Anda di halaman 1dari 20

Sifat-Sifat Mineral

I. SIFAT-SIFAT MINERAL
Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-atom yang
beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/ kimia tersendiri. Dengan
mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat dikenal, sekaligus kita
mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu. (Graha,1987). Sifat-sifat fisik
yang dimaksudkan adalah:
1. Kilap (luster)
2. Warna (colour)
3. Kekerasan (hardness)
4. Cerat (streak)
5. Belahan (cleavage)
6. Pecahan (fracture)
7. Bentuk (form)
8. Berat Jenis (specific gravity)
9. Sifat Dalam
10. Kemagnetan
11. Kelistrikan
12. Daya Lebur Mineral
13. Sifat Permukaan Mineral
14. Sifat Optik Mineral (diaphanity)
15. Radioaktifitas Mineral
1.1 KILAP
Kilap merupakan kenampakan refleksi cahaya pada bidang kristal. Mineral dengan
kenampakan sepertilogandisebut memiliki kilap logam (metalik), mineral dengan kilap non
metalik mempunyai kilap yang bervariasi, antara lain vitreous (kilap seperti kaca), pearly,
silky, erathy, dll. Beberapa mineral mempunyai kilap antara logam dan non logam disebut
kilap submetalik.
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral saat
terkena cahaya (Sapiie, 2006). Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi jenis:
a. Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau kilapan
seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:
 Gelena
 Pirit
 Magnetit
 Kalkopirit
 Grafit
 Hematit
b. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:
 Kilap intan (adamantin luster), cemerlang seperti diamond, wulfenite, vanadinite,
pyrargyrite.
 Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit, celestine, beryl, tourmaline.
 Kilap sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya terdapat pada mineral
yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.
 Kilap damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada spharelit dan
realgar.
 Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada serpentin,opal,
muscovite, glacaophone, lepidolite, albite.
 Kilap lemak (greasy luster) menyerupai lemak atau sabun, contohnya talk, serpentin,
nefelin, zircon, jadeite, chrysolite.
 Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bauxite dan limonit,
lazurite, glauconite, chamosite
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat dipakai
dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan membedakan kilap
mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena
batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak begitu tegas (Danisworo 1994).

1.2 WARNA
Meskipun warna merupakan sifat fisik yang paling mudah dikenali, tetapi sifat fisik ini
tidak dapat dijadikan dasar untuk menentukan jenis mineral. Warna mineral kadang-kadang
sudah mengalami pengotoran, sehingga mineral yang sama dapat memiliki warna yang
berbeda.
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak
dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih dari
satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai
contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna.
Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas, seperti:
 Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O), Milky Kwartz (Kuarsa
Susu) (SiO2)
 Kuning : Belerang (S)
 Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
 Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu CO3Cu(OH)2)
 Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
 Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
 Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)
 Abu-abu : Galena (PbS)
 Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit
1.3 KEKERASAN
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral dapat
membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang standard.
Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan
mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat
oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10
skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .
Skala Kekerasan Mohs (1822)
Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia
1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gypsum CaSO4. 2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Orthoklase/ Feldspar K Al Si3 O8
7 Quartz/ Kuarsa SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C

Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan kekerasan
dari alat penguji standar :
Alat Penguji Derajat
Kekerasan Mohs
Kuku manusia 2,5
Kawat Tembaga 3
Paku 5,5
Pecahan Kaca 5,5 – 6
Pisau Baja 5,5 – 6
Kikir Baja 6,5 – 7
Kuarsa 7
Mineral yang tidak diketahui kekerasannya dapat juga dibandingkan dengan benda lain
yang diketahui kekerasannya. Beberapa benda yang diketahui kekerasannya antara lain kuku
manusia mempunyai kekerasan 2,5, kaca 5,5 dan logam tembaga 3. Mineral gipsum dapat
dengan mudah digores dengan kuku, sedangkan kalsit dapat menggores kuku manusia.
Mineral Intan merupakan mineral yang paling keras yang sangat umum, dan dapat digunakan
untuk memotong kaca dengan mudah.
1.4 CERAT
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Hal ini dapat dapat diperoleh apabila
mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau membubuk suatu mineral
kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Meskipun warna suatu mineral dapat
bermacam-macam, tetapi ceratnya selalu sama. Jadi warna cerat lebih merupakan warna asli
dari mineral. Cerat dapat juga membantu untuk membedakan mineral metalik dan non
metalik. Mineral dengan kilap metalik biasanya mempunyai cerat lebih gelap daripada cerat
mineral dengan kilap non metalik. Contohnya :
 Pirit : Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan
jejak berwarna hitam.
 Hematit : Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan
jejak berwarna merah kecoklatan.
 Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan
 Biotite : Ceratnya tidak berwarna
 Orthoklase : Ceratnya putih
Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara keseluruhan,
sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral (Sapiie, 2006).

1.5 BELAHAN
Belahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih
arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu membelah yang
oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi
bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai
istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat
atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila
terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah
melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang
tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan
teratur (Danisworo, 1994).
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitas dan
plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah. Belahan mineral akan selalu sejajar
dengan bidang permukaan kristal yang rata karena belahan merupakan gambaran dari struktur
dalam dari kristal. Belahan tersebut akan menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian yang
kecil, yang setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata. Berdasarkan dari bagus atau
tidaknya permukaan bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi :
a. Sempurna ( Perfect )
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang
yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya. Contoh : calcite, muscovite,
galena, halite.
b. Baik ( Good )
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat
juga terbelah tidak melalui bidang belahannya . Contoh : feldspar, hyperstene, diopsite,
rhodonite.
c. Jelas ( Distinct )
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut sukar
membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata. Contoh : staurolite, scapolite,
hornblende, anglesite, scheelite.

d. Tidak Jelas ( Indistinct )


Yaitu apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk
membentuk belahan dan pecahan sama besar. Contoh : beryl, corundum, platina, gold,
magnetite.
e. Tidak sempurna ( Imperfect )
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah
dengan permukaan yang tidak rata. Contoh : apatite, cassiterite, native sulphur.
Belahan adalah kecenderungan suatu mineral untuk mengalami disintegrasi sepanjang
bidang lemahnya. Belahan dapat dibagi menjadi:
 1 arah: Mika, Muskovit
 2 arah: Feldspar, Amphibole
 3 arah: Halit, Kalsit
 4 arah: Flourit

1.6 PECAHAN
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak
teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat dari
sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak
halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan
memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo, 1994).
Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:
 Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan pecahan, seperti
kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.
 Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos, augit, hipersten
 Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus, contoh pada
kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
 Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang kasar, contoh:
magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
 Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan runcing-
runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.
1.7 BENTUK
Bentuk kristal merupakan kenampakan luar mineral yang mencerminkan susunan atom
yang teratur dari mineral tersebut. Kadangkala suatu mineral memiliki lingkungan yang
memungkinkan mineral tersebut dapat membentuk individu kristal dengan teratur. Beberapa
kristal seperti mineral kuarsa, dapat mengkristal dengan bentuk yang teratur, sehingga sangat
memudahkan dalam mendeterminasi kristal tersebut. Sebaliknya kebanyakan mineral
mengkristal dengan bentuk yang tidak beraturan, karena masing-masing membutuhkan
ruangan yang cukup untuk membentuk kristal yang teratur. Akibatnya kristal-kristal akan
saling tumbuh sehingga tidak membentuk kristal yang sempurna.
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang dikendalikan oleh
system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang membentuk kristal disebut mineral
kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas disebut amorf (Danisworo,
1994).
Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:
a. Bangun kubus : galena, pirit.
b. Bangun pimatik : piroksen, ampibole.
c. Bangun doecahedon : garnet
Mineral amorf misalnya : chert, flint.

Dan adapun bentuk khas dari mineral lainnya :


 Tetragonal/Balok : Wilfenit, Apophyllite
 Heksagonal : Kalsit, Vanadinit, Kuarsa
 Ortorombik : Topaz, Barit, Staurolit
 Monoklin : Gypsum, Mika
 Triklin : Microcline
Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena pertumbuhan kristal sering mengalami
gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan kondisi
sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri
sendiri maupun di dalam kelompok-kelompok. Kelompok tersebut disebut agregasi mineral
dan dapat dibedakan dalam struktur sebagai berikut:
 Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran mineral yang
mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini berdasarkan ukuran butirnya dapat
dibedakan menjadi kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat dengan mata biasa).
Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula pasir, disebut mempunyai sakaroidal.
 Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila prisma tersebut
begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous atau struktur berserat.
Selanjutnya struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi: struktur jarring-jaring (retikuler),
struktur bintang (stelated) dan radier.
 Struktur lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila individu-individu
mineral pipih disebut struktur tabuler,contoh mika. Struktur lembaran dibedakan menjadi
struktur konsentris, foliasi.
 Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan benda lain.
Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.
Bentuk kristal mencerminkan struktur dalam sehingga dapat dipergunakan untuk
pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).
1.8 BERAT JENIS
Berat jenis merupakan angka yang menunjukkan perbandingan antara berat mineral
dengan berat dari volume air. Jika mineral mempunyai berat 3 kali dari berat air dengan
volume yang sama, maka mineral tersebut mempunyai berat jenis 3. Secara praktis berat jenis
mineral dapat diperkirakan dengan menimbang di tangan. Bila mineral tersebut terasa berat,
seperti beratnya satu contoh batuan, maka berat jenisnya sekitar 2,5 sampai 3. Mineral logam
umumnya memiliki 3 kali lipatnya.Galenamempunyai berat jenis 7,5 sedangkan berat jenis
emas 24 karat adalah 20.
Mineral dengan berat jenis lebih besar dari 2,89 disebut dengan mineral berat. Mineral
berat ini diperoleh dengan memisahkannya dari mineral ringan dengan menggunakan cairan
berat biasanya dipakai cairan bromoform. Asosiasi kumpulan mineral berat dapat digunakan
untuk mengetahui sumber material dari sedimen atau batuan sedimen.
Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral
tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam
keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air
adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir
mineral tersebut.

1.9 SIFAT DALAM


Adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan, memotong,
menghancurkan, membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk sifat ini adalah
 Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh kwarsa, orthoklas, kalsit,
pirit.
 Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti emas, tembaga.
 Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh gypsum.
 Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah dan sesudah
bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh mineral talk, selenit.
 Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah dan dapat
kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya, contoh: muskovit.

1.10 KEMAGNITAN
Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan sebagai feromagnetic bila mineral
dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang
menolak gaya magnet disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaituparamagnetic.
Untuk melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan pada
seutas tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada
magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetik. Kuat
tidaknya bias kita lihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan
garis vertikal.
Hanya beberapa mineral saja yang bersifat magnet, diantaranya yang paling umum
adalah Magnetite (Fe3O4), Phyrotite (Fe1-nS) dan polymorph dari Fe2O3 maghnite.
Sebenarnya semua mineral mempunyai sifat magnetis. Mineral yang bersifat sedikit di tolak
oleh magnet disebut Diamagnetis, sedangkan yang sifatnya sedikit tertarik oleh magnet
disebutParamagnetis. Semua mineral yang mengandung besi bersifat Paramagnetis, tetapi ada
juga mineral-mineral yang tidak mengandung besi seperti Beryl dapat juga bersifat
Paramagnetis.
Sifat-sifat magnetis dari mineral telah dipergunakan di dalam penyelidikan-
penyelidikan geofisis dengan menggunakan sebuah magnetometer, sebuah alat yang dapat
mengukur segala perubahan dari medan magnet bumi yang kemudian kita nyatakan di dalam
Peta. Penyelidikan magnetis ini sangat berguna untuk menentukan suatu cebakan bijih, juga
untuk mengetahui perubahan-perubahan jenis batuan dan untuk mengikuti formasi-formasi
batuan yang mempunyai sifat-sifat magnetis tertentu.

1.11 KELISTRIKAN
Adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu pengantar arus atau
londuktor dan idak menghantarkan arus disebut non konduktor. Dan ada lagi
istilahsemikonduktor yaitu mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam batas-batas
tertentu.
Berdasarkan sifat-sifat listriknya, mineral dibagi menjadi 2, yaitu :
- Konduktor
Terdiri dari mineral-mineral yang mempunyai ikatan logam (metallic type of bonding)
dan atas logam murni (native element) serta beberapa sulfida.
- Non-konduktor
Pada umumnya mineral yang bersifat konduktor jumlahnya lebih sedikit daripada
mineral non-konduktor.
Sifat mineral tergantung pada arah kristalografinya, contoh :
Hematite tegak lurus sumbu c à konduktivitasnya dua kali lebih besar daripada
konduktivitasnya.

1.12 DAYA LEBUR MINERAL


Yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya dilakukan dengan
membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam derajat keleburan.

1.13 SIFAT PERMUKAAN MINERAL


Sifat permukaan daripada mineral yang dianggap mempunyai arti penting dalam bidang
teknik ialah : wettabilit (kemampuan basah) suatu sifat kebasahan relatif daripada permukaan
sebuah mineral. Menurut sifat ini mineral dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Mineral-mineral Lyophile
Mineral-mineral yang dapat dengan mudah dibasahi oleh cairan. Pada umumnya
mineral-mineral dengan ikatan ion (ionic boinding) bersifat Lyophile.
b. Mineral-mineral Lyophobe
Mineral-mineral yang tidak dapat dengan mudah dibasahi oleh cairan. Pada umumnya
mineral-mineral metallic atau covalent bonding bersifat Lyophobe.
Kegunaan yang utama dari perbedaan sifat permukaan mineral adalah dalam teknik ore
dressing yang dikenal sebagai flotasi. Flotasi terutama dipakai untuk :
- Memisahkan mineral-mineral sulfida dan mineral-mineral gangue.
- Memisahkan mineral-mineral sulfida dari campurannya.
- Memisahkan intan dari mineral-mineral berat lainnya (seperti garnet).
1.14 SIFAT OPTIK MINERAL (DIAPHANITY)
a. Transparansi
Transparansi adalah sifat optik mineral untuk meneruskan cahaya. Sifat transparansi
dibagi tiga, yaitu : transparence, translucent, dan opaque.
b. Pemantulan dan Pembiasan
Pemantulan dan pembiasan terjadi apabila sinar diarahkan pada mineral non
opaque dengan sebuah sudut.

1.15 RADIOAKTIFITAS MINERAL


Radioaktifitas suatu mineral dihubungkan dengan adanya unsur Uranium dan Thorium
di dalam mineral tersebut dapat sangat berguna dalam penentuan umur geologi spesimen itu.
Atom-atom Uranium dan Thorium terurai (disintergate) dengan kecepatan yang tetap tanpa
dipengaruhi oleh suhu, tekanan maupun sifat persenyawaan yang mengelilinginya; ternyata
gejala disintregasi ini disertai oleh tiga jenis radiasi sinar alfa yang terdiri dari :
- Inti Atom Helium bermuatan positif (alfa-particles).
- Radiasi Sinar Beta yang terdiri dari elektron bermuatan negatif.
- Radiasi Sinar Gamma yang berbentuk sinar-X.
Radioaktifitas dapat dengan mudah diketahui dengan memperhatikan radiasi yang
dipancarkan baik dengan melihatnya pada sebuah film (effect on photographic film) maupun
dengan Geigercounter atau Scintillometer.
Timah hitam (Lead) merupakan hasil disintegrasi Uranium dan Thorium, seperti dapat
dilihat di bawah ini :
U238 à Pb206 + 8 He4
U235 à Pb207 + 7 He4
U233 à Pb208 + 6 He4
Kecepatan reaksi-reaksi di atas telah kita ketahui sehingga umur radioaktif mineral
dapat kita perhitungkan apabila jumlah Uranium, Thorium dan Timah Hitam telah diketahui
dan selain itu harus diperhatikan bahwa mineral yang kita periksa sebelumnya tidak
mengandung Timah Hitam (Primary Lead) juga tidak pernah mengalami alterasi maupun
leaching, maka spesimen segar yang mengandung mineral-mineral radioaktif dapat sangat
berguna dalam penentuan umur geologi spesimen itu.

Sumber:

http://ptbudie.wordpress.com/2010/12/23/sifat-sifat-fisikmineral/#more-259
http://geografi-geografi.blogspot.com/2013/05/sifat-sifat-fisik-mineral.html
http://metalpala.com/ngilmu/sifat-sifat-mineral
http://chowjie.blogspot.com/2012/06/sifat-mineral.html
http://trueboyplaza.wordpress.com/2013/03/27/sifat-fisik-mineral/
http://kyubhil.blogspot.com/2013/03/sifat-sifat-fisik-mineral.html
http://amitameininda.wordpress.com/2013/10/16/sifat-sifat-fisik-mineral-2/
http://geologist24.blogspot.com/2011/09/sifat-fisik-mineral.html

Pengertian Mineral, Klasifikasi Mineral dan Sifat-sifat Fisik


Mineral : Warna, Kilap (luster), Kekerasan (hardness), Cerat
(streak), Belahan (cleavage), Pecahan (fracture),
Struktur/bentuk kristal, Berat Jenis, Sifat Dalam (tenacity),
Kemagnetan.
Mineral adalah zat atau benda yang biasanya padat dan homogen dan hasil bentukan alam
yang memiliki sifat-sifat fisik dan kimia tertentu serta umumnya berbentuk kristalin.
Meskipun demikian ada beberapa bahan yang terjadi karena penguraian atau perubahan sisa-
sisa tumbuhan dan hewan secara alamiah juga digolongkan ke dalam mineral, seperti
batubara, minyak bumi, tanah diatom.

1. KIMIA MINERAL
1. PRINSIP-PRINSIP KIMIA MINERAL
1. 1. Hukum Komposisi Tetap
2. 2. Teori Atom Dalton (1805)
2. SIFAT-SIFAT FISIK MINERAL
1. WARNA MINERAL
1. 1. Idiokromatik
2. 2. Alokromatik
2. KILAP MINERAL
1. 1. Kilap Logam
2. 1. Kilap Non-Logam
3. KEKERASAN MINERAL
4. CERAT MINERAL
5. BELAHAN MINERAL
6. PECAHAN MINERAL
1. 1. Pecahan Konkoidal
2. 2. Pecahan Berserat/Fibrous
3. 3. Pecahan Tidak Rata
4. 4. Pecahan Rata
5. 5. Pecahan Runcing
6. 6. Tanah
7. BENTUK MINERAL
1. 1. Granular Atau Butiran
2. 2. Struktur Kolom
3. 3. Struktur Lembaran Atau Lamelar
4. 4. Struktur Imitasi
8. SIFAT DALAM MINERAL
1. 1. Rapuh (Brittle)
2. 2. Dapat Diiris (Sectile)
3. 3. Dapat Dipintal (Ductile)
4. 4. Dapat Ditempa (Malleable)
5. 5. Kenyal/Lentur (Elastic)
6. 6. Fleksibel (Flexible)
9. KEMAGNETAN MINERAL
1. 1. Ferromagnetik
2. 2. Paramagnetik
3. 3. Diamagnetik
3. KLASIFIKASI MINERAL
1. UNSUR MURNI (NATIVE ELEMENT)
2. MINERAL SULFIDA ATAU SULFOSALT
3. OKSIDA DAN HIDROKSIDA
4. HALOID
5. NITRAT, KARBONAT, DAN BORAT
6. SULFAT, KROMAT, MOLIBDAT, TUNGSTAT
7. FOSFAT, ARSENAT, DAN VANADAT
8. SILIKAT
KIMIA MINERAL
Kimia mineral merupakan suatu ilmu yang dimunculkan pada awal abad ke-19, setelah
dikemukakannya "hukum komposisi tetap" oleh Proust pada tahun 1799, teori atom Dalton
pada tahun 1805, dan pengembangan metode analisis kimia kuantitatif yang akurat. Karena
ilmu kimia mineral didasarkan pada pengetahuan tentang komposisi mineral, kemungkinan
dan keterbatasan analisis kimia mineral harus diketahui dengan baik.

Analisis kimia kuantitatif bertujuan untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang menyusun suatu
substansi dan menentukan jumlah relatif masing-masing unsur tersebut. Analisis harus
lengkap, seluruh unsur-unsur yang ada pada mineral harus ditentukan dan harus tepat.
Komposisi kimia sebagian besar mineral yang diketahui, menunjukkan suatu kisaran tertentu
mengenai penyusun dasarnya. Dalam analisis kimia, jumlah kandungan unsur dalam suatu
senyawa dinyatakan dengan persen berat dan dalam analisis yang lengkap jumlah total
persentase penyusunnya harus 100. Namun dalam prakteknya, akibat keterbatasan ketepatan,
jumlah 100 merupakan suatu kebetulan; umumnya kisaran 99,5 sampai 100,5 sudah dianggap
sebagai analisis yang baik.

PRINSIP-PRINSIP KIMIA MINERAL


1. Hukum Komposisi Tetap
The Law of Constant Composition oleh Proust (1799) menyatakan bahwa "Perbandingan
massa unsur-unsur dalam tiap senyawa adalah tetap".
2. Teori Atom Dalton (1805)
“Setiap unsur tersusun oleh partikel yang sangat kecil dan berbentuk seperti bola yang
disebut atom.”
a. Atom dari unsur yang sama bersifat sama sedangkan dari unsur yang berbeda bersifat
berbeda pula.
b. Atom dapat berikatan secara kimiawi menjadi molekul.

SIFAT-SIFAT FISIK MINERAL


Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat fisik mineral
antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat-sifat fisik mineral tersebut
meliputi: warna, kilap (luster), kekerasan (hardness), cerat (streak), belahan (cleavage),
pecahan (fracture), struktur/bentuk kristal, berat jenis, sifat dalam (tenacity), dan
kemagnetan.
Gambar 1. Beberapa contoh bentuk/struktur kristal (Klein & Hurlbut, 1993)
WARNA MINERAL
Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral dapat dibedakan menjadi
dua yaitu idiokromatik danalokromatik.

1. Idiokromatik
Warna mineral idiokromatik dicirikan oleh warna mineral yang selalu tetap, umumnya
dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opak), seperti galena, magnetit,
pirit.

2. Alokromatik
Warna mineral idiokromatik dicirikan oleh warna mineral yang tidak tetap atau bisa berubah,
tergantung dari material pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus
cahaya, seperti kuarsa dan kalsit.

KILAP MINERAL
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap dibedakan
menjadi dua, yaitu kilap logam dan kilap bukan-logam.
1. Kilap Logam
Kilap logam memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya
dijumpai pada mineral-mineral yang mengandung logam atau mineral bijih, seperti emas,
galena, pirit, kalkopirit.

1. Kilap Non-Logam
Kilap bukan-logam tidak memberikan kesan seperti logam jika terkena cahaya. Kilap jenis ini
dapat dibedakan menjadi:
a. Kilap kaca (vitreous luster)
Memberikan kesan seperti kaca bila terkena cahaya, misalnya: kalsit, kuarsa, halit.
b. Kilap intan (adamantine luster)
Memberikan kesan cemerlang seperti intan, contohnya intan.
c. Kilap sutera (silky luster)
Memberikan kesan seperti sutera, umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur
serat, seperti asbes, aktinolit, gipsum.
d. Kilap damar (resinous luster)
Memberikan kesan seperti damar, contohnya: sfalerit dan resin.
e. Kilap mutiara (pearly luster)
memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian dalam dari kulit kerang, misalnya talk,
dolomit, muskovit, dan tremolit.
f. Kilap lemak (greasy luster)
Menyerupai lemak atau sabun, contonya talk, serpentin.
g. Kilap tanah
Kenampakannya buram seperti tanah, misalnya: kaolin, limonit, bentonit.

KEKERASAN MINERAL
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara relatif sifat fisik ini
ditentukan dengan menggunakan skala Mohs, yang dimulai dari skala 1 yang paling lunak
hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras. Skala Mohs tersebut meliputi:
(1) talk,
(2) gipsum,
(3) kalsit,
(4) fluorit,
(5) apatit,
(6) feldspar,
(7) kuarsa,
(8) topaz,
(9) korundum,
(10) intan.

Masing-masing mineral tersebut diatas dapat menggores minetral lain yang bernomor lebih
kecil dan dapat digores oleh mineral dengan nomor yang lebih besar. Dengan kata lain skala
Mohs adalah skala relatif. Dari segi kekerasan mutlak skala ini masih dapat dipakai sampai
yang ke-9, artinya nomor 9 kira-kira 9 kali lebih keras dari nomor 1, tetapi nomor 10 adalah
42 kali lebih keras dari nomor 1. Untuk pengukuran kekerasan ini, dapat digunakan alat-alat
sederhana seperti kuku tangan, pisau baja, dll. seperti bisa dilihat pada tabel dibawah ini :
Gambar 2. Alat penguji kekerasan

CERAT MINERAL
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama atau berbeda dengan
warna mineral. Umumnya warna cerat tetap.
BELAHAN MINERAL
Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui bidang-bidang
belahan yang rata dan licin. Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral
tersebut.
Gambar 3. Belahan tiga arah pada gipsum yang dihasilkan dari fragmen semirombohedral (Hibbard, 2002)

PECAHAN MINERAL
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan tidak teratur.
Pecahan dapat dibedakan menjadi 6 macam.
1. Pecahan Konkoidal
Bila memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan.
2. Pecahan Berserat/Fibrous
Bila menunjukkan kenampakan seperti serat, contohnya asbes, augit.
3. Pecahan Tidak Rata
Bila memperlihatkan permukaan yang tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet.
4. Pecahan Rata
Bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya: mineral lempung.
5. Pecahan Runcing
Bila permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcing-runcing, contohnya mineral kelompok
logam murni.
6. Tanah
Bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.

Gambar 4. Pecahan konkoidal pada mineral Beril (Hibbard, 2002)

BENTUK MINERAL
Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai bidang kristal yang jelas
dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batas-batas kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam
jarang dijumpai dalam bentuk kristalin atau amorf yang ideal, karena kondisi pertumbuhannya yang
biasanya terganggu oleh proses-proses yang lain. Bentuk mineral berdasarkan struktur mineral dapat
dibagi menjadi 4 macam.
1. Granular atau Butiran
Terdiri atas butiran-butiran mineral yang mempunyai dimensi sama, isometrik.
2. Struktur Kolom
Biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan bentuknya ramping. Bila prisma tersebut memanjang
dan halus, dikatakan mempunyai struktur fibrous atau berserat.
3. Struktur Lembaran atau Lamelar
Mempunyai kenampakan seperti lembaran, struktur ini dibedakan lagi menjadi: tabular, konsentris,
dan foliasi.
4. Struktur Imitasi
Bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti asikular, filiformis, membilah, dll.

SIFAT DALAM MINERAL


Sifat dalam merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya, seperti penekanan,
pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan atau penghancuran. Sifat dalam dapat dibagi
enam macam.
1. Rapuh (brittle)
2. Dapat Diiris (sectile)
3. Dapat Dipintal (ductile)
4. Dapat Ditempa (malleable)
5. Kenyal/lentur (elastic)
6. Fleksibel (flexible)

KEMAGNETAN MINERAL
Kemagnetan merupakan salah satu sifat fisik mineral, selain kekerasan, sifat dalam, warna,
ketembusan cahaya, dll. Berdasarkan bagaimana reaksi suatu mineral kalau dipapar medan magnet,
mineral terbagi atas tiga jenis.
1. Ferromagnetik
Mineral-mineral ferromagnetik akan ditarik sangat kuat jika medan magnet dari luar datang. Mineral-
mineral ferromagnetik bahkan punya sifat kemagnetan yang permanen. Contoh:
a. Magnetit (Fe3O4)
b. Pyrrhotit (Fe1-xS)
c. Maghemite (Fe2O3, γ-Fe2O3)
d. Isovite ((Cr,Fe)23C6)
e. Chromferide (Fe3Cr1-x)
f. Symthite ((Fe,Ni)9S11 atau ((Fe,Ni)13S16)
g. Wilhelmramsayite (Cu3FeS3.2(H2O)
h. Batiferrite (Ba[Ti2Fe10]O19)
2. Paramagnetik
Berbeda dengan mineral-mineral paramagnetik yang tertarik kuat dengan medan magnet, mineral-
mineral paramagnetik akan tertarik medan magnet sementara saja. Mineral-mineral ini bersifat
magnet hanya ketika ada medan magnet disekitarnya. Begitu medan magnet dari luar pergi, hilang
sifat kemagnetannya. Contoh:
a. Hematit (Fe2O3)
b. Franklinite ((Zn,Fe2+)(Fe3+)2O4
c. Pirit (FeS2)
d. Kalkopirit (CuFeS2)
e. Olivin ((Mg,Fe)2SiO4)
f. Ilmenit (FeTiO3)
g. Piroksen ((Mg,Fe)SiO3)
h. Hornblende ((Ca,Na)2–3(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8O22(OH,F)2
i. Mineral mika (Biotit, Muskovit, Flogofit)
3. Diamagnetik
Mineral yang tidak akan tertarik oleh medan magnet. Dalam bahasa sehari-hari, kita sering bilang
benda-benda seperti air, udara, plastik, kertas sebagai benda “tanpa magnet”. Sebenarnya, benda-
benda diamagnetik sedikit menolak medan magnet. Yang termasuk mineral-mineral diamagnetik
adalah mineral-mineral non-logam, seperti:
a. Sulfur (S)
b. Kuarsa (SiO2)
c. Halite (NaCl)
d. Calcite (CaCO3)
e. Ortoklas (KAlSi3O8)
f. Plagioklas ((Na,Ca)(Si,Al)4O8)
g. Talk(Mg3Si4O10(OH)2)
h. Gipsum (CaSO4·2H2O)
i. Intan (C)

KLASIFIKASI MINERAL
Sistematika atau klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi dari Dana, yang
mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya. Dana membagi mineral
menjadi delapan golongan (Klein & Hurlbut, 1993), yaitu:

UNSUR MURNI (NATIVE ELEMENT)


Unsur murni atau native element dicirikan oleh hanya memiliki satu unsur kimia, sifat dalam
umumnya mudah ditempa dan/atau dapat dipintal, seperti emas, perak, tembaga, arsenik, bismuth,
belerang, intan, dan grafit.

MINERAL SULFIDA ATAU SULFOSALT


Mineram sulfida atau sulfosalt merupakan kombinasi antara logam atau semi logam dengan belerang
(S), misalnya galena (PbS), pirit (FeS2), proustit (Ag3AsS3), dll.

OKSIDA DAN HIDROKSIDA


Oksida dan hidroksida merupakan kombinasi antara oksigen atau hidroksil/air dengan satu atau lebih
macam logam, misalnya magnetit (Fe3O4), goethit (FeO-OH).

HALOID
Haloid dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang elektronegatif, seperti Cl, Br, F, dan
I. Contoh mineralnya: halit (NaCl), silvit (KCl), dan fluorit (CaF2).

NITRAT, KARBONAT, DAN BORAT


Nitrat, karbonat dan borat merupakan kombinasi antara logam/semi-logam dengan anion komplek,
CO3 atau nitrat, NO3 atau borat (BO3). Contohnya: kalsit (CaCO3), niter (NaNO3), dan borak
(Na2B4O5(OH)4·8H2O).

SULFAT, KROMAT, MOLIBDAT, TUNGSTAT


Sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat dicirikan oleh kombinasi logam dengan anion sulfat, kromat,
molibdat, dan tungstat. Contohnya: barit (BaSO4), wolframit ((Fe,Mn)Wo4).

FOSFAT, ARSENAT, DAN VANADAT


Fosfat, arsenat, dan vanadat, contohnya apatit (CaF(PO4)3), vanadinit (Pb5Cl(PO4)3)

SILIKAT
Silikat merupakan mineral yang jumlah meliputi 25% dari keseluruhan mineral yang dikenal atau
40% dari mineral yang umum dijumpai. Kelompok mineral ini mengandung ikatan antara Si dan O.
Contohnya: kuarsa (SiO2), zeolit-Na(Na6[(AlO2)6(SiO2)30]·24H2O).

Anda mungkin juga menyukai