Anda di halaman 1dari 24

Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

BENTUKLAHAN VULKANIK

Bentuklahan vulkanik adalah bentuklahan yang proses pembentukannya dikontrol


oleh proses vulkanisme, yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi. Bentuklahan
vulkanik selalu dihubungkan dengan gerak-gerak tektonik. Gunung-gunungapi biasanya
dijumpai di depan zona penunjaman (subduction zone) (Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Zona Penunjaman (Subduction Zone)

2.1. Proses Vulkanisme

Dalam kaitannya dengan bentuklahan, gunungapi mempunyai beberapa pengertian


antara lain:

 Merupakan bentuk timbulan di permukaan bumi yang dibangun oleh timbunan


material/rempah gunungapi.
 Merupakan tempat munculnya material vulkanik lepas sebagai hasil aktivitas magma di
dalam bumi (vulkanisme).
Berdasarkan proses terjadinya ada tiga macam vulkanisme,yaitu:

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

1. Vulkanisme Letusan, dikontrol oleh magma yang bersifat asam yang kaya akan gas,
bersifat kental dan ledakan kuat. Vulkanisme ini biasanya menghasilkan material
piroklastik dan membentuk gunungapi yang tinggi dan terjal.
2. Vulkanisme Lelehan, dikontrol oleh magma yang bersifat basa, sedikit mengandung
gas, magma encer dan ledakan lemah. Vulkanisme ini biasanya menghasilkan
gunungapi yang rendah dan berbentuk perisai, misalnya Dieng, Hawai.
3. Vulkanisme Campuran, dipengaruhi oleh magma intermediet yang agak kental.
Vulkanisme ini menghasilkan gunungapi strato, misalnya Gunung Merapi dan Merbabu.

Gambar 2.2. Macam-macam vulkanisme: (a) Lelehan, (b) Campuran, dan (c) Letusan

Jenis lava dalam hubungannya dengan erupsi yang bersifat lelehan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu, tipe “AA” dan tipe “ pa hoe hoe”. Lava “AA” bersifat skoriaan dan runcing,
sedang tipe “pa hoe hoe” bersifat halus.

Adanya vulkanisme dapat dicirikan oleh beberapa hal diantaranya adalah:

1. Mayor : adanya gunungapi

2. Minor : a. Xenolit

b. Volcanic neck

c. Gua lava

d. Ekshalasi: fumarol, solfatar, mofet

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

Gambar 2.3. Jenis Lava “AA”

Gambar 2.4. Jenis Lava “pa hoe hoe”

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

Gambar 2.5. Ilustrasi Volcanic Neck, Dike, Sill, dll

Gambar 2.6. Ilustrasi Batholith, Xenolith, Laccolith,dll

Faktor yang mempengaruhi bentuk gunungapi dan proses vulkanisme antara lain:

 Sifat magma (komposisi, kekentalan).


 Tekanan (berhubungan dengan jumlah kandungan gas).
 Kedalaman dapur magma.
 Faktor eksternal (iklim dan suhu).

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

2.2. Klasifikasi Gununungapi

Gambar 2.7. Diagram letusan berdasarkan lokasi pusat kegiatan menurut Rittmann
(1962)

Berdasarkan lokasi pusat kegiatan, Rittmann (1962) membuat klasifikasi letusan


gunungapi, yaitu:

1. Letusan pusat (terminal eruption), dimana lubang kepundan merupakan saluran utama
bagi peletusan.
2. Letusan samping (subterminal effusion), akan terbentuk apabila magma yang
membentuk sill sempat menerobos ke permukaan, pada lereng gunungapi.

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

3. Letusan lateral (lateral eruption), dimana korok melingkar (ring dike) dapat berfungsi
sebagai saluran magma ke permukaan.
4. Letusan di luar pusat (excentric eruption), terjadi di bagian kaki gunungapi, dengan
sistem saluran magma tersendiri yang tak ada kaitannya dengan lubang kepundan
utama.
Escher (1952) mengklasifikasikan tipe letusan berdasarkan viskositas, tekanan gas
dan kedalaman dapur magma menjadi tujuh tipe (lihat tabel 2.1).

1. Tipe Hawaii
Tipe Gunungapi ini dicirikan dengan lavanya yang cair dan tipis, yang dalam
perkembangannya akan membentuk tipe gunungapi perisai. Sifat magmanya yang sangat
cair memungkinkan terjadinya lava mancur, yang disebabkan oleh arus konveksi pada
danau lava. Dimana lava yang banyak mengandung banyak gas, sehingga bersifat ringan,
akan terlempar ke atas, sedang yang berat (setelah gas hilang) akan tenggelam lagi. Tipe
ini banyak ditemukan di gunungapi perisai di Hawaii, seperti di Kilauea dan Maunaloa.Di
Kilauela terdapat danau lava Halemaumau dengan pulau-pulau lava beku yang
mengapung di atasnya. Lava mancur pada danau lava ini akan menghasilkan rambut Pele
(Pele’s hair) dan airmata Pele (Pele’s tear) yang mempunyai bentuk-bentuk khas.
Meskipun panas yang dikeluarkan cukup banyak, tetapii permukaan danu lava senantiasa
cair. Tipe Hawii juga didapatkan di Islandia, dibedakan dengan yang di Hawaii adalah
berdasarkan ketinggian dan besarnya sudut lereng. Di Hawaii tipe ini membentuk
gunungapi yang berketinggian lebih dari 1000 m dan mempunyai sudut sudut lereng
besar, sdang di Islandia umumnya lebih rendah, bersudut lereng kecil dan membentuk
datar tinggi.

2. Tipe Stromboli
Tipe ini sangat khas untuk G. Stromboli dan beberapa gunungapi lainnya yang
sedang meningkat kegiatannya.Magmanya sangat cair, ke arah permukaan sering
dijumpai letusan pendek yang disertai ledakan.Bahan yang dikeluarkan berupaabu, bom,
lapili dan setengah padatan bongkah lava.Tekanan gas tipe Stromboli adalah rendah.

3. Tipe Vulkano
Yang sangat khas dari tipe ini adalah pembentukan awandebu berbentuk bunga kol,
karena gas yang ditembakkan ke atas meluas hingga jauh di atas kawah.Tipe ini
mempunyai tekanan gas sedang dan lavanya kurang begitu cair.Dan disamping
dikeluarkan awandebu, tipe ini juga menghasilkan lava. Berdasarkan kekuatan
letusannya, tipe ini dibedakan menjadi tipe Vulkano kuat (G. Vesuvius, G. Etna) dan tipe

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

Vulkano lemah (G. Bromo, G. Raung). Peralihan antara kedua tipe inipun dijumpai, di
Indonesia misalnya ditunjukkan oleh G. Kelud dan Anak Bromo.

4. Tipe Merapi
Dicirikan dengan lavanya yang cair-kental, dapur magma yang relatif dangkal dan
tekanan gas yang agak rendah. Karena sifat lavanya tersebut, apabila magma naik ke
atas melalui pipa kepundan, maka akan terbentuk sumbat lava atau kubah lava
sementara di bagian bawahnya masih cair. Sumbat lava yyang gugur akan menyebabkn
terjadinya awanppanas guguran. Sedang semakin tingginya tekanan gas karena pipa
kepundan tersumbat akan menyebabkan sumabat tersebut hancur ketika terjadi letusan,
dan akan terbentuk awanpanas letusan.

5. Tipe Pelee
Tipe ini mempunyai viskositas lava yang hampir sama dengan tipe Merapi. Tetapi
tekanan gasnya cukup besar.Ciri khas tipe Pelee adalah peletusan gas ke arah mendatar.
G. Pelee pernah meletus pada 8 Mei 1902, menghancurkan kota St. Pierre dengan
serbuan awanpanas bersuhu antara 2100 – 2300C. Kecepatan luncurnya yang tinggi,
sekitar 150 m/detik, mnyebabkan penduduk kota tersebut tidak sempat melarikan diri dan
30.000 jiwa menjadi korban.

6. Tipe St. Vincent


Lavanya agak kental, dan bertekanan gas menengah. Pada kawah terdapat danau
kawah, yang sewaktu terjadi letusan akan dimuntahkan ke luar dengan membentuk lahar
letusan. Setelah danau kawah kosong, disusul oleh hembusan bahan lepas gunungapi
berupa bom, lapili dan awanpijar.Suhu lahar letusan adalah sekitar 1000C.Contoh tipe ini
di Indonesia adalah G. Kelud yang meletus pada tahun 1906 dan 1909.

7. Tipe Perret atau tipe Plinian


Tipe ini dicirikan dengan tekanan gasnya yang sangat kuat, disamping lavanya yang
cair.Bersifat merusak dan diduga ada kaitannya dengan perkembangan pembentukan
kaldera gunungapi.Peneliti pertama tipe ini adalah Plinius (99 SM), yaitu terhadap G.
Vesivius, sehingga namanya diabadikan untuk tipe letusan gunungapi. Contoh dari tipe ini
adalah G. Vesivius, yang sebelum meletus mempunyai ketinggian 1.335 m. Tetapi setelah
terjadi letusan, ketinggian sisa hanyalah 1.186 m, sehingga sekitar 149 m dihembuskan
ke atas oleh suatu kekuatan yang luarbiasa besarnya. Contoh di Indonesia adalah G.
Krakatau yang meletus pada tahun 1883.

Periode kegiatan dan periode istirahat letusan gunungapi sangat tergantung pada:

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

1. Kedalaman dan ukuran dapur magma.


2. Besarnya tenaga potensial dalam dapur magma dan besarnya tenaga yang dilepaskan.
3. Kandungan gas dan proses pembentukan gas kembali (degassing).
4. Besar-kecilnya atau ada-tidaknya gangguan kesetimbangan atas aspek fisika-kimia.
5. Sifat penyaluran tenaga ke araah permukaan yang dikendalikan oleh sistem rekahan
atau pensesaran.
Tabel 2.1. Tipe-tipe letusan gunungapi menurut Escher (1952)

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

2.3. Morfologi Gunungapi

Morfologi gunungapi dapat dibedakan menjadi tiga zona dengan ciri-ciri yang
berlainan, yaitu:

a. Zona Pusat Erupsi


- Banyak radial dike/sill.
- Adanya simbat kawah (plug) dan crumble breccia.
- Adanya zona hidrotermal.
- Endapan piroklastik kasar.
- Bentuk morfologi kubah dengan pusat erupsi.
b. Zona Proksimal
- Material piroklastik agak terorientasi.
- Pada material piroklastik dan lava dijumpai pelapukan, dicirikan oleh soil yang tipis.
- Sering dijumpai parasitic cone.
- Banyak dijumpai ignimbrit dan welded tuff.
c. Zona Distal
- Material piroklastik berukuran halus.
- Banyak dijumpai lahar.

Gambar 2.8.Pembagian zona pada gunungapi beserta komposisi batuan penyusunnya


(Bogie & Mackenzie, 1998).

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

2.4. Macam-macam Bentuklahan Vulkanik

Bentuklahan vulkanik dibedakan menjadi beberapa macam dengan dasar klasifikasi


kenampakan visual morfologinya.Srijono (1984, dikutip Widagdo, 1984), menggambarkan
klasifikasi bentuklahan vulkanik berdasarkan bentuk morfologinya. Klasifikasi tersebut dapat
diuraikan menjadi:

2.4.1. Bentuk Timbulan (Morfologi Positif) / Kubah Vulkanik

Merupakan morfologi gunungapi yang mempunyai bentuk cembung ke atas.


Morfologi ini dibedakan atas dasar asal kejadiannya menjadi:

a. Kerucut Semburan
- Kerucut Semburan Utama
Merupakan morfologi kerucut semburan yang terbentuk oleh erupsi lava yang bersifat
kental/andesitik.

- Kerucut Parasit (Parasitic Cone)


Merupakan morfologi yang terbentuk sebagai hasil erupsi gunungapi yang berada
pada lereng gunungapi yang lebih besar.

- Kerucut Sinder (Cinder Cone)


Merupakan morfologi yang terbentuk oleh erupsi kecil yang terjadi pada kaki
gunungapi, berupa kerucut rendah dengan bagian puncak tampak cekung datar.

Gambar 2.9. Sketsa morfologi kerucut semburan, kerucut parasit dan kerucut sinder

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

Gambar 2.10.Cinder Cone “Pu`u ka Pele” yang meletus di sebelah tenggara G.


Mauna Kea. Tinggi kerucut 95 m dan diameter kawahnya 400 m

b. Kubah Lava (Lava Dome)


Merupakan morfologi yang berbentuk kubah membulat yang terbentuk oleh
magma yang sangat kental, biasanya dacite/rhyolite.Kubah terdiri dari satu atau lebih
aliran lava individu.

Gambar 2.11. Kubah lava di atas Novarupta vent, Lembah Sepuluh Ribu Asap,
Taman Nasional Katmai, Alaska

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

c. Gunungapi Tameng/Perisai
Merupakan morfologi yang terbentuk oleh aliran magma cair encer, sehingga
pada waktu magma keluar dari lubang kepundan, meleleh ke semua arah dala jumlah
besar dari suatu kawah besar/kawah pusat dan menutupi daerah yang luas yang relatif
tipis.Sehingga bentuk gunung yang terbentuk mempunyai alas yang sangat luas
dibandingkan dengan tingginya.

Sifat magmanya basa dengan kekentalan rendah dan kurang mengandung


gas.Karena itulah erupsinya lemah, keluarnya ke permukaan bumi secara
effusif/meleleh.Akibatnya lerengnya landai (20 – 100) tingginya tidak seberapa dibanding
diameternya, dan permukaan lereng yang halus.Contohnya adalah gunungapi di Hawaii
(Mauna Loa, Kilauea).

d. Dataran Vulkanik
Secara relatif, dataran vulkanik dicirikan oleh puncak topografi yang datar,
dengan variasi beda tinggi yang tidak mencolok. Macam-macam dataran vulkanik
diantaranya adalah dataran basal, plato basal dan dataran kaki vulkan.

Gambar 2.12. Sketsa morfologi dataran vulkanik

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

e. Vulkan Semu
Vulkan semu adalah morfologi mirip kerucut gunungapi, bahan pembentuknya
berasal dari vulkan yang berdekatan.Dapat pula terbentuk oleh erosi lanjut terhadap
suatu vulkan yang sudah lama tidak menunjukkan kegiatannya (mati). Morfologi ini
kemungkinan dihasilkan oleh suatu sistem patahan mayor yang melintasi gunungapi aktif
dan mampu mengangkat massa yang besar. Morfologi vulkan semu ini sering disebut
Gunung Gendol. Gunung Gendol adalah bukit kecil di daerah muntilan , Jawa Tengah
pada dataran kaki vulkan G. Merapi.

Vulkan semu jenis lain adalah lajuran vulkanik (volcanic neck), yaitu morfologi
yang terbentuk bila suatu kubah vulkanik tererosi sehingga tinggal berbentuk lajuran.
Biasanya, di sekitar vulkanik tersebut sering dijumpai retas yang memanjang.

Gambar 2.13. Kenampakan morfologi vulkan semu

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

2.4.2. Depresi Vulkanik (Morfologi Negatif)

Depresi vulkanik adalah morfologi bagian vulkan yang secara umum berupa
cekungan. Berdasarkan material pengisinya depresi vulkanik dibedakan menjadi :

a. Danau Vulkanik
Danau vulkanik yaitu depresi vulkanik yang terisi oleh air sehingga membentuk
danau.

b. Kawah
Yaitu depresi vulkanik yang terbentuk oleh letusan dengan diameter maksimum
1,5 km, dan tidak terisi oleh apapun selain material hasil letusan. Berdasarkan asal
mulanya dibedakan kawah letusan dan kawah runtuhan.Sedang berdasarkan letaknya
terhadap pusat kegiatan dikelompokkan kawah kepundan dan kawah samping (kawah
parasiter). Pengisian kawah oleh airhujan akan menyebabkan terbentuknya
danaukawah. Dan letusan pada gunungapi yang mempunyai danaukawah akan
menyebabkan terjadinya lahar letusan yang bersuhu tinggi.

c. Kaldera
Yaitu depresi vulkanik yang terbentuknya belum tentu oleh letusan, tetapi
didahului oleh amblesan pada komplek vulkan, dengan ukuran lebih dari 1,5 km. Pada
kaldera ini sering muncul gunungapi baru. Menurut H. William (1947), berdasarkan
proses yang membentuknya kaldera dibedakan menjadi :

1. Kaldera letusan, yaitu kaldera yang disebabkan oleh letusan gunungapi yang sangat
kuat yang menghancurkan bagian puncak kerucut dan mnyemburkan massa batuan
dalam massa yang sangat besar. Kaldera Bandai-san di Jepang dan Tarawera di
New Zealand termasuk dalam jenis ini.
2. Kaldera runtuhan, yaitu kaldera yang disebabkan oleh letusan yang berjalan cepat
yang memuntahkan batuapung dalam jumlah banyak, sehingga menyebabkan
kekosongan pada dapur magma. Penurunan permukaan magma di dalam waduk pun
akan menyebabkan runtuhnya bagian atas dapur magma, dan memicu terjadinya
runtuhan bagian puncak gunungapi. Hampir kebanyakan kaldera terbentuk melalui
proses ini, contoh kaldera Krakatau, di Indonesia dan Crater Lake di Oregon,
Amerika.
3. Kaldera erosi, yaitu kaldera yang disebabkan oleh erosi pada bagian puncak
kerucut, dimana erosi akan memperlebar daerah lekukan sehingga daerah kalderah
tersebut semakin luas. Gejala seperti ini banyak ditemukan di gunungapi Jepang.

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

Gambar 2.14.Sketsa morfologi depresi vulkanik

Gambar 2.15. Kaldera “Aniakchak” berdiameter 10 km dengan kedalaman

500 – 1000m

Selain morfologi di atas, berikut macam-macam morfologi hasil erupsi vulkanik:

1. Morfologi hasil erupsi sentral


a. Dari magma encer:
- Hornitos
- Exogeneous dome
b. Dari magma intermediet:
- Cinder Cone
- Pyroclastic ring fall
- Indogeneous dome

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

c. Dari magma kental:


- Maar
- Crater
- Kaldera
2. Morfologi hasil erupsi celah
a. Berasal dari magma encer:
- Lava flow
- Lava plateu
b. Dari magma intermediet:
- Tanggul lava
- Strato volkanic ridge
c. Dari magma kental:
- Endogeneous ridge

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

Gambar 2.16. Tipe, bentuk dan struktur gunungapi menurut Kuno (1976) yaitu (a) maar,
(b) Kerucut piroklastik, (c) jarum gunungapi, (d,e,f) kubah lava, (g) gunung berlapis dan
(h) gunungapi tameng/perisai

Kalau tidak ada gangguan, suatu gunungapi yang tumbuh semakin besar akan
mempunyai bentuk yang teratur, baik berupa kerucut maupun bentuk lainnya. Faktor-faktor
yang menyebabkan tidak teraturnya bentuk gunungapi antara lain:

1. Kegiatan vulkanisme, seperti pembentukan kaldera, dimana kegiatan tesebut akan


mengganggu pekembangan suatu gunungapi.
2. Berpindahnya pusat kegiatan gunungapi (pipa kepundan), dimana berkaitan erat dengan
keaktifan tektonik daerah setempat.
3. Tekanan arus dari aliran lava yang naik ke atas, yang lama-kelamaan akan merusak dan
menghancurkan dinding kepundan.
4. Adanya kerucut spater (spatter cone), yaitu suatu kerucut yang bersisi curam yang tersusun
dari batuan bahan lepas yang terendapkan di atas celah atau pipa kepundan, dan umumnya
berkomposisi basalan; atau hornito yang juga merupakan kerucut spater di sekitar ujung
aliran lava.

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

5. Adanya gua-gua pada aliran lava (lava tube).

Gambar 2.17. Spatter cone “Pu`u `O`o” dengan tinggi 4 - 5 m

Gambar 2.18. Hornito

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

Gambar 2.19. Lava tube “Thurston (Nahuku)” dekat kaldera G. Kilauea, Hawaii

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

Gambar 2.20. Bentuklahan Hasil Vulkanisme

2.5. Dampak Lingkungan Gunungapi

Gunungapi dapat mempengaruhi lingkungan, baik pengaruh baik (sesumber), maupun


pengaruh buruk (bencana) bagi manusia. Dampak positif dengan adanya gunungapi adalah:

a. Panas bumi (geothermal), sebagai sumber tenaga listrik dari proses hidrotermal yang terjadi
di daerah gunungapi, seperti yang diusahakan di Pegunungan Dieng dan Lahendong.
b. Sebagai taman wisata, dikembangkan dari potensi keindahan alam dan suasana alam yang
masih asli dan sejuk seperti di Kaliurang, Puncak, Sarangan.
c. Sebagai daerah pertanian daerah yang subur seperti banyak kita jumpai di seluruh
Indonesia. Contohnya: Batu, Kaliurang, Dieng, Wonosobo.
d. Sebagai daerah pengisian (recharge) air tanah bagi daerah-daerah sekitar gunungapi seperti
Gunung Merapi untuk daerah sekitar Yogyakarta.
e. Sebagai daerah penyeimbang / pembagi hujan di daera sekitarnya.
Selain berpotensi sebagai daerah yang menguntungkan gunungapi juga berpotensi
sebagai sumber bencana.Secara garis besar bahaya akibat erupsi gunungapi dapat dibagi
menjadi dua yaitu bahaya langsung (primer) dan bahaya setelah terjadinya letusan (sekunder).

Bahaya primer akibat erupsi gunungapi meliputi:

a. Aliran Lava
Aliran lava yaitu terjadinya aliran batu cair yang pijar dan bersuhu tinggi (sampai 12000
C).Alirannya menuruni lereng yang terjal dan dapat mencapai beberapa kilometer. Semua
benda yang dilaluinya akan hangus dan terbakar. Apabila melongsor akan menimbulkan
awan panas.

b. Bom Gunungapi
Bom gunungapi berwujud batuan panas dan pijar berukuran 10 cm – 2 m. Batuan ini dapat
terlempar dari pusat erupsi sejauh hingga 10 km. Bom ini dapat menimbulkan kebakaran
hutan, pemukiman dan lahan pertanian. Bila tiba di tanah bom ini akan mengeluarkan
letusan dan akan hancur.

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

Gambar 2.21. Aliran lava pada G. Mauna Loa, Hawaii

Gambar 2.22. Bom gunungapi G. Mauna Kea, Hawaii

c. Pasir Lapili
Pasir dan lapili adalah campuran material letusan yang ukuranya lebih kecil dari bom (< 2
mm).Sedangkan lapili lebih besar daripada pasir hingga mencapai beberapa cm. Apabila
terjadi letusan pasir dan lapili ini dapat terlempar hingga puluhan kilometer.Pasir dan lapili

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

ini dapat menghancurkan atap rumah karena bebannya juga dapat merusak lahan pertanian
hingga dapat membunuh tanaman.

Gambar 2.23. Pasir Lapili G. Kilauea, Hawaii

d. Awan Pijar
Awan pijar adalah suspensi dari material halus yang dihasilkan oleh erupsi gunungapi dan
dihembuskan oleh angin hingga mencapai beberapa kilometer.Awan pijar ini merupakan
campuran yang pekat dari gas, uap dan material halus yang bersuhu tinggi (hingga 12000
C). Suspensi ini berat sehingga mengalir menuruni lereng gunungapi dan seolah-olah
meluncur, luncurannya dapat menapai 10 – 20 km. Dan membakar apa yang dilaluinya
seperti yang terjadi pada Gunung Merapi pada tanggal 22 November 1994 yang memakan
korban 60 orang terbakar hidup-hidup dan tak terhitung lagi ternak yang mati terpanggang
akibat hembusan awan panas ini.

e. Abu Gunungapi
Abu ini merupakan campuran material yang paling halus dari suatu letusan
gunungapi.Suhunya bisa tidak panas lagi. Ukurannya kurang dari 1 mikron - 0.2 mm.
Bahaya yang ditimbulkan antara lain bisa mengganggu penerbangan seperti yang terjadi
pada saat letusan G. Galunggung, dapat menimbulkan sesak napas apabila terlalu banyak
mengisap abu gunungapi dan menimbulkan penyakit silikosis, yaitu penyakit yang
diakibatkan oleh penggumpalan silika bebas pada paru-paru yang diakibatkan oleh
terisapnya abu gunungapi yang mengandung silika bebas.

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

Gambar 2.24. Abu gunungapi dari G. St. Helens, Amerika

f. Gas Beracun
Kadar gas yang tinggi dapat menimbulkan kematian. Gunungapi biasanya mengeluarkan
gas CO, CO2, H2S, HCN, H3As, NO2, Cl2 dan gas lain yang jumlahnya sedikit. Nilai batas
ambang untuk gas CO 50 ppm (part per million), CO2 5,00ppm, sedangkan gas H3As yang
sangat mematikan pada 0,05 ppm. Gas yanga dikeluarkan saat erupsi tidak begitu
berbahaya karena gas tersebut langsung terbakar pada saat terjadi letusa gunungapi.Yang
paling berbahaya adalah apabila gas tersebut dikeluarkan pada sisa-sisa gunungapi seperti
yang terjadi di Pegunungan Dieng.Gas tersebut BJ-nya lebih besar dari udara bebas
sehingga letaknya berada pada daerah-daerah yang rendah seperti di lembah-lembah,
dekat permukaan tanah.

Bahaya yang tidak kalah berbahayanya adalah bahaya setelah terjadi letusan yaitu
bahaya sekunder.Bahaya tersebut berupa bahaya aliran lahar. Lahar terbentuk dari batuan
yang dilemparkan dari pusat erupsi baik blok, bom, lapili, tuff, abu maupun longsoran kubah
lava. Apabila terjadi hujan lebat yang turun bersamaan atau setelah erupsi maka endapan
material hasil erupsi tersebut akan terangkut oleh aliran air membentuk aliran bahan rombakan
yang biasa disebut alira lahar. Aliran lahar ini mempunyai kekuatan merusak yang besar dan
akan melalui apa saja yang ada di depannya tanpa kecuali baik pemukiman, hutan, tanah
pertanian maupun tanggul sungai yang dilaluinya.

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto


Geomorfologi dan Geologi Foto 2016

Gambar 2.25. Aliran lahar pada G. Santiaguito, Guatemala

Untuk menghindari bencana yang diakibatkan oleh letusan gunungapi ini maka di setiap
daerah gunungapi dibuat peta daerah bahaya yang didasarkan pada potensi bencana yang ada
baik primer maupun sekunder.Seperti yang dilakukan oleh Jawatan Vulkanologi pada G.
Merapi.

2.6. Bentuklahan Vulkanik dalam Peta Topografi

Pada peta topografi, bentuklahan vulkanik memiliki kenampakan pola kontur yang
khas.Umumnya pola kontur yang dibentuk oleh bentuklahan vulkanik adalah sirkuler dan radier
sesuai dengan bentuk bentuklahannya.Disamping memiliki pola kontur yang khas, bentuklahan
vulkanik juga dicirikan oleh pola penyalurannya yang khas yaitu sirkuler ataupun radier.

Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto

Anda mungkin juga menyukai