KATA PENGANTAR
RAHMATDILLAH, ST
Direktur
i
LAPORAN AKHIR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL..........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.4 Sasaran...................................................................................................................5
1.7 Pembiayaan..........................................................................................................6
1.8 Output....................................................................................................................6
ii
LAPORAN AKHIR
2.4 Blok........................................................................................................................32
iii
LAPORAN AKHIR
4.1.2.1 Topografi..................................................................................91
4.1.2.2 Klimatologi...............................................................................91
4.1.2.3 Hidrologi...................................................................................92
4.1.2.4 Penggunaan Lahan...............................................................93
4.1.3 Kependudukan....................................................................................94
4.1.4 Kehutanan............................................................................................96
iv
LAPORAN AKHIR
4.2.3 Kependudukan.................................................................................101
4.2.4 Sosial....................................................................................................102
4.2.5 Pertanian.............................................................................................103
4.3.2.1 Kependudukan.....................................................................108
4.3.2.2 Utilitas.......................................................................................108
4.3.2.3 Aksesibilitas...........................................................................111
4.3.2.4 Mata Pencaharian...............................................................113
4.3.2.5 Tenaga Kerja..........................................................................114
4.3.2.6 Kelembagaan Masyarakat...............................................115
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................116
v
LAPORAN AKHIR
5.3.2 Penanaman........................................................................................133
BAB VI KESIMPULAN............................................................................141
6.1 Kesimpulan......................................................................................................141
vi
LAPORAN AKHIR
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Faktor Biofisik dan Sosial Ekonomi Antara DAS
di Bagian Hulu dan Hilir..........................................................................12
Tabel 3.1 Karakteristik Sosial Ekonomi..................................................................44
Tabel 3.2 Efek Dari Pengurangan Data.................................................................49
Tabel 3.3 Spesifikasi teknis Satelit QuickBird.....................................................81
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2017......89
Tabel 4.2 Penggunaan Lahan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun
2017.................................................................................................................93
Tabel 4.3 Kependudukan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2017
..........................................................................................................................94
Tabel 4.4 Luas Kawasan Hutan menurut menurut di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan (Hektar ) Tahun 2017.................................................96
Tabel 4.5 Kriteria, Luas Dan Persentase Lahan Kritis Di Wilayah Kerja
BPDAS Barito...............................................................................................97
Tabel 4.6 Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Telaga Langsat
Tahun 2017................................................................................................100
Tabel 4.7 Kependudukan di Kecamatan Telaga Langsat Tahun 2017....102
Tabel 4.8 Letak dan Luas Wilayah Lokasi Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Blok VIII.......................................................................................................104
Tabel 4.9 Batas Adminitrasi Lokasi Rehabilitasi Hutan dan Lahan Blok VIII
........................................................................................................................105
vii
LAPORAN AKHIR
viii
LAPORAN AKHIR
DAFTAR GAMBAR
ix
LAPORAN AKHIR
x
BAB 1 PENDAHULUAN
1
dengan peta penutupan lahan, peta tingkat bahaya erosi, peta perizinan,
dan selanjutnya diverifikasi dengan citra satelit resolusi tinggi untuk dapat
menentukan sasaran lokasi yang tepat.
2
Barang/Jasa Pemerintah;
3
Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Rancangan Kegiatan
Penanaman Rehabilitasi Hutan dan Lahan;
4
serta memberikan data masukan yang valid dan logis bagi Pemerintah
Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan khususnya Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia dalam upaya
penyelesaian Batas Areal kegiatan Rehabilitasi Hutan yang selama ini
masih sulit untuk diselesaikan.
1.4 Sasaran
5
1.6 Jadwal Pelaksanaan
1.7 Pembiayaan
1.8 Output
6
Mulai Kerja disampaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen Seksi
Program Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Barito.
2. Draft Laporan Akhir
Draft Laporan Akhir memuat hasil akhir sementara pekerjaan
sebagai bahan ekspose/pembahasan, di susun/dibuat per blok
tanaman dan diagandakan masing-masing sebanyak 2 (dua) buku
sehingga total penggandaan buku draft laporan akhir sebanyak 6
(enam) buku (2 buku x 3 blok), diserahkan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen Seksi Program Balai Pengelolaan DAS dan Hutan
Lindung Barito.
3. Laporan Akhir
Laporan akhir memuat seluruh hasil pekerjaan yang telah
disempurnakan berdasarkan hasil rapat ekspose/pembahasan draft
laporan akhir, di susun/dibuat per blok tanaman dan diagandakan
masing-masing sebanyak 4 (empat) buku sehingga total
penggandaan buku draft laporan akhir sebanyak 12 (dua belas) buku
(4 buku x 3 blok), diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen
Seksi Program Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Barito.
4. Draft Peta Detail
Draft peta detail merupakan lampiran draft laporan akhir dengan
skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000 menggunakan kertas A3 yang
dibuat/dicetak per blok tanaman dan digandakan masing-masing
blok sebanyak 2 (dua) lembar sehingga total penggandaan draft
peta detail sebanyak 6 (enam) lembar (2 lembar x 3 blok).
5. Peta Detail
Peta detail merupakan lampiran laporan akhir dengan skala 1 : 5.000
atau 1 : 10.000 menggunakan kertas A0 yang dibuat/dicetak per blok
tanaman dan digandakan masing-masing blok sebanyak 4 (empat)
7
lembar sehingga total penggandaan peta detail sebanyak 12 (dua
belas) lembar (4 lembar x 3 blok).
6. Dokumentasi
Selain laporan tersebut diatas, penyedia jasa diwajibkan untuk
melampirkan foto-foto dokumentasi dari setiap tahapan pekerjaan
dan dilampirkan pada setiap buku laporan.
8
BAB 2
9
BAB 3 TINJAUAN TEORI
curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
Menurut Webster, DAS adalah suatu derah yang dibatasi oleh pemisah
ekosistem DAS adalah curah hujan, sedangkan keluaran terdiri dari dari
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
hulu, bagian tengah, dan bagian hilir. Ciri-ciri pada setiap bagian DAS
a) Bagian Hulu
DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk
hujan.
20%).
b) Bagian Tengah
dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air,
c) Bagian Hilir
DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang
(2005) untuk: (1) mengalirkan air; (2) menyangga kejadian puncak hujan;
(3) melepas air secara bertahap; (4) memelihara kualitas air; dan (5)
kondisi DAS bagian tengah dan hilir. Batas DAS secara administratif hanya
dapat tercakup dalam satu kabupaten hingga melintas batas provinsi dan
negara. Suatu DAS yang sangat luas dapat terdiri dari beberapa sub DAS
yang kemudian dapat dikelompokkan lagi menjadi DAS bagian hulu, DAS
lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah
arti penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu
3. DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang
curah hujan yang lebih rendah. Semakin ke hilir, mutu air, kontinuitas,
dengan DAS bagian hulu. Hal ini terjadi karena badan air di hulu
tercemari oleh kegiatan-kegiatan manusia baik domestik maupun
hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia dan
ini kerjasama pengelolaan DAS sering kali dibatasi oleh batas-batas politis
administrasi.
tidak hanya bertumpu pada salah satu aspek saja tetapi juga harus
baik pula.
daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa
dalam dan di luar daerah aliran sungai yang bersangkutan. Ada tiga
yang spesifik.
dinyatakan sebagai jumlah total dari DAS melainkan sebagai laju dan
luas DAS. Ini berkaitan dengan waktu yang diperlukan oleh air untuk
mengalir dari titik terjauh sampai dengan waktu yang diperlukan oleh air
untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke titik kontrol (waktu konsentrasi),
yang berbeda satu dengan yang lain, tergantung pada medan dan kondisi
Dendritik
yang luas. Misalnya suatu daerah ditutupi oleh endapan sedimen yang
meliputi daerah yang luas dan yang umumnya endapan itu terletak
Radial
Biasanya pola radial dijumpai pada lereng gunung api daerah topografi
berbentuk kubah.
Rektangular
Terllis
Akan dapat dijumpai pada daerah dengan lapisan sedimen keras yang
fisik setelah batas DAS ditentukan garis batanya, maka bentuk DASnya
yaitu:
bulu burung. Bentuk ini biasanya akan menyebabkan besar aliran banjir
relatif lebih kecil karena perjalanan banjir dari anak sungai itu berbeda-
Bentuk ini karena arah sungai seolah-olah memusat pada suatu titik
akibat dari bentuk tersebut maka waktu yang diperlukan aliran yang
datang dari segala penjuru anak sungai memerlukan waktu yang hampir
DAS ini dibentuk oleh dua jalur DAS yang bersatu di bagian hilir.
titik pertemuan.
dijelaskan di atas.
3.2 Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)
2. Rincian Kegiatan
Rincian kegiatan rehabilitasi lahan kritis DAS terdiri dari :
a. Rehabilitasi Hutan dan Pengkayaan Vegetatif
1) Sasaran lokasi
Kawasan hutan lindung yang terdegradasi;
Taman Hutan Raya (Tahura);
Hutan Produksi yang tidak di bebani hak;
Kawasan Hutan yang ditunjuk sebagai KPH.
2) Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan berupa satu paket
pekerjaan yang meliputi penyediaan bibit, penanaman dan
pemeliharaan tanaman tahun berjalan;
3) Penyediaan bibit terdiri dari jenis kayu-kayuan seperti : Jati,
Mahoni, Sengon, Gmelina, Suren, Sungkai, Meranti, Agathis
dan jenis kayu unggulan lokal lainnya. Sedangkan Jenis MPTS
seperti : Karet, Kenari, Kemiri, Durian, Mangga, Petai, Alpokat,
Jambu Mete dan jenis tanaman MPTS unggulan lokal lainnya.
Sedangkan jarak tanam yang dikembangkan bervariasi sesuai
dengan ketentuan teknis dan kondisi lapangan.
4) Kegiatan rehabilitasi hutan dan pengayaan vegetatif ini wajib
dipetakan pada peta dengan skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000.
5) Kegiatan dilaksanakan dengan sistem kontraktual oleh
penyedia barang/jasa pembuatan tanaman atau swakelola,
dengan masa kegiatan dalam satu tahun anggaran 2012
dengan berpedoman kepada Peraturan Presiden No. 54
Tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah.
3. Berdasarkan Pengelolaan
Berdasarkan pengelolaannya KPH dapat dibedakan menjadi :
a. KPH dikelola oleh pemerintah pusat, misalnya untuk KPHK
b. KPH dikelola oleh pemerintah provinsi, misalnya untuk KPH yang
wilayahnya lintas kabupaten/kota.
c. KPH dikelola oleh pemerintah kabupaten (contoh KPH yang luas
wilayahnya dalam satu kabupaten)
d. KPH dikelola oleh BUMN (contoh Perum Perhutani)
e. KPH dikelola oleh masyarakat dalam bentuk Kesatuan Pengelolaan
Hutan Kemasyarakatan (KPHKm), Kesatuan Pengelolaan Hutan Adat
(KPHA)
3.5 Petak
Petak adalah bagian dari Blok dengan luasan tertentu dan menjadi
unit usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perfakuan pengelolaan
dan silvikultur yang sama (Perdirjen Planologi Kehutanan P.5/2012
tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)).
A. Pengukuran
Pelaksanaan pengukuran patok batas luar/blok dilakukan dengan
metode sebagai berikut :
1) Pengukuran dan penentuan posisi batas merupakan
pengambilan (ekstraksi) titik-titik koordinat batas dengan
interval tertentu baik pada peta kerja maupun hasil survei
lapangan, dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
a) Kartometrik
Pengukuran dan penentuan posisi secara kartometrik
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
Pengukuran titik-titik koordinat batas dengan
pengambilan (ekstraksi) titik-titik koordinat pada jalur
batas dengan interval tertentu menggunakan peta kerja.
Pengukuran berpedoman pada hasil pelacakan yang
disepakati.
Hasil pengukuran dalam bentuk daftar titik-titik koordinat
batas daerah.
Hasil pengukuran dan penentuan posisi dituangkan dalam
berita acara.
b) Survei lapangan
Pengukuran dan penentuan posisi secara survei lapangan,
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
Pengukuran titik-titik koordinat batas dengan
mempergunakan alat ukur posisi sesuai ketelitian yang
telah ditetapkan dan/atau dengan metode-metode
pengukuran tertentu.
Pengukuran berpedoman pada hasil pelacakan yang
disepakati.
Hasil pengukuran dalam bentuk daftar titik-titik koordinat,
kemudian deskripsi titik batas dan garis batas dimasukkan
dalam formulir/buku ukur.
b) Tidak melebihi ketinggian lebih dari 500 (lima ratus) feet atau 150
(seratus lima puluh) meter di atas permukaan darat dengan
kecepatan maksimum 100 (seratus) mph atau 87 (delapan puluh
tujuh) knots;
c) Toleransi error proyeksi pada proses Georeferencing data foto udara
maksimal 0.5 m;
3. Data Aqcuisition
PETA DETAIL
LOKASI PENANAMAN REHABILITASI HUTAN
TAHUN 2019
Blok / Lokasi : III / Hamak. Hamak Timur, Hamak Utara
Fungsi Kawasan : Hutan Lindung
KPH : Hulu Sungai
Desa : Hamak. Hamak Timur, Hamak Utara
Kecamatan : Telaga Langsat
Kabupaten : Hulu Sungai Selatan
Provinsi : Kalimantan Selatan
Sub DAS/ DAS : Nagara/ Barito
Luas : 120 Ha
4.2.2.5 Rencana pengadaan Bibit melalui Pengembangan Persemaian
Desa
B. Pengolahan Baseline
Keterangan :
c : kecepatan cahaya (meter/detik)
t : lama waktu antar sinyal yang dipancarkan satelit ke
receiver (detik)
R’ : pseudorange (meter)
R* = R’ + R.................................................................................(ii)
Keterangan :
Rio : koreksi jarak karena refraksi ionosfer (meter)
Rtr : koreksi jarak karena refraksi troposfer (meter)
RSA : koreksi kesalahan orbit karena selective availability (orbit)
.....
2 2 2 1/2 (iii)
τ ij (tj )=1 /c(( X j− X i ) +(Y j−Y i ) +(Z j−Z i ) )
…..............
Dengan:
f : frekuensi sinyal
c : cepat rambat sinyal (meter/detik)
φtro
ij : pengaruh refraksi troposfer
φclo
ij : pengaruh variasi oscilator satelit dan receiver
φion
ij : pengaruh refraksi ionosfer
bij +
nij : simpangan awal oscilator satelit dan
receive
C. Perataaan Jaringan
Setelah koreksi pada tiap - tiap data satelit selesai dilakukan maka
data yang di dapat perlu di koreksi ke titik ikatnya dengan
memasukkan nilai koordinat titik ikat dengan koordinat yang
sebenarnya, dan kemudian dilakukan proses perataan jaringan
pada titik-titik koordinat pilar batas.
Keterangan Gambar.
A = Peta Batas Daerah
B = Judul Peta; Sekala Peta; Nomor Lembar Peta; Nama
Provinsi, Kabupaten atau Kota; Edisi
C = Diagram Lokasi
D = Lambang Depdagri dan atau Institusi yang bekerjasama
E = Keterangan Peta (Simbol, singkatan dan riwayat serta skala
batang)
F = Daftar Titik Koordinat Batas Daerah
G = Pembuat peta
H = Pengesahan
E. Spesifikasi Peta
F. Citra Satelit
2. Interpretasi Citra
Data penginderaan jauh perlu diinterpretasi untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan (interpretasi citra). Pada dasarnya
ada 2 metode untuk interpretasi yaitu ekstraksi informasi
menggunakan analisis visual dan ekstraksi informasi secara
pemrosesan semi otomatis atau digital. Teknik analisis viual
mendasarkan pada kemampuan manusia untuk
menghubungkan antara warna, pola serta unsur interpretasi
yang lain dengan kenampakan nyata (Gambar I.12). Pemrosesan
semi otomatis dengan menggunakan komputer, sebagai contoh
pembentukan DTM dan klasifikasi citra.
Tabel 4.5 Luas Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2017
Luas Persentase Desa/
No Kecamatan
(km2) (%) Kelurahan
1 Padang Batung 203,93 11,30 17
2 Loksado 338,89 18,78 11
3 Telaga Langsat 58,08 3,22 11
4 Angkinang 58,40 3,24 11
5 Kandangan 106,71 5,91 18
6 Sungai Raya 80,96 4,49 18
7 Simpur 82,35 4,56 11
8 Kalumpang 135,07 7,48 9
9 Daha Selatan 322,82 17,89 16
10 Daha Barat 149,62 8,29 7
11 Daha Utara 268,11 14,85 19
Jumlah 1.804,94 100 148
Sumber : Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam Angka, 2018
95
5.1.2 Kondisi Fisik Wilayah
5.1.2.1 Topografi
5.1.2.2 Klimatologi
96
Sedangkan jumlah hari hujan paling banyak tahun 2017 adalah
bulan Desember dengan jumlah 23,2 hari. Secara umum, Kabupaten Hulu
Sungai Selatan beriklim tropis dengan suhu udara tahun 2017 berkisar
antara 27,5oC – 33,20oC dengan kelembaban udara 78,93%. Selama
periode 2015–2017, jumlah hari hujan pada tahun 2015 sebanyak 150 HH
dan naik menjadi 173,6 HH pada tahun 2017. Musim hujan umumnya
terjadi pada bulan Oktober hingga April yang ditunjukkan dengan
tingginya hari hujan dan curah hujan. Musim kemarau umumnya terjadi
mulai bulan Mei hingga September yang ditunjukkan dengan menurunnya
hari hujan dan curah hujan.
5.1.2.3 Hidrologi
97
5.1.2.4 Penggunaan Lahan
98
5.1.3 Kependudukan
99
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Tahun 2017 (Jiwa)
Daha Utara
Daha Barat
Daha Selatan
Kalumpang
Simpur
Sungai Raya
Kandangan
Angkinang
Telaga Langsat
Loksado
Padang Batung
0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000
75+
70‒75
65‒69
60‒64
55‒59
50‒54
45‒49
40‒44
35‒39
30‒34
25‒29
20‒24
15‒19
10‒14
5‒9
0-4
Laki-Laki Perempuan
100
5.1.4 Kehutanan
Di wilayah kerja BPDAS Barito jika lihat secara umum maka lahan
yang termasuk dalam kriteria “Kritis” dan “Sangat Kritis” seluas 1.235.051,4
ha atau 15, 23 % dari luas wilayah kerja BPDAS Barito. Lahan yang
termasuk kriteria “Agak kritis” dan “Potensial Kritis” seluas 6.408.586,6 ha
101
atau 79,03 %. Lahan yang termasuk kriteria tidak kritis hanya seluas
465.830,6 ha atau 5,74 % dari total luas wilayah kerja BPDAS Barito.
Tabel 4.9 Kriteria, Luas Dan Persentase Lahan Kritis Di Wilayah Kerja
BPDAS Barito
Sumber : Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis Wilayah Kerja BPDAS Barito Tahun
2013
102
yang tersebar pada 13 kabupaten/kota. Lahan dengan tingkat kekritisan
yang termasuk kriteria agak kritis seluas 1.327.308,9 ha (35,6 %) dan
1.579.774,3 ha (42,4 %) termasuk kriteria potensial kritis, serta 177.513,5 ha
atau 4,7 % merupakan lahan yang tidak kritis atau masih baik vegetasinya
dan umumnya masih berupa hutan.
103
Gambar 4.20 Diagram Lahan Kritis di Provinsi Kalimantan Selatan
(Sumber : Provinsi Kalimantan Selatan dalam Angka, 2018)
104
Gambar 4.21 Peta Sebaran Lahan Kritis di Wilayah Kerja BPDAS Barito
(Sumber : Provinsi Kalimantan Selatan dalam Angka, 2018)
105
5.2 Gambaran Umum Kecamatan Telaga Langsat
106
No Desa Luas (Km2) Persentase (%)
3 Telaga Langsat 2,61 4,49
4 Mandala 2,32 3,99
5 Pakuan Timur 2,90 4,99
6 Pandulangan 1,46 2,51
7 Longawang 1,46 2,51
8 Gumbil 4,06 6,99
9 Hamak 6,97 12,00
10 Hamak Timur 7,55 13,00
11 Hamak Utara 20,04 34,50
Jumlah 58,08 100
Sumber : Kecamatan Telaga Langsat Dalam Angka, 2018
5.2.3 Kependudukan
107
tercatat 9.882 jiwa yang mengalami peningkatan penduduk dari tahun
2016 sebesar 9.750 jiwa. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Desa
Gumbil 1.461 jiwa sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Desa
Hamak dengan jumlah penduduk 397 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
5.2.4 Sosial
108
Pada tahun 2017 di Kecamatan Telaga Langsat terdapat 1 unit
puskesmas, 6 unit puskesmas pembantu, 20 posyandu, dan 11 polkedes.
Untuk tenaga kesehatan Kecamatan Telaga Langsat tidak memiliki Dokter
Umum. Selain itu juga terdapat 7 orang Bidan, 11 orang Perawat dan 1
orang Apoteker.
5.2.5 Pertanian
Angka produksi padi sawah pada tahun 2017 adalah 17.771 ton dan
produksi tanaman jagung tahun 2017 sebesar 395 ton.
109
terbanyak berupa ternak ayam kampung yang populasinya mencapai
233.107 ekor.
Tabel 4.12 Letak dan Luas Wilayah Lokasi Rehabilitasi Hutan dan
Lahan Blok VIII
Luas Luas
N Kecamata
Desa Kabupaten Provinsi Wilayah Blok VIII
o n
(Ha) (Ha)
Hulu
Telaga Kalimantan
1 Hamak Sungai 697
Langsat Selatan
Selatan
Hulu
Hamak Telaga Kalimantan
2 Sungai 755 120
Timur Langsat Selatan
Selatan
Hulu
Hamak Telaga Kalimantan
3 Sungai 200
Utara Langsat Selatan
Selatan
Sumber : Kecamatan Telaga Langsat dalam Angka, 2018
110
5.3.1.2 Letak Geografis
Tabel 4.13 Batas Adminitrasi Lokasi Rehabilitasi Hutan dan Lahan Blok
VIII
Berbatasan dengan
No Desa
Utara Timur Selatan Barat
Rantau Hamak Hamak Rantau
1 Hamak Panjang
Panjang Utara Timur
Hamak Hamak Hamak
2 Hamak Mawangi
Timur Utara Utara
Hamak Pantai Hamak
3 Pinuli Hamak
Utara Langsat Timur
Sumber : Profil Desa Hamak, Hamak Timur dan Hamak Utara, 2018
111
(RBI) Skala 1 : 50.000 Tahun 2016 oleh Badan Informasi Geospasial (BIG)
dalam Rancangan Kegiatan Penanaman Rehabilitasi Hutan dan Lahan
tahun 2019 bahwa ketinggian tempat dan topografi pada wilayah sasaran
pembuatan tanaman rehabilitasi hutan dan lahan ini adalah seperti pada
tabel berikut.
1 Hamak 3 24 - - - - 27
112
Hamak
2 4 65 7 - - - 76
Timur
Hamak
3 2 15 - - - - 17
Utara
Sumber : Rancangan Kegiatan Penanaman Rehabilitasi Hutan dan Lahan tahun 2019
Gambar 4.22 Contoh Tutupan Lahan di Lokasi RHL Blok VIII (Desa
Hamak Timur)
Sumber : Observasi Lapangan, 2019
113
5.3.2 Kondisi Sosial Ekonomi
5.3.2.1 Kependudukan
5.3.2.2 Utilitas
A. Sarana Pendidikan
Ketersediaan sarana pendidikan pada lokasi Rehabilitasi Hutan dan
Lahan Blok VIII ini cukup beragam namun dalam kondisi tidak
lengkap. Ketersediaan sarana pendidikan terbesar yaitu sekolah
dasar dengan jumlah 5 unit SD dimana Desa Hamak Utara
memiliki sarana sekolah dasar terbesar dengan 3 unit.
114
Gambar 4.23 Sarana Pendidikan di Desa Lokasi Rehabilitasi
Hutan dan Lahan Blok VIII
Sumber : Observasi Lapangan, 2019
B. Sarana Kesehatan
Dalam ruang lingkup desa jenis sarana kesehatan yang harus
tersedia yaitu poskesdes dan juga puskesmas pembantu. Jumlah
puskesmas pembantu pada lokasi RHL Blok VIII ini tersedia
sebanyak 3 unit yakni 1 unit di Desa Hamak Timur dan 2 unit di
Desa Hamak Utara. Jumlah poskesdes tersedia 3 unit dengan
masing-masing desa memiliki 1 unit poskesdes.
115
Gambar 4.24 Sarana Kesehatan di Desa Lokasi Rehabilitasi
Hutan dan Lahan Blok VIII
Sumber : Observasi Lapangan, 2019
C. Sarana Peribadatan
Mayoritas masyarakat di lokasi Rehabilitasi Hutan dan Lahan Blok
VIII ini menganut agama islam. Tercatat pada tahun 2017 jumlah
penduduk yang beragama islam pada lokasi ini adalah 1.969 jiwa.
Pada lokasi RHL Blok VIII ini tersedia 4 masjid, 7 musholla dan
belum tersedia sarana peribadatan untuk masyarakat non muslim.
116
Tabel 4.19 Jumlah Sarana Peribadatan pada Lokasi Rehabilitasi
Hutan dan Lahan Blok VIII Tahun 2017
Sarana Peribadatan
No Desa
Masjid Langgar Musholla Gereja Pura
1 Hamak - 2 - - -
2 Hamak Timur 2 - - - -
3 Hamak Utara 2 5 - - -
Jumlah 4 7 - - -
Sumber : Kecamatan Telaga Langsat dalam Angka, 2018
5.3.2.3 Aksesibilitas
117
Kondisi aksesibilitas dilokasi RHL Blok VIII ini tergolong dapat
ditempuh dengan mudah dimana dapat dilihat bahwa dapat
menggunakan kendaraan roda 2 dan kendaraan roda 4 untuk menjangkau
lokasi RHL Blok VIII tersebut. Lokasi terdekat dengan ibukota kecamatan
yakni Desa Hamak dengan jarak 1 Km. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.20 Aksesibilitas Lokasi Rehabilitasi Hutan dan Lahan Blok VIII
Jarak Lokasi Ke Ibukota Pemerintahan (Km)
No Desa Aksesibilitas
Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi
Dapat dilalui kendaraan
roda 2 dan roda 4
1 Hamak 4,00 1,00 12,00 76,00
Dari Ibukota Desa hanya
dengan jalan kaki
Dapat dilalui kendaraan
Hamak roda 2 dan roda 4
2 3,00 7,00 18,00 82,00
Timur Dari Ibukota Desa hanya
dengan jalan kaki
Dapat dilalui kendaraan
Hamak roda 2 dan roda 4
3 6,00 10,50 21,50 88,00
Utara Dari Ibukota Desa hanya
dengan jalan kaki
Sumber : Rancangan Kegiatan Penanaman Rehabilitasi Hutan dan Lahan tahun 2019
118
Sumber : Observasi Lapangan, 2019
119
5.3.2.5 Tenaga Kerja
120
sebanyak 575 jiwa. Dengan demikian maka dengan ketersediaan tenaga
kerja di masing-masing wilayah desa ini bisa untuk menunjang kegiatan
pembuatan tanaman rehabilitasi hutan dan lahan
Hingga saat ini di tiga desa tersebut telah terbentuk kelompok tani
baik dibidang pertanian, perkebunan, maupun di bidang kehutanan
sehingga kegiatan pembuatan tanaman reboisasi pada kawasan hutan
Lindung ini nantinya akan mudah dilaksanakan dengan memanfaatkan
kelompok-kelompok tani tersebut.
121
BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN
122
Petak VIII.1
123
Petak VIII.2
124
Petak VIII.3
125
Gambar 5.29 Pemancangan Batas RHL Blok VIII (Petak VIII.3)
Sumber : Observasi Lapangan, 2019
Petak VIII.4
126
127
Gambar 5.30 Pemancangan Batas RHL Blok VIII (Petak VIII.4)
128
Petak VIII.5
129
6.2 Peta Detail Rehabilitasi Hutan dan Lahan Blok VIII
Berikut adalah peta detail rehabilitasi hutan dan lahan Blok VIII dari hasil
GPS dan PUTA/Drone dan pengukuran di lapangan :
130
LAPORAN AKHIR
2019
A. Lokasi Persemaian
Persemaian merupakan tempat atau areal untuk kegiatan
memproses benih atau bagian tanaman lain menjadi bibit siap
ditanam ke lapangan. Benih yang baik apabila diproses dengan
teknik persemaian yang baik akan menghasilkan bibit yang baik
pula tetapi benih yang baik akan menghasilkan bibit yang kurang
baik apabila di proses dengan teknik persemaian yang tidak sesuai.
LAPORAN AKHIR
B. Kebutuhan dan
Komposisi Jenis Tanaman
Ketepatan di dalam penetapan jenis tanaman yang akan
dipilih dan ketepatan pengaturan komposisi jenis akan
berpengaruh besar untuk mendukung keberhasilan kegiatan
pembuatan tanaman rehabilitasi hutan dan lahan dan perbaikan
kondisi lingkungan.
Pemilihan jenis untuk kegiatan pembuatan tanaman
rehabilitasi hutan dan lahan perlu mempertimbangkan
keberadaan jenis-jenis tanaman lokal dan hasil analisis kesesuaian
lahan. Meskipun demikian penyusunan rencana penetapan dan
komposisi jenis akan didasarkan pada prinsip kelogisan dan
tingkat kepraktisan pelaksanaan serta tingkat penguasaan sistim
silvikultur tanaman serta jenis tanaman yang disukai atau diminati
oleh masyarakat setempat.
Dalam pembuatan tanaman rehabilitasi hutan dan lahan
dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahapan, yaitu tahap penanaman dan
pemeliharaan tanaman tahun berjalan (P0), tahap pemeliharaan
tanaman tahun pertama (P1), dan tahap pemeliharaan tanaman
tahun kedua (P2). Dari ketiga tahapan tersebut akan disediakan
bibit tanaman sejumlah 105.000 batang yang terdiri dari:
LAPORAN AKHIR
6.3.2 Penanaman
tahun 2019
Papan nama petak terbuat dari plat seng atau sejenisnya dan
dicat warna dasar hijau dengan tulisan warna putih bertuliskan
LAPORAN AKHIR
nama petak yang dipasang pada petak dimaksud dan dapat pula
dipasang diantara dua petak. Papan nama petak dibuat dengan
ukuran 50 cm x 20 Cm dan diberi tiang dengan ketinggian 200
Cm dan ditanam sedalam 50 Cm. Papan nama petak
menggambarkan identitas petak seperti nomor petak, nomor
blok, jenis dan jumlah tanaman disetiap petak yang ada.
dan lurus. Ajir tanaman akan dipasang disetiap titik atau letak
tanaman dan dibuat dari bambu atau kayu bulat atau sejenisnya
dengan ukuran panjang minimal 100 cm dan diameter minimal 1
cm. Untuk kegiatan pembuatan tanaman rehabilitasi hutan dan
lahan pada Blok VIII seluas 120 ha akan disediakan ajir tanaman
sebanyak 625 batang/Ha.
B. Pelaksanaan Penanaman
Komponen pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pola Tanam
Jarak antar tanaman direncanakan berjarak kurang lebih 4 m x 4
m atau setara dengan 625 batang per ha. Sedangkan pembukaan
dan pembersihan lahan dilakukan dengan penebasan semak dan
penyemprotan. Kegiatan ini sekaligus untuk menentukan arah
larikan. Bentuk kegiatan RHL disesuaikan dengan kondisi lahan,
dimana untuk lahan yang datar sampai landai pola
penanamannya dibuat dengan sistem jalur. Sedangkan untuk
kelerengan yang agak curam sampai sangat curam pola
penanamannya dibuat searah garis kontur.
2. Pembuatan Jalan Inspeksi/Pemeriksaan
Jalan inspeksi atau jalan pemeriksaan disamping berfungsi untuk
mobilisasi bahan dan alat juga difungsikan sebagai jalur sekat
bakar sehingga jalan inspeksi/pemeriksaan dibuat berhubungan
satu sama lain pada masing-masing petak dan dibuat selebar 2
meter serta tanpa pengerasan hal ini dimaksudkan agar
membatasi ruang gerak para masyarakat untuk membuka lahan
di bagian luar lokasi.
LAPORAN AKHIR
BAB 7 KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan