Dicirikan dengan lavanya yang cair-kental, dapur magma yang relatif dangkal dan
tekanan gas yang agak rendah. Karena sifat lavanya tersebut, apabila magma naik ke
atas melalui pipa kepundan, maka akan terbentuk sumbat lava atau kubah lava
sementara di bagian bawahnya masih cair. Sumbat lava yyang gugur akan menyebabkn
terjadinya awanppanas guguran. Sedang semakin tingginya tekanan gas karena pipa
kepundan tersumbat akan menyebabkan sumabat tersebut hancur ketika terjadi letusan,
dan akan terbentuk awanpanas letusan.
5. Tipe Pelee
Tipe ini mempunyai viskositas lava yang hampir sama dengan tipe Merapi. Tetapi
tekanan gasnya cukup besar.Ciri khas tipe Pelee adalah peletusan gas ke arah mendatar.
G. Pelee pernah meletus pada 8 Mei 1902, menghancurkan kota St. Pierre dengan
serbuan awanpanas bersuhu antara 2100 – 2300C. Kecepatan luncurnya yang tinggi,
sekitar 150 m/detik, mnyebabkan penduduk kota tersebut tidak sempat melarikan diri dan
30.000 jiwa menjadi korban.
Periode kegiatan dan periode istirahat letusan gunungapi sangat tergantung pada:
Morfologi gunungapi dapat dibedakan menjadi tiga zona dengan ciri-ciri yang
berlainan, yaitu:
a. Kerucut Semburan
- Kerucut Semburan Utama
Merupakan morfologi kerucut semburan yang terbentuk oleh erupsi lava yang bersifat
kental/andesitik.
Gambar 2.9. Sketsa morfologi kerucut semburan, kerucut parasit dan kerucut sinder
Gambar 2.11. Kubah lava di atas Novarupta vent, Lembah Sepuluh Ribu Asap,
Taman Nasional Katmai, Alaska
c. Gunungapi Tameng/Perisai
Merupakan morfologi yang terbentuk oleh aliran magma cair encer, sehingga
pada waktu magma keluar dari lubang kepundan, meleleh ke semua arah dala jumlah
besar dari suatu kawah besar/kawah pusat dan menutupi daerah yang luas yang relatif
tipis.Sehingga bentuk gunung yang terbentuk mempunyai alas yang sangat luas
dibandingkan dengan tingginya.
d. Dataran Vulkanik
Secara relatif, dataran vulkanik dicirikan oleh puncak topografi yang datar,
dengan variasi beda tinggi yang tidak mencolok. Macam-macam dataran vulkanik
diantaranya adalah dataran basal, plato basal dan dataran kaki vulkan.
e. Vulkan Semu
Vulkan semu adalah morfologi mirip kerucut gunungapi, bahan pembentuknya
berasal dari vulkan yang berdekatan.Dapat pula terbentuk oleh erosi lanjut terhadap
suatu vulkan yang sudah lama tidak menunjukkan kegiatannya (mati). Morfologi ini
kemungkinan dihasilkan oleh suatu sistem patahan mayor yang melintasi gunungapi aktif
dan mampu mengangkat massa yang besar. Morfologi vulkan semu ini sering disebut
Gunung Gendol. Gunung Gendol adalah bukit kecil di daerah muntilan , Jawa Tengah
pada dataran kaki vulkan G. Merapi.
Vulkan semu jenis lain adalah lajuran vulkanik (volcanic neck), yaitu morfologi
yang terbentuk bila suatu kubah vulkanik tererosi sehingga tinggal berbentuk lajuran.
Biasanya, di sekitar vulkanik tersebut sering dijumpai retas yang memanjang.
Depresi vulkanik adalah morfologi bagian vulkan yang secara umum berupa
cekungan. Berdasarkan material pengisinya depresi vulkanik dibedakan menjadi :
a. Danau Vulkanik
Danau vulkanik yaitu depresi vulkanik yang terisi oleh air sehingga membentuk
danau.
b. Kawah
Yaitu depresi vulkanik yang terbentuk oleh letusan dengan diameter maksimum
1,5 km, dan tidak terisi oleh apapun selain material hasil letusan. Berdasarkan asal
mulanya dibedakan kawah letusan dan kawah runtuhan.Sedang berdasarkan letaknya
terhadap pusat kegiatan dikelompokkan kawah kepundan dan kawah samping (kawah
parasiter). Pengisian kawah oleh airhujan akan menyebabkan terbentuknya
danaukawah. Dan letusan pada gunungapi yang mempunyai danaukawah akan
menyebabkan terjadinya lahar letusan yang bersuhu tinggi.
c. Kaldera
Yaitu depresi vulkanik yang terbentuknya belum tentu oleh letusan, tetapi
didahului oleh amblesan pada komplek vulkan, dengan ukuran lebih dari 1,5 km. Pada
kaldera ini sering muncul gunungapi baru. Menurut H. William (1947), berdasarkan
proses yang membentuknya kaldera dibedakan menjadi :
1. Kaldera letusan, yaitu kaldera yang disebabkan oleh letusan gunungapi yang sangat
kuat yang menghancurkan bagian puncak kerucut dan mnyemburkan massa batuan
dalam massa yang sangat besar. Kaldera Bandai-san di Jepang dan Tarawera di
New Zealand termasuk dalam jenis ini.
2. Kaldera runtuhan, yaitu kaldera yang disebabkan oleh letusan yang berjalan cepat
yang memuntahkan batuapung dalam jumlah banyak, sehingga menyebabkan
kekosongan pada dapur magma. Penurunan permukaan magma di dalam waduk pun
akan menyebabkan runtuhnya bagian atas dapur magma, dan memicu terjadinya
runtuhan bagian puncak gunungapi. Hampir kebanyakan kaldera terbentuk melalui
proses ini, contoh kaldera Krakatau, di Indonesia dan Crater Lake di Oregon,
Amerika.
3. Kaldera erosi, yaitu kaldera yang disebabkan oleh erosi pada bagian puncak
kerucut, dimana erosi akan memperlebar daerah lekukan sehingga daerah kalderah
tersebut semakin luas. Gejala seperti ini banyak ditemukan di gunungapi Jepang.
500 – 1000m
Gambar 2.16. Tipe, bentuk dan struktur gunungapi menurut Kuno (1976) yaitu (a) maar,
(b) Kerucut piroklastik, (c) jarum gunungapi, (d,e,f) kubah lava, (g) gunung berlapis dan
(h) gunungapi tameng/perisai
Kalau tidak ada gangguan, suatu gunungapi yang tumbuh semakin besar akan
mempunyai bentuk yang teratur, baik berupa kerucut maupun bentuk lainnya. Faktor-faktor
yang menyebabkan tidak teraturnya bentuk gunungapi antara lain:
Gambar 2.19. Lava tube “Thurston (Nahuku)” dekat kaldera G. Kilauea, Hawaii
a. Panas bumi (geothermal), sebagai sumber tenaga listrik dari proses hidrotermal yang terjadi
di daerah gunungapi, seperti yang diusahakan di Pegunungan Dieng dan Lahendong.
b. Sebagai taman wisata, dikembangkan dari potensi keindahan alam dan suasana alam yang
masih asli dan sejuk seperti di Kaliurang, Puncak, Sarangan.
c. Sebagai daerah pertanian daerah yang subur seperti banyak kita jumpai di seluruh
Indonesia. Contohnya: Batu, Kaliurang, Dieng, Wonosobo.
d. Sebagai daerah pengisian (recharge) air tanah bagi daerah-daerah sekitar gunungapi seperti
Gunung Merapi untuk daerah sekitar Yogyakarta.
e. Sebagai daerah penyeimbang / pembagi hujan di daera sekitarnya.
Selain berpotensi sebagai daerah yang menguntungkan gunungapi juga berpotensi
sebagai sumber bencana.Secara garis besar bahaya akibat erupsi gunungapi dapat dibagi
menjadi dua yaitu bahaya langsung (primer) dan bahaya setelah terjadinya letusan (sekunder).
a. Aliran Lava
Aliran lava yaitu terjadinya aliran batu cair yang pijar dan bersuhu tinggi (sampai 12000
C).Alirannya menuruni lereng yang terjal dan dapat mencapai beberapa kilometer. Semua
benda yang dilaluinya akan hangus dan terbakar. Apabila melongsor akan menimbulkan
awan panas.
b. Bom Gunungapi
Bom gunungapi berwujud batuan panas dan pijar berukuran 10 cm – 2 m. Batuan ini dapat
terlempar dari pusat erupsi sejauh hingga 10 km. Bom ini dapat menimbulkan kebakaran
hutan, pemukiman dan lahan pertanian. Bila tiba di tanah bom ini akan mengeluarkan
letusan dan akan hancur.
c. Pasir Lapili
Pasir dan lapili adalah campuran material letusan yang ukuranya lebih kecil dari bom (< 2
mm).Sedangkan lapili lebih besar daripada pasir hingga mencapai beberapa cm. Apabila
terjadi letusan pasir dan lapili ini dapat terlempar hingga puluhan kilometer.Pasir dan lapili
ini dapat menghancurkan atap rumah karena bebannya juga dapat merusak lahan pertanian
hingga dapat membunuh tanaman.
d. Awan Pijar
Awan pijar adalah suspensi dari material halus yang dihasilkan oleh erupsi gunungapi dan
dihembuskan oleh angin hingga mencapai beberapa kilometer.Awan pijar ini merupakan
campuran yang pekat dari gas, uap dan material halus yang bersuhu tinggi (hingga 12000
C). Suspensi ini berat sehingga mengalir menuruni lereng gunungapi dan seolah-olah
meluncur, luncurannya dapat menapai 10 – 20 km. Dan membakar apa yang dilaluinya
seperti yang terjadi pada Gunung Merapi pada tanggal 22 November 1994 yang memakan
korban 60 orang terbakar hidup-hidup dan tak terhitung lagi ternak yang mati terpanggang
akibat hembusan awan panas ini.
e. Abu Gunungapi
Abu ini merupakan campuran material yang paling halus dari suatu letusan
gunungapi.Suhunya bisa tidak panas lagi. Ukurannya kurang dari 1 mikron - 0.2 mm.
Bahaya yang ditimbulkan antara lain bisa mengganggu penerbangan seperti yang terjadi
pada saat letusan G. Galunggung, dapat menimbulkan sesak napas apabila terlalu banyak
mengisap abu gunungapi dan menimbulkan penyakit silikosis, yaitu penyakit yang
diakibatkan oleh penggumpalan silika bebas pada paru-paru yang diakibatkan oleh
terisapnya abu gunungapi yang mengandung silika bebas.
f. Gas Beracun
Kadar gas yang tinggi dapat menimbulkan kematian. Gunungapi biasanya mengeluarkan
gas CO, CO2, H2S, HCN, H3As, NO2, Cl2 dan gas lain yang jumlahnya sedikit. Nilai batas
ambang untuk gas CO 50 ppm (part per million), CO2 5,00ppm, sedangkan gas H3As yang
sangat mematikan pada 0,05 ppm. Gas yanga dikeluarkan saat erupsi tidak begitu
berbahaya karena gas tersebut langsung terbakar pada saat terjadi letusa gunungapi.Yang
paling berbahaya adalah apabila gas tersebut dikeluarkan pada sisa-sisa gunungapi seperti
yang terjadi di Pegunungan Dieng.Gas tersebut BJ-nya lebih besar dari udara bebas
sehingga letaknya berada pada daerah-daerah yang rendah seperti di lembah-lembah,
dekat permukaan tanah.
Bahaya yang tidak kalah berbahayanya adalah bahaya setelah terjadi letusan yaitu
bahaya sekunder.Bahaya tersebut berupa bahaya aliran lahar. Lahar terbentuk dari batuan
yang dilemparkan dari pusat erupsi baik blok, bom, lapili, tuff, abu maupun longsoran kubah
lava. Apabila terjadi hujan lebat yang turun bersamaan atau setelah erupsi maka endapan
material hasil erupsi tersebut akan terangkut oleh aliran air membentuk aliran bahan rombakan
yang biasa disebut alira lahar. Aliran lahar ini mempunyai kekuatan merusak yang besar dan
akan melalui apa saja yang ada di depannya tanpa kecuali baik pemukiman, hutan, tanah
pertanian maupun tanggul sungai yang dilaluinya.
Untuk menghindari bencana yang diakibatkan oleh letusan gunungapi ini maka di setiap
daerah gunungapi dibuat peta daerah bahaya yang didasarkan pada potensi bencana yang ada
baik primer maupun sekunder.Seperti yang dilakukan oleh Jawatan Vulkanologi pada G.
Merapi.
Pada peta topografi, bentuklahan vulkanik memiliki kenampakan pola kontur yang
khas.Umumnya pola kontur yang dibentuk oleh bentuklahan vulkanik adalah sirkuler dan radier
sesuai dengan bentuk bentuklahannya.Disamping memiliki pola kontur yang khas, bentuklahan
vulkanik juga dicirikan oleh pola penyalurannya yang khas yaitu sirkuler ataupun radier.