Hasil
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota pada
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
NIM. 60800116115
MAKASSAR
2020
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................................
E. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................................
F. Sistematika Pembahasan .................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
4
DAFTAR TABEL
Tahun 2019..........................................................................................
2018 ....................................................................................................
Selatan .................................................................................................
Selatan .................................................................................................
Selatan ................................................................................................
Selatan .................................................................................................
Selatan .................................................................................................
Selatan .................................................................................................
Selatan .................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Selatan ............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Pribadi (2008) bencana merupakan peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, maupun dampak
psikologis. Banjir adalah suatu kejadian saat air menggenangi daerah yang
biasamya tidak digenangi air dalam selang waktu tertentu (Dewi & Lylyana,
2014).
Sementara kondisi geografis di Indonesia mempunyai kerentanan yang
cukup tinggi terhadap bencana terutama banjir. Persoalan klasik yang ada di
indonesia adalah banjir di musim penghujan yang terjadi sepanjang tahun,
sehingga muncul istilah baru untuk musim yang ada di Indonesia, yaitu musim
banjir karena terjadi setiap tahun. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
musim banjir terjadi tiap tahun diantaranya, dapat berupa curah hujan yang
tinggi, kelerengan tanah, aliran sungai yang tidak mampu menahan debit air pada
musim penghujan, juga rendahnya kesadaran manusia dalam menjaga lingkungan
(Efendi & Pamungkas, 2016).
Pada musim banjir bencana yang merugikan kehidupan manusia dapat
terjadi apabila air hujan tidak disalurkan atau dimanfaatkan, tetapi jika kondisi
hujan dapat dimanfaatkan atau dikendalikan dengan baik maka dapat menjadi
rahmat pada kehidupan manusia. Dapat dilihat pada firman Allah SWT dalam
QS. Asy-Syura/42:28
Terjemahnya :
‘‘Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan
menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha
Terpuji’’(Kementrian Agama, Al Qur-an dan terjemahannya 2012).
Menurut Shihab (2003) dalam tafsir Al-Mishbah terkait dengan ayat di atas
dapat dijelaskan bahwa Allah SWT sematalah yang menurunkan air hujan yang
dapat menyelamatkan mereka dari rasa putus asa akibat kekeringan tanah yang
tandus, sebagai perwujudan kasih sayang kepada hamba-Nya. Manfaat air hujan
itu Dia bagi-bagikan kepada tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, hewan, dataran
rendah dan pegunungan. Hanya Dia yang mengatur urusan hamba-hamba-Nya.
Dia Maha Terpuji karena pemberian nikmat dan semua perbuatan-Nya (Fuad,
2016).
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana, mengamanatkan bahwa pemerintah bertanggung jawab memberikan
perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana. Maka dari itu, dalam
penanganan bencana banjir, pemerintah wajib mendahulukan penanganan dalam
penyelamatan jiwa manusia . Salah satu bentuk kegiatan pengurangan korban
jiwa pada saat bencana adalah dengan peningkatan kesiapsiagaan dan salah satu
bentuk kesiap siagaan adalah adanya jalur evakuasi yang dapat mempermudah
arah evakuasi masyarakat ke tempat yang aman saat terjadi bencana (Efendi &
Pamungkas, 2016).
Sebagaimana diketahui bahwa Kota Takalar termasuk dalam kawasan
metropolitan Mamminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar). Dengan
jumlah penduduk di Kabupaten Takalar sebesar 295.892 jiwa (BPS Tahun 2018).
Dalam RTRW Kabupaten Takalar tahun 2012-2031 tercatat salah satu kebijakan
penataan ruang yaitu pembangunan sarana dan prasarana wilayah yang
berkualitas berbasis konservasi serta mitigasi bencana juga penguatan dan
pemulihan fungsi kawasan rawan bencana. Namun, didalam RTRW tersebut
belum di tetapkan titik kumpul dan jalur evakuasi. Oleh sebab itu Kabupaten
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tingkat kerawanan bajir berbasis sistem informasi geografis
(SIG) di Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar.
2. Menentukan arahan rute dan titik evakusi banjir di Kecamatan
Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfat sebagai berikut :
1. Sebagai bahan dan masukan informasi terkait rute dan titik evakuasi bagi
pemerintah di Kecamatan Polongbangkeng Selatan.
2. Sebagai bahan masukan dan kajian (referensi) bagi peneliti selanjutnya,
khususnya yang memiliki keterkaitan dengan studi pemetaan kawasan rawan
banjir berbasis SIG untuk menentukan titik dan rute evakuasi bencana banjir.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah yang menjadi fokus penelitian ini adalah Kecamatan
Polongbangkeng Selatan yang merupakan salah satu Kecamatan di
Kabupaten Takalar. Lingkup Keluarahan/Desa yang menjadi fokus penelitian
adalah Kelurahan Bontokadatto, Bulukunyi, Cakura, Canrego, Lantang,
Moncongkomba, Pa’Bundukang, Patte’ ne, Rajaya, dan Su’rulangi.
2. Ruang Lingkup Materi
a. Pemetaan kawasan Kecamatan Polongbangkeng Selatan berdasarkan
tingkat kerawanan banjir dengan identifikasi kawasan rawan banjir yaitu
penggunaan lahan, kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan dengan
menggunakan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG)
b. Arahan dan penetuan titik dan rute evakuasi bencana banjir di Kecamatan
Polongbangkeng Selatan dengan menganalisa tingkat kerawanan banjir,
7
peta jaringan jalan, peta jaringan sungai dan data kemiringan lereng
sebagai dasar dalam meenganalisia titik dan rute evakuasi.
F. Sistematika Pembahasan
Penulisan penelitian ini dilakukan dengan mengurut data/informasi sesuai
dengan tingkat kebutuhan dan kegunaannya, sehingga semua aspek yang
dibutuhkan dalam proses selanjutnya teangkum secara sistematis, dengan
sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pertama membahas terkait latar belakang secara singkat
penelitian ini. Selain itu bab pertama ini akan membahas rumusan
masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup pembahasan dan terkhir
terakhir adalah sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab kedua menguaraikan kajian teoritis yang terdiri dari
pengertian umum bencana dan banjir, kebijakan penataan ruang dan
penanggulangan bencana, penyebab terjadinya bencana banjir
parameter-parameter yang mempengaruhi kerentanan banjir,
identifikasi kawasan rawan banjir, konsep penanganan kawasan banjir,
pengertian jalur evakuasi, penerapan Sistem Informasi Geografis
(SIG) untuk identifikasi dan pemetaan kawasan bencana banjir,
pemetaan kawasan rawan bencana, orisinalitas penelitian, hingga
kerangka penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ketiga akan membahas jenis penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, jenis dan metode pengumpulan data, variabel penelitian,
metode analisis data untuk menjawab permasalahan yang diteliti dan
definisi oprasional.
8
.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Banjir
Terjemahnya :
c) Kelayakan Jalur Jalur yang dipilih juga harus layak digunakan pada saat
evakuasi sehingga tidak menghambat proses evakuasi (Sahetapy, Poli, &
Suryono, 2016).
3. Pembuatan Jalur Evakuasi
Dalam proses pembuatan jalur evakuasi ini ada beberapa faktor yang
menjadi pertimbangan dalam pemilihan jalur evakuasi menuju tempat
evakuasi. Adapun titik berangkat dimulai dari daerah yang merupakan rawan
tinggi banjir yang termasuk dalam cakupan wilayah buffer yang telah
dilakukan sebelumnya pada program Arcgis.
F. Penerapan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Identifikasi dan Pemetaan
Kawasan Rawan Banjir
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem informasi
berbasiskan komputer untuk menyimpan, mengelola dan menganalisis, serta
memanggil data bereferensi geografis yang berkembang pesat pada lima tahun
terakhir ini. Manfaat dari SIG adalah memberikan kemudahan kepada para
pengguna atau para pengambil keputusan untuk menentukan kebijaksanaan yang
akan diambil, khususnya yang berkaitan dengan aspek keruangan (Koko, Indra,
& Juju, 2015). Informasi geografi dengan menggunakan metode tumpang susun
atau overlay terhadap parameter-parameter banjir, seperti infiltrasi tanah, curah
hujan, kemiringan lereng dan penggunaan lahan. Melalui sistem informasi
geografi diharapkan akan mempermudah penyajian informasi spasial khususnya
yang terkait dengan penentuan tingkat kerawanan banjir serta dapat menganalisis
dan memperoleh informasi baru dalam mengidentifikasi daerah-daerah yang
sering menjadi sasaran banjir (Nuryanti, Tanesib, & Warsito, 2018).
Pemanfaatan SIG telah berkembang meliputi berbagai bidang dan
aktivitas. SIG sebagai alat bagi peneliti dan pengambil keputusan untuk
memecahkan masalah, menentukan pilihan atau Kebijakan Melalui Metode
Analisis keruangan dengan memanfaatkan komputer. SIG memberikan
kemudahan dalam kompleksitas data, seperti ditunjukan kebutuhan alat dan hasil
18
manipulasi data dalam satu ruang kerja antara lain overlay, buffering,
perencanaan gambar, dan manipulasi database. Database tersebut merupakan
data-data yang tersimpan dalam file-file Sistem Informasi Geografi yang
mengendalikan komputer untuk mengolah, menyajikan dan menyimpan
informasi, sehingga data-data yang berupa grafis maupun atribut dapat di import
ke data digital. SIG sebagai sarana dalam pengelolahan data spasial merupakan
hal yang penting dalam pengolaan lingkungan dan pemetaan hasil dari
sumberdaya alam, dan sebagainya. Basis data SIG adalah kumpulan data yang
saling berkaitan, yang diperlukan dalam SIG, baik data spasial maupun non
spasial. Tipe basis data ada dua macam yaitu basis data spasial dan non spasial.
Basis data spasial adalah data yang dapat diamati atau diidentifikasi di lapangan,
yang berkaitan data di permukaan maupun di dalam bumi. Data ini dapat diukur
atau ditentukan oleh besaran lintang dan bujur atau oleh sistem koordinat lain
(termasuk peta, foto udara, citra satelit). Data spasial ada tiga macam yaitu: titik,
garis, dan poligon (daerah), yang diorganisasikan dalam bentuk lapis-lapis
(layer) peta. Sedangkan basis data non spasial adalah data yang melengkapi
keterangan data spasial, keterangan kenampakan data baik statistik, numerik,
maupun deskriptif dengan tampilan tabular, diagram maupun tekstual.
Dengan menggunakan SIG, data dan informasi yang ada dapat
diintegrasikan, pemodelan dapat dilakukan dengan mudah, selain itu
kecenderungan dari pola hujan serta kemungkinan terjadinya banjir dapat
dianalisis. Dengan demikian prediksi untuk terjadinya banjir serta kerugian yang
diakibatkan dapat segera diketahui. Beberapa komponen penting dalam sistem
peringatan bahaya banjir diantaranya kesiapan program yang menyertakan
masyarakat lokal, sistem pemantau hujan, sistem komunikasi data elektronik,
model diagnostik/prediktif, prosedur kalibrasi model, sistem diseminasi
peringatan, serta tindak lanjut dari otoritas sipil lokal (instansi yang berwenang).
Dalam penerapan SIG, data-data yang diperlukan untuk pemetaan
kawasan rawan banjir diperoleh dari foto udara dan data sekunder, berupa
19
peta-peta tematik. Peta-peta tematik yang berbeda, baik yang diperoleh dari
analisis penginderaan jauh maupun cara lain dapat dipadukan untuk
menghasilkan peta turunan. Data-data yang terkumpul diolah untuk mendapatkan
informasi baru dengan menggunakan SIG melalui metode pengharkatan. Pada
tahap pemasukan data, yang diperlukan untuk penyusunan peta tingkat
kerawanan banjir dapat dilakukan melalui digitasi peta. Sesudah semua data
spasia dimasukkan dalam komputer, kemudian dilakukan pemasukan data atribut
dan pemberian harkat. Untuk memperoleh nilai kawasan rawan banjir dilalukan
tumpang susun peta-peta tematik yang merupakan paramaeter lahan penentu
rawan banjir, yaitu peta kemiringan lereng, peta ketinggian, perta tanah, peta
isohiet, dan peta penutupan atau penggunaan lahan. Proses tumpang susun peta
dengan mengaitkan data atributnya, melalui manipulasi dan analisa data.
Pengolahan dan penjumlahan harkat dari masing-masing parameter akan
menghasilkan harkat baru yang berupa nilai potensi rawan banjir. Kemudian
dengan mempertimbangkan kriteria rawan banjir, maka potensi banjir lahan
tersebut dibagi ke dalam kelas-kelas rawan banjir (Utomo, 2004 dalam Mahfuz,
2016).
Untuk kajian banjir, peta tematik hasil interpretasi citra dapat digabung
dengan peta-peta lainnya yang telah disusun dalam data dasar SIG melalui proses
digitasi. Peta-peta tersebut adalah peta kemiringan lereng, peta geologi, peta jenis
tanah, peta penutupan/penggunaan lahan, dan peta-peta lain yang berhubungan
dengan terjadinya banjir. Melalui metode tumpang susun dan pengharkatan
dengan SIG maka akan dihasilkan kelas-kelas rawan banjir. Hasil dari kelas-
kelas tersebut dipresentasikan dalam bentuk peta, sehingga dapat dilihat
distribusi keruangannya. Dari peta itu para pengguna dan pengambil keputusan
dapat memanfaatkan untuk mengatisipasi banjir di darah penelitian, sehingga
kerugian-kerugian yang ditimbulkan dapat ditekan sekecil mungkin, atau bahkan
dieliminir (Utomo, 2004 dalam Mahfuz, 2016).
20
VARIABEL
VARIABEL
Kemiringan Lereng
Peta rawan banjir
Curah Hujan
Kondisi eksisting jaringan sungai
Jenis tanah
Kondisi eksisting jaringan jalan
Penggunaan lahan
Data kemiringan lereng
TINJAUAN TEORI
KESIMPULAN
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian “Analisis dan Pemetaan Daerah Rawan Banjir untuk
Menentukan Titik Kumpul dan Rute Evakuasi Bencana Banjir di Kecamatan
Polongbangkeng Selatan” adalah deskriptif kuantitatif yang di dalamnya
mencakup penelitian survey, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan tingkat kerawanan serta jalur evakuasi kawasan rawan banjir di
Kecamatan Polongbangkeng Selatan yang terjadi saat ini dan yang akan datang.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Polongbangkeng Selatan
Kabupaten Takalar. Cakupan wilayah kelurahan yang menjadi kawasan
penelitian pada kawasan Polongbangkeng Selatan adalah Kelurahan
Bontokadatto, Bulukunyi, Cakura, Canrego, Lantang, Moncongkomba,
Pa’bundukang, Pattene, Rajaya, Su’rulangi. Penelitian ini berlangsung selama 4
bulan dari bulan agustus sampai bulan oktober setelah dilaksanakannya seminar
proposal.
C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data dan informasi dapat melalui observasi atau
pengamatan langsung situasi dan kondisi yang terjadi dalam wilayah
penelitian. Jenis data dapat dibedakan menjadi:
a. Data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi
langsung atau survei langsung dilapangan yaitu cara pengumpulan data
secara langsung ke lapangan dengan melakukan proses pengamatan dan
pengambilan data atau informasi terhadap aspek-aspek yang berkaitan
dengan penelitian.
b. Data sekunder dapat diperoleh dengan mengunjungi tempat atau instansi
terkait dengan penelitian. Data sekunder ini dapat berupa literatur, telaah
22
D. Variabel Penelitian
Variabel dipakai dalam proses identifikasi, ditentukan berdasarkan kajian
teori yang dipakai. Semakin sederhana suatu rancangan penelitian semakin
sedikit variabel penelitian yang digunakan. Tingkat kerawanan daerah yang
terkena banjir (kebanjiran) diidentifikasi dari karakter wilayahnya seperti bentuk
lahan, lereng kiri-kanan sungai, meandering, perbendungan alami, dan adanya
bangunan pengendali banjir (Paimin, 2009). Dalam penelitian ini terdapat
beberapa variabel-variabel yang akan digunakan dalam menganalisa terkait
penelitian ini, yaitu :
1. Penggunaan lahan meliputi klasifikasi dan intensitas penggunaan lahan
(Permukiman, sawah, perkebunan, sungai, dll).
2. Kondisi fisik dasar wilayah meliputi kondisi kemiringan lereng, curah hujan,
dan tekstur tanah.
3. Sarana dan prasarana lingkungan (prasarana jalan dan drainase).
E. Metode Analisis Data
Sesuai dengan rumusan masalah, maka metode analisis yang digunakan
dalam menganalisis masalah yaitu :
1. Rumusan Masalah Pertama
Rumusan masalah pertama tentang tingkat kerawanan banjir di
Kecamatan dapat diketahui dengan tiga cara, yaitu :
a. Analisis Pembobotan
Metode yang digunakan dalam penentuan daerah rawan banjir
dilakukan dengan metode pengskoran pada setiap faktor dan variabel
24
dimana hasil perkalian dan penjumlahan dari faktor dan variabel tersebut
dapat digunakan untuk menentukan wilayah bahaya banjir dengan
membagi antara nilai tertinggi dan terendah terhadap kelas bahaya yang
ditentukan sebelumnya.
Penyusunan tematik daerah rawan banjir ini akan menghasilkan tiga
kelas tingkatan yaitu kerawanan banjir rendah, karawanan banjir
menengah, dan kerawanan banjir tinggi. Penentuan wilayah rawan banjir,
dilakukan dengan menggunakan metode overlay, dimana setiap faktor
diberi bobot dan setiap variabel dari setiap faktor diberi skor berdasarkan
kepekaan terhadap banjir. Nilai bobot dan skor pada setiap faktor dan
variabel yang digunakan dalam penentuan kelas tingkatan kerawanan
banjir adalah sebagai berikut
1) Pemberian Skor Kelas Kemiringan
Kemiringan lahan semakin tinggi maka air yang diteruskan semakin
tinggi. Air yang berada pada lahan tersebut akan diteruskan ke tempat
yang lebih rendah semakin cepat, dibandingkan lahan yang
kemiringannya rendah (landai). Sehingga kemungkinan terjadi
penggenangan atau banjir pada daerah yang derajat kemiringan lahannya
tinggi semakin kecil (Tabel 2).
Tabel 2 Skor untuk kelas kemiringan lahan
No Kelas Harkat Bobot Skor
1 2 3 4 5
1 Datar (0% - 8%) 5 15
2 Landai (8% - 15%) 4 3 12
3 Agak Curam (15% - 25%) 3 9
4 Curam (25% - 40%) 2 3 6
5 Sangat Curam >40%) 1 3
Sumber : Purnama (2008)
2) Pemberian Skor Kelas Curah Hujan
Daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi akan lebih
mempengaruhi terhadap kejadian banjir. Berdasarkan hal tersebut, maka
25
ditumbuhi oleh pepohonan akan sulit mengalirkan air limpasan. Hal ini
disebabkan besarnya kapasitas serapan air oleh pepohonan dan lambatnya
air limpasan mengalir disebabkan tertahan oleh akar dan batang pohon,
sehingga kemungkinan banjir lebih kecil daripada daerah yang tidak
ditanami oleh vegetasi (Tabel 5).
Tabel 5 Skor untuk kelas penutupan lahan
No Kelas Harkat Bobot Skor
1 2 3 4 5
1 Lahan terbuka, sungai/kanal, danau, rawa, 5 10
genangan, tambak.
2 Permukiman, kebun campuran, tanaman 4 8
pekarangan, perdagangan dan jasa,
2
lapangan, makam, pendidikan.
3 Pertanian, sawah, tegalan. 3 6
4 Perkebunan, semak. 2 4
5 Hutan Mangrove 1 2
Sumber : Asep (2008) dalam Putra ( 2017)
Makin besar pengaruh parameter terhadap kejadian banjir maka
bobot yang diberikan semakin tinggi (Tabel 6).
Tabel 6 Bobot parameter penyebab banjir
No Parameter Bobot
1 2 3
1 Kemiringan lahan 3
2 Curah hujan 3
3 Tekstur tanah 2
4 Penggunaan lahan 2
Sumber : Purnama (2008)
b. Analisis Overlay
Ki = Xt – Xr
K
Keterangan:
Ki : Kelas Interval
Xt : Data tertinggi
Xr : Data terendah
k : Jumlah kelas yang diinginkan
Nilai interval ditentukan dengan pendekatan relatif dengan cara
melihat nilai maksimum dan nilai minimum tiap satuan pemetaan, kelas
interval didapatkan dengan cara mencari selisih antara data tertinggi
dengan data terendah dan dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan.
< 20 Menit 5
1. Waktu Tempuh 20 - 60 Menit 3
> 60 Menit 1
> 20 KK 5
2. Daya Tampung 5 – 20 KK 3
< 5 KK 1
> 5 MCK 5
3. Ketersediaan MCK 2 – 5 MCK 3
< 2 MCK 1
Sumber : Sahetapy, Poli, & Suryono, 2014 dan Hasil Modifikasi Peneliti
Keterangan :
TU = Titik Utama
T = Waktu Tempuh
DT = Daya Tampung
M = Ketersediaan MCK
Variabel Metode
N Rumusan Penelitian/ Pengumpulan
Sasaran Jenis Data Metode Analisis Keluaran
o Masalah Data yang Data
dibutuhkan
1. Bagaimana - Menganalisa - Kemiringan Primer dan Survei Sekunder : - Analisis Deskriptif - Mengetahui tingkat
tingkat tingkat Lereng Sekunder Pengumpulan data Kuantitatif kerawanan banjir di
kerawanan kerawanan dengan mengambil - Analisis Pembobotan Kota Pangkep dengan
banjir di banjir di - Curah Hujan data melalui - Analisis Overlay klasifikasi tingkat
Kecamatan Kecamatan - Jenis tanah instansi terkait (untuk menentukan kerawanan banjir
Polongbangk Polongbang- daerah rawan banjir) rendah, karawanan
eng Selatan keng Selatan - Penggunaan Survei Primer : banjir menengah, dan
Kabupaten Kabupaten lahan Hasil observasi kerawanan banjir
Takalar? Takalar lapangan dan tinggi.
interpretasi foto
udara
2. Bagaimana - Menentukan - Peta rawan Primer dan Survei Primer : - Analisis Penentuan - Mengetahui potensi
arahan titik titik dan rute banjir Sekunder Titik /Tempat titik evakuasi serta
dan rute evakuasi - Kondisi - Survei lapangan Evakuasi Analisis berapa potensi rute
evakuasi bencana eksisting /observasi Penentuan Titik evakuasi yang terdapat
bencana banjir di jaringan langsung dan Utama Tempat di Kecamatan
banjir di Kecamatan sungai melakukan evakuasi Polongbangkeng
Kecamatan Polongbangke - Kondisi
interpretasi Selatan dari hasil
Polongbangk ng Selatan eksisting melalui foto - Analisis Penentuan analisa titik utama dan
eng Selatan Kabupaten jaringan jalan udara Rute Evakuasi jalur utama rute
Kabupaten Takalar - Data Survei Sekunder : - Analisis Penentuan evakuasi bencana
Takalar? kemiringan Jalur Utama Rute banjir di Kawasan
lereng - Survei Evakuasi Kabupaten Takalar.
Instansional
F. Defenisi Operasional
1. Pemetaan merupakan proses pembuatan gambar yang menunjukkan letak
tanah, laut, sungai, dan gunung. Secara operasional pemetaan yang di
maksud pada penelitian ini berupa gambaran informasi terkait tingkat
kerawanan banjir pada Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten
Takalar.
2. Kawasan yaitu mempunyai luasan tertentu dan dibatasi oleh batasan
administrasi. Kawasan merupakan daerah yang mempunyai ciri tertentu
seperti tempat tinggal, pertokoan, indusri, dan perkotaan. Secara
operasional kawasan yang dimaksud dalam penelitian ini batas wilayah
administrasi kaecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar yang
menjadi titik fokus kawasan dalam penelitian ini.
3. Banjir adalah terbenamnya daratan pada suatu daerah yang biasanya
kering karena meningkatnya volume air khususnya yang bersifat genangan
periodik maupun permanen. Secara operasional banjir yang di maksud
terkait penelitian ini merupakan objek bencana dalam pembahasan
penelitian ini.
4. Rute adalah waktu atau arah yang harus ditempuh. Rute juga dapat
diartikan sebagai gambaran jalur mitigasi untuk mengurangi risiko
bencana. Secara operasional rute yang dimaksud dalam penelitian ini
merupakan titik jalur evakuasi terhadap bencana banjir yang berada pada
Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar.
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Penggunaan Lahan
Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui pada
Kecamatan Polongbangkeng Selatan untuk tutupan lahan didominasi
oleh sawah dengan luas 5.249,29 Ha, hal ini menjadi salah satu alasan
mengapa bencana banjir dapat menggagalkan 215 Ha lahan persawahan.
Adapun Luas dari masing-masing penggunaan lahan dapat dilihat pada
Tabel 25 berikut:
Masjid Toddosila
8 Moncongkomba Moncongkomba
Babul Yaqin
SMAN 1
9 Moncongkomba Jl. Siddik No. 1
Polongbankeng Selatan
72
Terjemahnya :
Dari terjemahan dan tafsir di atas dapat kita dapat menarik kesimpulan
dibalik musimah banjir yang terjadi di Polongbangkeng selatan terdapat
rahmat Allah. Bahwasannya Dia menuruankan air hujan setelah kekeringan
yang terjadi. Yang mana air hujan ini dapat berguna bagi kesuburan
tumbuhan, dapat diminum pula bagi hewan-hewan dan berguna pula bagi kita
umat manusia. Namun, terkadang hujan yang terjadi dapat menimbulkan
bencana pula bagi umat manusia. Adapun bencana yang terjadi tidak lain
tidak bukan merupakan rencana Allah bagi kita umat manusia agar lebih
bersyukur dan tetap menjada iman kita. Bencana yang diberikan dapat berupa
teguran seperti yang di jelaskan dalam firman Allah SWT dalam QS Al-
Ankabut:29/40 :