Anda di halaman 1dari 34

Metamorfisme dan Batuan Metamorf

Disusun Oleh :

Raka Ineka Tresno 4211413013

Aditya Yudha Perdana 4211413021

Siti Nurhikmah 4211414003


Metamorfosis Metamorfosa

Tekanan, temperatur, aktivitas kimia


REGIONAL/DINAMOTHERMAL

Orogenik Burial Dasar dan Samudera


LOKAL

Kontak Dinamik Hidrotermal Impact


Macam-Macam Batuan Malihan (Metamorf)
Slate : Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan sedimen Shale atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan
suhu yang rendah. Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir yang sangat halus (very fine grained).

Filit : Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite mica dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.
Gneiss : Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh
rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan amphibole.

Sekis : Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika, grafit, horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-
berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.
Marmer : Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium
karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi.

Kuarsit : Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika
batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh
proses metamorfosis .
Milonit : Milonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan pengurangan ukuran
butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah seperti schistose.

Filonit : Merupakan batuan metamorf dengan derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate. Umumnya terbentuk dari proses metamorfisme Shale dan Mudstone.
Filonit mirip dengan milonit, namun memiliki ukuran butiran yang lebih kasar dibanding milonit dan tidak memiliki orientasi. Selain itu, filonit merupakan
milonit yang kaya akan filosilikat (klorit atau mika).
Serpetinit : Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana mineral ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization).
Serpentinisasi adalah proses proses metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan dan air, sedikit silica mafic dan batuan ultramafic teroksidasi
dan ter-hidrolize dengan air menjadi serpentinit.

Hornfels : Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh temperatur dan intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas
seperti dapur magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.
Ciri-ciri Batuan Malihan (Metamorf)

Ciri-ciri batuan malihan diuraikan sebagai berikut.

1. Amphibolite, berwarna hijau hingga hitam dengan truktur halus hingga kasar, keras, dan kristal kasar.

2. Gabbro, berwarna abu-abu hingga hitam dan merah muda hingga merah. Strukturnya berupa kristal kasar.

3. Marbel, terdiri atas banyak warna campuran dan memiliki struktur yang sama dengan gabbro.

4. Kuarsa, berwarna putih abu-abu, kekuningan, dan merah muda. Stukturnya padat, keras, kadang mengilap.

5. Schist, berwarna putih, abu-abu, kuning, merah, hijau, dan hitam. Strukturnya berlapis-lapis dan mengilap.

6. Slase, berwarna kuning, merah, abu-abu, hijau, dan hitam. Strukturnya mengilap, padat, halus, dan dapat dibelah.
Batas Lempeng Tektonik
Zona Batas Divergen

Lempeng divergen adalah keadaan dimana suatu lempeng akan bergerak saling menjauhi, sehingga pada pusat pergerakan lempeng akan terbentuk lapisan
astenosfer yang baru dan menyebabkan makin meluasnya area dari lempeng tersebut.

Ada dua macam zona yang terbentuk akibat kejadian lempeng divergen, yaitu:

a. Zona divergen antara lempeng-lempeng pada lantai dasar samudera.


Tempat pertemuan dua batas lempeng dengan tipe Lempeng divergen disebut seafloor spreading atau spreading center. Contohnya terdapat pada pertemuan
antara lempeng Amerika Utara dan lempeng Eurasia di Samuera Antartika, sedangkan

b. Zona divergen antara dua lempeng benua.

Zona divergen antara Lempeng Eurasia-Amerika Utara, Islandia.

Ciri-ciri morfologi zona divergen:Keadaan ini menyebabkan terjadinya rekahan yang cukup besar pada daratan. Rekahan itu akan terus meluas setiap tahunnya.
Sebagai contoh yang terjadi di Afrika Timur yang dikenal sebagai Great Rift Valley.

Adanya bekas tarikan berlawanan arah antara kedua lempeng, yang bisa ditandai dengan: celah antara kedua lempeng, atau bisa juga dengan adanya penipisan
lempeng di pertengahan kedua arah gaya.

Pada zona ini bisa terbentuk gunungapi, dimana magma di dalam bumi akan lebih mudah mencapai permukaan (dikarenakan lempeng yang menipis). Dicirikan
gunungapi cenderung berbentuk landai.
Zona Batas Konvergen

Gunung Himalaya, salah satu bentuk morfologi alam hasil konvergensi lempeng benua.

Ada tiga model dari tipe lempeng konvergen, yaitu : Sesuai dengan namanya, zona ini terbentuk akibat pergerakan lempeng yang sifatnya konvergen. Pergerakan
Lempeng kovergen yaitu gerakan yang merepresentasikan bahwa terdapat lempeng-lempeng yang saling mendekat, bahkan bertumbukan. Pada tipikal zona
konvergen berupa penunjaman lempeng samudera-lempeng benua, hal tersebut menyebabkan salah satu dari lempengyaitu lempeng samuderaakan tersubduksi
ke dalam mantel.
1. Pertemuan antara lempeng samudera dengan lempeng samudera.

Model Zona Batas Konvergen (Samudera Samudera).

Pada daerah konvergensi lempeng samudera-lempeng samudera, salah satu lempeng yang beratnya lebih tinggi dari lempeng lainnya akan tersubduksi ke arah
mantel. Sehingga, pada daerah pertemuan tersebut akan terbentuk daerah kepulauan yang terdiri dari gunung-gunung laut. Pertemuan lempeng yang seperti ini
biasanya terjadi di daerah laut dalam dengan kedalaman lebih dari 11000 meter, contohnya adalah rangkaian kepulauan yang dipenuhi gunung api sepanjang
Mariana Trench di bagian barat Samudera Pasifik.
2. Pertemuan antara lempeng samudera dengan lempeng benua.

Model Zona Batas Konvergen (Benua Samudera).

Karena densitas lempeng samudera lebih tinggi, lempeng samudera akan tersubduksi ke arah mantel dan menyebabkan terbentuknya gunung-gunung api aktif di
daratan benua. Adapun terjadinya gunung-gunung aktif tersebut, adalah karena adanya pergesekan antara lempeng samudera dengan batuan-batuan di sekitarnya,
dimana batuan akan leleh dan berubah fase menjadi cair (magma). Hal itu terjadi karena pergerakan lempeng samudera. Akibatnya, magma akan merambat ke
permukaan melalui rekahan-rekahan, sehingga terbentuklah gunung api. Daerah konvergen ini dicirikan dengan adanya aktivitas seismik yang cukup tinggi, bahkan
kebanyakan gelombang tsunami tak jarang terjadi akibat hal tersebut. Contoh tipe konvergensi lempeng benualempeng samudera terdapat di daerah zona
penyusupan di sepanjang Pantai barat Sumatera dan di sepanjang Pantai Selatan Jawa.
3. Pertemuan antara lempeng benua dengan lempeng benua.

Model Zona Batas Konvergen (Benua Benua)

Peristiwa konvergensi ini mengakibatkan terjadinya lipatan yang semakin lama areanya semakin luas dan semakin tinggi, sebagai contoh adalah pembentukan
pegunungan Himalaya dan daerah dataran tinggi Tibet.
Ciri-ciri morfologi zona konvergen:

Jika salah satu lempeng menunjam ke dalam mantel, dapat kita lihat bahwa di permukaan bumi tersebut, terdapat kenampakan batas penunjaman antara kedua
lempeng, dimana satu lapisan lempeng terlihat masuk ke dalam lapisan lempeng lain. Batas antara kedua lempeng ini disebut

Terdapat bentang alam berupa busur pegunungan. Pegunungan tersebut akan memanjang sesuai dengan jalur trench. Tipikal gunung biasanya berwujud tinggi.
Dapat dimungkinkan juga terjadi gunungapi, apabila pergerakan lempeng saat menunjam dapat menyebabkan batuan sekitar menjadi leleh dan berwujud
magma, lalu magma mencapai permukaan bumi.

Jika terbentuk di laut, bisa memicu terjadinya busur kepulauan gunungapi.

Jika terbentuk di zona konvergensi samudera-benua, akan memicu busur gunungapi tepi kerak benua.

Jika terbentuk di pertemuan lempeng benua, akan membentuk wilayah pegunungan (mountain range) yang cukup tinggi.
Zona Batas Transform

Model Zona Batas Transform.

Tipe pertemuan antara dua lempeng tektonik yang bergerak secara horisontal dan berlawanan arahnya. Tidak seperti pola struktur yang terbentuk dalam zona
konvergen, pada tipe zona transform tidak ada pembentukan lapisan astenosfer baru atau terjadinya penunjaman yang dilakukan oleh salah satu lempeng terhadap
lainnya. Tipe pergerakan transform bisa terjadi, baik di antara lempeng samudera, maupun di antara lempeng benua. Sebagai contoh adalah pergerakan transform
yang terjadi pada dua buah lempeng benua di California,mengakibatkan terjadinya Patahan San Andreas.
Patahan San Andreas, Los Angeles, Amerika Serikat.

Ciri-ciri morfologi zona transform:

Pergerakan lempeng yang saling berlawanan arah akan membentuk struktur geologi yang berbentuk seperti patahan/sesar secara horizontal.
Jenis-Jenis Batas Lempeng
Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan
fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:

Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar
transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi
yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.

Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona
retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen

Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona
subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua.
Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air),
sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas
vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).
Tiga jenis batas lempeng (plate boundary).
Granitasi Metasomatisme
Metasomatisme adalah perubahan kimia dari batuan yang disebabkan oleh cairan hidrotermal dan cairan lainnya. Sinonim dari metasomatisme adalah metasomatos
dan proses metasomatik. Kata metasomatisme juga dapat digunakan sebagai nama untuk varietas metasomatisme tertentu (misalnya Mg-metasomatos dan Na-
metasomatos)

Dalam lingkungan metamorf, metasomatisme diciptakan oleh transfer massa dari volume batuan metamorf pada stress dan suhu yang lebih tinggi ke zona dengan
stres dan suhu yang lebih rendah, dengan larutan hidrotermal metamorfik berlaku sebagai pelarut. Sebagai gambaran ,ketika batuan metamorf yang berada di kerak
terdalam mengalami kehilangan cairan beserta komponen - komponen mineral terlarut akibat pecahnya mineral-mineral hidrat , cairan ini meresap (perkolasi) naik
ke kerak hingga ke kedalaman dangkal, yang menyebabkan batuan di daerah dangkal ini berubah.
GRANIT

Pengertian batuan granit adalah salah satu jenis batuan beku yang memiliki warna cerah, butirannya kasar, tersusun dari mineral dominan berupa kuarsa dan
feldspar, serta sedikit mineral mika dan amfibol. Menurut ilmu petrologi, granit didefinisikan sebagai batuan beku yang di dalamnya terkandung mineral kuarsa
sebesar 10 50 persen dari kendungan total mineral felseik, serta mineral alkali feldspar sebanyak 65 90 persen dari jumlah seluruh mineral feldspar. Sedangkan
dalam dunia industri, granit diartikan sebagai batuan yang butiran atau biji- bijiannya dapat dilihat dengan jelas dan mempunyai kepadatan yang lebih keras dari
marmer. Definisi- definisi tersebut dijabarkan dari kata granit yang berasal dari kata granum yang mempunyai arti butiran padi.
Granitasi Metasomatisme

Adalah batuan granit yang mengalami proses metasomatisme sehingga batuannya mengalami perubahan fisik maupun kimiawi. Hal ini dapat disebabkan oleh
adanya transfer dari volume massa pada stress dan suhu yang sangat tinggi ke zona stress dan suhu yang ebih rendah
GEOTERMOMETER
Geotermometer merupakan bentuk persamaan yang digunakan untuk memperkirakan suhu di bawah permukaan bumi (reservoir) berdasarkan konsep ketergantungan
kesetimbangan kimia (larutan maupun gas) terhadap temperatur. Metode ini biasa digunakan dalam asesmen potensi panasbumi suatu daerah maupun dalam
penelitian ilmiah lain. Suatu set kesetimbangan kimia yang telah terdefinisi persamaan kesetimbangannya.

Dalam memperkirakan suhu sebuah reserfoir panas ada 5 anggapan dasar yang harus dipatuhi, yaitu:
1. Reaksi-reaksi unsur kimia pokok yang terjadi di dalam reservoir tergantung suhu.
2. Adanya tambahan unsur-unsur kimia yang memadai atau tersedianya unsur-unsur kimia di dalam reservoir yang digunakan sebagai geotermometer.
3. Kesetimbangan kimia antara air dan batuan terjadi pada suhu reservoir.
4. Tidak ada evolusi atau tidak terjadi percampuran dengan air yang berbeda selama air mengalir ke permukaan.
5. Tidak terjadi kesetimbangan baru selama air mengalir dari reservoir ke permukaan.
Secara analitik, bentuk umum ketergantungan konstanta kesetimbangan reaksi dengan temperatur dirumuskan sebagai:

dengan K adalah konstanta kesetimbangan reaksi kimia; T adalah temperatur kesetimbangan (Kelvin); a, b dan c adalah konstanta- konstanta geotermometer.
Konstanta kesetimbangan dan temperatur melibatkan dua bentuk persamaan, yaitu:

Dengan Cp adalah kapasitas kalor pada tekanan tetap; H adalah entalpi. Persamaan (2) merupakan persamaan Vant Hoff dan persamaan (3) merupakan persamaan
kapasitas kalor. Jika persamaan (3) diintegrasikan, diperoleh:
dengan c1 adalah konstanta hasil integrasi. Substitusi persamaan (4) ke persamaan (2) menjadi:

Jika persamaan (5) diintegrasikan akan menjadi:

Jika dibandingkan dengan persamaan (1),diperoleh:


c2 = a, -c1/R = b dan Cp/R = c
JENIS JENIS GEOTERMOMETER
Geotermometer Silika
Geotermometer silika dibuat berdasarkan kelarutan berbagai jenis silika dalam air sebagai fungsi dari temperatur yang ditentukan dengan percobaan atau
eksperimen. Reaksi yang menjadi dasar pelarutan silika dalam air adalah SiO2 (s) + 2H2O H4SiO4. Pada kebanyakan sistem panasbumi fluida di kedalaman
mengalami ekuilibrium dengan kuarsa. Pada fluida dengan reservoir bersuhu > 220C kuarsa dapat mengendap akibat pendinginan perlahan, apabila pendinginan
berlangsung dengan sangat cepat (misalnya pada mulut mata air) maka yang terbentuk atau mengendap adalah silika amorf. Dari konsentrasi fluida kita bias tahu
konsentrasi fluida dalam sampel dan mengetahui taksiran dari temperature reservoir.
Geotermometer Na-K-Ca
Geotermometer Na-K dapat diterapkan untuk reservoir air klorida dengan suhu > 180C. Geotermometer ini punya keunggulan yaitu tidak banyak terpengaruh oleh
dilution ataupun steam loss. Geotermometer ini kurang bagus untuk suhu < 100 C juga untuk air yang kaya Ca yang banyak berasosiasi dengan endapan travertine.
Geotermometer Na-K-Ca-Mg
Dengan menggunakan perbandingan unsur-unsur Na, Mg, dan K kita dapat mengetahui temperature dari reservoir berdasarkan unsur-unsur tersebut yang larut dalam
fluida geothermal. Na/K mewakili proses kesetimbangan reaksi di dalam reservoir yang bersifat lambat,. K-Mg mewakili proses kesetimbangan yang cepat pada
daerah yang mendekati permukaan. Keduanya dapat digunakan untuk mengevaluasi di dalam reservoir maupun di level dekat permukaan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai