Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Penelitian

Sundaland adalah inti dari kerak benua Asia Tenggara. Secara fisiografis,
Sundaland meliputi Paparan Sunda (Sunda Shelf) berserta daratan lain seperti
Semenanjung Malaya, Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi bagian barat dan Serawak,
pada bagian barat dan selatan dibatasi oleh palung Sunda dan Jawa. Di bagian timur
laut dibatasi oleh Red River Shear Zone, sedangkan di bagian barat laut dibatasi oleh
Blok Burma sepanjang struktur pada periode cretaceous dan zona ofiolit. (Hutchison,
1973). Secara umum perkembangan Sundaland dibagi menjadi dua fase: Fase pertama
pada zaman Permian – Trias, dan Fase kedua pada zaman Jura-Kapur. (Hall, 2014)
Pada Fase kedua zaman Jura sampai Kapur kususnya pada Pegunungan Meratus,
memiliki kondisi geologi kompleks mulai dari keterdapatan Cekungan Barito dan
Asem-Asem, kompleks melange pegunungan Meratus, kepulauan metamorfosa dan
batuan bersifat ophiolitik Kondisi tektonik kompleks daerah Meratus tersebut
diakibatkan evolusi paparan sunda selama zaman Kapur Awal sampai zaman Kuarter.
Terjadinya peristiwa subduksi lempeng samudera terhadap paparan Sunda bagian
timur dan tenggara. Kolisi mikrokontinen Sulawesi Barat Daya, Tersingkapnya tubuh
batuan melange hingga terbentuknya Gunung Meratus dan pemekaran Selat Makasar
merupakan peristiwa-peristiwa utama terbentuknya daerah Kalimantan Tenggara pada
saat ini (Soesilo, 2015).
Ada perbedaan pendapat terkait mengarah kemana subduksi di Tenggara
Sundaland, pendapat pertama menyatakan arah subduksi di Tenggara Sundaland
mengarah ke timur yaitu Guntoro 1999.
Pendapat kedua menyatakan bahwa arah subduksi di Tenggara Sundaland mengarah
ke barat yaitu Wakita et al 1996, Parkinson 1996, Hamilton 1973, Hall 2014 dan
Soesilo 2015.
Berdasarkan peristiwa diatas pada penelitian kali ini mencoba melakukan
pendekatan dengan metode Geofisika untuk dapat mengidentifikasi zona subduksi
khususnya Zaman Kapur dan arah subduksi Mesozoikum Ahkir di Tenggara

1
Sundaland yaitu metode Tomografi seismik dengan teknik ray tracing shooting
dimana prinsip utama metode ini adalah dapat mengidentifikasi gambaran bawah
permukaan bumi (zona subduksi) dalam domain kecepatan dan dapat mencitrakan
struktur bawah permukaan bumi secara lebih presisi. Gelombang P dipilih karena
gelombang ini memiliki karakter ofset yang jelas terlihat sehingga mudah di baca
waktu tiba gelombangnya dibandingkan dengan jenis gelombang seismik yang lain.

1.2. Perumusan Masalah

Ada dua pendapat terkait pembentukkan Pegunungan Meratus pendapat pertama


(Guntoro 1999) menyatakan terdapat satu subduksi pada zaman Kapur Akhir, lempeng
pasifik mendorong Sulawesi bagian Barat berlawanan dengan Kalimantan Tenggara
menyebabkan rapatan pada cekungan samudera, sehingga pada akhirnya
menyebabkan tumbukan. Perisitiwa ini menghasilkan pengangkatan Gunung Meratus
dan perpindahan kompleks basement di Meratus dan Sulawesi Barat Daya dan arah
subduksi di Tenggara Sundaland mengarah ke timur.
Pendapat kedua menyatakan arah subduksi di Tenggara Sundaland menggarah ke barat
(Hamilton 1973, Wakita et al 1996, Parkinson 1996, Hall 2014 dan Soesilo 2015.) dan
pembentukan di Pegunungan Meratus terdapat dua subduksi yaitu subduksi zaman
Jura dan subduksi zaman Kapur (Soesilo, 2015), dimana Subduksi Jura berhenti ketika
tumbukan Paternoster terhadap Sundaland terjadi pada Kapur Awal. Tumbukan
menyebabkan penebalan kerak dan menghasilkan Granulite bertekanan tinggi pada
Meratus. Sedangkan Subduksi di selatan dataran Paternoster, menuju ke utara
menekan gerakan Ceno-tethys ke bawah mikrokontinen Paternoster.
Dari dua pendapat mengenai pembentukan Pegunungan Meratus tersebut peniliti
melakukan pendekatan dengan metode Geofisika yaitu metode Tomografi Seismik
dengan teknik ray tracing shooting untuk mengidentifikasi subduksi yang ada di
Pegunungan Meratus terutama subduksi Zaman Kapur dan arah subduksi di Tenggara
Sundaland.

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah yang di bahas dalam penelitian ini adalah :

1. Ruang lingkup lokasi pengambilan data pada sepanjang Pulau Kalimantan


sampai Pulau Sulawesi.

2
2. Menganalisa sebaran hypocentre sebelum di relokasi dan setelah di relokasi
menggunakan metode Inversi Geiger sebagai kondisi bawah permukaan.

3. Menganalisa sebaran dan total ray tracing untuk setiap grid block sebagai
evaluasi model inversi tomografi.

4. Menganalisa kedalaman dan geometri zona Subduksi Sundaland, berdasarkan


nilai kecepatan model inversi tomografi travel time gelombang P yang dilalui
oleh ray path.

1.4. Asumsi

Terjadi kolisi paternosfer dan Sundaland pada Zaman Jura dan Subduksi Kapur
daerah Meratus peternosfer di Sulawesi Selatan mengarah ke barat berdasarkan
pendekatan Metamorf (Soesilo, 2015) dari penelitian tersebut peneliti melakukan
penelitian lanjut dengan metode Geofisika yaitu metode tomorafi seismik.
Berdasarkan nilai kecepatan gelombang pada objek penelitian untuk dapat
mengidentifikasi subduksi zaman Kapur. Nilai kecepatan tinggi di interpretasikan
sebagai zona subduksi pada daerah penelitian.

1.5. Hipotesis

Mengidentifikasi zona Subduksi Kapur di wilayah Pegunungan Meratus dengan


metode Geofisika yaitu metode Tomografi Seismik Teknik ray tracing shooting
berdasarkan nilai cepat rambat gelombang (gelombang P) pada suatu medium bawah
permukaan, nilai kecepatan tinggi di interpretasikan sebagai zona subduksi. Data
gempa yang digunakan adalah data gempa tahun 1906 sampai 2017 sumber gempa
berasal dari Kalimantan dan Sulawesi bagian selatan.

1.6. Maksud dan Tujuan

Maksud :

1. Mengganalisa model bawah permukaan hasil inversi tomografi seismik dengan


metode ray tracing shooting
2. Merelokasi hypocenter gempa pada daerah penelitian

3
Tujuan :

1. Mendapatkan penampang 2D dan 3D zona Subduksi Sundaland di bawah


peggunungan Meratus
2. Mengatahui arah subduksi di Tenggara Sundaland
3. Mendapatkan nilai kecepatan setiap lapisan berdasarkan hasil dari inversi
tomografi seismik
4. Mendapatkan peta pesebaran hyposenter gempa yang telah di relokasi

1.7. Lokasi Penelitian

Luas daerah penelitian 450 x 800 km2, batas area penelitian utara Sulawesi x
=120.591926 y = -1.463042, selatan Sulawesi x =120.620515, y= -5.751738, utara
Kalimantan x = 113.575908, y = -1.420343, selatan Kalimantan x =113.624942, y= -
5.823564. Target kedalaman pengamatan -300 km (Gambar 1.2.).

Lokasi Penelitan

Gambar 1.1. Peta lokasi penelitian (lokasi penelitian modifikasi dari Hall, 2014)

4
1.8. Manfaat Penelitian

1. Bagi Keilmuan
Memberikan data geologi maupun geofisika, diharapkan bisa membantu
penelitian selanjutnya dalam menentukan metode yang tepat dalam
mengambarkan zona Tektonik Lempeng.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan gambaran dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai geologi
dan metode tomografi seismik daerah penelitian
3. Bagi Pemerintah
Memberikan informasi kepada pemerintah yang terkait dan berkompeten
didalamnya dapat menjadi suatu sarana acuan dan referensi dasar pertimbangan
dalam melakukan kegiatan serupa pada daerah-daerah lain untuk kegiatan
tomografi seismik.

Anda mungkin juga menyukai