Anda di halaman 1dari 9

IDENTIFIKASI STUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN

METODE GRAVITY DI DESA PAGERWANGI, KECAMATAN LEMBANG, KBB

Pengajuan Proposal

Diajukan untuk Mendapatkan Bantuan Dana dari Jurusan Fisika


UIN Sunan Gunung Djati Bandung Tahun Anggaran 2016

Oleh:
Asri Silvia
NIM: 1137030012

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TAHUN 2016

Identifikasi Stuktur Bawah Permukaan Dengan Menggunakan Metode Gravity Di Desa


Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Kbb
Abstrak. Metode gravity ini digunakan untuk menggambarkan bentuk (stuktur) geologi bawah
permukaan berdasarkan pada variasi medan gravitasi bumi yang ditimbulkan oleh perbedaan
densitas antar batuan. Prinsip metode ini berdasarkan pada anomali gaya berat yang muncul
karena adanya keanekaragaman rapat massa batuan yang menggambarkan adanya struktur
geologi dibawah permukaan bumi. Untuk alat yang digunakan dalam penelitian ini, saya akan
menggunakan Gravitimeter La Coste & Romberg tipe G-1053 dengan pengolahan data
dilakukan sampai diperoleh anomali Bouguer Lengkap atau Complete Bougeur Anomaly
(CBA). Di daerah Gunung Batu Lembang terdapat sesar lembang yang membuat saya tertarik
untuk dilakukannya penelitian. Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai struktur bawah permukaan di daerah Gunung Batu Lembang.
Kata kunci: Gayaberat, Densitas, Struktur Bawah Permukaan, anomali Bouguer.

A. Latar Belakang
Daerah sesar lembang merupakan daerah yang sangat rawan dengan gempa bumi.
Dengan keadaan sesar lembang yang masih aktif dan banyak penduduk yang hidup di
sekitar sesar lembang, membuat mitigasi bencana di daerah sesar sangat perlu dilakukan.
Sesar Lembang terbentuk akibat letusan Gunung Sunda (kini Gunung Tangkuban Perahu
dan Gunung Burangrang). Material vulkanik yang termuntahkan dari Lembang
membentuk rongga yang menyebabkan pergerakan muka tanah ke bawah. Gunung Batu
sendiri merupakan bagian sesar yang tersusun atas lava andesit yang membeku. Terlihat
dari teksturnya yang menunjukkan warna abu-abu, titik-titik biru dan hitam, serta titik-titik
yang mengilap. Batuan andesit cenderung padat dan membentuk pola retakan seperti
susunan bata. Sesar Lembang terbentang sepanjang 22 km, dengan jarak sekitar 11 km dari
Kota Bandung. Gunung Batu ini terletak di Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, KBB.
Untuk mengidentifikasi peristiwa tersebut maka dilakukan penyidikan geofisika. Metode
geofisika yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode gayaberat. Prinsip metode ini
berdasarkan kepada anomali gayaberat yang muncul karena adanya keanekaragaman rapat
massa batuan yang menggambarkan adanya struktur geologi dibawah permukaan bumi.
Metode gayaberat digunakan karena dapat menggambarkan struktur bawah permukaan
dengan jangkauan yang dalam dibawah permukaan bumi. Hasil akhir dari penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi mengenai struktur bawah permukaan sekitar


Desa Pagerwangi.

B. Perumusan Masalah dan Kerangka Berfikir


Secara khusus masalah dan ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana keadan bawah permukaan di Gunung Batu Desa Pagerwangi Lembang?
2. Apa jenis batuan yang terdapat di Gunung Batu Desa Pagerwangi Lembang?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui stuktur bawah permukaan di daerah
Gunung Batu Lembang Desa Pagerwangi yang akan menghasilkan jenis batuan didalamnya,
dengan menggunakan Interpretasi kuantitatif dengan metode poligon 2D.

D. Manfaat Penelitian
Metode gayaberat digunakan karena dapat menggambarkan struktur bawah permukaan
dengan jangkauan yang dalam dibawah permukaan bumi. Hasil akhir dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai struktur bawah permukaan Gunung Batu
Lembang Desa Pagerwangi. Sehingga warga dapat mengetahui stuktur bawah permukaan yang
berada di Gunung Batu Lembang.

E. Tinjauan Pustaka
Daerah sesar lembang merupakan daerah yang sangat rawan dengan gempa bumi.
Dengan keadaan sesar lembang yang masih aktif dan banyak penduduk yang hidup di sekitar
sesar lembang, membuat mitigasi bencana di daerah sesar sangat perlu dilakukan. Sesar
Lembang terbentuk akibat letusan Gunung Sunda (kini Gunung Tangkuban Perahu dan Gunung
Burangrang). Material vulkanik yang termuntahkan dari Lembang membentuk rongga yang
menyebabkan pergerakan muka tanah ke bawah. Gunung Batu sendiri merupakan bagian sesar
yang tersusun atas lava andesit yang membeku. Terlihat dari teksturnya yang menunjukkan
warna abu-abu, titik-titik biru dan hitam, serta titik-titik yang mengilap. Batuan andesit

cenderung padat dan membentuk pola retakan seperti susunan bata. Sesar Lembang terbentang
sepanjang 22 km, dengan jarak sekitar 11 km dari Kota Bandung. Gunung Batu ini terletak di
Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, KBB. Prinsip dasar gaya berat mengacu pada gaya
tarik menarik antara benda satu dengan benda lainnya akibat massa benda keduanya. Hal
tersebut didasarkan pada hukum Newton tentang gayaberat. Besarnya nilai gayaberat antara
dua benda tersebut sebanding dengan massa kedua benda dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jaraknya. Hukum gayaberat Newton :
F =G

m1m2
r

dengan:
F = gaya antara dua benda (N)
G = konstanta gayaberat (6.67 x 10-11Nm2/kg2)

m1,m2= massa dua benda berbeda ( kg )


r = jarak antara pusat massa (m)
Metode Gravitasi bekerja berdasarkan kontras densitas dari batuan bumi. Jika ada anomali
di bawah permukaan, maka nilai medan gravitasi akan menyimpang dari normal yang
diukur. Jika deviasi adalah penambahan nilai, yang disebut anomali positif maka kepadatan
anomali lebih besar dari kepadatan daerah sekitarnya. Sebaliknya, jika penyimpangan
tersebut adalah pengurangan nilai, yang disebut anomali negatif maka densitas anomali
kurang dari kepadatan daerah sekitarnya. Nilai gravitasi yang diukur dipengaruhi oleh
pasang bumi-bulan, keuntungan dan kerugian dari massa karena topografi bumi, dan
referensi. Oleh karena itu, data yang diukur harus dikoreksi untuk menghilangkan pengaruhpengaruh ini.
a. Koreksi Pasang Surut
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek pengaruh pasang surut air laut akibat bendabenda langit di sekitar bumi. Gaya pasang-surut akan maksimum bila bulan dan matahari
terletak pada satu arah dan berlawanan, dan akan minimum jika keduanya tegak lurus. Selain
itu, penarikan bulan dan matahari juga memberikan efek pasang-surut terhadap benda-padat
bumi. Gejala ini menjadi suatu ukuran tentang kekerasan bagian dalam bumi. Menurut Heiland,
komponen tegak gaya

gTDL

pasang-surut dirumuskan pada persamaan berikut :

b. Koreksi Apungan (Drift)


Nilai pengukuran gayaberat pada suatu titik dan diulang kembali pengukurannya secara teoritis
nilai gayaberat akan tetap atau konstan. Namun dalam kenyataannya nilainya akan berubah.
Selain diakibatkan kondisi pasang surut, perubahan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh
mekanisme alat. Goncangan pada saat transportasi dapat mempengaruhi mekanisme alat, ini
disebut dengan apungan.
c. Koreksi Lintang
Bumi berotasi pada porosnya, sehingga menyebabkan sebaran massa bumi berbeda.
Sebaran massa bumi tidak sempurna, tetapi massa bumi terkumpul pada porosnya. Sehingga
nilai perkiraan gayaberat rata-rata diberikan oleh fungsi lintang.
d. Koreksi Udara Bebas
Pengukuran gayaberat di mean sea level dan di ketinggian tertentu pasti memiliki hasil
yang berbeda. Setiap perubahan ketinggian terhadap mean sea level nilai gayaberatnya akan
berubah. Rata-rata perubahan gayaberat terhadap ketinggian sebesar 0.3086 mGal/m (Sleep
and Fujita, 1997). Titik pengamatan tidak selamanya berada pada mean sea level, sehingga
perlu dilakukan koreksi. Koreksi ini disebut dengan koreksi udara bebas yang dirumuskan pada
persamaan : = 0,3086
e. Koreksi Bouguer
Bouguer seorang Perancis pada tahun 1749 melakukan pengamatan di pegunungan
Andes, Peru. Dia menyadari adanya ketergantungan ketinggian dan rapat

massa. Dia

menemukan hubungan analitis rapat massa di pegunungan Andes dan rapat massa rata-rata.
Sehingga koreksi Bouguer dapat dirumuskan pada persamaan berikut: KB= 0.1491h
f. Koreksi Medan
Adanya efek medan akibat terdapat bukit ataupun lembah disekitar titik pengukuran
yang dapat menyebabkan efek penambahan ataupun pengurangan nilai gayaberat pengukuran.
Oleh karena itu dilakukan koreksi medan. Koreksi medan didapatkan dengan Hammer Chart :

F. Metodologi Penelitian
Langkah awal yang dilakukan pada penelitian ini yaitu:
1. Survey lapangan, dimana survey ini dilakukan sebagai langkah pengumpulan
informasi dan data sehingga bisa dilakukan pembuatan desain lintasan, penentuan
titik ikat serta penentuan jarak tiap antar titik pengamatan.
2. Selanjutnya dilakukan proses pengambilan data berupa nilai percepatan gravitasi
yang terbaca pada counter Gravitimeter serta koordinat posisi berupa lintang, bujur
dan ketinggian. Pembacaan nilai gravitasi pada counter dilakukan sebanyak 3 kali
dengan selang waktu yang berbeda agar data yang diperoleh lebih valid.
3. Pengambilan data dilakukan dengan metode looping. Pengukuran dilakukan pada
(misal : 20 titik) yang berbeda dan ditutup pada titik acuan atau base station. Karena
menggunakan sistem kisaran tertutup, maka perlu dilakukan pengukuran ulang
anomali gaya berat (gravitasi) pada titik awal pengukuran.
4. Nilai percepatan gravitasi ( gaya berat) hasil pembacaan alat dikonversi ke miligal,
selanjutnya dilakukan koreksi pasang surut dan koreksi apung hingga diperoleh
nilai percepatan gravitasi observasi.
5. Nilai tersebut direduksi terhadap nilai percepatan gravitasi teoritis yang meliputi
koreksi gravitasi normal, koreksi udara bebas, koreksi bouguer dan koreksi medan.
6. Pemodelan menggunakan CBA.
Survey tempat danPengambilan data lapangan

Pengolahan Data

Pemodelan data menggunakan : Grav2DC, ms.Excel,

Surfer9

Analisis data

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lainAlat tulis :

(a). Gravitimeter La Coste & Romberg tipe G-1053 (b). GPS Garmin eTrex Vista Cx (c).
Penunjuk waktu (jam)

(d).Peta geologi sesar Lembang, Gunung Batu Lembang

(e). Alat Tulis

(f). Microsoft Word (g). Surfer9 (h). Microsoft Excel (i). Grav2DC

G. Jadwal Penelitian
Hari keNo

Akitivitas / Bentuk Kegiatan


1

Studi literatur metode gravity

Pengambilan data lapangan


menggunakan metode gravity

Prosesing data gravity

Membuat pemodelan 2D bawah


permukaan

Interpretasi dan analisa hasil


prosesing data

H. Anggaran Biaya
No
Jenis Pengeluaran
1. Peminjaman alat Gravitimeter La
Coste & Romberg tipe G-1053, GPS
Garmin eTrex Vista Cx, alat tulis dll
2. Biaya Transportasi
3. Lain-Lain
Jumlah

Harga
Rp. 700.000,00

Rp. 100.000,00
Rp. 150.000,00
Rp. 950.000,00

Daftar Pustaka
[1]
[2]
[3]

[4]
[5]
[6]
[7]

Sujanto,R. Hardisantono, Kusnama, Rchaniago, dan R.Baharuddin. 1992. Peta Geologi


Lembar Turen, Jawa Timur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung
Lillie, R. J., 1999. Whole Earth Geophysics : An Introductory Textbook for Geologist
and Geophysicist. Prentice-hall, Inc. USA
Sunaryo. 2012. Identification Of Arjuno-Welirang Volcano-Geothermal Energy Zone
By Means Of Density And Susceptibility Contrast Parameters. International Journal of
Civil & Environmental Engineering IJCEE-IJENS Vol: 12 No: 01
Untung, M., 2001. Dasar - Dasar Magnet dan Gayaberat Serta Beberapa
Penerapannya (Seri Geofisika). Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
Hadipandoyo, S., 2004. In House Training Gravity. Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral Pusdiklat Migas Cepu. Blora
Sleep, N.H. and Fujita, K., 1997. Principles of Geophysics. Blackwell Science, Inc.
USA
Telford, W. M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., 1990. Applied Geophysics Second Edition.
Cambridge University Press. USA

Anda mungkin juga menyukai