Anda di halaman 1dari 30

Penjelasan mengenai diskordan dan conkordan ore body (Badan Bijih) reguller

dan Ireguller.Skarn Deposit.himpunan mineral alterasi dan sistem hidrotermal


(cobett & Leach, 1996)
TUGAS PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Oleh :
Kukuh Tri Atmanto
03121002098
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012

Penjelasan tentang :
a.
b.
c.
d.

Penjelasan mengenai diskordan dan conkordan disertai gambar.


Penjelasan mengenai ore body (Badan Bijih) reguller dan Ireguller.
Penjelasan mengenai Skarn Deposit.
Penjelasan diagram himpunan mineral alterasi dan sistem hidrotermal (cobett & Leach, 1996)

Diskordan dan Konkordan


Diskordan
Diskordan adalah salah satu tipe intrusi batuan beku dimana intrusi ini memotong
perlapisan batuan di sekitarnya. Macam-macam intrusi dengan tipe diskordan adalah:
a.

Batolith

Tubuh intrusi yang mempunyai ukuran sangat besar, yaitu > 100 km2 dan membeku pada
kedalaman yang sangat besar. Kata batolith berasal dari bahasa Yunani bathos yang artinya
dalam dan lithos yang artinya batu. Batolith hampir selalu memiliki komposisi jenis batuan asam
dan intermediet, seperti granit, monzonit kuarsa, atau diorite. Meskipun tampak seragam, batolith
sebenarnya mempunyai struktur dengan sejarah yang komplek dan komposisi yang beragam.
Batolith dapat dibedakan dengan batuan beku yang ada di sekitarnya dengan beberapa kriteria
seperti umurnya, komposisi, tekstur maupun strukturnya. Batolith dapat tersingkap ke
permukaan bumi dari kedalaman yang sangat besar dengan dua proses yaitu jika lapisan di
atasnya terkena gaya eksogen berupa erosi yang lama kelamaan akan menyingkapkan batolith
tersebut, juga karena gaya endogen yaitu berapa pengangkatan. Contoh batolith yang terkenal
adalah batolith yang tersingkap di Sierra Nevada (USA) yang berkomposisi batuan granit.

b.

Stock

Stock adalah salah satu batuan intrusive yang mempunyai kenampakan seperti batolith,
yaitu bentuknya tidak beraturan, tetapi dimensinya lebih kecil yaitu kurang dari 10 km2. Stock
merupakan penyerta tubuh suatu batolith atau bagian atas dari batolith.
c.

Dike

Intrusi dike berkomposisi basaltik, Suatu tubuh intrusi yang memotong perlapisan batuan
di sekitarnya. Dike mempunyai bentuk tabular atau memanjang. Intrusi dike adalah suatu tubuh
batuan beku yang mempunyai perbandingan aspek yang sangat besar. Ini berarti bahwa

ketebalannya biasanya akan lebih kecil dari dua dimensi lainnya. Ketebalannya bisa bervariasi
antara beberapa sentimeter sampai meter, dan panjangnya bisa ratusan meter.

Tekstur dan komposisi dike dapat bervariasi dari diabas atau basaltik sampai granitik
atau riolitik, tapi yang paling banyak dijumpai adalah berkomposisi basaltik. Dike bisa disebut
pegmatit apabila kristal yang ada di batuan tersebut berukuran sangat kasar, dengan ukuran
beberapa cm sampai 10 meter.
d.

Leher Vulkanik (vulkanik neck) atau Diatrema atau Jenjang Vulkanik

Leher vulkanik yang tersingkap di permukaan bumi dan terus mengalami erosi, Pipa
gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan
yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris
dan menonjol dari topografi disekitarnya.

Konkordan
Konkordan adalah tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan batuan di
sekitarnya.
a.

Sill

Sill , Tubuh batuan intrusif yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan di
sekitarnya. Sill akan menyisip di antara bidang lemah pada batuan, sebagai contoh pada bidang
perlapisan pada batuan sedimen atau foliasi pada batuan metamorf. Ciri kenampakan Sill di
lapangan adalah adanya efek terbakar pada bagian atas dan bawah batuan yang diintrusi. Karena
magma yang sangat cair adalah salah satu yang paling dibutuhkan pada pembentukan sill, maka
sill sering ditemukan berkomposisi basaltik. Sill sering ditemukan mengandung banyak mineral
berharga seperti emas, platina, chrom, dan elemen jarang lainnya.
b.

Laccolith

Tubuh batuan intrusi yang berbentuk cembung, dimana perlapisan batuan yang semula
datar menjadi melengkung karena terdesak oleh intrusi ini, sedangkan bagian bawahnya tetap
datar. Diameter berkisar antara 2 sampai 4 mil dengan kedalaman mencapai ribuan meter. Bentuk
laccolith bisa cembung karena saat menyusup tekanan magma cukup besar.
Laccolith cenderung terbentuk pada tempat yang dangkal dan viskositas magma besar,
dan berkomposisi seperti magma pembentuk diorite, granodiorit, dan granit.

c.

Lopolith

Tubuh batuan intrusi yang berbentuk cekung. Lopolith mempunyai diameter yang lebih
besar dari Lopolith yaitu dari puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
Lopolith biasanya mempunyai komposisi basaltic, sehingga massa jenis besar dan cenderung
menenpati bagian cekung.
d.

Paccolith
Tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk
sebelumnya. Ketebalannya berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.

Endapan Skarn
Skarn dapat terbentuk selama metamorfisme kontak atau regional. Selain itu juga dari
berbagai macam proses metasomatisme yang melibatkan fluida magmatik, metamorfik,
meteorik, dan yang berasal dari laut. Skarn dapat ditemukan di permukaan sampai pluton, di
sepanjang sesar dan shear zone, di sistem geotermal dangkal, pada dasar lantai samudra maupun
pada kerak bagian bawah yang tertutup oleh dataran hasil metamorfisme burial dalam. Skarn
dibagi menjadi endoskarn dan eksoskarn dengan didasarkan pada jenis kandungan protolit.
Endapan skarn pertama kali dinyatakan sebagai batuan metamorf hasil kontak antara
batuan sedimen karbonatan dengan intrusi magma oleh ahli petrologi metamorf, dengan terjadi
perubahan kandungan batuan sedimen yang kaya karbonat, besi, dan magnesium menjadi kaya
akan kandungan Si, Al, Fe dan Mg dimana proses yang bekerja berupa metasomatisme pada
intrusi atau di dekat intrusi batuan beku (Best 1982).
Endapan skarn terbentuk sebagai efek dari kontak antara larutan hidrothermal yang kaya
silika dengan batuan sedimen yang kaya kalsium. Proses pembentukannya diawali pada keadaan
temperatur 400C 650C dengan mineral-mineral yang terbentuk berupa mineral calc-silicate
seperti diopsid, andradit, dan wollastonit sebagai mineral-mineral utama pembawa mineral bijih
(Einaudi et al. 1981). Tapi terkadang dijumpai juga pembentukan endapan skarn juga terbentuk
pada temperatur yang lebih rendah, seperti endapan skarn yang kaya akan kandungan Pb-Zn
(Kwak 1986). Pengaruh tekanan yang bekerja selama pembentukan endapan skarn bervariasi
tergantung pada kedalaman formasi batuan.
Klasifikasi Endapan Skarn
1. Berdasarkan batuan yang terubah (tergantikan)/batuan sedimen
a.

Eksoskarn
Eksoskarn adalah endapan skarn yang terbentuk di sekitar intrusi batuan beku, tidak mengalami
kontak langsung dengan intrusi.

b. Endoskarn
Endoskarn adalah endapan skarn yang terbentuk pada kontak batuan sedimen dengan intrusi
ataupun di dalam batuan beku intrusi itu sendiri sebagai xenolith.
2. Berdasarkan jenis mineralnya

a. Skarn Prograde, Mineral skarn pada tipe ini terbentuk pada suhu yang tinggi, dan terjadi pada
fase awal. Beberapa jenis mineral pencirinya adalah; garnet, klinopiroksen, biotit, humit,dan
montiselit.
b. Skarn Retrograde
Minineral skarn pada tipe ini terbentuk pada suhu yang rendah. Beberapa contoh mineral
pencirinya adalah; serpentin, amfibol, tremolit, epidot, klorit dan kalsit.

( Gambar model penampang endapan Skarn )

( Gambar model penampang endapan Skarn )

Daerah daerah Endapan Skarn


Daerah Ertsberg dan sekitarnya
Daerah meneralisasi Ertsberg (Gunung Bijih) menempati lereng selatan Pegunungan
Jayawijaya (Carstensz) yakni daerah yang terangkat paling tinggi dari rangkaian Pegunungan
Tengah Irian Jaya. Puncak tertingginya Carstensz Pyramid mencapai ketinggian 5.200 meter.
Batuan sedimen tertua di daerah ini ialah anggota teratas kelompok kembelangan, dengan
kisaran umur dari Jura sampai Kapur. Batuannya terutama terdiri dari selangseling kwarsit dan
batupasir, dan setempat terubah menjadi hornfels karena metamorfosa oleh intrusi.
Anggota kelompok Kembelangan tersebut tertutup secara selaras oleh formasi Faumai
berumur Eosen, yaitu Formasi Basal dari kelompok-batugamping Irian Jaya. Formasi ini
terutama terdiri dari berbagai jenis batugamping bioklastik yang mengandung antara lain fosil
milidae, algea dengan ciri khas adanya

foraminifera besar. Sebagaimana ditunjukkan di

lapangan, batuan formasi ini peka untuk metasomatisma terhadap intrusi dioritik yang kemudian
dapat termineralisasi. Formasi basal di atas tertutup secara selaras oleh formasi Ainod berumur
Oligocene dari kelompok batugamping yang sama. Batuannya berupa sikwens tebal dari batu
gamping masif, dan di daerah Ertsberg kontaknya dengan formasi faumai ditanmdai oleh
batupasir dengan ketenbalan sampai satu meter.
Lapisan-lapisan sedimen di daerah Ertsberg berjurusbarat-laut-tenggara dengan
kemiringan sedang kearah timur laut. Ke arah yang sama, kemiringannya semakin curam dan
terdapat suatu zona dengan sepasang sinklin berjarak rapat dan menghujam akibat kompresi yang
kuat. Sumbu-sumbu sinklinnya hampir sejajar dengan jurus kemiringan lapisan di atas yang juga
menggambarkan arah regional. Di sebelah timur lautnya, tersingkap dengan jelas suatu sesar naik
yang disisi selatannya menyebabkan patahan normal dan patahan-patahan undak (step fault).
Susunan patahan-patahan tersebut mendasari bagian bubungan dari Pegunungan Tengah Irian
Jaya tersebut sebelumnya, sedangkan di permukaan membentuk lembah lebar berbentuk huruf
U. Dimulai dari sesar naik itu, di bagian timur laut daerah Ertsberg perlipatannya langsung
menjadi landai. Beberapa patahan strike-slip tegak memotong perlipatan-perlipatan tersebut
dengan arah timur daya-barat laut.

Intrusi-intrusi berukuran relatif kecil terdapat sebagai stock, retas dan sill yang melampar
sepanjang patahan-patahan utama tersebut atau pada perpotongannya. Batuan intrusif tersebut
berkomposisi diorit sampai monzonit, berbutir sedang yang serba sama sampai porfiritik dengan
hornblende, biotit dan piroksin sebagai mineral mafik. Bijih tembaga dengan kadar yang tinggi
terdapat dalam skarn-xenolitik, skarn-kontak, dan stockwork. Mineral bijih tembaga yang utama
ialah kalkopirit dan bornit, sedang emas terdapat sebagai inklusi di dalamnya. Di daerah
Ertsberg, bentang alam dan endapan glasial merupakan ciri yang khas.
ENDAPAN BIJIH ERTSBERG
Tubuh bijih Ertsberg terdiri dari skarn magnetit dengan bentuk seperti gigi yang kearah
luar dikelilingi berturut-turut oleh selikat-gamping dan kemudian diorit. Seluruh skarn magnetite
ter-breksi, dengan inklusi berbentuk menyudut dan berukuran halus sampai beberapa meter yang
terdiri dari karn silikat-gamping, batuan beku, dan kalkopirit masif. Selain itu terdapat banyak
rongga dan gua yang dilapisi oleh kalsit, selikat amorf, dan kalkopirit.
Mineral bijih utamanya ialah kalkopirit dan bornit yang berasosiasi dengan galena, bismutit,
kovelit,digenit, sfalerit, tembaga alami, perak alami, linnacit, dan tetrahedrit. Umumnya sulfidasulfida di atas terdapat sebagai hamburan (replacement) foraminifera besar dan bidang
perlapisan, blok sampai berdiameter 3 meter, dan pengisian rongga. Emas berbutir halus terdapat
sepanjang batas bornit dengan kwarsa atau kalsit.
Ciri-ciri khas dalam skala kecil dan besar menunjukkan bahwa skarn magnetit Ertsberg
adalah pengganti dari skarn silikat-gamping yang terbentuk sebelumnya, dan batuan intrusif.
Keseluruhan bentuk dan ukuran skarn silikat-gamping dan skarn magnetit mencerminkan suatu
potongan besar dari metasoma batugamping foraminifera besar dolomitan yang tertelan (stoped)
oleh intrusi dioritik. Cadangan geologi endapan bijih Ertsberg lebih dari 35 juta ton, dengan
kadar Cu lebih besar dari 2,0%. Produksi dengan metoda tambang terbuka dimulai tahun 1972,
dan dewasa ini tambang sudah ditutup, dengan meninggalkan sedikit sisa cadangan bagian
bawah, yang kemudian hari akan ditambang dengan metoda bawah-tanah. Mineralisasi tembaga
dalam wilayah kontrak karya FIC selain di Ertsberg atau Gunung Bijih (GB), terdapat pula di
daerah sekitarnya, yaitu di Ertsberg East atau Gunung Bijih Timur (GBT), Dom dan Grassberg.
ENDAPAN BIJIH ERTSBERG TIMUR

Sekitar 1,5 km sebelah timur endapan skarn senolitik Ertsberg, terdapat deposit skarn
sentuh Ertsberg Timur. Endapan ini terbentuk di antara batugamping kelompok Irian Jaya
terutama dari formasi Faumai dan intrusi dioritik Ertsberg Timur. Menurut keperluan
penambangan, kompleks Ertsberg Timur dibagi dari permukaan ke bawah menjadi zona-zona
bijih atas (Gunung Bijih Timur, GBT), tengah (intermediate ore zone, IOZ), dan dalam (deep ore
zone, DOZ).
Mineral tembaga yang utama ialah bornit dan sedikit kalkopirit, dengan mineral
ikutannya idait, kalkosit, kovelit, galena, pirit, sfalerit, pirargit, dan markasit. Emas terdapat
sebagai inklusi dalam sulfida tembaga, kalsit dan serpentin. Di GBT, sulfida tembaga terdapat
sebagai sebaran dalam antar ruang mineral silika-gamping, isian dalam retakan dan rongga,
dan urat. Bentuk mineralisasi tembaga itu lebih intensif lagi sepanjang breksi patahan sentuh
dengan batugamping yang termarmerkan.
Di DOZ dan sebagian IOZ, zona bijih utamanya ialah sepanjang breksi patahan sentuh
tersebut yang telah digantikan oleh skarn magnetit. Mineral tembaganya terdapat sebagai sebaran
dalam antar-ruang mineral magnetit, dan urat yang seringkali hampir murni/masif. Keseluruhan
cadangan Ertsberg Timur berjumlah lebih dari 100 juta ton dengan kadar tembaga lebih dari
2,0%.
ENDAPAN BIJIH DOM

Dalam skarn garnet, mineral tembaganya terdapat sebagai sebaran, isian retakan dan
rongga, dan bagian tepi dari garnet yang terbentuk kemudian. Dalam skarn magnetit yang
menggantikan breksi patahan sentuh dan skarn silikat-gamping, terdapat sebagai isian retakan
dan rongga sebaran, dan penggantian foraminifera besar dan bidang perlapisan . Elektrum dan
jejak (trace) emas murni hanya terdapat dalam jumlah kecil sebagai inklusi dalam sulfida
tembaga. Suatu Zona yang teroksidasi supergen terdapat di bagian atas dan juga terbentuk
lapisan tipis ke bawah yang mengikuti struktur. Cadangan endapan bijih Dom berjumlah 31 juta
ton dengan kadar rata-rata 1,5% tembaga dan 0,4 gram/ton perak.

Diorit Grasberg menerobos batugamping formasi Ainod dan Faumai yang terlipat kuat.
Beberapa intrusi kecil kemudian yang terbentuk seperti penyumbat (plug) tampaknya serupa
dengan diorit grassberg, tapi tidak sama betul dalam komposisi mineral dan ubahannya. Sikuen
ubahan hidrotermal pada kompleks diorit Grasberg, merupakan ciri khas untuk endapan tembaga
yang kaya dengan emas, yaitu silisifikasi, potasik, propilitik, dan deuterik. Mineral sulfida
termasuk pirit, kalkopirit, bornit, digenit, dan kovelit. Kalkopirit terdapat terutama sebagai isian
retakan dan urat yang kadang-kadang hampir murni dalam stockwork kwarsa. Ditempat yang
lebih dalam digenit dan kovelit terdapat sebagai ubahan bagian tepi disekeliling kalkopirit.
Berdasarkan hasil perhitungan cadangannya berjumlah 485 juta ton dengan kadar rata-rata 1,59%
tembaga 1,78% gram/ton emas, dan 4,49 gram/ton perak.

Ore Body Reguller dan Ireguller


Bijih adalah sejenis batu yang mengandung mineral penting, baik itu logam maupun
bukan logam. Bijih diekstraksi melalui penambangan, kemudian hasilnya dimurnikan lagi untuk
mendapatkan unsur-unsur yang bernilai ekonomis. Kandungan atau kadar mineral, atau logam,
juga bentuk keujudannya, secara langsung akan memengaruhi ongkos pertambangan bijih.
Ongkos ekstraksi harus diberi pembobotan untuk dibandingkan dengan nilai ekonomis logam
yang terkandung untuk menentukan bijih yang mana yang lebih menguntungkan dan bijih yang
mana yang kurang atau tidak menguntungkan. Bijih logam secara umum merupakan
persenyawaan oksida, sulfida, silikat, atau logam "murni" (misalnya tembaga murni yang
biasanya tidak terkumpul di dalam kerak Bumi atau logam "mulia" (biasanya tidak berbentuk
persenyawaan) seperti emas. Bijih harus diolah untuk mengekstraksi logam-logam dari "batuan
sampah" dan dari mineral bijih. Tubuh bijih dibentuk oleh berbagai macam proses geologis. Di
dalam bahasa Inggris, proses "pembentukan bijih" disebut sebagai ore genesis. Beberapa
endapan bahan galian dijumpai tersusun dan terdapat pada tubuh batuan beku, sedimen ataupun
batuan metamorf. Bahan galian industri umumnya dijumpai seperti demikian, misalnya bahan
galian batugamping (limestone).Bahan galian lainnya, misalnya beberapa tubuh bijih besi
merupakan bagian dari suatu sekuen stratigrafi yang terbentuk pada bersamaan dengan proses
sedimentasi, yang kemudian dikenal dengan istilah endapan syngenetic. Adapula bahan galian
yang berbentuk seperti tubuh batuan beku yang berbentuk dykes, yang memotong batuan
sekitarnya dan terbentuk setelah batuan induknya yang dikenal dengan istilan endapan
epigenetic.
Bentuk dan morfologi badan bijih
Secara umum parameter dimensional dari suatu badan bijih yaitu ukuran, bentuk (pola)
sebaran dan keberadaannya merupakan akibat dari variasi dan distribusi kadar mineral bijih.
Bentuk sebaran suatu badan bijih akan mempengaruhi teknik penambangan yang akan digunakan
untuk menambangnya. Bahan galian yang tersebar luas dan berkadar rendah (low grade) yang
terdapat pada permukaan bumi dapat ditambang dengan metoda tambang terbuka, sementara
endapan bahan galian yang berbentuk urat (vein-veinlets) dengan kadar yang relatif lebih tinggi
(high grade) dapat ditambang dengan metode tambang bawah tanah. Dalam hal bentuk (pola)
sebaran, endapan bahan galian dengan badan bijih yang teratur (terkumpul) akan lebih mudah

ditambang daripada endapan bahan galian dengan badan bijih yang mempunyai bentuk (pola)
yang tersebar (disseminated).

Bentuk-bentuk badan bijih


Berdasarkan bentuk (morfologi) badan bijih dan pola sebaran mineral bijihnya jika
dihubungkan dengan batuan sekitarnya (batuansamping/induk), tubuh endapan bijih dapat
dikelompokkan atas 2, yaitu: badan bijih berbentuk discordant dan badan bijih yang berbentuk
concordant. Discordant yaitu jika bada bijih memotong perlapisan batuan sekitarnya. Sedangkan
concordant yaitu jika badan bijih membentuk pola yang tidak memotong perlapisan batuan
sekitarnya.
Badan bijih diskordan (discordant ore bodies)
Badan bijih diskordan dapat dijumpai mempunyai bentuk yang beraturan (regular
shapes) maupun dengan bentuk yang tidak beraturan (irregular shapes). Badan bijih yang
bentuknya beraturan dapat dibedakan atas:
Badan bijih yang berbentuk tabular (Gambar 2.2 dan 2.3), dengan ciri antara lain:

badan bijih dengan pola penyebaran yang menerus dalam arah 2D (panjang dan lebar), tetapi
terbatas dalam arah 3D (tipis),

berbentuk urat (vein-fissure veins- Gambar 2.4) dan lodes,

urat-urat umumnya terbentuk di zona rekahan sehingga menunjukkan bentuk yang teratur dalam
orientasinya (Gambar 2.5),

mineralisasi pada umumnya berupa asosiasi dari beberapa kombinasi mineral bijih dan pengotor
(gangue) dengan komposisi yang sangat bervariasi, dan

batas dari penyebaran urat ini umumnya jelas, yaitu langsung dibatasi dengan dinding urat.

( Gambar 2.2. Badan bijih yang berbentuk tabular berupa veinyang mengalami sesar normal.)

( Gambar 2.3 Contoh badan bijih yang berbentuk tabular berupa vein dan veinlets.)

( Gambar 2.4. Pembentukan vein.)


badan bijih yang berbentuk tubular (Gambar 2.6), dengan ciri antara lain:

badan bijih dengan pola penyebaran relatif pendek (terbatas) dalam arah 2D namun relatif dalam
kearah 3D (arah vertikal),

jika penyebaran badan bijih ini relatif vertikal-sub vertikal biasanya disebut sebagai pipes atau
chimneys, jika penyebarannya horizontal atau subhorisontal disebut mantos.
Salah satu contoh badan bijih yang berbentuk tubular adalah badan bijih yang ditemukan
di timur Asutralia, sepanjang 2400 km, memanjang dari Queensland sampai New South Wales,
yang terdiri dari ratusan pipa di dalam dan dekat dengan intrusi granit. Sebagian besar terisi
mineralisasi kuarsa dan beberapa diantaranya termineralisasi dengan bismuth, molybdenum,
tungstehn dan tin (Gambar 2.7). Badan bijih berbetnuk mantos dan pipes dapat dijumpai
memiliki percabangan (Gambar 2.8). Mantos dan pipes umumnya dijumpai berasosiasi, pipes
umumnya bertindak sebagai sumber (feeders) terhadap mantos. Terkadang mantos saling
berhubungan diantara lapisan batuan dengan perantaraan pipes, namun ada pula yang dijumpai
sebagai percabangan dari pipes, contohnya pada Providencia Mine di Mexico dijumpai sebuah
badan bijih berbentuk pipa jauh di kedalaman sebagai sumber dari duapuluh mantos yang dekat
dengan permukaan.Pada beberapa tubuh bijih yang berbentuk tubular terbentuk oleh aliran

larutan mineralisasi secara subhorisontal sehingga tubuh bijih dapat dijumpai diskontinyu
membentuk tubuh bijih yang berbentuk pod
Badan bijih bentuknya tidak beraturan (irregular shapes) dibedakan atas:
1. Badan bijih disseminated:

Badan bijih dengan pola penyebaran mineral bijih yang tersebar di dalam host rock
(Gambar 2.10).

Mineral-mineral bijih tersebut tersebar merata di dalama host rock berupa (dalam bentuk)
veinlets yang saling berpotongan menyeruapai jarring-jaring yang saling berkaitan
membentuk sistem veinlets yang sering disebut stockwork.

Stockwork ( Gambar 2.11) dijumpai dalam bentuk tubuh endapan yang besar pada
lingkungan intrusi batuan beku asam sampai intermedit, akan tetapi stockwork juga dapat
dijumpai memotong kontak country rocks dan beberapa dijumpai sebagian atau
seluruhnya berada pada country rocks.

2. Badan bijih irregular replacement (Gambar 2.12)

Merupakan badan bijih yang terbentuk melalui pergantian unsur-unsur yang sudah ada
sebelumnya.

Proses replacement ini umumnya terjadi pada temperatur rendah sampai sedang
(<400oC), contohnya endapan magnesit pada carbonate-rich sediments.

Proses replacement lainnya dapat juga terjadi pada suhu tinggi pada kontak intrusi batuan
beku yang membentuk endapan skarn. Tubuh endapannya dicirikan dengan pembentukan
mineral-mineral calc-silicate seperti diopside, wollastonite, andradite, garnet dan
actinolite. Endapan bahan galian ini umumnya berbentuk sangat tidak beraturan (Gambar
2.12).

Disebut juga endapan metasomatisme kontak (pirometasomatik).

Badan bijih konkordan (concordant ore bodies)


Badan bijih konkordan umumnya terbentuk pada batuan induk (host rock) sebagai
endapan hasil proses pelapukan. Endapan-endapan yang mempunyai badan bijih berbentuk
konkordan ini dikelompokkan sesuai dengan jenis batuan induknya:
1. Sedimentary host rock:

Merupakan endapan dengan batuan induk adalah batuan sedimen (Gambar 2.13).

Endapan-endapan bijih yang tekonsentrasi dalam batuan sedimen cukup penting, terutama
endapan-endapan logam dasar dan besi.

Di dalam batuan sedimen, mineral-mineral bijih terbentuk (terkonsentrasi) sebagai suatu bagian
yang integral dari urutan stratigrafi, yang dapat terbentuk secara epigenetic filling atau
replacement pada rongga-rongga (pori-pori).

Tubuh endapan umumnya menunjukkan perkembangan kearah 2D dan kurang berkembang


kearah tegak lurusnya (Gambar 2.14 dan 2.15).

Endapan-endapan seperti ini pada umumnya tersebar sejajar pada batuan induknya dengan
bidang perlapisan batuan sekitarnya.

( Gambar 2.13. Bentuk endapan konkordan pada batuan sedimen )

Diagram Himpunan mineral Alterasi dalam Sistem Hidrotermal


Corbett dan Leach (1996) mengemukakan komposisi batuan samping berperan
mengkontrol mineralogi alterasi. Mineralogi skarn terbentuk di dalam batuan karbonatan. Fase
adularia K-feldspar dipengaruhi oleh batuan kaya potasium. Paragonit (Na-mika) terbentuk pada
proses alterasi yang mengenai batuan berkomposisi albit. Muskovit terbentuk di dalam alterasi
batuan potasik.
Sistem pembentukan mineralisasi di lingkaran Pasifik secara umum terdiri dari endapan
mineral tipe porfiri, mesotermal sampai epitermal (Corbett dan Leach, 1996). Tipe porfiri
terbentuk pada kedalaman lebih besar dari 1 km dan batuan induk berupa batuan intrusi. Sillitoe,
1993a (dalam Corbett dan Leach, 1996) mengemukakan bahwa endapan porfiri mempunyai
diameter 1 sampai > 2 km dan bentuknya silinder.
Tipe mesotermal terbentuk pada temperatur dan tekanan menengah, dan bertemperatur >
300oC (Lindgren, 1922 dalam Corbett dan Leach, 1996). Kandungan sulfida bijih terdiri dari
kalkopirit, spalerit, galena, tertahidrit, bornit, dan kalkosit. Mineral penyerta terdiri dari kuarsa,
karbonat (kalsit, siderit, rodokrosit), dan pirit. Mineral alterasi terdiri dari serisit, kuarsa, kalsit,
dolomit, pirit, ortoklas, dan lempung.
Tipe epitermal terbentuk di lingkungan dangkal dengan temperatur < 300oC, dan fluida
hidrotermal diinterpretasikan bersumber dari fluida meteorik. Endapan tipe ini merupakan
kelanjutan dari sistem hidrotermal tipe porfiri, dan terbentuk pada busur magmatik bagian dalam
di lingkungan gunungapi kalk-alkali atau batuan dasar sedimen (Heyba et al., 1985 dalam
Corbett dan Leach, 1996). Sistem ini umumnya mempunyai variasi endapan sulfida rendah dan
sulfida tinggi (gambar 4). Mineral bijih terdiri dari timonidsulfat, arsenidsulfat, emas dan perak,
stibnite, argentit, cinabar, elektrum, emas murni, perak murni, selenid, dan mengandung sedikit
galena, spalerit, dan galena. Mineral penyerta terdiri dari kuarsa, ametis, adularia, kalsit,
rodokrosit, barit, flourit, dan hematit. Mineral alterasi terdiri dari klorit, serisit, alunit, zeolit,
adularia, silika, pirit, dan kalsit.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya mineral alterasi dan mineral
bijih dalam suatu sistem hidrotermal (Corbett dan Leach, 1988), adalah :
1. Komposisi kimia dan konsentrasi larutan hidrotermal
Komposisi kimia dan konsentrasi larutan panas yang bergerak, bereaksi dan berdifusi
mempunyai pH antara 4-8, mengandung banyak ikatan klorida dan sulfida konsentrasinya encer
sehingga memudahkan untuk bergerak.
2. Sifat dan komposisi batuan samping (host rock)
Komposisi batuan samping sangat berpengaruh terhadap penerimaan bahan larutan hidrotermal
sehingga memungkinkan terjadinya alterasi mineral. Batuan yang reaktif adalah batuan yang
mengandung karbonat seperti batugamping dan dolomite yang umumnya menghasilkan cebakan
Tembaga (Cu), Seng (Zn), Timbal (Pb), dan Mangan (Mn).
3. Struktur lokal batuan samping
Struktur lokal batuan samping terutama struktur rekahan-rekahan atau celah-celah dan
mengakibatkan larutan hidrotermal mudah bergerak, bereaksi dan berdifusi dengan batuan
dinding.
Rekahan pada batuan samping dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
A. Rekahan asli:
a. Pore space, yaitu pori-pori antar mineral
b. Crystal lattice, yaitu kisi-kisi antar mineral
c. Vesicles atau blow holes, yaitu lubang-lubang bekas keluarnya gas pada saat lava membeku.
d. Cooling cracks, yaitu rekah kerut akibat kontraksi lava sewaktu membeku
e. Igneous breccia cavities, yaitu celah-celah seperti pada breksi vulkanik, breksi terobosan, dan
fragmen batuan beku.
B. Rekahan akibat gerakan :
a. Fissure, yaitu rekahan akibat patahan
b. Shear zone cavities, yaitu rekahan yang berkumpul pada suatu tempat akibat patahan kecil
c. Rekahan akibat pengangkatan dan perlipatan
d. Volcanics pipes, yaitu lubang-lubang akibat letusan gunungapi
e. Tectonic breccias, yaitu rekahan-rekahan pada breksi akibat tektonik yang terjadi

f. Collapse breccia, yaitu rekahan pada breksi akibat kolaps atau roboh
g. Solution caves, yaitu celah-celah akibat pelarutan
h. Rock alteration opening, yaitu pori-pori akibat alterasi
4. Banyaknya mineral yang mudah terubah
Banyaknya mineral-mineral yang mudah terubah ditentukan oleh derajat ketahanan mineralmineral terhadap alterasi. Adapun mineral yang mudah terubah adalah mineral silikatferromagnesian yang berwarna gelap seperti olivine, piroksen, dan hornblende yang terubah
menjadi klorit, epidot, dan leucoxene (alterasi ilmenit). Mineral-mineral plagioklas terutama
terubah menjadi serisit, epidot, albit, klino-zoisit, klorit, dan mineral lempung.
5.

Temperatur dan tekanan

Temperatur dan tekanan berpengaruh terhadap kemampuan larutan hidrotennal untuk bergerak,
bereaksi dan berdifusi, melarutkan serta membawa bahan-bahan yang akan bereaksi dengan
batuan samping. Adapun temperatur proses alterasi hidrotermal berkisar antara 78C sampai
573C, yaitu dibawah titik inversi mineral kuarsa.

( Gambar 3: Model mineralisasi emas-perak lingkaran Pasifik )

( Gambar 4: Model fluida sulfida tinggi dan rendah (Corbett dan Leach, 1996) )
Morrison, 1997, mengemukakan beberapa asosiasi mineral petunjuk sistem hipogen dalam
proses magmatik yang berhubungan dengan mineralisasi epigenetik sebagai berikut:
Tabel 1: Asosiasi mineral petunjuk sistem hipogen dalam proses magmatik yang
berhubungan dengan mineralisasi epigenetik (Morrison, 1997).

Zonasi alterasi dapat mempunyai bentuk geometri yang berbeda-beda, mulai dari bentuk
konsentris, linier, sampai tidak teratur dan komplek. Zonasi alterasi endapan Porfiri Cu
mempunyai bentuk konsentris. Bagian inti/tengah terdiri dari alterasi potasik, berkomposisi
potasium feldspar dan biotit. Bagian tengah merupakan zonasi alterasi philik tersusun oleh
kuarsa-serisit-pirit. Bagian paling luar mempuyai alterasi propilitik, mineraloginya tersusun oleh
kuarsa-klorit-karbonat, dan setempat-setempat terdapat epidot, albit atau adularia. Endapan
epitermal berbentuk urat/vein yang berasosiasi dengan struktur mayor mempunyai pola linier dan
paralel dengan arah struktur. Urut-urutan zonasi alterasi dari temperatur tinggi ke temperatur
rendah adalah argilik sempurna, serisit, argilik, dan propilitik.
Mineralisasi/alterasi endapan urat yang berasosiasi dengan endapan logam dasar dicirikan
oleh zonasi pembentukan mineral dari temperatur tinggi sampai rendah. Urat/vein di daerah
proksimal kaya kandungan tembaga dan rasio logam dibanding sulfur tinggi. Daerah ini dicirikan
oleh hadirnya alterasi argillik sempurna di bagian dalam dan ke arah luar berubah menjadi
alterasi serisitik. Daerah distal kaya kandungan timbal dan zeng, dan terdiri dari mineral sulfida
dengan rasio logam dibanding sulfur rendah. Alterasi yang berkembang di daerah ini berupa

alterasi propilitik, semakin ke arah jauh dari urat tersusun oleh batuan tidak teralterasi
(Panteleyev, 1994; Corbett, 2002).
Tabel 2: Dominasi komposisi mineralisasi/alterasi pada temperatur tinggi dan rendah
(disederhanakan dari Corbett, 2002)
TEMPERATUR TINGGI

TEMPERATUR RENDAH

Kalkopirit

Galena, spalerit

Kuarsa kristalin (comb stucture)

Kalsedon-opal

Kuarsa butir kasar

Kuarsa butir halus

Serisit

Smektit-illit

Philik

Propilitik

GuilbertdanPark, 1986, mengemukakan model hubungan antara mineralisasi dan alterasi


dalam sistem epitermal (gambar 6). Beberapa asosiasi mineral bijih maupun mineral skunder erat
hubungannya dengan besar temperatur larutan hidrotermal pada waktu mineralisasi. Mineral
bijih galena, sfalerit dan kalkopirit terbentuk pada horison logam dasar bagian bawah dengan
temperatur 350oC. Pada horison ini alterasi bertipe argilik sempurna dan terbentuk mineral
alterasi temperatur tinggi seperti adularia, albit dan feldspar. Fluida hidrotermal di horison logam
dasar (bagian tengah) bertemperatur antara 200o- 400oC. Mineral bijih terdiri dari argentit,
elektrum, pirargirit dan proustit. Mineral ubahan terdiri dari serisit, adularia, ametis, sedikit
mengandung albit. Horison bagian atas terbentuk pada temperatur < 200oC. Mineral bijih terdiri
dari emas di dalam pirit, Ag-garamsulfo dan pirit. Mineral ubahan berupa zeolit, kalsit, agat.

( Gambar 6: Alterasi hubungannya dengan mineralisasi dalam tipe endapan epitermal logam
dasar (Guilbert dan Park, 1986) )
Berdasarkan pada kisaran temperatur dan pH, komposisi alterasi pada sistem emastembaga hidrotermal di lingkaran Pasifik dapat dikelompokan menjadi 6 tipe alterasi (Corbett
dan Leach, 1996), yaitu:
a.

Argilik sempurna (silika pH rendah, alunit, dan group mineral alunit-kaolinit.

b.

Argilik tersusun oleh anggota kaolin (halosit, kaolin, dikit) dan illit (smektit, selang-seling illlitsmektit, illit) dan group mineral transisi (klorit-illit).

c.

Philik tersusun oleh anggota kaolin (piropilit-andalusit) dan illit (serisit-mika putih) berasosiasi
dengan mineral pada temperatur tinggi seperti serisit-mika-klorit.

d. Subpropilitik tersusun oleh klorit-zeolit yang terbentuk pada temperatur rendah dan propilitik
tersusun oleh klorit-epidot-aktinolit terbentuk pada temperatur rendah.
e.

Potasik tersusun oleh biotit-K-feldspar-aktinolit+klinopiroksen.

f.

Skarn tersusun oleh mineral kalk-silikat (Ca-garnet, klinopiroksen, tremolit).

( Gambar 7: Mineralogi alterasi di dalam sistem hidrotermal


(Corbett dan Leach, 1996) )

http://atmantokukuh.blogspot.com/2012/11/penjelasan-mengenai-diskordandan.html

Anda mungkin juga menyukai