Anda di halaman 1dari 57

3.

16 Menerapkan persiapan penambangan


4.16 Melakukan persiapan penambangan
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran:
1. Peserta didik dapat Menerapkan persiapan penambangan
2. Peserta didik dapat Menjelaskan persiapan penambangan
3. Peserta didik dapat Melakukan persiapan penambangan
4. Peserta didik dapat Mempraktekkan persiapan penambangan.

1. Rancangan Teknis Penambangan


Rancangan teknis penambangan merupakan bagian dari suatu perencanaan
tambang. Rancangan penambangan ini merupakan program penambangan
yang akan dikerjakan dan telah diberikan batas-batas serta aturan tegas yang
harus dipenuhi dalam setiap aktivitasnya sebagai bagian dari keseluruhan
perencanaan tambang tersebut.
Setelah menganalisa dasar dari pemilihan sistem penambangan, maka dibuat
suatu rancangan penambangan atau teknis pelaksanaan penambangan tersebut.
Analisa yang dibuat berupa metode penambangan yang akan diterapkan.
2. Persiapan Penambangan
Persiapan penambangan merupakan kegiatan pendahuluan dari aktivitas
penambangan. Persiapan penambangan ini berupa pembersihan areal yang
akan ditambang (land clearing) dan pembuatan jalan tambang.
Pembersihan lahan adalah suatu pekerjaan tahap awal pada kegiatan
penambangan. Pembersihan lahan ini dilakukan untuk menyingkirkan
pepohonan dan semak belukar yang tubuh di sekitar areal penambangan dan
mempersiapkan akses masuk ke tambang atau pembuatan jalan angkut.
3. Rencana Jalan Angkut
Fungsi utama dari pembuatan jalan angkut ini adalah sebagai sarana
transportasi untuk menunjang kelancaran kegiatan penambangan terutama
kegiatan pengangkutan. Yang terpenting di dalam perencanaan jalan ini adalah
geometrik jalan yang meliputi; lebar jalan, kemiringan jalan (grade), jari-jari
belokan (tikungan) dan superelevasi, cross slope dan jarak angkut.
a. Lebar Jalan Angkut Tambang
Lebar jalan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
Lebar Jalan Angkut Pada Jalur Lurus
Untuk menentukan lebar jalan pada jalan lurus diambil standar dengan
memperhitungkan lebar dari alat angkut yang digunakan, menurut
penelitian Aasho Manual Rural High Way Design untuk jalan lurus pada tepi
kiri dan kanan ditambah setengah dari lebar truck.
Untuk mendapatkan lebar jalan digunakan perhitungan dengan rumus sebagai
berikut:
L min = n.Wt + (n + 1) . (½.Wt
Dimana:
L min   = Lebar jalan angkut minimum (meter)
n         = Jumlah lajur
Wt      = Lebar alat angkut (meter)
Dengan menggunakan rumus di atas, lebar jalan lurus dianggap aman, pada
saat alat angkut berpapasan, tidak saling menyerempet dengan yang lain pada
saat pengangkutan berlangsung.
Lebar Jalan Angkut Pada Belokan
Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan selalu lebih besar daripada
lebar jalan lurus.
Untuk lajur ganda, maka lebar jalan minimum pada belokan didasarkan atas :
a. Lebar jejak ban,
b. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan
belakang pada saat membelok,
c. Jarak antar alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan, dan
d. Jarak antara dua truck terhadap tepi jalan (jarak dari kedua tepi jalan).
Wmin        =          N (U + Fa + Fb + Z) + C      
C               =          (U + Fa + Fb) / 2                   
Dimana :
Wmin  = Lebar jalan angkut minimum pada belokan (meter)
U         = Lebar jejak roda kendaraan (center to center tires) (meter)
Fa        = Lebar juntai (overhang) depan (meter)
Fb        = Lebar juntai belakang (meter)
Z          = Jarak sisi jalan ke sisi luar kendaraan (meter)
C         = Jarak antar kendaraan (total lateral clearance) (meter)
N         = Jumlah jalur
b. Kemiringan Jalan
Kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat
angkut baik dalam pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan dan sangat
menentukan kemampuan alat. Bila kendaraan melalui jalan yang menanjak
maka timbul gaya yang melawan arah gerak kendaraan. Sebaliknya jika
kendaraan melewati jalan yang menurun, maka gaya berat akan membantu
gerak kendaraan. Gaya ini disebut grade resistance  yang tergantung besarnya
kemiringan jalan dan berat kendaraan. Untuk menentukan kemiringan atau
grade jalan, digunakan ketentuan kemiringan jalan untuk masing-masing alat
angkut yang besarnya dinyatakan dalam persen kemiringan, di antaranya
sebagai berikut:
Lori 3% - 15%
Truck 7% - 35%
Belt conveyor 35% - 50%
A. Desain Jenjang
Karena letak batubara berada di lapisan bawah dari permukaan dan
tertutup oleh lapisan tanah penutup, maka untuk mencapai lapisan bijih itu
biasanya dibuat jenjang/bench. Suatu jenjang yang dibuat harus mampu
menampung dan mempermudah pergerakan alat-alat mekanis pada saat
aktivitas pengupasan tanah penutup dan pengambilan bijih.
Dimensi suatu jenjang dapat ditentukan dengan mengetahui data produksi
yang diinginkan, peralatan mekanis yang digunakan, material yang digali,
jenis pembongkaran dan penggalian yang dipergunakan dan batas
kedalaman penggalian atau tebalnya lapisan batubara, serta data sifat
mekanik dan sifat fisik batuan untuk kestabilan lereng. Dimensi dari
jenjang adalah sebagai berikut:
a. Panjang jenjang
Panjang jenjang tergantung pada produksi yang diinginkan dan luas
dari areal penambangan atau dibuat sampai pada batas penambangan
yang direncanakan. Pada dasarnya adalah alat-alat mekanis yang
digunakan mempunyai ruang gerak yang cukup untuk bermanuver
dalam aktivitasnya.
b. Lebar jenjang
Lebar jenjang dirancang sesuai dengan jarak yang dibutuhkan oleh alat
mekanis dalam beroperasi, dalam hal ini alat gali/muat dan alat angkut.
Untuk perhitungan lebar jenjang yang sangat dipengaruhi oleh alat-alat
mekanis yang digunakan, metode yang dipakai untuk penentuan
dimensi jenjang adalah “US Army Engineers (1967)” dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
                        W min = Pm + Pa + JA            
Dimana :
Wmin    = Lebar minimum bench (meter)
Pm       = Panjang alat gali/muat (meter)
Pa         = Panjang alat angkut (meter)
JA        = Jarak aman dari pinggir bench (biasanya diambil 3 meter) 
c. Tinggi jenjang
Tinggi jenjang adalah jarak vertikal yang diukur dari kaki jenjang ke
puncak jenjang tersebut. Tinggi jenjang dibuat tergantung dari faktor
keamanan suatu lereng dan tinggi maksimum penggalian dari alat gali
yang digunakan. 
B. Penggalian, Pemuatan dan Pengangkutan
 Pembongkaran adalah upaya yang dilakukan untuk melepaskan batuan
dari batuan induknya baik dengan cara penggalian dengan
menggunakan alat gali maupun dengan cara pemboran dan peledakan.
Pada intinya pembongkaran ini bertujuan agar batuan dapat dengan
mudah dan cepat dilepaskan serta alat muat dapat dengan mudah
memuat material ke alat angkut.
 Pemuatan adalah kegiatan lanjutan setelah pembongkaran batuan pada
loading point yang bertujuan untuk memuat material ke alat angkut
kemudian diangkut ke titik dumping baik pada disposal area atau stock
pile.
 Banyaknya material yang dibongkar, dimuat, dan diangkut oleh
masing-masing alat dinyatakan dalam jumlah produksi yang dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan yang dikemukakan
oleh Partanto Projosumarto, 1993 sebagai berikut :
a. Produksi Alat Mekanis
Produksi alat garu / dorong bulldozer
Kapasitas produksi Bulldozer dapat dicari dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
P = (Kb x SF x Eff x 60 menit) / CT (menit)
Dimana :
P       = Produksi alat mekanis (bcm/jam)
Kb    = Kapasitas Bilah (m3)
SF     =  Swell Factor (%)
Eff    = Efisiensi kerja (%)
CT    = Cycle time (menit)
b. Produksi alat muat
Produksi alat muat pada pemuatan material ke atas alat angkut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain keseragaman ukuran butir
material yang akan dimuat, kemampuan operator, ketersediaan stock
material yang akan dimuat (hasil pembongkaran). Faktor-faktor ini
secara langsung memengaruhi waktu edar alat muat dalam melakukan
satu siklus pemuatan dan juga jumlah material yang terambil ke dalam
bucket alat muat.
Sehingga untuk memperoleh jumlah material yang dihasilkan perlu
dikoreksi dengan memperhitungkan jumlah faktor pengisian untuk tiap
kali melakukan pengisian bucket.
Untuk menghitung kemampuan produksi alat muat tersebut digunakan
pendekatan sebagai berikut :
Untuk menghitung kemampuan produksi dari alat muat, maka
digunakan rumus sebagai berikut:
P = (Kb x SF x Eff x Ff x 60 menit) / CT (menit)
Dimana :
P             = Produksi alat mekanis (bcm/jam)
Kb          = Kapasitas Bucket (m3)
SF           =  Swell Factor (%)
Eff          = Efisiensi kerja (%)
Ff            = Fill Factor (%)
CT          = Cycle time (menit)
c. Produksi alat angkut
Produktifitas pada pengangkutan juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain :
a. Pada saat pengisian material ke alat angkut akan terjadi
pertambahan volume material.
b.  Keadaan jalan pengangkutan.
c. Kemampuan operator dan jumlah alat angkut yang digunakan.
Untuk menghitung jumlah produksi pengangkutan material dengan
menggunakan alat angkut dump truck digunakan pendekatan
sebagai berikut :
P = (Kb x Eff x 60 menit) / CT (menit)
KB  = (Kb x Ff x Sf) x n      
Dimana :
P     = Produksi alat angkut (bcm / Jam)
KB  = Kapasitas bak (m3)
Eff  = Efisiensi kerja (%)
Kb  = Kapasitas bucket (m3)
Sf   = Swell factor (%)
Ff   = Fill factor (%)
n    = Jumlah pengisian
CT  = Cycle time (menit)
Menentukan Jumlah Alat
Dari hasil perhitungan kemampuan produksi alat mekanis, maka
jumlah alat yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan penambangan
sesuai dengan target produksi yang ingin dicapai dapat ditentukan.
Untuk menentukan jumlah peralatan yang diperlukan, maka digunakan
rumus sebagai berikut :
N = T/P
Dimana:
N  = Jumlah alat  
T =  Target produksi
P  =  Produksi alat

3.17 Memahami peralatan tambang


4.17 Mengoperasikan peralatan tambang
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran:
1. Peserta didik dapat Menganalisis data pengoperasian peralatan tambang
2. Peserta didik dapat Mengevaluasi data hasil pengoperasian peralatan tambang
3. Peserta didik dapat Menyajikan data pengoperasian peralatan tambang
4. Peserta didik dapat Mempresentasikan data pengoperasian peralatan tambang

1. Peralatan Tambang
1.1 Power Shovel
A. Definisi Power Shovel
Power Shovel merupakan alat gali dan muat tambang yang sering di
gunakan berupa skop mekananasi yang amat besar.Alat ini di gerakkan
oleh mesin uap,mesin bensin,mesin diesel,atau dapat juga motor
listrik.Alat ini baik untuk pekerjaan menggali tanah tanpa batuan alat
lain, dan sekaligus memuat ke dalam truck atau alat angkut lainnya.
Alat ini juga dapat membuat timbunan bahan persediaan ( Stock pilling
).Power Shovel di lapangan digunakan terutama untuk menggali tebing
yag letaknya lebih tinggi dari tempat kedudukan alat. Macam shovel
dibedakan dalam dua hal, ialah shovel dengan kendai kabel ( cable
controlled ) , dan shovel dengan kendali hidrolis ( hydraulic
controlled).
B. Cara Kerja Power Shovel
Pekerjaan dimulai dengan menempatkan shovel pada posisi dekat
tebing yang akan digali, dengan menggerakkan dipper / bucket ke
depan kemudian ke atas sambil menggaruk tebing sedemikian rupa
sehingga dengan garukan ini tanah dapat masuk dalam bucket, jika
bucket sudah penuh, maka bucket ditarik ke luar.Operator yang telah
berpengalaman dapat mengatur gerakan ini sedemikian rupa sehingga
bucket sudah terisi penuh pada saat bucket mencapai bagian atas
tebing.
Setelah terisi penuh, maka shovel dapat diputar (swing ) ke kanan atau
kekiri menuju tempat yang harus diisi. Segera sesudah shovel tidak
lagi dapat mencapai tebing dengan sempurna, maka shovel
digerakan/berjalan menuju posisi baru hingga dapat bekerja seperti
semula.
Pada dasarnya gerakan-gerakan selama bekerja dengan shovel ialah :
1. Maju untuk menggerakkan dipper menusuk tebing.
2. Mengangkat dipper/bucket untuk mengisi.
3. Mundur untuk melepaskan dari tanah/tebing.
4. Swing (memutar) untuk membuang (dump)
5. Berpindah jika sudah jauh dan tebing galian, dan
Menaikkan/menurunkan sudut boom jika di perlukan.
C. Bagian-bagian power shovel

D. Kegunaan/Fungsi Power Shovel


1. Sebagai Alat Gali
 membuat tanggul (embankment digging).
 Menggali secara datar (digging on horizontal plane)
 Membuat lereng (dressing slopes)
 Menggali ke arah daerah yang lebih rendah (digging below
grade)
 Membuat parit (digging shallow trench).
2. Sebagai Alat Muat
 Memuat ke alat angkut (loading haul units)
 Membuang material ke samping (side casting)
 Menimbun ke atas tumpukkan material (dumping onto spoil
bank)
 Menimbun ke dalam “hopper” (dumping into hoppers).
1.2 Backhoe Loader

A. Definisi Backhoe Loader


Backhoe adalah alat berat yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
penggalian yang letaknya di bawah kedudukan backhoe itu sendiri.
B. Cara kerja Backhoe
Untuk mulai menggali dengan backhoe bucket dijulurkan ke depan ke
tempat galian, bila bucket sudah pada posisi yang diinginkan lalu
bucket diayun ke bawah seperti dicangkulkan, kemudian lengan bucket
diputar ke arah alatnya. Setelah bucket terisi penuh lalu diangkat dari
tempat penggalian dan dilakukan swing, dan pembuangan material
hasil galian dapat dilakukan ke truk atau tempat yang lain.
C. Bagian-bagian backhoe
D. Fungsi Backhoe Loader
Pengoperasian backhoe umumnya untuk penggalian,penimbunan,
terowongan, atau basement. Backhoe beroda ban biasanya tidak
digunakan untuk penggalian, tetapi lebih sering digunakan untuk
pekerjaan umum lainnya. Backhoe digunakan pada pekerjaan
penggalian di bawah permukaan serta untuk penggalian material keras.
Dengan menggunakan backhoe maka akan didapatkan hasil galian
yang rata. Pemilihan kapasitas bucket backhoe harus sesuai dengan
pekerjaan yang akan dilakukan. Pada bagian belakang backhoe
terdapat sebuah komponen bernama loader.,loader ini berfungsi untuk
mendorong tanah (seperti fungsi buldozer) atau mengangkut tanah
yang telah digali ke alat pengangkutan (seperti truk).
1.3 Dragline

A. Definisi Dragline
Dragline adalah alat untuk menggali tanah dan memuatkan pada alat-
alat angkut. misalnya truk atau ke tempat penimbunan yang dekat
dengan tempat galian. Pada umumnya power shovel sampai dengan
kapasitas 2.5 cu-yd dapat diubah menjadi dragline, dengan melepas
boom shovel diganti boom dan bucket dragline.
B. Cara kerja dragline
Penggalian dimulai dengan swing pada keadaan bucket kosong menuju
ke posisi menggali, pada saat yang sama drag cable dan hoist cable
dikendorkan, sehingga bucket jatuh tegak lurus ke bawah. Sesudah
sampai di tanah maka drag cable ditarik, sementara hoist cable
digerak-gerakkan agar bucket dapat mengikuti permukaan tebing
galian sehingga dalamnya lapisan tanah yang terkikis dalam satu pass
dapat teratur, dan terkumpul dalam bucket. Kadang-kadang hoist cable
dikunci pada saat penggalian, berarti pada saat drag cable ditarik,
bucket bergerak mengikuti lingkaran yang berpusat pada ujung boom
bagian atas. Keuntungan cara ini ialah bahwa tekanan gigi bucket ke
dalam tanah adalah maksimal. Setelah bucket terisi penuh, sementara
drag cable masih ditarik, hoist cable dikunci sehingga bucket terangkat
lepas dari pennukaan tanah. Hal ini untuk menjaga agar muatan tidak
tumpah, juga dijaga posisi dump cable tetap tegang dan tidak berubah
kedudukannya. Kemudian dilakukan swing menuju tempat (dump)nya
material dari bucket. Sebaiknya truk ditempatkan sedemikian rupa
sehingga swing tidak melewati kabin truk. Jika bucket sudah ada di
atas badan truk, drag cable dikendrokan bucket akan terjungkir ke
bawah dan muatan tertuang.
C. Bagian-bagian dragline.

D. Fungsi Dragline
Menggali material dengan jangkauan yang lebih jauh dari alat-alat gali
lainnya. Ketinggian timbunan hasil pembongkaran, radius pergerakan
dan jangkauan penggalian dragline lebih besar dibandingkan dengan
dari alat gali lainnya pada ukuran bucket yang sama.
Pemakaian dragline sangat menguntungkan pada proyek pembuatan
saluran di mana tanah mengandung air. Selain itu juga dragline
digunakan untuk penggalian di bawah permukaan air. Dragline dengan
bucket yang kecil dan ringan biasanya untuk penggalian material lepas
dan kering. Jika dragline akan dipakai untuk penggalian material yang
lebih keras maka pada alat tersebut harus ditambahkan rantai drag dan
bucket diperkuat dengan pelat baja yang berfungsi untuk membantu
bucket dalam menggali batuan pecah dan material padat. Bucket
dragline yang sedang biasanya dipakai untuk menggali lempung dan
kerikil atau pasir padat.
1.4 Clamshell

A. Definisi Clamshell
Clamshell adalah alat gali yang mirip dengan dragline yang hanya
tinggal mengganti bucket nya saja. Clamshell terutama digunakan
untuk mengerjakan bahan-bahan lepas, seperti pasir, kerikil, lumpur
dan lain-lainnya. Batu pecah dan batubara dapat juga diangkut secara
massa oleh clamshell.
B. Cara kerja clamshell
Pada pengoperasian clamshell perlu diperhatikan bahwa penggalian
tergantung pada berat bucket serta kapasitas mesin seperti yang telah
dijelaskan di atas. Selain itu panjang rantai akan mempengaruhi
kedalaman penggalian. Sedangkan jangkauan clamshell akan
tergantung pada panjang boom. Untuk memaksimalkan daya angkat
clamshell maka boom yang digunakan sependek mungkin. Hal ini erat
kaitannya dengan kestabilan alat. Semakin panjang boom maka alat
akan semakin tidak stabil yang pada akhirnya akan menurunkan daya
angkat alat. Daya angkat clamshell juga dapat ditingkatkan dengan
memperkecil sudut swing.
Pada umumnya waktu siklus clamshell didapat dari hasil perkiraan
berdasarkan pengalaman. Siklus kerja clamshell meliputi kegiatan-
kegiatan pengisian (filling) bucket, pengangkatan bucket penuh,
berputar, dan pembongkaran (dumping). Secara lebih detail, cara kerja
clamshell pada saat pengisian bucket adalah sebagai berikut :
1. Bucket digantungkan pada kepala crane melalui hoist cable.
2. Kemudian tag cable dilepas.
3. Bucket turun karena beratnya sendiri dan rahangnya membuka.
4. Untuk mengisi bucket, rahang ditutup dengan menarik tag cable.
Bucket clamshell yang digunakan terdapat dalam berbagai ukuran,
mempunyai dua macam bucket yakni :
1. Heavy duty bucket, yang dilengkapi dengan gigi yang dapat
dilepas, digunakan untuk penggalian
2. Light duty bucket, untuk mengangkat bahan ringan, tanpa
dilengkapi oleh gigi-gigi.
Kapasitas bucket dihitung dalam 3 macam ukuran yaitu:
1. Water level capasity adalah kapasitas bucket dimana bucket
terendam air (digantungkan setinggi permukaan air)
2. Plate line capacity, adaleh kepasitas, dimana bucket terisi rata
mengikuti garis sepanjang puncak clamshell.
3. Heaped capacity, adalah kapasitas bucket munjung.
C. Fungsi Clamshell
Clamshell digunakan untuk penggalian tanah lepas seperti pasir,
kerikil, batuan pecah, dan lain-lain. Clamshell mengangkat material
secara vertikal. Ukuran bucket pada clamshell bervariasi antara ringan
sampai berat. Bucket yang ringan umumnya digunakan untuk
memindahkan material, sedangkan bucket berukuran berat digunakan
untuk menggali. Pada bucket yang berukuran berat umumnya
dipasangkan gigi yang membantu alat dalam menggali material. Dalam
pemilihan tipe bucket perlu diperhatikan bahwa bucket yang berat
dapat mempersulit pengangkutan namun membantu penggalian.
1.5 Tower Crane

A. Definisi Tower Crane


Crane adalah salah satu alat berat (heavy equipment) yang digunakan
sebagai alat pengangkat dalam proyek kontruksi. Crane bekerja dengan
mengangkat material yang akan dipindahkan, memindahkan secara
horizontal, kemudian menurunkan material ditempat yang diinginkan.
B. Bagian-bagian tower crane
C. Kriteria pemilihan Tower Crane
Pemilihan crane sebagai alat untuk memindahkan material didasarkan
pada kondisi lapangan yang tidak luas, ketinggian yang tidak
terjangkau oleh alat lain. Dan tidak dibutuhkanya pergerakan alat.
Pemilihan jenis tower crane yang akan dipakai harus
mempertimbangkan situasi proyek, bentuk struktur bangunan,
kemudahan operasiaonal baik pada saat pemasangan maupun pada saat
pembongkaran.
Sedangkan pemilihan kapasitas tower crane berdasarkan berat,
dimensi, dan daya jangkau pada beban terberat, ketinggian maksimum
alat, perakitan alat diproyek, berat alat yang harus ditahan oleh
strukturnya, ruang yang tersedia untuk alat, luas area yang harus
dijangkau alat dan kecepatan alat untuk memindahkan material.
D. Cara kerja tower crane
 Mekanisme Pengangkat (hoisting mechanisme).
Digunakan untuk mengangkat atau menurunkan beban yang
dikehendaki.Cara kerja mekanisme pengangkat pada tower crane
adalah motor penggerak menggerakkan atau memutar drum
penggulung kabel baja yang bekerja menarik atau mengulur kabel
baja. Kemudian dari drum penggulung tersebut diteruskan kesistem
puli. Setelah itu kabel baja tersebut pada ujungnya dipasang kait,
yang fungsinya untuk menaruh muatan yang akan dipindahkan.
Apabila mau melakukan pengangkatan atau penurunan muatan
maka kita tinggal menghidupkan motor penggerak yang akan
memutar drum penggulung kabel bajatersebut.
 Mekanisme Penjalan (traveling mechanisme).
Digunakan untuk memindahkan muatan (beban) sepanjang
lengancrane (pengangkat) secara horizontal. Cara kerja mekanisme
gerak berjalan (trolley ) pada tower crane adalah motor penggerak
yang dihubungkan lengan drum penggulung kabel baja pada
mekanisme berjalan yang bekerja menarik atau mengulur kabel
baja yang dihubungkan dengan sistem puli yang pada ujungkabel
baja tersebut disambungkan dengan trolley yang dapat bergerak
sepanjang lengan pengangkat tersebut.
 Mekanisme Pemutar (slewing mechanisme).
Digunakan untuk memindahkan beban sejauh radius lengan
pengangkatannya.Cara kerja mekanisme pemutar adalah motor
penggerak pada mekanisme pemutar yang dihubungkan dengan
sistem roda gigi yang tujuannya untuk menurunkan putaran yang
dihasilkandari motor penggerak. Dari putaran yang masih tinggi
dari motor penggerak menjadi putaran yangdiinginkan
(direncanakan). Roda gigi tersebut dihubungkan dengan meja putar
yang ada pada bagian sambungan antara menara atau tiang utama
dengan lengan, maka kita tinggal menghidupkan motor penggerak
yang akan memutar roda gigi tersebut.
1.6 Dump Truck

A. Definisi Dump Truck


Dump truck (dump truk) adalah truk yang isinya dapat dikosongkan
tanpa penanganan. Dump truk biasa digunakan untuk mengangkut
barang semacam pasir,bebatuan, kerikil atau tanah untuk keperluan
konstruksi.
B. Cara Kerja dump truck
Secara umum, dump truk dilengkapi dengan bak terbuka yang
dioperasikan dengan bantuan hidrolik, bagian depan dari bak itu bisa
diangkat keatas dan bagian belakang bak berfungsi sebagai engsel atau
sumbu putar sehingga memungkinkan material yang diangkut bisa
melorot turun ke tempat yang diinginkan. Dump truck biasa digunakan
dalam industri pertambangan untuk memindahkan material hasil
tambang ataupun material tanah. Kapasitas sebuah Off-Road Mining
Dump Truck ditentukan oleh kapasitas dump body-nya.
C. Bagian-bagian dump truck

1. Dump body 9. Step


2. Steering and hoist oil tank 10. Radiator
3. Operator’s cab 11. After cooler
4. Rear view mirror 12. Rear combination lamp
5. Under mirror 13. Back-up lamp
6. Combination lamp 14. Tail lamp
7. Head lamp 15. Fuel tank
8. Handrail

D. Jenis-Jenis Dump Truck


Kendaraan alat berat dump truck terdiri dari dua golongan jika ditinjau
dari besar muatannya :
 On High Way Dump Truck (muatan dibawah dari 20 m3)
 Off High Way Dump Truck (muatannya diatas 20 m3)
Cara pengosongan muatan, jenis truck dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. End-Dump atau Rear Dump
Dump Truck jenis ini mengosongkan muatannya dengan cara ditumpahkan ke
belakang
2. Side-Dump
Dump Truck jenis ini mengosongkan muatannya dengan cara ditumpahkan ke
samping
3. Bottom-Dump
Jenis ini mengosongkan muatannya dengan cara ditumpahkan ke samping
Berdasarkan ukuran muatan:
1. Ukuran kecil
Memiliki kapasitas angkut maksimum 25 ton.
2. Ukuran sedang
Memiliki kapasitas 25 sampai 100 ton
3. Ukuran besar
Kapasitas muatannya lebih dari 100 ton

1.7 Dozer Shovel


A. Definisi Dozer Shovel
Dozer Shovel adalah sebuah alat berat pemuat beroda rantai (track
loader), biasa digunakan untuk memuat material seperti tanah atau batu
kedalam alat pengangkut (dump truck atau hopper pada belt conveyor)
atau memindahkan material ke tempat lain dengan jarak angkut sangat
terbatas (load and carry).
Alat berat jenis ini hanya bisa beroperasi didaerah yang keras dan agak
keras. Pada landasan yang kurang rata sekalipun, daya cengkeram
lebih kuat, tetapi tidak atau kurang mampu didaerah yang lunak dan
basah, mampu mengambil sendiri tanah merah asli atau yang agak
lunak. Memerlukan daerah pemuatan (loading point) sedikit agak lebar
tetapi perpindahan daerah operasi kurang cepat (kurang mobile).
Selain bucket, attachment lainnya adalah log clamp (penjepit kayu
bulat/kepiting).
B. Fungsi Shovel Dozer
1. Kegunaan/Fungsi shovel dozer untuk memindahkan material (pasir,
tanah, batu-batuan) ke dalam dumptruck.
2. Pusher loading yaitu membantu scraper dalam mengisi muatannya
pada lapisan tanah kohesif.
3. Menyebarkan material (spreading), artinya menyebarkan material
tanah ketempat-tempat tertentu dengan tebal yang dikehendaki.
4. Menimbun Kembali (Backfilling) yaitu pekerjaan penimbunan
kembali terhadap bekas lubang-lubang galian.
C. Kelebihan dan Kekurangan Shovel Dozer
Kelebihannya antara lain :
 Daya cengkram kuat
 Mampu beroperasi di daerah rata maupun tidak rata
 Mampu mengambil sendiri tanah yang lunak
 Ekonomis digunakan untuk pekerjaan pemuatan pada truck dengan
jarak dari “truck” tidak lebih dari 15 feet
Kekurangannya antara lain :
 Hanya bisa beroperasi di daerah yang keras dan agak keras
(lembab).
 Kurang produktif didaerah yang lunak dan basah
 Memerlukan daerah pemuatan (loading point) sedikit agak lebar
sehingga pemindahan daerah operasi kurang cepat (kurang mobile)
 Shovel Dozer tidak dapat melayani pemuatan pada Truk dengan
pemutaran lebih dari 90 derajat.
D. Cara kerja dozer shovel
Dozer Shovel bekerja dengan gerakan dasar pada bucket dan cara
membawa muatan untuk di muatkan ke alat angkut atau alat yang
lain.Jika di tinjau dari alat kendali bucket,untuk menggerakkan bucket
dapat di kendalikan dengan kabel dan dapat dikendalikan dengan
hydraulic yang di lengkapi arm.Gerakan bucket yang penting ialah
menurunkan bucket diatas permukaan tanah,mendorong ke depan
(memuat/menggusur),mengangkat bucket,membawa dan membuang
muatan.
Ada beberapa cara pemuatan ialah :
 V Loading adalah cara pemuatan dengan lintasan seperti bentuk
huruf V
 L loading,truck dibelakang loader,kemudian lintasan seperti
membuat garis tegak lurus
 Cross loading,cara pemuatan dengan truck juga ikut aktif
 Overhead loading dengan loader khusus,bucket dapat di gerakkan
melintasi di atas kabin operator
1.8 Wheel Loader
A. Definisi Wheel Loader
Wheel Loader adalah suatu alat yang mirip dengan shovel dozer, tetapi
beroda karet (ban) sehingga baik kemampuan maupun kegunaannya
sedikit berbeda yaitu pada kemampuan beroperasi di daerah yang keras
dan rata, kering tidak licin karena traksi daerah basah akan rendah,
tetapi tidak mampu mengambil tanah sendiri tanpa dibantu
dozing/stock pilling terlebih dahulu denganbulldozer.
Wheel Loader adalah alat yang digunakan untuk mengangkat material
yang akan dimuat kedalam dumptruck atau memindahkan material ke
tempat lain. Saat loader menggali, bucket didorongkan pada material,
jika bucket telah penuh maka traktor mundur dan bucket diangkat ke
atas untuk selanjutnya dipindahkan.
B. Fungsi Wheel Loader
1. Pembersihan lapangan atau lokasi pekerjaan (land clearing).
2. Penggusuran tanah dalam jarak dekat.
3. Meratakan timbunan tanah dan mengisi kembali galian-galian
tanah.
4. Menyiapkan bahan-bahan dari tempat pengambilan material.
5. Mengupas tanah bagian yang jelek (stripping)
6. Meratakan permukaan atau menghaluskan permukaan bidang rata
disebut finishing.
C. Bagian-bagian wheel loader
D. Cara kerja wheel loader
Cara kerja Wheel loader ini sama seperti halnya alat berat pada
umumnya, dimana alat penggerak utamanya mengguanakan sistem
hidrolik. Karena tenaga hidrolik mempunyai daya atau tenaga yang
sangat besar, sehingga bisa memungkinkan untuk mengeruk,
mengangkut material atau benda yang berukuran besar.
Untuk pengoperasian bucket dipakai “kendali hidrolis” (hydraulic
controlled), sedangkan kendali kabel (cabel controlled) sudah jarang
digunakan pada excavator-loader. Penggunaan loader biasanya adalah
untuk memuat material dan membawa, serta membongkar. Jika daerah
sekitar material yang dikerjakan datar, maka loader dapat bergerak
dengan leluasa dalam posisi yang menyenangkan.
Wheel loader yang bekerja dengan gerakan dasar pada bucket dan cara
membawa muatan untuk dimuatkan ke alat angkut atau alat yang lain.
Gerakan bucket yang penting ialah menurunkan bucket diatas
permukaan tanah, mendorong ke depan (memuat/menggusur),
mengangkat bucket, membawa dan membuang muatan. Apabila harus
dimuatkan ke lat angkut, misalnya truk, ada beberapa cara pemuatan
yaitu :
 V – Loading
 L – Loading
 Cross Loading
 Overhead Loading
Kelebihan Wheel Loader :
 Mobilitas yang tinggi
 Manuver daerah pemuatan loading point lebih sempit dibanding
dengan track shovel dan,
 Kerusakan permukaan loading point lebih kecil karena
menggunakan ban karet.
Kekurangan Wheel Loader :
 Dalam menempatkan muatan ke dalam dump truck kurang merata
bahkan kadang-kadang bisa miring, walaupun faktor ini sangat
dipengaruhi oleh skill operator.
1.9 Bucket Wheel Excavator

A. Definisi Bucket Wheel Excavator


Bucket Wheel Excavator adalah alat berat yang digunakan pada
surface mining, dengan fungsi utama sebagai mesin penggali terus
menerus (continuous digging machine) dalam skala besar dan juga alat
gali untuk pemindahan tanah pada penambangan terbuka.
B. Cara kerja Bucket Wheel Excavator
 Dipergunakan pada material tanah penutup maupun bijih yang
lunak, baik lapisan tipis maupun tebal, terutama yang berupa tanah
atau lempung, pasir lunak dimana tidak terdapat formasi batuan
yang keras.
 Penggaliannya dilakukan oleh sebuah boom yang pada ujungnya
terdapat roda besar dimana di sekelilingnya dipasang mangkuk-
mangkuk. Boom beserta mangkuk-mangkuknya diputar pada
rodanya ditekan ke arah material yang digali.
 Setelah mangkuk-mangkuk terisi penuh, selanjutnya ditumpahkan
dengan cara yang khas ke belt conveyor yang sudah terpasang
sebagai alat angkut.
 Dari belt conveyor akan di bawa ke stockpile.
Cara penggalian mangkuk-mangkuk BWE dapat dibedakan menjadi
tiga macam:
1. Terrace Cut; yaitu penggalian dengan cara pemotongan permuka
kerja ke arah depan, sehingga membentuk jenjang.
2. Dropping Cut; yaitu suatu cara penggalian dengan memotong
bagian permuka kerja ke arah bawah.
3. Combination Cut, suatu cara penggalian gabungan; artinya cara
penggalian permuka kerja secar terrace cut untuk bagian atas
lapisan, dan secara dropping cut untuk bagian bawahnya.

Terrace Cut Dropping Cut


Sedangkan pada penggalian inti BWE dapat dibedakan menjadi 4
macam yaitu :
1. Face or front working, pola penggalian BWE dengan cara
menggali material disepanjang permukaan kerja.
2. Full block working, pola penggalian dengan cara membagi
material yang akan digali menjadi blok per blok dengan ukuran
tinggi 50 m dan lebar 90 m. Kemudian penggalian dilakukan dari
tiap blok dengan membuat jenjang-jenjangdari bagian atas ke
bawah dengan urutan penggalian dimulai dari lapisan paling atas
untuk membentuk jenjang.
3. Face block or side block working, pola penggalian yang diterapkan
pada penambangan batubara dengan metoda strip mine
4. Deep cutting with the bucket wheel, pola penggalian yang letak
materialnya berada dibawah lantai tempat berdirinya BWE. BWE
dengan pola penggalian ini dirancang khusus dengan boom yang
lebih panjang dan memiliki produksi yang lebih kecil
C. Bagian-bagian Bucket Wheel Excavator

a. Wheel h. Discharge Boom


b. Bucket i. Discharge Swing Bearing
c. Wheel Boom j. Discharge Elevating Cylinder
d. Wheel conveyor k. Revolving Frame
e. Wheel Elavating Cylinder l. Swing Circle
f. Gantry m. Undercarriage
g. Discharge Conveyor n. Crawler Side Frames

1.10 Bulldozer
A. Definisi Bulldozer
Bulldozer adalah peralatan konstruksi (biasa disebut alat berat atau
construction equipment) bertipe traktor menggunakan Track/ rantai
serta dilengkapi dengan pisau (dikenal dengan blade) yang terletak di
depan. Bulldozer diaplikasikan untuk pekerjaan menggali, mendorong
dan menarik material (tanah, pasir, dsb).
B. Fungsi Bulldozer
Bulldozer merupakan sebuah traktor rantai (crawler tractor) yang
berguna untuk pekerjaan menggali,menggusur, mendorong tanah atau
material dan menarik log atau portable camp yang dapat di operasikan
di medan berbatu, berbukit, maupun tanah lumpur pada berbagai
sektor pekerjaanseperti pertambangan (mining), konstruksi
(construction), logging, Hutan Tanaman Industri (forestry) dan
perkebunan. Bulldozer dapat melakukan pemindahan tanah yang
efektif sejauh 100 meter dengan cara estafet.
Ripper
Suatu alat yang dipasang dibagian belakang pada alat Buldozer.
Fungsi alat ini antara lain :
1. Untuk memudahkan pembongkaran material yang sifat sangat
keras
2. Memudahkan penetrasi dengan material
C. Cara Kerja Bulldozer
1. Metode Penggusuran
a. Down Hill dozing
Pada metode ini cara kerja "bulldozer" adalah selalu
mendorong ke arah bawah, jadi mengambil keuntungan dari
bantuan gaya gravitasi untuk menambah tenaga dan kecepatan.
b. High wall or float dozing

Bulldozer" menggali beberapa kali, lalu mengumpulkan galian


menjadi satu dan mendorong dengan hati-hati pada lereng yang
curam. Sebelum seluruh tanah habis meluncur ke lereng,
"buldozer" harus direm agar tidak terjungkir atau terjungkal
masuk ke dalam lereng
c. Trench or slot dozing

2. "Bulldozer" yang menggali melalui satu jalan yang sama akan


menyebabkan terbentuknya semacam dinding di kiri kanan bilah
yang disebut "spilages", sehingga pada pendorongan tanah
berikutnya tidak ada tanah yang keluar atau tercecer ke samping
bilah (blade).
3. Metode Pembabatan pada“Land Clearing”
4. "Land clearing" adalah semua pekerjaan pembersihan tempat kerja
dari semak-semak, pohon-pohon besar dan kecil, sisa pohon yang
sudah ditebang, kemudian membuang tanah atau batuan yang
menghalangi pekerjaan selanjutnya Pada dasarnya hanya ada 3
(tiga) metode pembabatan/tebang gusur, yaitu:
a. Metode Ulir
b. Metode Contour
c. Metode Zig-zag
5. Metode menghilangkan tunggul pohon
6. Penggusuran pohon dan semak-semak
7. Membuat rintisan jalan
D. Bagian-bagian bulldozer

1.11 Belt Conveyor


A. Definisi Belt Conveyor
Belt Conveyor adalah suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi
memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Conveyor
banyak dipakai di industri untuk transportasi barang yang jumlahnya
sangat banyak dan berkelanjutan.
B. Cara Kerja dan Bagian-Bagian Conveyor
Bagian – bagian terpenting Belt conveyor adalah :
a. Belt : Fungsinya adalah untuk membawa material yang diangkut.
b. Idler : Gunanya untuk menahan atau menyangga belt.
Menurut letak dan fungsinya maka idler dibagi menjadi :
1. Idler atas yang digunakan untuk menahan belt yang bermuatan.
2. Idler penahan yaitu idler yang ditempatkan ditempat pemuatan.
3. Idler penengah yaitu yang dipakai untuk menjajaki agar belt tidak
bergeser dari jalur yang seharusnya.
4. Idler bawah Idler balik yaitu yang berguna untuk menahan belt
kosong.
a. Centering Device : Untuk mencegah agar belt tidak meleset
dari rollernya.
b. Unit Penggerak (drive units) : Pada Belt conveyor tenaga gerak
dipindahkan ke belt oleh adanya gesekan antara belt dengan
“plulley” penggerak (drive pully), karena belt melekat
disekeliling pully yang diputar oleh motor.
c. Pemberat (take-ups or counter weight) : Yaitu komponen untuk
mengatur tegangan belt dan untuk mencegah terjadinya selip
antara belt dengan pully penggerak, karena bertambah
panjangnya belt.
d. Bending the belt
Alat yang dipergunakan untuk melengkungkan belt adalah
 Pully terakhir atau pertengahan
 Susunan Roller-roller
 Beban dan adanya sifat kelenturan belt.
e. Pengumpan (feeder) : Adalah alat untuk pemuatan material
keatas belt dengan kecepatan teratur.
f. Trippers : Adalah alat untuk menumpahkan muatan disuatu
tempat tertentu.
g. pembersih Belt (belt-cleaner) : Yaitu alat yang dipasang di
bagian ujung bawah belt agar material tidak melekat pada belt
balik.
h. Skirts : Adalah semacam sekat yang dipasang dikiri kanan belt
pada tempat pemuatan (loading point) yang gterbuat dari logam
atau kayun dan dapat dipasang tegak atau miring yang gunanya
untuk mencegah terjadinya ceceran.
i. Holdback : Adalah suatu alat untuk mencegah agar Belt
conveyor yang membawa muatan keatas tidak berputar kembali
kebawah jika tenaga gerak tiba-tiba rusak atau dihentikan.
j. Kerangka (frame) : Adalah konstruksi baja yang menyangga
seluruh susunan belt conveyor dan harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga jalannya belt yang berada diatasnya
tidak terganggu.

k. Motor Penggerak : Biasanya dipergunakan motor listrik untuk


menggerakkan drive pulley. Tenaga (HP) dari motor harus
disesuaikan dengan keperluan, yaitu :

1. Menggerakkan belt kosong dan mengatasi gesekan-gesekan


anatara idler dengan komponen lain.
2. Menggerakkan muatan secara mendatar.
3. Mengankut muatan secara tegak (vertical).
4. Menggerakkan tripper dan perlengkapan lain.
5. Memberikan percepatan pada belt yang bermuatan bila
sewaktu-waktu diperlukan.
1.12 Motor Grader
A. Definisi Motor Grader
Motor Grader adalah alat berat yang dapat digunakan untuk keperluan
peralatan tanah,juga sebagai pembentuk permukaan yang dikehendaki.
B. Fungsi Motor Grader
1. Meratakan dan membentuk permukaan.
2. Merawat jalan.
3. Mengupas tanah.
4. Menyebarkan material ringan

C. Bagian-bagian motor grader

1. Blade lift cylinder


2. Drawbar lift cylinder
3. Cab
4. Rear wheel
5. Ripper
6. Articulate cylinder
7. Blade
8. Front wheel
9. Head lamp
10. Perlengkapan Kerja
Pada sebuah motor grader ada beberapa perlengkapan kerja yang digunakan, seperti
dibawah ini:
1. Front blade
Front blade sangat dibutuhkan untuk pekerjaan- pekerjaan spreading (penaburan)
yang sulit.
2. Front pull hook
Front pull hook dipasang dibagian depan alat yang berfungsi untuk menarik.
Terdapat dua tipe hook, yaitu front weight with nails dan Ushape bracket welded
on front axle. Jika front attachment, seperti front blade dipasang, maka hook
tersebut tidak tersedia.
3. Push plate
Komponen ini digunakan untuk menumbangkan pohon atau mendorong alat lain
pada saat terjebak dalam lumpur. Push plate juga berfungsi sebagai pemberat
(counterweight) untuk menjaga agar roda depan tidak terangkat pada saat alat
tersebut digunakan untuk melakukan pekerjaan ripping.
4. Scarifier
Scarifier digunakan untuk menggali material-material keras seperti aspal atau
lapisan es yang tidak mampu digali dengan menggunakan blade. Banyaknya
jumlah gigi yang terdapat pada scarifier tergantung pada kekerasan material yang
akan digali.
5. Extension blade
Dengan menggunakan extension blade ini, blade dapat diperpanjang baik satu sisi
maupun kedua sisi. Pekerjaan yang dilakukan dapat lebih efisien tetapi hanya
dapat digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan ringan saja.
6. Hydraulic blade tip control
Dengan adanya hydraulic blade tip control, maka sudut potong blade dapat diatur
secara hidrolik melalui kabin operator.
7. Rear mounted ripper
Ripper ini digunakan untuk menggali batu atau material keras yang tidak dapat
dikerjakan dengan menggunakan scarifier.
1.13 Excavator

A. Definisi Excavator
Excavator adalah sebuah jenis alat berat yang terdiri dari mesin di atas roda khusus
yang dilengkapi dengan lengan (arm) dan alat pengeruk (bucket) yang digunakan
untuk menyelesaikan pekerjaan berat berupa penggalian tanah yang tidak bisa
dilakukan secara langsung oleh tangan manusia.
B. Fungsi Excavator
 Menggali parit , lubang, pondasi bangunan
 Penanganan Material
 Memotong semang dengan alat khusus
 Pekerjaan kehutanan
 Penghancuran
 Perataan tanah
 Angkut berat
 Pertambangan, terutama Pertambangan pit terbuka
 Pengerukan sungai
 Menancapkan Batang pondasi
C. Bagian-Bagian Excavator

 Bucket : Digunakan untuk mengeruk tanah


 Bucket Cylinder : Menggerakkan Bucket
 Arm : Mengayunkan bucket naik turun
 Arm Cylinder : Menggerakkan Arm
 Boom : Tuas utama untuk menggerakkan Arm naik turun.
 Boom Cylinder : Menggerakkan Boom
 Tracker : Sebagai roda untuk excavator
 Kabin : Tempat mengendalikan excavator
1.14 Scraper
A. Definisi Scrapper
Scraper adalah alat berat yang berfungsi untuk mengeruk, mengangkut, dan menabur
tanah hasil pengerukan secara berlapis. Scraper dapat digunakan sebagai alat
pengangkutan untuk jarak yang relatif jauh (± 2000 m) pada tanah datar dengan alat
penggerak roda ban.
B. Fungsi dan bagian Scraper

 Bowl
Bowl adalah bak untuk menampung muatan material yang terketak di antara
ban belakang. Bagian bibir atau depan bowl memiliki ujung yang tajam yang
berfungsi untuk mengeruk. Dalam keadaan penuh, bowl ini sanggup
menampung sekitar 3 – 38 m3 muatan. Selain sebagai penampung, bak ini
juga bisa berfungsi sebagai pengeruk dan pembongkar muatan dengan cara
digerakkan ke bawah.
 Apron
Apron adalah dinding bowl di bagian depan yang bisa diangkat atau dibuka
pada saat sedang digunakan untuk mengeruk dan membongkar muatan.
Sedangkan saat digunakan untuk memuat material, bagian apron ini akan
ditutup sehingga muatan tidak tumpah.
 Ejector/Tail gate
Ejector atau tail gate merupakan dinding di bagian belakang bowl yang
digunakan pada saat membongkar. Pada saat digunakan, bagian ejector ini
akan mendorong semua material atau muatan yang ada di dalam bowl
sehingga mudah untuk dikeluarkan.
C. Cara kerja Scraper
Secara umum, kerja alat berat scraper terbagi menjadi tiga tahap yakni pengerukan
dan pemuatan material, pengakutan material, serta pemongkaran muatan. Tahap
pengerukan dan pemuatan material dilakukan pada saat yang bersamaan. Pada saat
pengerukan ini, bagian apron scraper terbuka sementara bagian bowl berfungsi seperti
sekop yang mengeruk permukaan tanah/material yang dilewatinya. Hasil
pengerukkan ini akan langsung tersimpan di dalam bowl.
Setelah bowl penuh, maka apron akan ditutup dan dimulailah tahap selanjutnya, yakni
pengangkutan. Pada saat pengakutan ini, bagian bowl akan diangkat sedikit sehingga
tidak terkena permukaan tanah selama scraper bergerak menuju tempat
pembongkaran. Pembongkaran material pada scraper biasanya dilakukan dengan cara
menyebar secara rata secara bertahap. Pada saat pembongkaran, bagian apron bisa
dibuka-tutup berkali-kali atau secara bertahap hingga bagian depan bowl kosong.
Setelah itu, bagian ejector akan mendorong sisi material yang ada di belakang bowl.
Macam-macam cara transportasi, yaitu :
1.      Manual haulage
2.      Mechanical haulage
3.      Transport raise
4.      Hoisting
Aktivitas penambangan bawah tanah
1. Blasting (pembongkaran)
Peledakan dilakukan untuk melepskan batuan dari batuan induknya atau untuk
memperkecil ukuran atau lebih mudah diangkut dengan menggunakan bahan
peledak.
Tujuan peledakan tbt
 Menghasilkan ruang untuk gudang, jalan saluran dan pembuatan trowongan
 Mengambil material/pembongkar material
Factor-faktor yang mempengaruhi peledakan:
 Jenis batuan
 Density batuan
 Struktur batuan
Jenis bahan peledak, cara atau teknik peledakan
Dasar-dasar peledakan tbt:
 Peledakan bawah tanah dilakukan kearah satu bidang bebas. Sedangkan
peledakan dipermukaan kearah dua bidang bebas.
 Tempat ledakan lebih terbatas, bahan peledak, jenis bahan peledak umumnya
low eksplosif
Factor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan baahan peledak pada tbt:
1. Sifat bahan peledak
2. Api penyalaannya kecil
3. Peledakannya berlangsung singkat
4. Temperature peledakannya relative rendah
5. Tidak menghasilkan gas beracun
6. Disesuaikan dengan material yang diledakkan
7. Partikuler set dari standart blasting
8. Besarnya biaya.
2. Mucking (pemuatan/loading)
Pemuatan pada tbt istilahnya hamper sama dengan pemuatan tambang terbuka (tb)
yaitu pemuatan broken ore, dimuat keatas alat angkut untuk selanjutnya diangkut
keluar permukaan (pengangkutan)
Macam-macam alat muat yang digunakan
a. Continous loader
b. Scraper
c. Coal catter
d. Lhd (load haul dump)
e. Overshoot loader
f. Gathering arm loader
3. Hauling (pengangkutan)
Kegiatan pengangkutan tbt adalah
 Usaha atau cara untuk mengeluarkan bijih hasil penambangan ke permukaan
 Kegiatan pengangkutan dimulai dari tempat penambangan ke penampungan
sementara selanjutnya ke mulut shaft kemudian ke happer, lori, atau langsung
ke dump truck untuk diangkut kepermukaan atau:
a. Dari tempat penambangan ke penampungan sementara
b. Dari penampungan ke mulut shaft (hosting dengan lori)
c. Dari penampungan ke hopper (belt conveyord) lori ataupun langsung ke
truck lewat incline.
Macam-macam jalan masuk ke tbt dan alat angkut yang sesuai:
1.      Shaft vertical : incline kombinasi
2.      Tunnel
3.      Adit
Jenis-jenis alat angkut :
1. Shaft : cage, skip, pipa/pompa, kenekan.
2. Tunnel/adit : lokomotif dan lori, truck, belt conveyord, lhd, pipa/pompa,
shuttle car
Jenis jalan pengangkutan :
1. Auxiliary haulage digunakan untuk mengangkut material dari stop eke chute
atau dari stop eke loading point
2. Main haulage ialah mengangkut material dari pit bottom ke shaft
station/keluar tambang.
Macam-macam alat angkut :
Alat angkut mekanis :
1.  Cage skip
2.  Truck
3.      Belt conveyord
4.      Lori-lokomotif
5.      Lhd
6.      Rope haulage
7.      Hoisting
8.      Pipa pompa dan sutlle.
System pengangkutan tbt
Pengangkutan tbt merupakan upaya untuk mengeluarkan ore dari permukaan
kerja ke permukaan tanah, ataupun pengiriman alat dan bahan dari permukaan
kedalam tambang dan pengangkutan bawah tanah rancangan system
pengangkutan yang baik harus mencakup secara keseluruhan. Pengangkutan
didalam tbt dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Gathering haulage adalah system pengangkutan yang langsung berhubungan
atau berhadapan dengan permukaan kerja.
2. Auxalary/secondary haulage adalah system pengangkutan yang mengangkut
material dari penambangan ke penampungan sementara.
3. Main haulage adalah system pengangkutan yang mengangkut material dari
penampungan sementara ke mulut shaft, ke happer langsung kepermukaan
tanah.
Macam-macam cara pengangkutan
1. Manual hauling adalah penangkutan dengan menggunakan tenaga
manusiandengan bantuan alat sedrhana dan atau hewan
2. Mechanical hauling adalah pengangkutan dengan alat-alat mekanis
3. Transport raise adalah pengangkutan dengan mengguakan system grafitasi
(ore press atau ore chute atau menggunakan raise)
4. Hoisting adalah pengangkutan dengan menggunakan kerekan.
Peralatan berbeda dengan peraltan tambang terbuka yakni dalam hal :
1.      Geometri
2.      Fungsi
3.      Kekuatan
Jenis peralatan dan pengangkutan pada tambang bawah tanah tergantung pada
beberapa hal seperti :
1. Geometri endapan : bentuk, ketebalan, kemiringan dan struktur.
2. Karakteristik endapan adalah jenis endapan, kadar kekuatan, kondisi struktur,
kondisi pelapukan.
3. Karakteristik batuan samping
4. Posisi endapan terhadap permukaan
5. Kondisi air tanah
6. Tingkat produksi dan umur tambang
Macam-macam peralatan tbt:
1. Alat pemboran
 Rock drill
 Drill jumbo
   Drill rigs
2. Alat muat/gali
 Overshoot loader
 Continous loader
 Gathering arm loader
 Scraper
 Goal chutter
 Lhd (load haul dump)
3. Alat angkut
 Truck
 Belt conveyord
 Lori + lokomotif
 Lhd
 Rope haulage
 Hoisting
 Pipa + pompa dan chage/skip
A. Scrafer
Penggunaan scraper pada tambang bawah tanah apabila metode gravitasi tidak bias
dimanfaatkan 30o – 35o, penggunaan scraper dapat menurunkan biaya development,
meningkatkan produksi, dan menurunkan biaya timber.
Factor-faktor yang mempengaruhi pemilihan scrafer ;
1.      Sifat Material dan kondisi lantai kerja
2.      Sudut adalah digging angle
3.      Kapasitas scrafer dan berat buatan
4.      Typy hoist yang digunakan dipengaruhi oleh tempat kerja
Untuk daerah naik atau turun pengaruhnya terhadap sudut gali, untuk daerah naik
digging angle relative besar dan material yang digali ditarik lebih sedikit, sedangkan
untuk daerah turun digging angle relative kecil dan material yang digali relative
besar. Hal-hal yang dibutuhkan untuk menetukan tipe dan ukuran scrafer :
1. Kondisi material yang akan dipisahkan berat, basah, kering atau lengket, ukuran
material.
2. Tonage yang diinginkan : perjam pada jarak rata-rata, perjam pada jarak terjauh,
waktu produksi.
3. Kondisi tempat kerja : luas, lebar, panjang front kerja, jarak tempuh rata-rata dan
maksimum, kondisi lantai (kasar, licin), arah angkut material, gardien lantai kerja
(naik-turun)
4. Tenaga yang tersedia: tekanan udara, listrik
5. Maksud pemakaian scrafer untuk pekerjaan persiapan, produksi dan pengisian.
Alat muat
Klasifikasi scrafer berdasrkan jumlah hoistnya scrafer diklasifikasikan menjadi 2 :
1. Single drum hoist
 Konstruksi, sebuah motor penggerak, 2 buah drum, sebuah tail rape, sebuah
mainrape, sebuah shape, sebuah scrafer.
 Aplikasi cocok untuk daerah dimensi sempit dengan produksi sedikit.
2. Double drum hoist
 Konstruksi sebuah motor penggerak, 2 buah drum, sebuah tail rape, sebuah
main rape, sebuah shape, sebuah scrafer.
 Aplikasi cocok untuk daerah dimensi sempit dengan produksi besar.
3. Tree drum hoist
 Konstruksi sebuah motor penggerak, 3 buah drum 3 buah amin rope, 2 buah
tail rope, 2 buah toil shafe, sebuah scafer
 Aplikasi cocok untuk daerah dimensi stope luas dan produksi luas.
B. Overshoot loader
Adalah alat muat yang bekerja dengan cara mendorong bucket kedalam tumpukan
material hingga penuh kemudian bucket diangkat kebelakang melewati mesinnya dan
menumpahkan muatan kealat angkut yang berada dibelakangnya tanpa memutar alat
muat.
 Digerakkan dengan udara bertekanan tinggi (hydraulic)
 Overshoot loader bekerja di drift heading sempit
 Ukuran busket bervariasi 0,14-0,60 m3
C. Gathering arm loader
Sering digunakan pada tambang batubara, pada bagian depan dilengkapi dengan alat
pengumpal material yang bertumput kemudian didorong menuju belt conveyor yang
berada dibelakang, selanjutnya kea lat angkut berikutnya, dilengkapi dengan klaurel
dan digerakkan dengan tenaga listrik.
D. Slushier
Adalah suatu alat garu digerakkan dengan udara dimana efek pengaraannya diperoleh
melalui sebuah garu yang dihubungkan dengan kawat masuk dalam tumpukan
material lepas yang terletak didasar lantai dan membawa material ketempat
penumpahan, sering digerakkan pada screen drift dari dasar scrape.
E. Load haul dump
Alat muat-angkut tambang bawah tanah merupakan kombinasi front end loader
dengan dump truck mampu memuat mengangkut dan menumpahkan material pada
alat angkut berikutnya enaga penggerak adalah tenaga diesel dan jarak pengangkut
dekat.
Alat angkut
 Untuk mengangkut jarak dekat lebih kecil 5 km menggunakan truck berukuran
kecil atau lhd
 Untuk pengangkutan jarak sedang 5-20 km menggunakan truck besar, belt
conveyor, cable way
 Untuk pengangkutan jarak jauh > 20 km menggunakan pompa/pipa.
1. Truck (mine truck)
 Truck yang digunakan pada tbt hampir sama pada tambang terbuka berdasarkan roda
penggeraknya (wheel drive)
 Roda penggeraknya roda depan (front wheel drive)
 Roda penggeraknya roda belakang (real wheel drive)
 Roda penggeraknya roda depan dan roda belakang (four wheel drive)
 Roda penggeraknya semua roda belakang (double rear wheel drive)
Berdasarkan pengosongannya muatan
 End dump atau rear dump mengosongkan muatan kebelakang
 Side dump : mengosongkan muatan kesamping
 Bottom dump : mengosongkan muatan ke bawah.
Berdasarkan ukurannya :
 Ukuran kecil kapasitas 25 ton
 Ukuran sedang kapasitas 25-100 ton
 Ukuran besar kapasitas > 100 ton
Keuntungan menggunakan truck
 Jarak angkut bias mencapai 2 km
 Fleksibel dalam menambah alat tanpa menganggu produksi
 Kecepatan relative tinggi
Kerugian menggunakan truck
 Kondisi jalan harus baik dan tidak licin
 Jumlah operator banyak
 Ventilasi harus baik
 Jalan harus lebar dan tidak boleh menyudut
Hambatan-hambatan yang terjadi pada penganggutan truck
 Grade resistence (hambatan pada tanjakan)
 Rolling resistance (hambatan akibat ban dan jalan)
2. Lokomotif + lori (mine car)
Pemilihan penggunaan loko tambang lori berdasarkan pada pertimbangan:
 Jalan relative datar
 Kemiringan maks. 5 %
 Jarak angkut panjang
 Tonase relative besar
 Umur pekerjaan panjang
Berdasarkan tenaga lokomotif dibedakan menjadi 6 macam :
 Lokomotif uap (steam lokomotif)
 Lokomotif bakar (bensine / gasoline)
 Lokomotif diesel (diesel lokomotif)
 Lokomotif udara bertekanan tinggi (compressive air lokomotif)
 Lokomotif listrik (elektrik headley loc)
 Lokomotif batrey (storage battray loc)
Berdasarkan mengosongkan muatan lori dibedakan menjadi :
 Rear dumper
 Bottom dumper
 Side dumper
 Overtunner dumper
Keuntungan menggunakan lokomotif
 Diperlukan mine fower lebih sedikit
 Fleksibel dan mudah diperpanjang
 Pengangkutan dapat dilakukan bersama-sama
 Mempunyai kecepatan tinggi
 Lebih mudah menyesuaikan dengan belokan
Kekurangan menggunakan lokomotif :
 Mempunyai kemiringan yang terbatas
 Lantai harus kuat
 Bahaya kebakaran, kebocoran arus gas-gas beracun menjadi meningkat
Hambatan-hambatan yang terjadi pada pengangkutan dengan lokomotif menurut (daris
formula)
1. Tram resistence : lb/ton  = 1,3 + 29/w + 0,03 v + 0,00240/WN
Hambatan untuk gerbang = 1,3 + 29/w + 0,03 v + 0,0034 Av2 / WN
Hambatan untuk gerbang barang = 1.3 + 29/w + 0,045 v + 0,085 Av2 /WN
Dimana :   w        = rata-rata ton/as roda
                 N         = Jumlah as roda
                 V         = Kecepatan (mph)
                 A         = Luas area
2. Gradian resistance : 20 lb/ton
3. Curve resistance : 0,8 lb/ton 1o kelengkungan
Perhitungan tenaga lokomotif
Hal-hal yang mempengaruhi dalam perhitungan lokomoif :
1. Adhesi (A)
Koefisien adhesi atau statistic fricting diantara ragam lokomotif dengan rel tergantung
pada :
 Material yang menyusun roda dan rel
 Kondisi rel (basah, kering dan berpasir)
 Pusat gravitasi lokomotif koefisien adhesi mempengaruhi pulling power
(kekuatan tarik) atau tractive effort lokomotif.
2. Tracrif ef fort (TE)
Adalah tenaga tarik yang ditimbulkan lokomotif untuk menggerakkan lokomotif
beserta rangkaian dan muatannya tractif effort diperoleh melalui roda-roda lokomotif
sehingga tenaga lokomotif tersebut tergantung pada berat lokomotif dan koefisien
adhesinya.
Jenis roda Kondisi rell Nilai koefisien adhesi

Roda baja Rel kering 0,25 v


Roda baja Rel basa/greasay 0,15
Roda baja Rel berpasir 0,30

Nilai koefisien adhesi

  Untuk lokomotif diesel / trolley


TE = WL x 0,25 x 2240
Dimana :   wl        = Berat Lokomotif
                  A         = koefisien adhesi (0,25)
Untuk batheney
TL                        = wl x 0,15 x 2240
3. Draw ball pull (DBP)
Adalah daya tarik beban (DBP) besarnya daya tarik yang dibutuhkan untuk
menarik
 Lokomotif itu sendiri
 Rangkaian beserta muatannya
Biasanya DBP tergantung pada :
4. Tahanan tarik
= w x 2240 x koefisien gesek
= w x R x 2240
Dimana           w         = berat
                       R         = Rolling resistance
5. Resistance akibat gravitasi
= w x 2240 x sin τ
= w x 2240 / x
= w x 2240 x 6/100
Dimana :         A         = Sudut kemiringan
                       X         = Nilai naik turun
                       G         = Gravitasi dalam %
Untuk ton = 1 x 2240 x 1/100 = 22,4 lb/ton
6. Percepatan lenear dan rotary acceberation
F         = m x a
F         = w/g x p
           = 2240/32,2
           = 0,2 x 5280/ 60 x 60
           = 10,2 lb/ton
Dimana :         g          = percepatan gravitasi 32,3 Ft/det3
                       F          = percepatan oil mph/det = 1 mile = 5280 ft
Rotary acceleration = 0,6 lb/ton (yang umum)
Jadi linear dan rotary acceleration pada percepatan 0,1 mph/det
= 10,2 + 0,6
= 10,8 lb/ton
DBP   = W ( R + G + L) + L (RL + G + F)
Dimana : W    = berat rangkaian kereta (ton)
                R     = Rolling resistence (lb/ton)
               G      = Gradian resistence 22,4 lb/ton untuk setiap kemiringan 1 %
             L        = Berat lokomotif
           RL       = Rolling resistence lokomtif (lb/ton)
Dari perhitungan perhitungan tersebut diperoleh dua persamaan TE :
1. TE diperlukan dari loko untuk menggerakkan kereta dan rangkaiannya
= L (RL + G + F) – W (K + G +F)
2. TE yang dihasilkan lokomotif
= L x 2240 x A
Maka : L x 2240 x A = L (RL + G + F) + W (R+G+F)
            L = w (R+G+F)/ 2240 a – (RL+G+F)
3.18 Menerapkan teknik penambangan dengan sitem penambangan terbuka
4.18 Melakukan penambangan dengan system penambangan terbuka
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran:
1. Peserta didik dapat Menerapkan penambangan dengan system penambangan terbuka
2. Peserta didik dapat Menjelaskan penambangan dengan system penambangan terbuka
3. Peserta didik dapat Melakukan penambangan dengan system penambangan terbuka
4. Peserta didik dapat Mempresentasikan hasil penambangan dengan system penambangan
terbuka

Metode penambangan terbuka yaitu metode penambangan yang medan kerja atau permukaan
kerja berhubungan langsung dengan udara luar. Metode ini digolongkan menjadi :
 Open Pit - Metode ini biasanya diterapkan untuk menambang endapan-endapan bijih
(ore). secara umum ini dengan menggunakan siklus operasi penambangan yang
konvensional, yaitu : pemecahan batuan dengan pemboran dan peledakan, diikuti operasi
penanganan material penggalian, pemuatan dan pengangkutan, perbedaan open
pit dengan open cut dicirikan oleh arah penambangan. Disebut Open Pit apabila
penggalian endapan dilakukan dari permukaan relatif mendatar menuju arah bawah
dimana endapan tersebut berada. Disebut open cut apabila penggalian endapan bijih
dilakukan pada suatu lereng bukit.
 Quarry / Kuari - adalah metode tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang
endapan-endapan bahan galian industri. berdasarkan letak bahan galian atau arah
penambangan secara garis besar dibagi menjadi 2 golongan :
a. Side hill type, diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri
yang letaknya di lereng bukit.
b. Pit type, diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri yang
terletak pada suatu daerah yang relatif mendatar.
 Strip Mine - adalah sistem tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang endapan-
endapan sedimenter yang letaknya kurang lebih mendatar misalnya tambang batu bara.
 Alluvial Mine - adalah sistem tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang
endapan-endapan alluvial misalnya tambang bijih timah, emas sekunder, pasir besi dll.
Sedangkam metode tambang bawah tanah  yaitu metode penambangan yang medan kerja atau
permukaan kerja berada dibawah tanah dan tidak berhubungan langsung dengan udara luar.
Metode digolonglkan menjadi :
1. Metode tak disangga meliputi :
 Underground Gloryhole, kadang-kadang disebut juga underground millingkarena bentuknya
berupa corongan (mill hole). corongan tersebut terdiri dari jenjang-jenjang (benches) yang
membentuk lingkaran-lingkaran konsentris mengelilingi sebuah raise. Kadang-kadang
sebelum penambangan dimulai, endapan bijih dibagi dalam blok-blok oleh beberapa level
atau sublevel untuk menghubungkan beberapa raise dengan jarak tiap level antara 8-15
meter.
 Gophering, nama lainya adalah Coyoting (di Indinesia disebut lubang tikus atau lubang
marmot), yaitu cara penambangan yang tidak sitematis, tidak perlu mengadakan persiapan-
persiapan penambangan (development works) dan arah penggalian hanya mengikuti arah
larinya endapan bijih. Oleh karena itu  ukuran lobang juga tidak tentu, tergantung dari ukuran
endapan bijih ditempat itu dan tanpa penyanggaan. Cara penambangan ini adlah cara
penambangan yang paling sederhana, tanpa penyangga. Penggalian dilakukan tanpa alat-alat
mekanis, oleh sebab itu sangat cocok untuk daerah-daerah yang upah buruhnya rendah.
 Shrinkage stoping, adalah suatu cara penambangan yang termasuk overhand stoping tiap
bagian (slices) dibor dan diledakan dari bawah, tumpukan hasil peledakan itu akan dibiarkan
dilantai untuk dipakai sebagai tempat berpijak untuk pemboran berikutnya, penyangga itu
selalu bertambah volumenya dikeluarkan dari tambang. Tetapi bila nanti blok yang
bersangkutan sudah selesai ditambang, maka seluruh hasil penggalian yang berupa broken
ore diambil semua lombang akan kosong.

Gambar metode Penambangan Shrinkage Stoping


 Sub Level Stoping, penambangan sub level stoping dilakukan dengan membuat sublevel
diantara dua levels yang berurutan. Pada umumnya, jarak antara 30-70 meter dan jarak antara
sublevel 8-15 meter. Penambangan dapat dilakukan dengan overhand atau underhand, tetapi
yang paling sering diterapkan adalah overhand stoping.

Gambar Metoda Penambangan Sub level Stopin


2. Metode yang disangga meliputi Cut and filling stoping, metoda ini menggunakan material
pengisi (filling material) disamping penyanggaan yang teratur. Keduanya membutuhkan
biaya tinggi, oleh sebab itu cara penambangan ini menjadi mahal, dan hanya endapan-
endapan bijih yang bernilai tinggi saja yang dapat ditambang dengan ini.

Gambar Metoda Penambangan Cut and Filling Stoping


Fungsi Material Pengisi adalah :
1. Tempat berpijak dalam melakukan pemboran dan persiapan peledakan.
2. Untuk menyangga batuan samping (country rock) ditempat yang bijihnya sudah diambil.
3. Untuk menghindari terjadinya amblesan (surface subsidance)
 Stull stoping, merupakan metoda penambangan yang menggunakan penyanggaan kayu
(timber), dan penyangga dipasang langsung dari hanging wall ke foot wall. Penyangga ini
disebut stull. Penyanggaan ini bisa sistematis, tetapi bisa juga hanya dipasang setempat bila
keadaan batuan memungkinkan.
 Square Set Stoping, merupakan sistem penambangan dengan penyanggaan secara sistematis
yang paling tegak lurus ke segala arah (3dimensi). penyanggaan ini berbentuk kerangka-
kerangka kubus atau empat persegi panjang. Disamping itu metode penambangan ini kadang-
kadang dapat juga untuk melengkapi penambangan yang lainya misalnya :
1. Pillar robbing, pengembalian pilar yg ditinggalkan, terutama pilar endapan bijihnya
berkadar tinggi.
2. Pembuatan Undercut pada penambangan block caving.
3. Membuat underground station, ore storage atau ore bin.
4. Menggali bagian endapan sukar dicapai dengan metoda penambangan sistematis lain,
misal off shot.
3. Metode Ambrukan Meliputi :
 Top Slicing, adalah suatu cara penambangan untuk endapan-endapan bijih dan lapisan
penutup (overburden) yang lemah atau mudah runtuh. Penambangan dilakukan selapis demi
selapis dari atas kebawah pada lombong yang disangga. Kalau lombong sudah selesai digali,
maka penyangga diatasnya dibiarkan runtuh sedikit demi sedikit atau secara bertahap.
metode ini akan memungkinkan perolehan tambang (yang tinggi, walaupun sering
terjadi"dillution").
 Sub level stoping, merupakan suatu cara penambangan yang mirip dengan top slicing tetapi
menambangnya dari "sub level", artinya penambangan dimulai dari atas kebawah dan tiap
penambangan pada suatu level dilakukan secara lateral atau meliputi seluruh ketebalan bijih.
Endapan bijih diantara dua sub level ditambang dengan cara meruntuhkan atau
mengambrukan. Suatu tumpukan bekas penyangga akan terbentuk dibagian atas dari
ambrukan, sehingga akan memisahkan endapan bijih yang pecah dari lapisan penutup
diatasnya.

Gambar Metode Penambangan Sub Level Stoping


 Block Caving, Suatu cara penambangan yang dimulai dengan membuat suatu "undercut"
terhadap suatu block endapan bijih. Untuk membuat awal runtuhan berjalan lancar, maka
"undercut" sebaiknya dibuat antara 2,5 - 6,0 meter tingginya. Sebelum "undercut"
diruntuhkan, harus disangga dulu memakai pilar-pilar ini dibuang, maka blok akan runtuh
secara perlahan-lahan. Corongan bijih (ore chute) harus banyak, agar pengambilan bijih yang
pecah (broken ore) dapat merata, sehingga memungkinkan terjadinya pengotor (dilution)
dapat dibatasi.

3.19 Menerapkan teknik penambangan dengan system penambangan bawah tanah


4.19 Melakukan penambangan dengan system penambangan bawah tanah
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran:
1. Peserta didik dapat Mengevaluasi penambangan dengan system penambangan bawah tanah
2. Peserta didik dapat Menganalisis penambangan dengan system penambangan bawah tanah
3. Peserta didik dapat Membuat laporan data hasil penambangan dengan system penambangan
bawah tanah
4. Peserta didik dapat Mempresentasikan laporan data hasil penambangan dengan system
penambangan bawah tanah
Metoda tambang bawah tanah, ada beberapa macam metoda tambang bawah tanah, diantaranya:
1. Open Stope
Open stope adalah salah satu metoda penambangan bawah tanah. Open Stope adalah
penambangan tanpa membuat penyangga-penyangga. Syarat bahan galian yang dapat
ditambang dengan metoda ini adalah atapnya cukup kuat menahan beban tanpa disangga atau
dengan atau bisa disebut juga cukup kompeten.
2. Supported Stope
Dalam metoda penambangan seperti ini ( Pada umumnya mineral logam ) bawah tanah
dengan cara membuat penyangga-penyangga. Dalam penyanggaan bahan yang bisa digunakn
seperti kayu, besi, beton, atau baut besi ( roof bolting ).
3. Long Wall
Long Wall adalah suatu sistem penambangan bawah tanah untuk endapan batubara dengan
membuat lorong-lorong panjang, secara mekanis dan bagian dari front penambangan yang
sudah selesai ditambang dibiarkan runtuh dengan sendirinya ( caving ).
4. Short Wall
Short wall adalah penambangan bawah tanah untuk endapan batu bara, dengan membuat
lorong-lorong yang ukurannya lebih kecil atau lebih pendek dari long wall.
5. Room and Pillar
Room an d pillar merupakan suatu system penambangan bawah tanah untuk endapan
batubara dengan menggunakan penyangga-penyangga yang umumnya dari kayu, dengan
bentuk blok-blok persegi.
6. Cut an Fill
Cut and fill adal ah salah satu metoda penambangan, dalam metoda penambangan ini, dengan
cara menggali atau membuat bukaan-bukaan dan kemudian mengisi kembali dengan material
lain bekas bukaan tersebut.
7. Gophering
Dalam metoda penambangan ini dengan membuat bukaan-bukaan berukuran relatif kecil dan
sempit secara tidak beraturan, atau dikenal sebagai lobang tikus.
8. Block Caving
Merupakan suatu sistem penambangan bawah tanah, dengan car meruntukan bagian yang
sudah selesai ditambang (mined out )

3.20 Mengevaluasi pekerjaan reklamasi tambang


4.20 Menyajikan hasil evaluasi pekerjaan reklamasi tambang
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran:
1. Peserta didik dapat Mengevaluasi pekerjaan reklamasi tambang
2. Peserta didik dapat Menganalisis hasil evaluasi pekerjaan reklamasi tambang
3. Peserta didik dapat Membuat laporan data hasil hasil evaluasi pekerjaan reklamasi tambang
4. Peserta didik dapat Mempresentasikan laporan data hasil evaluasi pekerjaan reklamasi
tambang
 Evaluasi keberhasilan reklamasi adalah sebuah upaya untuk menjamin bahwa reklamasi
tengah berjalan menuju arah yang diharapkan yaitu kondisi asli sebelum terjadinya
gangguan.. Evaluasi reklamasi berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827
K/30/MEM/2018 yaitu pada matrik 16 kriteria keberhasilan reklamasi tahap operasi produksi
yaitu :
1. Kegiatan penatagunaan lahan dengan objek kegiatan yaitu penataan lahan, penimbunan
kembali lahan bekas penambangan, penebaran tanah zona pengakaran dan pengendalain
erosi dan sedimentasi.
2. Kegiatan revegetasi lahan dengan objek kegiatan penanaman dan pengelolaan
pembangkit air asam tambang;
3. Kegiatan penyelesian kahir dengan objek kegiatan penutupan tajuk dan pemeliharaan.
Evaluasi berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.60/Menhut-II Tahun 2009.
Kriteria keberhasilan reklamasi hutan ditetapkan sebagai berikut :
a. Penataanlahan meliputi :
1. Pengisian kembali lubang bekas tambang;
2. Penataan permukaan tanah;
3. Kestabilan lereng; dan
4. Penaburan tanah pucuk
 Pengendalian erosi dan sedimentasi;
1. Pembuatan bangunan konservasi tanah (checkdam, dam penahan, pengendali jurang,
drop structure, saluran drainase, dll).
2. Penanaman cover crops untuk memperkecil kecepatan air limpasan dan
meningkatkan infiltrasi.
3. Kejadian erosi dan sedimentasi (diamati dari terjadinya erosi alur dan erosi parit).
4. Revegetasi atau penanaman pohon ;
1. Luas areal penanaman;
2. Persentase tumbuh tanaman;
3. Jumlah tanaman per hektar ;
4. Komposisi jenis tanaman; dan
5. Pertumbuhan atau kesehatan tanaman. Berdasarkan Kriteria dan Indikator Tingkat
Keberhasilan Reklamasi Hutan dilakukan perhitungan total nilai evaluasi dengan
rumus sebagai berikut: Dimana : TN = Total nilai TS i = Total skor penilaian
kriteria i SMi = Nilai maksimal kriteria i n = jumlah kriteria B i = Bobot untuk
kriteria i Total nilai maksimal adalah 100. Berdasarkan perhitungan total nilai
akan diperoleh kriteria dan kesimpulan sebagai berikut
 Kriteria dan Indikator Tingkat Keberhasilan Reklamasi Hutan
1. Total nilai > 80 Baik (hasil pelaksanaan reklamasi dapat diterima).
2. Total nilai 60 - 80 Sedang (hasil pelaksanaan reklamasi diterimadengan catatan perlu
dilakukan perbaikan sampai mencapai nilai > 80.)
3. Total nilai < 60 Jelek (hasil reklamasi tidak dapat diterima dan diperlukan pemeliharaan
yang intensif). Untuk pengembalian pinjam pakai kawasan hutan, apabila izinnya sudah
habis, maka perbaikan reklamasi dapat menggunakan masa pemeliharaan selama 3 tahun,
sehingga dapat mencapai nilai yang memadai yaitu lebih besar dari 80

Anda mungkin juga menyukai