Anda di halaman 1dari 15

Nikol sejajar ini adalah salah satu cara untuk menganalisis sifat-sifat optik mineral

(Pada Gambar 3.1). Berikut ini adalah sifat-sifat optik mineral yang dapat teramati
tanpa menggunakan nikol sejajar yaitu :

1. Warna
Warna merupakan pencerminan dari kenampakan daya serap atau absorpsi
panjang gelombang dari cahaya yang masuk pada mineral anisotropic. Pengamatan
warna mineral secara megaskopis dengan contoh setangan sangat berbeda dengan
pengamatan warna secara miroskopis. Hanya saja suatu pendekatan teoritis bahwa
pada umumnya mineral yang berwarna pucat sampai putih dalam contoh setangan
cenderung akan nampak tidak berwarna atau transparan di dalam sayatan tipis,
sebaliknya mineral-mineral yang berwarna gelap atau hitam secara megaskopis
akan nampak berbagai variasi warna dalam sayatan tipis. Sedangkan mineral yang
kedap cahaya atau mineral yang tidak tembus cahaya, akan berwarna gelap atau
hitam.

Gambar 3.1 Diagram Tahap Identifikasi Sifat Optik Mineral

1
Idiochromatic adalah warna asli mineral
Allochromatic adalah warna akibat adanya pigmen lain seperti inklusi kristal-kristal
halus atau adanya elektron-elektron dari logam-logam transisi (Cr, Fe, Mn, dll).
Pada umumnya mineral mudah diidentifikasi jika kita telah mengetahui warna yang
khas pada mineral tersebut (Tabel 3.1).
Tabel 3.1 Warna Mineral dalam Sayatan Tipis (Nesse, 1986)

2
Lanjutan Tabel 3.1

2. Pleokroisme
Gejala perubahan warna mineral pada ortoskop tanpa nikol atau nikol sejajar bila
meja objek diputar hingga 90º, disebut dengan pleokroisme. Untuk semua jenis
mineral, masing-masing mempunyai sifat pleokrisme yang berbeda.
Jenis-jenis pleokroisme mineral dapat dibagi kedalam 2 (dua) golongan, yaitu :
a) Dwikroik (dichroic), bila terjadi perubahan dua warna yang berbeda, contoh
pada mineral bersistem kristal hexagonal dan tetragonal.
b) Trikroik (trichroic), bila terjadi perubahan tiga warna yang berbeda. Terjadi
pada mineral dengan sistem kristal ortorombik, monoklin dan triklin.
Bila satu mineral mempunyai pleokroisme trikroik dalam satu sayatan tipis, maka
mineral tersebut tidak akan memperlihatkan 3 (tiga) kali perubahan warna.
Perubahan tiga warna akan terlihat jika membuat sayatan dengan dua arah yang
berbeda.

Pleokroisme lemah : jika perbedaan warna absorpsi tidak begitu menyolok

Pleokroisme kuat : jika perbedaan warna yang terjadi sangat kontras.

3
Umumnya mineral-mineral yang tidak berwarna atau felsik, tidak mempunyai
pleokrisme seperti kuarsa dan feldspar, sedang mineral-mineral mafik seperti biotit,
hornblende, olivine dan lain-lain cenderung mempunyai pleokrisme dikroik dan
trikroik.

3. Bentuk Mineral
Pengamatan bentuk mineral secara optik dilakukan dengan melihat bentuk
mineral dalam kondisi dua dimensi. Sementara itu dengan adanya bidang belahan
dari mineral, maka dapat pula kita menafsirkan struktur kristal dari mineral tersebut.
Bentuk mineral diamati dengan melihat atau mengamati bidang-bidang batas
ataupun garis batas dari mineral tersebut.

Bentuk-bentuk mineral dapat dibagi kedalam tiga bagian, yaitu :

a. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri.


b. Subhedral, bila kristal dibatasi hanya sebagian bidang kristalnya sendiri.
c. Anhedral, bila kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya
sendiri.
Suatu jenis mineral dapat tumbuh dengan bentuk eihedral. subhedral ataupun
anhedral. tetapi ada mineral – mineral tertentu yang hampir selalu hadir euhedral,
misalnya leusit dan apatit. Adapula yang hampir tidak pernah hadir dengan bentuk
euhedral , misalnya alunit dan jadeit (Tabel 3.2).
Peristilahan bentuk-bentuk mineral seperti tersebut di atas merupakan
penamaan bentuk luar mineral, sedangkan untuk penamaan bentuk dalam kristal
adalah prismatic, kubik, tabular, pipih, jarum dan polygonal.
Tabel 3.2 Mineral-Mineral dalam Bentuk Euhedral (Kerr, 1977)

4
Suatu mineral berbentuk euhedral seperti pada kristal mineral olivin, maka
kemungkinan jenis mineral tersebut akan memperlihatkan bentuk yang sesuai
dengan struktur atomnya. Beberapa mineral akan mempunyai bentuk yang khas
(bentuk alami), misalnya biotit yang berbentuk tabular, silimanit berbentuk fibrous
dan leusit berbentuk trapezohedron. Tetapi kenampakan mikroskopis adalah dua
dimensi, sehingga kita perlu berimajinasi bentuk tiga dimensinya (Tabel 3.3 dan 3.4).
Hal yang perlu diperhatikan pula adalah arah sayatan, misalnya pada mineral
fibrous, jika disayat tegak lurus arah memanjangnya maka tidak akan terlihat bentuk
yang fibrous.

Tabel 3.3 Bentuk-Bentuk Mineral (Kerr, 1977)

5
Tabel 3.4 Bentuk-Bentuk Agregat Kristal (Kerr,1977)

6
4. Belahan (Cleavage) dan Pecahan (Fracture)
Setiap mineral mempunyai kemampuan dan kecenderungan untuk terpisah
menjadi bagian yang lebih kecil. Apabila bidang-bidang tersebut berbentuk lurus
dengan arah tertentu sesuai dengan bentuk kristalnya, bidang tersebut adalah
belahan (cleavage). Salah satu dari sifat mineral adalah adanya bidang belahan
yang tetap, hal tersebut berhubungan pula dengan sifat-sifat khusus struktur atom
mineral tersebut.
Apabila bidang-bidang tersebut tidak dikontrol oleh bentuk kristalnya (struktur
atom), tetapi dikontrol oleh faktor lain seperti kembaran, maka bidang tersebut
dinamakan parting.
Jika bidang-bidang kecil dari mineral tidak lurus dengan arah yang tidak
teratur dan tidak dikontrol oleh struktur atomnya, maka bidang tersebut adalah
pecahan (fracture).
Dalam suatu analisa mikroskopis mineral, belahan merupakan sifat yang
penting dimana tidak semua jenis mineral permukaan bumi ini mempunyai belahan.
Belahan suatu mineral sangat berhubungan dengan sistem kristal mineral itu sendiri.
Mineral yang mempunyai sistem kristal isometric umumnya mempunyai tiga arah
belahan, yaitu yang sejajar sumbu-a (100), sumbu-b atau (010) dan sumbu-c atau
(001), hal ini disebabkan karena sumbu-c mempunyai dimensi panjang yang
berbeda. Untuk sistem kristal lainnya seperti ortorombik, triklinik maupun monoklinik
juga memperlihatkan sistem kristal yang berbeda dalam hubungannya dengan
belahan-belahan mineral.
Terkadang dijumpai mineral yang mempunyai bidang belahan dalam dua
arah, misalnya pada mineral kelompok piroksin dan kelompok amphibol. Biasanya
yang membedakan antara keduanya adalah besar sudut yang dibentuk oleh kedua
bidang belahan yang ada dan merupakan ciri khas dari mineral tersebut. Sebelum
menentukan belahan suatu mineral dalam medan pandang, maka terlebih dahulu
mengamati keseluruhan sayatan tipis dimana mineral tersebut teramati dengan jelas
sehingga dapatlah ditentukan belahan mineral yang mewakili.

Belahan mineral dalam sayatan tipis terdiri atas beberapa macam, diantaranya,
sebagai berikut :

 Belahan satu arah, umumnya dijumpai pada mineral mica dicirikan oleh
belahan berupa garis-garis lurus yang sejajar satu terhadap lainnya. Hal ini
7
dapat terjadi bila kristal mineral tersebut disayat miring atau tegak lurus
terhadap arah belahan. Pada semua jenis mineral dengan belahan satu arah
terkadang menimbulkan dua kemungkinan, yaitu mineral akan nampak
mempunyai belahan satu arah atau sama sekali tidak mempunyai belahan.
Sayatan yang tegak lurus sumbu c tidak akan memperlihatkan adanya bidang
belahan.
 Mineral yang dicirikan oleh belahan dua arah termasuk semua jenis piroksin
dan kelompok mineral amphibol (Gambar 3.2). Apabila kelompok mineral
piroksin dan kelompok mineral amphibol memperlihatkan adanya belahan
dalam satu arah secara mikroskopis berarti kristal mineral tersebut disayat
tegak lurus terhadap sumbu-c. Besar sudut antara kedua belahan dapat
bervariasi, hal ini bergantung pada besar sudut antara sayatan dengan
sumbu c sebagai sumbu terpanjang kristal. Makin besar sudut antara sayatan
dengan sumbu-c, maka semakin besar pula sudut yang dibentuk antara dua
belahan. Untuk semua jenis mineral piroksin, besar sudut antara kedua
bidang belahan adalah kurang lebih 900, sedang pada jenis mineral amphibol
besar sudut antara kedua bidang belahan adalah 60 0 (Kerr, 1977). Mineral
piroksin akan memperlihatkan kenampakan mirip dengan jenis mineral
amphibol dengan besar sudut antara belahan kurang lebih 60 0, di dalam
kedudukan seperti ini kemungkinan kristal mineral piroksin tersebut disayat
miring terhadap sumbu-c kristal sebagai sumbu terpanjang kristal.

Foto 3.1 Mineral Biotit yang Mempunyai Belahan 1 Arah

8
Gambar 3. 2 Belahan Mineral 2 Arah pada Mineral Aegirin-Augit

 Belahan tiga arah sangat jarang dijumpai, dari hasil penelitian diketahui
bahwa beberapa mineral mempunyai tiga arah bidang belahan seperi jenis
mineral kalsit dan kianit (Gambar 3.3). Mineral-mineral jenis ini umumnya
akan memperlihatkan belahan dua arah terhadap setiap jenis sayatan.
Apabila nampak dalam bentuk normal, maka salah satu belahan akan
nampak tidak jelas.

Gambar 3. 3 Mineral yang Mempunyai 3 Arah Belahan : Kalsit (Rombohedral), Anhidrit


(Rektangular) dan Kyanit (Kerr, 1977)

 Belahan mineral pada empat arah yang berbeda dijumpai pada mineral fluorit,
dimana bidang belahannya sejajar dengan permukaan segi delapan
(oktahedral). Belahan empat arah seperti pada mineral fluorit secara umum
mempunyai system kristal rombik dan sangat jarang didapatkan atau teramati
dalam sayatan tipis.

9
Dalam suatu penelitian sayatan tipis terkadang, dijumpai adanya bidang-
bidang belahan yang rapi, sejajar satu terhadap lainnya. Belahan seperti ini disebut
belahan sempurna (perfect cleavage). Jika terlihat belahan yang terputus-putus
disebut sebagai belahan baik (good cleavage) dan apabila belahan tidak beraturan
dan kurang jelas disebut sebagai belahan jelek (poor cleavage).

5. Indeks Bias
Indeks bias mineral dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang
menunjukkan perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias atau
refraksi (r). Berdasarkan pengertian tersebut, maka indeks bias (n) juga merupakan
fungsi dari perjalanan sinar di dalam medium yang berbeda.

Setiap jenis mineral mempunyai indeks bias tertentu dan umumnya


merupakan salah satu ciri yang khas dalam suatu mineral. Pengukuran indeks bias
dapat dilakukan secara relatif, misalnya dengan menggunakan metode garis “Becke”
dan metode illuminasi miring. Dapat pula ditentukan secara absolut, dengan
menggunakan minyak imersi.

Dalam praktikum ini, pengukuran indeks bias dilakukan secara relatif. Indeks
bias yang diukur dibandingkan dengan indeks bias dari bahan yang standar seperti
canada balsam. Indeks bias mineral yang dihasilkan relatif lebih kecil atau lebih
besar dari indeks bias canada balsam.

Metode Garis Becke

Garis Becke adalah suatu garis terang yang timbul pada batas antara dua
medium yang saling bersentuhan. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
indeks bias dari kedua media tersebut.

10
Gambar 3.4 Garis Becke (atas) Mikroskop dalam
keadaan fokus.

(tengah) Garis Becke bergerak ke dalam mineral,


meja obyek diturunkan, berarti n min > n cb.

(bawah) Garis Becke bergerak ke arah minyak


imersi, berarti n min < n cb.

Metode illuminasi miring

Metode illuminasi miring dilakukan dengan memakai bahan yang tidak tembus
cahaya, misalnya karton (Gambar 3.5). Prosedur kerjanya sebagai berikut :

 Dilakukan penutupan sebagian jalannya sinar yang masuk ke dalam mineral


dengan menggunakan benda yang tidak tembus sinar.
 Pada bagian ini akan terlihat dua jenis yang berbeda, yaitu apabila bayangan
gelap nampak pada posisi yang berlawanan dengan arah posisi penutupnya,
maka n min < n cb.
 Sebaliknya jika terlihat bayangan gelap nampak pada posisi yang searah dengan
arah penutupan jalannya sinar, maka n min > n cb.

11
Gambar 3.5 Iluminasi Miring

(atas) Bayangan pada mineral berlawanan dengan


daerah yang gelap, maka n min < n cb.

(bawah) Bayangan pada mineral searah dengan daerah


yang gelap, maka n min > n cb

Dari berbagai penelitian dihasilkan bahwa jenis mineral-mineral mafik seperti biotit,
piroksin, olivine, dan sebagainya, umumnya mempunyai harga indeks bias yang
lebih besar, dan sebagian kecil mempunyai indeks bias mineral yang lebih rendah.

6. Relief Mineral
Relief suatu mineral dapat diartikan sebagai suatu kenampakan yang timbul
akibat adanya perbedaan indeks bias mineral dengan media yang ada di sekitarnya.
Pada sayatan batuan, relief dapat terlihat pada batas sentuhan antara kristal-kristal.
Dalam hal ini dipengaruhi pula oleh harga indeks bias diantara dua media atau
kristal tersebut. Semakin besar perbedaan indeks bias media atau kristal tersebut,
maka akan semakin tinggi relief dari mineral tersebut. Semakin kecil perbedaan
indeks bias mineral akan semakin rendah pula relief mineral tersebut. Makin besar
perbedaan indeks bias, maka akan semakin jelas bidang batas antara dua media
atau mineral. Sebaliknya makin kecil harga perbedaan indeks bias dari kedua media
atau mineral tersebut, maka akan nampak semakin kabur bidang batas dari kedua
mineral tersebut. Apabila dua jenis mineral mempunyai harga indeks bias yang
sama, maka bidang batas tidak akan nampak sama sekali.

12
Dalam identifikasi relief mineral, dipakai skala relief tinggi, sedang dan rendah (Foto
3.2). Mineral yang mempunyai relief tinggi, misalnya zircon, olivine, piroksin dan
hornblende. Mineral yang mempunyai relief sedang sampai tinggi seperti pada
sebagian jenis mineral piroksin dan amphibol, sedang yang berelief rendah adalah
kelompok mineral feldspar dan silica serta feldspatoid, (plagioklas, kuarsa, leusit,
dan lain-lain).

Kenampakan relief suatu mineral sangat tergantung pada sinar mana yang sedang
bergetar sejajar dengan arah getar polarisasi. Jadi jika sinar-sinar pada mineral
anisotrop mempunyai perbedaan antara indeks bias minimum dan indeks bias
maksimum yang besar, maka akan menampakkan relief bervariasi, seperti kalsit dan
muskovit.

(a) (b) (c)

Foto 3.2 Relief Mineral (a) Relief Tinggi (Zirkon ); (b) Relief Sedang (Biotit); (c)
Relief Rendah (Nefelin)

7. Penentuan Ukuran Mineral


Ukuran mineral dalam suatu sayatan tipis dapat diukur dengan
diketahuinya bilangan skala untuk masing-masing pembesaran total. Ukuran mineral
ini dinyatakan secara absolute dalam mm dan cm dan sebagainya. Dalam praktikum
ini yang dipakai adalah ukuran dalam satuan mm, dengan okuler yang berskala
dapat diukur ukuran (lebar, panjang, dan garis tengah) dari mineral. Untuk masing-
masing pembesaran yang digunakan, akan memberikan ukuran mineral yang
bervariasi. Dalam penerapannya, ukuran dari berbagai jenis mineral yang terdapat
dalam suatu batuan dapat dijadikan dasar menentukan fenokris ataupun masadasar,
matriks dan semua jenis batuan, sehingga dapat diketahui pula pembentukan dari
mineral-mineral tersebut.

13
8. Tahapan yang harus di lakukan pada saat praktikum
 Cara Melihat Warna yaitu :
 Praktikan harus tahu membedakan warna (tidak buta warna),
 Praktikan harus menggunakan pembesaran lensa objektif, lensa okuler
pada mikroskop yang disarankan oleh asisten,
 Praktikan menentukan wilayah yang akan diamati.
 Cara Melihat Pleokroisme yaitu :
 Praktikan harus menentukan pleokroisme dengan cara mengamati
perubahan warna mineral pada ortoskop tanpa nikol/nikol sejajar, bila
meja objek di putar 90º
 Setelah mengamati, praktikan harus menentukan pleokroismenya
lemah atau kuat. Jika lemah maka perbedaan warna yang terjadi
sangat kontras.
 Cara Melihat bentuk mineral yaitu :
 Praktikan harus melihat kedalam ortoskop dan mengamati bentuk
mineral dengan kondisi 2 dimensi.
 Praktikan harus menentukan bentuk mineral itu adalah Euhedral,
Subhedral atau Anhedral
 Cara Melihat belahan (Cleavege) dan Pecahan (Fracture) yaitu :
 Belahan (Cleavage)
 Praktikan harus menentukan belahan mineral dengan cara melihat
pada mineral terdapat garis-garis lurus yang sejajar satu dengan
yang lainnya.
 Praktikan harus menentukan belahan apa itu. Contoh: belahan Satu
arah, belahan dua arah, Belahan tiga arah atau belahan empat
arah.
 Pecahan (Fracture)
 Praktikan harus menentukan pecahan pada mineral dengan cara
mengamati langsung pada wilayah yang diamati
 Praktikan harus menentukan wilayah itu mempunyai pecahan atau
tidak. Contoh: pecahan itu ada atau tidak.

14
 Cara Melihat Indeks bias yaitu :
 Praktikan harus memperkecil bukaan diafragma sehingga cahaya yang
masuk akan berkurang (Pada gambar 3,4). Hal ini dilakukan agar garis
becke akan tampak lebih jelas.
 Praktikan harus menurunkan meja objek (tubus dinaikkan), maka garis
becke akan bergerak ke media yang mempunyai indeks bias yang
besar
 Sebaliknya, praktikan menaikkan meja obyek, maka garis becke akan
bergerak ke arah media yang mempunyai indeks bias yang lebih kecil.
 Cara Melihat Realif mineral yaitu :
 Praktikan bisa menentukan relief mineral dengan cara: semakin besar
indeks bias, maka semakin tinggi relief mineral tersebut.
 Cara Menentukan ukuran mineral yaitu :
 Praktikan menyiapkan alat bantu hitung (Kalkulator)
 Praktikan melihat skala yang ada pada lensa okuler, hitung lebarnya
dan lihatlah perhitungannya pada DIAMETER MEDANG PANDANG

15

Anda mungkin juga menyukai