Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISA KEBERHASILAN MOISTRUE CONTENT


TREATMENT (MC TREATMENT) DALAM UPAYA
MENURUNKAN KANDUNGAN AIR DALAM BIJIH NIKEL
SIAP EKSPOR PADA PT. JHONLIN BARATAMA SITE
KONAWE UTARA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik


Program Studi S1 Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Oleh :

MUHAMMAD ASRYF
NIM: 710014230

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

ANALISA KEBERHASILAN MOISTRUE CONTENT


TREATMENT (MC TREATMENT) DALAM UPAYA
MENURUNKAN KANDUNGAN AIR DALAM BIJIH NIKEL
SIAP EKSPOR PADA PT. JHONLIN BARATAMA SITE
KONAWE UTARA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Oleh :
MUHAMMAD ASRYF
NIM: 710014230

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(A.A. Inung Arie Adnyano, S.T., M.T.) (Bayurohman Pangacela Putra, S.T, M.T.)
NIK: 1973 0248 NIK : 1973 0296

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA KEBERHASILAN MOISTRUE CONTENT


TREATMENT (MC TREATMENT) DALAM UPAYA
MENURUNKAN KANDUNGAN AIR DALAM BIJIH NIKEL
SIAP EKSPOR PADA PT. JHONLIN BARATAMA SITE
KONAWE UTARA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji


Program Studi S1 Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.

Pada Tanggal

Oleh : MUHAMMAD ASRYF/710014230

Diterima Guna Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik


Susunan Tim Penguji :

A.A. Inung Arie Adnyano, S.T., M.T


Ketua Tim Penguji ……………………………

Bayurohman Pangacela Putra, S.T,M.T..


Anggota Tim Penguji ……………………………

Anggota Tim Penguji ……………………………

Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Teknologi Mineral Ketua Program Studi Teknik Pertambangan

(Dr. Ir. Setyo Pambudi, M.T.) (Bayurohman Pangacella Putra, S.T., M.T.)
NIK : 1973 0058 NIK : 1973 0296

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................vii
BAB 1 . PENDHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Batasan Masalah..................................................................................2
1.4 Maksud dan Tujuan.............................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian...............................................................................2
1.6 Metode Penelitian................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................6
2.1. Genesa Nikel Laterit...........................................................................6
2.1.1. Batuan asal................................................................................7
2.1.2. Iklim..........................................................................................7
2.1.3. Reagen-reagen Kimia dan Vegetasi.........................................7
2.1.4. Struktur.....................................................................................8
2.1.5. Topografi..................................................................................8
2.1.6. Waktu........................................................................................8
2.2. Endapan Nikel Laterit.........................................................................9
2.2.1. Lapisan Tanah Penutup............................................................9
2.2.2. Zona Limonit............................................................................9
2.2.3. Zona Saprolit............................................................................10
2.2.4. Bedrock.....................................................................................10
2.2.5. Kadar Air..................................................................................10

iv
2.3. Moisture Content Treatment..............................................................11
BAB III Jadwal Penelitian ...........................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Diagram Alir Penelitian .............................................................. 5


Gambar 2.1. Konseptual Model Endapan Nikel Laterit................................... 9

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Batuan Asal Bjiih Nikel ..................................................................7


Tabel 3.1. Tabel Kegiatan Penyususnan Tugas Akhir II Tahun 2021 .............12

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya
mineral yang cukup banyak. Dengan perkembangan dinamika pembangunan dan
pertumbuhan pendudukan membuat semakin meningkat pula kebutuhan akan
sumber daya mineral tersebut. Hal ini membuat sektor pertambangan menjadi
sebagai salah satu sektor utama dalam pengolahan sumber daya alam tersebut.
Pertambangan merupakan suatu kegiatan pengambilan endapan mineral
berharga dari dalam kulit bumi, baik penggaliannya dilakukan di permukaan
maupun di bawah permukaan. Mengingat bahan galian yang diambil merupakan
kekayaan alam yang tidak dapat diperbaharui dan karena terjadinya suatu endapan
bahan galian memerlukan waktu yang cukup lama, maka di dalam
pemanfaatannya diusahakan semaksimal mungkin.
PT. Jhonlin Baratama, merupakan salah satu perusahaan yang melakukan
penambangan bijih nikel yang berlokasi di Kecamatan Langgikima, Kabupaten
Konawe Utara, Provinsi Sulawaei Tenggara. Penambangan bijih nikel dilakukan
dengan tambang terbuka (open pit mining) yang dikerjakan dengan system jenjang
(benches) dengan langkah-langkah kegiatan penambangan antara lain: penggalian
kegiatan/pembongkaran, pemuatan, pengangkutan bijih, penimbunan bijih dan
pengawasan kualitas. Pembuatan bench dimulai dari atas ke bawah sehingga
disebut tambang terbuka, karena kadar nikel tidak merata, maka dilakukan
“selektif mining”. Kegiatan penambangan bijih nikel di PT. Jhonlin Baratama,
menggunakan alat dorong, gali/muat dan alat angkut Tidak hanya dilokasi
tambang saja, sample juga harus diambil di beberapa lokasi seperti di Pit dan
stockpile. PT. Jhonlin Baratama, merupakan salah satu perusahaan yang
melakukan ekspor bijih nikel. Dalam standar ekspor perusahaan kadar air
maksimal yang diperbolehkan untuk material yang siap diekspor adalah sebesar

1
35% sehingga perlu dilakukan upaya perawatan bijih nikel agar kadar air berada
pada level tersebut (MC≤35%). Pada penelitian ini pembahasan akan difokuskan
untuk membahas mekanisme upaya penanganan kadar air agar dapat dinilai
tingkat efektifitas upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah Penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menurunkan kadar air (MC Treatment) pada bijih nikel
untuk memenuhi standar ekspor?
2. Bagaimana efektifitas pelaksanaan MC Treatment Pada PT. Jhonlin
Baratama?

1.3. Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Lokasi penelitian berada di IUP PT. Jhonlin Baratama.
2. Penelitian hanya mengkaji masalah teknis, tidak mengkaji masalah ekonomis.
3. Penelitian dilakukan selama 1,5 bulan yaitu bulan Maret dan April.
4. Hanya membahas pelaksanaan MC Treatment Pada PT. Jhonlin Baratama

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui tentang proses menurunkan kadar air (MC treatment ) pada bijih
nikel untuk memenuhi standar ekspor.
2. Mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaaan MC Treatment di PT. Jhinlin
Baratama.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat yang di harapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Akademis yaitu:
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta pengalaman bagi penulis
dan pembaca mengenai proses penurunan kadar air ( MC Treatment ).
2. Manfaat Praktisi yaitu:

2
a. Memberikan pengetahuan dan bahan referensi tentang proses menurunkan
kadar air (MC Treatment) pada bijih nikel untuk memenuhi standar
ekspor kepada PT. Jhonlin Baratama.
b. Mampu memberi masukan dan bahan pertimbangan kepada PT. Jhonlin
Baratama guna meningkatkan efektifitas pelaksanaan MC Treatment.

1.6. Metode Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian ini, metode penelitian yang digunakan oleh
penulis adalah:
1. Studi literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka penunjang
yang berasal dari:
a. Perpustakaan
b. Penelitian yang pernah dilakukan oleh perusahaan
c. Peta-peta, grafik, serta tabel dari materi yang bersangkutan
d. Pengaksesan bahan referensi dari internet
2. Penelitian di Lapangan
a. Observasi dan pengamatan secara langsung dilapangan serta mencari
data-data pendukung.
b. Menentukan titik dan batas lokasi pengamatan agar penelitian tidak
meluas, tidak keluar dari permasalahan yang ada, serta data yang diambil
dapat dimanfaatkan secara efektif.
c. Mencocokan data-data yang telah ada dan disesuaikan dengan
pengambilan data tambahan di lapangan
3. Pengambilan data
Pengambilan data langsung di lapangan dipakai sebagai salah satu bahan
untuk mengetahui permasalahan yang ada sehingga dapat diambil suatu solusi
yang tepat. Data-data yang diambil antara lain:
a. Data Primer
Yaitu data yang diambil dengan melakukan pengambilan secara langsung
di lapangan, meliputi pengamatan dan wawancara.

3
 Data Moisture Content.
 Dokumentasi lapangan
b. Data sekunder
Yaitu data yang diambil berasal dari literature penelitian terdahulu, serta
arsip-arsip penunjang yang diperoleh dari PT. Jhonlin Baratama.
 Peta lokasi daerah penelitian
 Data curah hujan
4. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul baik dari studi literatur maupun dari pengambilan
data di lapangan dikelompokan berdasarkan jenis dan kegunaannya. Data-data
tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan suatu kesimpulan
pertama/sementara. Kemudian dilakukan pengecekan kembali atau diteliti ulang
apakah kesimpulan tersebut cukup baik.
5. Kesimpulan
Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan sementara.
Kemudian kesimpulan sementara ini akan diolah lebih lanjut pada bagian
pembahasan. Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil
pengolahan data dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini merupakan
hasil akhir untuk direkomendasikan dari semua masalah yang dibahas.

4
METODE PENELITIAN

STUDI LITERATUR

PENGAMBILAN DATA

DATA PRIMER DATA SEKUNDER


1. Data Moisture Content 1. Peta lokasi daerah penelitian
2. Dokumentasi lapangan 2. Data curah hujan

PENGOLAHAN DATA

ANALISIS DATA

PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN
SARAN

Gambar 1.1 Diagram alir penelitian

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Genesa Nikel Laterit


Endapan nikel laterit merupakan endapan hasil proses pelapukan lateritik
batuan induk ultramafik (peridotit, dunit dan serpentinit) yang mengandung Ni
dengan kadar tinggi, agen pelapukan tersebut berupa air hujan, suhu, kelembaban,
topografi, dan lain-lain. Umumnya pembentukan endapan nikel laterit terjadi pada
daerah tropis atau subtropis (Departemen Pertambangan dan Energi, 1985).
Menurut Prijono (1985), asal mula pembentukan endapan nikel laterit berasal
dari batuan peridotit yang mengalami serpentinisasi kemudian terekspos ke
permukaan, pada kondisi iklim tropis dengan musim panas dan hujan berganti-
ganti kemudian mengalami pelapukan secara terus menerus yang mengakibatkan
batuan menjadi rentan terhadap proses pencucian, (leaching). Sirkulasi air
permukaan yang mengabsorpsi CO dari atmosfir mempercepat proses pelapukan
dan pencucian menjadi lebih intensif.
Bijih nikel merupakan salah satu barang tambang yang penting di dunia.yang
begitu besar bagi kehidupan sehari-hari, seperti pembuatan logam anti karat,
canpuran dalam pembuatan stainless steel, baterai nickel -metal hybride, dan
berbagai jenis barang lainnya. Setidaknya sejak 1950 permintaan akan nikel rata-
rata mengalami kenaikan 4% tiap tahun, dan diperkirakan 10 tahun mendatang
terus mengalami peningkatan (Ahmed, 2002).
Pada rekahan batuan asal sebagian magnesium mengendap sebagai gel
magnesit yang dilapangan dikenal sebagai akar pelapukan. Unsur-unsur yang
tertinggal seperti besi, alminium, mangan,kobal dan juga nikel di zona limonit
akan dikayakan sebagai mineral oksida/hidroksida seperti Limonit,
geothit,hematit, manganit. Selain itu terdapat juga mineral sisa (relict mineral)
spinel–khrom sertaan (accessory chromspinels) sebagai hasil konsentrasi residu
akibat terlindihnya magnesium dan silikon. Karena sifatnya resiten terhadap
pelapukan khromit akan dikayakan secara relatif (relatif encichment).

6
Menurut Bolt (1979), kandungan yang terdapat pada batuan peridotit adalah
seperti pada tabel berikut ini
Tabel 2.1 Batuan Asal Bijih Nikel (Klasifikasi Bolt (1979)
Besi Oksida + Silika + Aluminium
BATUAN Nikel (%)
Magnesium (%) (%)
Peridotit 0,2000 43,3 49,9
Gabro 0,0160 16,6 66,1
Diorit 0,0040 11,7 73,4
Granit 0,0002 4,4 78,7

Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah:


2.1.1. Batuan Asal
Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan
nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada
batuan ultra basa tersebut terdapat elemen Ni yang paling banyak di antara batuan
lainnya mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil,
seperti olivin dan piroksin mempunyai komponen-komponen yang mudah larut
dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.
2.1.2. Iklim
Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya
proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup
besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-
rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada
batuan.
2.1.3. Reagen-Reagen Kimia dan Vegetasi
Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan
senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah
yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan
kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat mengubah
pH larutan.Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam
hal ini, vegetasi akan mengakibatkan: penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih

7
mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan akumulasi air hujan akan
lebih banyak humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk,
dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel
yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat
berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.
2.1.4. Struktur.
Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah
struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti
diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali
sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut
akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih
intensif.
2.1.5. Topografi.
Keadaan topografi setempat akan sangat memengaruhi sirkulasi air beserta
reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-
lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih
dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan
umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal
ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada
daerah yang curam
2.1.6. Waktu.
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

8
2.2. Endapan Nikel Laterit

Gambar 2.1 Konseptual Model Endapan Nikel Laterit

2.2.1. Lapisan Tanah Penutup


Lapisan tanah penutup biasanya disebut iron capping.Material lapisan
berukuran lempung, berwarna coklat kemerahan, biasanya terdapat juga sisa-sisa
tumbuhan.Pengkayaan Fe terjadi pada zona ini kerena terdiri dari konkresi Fe
oksida mineral hematite (Fe2O3) dan chromiferous (FeCr2O4) dengan
kandungan nikel relatif rendah.Tebal lapisan bervariasi antara 0-2 M. Tekstur
batuan asal tidak dapat dikenali lagi.Kandungan unsur Ni pada zona ini <1% dan
Fe>30%.
2.2.2. Zona Limonit
Merupakan lapisan berwarna cokelat muda, ukuran butir lempung sampai
pasir, tekstur batuan asal mulai dapat diamati walupun masih sangat sulit,
dengan tebal lapisan berkisar antara 1–10 M. Lapisan ini tipis pada daerah yang
terjal, dan sempat hilang karena erosi pada zona limonit hampir seluruh unsur
yang mudah larut hilang terlindi, kadar MgO hanya tinggal kurang dari 2% berat
dan kadar SiO2 berkisar 2-5% berat. Sebaliknya kadar hematite menjadi sekitar
60–80% berat kadar Al2O3 maksimum 7% berat. Kandungan Ni pada zona ini
berada pada selang antara 1% sampai 1,4%. Zona ini didominasi oleh mineral

9
goethite, disamping juga terdapat magnetit, hematit, kromit, serta kuarsa
sekunder.Pada goethite terikat nikel, krom, kobalt, vanadium, serta aluminium.
2.2.3. Zona Saprolit
Merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk, berupa bongkah-
bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan.Struktur dan
tekstur batuan asal masih terlihat. Perubahan geokimia zona saprolit yang
terletak di atas batuan asal ini tidak banyak, H2O dan nikel bertambah dengan
kadar Ni keseluruhan lapisan antara 2–4 % sedangkan magnesium dan silikon
hanya sedikit yang hilang terlindi. Zona ini terdiri dari garnierit yang
menyerupai bentuk vein, mangan, serpentin, kuarsa sekunder yang bertekstur
boxwork (tekstur seperti jaring laba-laba), krisopras dan beberapa tempat sudah
terbentuk limonit yang mengandung Fehidroksida.
2.2.4. Bedrock
Merupakan bagian terbawah dari profil nikel laterit, berwarna hitam
kehijauan, terdiri dari bongkah- bongkah batuan dasar dengan ukuran >75 cm,
dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis. Kadar mineral
mendekati atau sama dengan batuan asal, yaitu dengan kadar Fe ± 5% Ni dan Co
antara 0,01–0,30%. (Syafrizal, 2011)

Ketebalan dari masing-masing lapisan tidak merata, tergantung dari


morfologi dan relief, umumnya endapan laterit terakumulasi banyak pada
bagian bawah bukit dengan relief yang landai. Sedang relief yang terjal endapan
semakin menipis, di samping adanya kecenderungan akumulasi mineral yang
berkadar tinggi dijumpai pada zona-zona retakan, zona sesar dan rekahan pada
batuan (Osborne dan Waraspati, 1986).

2.2.5 Kadar Air (Moisture Content)


Kadar air (Moisture Content) adalah perbandingan berat air terkandung dalam
contoh bijih nikel dengan berat kering bijih nikel. Nilai kadar air biasanya
dinyatakan dalam persen (%). Keterdapatan air dalam jumlah yang besar pada
suatu bijih nikel akan sangat merugikan. Kerugian yang diterima berupa harus
diadakannya proses lebih lanjut yang secara khusus dilakukan untuk mengurangi

10
kadar air. Kadar air yang tinggi akan menganggu proses metalurgi (kalsinasi) bijih
nikel. Berasarkan data standarisasi ekspor, kadar air untuk bijih nikel yang akan
diekspor maksimal 35%.

2.3. Moisture Content Treatment


Penangan kadar air (moisture content treatment) dilakukan pada area
stockpile dengan tujuan untuk engurangi kadar air pada bijih yang telah
ditambang serta mencegah terjadinya peningkatan kadar air akibat air hujan.
Moisture content treatment dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:
a. Pemadatan
Pemadatan dilakukan dengan bantuan alat mekanis dengan tujuan untuk
memadatkan material agar air hujan yang jatu ke dalam stockpile tidak
terserap oleh material bijih nikel.
b. Penutupan Menggunakan Terpal
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan pemadatan yang bertujuan
menjaga tumpukan material di stockpile dari hujan agar tidak langsung
meresap, sehingga air langsung terus ke parit.
c. Pengaturan Saluran
Tujuan dari pegaturan saluran air pada proses MC treatment bijih nikel
agar air hujan yang jatuh ke area stockpile mengalir ke saluran atau
paritan sehinggah air hujan tidak menenggenangi area sekitar stockpile
dan tidak mengganggu proses produksi dan treatment

11
BAB III
JADWAL PENELITIAN

Peneltian ini akan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan,
dengan lokasi :
Nama Perusahaan : PT. JHONLIN BARATAMA.

Tabel 3.1. Tabel Kegiatan Penyusunan Tugas Akhir II Tahun 2021


September Oktober November Desember
(2018) (2018) (2018) 2018
NO AGENDA MINGGU
I II I I II I I II I I II I
I I I V I I I V I I I V I I I V
penelitian dan
1 pengambilan data                                
Januari
November Desember
Oktober 2021 (2021) (2021) (2021)
I II I I II I I II I I II I
  I I I V I I I V I I I V I I I V
bimbingan
2 proposal skripsi                                
sidang proposal
3 skripsi                                
bimbingan draft
4 skripsi                                
Februari
(2022) Maret (2022) April(2021)        
I II I I II I I II I
  I I I V I I I V I I I V        
5 kolokium                                
6 pendadaran                                
7 revisi                                
8 penjilidan                                
9 yudisium                                
10 wisuda                                

12
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, S. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Universitas Gadjah Mada Press,


Yogyakarta.
Iskandar Mohdar, 2005 “Evaluasi Cadangan Bijih Nikel Dengan Spasi Titik Bor
50 M dan 25 M Dengan Metode Triangular Grouping Pada PT. ANTAM
Tbk. Unit Geomin “, Skripsi Jurusan Teknik Pertambangan UPRI Makassar
Joseph M Bolt, 164. “The Winning Of Nickel”. Muethan & co Ltd, London,
page 10.
Osborne, R. C., and Waraspati, D., 1986, Applied Mine Geology, PT. INCO,
Tbk, Sorowako.
Partanto Prodjosoemarto, “Kamus Istilah Teknik Pertambangan Umum”
Derektorat Jederal Pertambangan Umum, Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Teknologi Mineral dan Proyek Pengembangan Pusat
Informasi Mineral. Bandung
Purwaamijaya, I. M. 2008, Teknik Survey dan Pemetaan Jilid 1. Departement
Pendidikan Nasional, Bandung
Simon & Schuster’s 1988 , “Rocks and Mineral”. Guid Nature Series, New York

13

Anda mungkin juga menyukai