PENDAHULUAN
Sundaland adalah inti dari kerak benua Asia Tenggara. Secara fisiografis,
Sundaland meliputi Paparan Sunda (Sunda Shelf) berserta daratan lain seperti
Semenanjung Malaya, Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi bagian barat dan Serawak,
pada bagian barat dan selatan dibatasi oleh palung Sunda dan Jawa. Di bagian timur
laut dibatasi oleh Red River Shear Zone, sedangkan di bagian barat laut dibatasi oleh
Blok Burma sepanjang struktur pada periode cretaceous dan zona ofiolit. (Hutchison,
1973). Secara umum perkembangan Sundaland dibagi menjadi dua fase: Fase pertama
pada zaman Permian – Trias, dan Fase kedua pada zaman Jura-Kapur. (Hall, 2014)
Pada Fase kedua zaman Jura sampai Kapur kususnya pada Pegunungan Meratus,
memiliki kondisi geologi kompleks mulai dari keterdapatan Cekungan Barito dan
Asem-Asem, kompleks melange pegunungan Meratus, kepulauan metamorfosa dan
batuan bersifat ophiolitik Kondisi tektonik kompleks daerah Meratus tersebut
diakibatkan evolusi paparan sunda selama zaman Kapur Awal sampai zaman Kuarter.
Terjadinya peristiwa subduksi lempeng samudera terhadap paparan Sunda bagian
timur dan tenggara. Kolisi mikrokontinen Sulawesi Barat Daya, Tersingkapnya tubuh
batuan melange hingga terbentuknya Gunung Meratus dan pemekaran Selat Makasar
merupakan peristiwa-peristiwa utama terbentuknya daerah Kalimantan Tenggara pada
saat ini (Soesilo, 2015).
Ada perbedaan pendapat terkait mengarah kemana subduksi di Tenggara
Sundaland, pendapat pertama menyatakan arah subduksi di Tenggara Sundaland
mengarah ke timur yaitu Guntoro 1999.
Pendapat kedua menyatakan bahwa arah subduksi di Tenggara Sundaland mengarah
ke barat yaitu Wakita et al 1996, Parkinson 1996, Hamilton 1973, Hall 2014 dan
Soesilo 2015.
Berdasarkan peristiwa diatas pada penelitian kali ini mencoba melakukan
pendekatan dengan metode Geofisika untuk dapat mengidentifikasi zona subduksi
khususnya Zaman Kapur dan arah subduksi Mesozoikum Ahkir di Tenggara
1
Sundaland yaitu metode Tomografi seismik dengan teknik ray tracing shooting
dimana prinsip utama metode ini adalah dapat mengidentifikasi gambaran bawah
permukaan bumi (zona subduksi) dalam domain kecepatan dan dapat mencitrakan
struktur bawah permukaan bumi secara lebih presisi. Gelombang P dipilih karena
gelombang ini memiliki karakter ofset yang jelas terlihat sehingga mudah di baca
waktu tiba gelombangnya dibandingkan dengan jenis gelombang seismik yang lain.
2
2. Menganalisa sebaran hypocentre sebelum di relokasi dan setelah di relokasi
menggunakan metode Inversi Geiger sebagai kondisi bawah permukaan.
3. Menganalisa sebaran dan total ray tracing untuk setiap grid block sebagai
evaluasi model inversi tomografi.
1.4. Asumsi
Terjadi kolisi paternosfer dan Sundaland pada Zaman Jura dan Subduksi Kapur
daerah Meratus peternosfer di Sulawesi Selatan mengarah ke barat berdasarkan
pendekatan Metamorf (Soesilo, 2015) dari penelitian tersebut peneliti melakukan
penelitian lanjut dengan metode Geofisika yaitu metode tomorafi seismik.
Berdasarkan nilai kecepatan gelombang pada objek penelitian untuk dapat
mengidentifikasi subduksi zaman Kapur. Nilai kecepatan tinggi di interpretasikan
sebagai zona subduksi pada daerah penelitian.
1.5. Hipotesis
Maksud :
3
Tujuan :
Luas daerah penelitian 450 x 800 km2, batas area penelitian utara Sulawesi x
=120.591926 y = -1.463042, selatan Sulawesi x =120.620515, y= -5.751738, utara
Kalimantan x = 113.575908, y = -1.420343, selatan Kalimantan x =113.624942, y= -
5.823564. Target kedalaman pengamatan -300 km (Gambar 1.2.).
Lokasi Penelitan
Gambar 1.1. Peta lokasi penelitian (lokasi penelitian modifikasi dari Hall, 2014)
4
1.8. Manfaat Penelitian
1. Bagi Keilmuan
Memberikan data geologi maupun geofisika, diharapkan bisa membantu
penelitian selanjutnya dalam menentukan metode yang tepat dalam
mengambarkan zona Tektonik Lempeng.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan gambaran dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai geologi
dan metode tomografi seismik daerah penelitian
3. Bagi Pemerintah
Memberikan informasi kepada pemerintah yang terkait dan berkompeten
didalamnya dapat menjadi suatu sarana acuan dan referensi dasar pertimbangan
dalam melakukan kegiatan serupa pada daerah-daerah lain untuk kegiatan
tomografi seismik.