BAB I
DASAR TEORI
1 .1 Batuan Piroklastik
Batuan Piroklastik adalah batuan vulkanik yang bertekstur klastik yang
dihasilkan dari serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api,
dengan material penyusun asal yang berbeda (W.T. Huang, 1962). Mineral
penyusun tersebut terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami reworked
oleh air maupun es pada kenyataan bahwa batuan hasil letusan gunung api dapat
berupa suatu hasil lelehan merupakan lava yang telah dibahas dan diklarifikasikan
kedalam batuan beku, serta dapat pula berupa produk ledakan atau eksplosif yang
bersifat fragmental dari semua bentuk cair, gas, ataupun padat yang dikeluarkan
dengan jalan erupsi (Suharwanto, 2018).
1.2 Komposisi Mineral Batuan Piroklastik
Fisher, 1984 dan Wiliams, 1982 mengelompokan material penyusun batuan-
batuan piroklastik sebawgai berikut:
1. Kelompok Juvenil (essential)
2. Bila material penyusunnya dikeluarkan langsung dari magma, terdiri dari
padatan, atau partikel terdekat dari suatu cairan yang mendingin dan kristal
(phyrogenik crystal)
3. Kelompok Cognate (Accesory)
Bila material penusun dari material hamburan yang berasal dari letusan
sebelumnya, dari gunung api yang sama atau tubuh vulkanik yang lebih tua
dari dinding kawah.
4. Kelompok accidental (bahan asing)
Bila material penyusunnya merupakan bahan hamburan yang berasal dari
bebatuan non-gunung api atau batuan dasar berupa batuan beku, sedimen
maupun metamorf, sehingga mempunyai komposisi yang seragam.
1.3 Tekstur Batuan Piroklastik
Variasi bentuk, pembundaran dan pemilahan batuan piroklastik mirip dengan
batuan sedimen klastik pada umumnya, hanya unsur-unsur tersebut tergantung
dari tenaga letusan, penguapan, tegangan permukaan dan pengaruh seretan.
Kenampakan yang khas pada batuan piroklastik adalah bentuk butir yang runcing
tajam, terutama dikenal sebagai “glass shard” atau gelas runcing tajam serta
adanya batu apung (pumice).
1.4 Struktur Batuan Piroklastik
Seperti halnya struktur batuan beku, maka pada batuan piroklastik juga
dijumpai struktur seperti scoria, vesikuler, serta amigdalodial.
1.5 komposisi Mineral Batuan Piroklastik
A. Mineral-Mineral Sialis (silisum-alumunium)
Mineral-mineral sialis terdiri dari:
- kuarsa (SiO2) yang hanya ditemukan pada batuan gunung api yang kaya akan
kandungan silika atau bersifat asam.
- Feldspar, baik K-Feldspar, Na-Feldspar, dan Ca-Feldspar.
- Feldspathoid, merupakan kelompok mineral yang terjadi jika kondisi larutan
magma dalam keadaan tidak atau kurang jenuh akan kandungan silika.
B. Mineral-mineral Ferromagnesia
Merupakan kelompok mineral yang kaya akan kandungan ikatan Fe-Mg
silikat dan kadang-kadang disusul dengan Ca-silikat.
Mineral-mineral tersebut hadir berupa kelompok mineral:
- Piroksen, merupakan mineral penting didalam batuan gunung api.
- Olivine, mineral yang kaya akan besi dan magnesium dan miskin silika.
C. Mineral tambahan\mineral-mineral yang sering hadir:
-Hornblende - Magnetit
-Biotit - Ilmenit
1.6 Klasifikasi batuan piroklastik
Material piroklastik dapat dikelompokan berdasarkan ukurannya sebagai
berikut (Schmid, 1981 Vide Fisher, 1984)
1.6.1 Endapan Piroklastik takterkonsolidasi
1. Bomb Gunungapi.
Bomb adalah gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran
lebih besar dari 64mm dan sebagian atau semuanya plastis pada waktu
tererupsi. Beberapa bomb mempunyai ukuran yang sang besar sebagai
contoh bomb yang mempunyai diameter 5 meter dengan berat 200 kg
dengan hembusan setinggi 600 m selama erupsi di Gunungapi Asama
Jepang pada tahun 1935.
4. Welded tuff
Adalah batuan piroklastik hasil dari piroklastik aliran yang telah
terlithifikasi dan merupakan bagian dari ignimbrite (istilah ini umum
dipakai di A.S, dan Australia).
1.6.4 Beberapa mekanisme pembentukan endapan piroklastik.
1. Endapan piroklastik jatuhan (pyroclastic fall)
Onggokan piroklastik yang diendapkan melalui udara. Endapan
ini umumnya akan berlapis baik dan pada lapisannya akan
memperlihatkan struktur butiran terusun. Endapan ini meliputi
aaglomerat, breksi, piroklastik, tuff, dan lapilli.
2. Endapan piroklastik aliran (pyroclastic flow)
Material hasil langsung dari pusat erupsi, kemudian teronggokan
disuatu tempat. Hal ini meliputi hot avalanche, glowing avalanche,
lava collaps avalanche, dan hot ash avalanche.
3. Aliran ini umumnya berlangsung pada suhu tinggi antara 500-600oC
dan temperaturnya cenderung menurun selama pengalirannya.
Penyebaran pada bentuk endapan sangat dipengaruhi oleh morfologi
sebab sifat-sifat endapan tersebut adalah menutup dan mengisi
cekungan. Bagian bawah menampakan morfologi asal dan bagian
atasnya datar.
4. Endapan piroklastik surge (pyroclastic surge)
Yaitu suatu awan campuran dari bahan padat dan gas(uap air)
yang mempunyai rapat massa rendah dan bergerak dengan kecepatan
tinggi secara turbulent diatas permukaan. Umumnya mempunyai
pemilahan yang baik, berbutir halus dan berlapis baik. Endapan ini
mempunyai struktur pengendapan primer seperti laminasi dan
perlapisan bergelombang hingga planar. Yang paling khas dari
endapan ini mempunyai struktur silang siur, melensa dan bersudut
kecil. Endapan surge pada umumnya kaya akan keratan batuan dan
kristal.
1.7 Zeolit
Zeolit merupakan senyawa alumino silikat hidrat terhidrasi dari logam alkali dan
alkali tanah (terutama Ca dan Na), dengan rumus umur Lm Alx Sig O2nH2O (L =
logam). Sifat umum dari zeolit adalah merupakan kristal yang agak lunak, warna putih
coklat atau kebiru-biruan. Kristalnya berwujud dalam struktur tiga dimensi yang tak
terbatas dan mempunyai rongga-rongga yang berhubungan dengan yang lain
membentuk saluran kesegala arah dengan ukuran saluran tergantung dari garis tengah
logam alkali atau alkali tanah yang terdapat pada strukturnya. Dialam saluran tersebut
akan terisi oleh air yang disebut sebagai air kristal. Air kristal ini mudah dilepas
dengan melakukan pemanasan, mudah melakukan pertukaran ion-ion dari logam alkali
atau alkali tanah dengan ion-ion elemen lain. Cara dan lingkungan terbentuknya zeolit
sangat bervariasi (Sukandarrumidi, 1998).
1.8 Tuff
Tuff merupakan batuan yang digolongkan ke dalam batuan piroklastik. Batuan tuff
merupakan batuan yang tersusun sepenuhnya oleh massa gelas. Selain itu juga batuan
tuff merupakan batuan yang memilki ukuran butir pasir halus, butir yang membundar
dengan baik dan juga merupakan batuan yang butir-butirnya terkonsolidasi dengan
fragmen-fragmen vulkanik yang berukuran kurang dari 2 mm. Adapun warna-warna
pada batuan tuff secara umum yaitu abu-abu cerah, pink dan kuning terang (Pellant,
1992).
1.9 Batuapung
Pumice berwama putih abu-abu, kekuningan sampai merah, tekstur vesikuler
dengan ukuran lubang, yang bervariasi ukurannya baik berhubungan satu sama lain
atau tidak struktur skorious dengan lubang yang terorientasi. Kadangkadang lubang
tersebut terisi oleh zeolit/kalsit. Batuan ini tahan terhadap pembekuan embun (frost),
tidak begitu higroskopis (mengisap air). Mempunyai sifat pengantar panas yang
rendah. Kekuatan tekanan antara 3O-2Okglcm2. Komposisi utama mineral silikat
amorf. Batuapung ini mempunyai sifat hydraulis (Sukandarrumidi, 1998).
1.10 Obsidian
Merupakan jenis batuan beku luar, hasil pembekuan magma yang kaya silika.
Pembekuan terjadi demikian cepat sehingga mineral pembentuknya tidak sempat
mengkristal dengan baik dan kedudukan kristalnya tidak beraturan. Obsidian
kebanyakan berwarna putih keabu-abuan hingga hitam, kadang-kadang ada garis
merah kecoklatan dan hitam. Dijumpai pula obsidian yang berwarna kehijauan, ungu
ataupun warna perak. jenis ini dikenal dengan obsidian pelangi. Obsidian dengan silika
sebagai komposisi utama mempunyai kekerasan lebih dari 6 menurut skala Mohs,
berat jenis 3-3,5, rnempunyai sifat pecahan konkoidal. Menurut reaksi Bowen, mineral
silika akan melebur pada temperatur 700° - 800º C (Sukandarrumidi, 1998).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Zeolith
akibat dari terbentuknya dilingkungan dasar laut yang menghasilkan fast hidrothermal
zeolitization dari gelas vulkanik. Proses-proses tersebut di atas akan berakibat
bervariasinya luas penyebaran zeolit yang terbentuk disamping bervariasinya ion-ion
elemen alkali dan alkali tanah yang diikat dan mengakibatkan terbentuknya spesies
zeolit (Sukandarrumidi, 1998).
Batuan Zeolit memiliki warna putih keabu-abuan yang termasuk kedalam jenis
batuan piroklastik karena terbentuk oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan
letusan gunung api. Struktur batuan zeolit adalah masif karena tidak terdapat
jejak/lubang gas yang ada pada batu tersebut. Batuan zeolit memiliki komposisi
mineral sialis (silisium-almuminium) yang lebih dominan yang membuat warna batu
tersebut cerah. Batuan zeolit yang diamati memiliki ukuran butir batuan yaitu lanau,
hal tersebut dapat dilihat pada butir penyusunnya dengan membandingkan dengan
komperator, butiran tersebut memiliki besar 1/6-1/256. Batuan ini memiliki pemilahan
yang baik karena butir-butir penyusun batuan tersebut memiliki ukuran yang hampir
sama. Batuan ini memiliki kebundaran yang membundar dengan baik. Memiliki kemas
yang tertutup karena butir punyusunnya saling terikat dan tersatukan satu sama lain
sehingga tidak terdapat rongga pada batu tersebut.
Batuan zeolit memiliki warna putih abu-abu yang cerah karena terbentuk oleh
magma yang kaya akan mineral sialis seperti kuarsa, feldspar dan feldsparthoid.
Batuan zeolit merupakan batuan piroklastik karena proses terbentuknya akibat proses
letusan gunung kemudian abu yang sangat halus dari letusan gunung tersebut
terendapkan disuatu wilayah, setelah terendapkan batuan ini mengalami alterasi
hidrotermal sesuai dengan tempatnya terendapkan, tempat pengendapan akan
membuat variasi jenis zeolit tersebut. Batuan ini memiliki ukuran butir lanau,
pemilahan yang baik, kebundaran yang baik dan kemas tertutup karena tersusun oleh
material abu vulkanik yang halus dan terendapkan disuatu tempat yang jauh dari
sumber, abu tersebut akan mengalami proses pembatuan dan akhirnya mengalami
alterasi hidrotermal. butiran batuan ini tersatukan dengan erat karena dari abu yang
halus. Tuff dan zeolit memiliki perbedaan, zeolit merupakan batuan yang mengalami
sedimentasi seperti tuff yang mengalami tekanan.
Kegunaan zeolit bermacam-macam. Batuan zeolit sebagai bahan bangunan
fisik, zeolit yang dibentuk sebagai balok dengan ukuran tertentu (tanpa diawali dengan
(Pellant, 2010). Tuff adalah batuan gunungapi yang terbentuk dari suatu campuran
fragmen fragmen mineral batuan gunungapi dalam matrik debu gunungapi. Tuff
terbentuk dari kombinasi debu, batuan dan fragmen mineral (piroklastik atau tephra)
yang dilemparkan ke udara dan kemudian jatuh ke permukaan bumi sebagai suatu
endapan campuran. Kebanyakan dari fragmen batuan cenderung merupakan batuan
gunungapi yang terkonsolidasi dari hasil erupsi gunungapi. Kadangkala material
erupsi yang masih panas mencapai permukaan bumi dan kemudian menbeku menjadi
welded tuff. Batuan piroklastik secara umum dikelompokan berdasarkan pada ukuran
butir seperti halnya dengan batuan klastik lainnya / batuan terrigenous lainnya (Noor,
2009).
Batuan tuff memiliki warna putih kekungingan yang termasuk kedalam jenis
batuan piroklastik karena pembentukannya oleh serangkaian proses yang berhubungan
dengan letusan gunung api. Struktur batuan tuff adalah masif karena pada batuan
tersebut tidak terdapat jejak/lubang gas. Batuan tuff memiliki komposisi mineral sialis
(silisium-almuminium) karena batu tersebut memiliki warna yang dominan cerah.
Batuan tuff yang diamati memiliki ukuran butir batuan yaitu pasir halus, hal tersebut
dapat dilihat pada butir penyusunnya dengan membandingkan dengan komperator,
butiran tersebut memiliki besar 1/8-1/18. Batuan tuff ini memiliki pemilahan yang baik
karena butir-butir penyusun batuan tersebut memiliki ukuran yang hampir sama.
Batuan tuff ini memiliki kebundaran yang baik karena tidak tampak butiran yang
menyudut. Batuan tuff ini memiliki kemas yang tertutup karena butir punyusunnya
saling terikat dan tersatukan satu sama lain sehingga tidak terdapat rongga pada batu
tersebut.
Batuan tuff memiliki warna putih kekungingan, warna yang cerah disebabkan
karena terbentuk oleh magma yang kaya akan mineral sialis seperti kuarsa, feldspar
dan feldsparthoid. Batuan tuff merupakan batuan piroklastik karena proses
terbentuknya akibat proses letusan gunung, abu hasil letusan akan tertransport kesuatu
tempat dan terendapkan, batu yang terendapkan tersebut akan mengalami proses
pembatuan. Batuan ini memiliki ukuran butir pasir halus karena terbentuk dari material
gunung berapi yang berupa abu halus, pemilahan yang baik karena butiran yang
mengendap sama ukurannya, kebundaran yang baik dan kemas tertutup disebabkan
oleh abu vulkanik yang sangat halus, abu tersebut terendapkan disuatu tempat dan
mengalami proses pembatuan sehingga mengikat dengan kuat satu sama lain.
Batuan tuff dapat dipergunakan untuk bangunan-bangunan sebagai semen alam
(hidraulic cement). Batu tuff lebih mudah kontak dengan air, setelah itu mengeras
yang tak tembus air (pembuatan batako). Tuff dapat digunakan sebagai bahan
pondasi bangunan. Dapat digunakan sebagai komposisi pembentuk keramik. Dapat
digunakan sebagai campuran dalam semen.
2.3 Batu apung
yang semula 236 turun menjadi 0,416 sesudah perlakuan tersebut oleh sebab itu
mengapung didalam air (Sukandarrumidi, 1998).
Batuapung merupakan batuan piroklastik karena batu ini terbentuk oleh proses
letusan gunung api. Batuapung memiliki struktur skoria karena terdapat lubang-lubang
yang tidak beraturan pada batuan sebagai tempat keluar gas-gas saat pembentukan.
Batuan ini memiliki komposisi mineral sialis itu yang menyebabkan warna batuan
tersebut cerah. Ukuran butir batuan ini adalah berukuran pasir kasar karena dapat
diketahui dengan membandingkan dengan komperator. Batu ini memiliki pemilahan
sedang karena ukuran butir tidak semua sama. Batuan ini memiliki kebundaran yang
tanggung. Batuan ini memiliki kemas tertutup karena butir-butir yang berikatan secara
langsung dengan ikatan yang kuat. Batu ini dapat mengapung karena batuan ini
terdapat banyak lubang bekas keluar gas dan memiliki masa jenis yang lebih rendah
dibantingkan dengan air, lubang-lubang pada batu tersebut tidak tembus kesisi batu
yang berlawanan sehingga dapat terisi oleh udara.
Batuapung terbentuk oleh serangkaian proses aktifitas gunung berapi sehingga
merupakan jenis batu piroklastik. Batu apung terbentuk dari letusan dengan tekanan
gas tinggi, tekanan gas yang tinggi tersebut dapat melemparkan material dari dalam
bumi dengan sangat tinggi sehingga batu ini membeku dengan sangat cepat dan masih
banyak terdapat gas pada batuan tersebut, gas-gas tersebut akan keluar dengan cara
melubangi/menerobos batu tetapi tidak dalam waktu yang bersamaan sehingga
mehasilkan lubang-lubang yang tak beraturan disebut struktur skoria. Batu ini memili
kompisisi mineral sialis karena kandungan magmanya tersusun oleh unsur-unsur silika
(Si) dan Aluminium (Al) yang disebut sebagai mineral sialis, mineral tersebut
terbentuk dari magma yang bersifat asam yang membuat warna batuan tersebut relatif
cerah. Batuan apung memiliki ukuran butir pasir halus karena saat pembentukannya
yang cepat. Batuan ini memiliki pemilahan sedang dan memiliki kebundaran tanggung
karena tersusun oleh butir-butir yang tidak semua sama ukurannya. Batuapung
memiliki kemas tertutup disebabkan karena butir-butirnya dapat menempel dengan
erat satu sama lain.
Batuan pumice dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Sebagai bahan tahan
api, dinding penyekat ruangan dalam bentuk lembaran sifatnya yang hidraulis baik
untuk teknik bangunan basah. Disamping itu berfungsi pula sebagai bahan isolasi
panas dan suara atau untuk isolasi kamar/peredam atau almari es. Pada bidang industri
dapat digunakan sebagai bahan penyaring setelah diproses dengan ukuran butir
tertentu disamping untuk abrasive khususnya bahan poles untuk logam.
(Sukandarrumidi, 1998)
2.3 Obsidian
adalah masif. Batuan ini memiliki tekstur amorf karena batuan ini tidak menampakan
mineral yang mengkristal sehingga seluruhnya terbentuk oleh massa gelas tetapi dalam
batu yang diamati di Lab terdapat mineral plagioklas yang ada dalam batu, hal tersebut
dinamakan Snowflake. Batu obsidian memiki kandungan unsur besi (Fe) dan
Magnesium (Mg).
Batu ini merupakan batuan piroklastik karena terbentuk akibat aktifitas vulkanik,
ledakan pada gunung berapi membuat magma keluar dengan cepat sehingga magma
juga membeku dengan cepat diluar permukaan bumi, magma yang membeku
mengakibatkan pembentukan batuan ini tidak sempurna dengan kata lain mineral yang
terkandung dalam batuan tersebut tidak dapat mengkristal dengan bentuk yang
sempurna, batu yang tidak memiliki masa kristal atau seluruhnya terbentuk oleh masa
gelas bisa disebut amorf. Warna pada batu ini hitam karena kandungan unsur yang
terdiri dari besi (Fe) dan Magnesium (Mg) atau biasa disebut ferromagnesia karena
magma batuan obsidian bersifat intermediet atau bahkan bersifat basa. Pada batu
obsidian ini terdapat snowflake, snowflake yaitu terdapatnya mineral asing yang
tertanam dalam batu, mineral tersebut tidak terbentuk bersamaan dengan pembentukan
batu obsidian, tetapi mineral tersebut terbentuk terlebih dahulu didalam bumi, karena
terjadi ledakan yang dahsyat membuat mineral yang telah membeku tersebut ikut
terbawa oleh magma yang naik kepermukaan dan membeku dalam batuan tersebut.
Mineral-mineral tersebut adalah plagioklas dan orthoklas.
Obsidian mempunyai warna yang indah dan keras, disamping itu mudah dibentuk.
Pada jaman Prasejarah, manusia purba memanfaatkan obsidian untuk senjata kapak
atau "titikan" penimbul api. Obsidian juga dapat digunakan sebagai bahan bangunan
karena sifatnya yang keras dan sangat resisten. Obsidian tidak menyerap, hal ini
mengakibatkan daya rekat semen menjadi berkurang. Obsidian apabila dipecah
mempunyai sifat konkoidal dengan pinggiran yang tajam. Oleh karenanya dalam
pengerjaannya harus hati-hati. Obsidian dapat digunakan sebagai bahan batu mulia
karena sifatnya yang kompak, beberapa jenis berwarna terang dan transparan obsidian
dapat dibentuk menjadi batu mulia (Sukandarrumidi, 1998).
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.geologinesia.com/2016/03/jenis-asal-dan-kegunaan-batu-obsidian.html
(diakses pada hari selasa 7 maret 2018 pukul 18.30 WIB).
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bandung: Penerbit ITB.
Pellant, Christ. 1992. Rocks and Mineral. London: Dorling Kindersley.
Suharwanto. 2018. Buku Panduan Praktikum Mineralogi Petrologi. Yogyakarta:
Penerbit UPN “Veteran” Yogyakarta.
Sukandarrumidi. 1998. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.