Disusun Oleh :
Revie Aditia 120300001
Naomi Beatrice M Simangunsong 120300002
Nadia Subaimun 120300004
Dian Kusuma Wardini 120300007
Putri Ramadhani 120300008
Dwiyan Muhammad Ashif 120300009
Marliana Eka Lestari 120300011
Ridho Fadhila 120300012
Andreas Owen Hotman Nainggolan 120300014
Ulan Apriliyani 120300017
2.1. Tambak
Tambak adalah suatu tempat yang dibuat untuk menampung air laut atau air
tawar yang digunakan untuk budidaya ikan atau udang. Tambak biasanya dibuat
dengan cara menggali tanah atau membuat tanggul di sekitar lahan yang akan
dijadikan tambak. Menurut Martosudarmo dan Bambang 1992, tambak adalah
kolam yang dibangun didaerah pasang surut dan digunakan untuk memelihara
bandeng, udang laut, dan hewan lainnya yang biasanya hidup di air payau. Slamet
Soesono (1984) menyatakan bahwa istilah “Tambak” berasal dari bahasa Jawa
“Nambak” yaitu membendung air dengan pematang, digunakan untuk menyatakan
sebuah empang dekat pantai laut. Ia tidak dinamakan kolam karena istilah ini
khusus digunakan bagi petakan berpematang yang berisi air tawar.
Pada analisis hujan andalan R80 terdapat nilai dari R80 yang berada diantara
urutan atau rank ke 9 dan 10 (cell kuning) yang kemudian untuk memperoleh nilai
dari hujan andalan R80 akan dilanjutkan dengan melihat pada grafik hubungan
antara data hujan dan probabilitas weibull dengan rincian sebagai berikut:
a. Januari
Januari
100
80
60
40
20
0
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00
Februari
120
100
80
60
40
20
0
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00
Maret
100
80
60
40
20
0
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00
April
140
120
100
80
60
40
20
0
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00
Mei
140
120
100
80
60
40
20
0
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00
4.4. Infiltrasi
Pada laporan kali ini infiltrasi akan menggunakan asumsi nilai infiltrasi yang
dipengaruhi oleh tanah sesuai dengan bulan sebagai berikut.
Tabel 4.4 Nilai Infiltrasi (Januari – Mei)
Januari
1 mm
Februari
Maret
3 mm
April
Mei 5 mm
4.5. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi merupakan proses terjadinya penguapan air dari permukaan
dan beberapa vegetasi menuju atmosfir sebagai uap air dan jatuh sebagai hujan,
pada laporan ini evaporasi dan evapotranspirasi dianggap sama. Evaportranspirasi
akan menggunakan metode braney – cradle yang sudah dimodifikasi dengan
persamaan sebagai berikut.
ET = p x (0.46 Tmean +8)
EToadj = K x ET0
Keterangan :
Tmean : rata – rata temperature (oC)
p : lama penyinaran (%)
nilai dari p akan menggunakan nilai pada tabel berdasarkan latitude sebagai berikut:
Pada layout akhir tambak terdapat beberapa perubahan dimensi dari tahap pra
– desain sebelumnya khususnya pada bagian dimensi saluran. Ukuran dari saluran
inlet primer dengan lebar b = 5 m dan tinggi muka air setinggi 0.5 m, hal ini terjadi
perubahan karena jika pada awalnya menggunakan lebar saluran 10 m sementara
tinggi dari muka air basah hanya 0.5 m maka perlu adanya pengecilan ukuran dari
lebar saluran utama agar air dapat dengan lebih cepat mengaliri saluran lainnya
seperti sekunder dan tersier menuju petak tambak. perubahan terjadi juga pada
saluran sekunder dan tersier baik pada inlet ataupun outlet, hal ini terjadi karena
pada saluran primer sudah mengalami perubahan sehingga pada saluran sekunder
dan tersier juga mengalami perubahan untuk lebar dari 5 m menjadi 2 m dan masih
dengan nilai tinggi muka basah 0.5 m
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada akhir proses desain maka diperoleh luas area tambak 560 x 508 m
dengan beberapa dimensi diantaranya petak tambak ukuran 50 x 50 m dengan
ukuran lebar pematang tambak 7 m, kemudian jarak dari antara satu petak menuju
petak lainnya 10 m, kolam tambak yang digunakan adalah tipe tanggul. Saluran
terbagi menjadi 5 yaitu saluran inlet primer, inlet sekunder, inlet tersier, outlet
tersier, dan outlet sekunder. Penentuan elevasi penting terbagi menjadi tiga wilayah
sesuai dengan titik tertinggi, menengah, dan terendah sesuai dengan topografi.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada laporan ini adalah sebagai berikut.
a. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam laporan ini, penulis
merekomendasikan adanya penelitian lanjutan untuk mengeksplorasi faktor-
faktor yang mempengaruhi desain pada tambak.
b. Keterbatasan dalam data pendukung proses desain pada laporan ini
memberikan kesempatan bagi penelitian selanjutnya untuk melakukan
evaluasi dari laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, M. d. (1992). Rekayasa Tambak Udang. Jakarta: Penebar Swadaya.
Chairril, E. P. (2020). INVENTARISASI DAN EVALUASI SISTEM
PENGELOLAAN TAMBAK DI KABUPATEN MEMPAWAH. JURNAL
BORNEO AKUATIKA, 23-26.
Fortuna, S. D. (2021, January 11). 4 Jenis Tambak Udang Vaname yang Harus
Kamu Ketahui. Retrieved from delosaqua.com:
https://delosaqua.com/id/jenis-jenis-tambak-udang/
Mustafa, A. (2008). DISAIN, TATA LETAK, DAN KONSTRUKSI TAMBAK.
Media Akuakultur Volume 3 Nomor 2 , 170.
Rahman, M. R. (2021, Juli 29). Membina Petambak Udang Lokal Indonesia Meraih
Pangsa Global. Retrieved from antaranews.com:
https://www.antaranews.com/berita/2295323/membina-petambak-udang-
lokal-indonesia-meraih-pangsa-global
Setiawan, E. Y. (2022, Maret 30). PRODUKSI BUDI DAYA UDANG DI
INDONESIA. Retrieved from Kementerian Kelautan dan Perikanan:
https://kkp.go.id/brsdm/sosek/artikel/39265-produksi-budi-daya-udang-di-
indonesia
Soesono, S. (1984). Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. Jakarta: Gramedia.
Susanto, H. (1992). Membuat Kolam Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya. Retrieved
from Kelas VIII.