Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN AKHIR

Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

BAB 3 Studi Literatur

Dalam melaksanakan pekerjaan Audit Teknis dan Penyusunan Aknop Bangunan


Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru dibutuhkan beberapa studi literatur sebagai
referensi baik berupa data primer (Inventory) maupun data sekunder (Eksploratory)
adalah sebagai berikut.

3.1 LANDASAN TEORI


Beberapa prasarana bangunan pengendalian banjir untuk keperluan di
sungai termasuk fasilitas pendukungnya antara lain perkuatan lereng, krib,
tanggul, check dam dan groundsill. Kemudian jenis prasarana sungai yang
dioperasikan sebagai bangunan pengatur adalah pintu air, pompa air
ataupun bendung.
Cara penanganan pengendalian banjir selama ini dilakukan dalam
pendekatan secara struktur dan non struktur. Cara ini harus ditinjau
dalam satu sistem pengairan sungai. Secara lebih detail kedua metode ini
ditunjukkan dalam Gambar 3.1.
3.1.1. Pengendalian Banjir Secara Struktur
Adapun cara-cara pengendalian banjir yang dapat dilakukan dalam sistem
pengendalian banjir secara struktur dapat dibagi 2 (dua), yaitu :
3.1.1.1. Bangunan Pengendali Banjir
a. Bendungan (Dam)
Bendungan (Dam) adalah suatu penghalang yang melintang pada suatu
sungai yang berfungsi untuk mengarahkan dan memperlambat arus,
dan juga untuk menciptakan reservoir dan danau. Bendungan
digunakan untuk menampung dan mengelola distribusi aliran sungai.
Pengendalian diarahkan untuk mengatur debit air sungai disebelah hilir
bendungan Gambar 3.2 di bawah ini adalah tipe bendung Gergaji dan
Busur.

1
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Gambar 3.1. Pengendalian Banjir Metode Struktur dan Non-Struktur


(RobertJ.Kodoatie&RoestamSjarief,”PengelolaanBanjirTerpadu”)

2
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Gambar 3.2 Bangunan pengendali banjir tipe bendung Gergaji dan Busur

b. Kolam Retensi (Retention Basin)


Seperti halnya bendungan, kolam penampungan (retentionbasin)
berfungsi untuk menyimpan sementara debit sungai sehingga puncak
banjir dapat dikurangi. Tingkat pengurangan banjir tergantung pada
karakterstik hidrograf banjir, volume kolam dan dinamika beberapa
bangunan outlet. Wilayah yang digunakan untuk kolam penampungan
biasanya di daerah dataran rendah atau rawa. Dengan perencanaan
dan pelaksanaan tata guna lahan yang baik, kolam penampungan
dapat digunakan untuk pertanian. Gambar 3.3 di bawah ini adalah
kolam retensi.

Gambar 3.3 Bangunan pengendali banjir Kolam Retensi

c. Bangunan Penangkap Sedimen (CheckDam)


Check Dam atau disebut juga bendung penahan berfungsi untuk
memperlambat proses sedimentasi dengan mengendalikan gerakan

3
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

sedimen menuju bagian sungai sebelah hilirnya. Check Dam akan


kelihatan manfaatnya jika dibangun dalam jumlah yang banyak dialur
sungai yang sama. Gambar 3.4 di bawah ini adalah bangunan
Checkdam.

Gambar 3.4 Bangunan pengendali banjir Checkdam

d. Groundsill
Groundsill merupakan suatu konstruksi untuk perkuatan dasar sungai
untuk mencegah erosi pada dasar sungai, dengan maksimal drop 2
meter. Groundsill diperlukan karena dengan dibangunnya saluran baru
(ShortCut) maka panjang sungai lebih curam sehingga akan terjadi
degradasi pada waktu yang akan datang. Gambar 3.5 di bawah ini

4
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

adalah bangunan Groundsill.

Gambar 3.5 Bangunan pengendali banjir Groundsill

e. Retarding Basin
Dalam cara ini daerah depresi (daerah cekungan) sangat diperlukan
untuk menampung volume banjir yang datang dari hulu untuk sementara
waktu dan dilepaskan kembali pada waktu banjir surut. Dengan kondisi
lapangan yang sangat menentukan dan berdasarkan survey lapangan,
peta topografi dan foto udara (citra satelit) dapat diidentifikasi lokasi
untuk kolam banjir.
f. Pembuatan Polder
Drainase sistem polder adalah sistem penanganan drainase perkotaan
dengan cara mengisolasi daerah yang dilayani (catchment area)
terhadap masuknya air dari luar sistem berupa limpasan (overflow)
maupun aliran dibawah permukaan tanah (gorong-gorong dan
rembesan), serta mengendalikan ketinggian muka air banjir didalam
sistem sesuai dengan rencana. Komponen drainase sistem polder terdiri
dari pintu air, tanggul, stasiun pompa, kolam retensi, jaringan saluran
drainase, dan saluran kolektor. Gambar 3.6 di bawah ini adalah
bangunan Folder.

5
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Gambar 3.6 Bangunan pengendali banjir Folder


g. Sumur Resapan
Konsep dasar sumur resapan pada hakekatnya adalah memberi
kesempatan dan jalan pada air hujan yang jatuh di atap atau lahan yang
kedap air untuk meresap ke dalam tanah dengan jalan menampung air
tersebut pada suatu sistem resapan.

Gambar 3.7 Bangunan pengendali banjir Sumur Resapan

3.1.1.2. Perbaikan dan Pengaturan Sistem Sungai


a. Sistem Jaringan Sungai
Apabila beberapa sungai yang berbeda baik ukuran maupun sifatnya
mengalir berdampingan dan akhirnya bertemu, maka pada titik
pertemuannya, dasarnya akan berubah dengan sangat intensif. Akibat
perubahan tersebut, maka aliran banjir pada salah satu atau semua
sungai mungkin akan terhalang. Sedangkan jika anak sungai yang

6
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

arusnya deras dan membawa banyak sedimen mengalir ke sungai


utama, maka terjadi pengendapan berbentuk kipas. Sungai utama akan
terdesak oleh anak sungai tersebut. Bentuk pertemuannya akan
cenderung bergeser kearah hulu seperti terlihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Bentuk bentuk pertemuan sungai


Karena itu arus anak sungai dapat merusak tanggul sungai utama di
seberang muara anak sungai atau memberikan pengaruh yang kurang
menguntungkan bagi bangunan sungai yang terdapat disebelah hilir
pertemuan yang tidak deras arusnya. Lebar sungai utama pada
pertemuan dengan anak sungai cenderung untuk bertambah sehingga
sering berbentuk gorong–gorong pasir dan berubah arah arus sungai
seperti terlihat pada Gambar 3b.
b. Perbaikan Sungai (River Improvement)
Sistem perbaikan sungai melalui pengerukan dan pelebaran saluran
adalah bertujuan memperbesar kapasitas tampung sungai dan
memperlancar aliran. Analisa yang harus diperhitungkan adalah analisa
hidrologi, hidraulika dan analisa sedimentasi. Analisa perhitungan perlu
dilakukan dengan cermat mengingat kemungkinan kembalinya sungai
ke bentuk semula sangat besar.
Untuk mengarahkan sungai dan melebarkan penampangnya sering

7
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

terjadi diperlukan pembebasan lahan. Oleh karena itu dalam kajiannya


harus juga memperhitungkan aspek ekonomi (ganti rugi) dan aspek
sosial terutama bagi masyarakat atau stakeholder lainnya yang merasa
dirugikan akibat lahannya berkurang.
c. Perlindungan Tanggul Banjir
Tanggul banjir adalah penghalang yang didesain untuk menahan air
banjir di palung sungai untuk melindungi daerah di sekitarnya. Tanggul
banjir sesuai untuk daerah-daerah dengan memperhatikan faktor-faktor
berikut.
 Dampak tanggul terhadap resim sungai.
 Hidrograf banjir yang lewat.
 Tinggi jagaan dan kapasitas debit sungai pada bangunan-bangunan
sungai misalnya jembatan.
 Ketersediaan bahan bangunan setempat.
 Syarat-syarat teknis dan dampaknya terhadap pengembangan
wilayah.
 Pengaruh limpasan, penambangan, longsoran dan bocoran.
 Pengaruh tanggul terhadap lingkungan.
 Elevasi muka air yang lebih tinggi di alur sungai.
 Lereng tanggul dengan tepi sungai yang relatif stabil.

8
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Gambar 3.9 Bangunan pengendali banjir Tanggul dan kombinasi Sheetpile

d. Sudetan (Shortcut)

9
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Saluran Shortcut adalah saluran yang digunakan untuk mengalihkan


sebagian atau seluruh aliran air banjir dalam rangka mengurangi debit
banjir pada daerah yang dilindungi. Saluran ShortCut dilakukan pada:
1. Alur meander yang kritis (alur tak stabil)
2. Alur meander yang terjadi perlambatan banjir (retention)
Faktor-faktor yang penting sebagai pertimbangan dalam desain saluran
Shortcut adalah sebagai berikut.
 Biaya pelaksanaan yang relatif mahal.
 Kondisi topografi dari rute alur baru.
 Bangunan terjunan mungkin diperlukan di saluran Shortcut untuk
mengontrol kecepatan air dan erosi.
 Kendala - kendala geologi timbul sepanjang alur Shortcut (contoh
membuat saluran yang melewati batuan/ rock).
 Penyediaan air dengan program pengembangan daerah sekitar
sungai.
 Kebutuhan air harus tercukupi sepanjang aliran sungai di bagian hilir
dari lokasi percabangan.
 Pembagian air akan berpengaruh pada sifat alami daerah hilir mulai
dari lokasi percabangan Shortcut.

Gambar 3.10 Pengendali banjir Sudetan (shortcut)

e. Saluran Banjir (Floodway)

10
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Berfungsi untuk mengalirkan sebagian debit banjir kesaluran banjir


(floodway), sehubungan kapasitas pengaliran alur lama yang terbatas.
Faktor yang diperhatikan dalam merencanakan floodway adalah:
 Perbaikan sungai alur lama terbatas, dimana Q kapasitas << Q banjir
rencana
 Memungkinkan untuk dibuat floodway, dengan kondisi sebagai
berikut:
a. Terdapat sungai alam untuk floodway
b. Dampak negatif sosial-ekonomi kecil
c. Tidak ada masalah dalam pembebasan l ahan
d. Head/ energy yang tersedia (floodway) besar
f. Pengendalian Sedimen
Mencegah terjadinya proses sedimentasi adalah suatu hal yang tidak
mungkin dapat dilakukan, karena sedimentasi adalah suatu proses
gejala alam yang sangat kompleks di atas permukaan bumi ini. Akan
tetapi intensitas proses sedimentasi tersebut secara teknis dapat
diperlambat mencapai tingkat yang tidak membahayakan, yaitu tingkat
sedimentasi yang seimbang dengan kemampuan daya angkut aliran
sungai secara fluvial dan dapat dihindarkan gerakan sedimen secara
massa. Guna memperoleh cara-cara untuk memperlambat proses
sedimentasi tersebut, diperlukan data mengenai tipe sedimen yang
dihasilkan dengan cara terangkutnya, lokasinya, volume, intensitas
evolusi dasar sungainya, hujan, debit sungai, sebab-sebab bencana
yang pernah terjadi, kondisi terrain, dan lain-lain. Usaha untuk
memperlambat proses sedimen ini antara lain dengan mengadakan
pekerjaan teknik sipil untuk mengendalikan gerakannya menuju bagian
sungai di sebelah hilirnya. Adapun pekerjaannya adalah berupa
pembangunan bendung penahan (Check Dam), kantong lahar, bendng
pengatur, bending konsolidasi, serta pekerjaan perbaikan sungai alur
sungai (Channel work) dan pekerjaan pengendalian erosi di lereng-
lereng pegunungan (Hill side work).
g. Perbaikan Muara

11
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Di dekat muara air menjadi tidak deras dan intensitas pengendapan


sangat meningkat, lebih - lebih dengan adanya air asin di muara
tersebut dan terjadilah pengendapan dalam volume yang sangat besar.
Dataran yang terjadi di muara sungai, bentuknya sangat berbeda satu
dengan yang lainnya, tergantung dari keadaan sungai dan laut/danau
tempat bermuaranya sungai-sungai tersebut, dan tergantung dari tingkat
kadar sedimen berbutir halus yang terdapat di dalam air sungai. Apabila
volume sedimen yang hanyut besar jumlahnya sedang, laut/danaunya
dan gelombangnya tidak besar atau arusnya tidak deras, maka akan
terbentuk delta. Proses pembentukan delta ini berlangsung dalam waktu
yang lama, bahkan mungkin bertahun-tahun. Untuk mencegah
sedimentasi tersebut dapat digunakan konstruksi jetty pada mulut
muara.

3.1.2. PENGENDALIAN BANJIR SECARA NON STRUKTUR


Metode non struktur adalah metode pengendalian banjir tidak menggunakan
bangunan teknis pengendalian banjir. Pengendalian banjir dengan tidak
menggunakan bangunan pengendali akan memberikan pengaruh cukup
baik terhadap resim sungai. Apabila dari awal penyebab banjir dapat
diminimalkan, maka biaya konstruksi dan perbaikan akan jauh lebih murah.
(RobertJ.Kodoatie,”PSDA Terpadu”). Adapun cara-cara pengendalian banjir
yang dapat dilakukan dalam sistem pengendalian banjir secara non struktur
dapat berupa :
a. Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS berhubungan erat dengan peraturan, perencanaan,
pelaksanaan dan pelatihan. Kegiatan pengelolaan lahan dimaksudkan
untuk menghemat dan menyimpan air dan konservasi tanah.
Pengelolaan DAS mencakup aktifitas - aktifitas berikut ini:
 Pemeliharaan vegetasi dibagian hulu DAS.
 Penanaman vegetasi untuk mengendalikan kecepatan aliran air dan
erosi tanah.
 Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi tahan air

12
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

yang tepat, sepanjang tanggul drainase, saluran-saluran dan daerah


lain untuk pengendalian aliran yang berlebihan atau erosi tanah.
 Pengaturan kontur dan cara-cara pengolahan lahan.
b. Pengaturan Tata Guna Lahan
Pengaturan tata guna tanah di daerah aliran sungai, ditujukan untuk
mengatur penggunaan lahan, sesuai dengan rencana pola tata ruang
wilayah yang ada. Hal ini untuk menghindari penggunaan lahan yang
tidak terkendali, sehingga mengakibatkan kerusakan daerah aliran
sungai yang merupakan daerah tadah hujan. Pada dasarnya
pengaturan penggunaan lahan di daerah aliran sungai dimaksudkan
untuk:
 Untuk memperbaiki kondisi hidrologis DAS, sehingga tidak
menimbulkan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim
kemarau.
 Untuk menekan laju erosi daerah aliran sungai yang berlebihan,
sehingga dapat menekan laju sedimentasi pada alur sungai dibagian
hilir.
c. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi
Sedimen di suatu potongan melintang sungai merupakan hasil erosi di
daerah aliran di hulu potongan tersebut dan sedimen tersebut terbawa
oleh aliran dari tempat erosi terjadi menuju penampang melintang itu.
Oleh karena itu kajian pengendalian erosi dan sedimen juga
berdasarkan kedua hal tersebut diatas, yaitu berdasarkan kajian
supplylimited dari DAS atau kapasitas transport dari sungai.
d. Pengembangan Daerah Banjir
Ada 4 strategi dasar untuk pengembangan daerah banjir yang meliputi:
 Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir (penentuan zona atau
pengaturan tata guna lahan).
 Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk dijaga kelestariannya
seperti penghijauan.
 Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknik mitigasi
seperti asuransi, penghindaran banjir (floodproofing).

13
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

 Modifikasi banjir yang terjadi (pengurangan) dengan bangunan


pengontrol (waduk) atau perbaikan sungai
(RobertJ.Kodoatie,”PSDATerpadu”)
e. Pengaturan Daerah Banjir
Pada kegiatan ini dapat meliputi seluruh kegiatan dalam perencanaan
dan tindakan yang diperlukan untuk menentukan kegiatan,
implementasi, revisi perbaikan rencana, pelaksanaan dan pengawasan
secara keseluruhan aktivitas didaerah dataran banjir yang diharapkan
berguna dan bermanfaat untuk masyarakat di daerah tersebut, dalam
rangka menekan kerugian akibat banjir. Manajemen daerah dataran
banjir pada dasarnya ada 2 tujuan:
 Meminimumkan korban jiwa, kerugian maupun kesulitan yang
diakibatkan oleh banjir yangakan terjadi.
 Merupakan suatu usaha untuk mengoptimalkan penggunaan lahan di
daerah dataran banjir dimasa mendatang, yaitu memperhatikan
keuntungan individu ataupun masyarakat sehubungan dengan biaya
yang dikeluarkan.
f. Penanganan Kondisi Darurat
Kondisi darurat merupakan keadaan pada saat awal terjadinya bencana
yang terjadi secara tiba–tiba, tanpa persiapan, dan terjadi dalam
keadaan sangat genting. Pada kondisi ini, perlu dilakukan respon dan
pertolongan secara cepat, terpadu, dan terprogram, demi mengurangi
dampak bencana yang terjadi.
g. Peringatan Bahaya Banjir
Dalam bentuk yang sederhana, sistem peringatan dini tentang banjir
dapat dirakit dengan menghubungkan:
 Alat ukur curah hujan otomatis (automatic raingauge).
 Alat duga muka air sungai otomatis (automatic water level recorder/
AWLR) di bagian hulu.
 Alat duga muka air sungai otomatis (automatic water level recorder/
AWLR) di bagian hilir yang representative dengan pusat kendali
komputer yang dipantau oleh beberapa operator secara terus-

14
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

menerus.
h. Pengendalian Daerah Bantaran
Secara hukum ada peraturan sungai yang melarang penduduk tinggal di
bantaran sungai. Namun karena perkembangan penduduk meningkat
kecenderungan untuk tinggal di bantaran meningkat. Oleh karena itu
pemanfaatan di daerah bantaran sungai perlu adanya pengaturan yang
baik dan pengawasan secara terpadu. Hal ini untuk menghindari adanya
permasalahan banjir dan kerugian banjir yang lebih besar.
i. Asuransi
Untuk meminimalisir kerugian akibat bencana banjir, maka disarankan
agar setiap orang atau badan instansi mengasuransikan asset berharga
yang memiliki nilai tinggi dan fungsi yang vital. Dengan adanya asuransi
maka pemilik bisa mengklaim sejumlah uang pengganti, sehingga
kerugian atas rusaknya/hilangnya barang dapat ditekan.
j. Law Enforcement
Salah satu hal yang sangat penting dalam pengelolaan bencana adalah
penegakkan hukum (lawenforcement). Peraturan-perundangan telah
banyak diterbitkan. Namun pada implementasi, sering peraturan
dilanggar. Pelanggaran tidak diikuti dengan sanksi maupun hukuman
yang tegas, walaupun sudah dinyatakan eksplisit dalam aturan.
Pengawasan oleh pihak berwenang (lebih dominan dari Pemerintah)
tidak dilakukan.

3.2 LANDASAN HUKUM


Adapun landasan hukum yang dapat dijadikan dasar dalam Penyusunan
AKNOP Bangunan Pengendalian Banjir di Kota Pekanbaru yaitu :
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan,
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air,
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air,

15
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang


Sungai,
 Peraturan Menteri Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis
Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau,
Gambar 3.11. dan Gambar 3.12. berikut ini adalah penetapan garis sempadan
sungai baik yang bertanggul maupun sungai tidak bertanggul.

Gambar 3.11 Sempadan Sungai Bertanggul

16
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Gambar 3.12 Sempadan Sungai Tidak Bertanggul

Tabel 3.1 Penjelasan bab/pasal terkait tentang Pengendalian Banjir

Bab /
Tentang Ayat Tentang Poin/Huruf Bunyi
Pasal
Sumber : PP No. 26 Tahun 2008, TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
a. daratan sepanjang tepian sungai
bertanggul dengan lebar paling
sedikit 5 (lima) meter dari kaki
tanggul sebelah luar;
b. daratan sepanjang tepian sungai
besar tidak bertanggul di luar
Kriteria kawasan permukiman dengan
lebar paling sedikit 100 (seratus)
Kawasan Sempadan
56 2 a, b, c meter dari tepi sungai;
Lindung Sungai c. daratan sepanjang tepian anak
Nasional sungai tidak bertanggul di luar
kawasan permukiman dengan
lebar paling sedikit 50 (lima
puluh) meter dari tepi sungai.

a. pemanfaatan ruang untuk ruang


terbuka hijau;
b. ketentuan pelarangan pendirian
Peraturan bangunan kecuali bangunan
Indikasi Arahan
zonasi untuk yang dimaksudkan untuk
Peraturan pengelolaan badan air dan/atau
sempadan
Zonasi pemanfaatan air;
100 2 sungai dan a, b, c, d c. pendirian bangunan dibatasi
Kawasan
kawasan hanya untuk menunjang fungsi
Lindung
sekitar taman rekreasi; dan
Nasional d. penetapan lebar sempadan
danau/waduk
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Sumber : PP No. 38 Tahun 2011 TENTANG SUNGAI

I/1 Ketentuan Sungai adalah alur atau wadah air


Umum alami dan/atau buatan berupa
jaringan pengaliran air beserta air
1 Sungai - di dalamnya, mulai dari hulu
sampai muara, dengan dibatasi
kanan dan kiri oleh garis
sempadan

9 Garis - Garis sempadan adalah garis

17
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Bab /
Tentang Ayat Tentang Poin/Huruf Bunyi
Pasal

maya di kiri dan kanan palung


sempadan
sungai yang ditetapkan sebagai
sungai
batas perlindungan sungai.

Sungai terdiri atas :


1 - - a. Palung sungai
b. Sempadan Sungai

Palung sungai dan sempadan


sungai sebagaimana dimaksud
2 - -
pada ayat (1) membentuk ruang
sungai.
II/5 Ruang Sungai
Sempadan sungai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b
Fungsi berfungsi sebagai ruang
5 sempadan - penyangga antara ekosistem
sungai sungai dan daratan, agar fungsi
sungai dan kegiatan manusia tidak
saling terganggu.

Dalam hal di dalam sempadan


sungai terdapat tanggul untuk
Sempadan mengendalikan banjir, ruang antara
II/7 Ruang Sungai - -
sungai tepi palung sungai dan tepi dalam
kaki tanggul merupakan bantaran
sungai.

II/8 Ruang Sungai Sempadan sungai sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
huruf b meliputi ruang di kiri dan
kanan palung sungai di antara
Sempadan
1 - garis sempadan dan tepi palung
sungai
sungai untuk sungai tidak
bertanggul, atau di antara garis
sempadan dan tepi luar kaki
tanggul untuk sungai bertanggul

2 Garis - Garis sempadan sebagaimana


sempadan dimaksud pada ayat (1) ditentukan
sungai pada :
a. Sungai tidak bertanggul di
dalam kawasan perkotaan;
b. Sungai tidak bertanggul di luar

18
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Bab /
Tentang Ayat Tentang Poin/Huruf Bunyi
Pasal
kawasan perkotaan;
c. Sungai bertanggul di dalam
kawasan perkotaan;
d. Sungai bertanggul di luar
kawasan perkotaan;
e. Sungai yang terpengaruh
pasang air laut;
f. Danau paparan banjir; dan
g. Mata air.

Garis sempadan pada sungai tidak


bertanggul di dalam kawasan
perkotaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a
ditentunkan :
a. Paling sedikit berjarak 10 m
(sepuluh meter) dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang
Garis
alur sungai, dalam hal
sempadan kedalaman sungai kurang dari
sungai tidak atau sama dengan 3 m (tiga
II/9 Ruang Sungai - bertanggul di - meter);
b. Paling sedikit berjarak 15 m
dalam (lima belas meter) dari tepi kiri
kawasan dan kanan palung sungai
perkotaan sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai lebih dari 3 m
(tiga meter) sampai dengan 20
m (dua puluh meter); dan
c. Paling sedikit berjarak 30 m (tiga
puluh meter) dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang
alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai lebih dari 20
m (dua puluh meter).

II/10 Ruang Sungai Sungai tidak bertanggul di luar


kawasan perkotaan sebagaimana
Garis dimaksud dalam pasal 8 ayat (2)
sempadan huruf b terdiri atas :
sungai tidak a. Sungai besar dengan luas DAS
1 -
bertanggul di lebih besar dari 500 km2 (lima
ratus kilometer persegi); dan
luar kawasan
b. Sungai kecil dengan luas DAS
perkotaan kurang dari atau sama dengan
500 km2 (lima ratus kilometer
persegi).

2 Garis - Garis sempadan sungai besar tidak


sempadan bertanggul di luar kawasan
sungai besar perkotaan sebagaimana dimaksud

19
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Bab /
Tentang Ayat Tentang Poin/Huruf Bunyi
Pasal

pada ayat (1) huruf a ditentukan


tidak
paling sedikit berjarak 100 m
bertanggul di
(seratus meter) dari tepi kiri dan
luar kawasan
kanan palung sungai sepanjang
perkotaan
alur sungai.

Garis sempadan sungai kecil tidak


Garis
bertanggul di luar kawasan
sempadan
perkotaan sebagaimana dimaksud
sungai kecil
pada ayat (1) huruf a ditentukan
3 tidak -
paling sedikit berjarak 50 m (lima
bertanggul di
puluh meter) dari tepi kiri dan
luar kawasan
kanan palung sungai sepanjang
perkotaan
alur sungai.

Garis Garis sempadan sungai bertanggul


sempadan di dalam kawasan perkotaan
sungai sebagaimana dimaksud dalam
II/11 Ruang Sungai - bertanggul di - Pasal 8 ayat (2) huruf c ditentukan
dalam paling sedikit berjarak 3 m (tiga
kawasan meter) dari tepi luar kaki tanggul
perkotaan sepanjang alur sungai.

Garis sempadan sungai bertanggul


Garis
di luar kawasan perkotaan
sempadan
sebagaimana dimaksud dalam
sungai
II/12 Ruang Sungai - - Pasal 8 ayat (2) huruf d ditentukan
bertanggul di
paling sedikit berjarak 5 m (lima
luar kawasan
meter) dari tepi luar kaki tanggul
perkotaan
sepanjang alur sungai.

II/16 Ruang Sungai Garis sempadan sebagaimana


dimaksud dalam pasal 8 ditetapkan
Penetapan
oleh menteri, gubernur, atau
1 garis -
bupati/walikota sesuai dengan
sempadan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2 Penetapan - Penetapan garis sempadan


garis sebagaimana dimaksud pada ayat
sempadan (1) dilakukan berdasarkan kajian
penetapan garis sempadan.

20
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Bab /
Tentang Ayat Tentang Poin/Huruf Bunyi
Pasal

Dalam penetapan garis sempadan


harus mempertimbangkan
karakteristik geomorfologi sungai,
Penetapan kondisi sosial budaya masyarakat
3 garis - setempat, serta memperhatikan
sempadan jalan akses bagi peralatan, bahan,
dan sumber daya manusia untuk
melakukan kegiatan operasi dan
pemeliharaan sungai.

Kajian penetapan garis sempadan


sebagaimana dimaksud pada ayat
Penetapan (2)memuat paling sedikit mengenai
4 garis - batas ruas sungai yang ditetapkan,
sempadan letak garis sempadan, serta rincian
jumlah dan jenis bangunan yang
terdapat di dalam sempadan.

Kajian penetapan garis sempadan


sebagaimana dimaksud pada ayat
Penetapan
(4) dilakukan oleh tim yang
5 garis -
dibentuk oleh menteri, gubernur,
sempadan
atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya.

Tim kajian penetapan garis


Penetapan sempadan sebagaimana dimaksud
6 garis - pada ayat (5) beranggotakan wakil
sempadan dari instansi teknis dan unsur
masyarakat.

Dalam hal hasil kajian


sebagaimana dimaksud dalam
pasal 16 ayat (2) menunjukkan
Penetapan terdapat bangunan dalam
II/17 Ruang Sungai 1 garis - sempadan sungai maka bangunan
sempadan tersebut dinyatakan dalam status
quo dan secara bertahap harus
ditertibkan untuk mengembalikan
fungsi sempadan sungai.

Sumber : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 63/PRT/1993 TENTANG GARIS

21
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Bab /
Tentang Ayat Tentang Poin/Huruf Bunyi
Pasal

SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN


BEKAS SUNGAI

Sungai adalah tempat-tempat dan


wadah-wadah serta jaringan
pengairan air mulai dari mata air
Pengertian
9 - sampai muara dengan dibatasi
sungai
kanan dan kirinya sepanjang
pengalirannya oleh garis
sempadan.
Ketentuan
Umum/Bagian Pengertian
I/1 Garis sempadan sungai adalh garis
pertama- 10 garis -
batas luar pengamanan luar.
Pengertian sempadan

Daerah sempadan adalah kawasan


sepanjang kiri kanan sungai
Pengertian
termasuk sungai buatan yang
11 daerah -
mempunyai manfaat penting untuk
sempadan
mempertahankan kelestarian
fungsi sungai.

Ketentuan
Umum/Bagian
Lingkup Penetapan garis sempadan sungai
I/2 kedua - - a
pengaturan termasuk danau dan waduk.
Lingkup
pengaturan

II/3 GARIS Penetapan garis sempadan sungai


SEMPADAN dimaksudkan sebagai upaya agar
DAN kegiatan perlindungan,
SUNGAI/Bagia penggunaan dan pengendalian
n Pertama - atas sumber daya yang ada pada
Maksud dan sungai termasuk danau dan waduk
Maksud dan
Tujuan 1 - dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan
tujuannya.

a. Agar fungsi sungai termasuk


2 Penetapan a, b, c danau dan waduk tidak

22
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Bab /
Tentang Ayat Tentang Poin/Huruf Bunyi
Pasal
terganggu oleh aktifitas yang
berkembang disekitarnya.
b. Agar kegiatan pemanfaatan dan
upaya peningkatan nilai manfaat
garis sumber daya yang ada di sungai
sempadan dapat membrikan hasil secara
sungai optimal sekaligus menjaga
kelestarian fungsi sungai.
bertujuan :
c. Agar daya rusak air terhadap
sungai dan lingkungannya dapat
dibatasi.
a. Untuk sungai-sungai yang
II/4 GARIS menjadi kewenangan Menteri,
batas garis sempadan sungai
SEMPADAN
ditetapkan dengan Peraturan
DAN Menteri berdasarkan usulan dari
SUNGAI/Bagia Direktur Jenderal.
Penetapan b. Untuk sungai-sungai yang
n Kedua - Tata
garis dilimpahkan kewenangannya
Cara kepada Pemerintah Daerah,
sempadan
Penetapan batas garis sempadan sungai
sungai yang ditetapkan dengan Peraturan
1 dilakukan a, b, c Daerah berdasarkan usulan dari
dengan Dinas.
c. Untuk sungai-sungai yang
ketentuan dilimpahkan kewenangan
sebagai pengelolaannya kepada Badan
berikut : Hukum tertentu, batas garis
sempadan sungai ditetapkan
dengan Peraturan Menteri
berdasarkan usulan dari Badan
Hukum tertentu yang
bersangkutan.
a. Melakukan survai.
Pelaksanaan b. Menetukan dimensi penampang
sungai berdasarkan rencana
ketentuan
pembinaan sungai yang
sebagaimana bersangkutan dari hasil survai
dimaksud sebagaimana dimaksud dalam
dalam ayat butir a., bagi sungai-sungai yang
tidak jelas tepinya.
2 (1) dilakukan a, b, c c. Penetapan batas garis
melalui sempadan sungai dimaksud
kegiatan- dalam butir b berdasarkan
criteria sebagaimana dimaksud
kegiatan dalam pasal 7 sampai dengan
sebagai pasal 10.
berikut :

3 Tata cara - Garis sempadan sungai yang telah


penetapan ditetapkan dinyatakan masih tetap
berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan

23
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Bab /
Tentang Ayat Tentang Poin/Huruf Bunyi
Pasal

Menteri ini.

4 Tata cara - Penetapan garis sempadan sungai


penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) apabila dipandang perlu dapat
disempurnakan setiap lima tahun.
a. Sungai bertanggul di luar
GARIS Kriteria kawasan perkotaan.
b. Sungai bertanggul di dalam
SEMPADAN penetapan
kawasan perkotaan.
DAN garis c. Sungai tidak bertanggul di luar
II/5 - a, b, c, d
SUNGAI/Bagia sempadan kawasan perkotaan.
n Ketiga – sungai terdiri d. Sungai tidak bertanggul di dalam
kawasan perkotaan.
Kriteria dari :
a. Garis sempadan sungai
bertanggul di luar kawasan
Garis perkotaan ditetapkan sekurang-
kurangnya 5 (lima meter di
sempadan
sebelah luar sepanjang kaki
sungai tanggul.
1 bertanggul a,b b. Garis sempadan sungai
diteptapkan bertanggul di dalam kawasan
perkotaan ditetapkan sekurang-
sebagai kurangnya 3 (tiga) meter di
berikut: sebelah luar sepanjang kaki
tanggul.

GARIS Dengan pertimbangan untuk


SEMPADAN peningkatan fungsinya, tanggul
DAN sebagaimana dimaksud dalam ayat
II/6
SUNGAI/Bagia 2 Kriteria - (1) dapat diperkuat, diperlebar dan
n Ketiga – ditinggikan, yang dapat berakibat
Kriteria bergesernya letak garis sempadan
sungai.

Kecuali lahan yang berstatus tanah


negara, maka lahan yang
diperlukan untuk tapak tanggul
3 Kriteria - baru sebagai akibat
dilaksanakannya ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) harus dibebaskan.
a. Sungai besar yaitu sungai yang
II/7 GARIS 1 Penetapan a,b mempunyai daerah pengaliran
sungai seluas 500 (lima ratus)
SEMPADAN garis
Km2 atau lebih.
DAN sempadan b. Sungai kecil yaitu sungai yang

24
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Bab /
Tentang Ayat Tentang Poin/Huruf Bunyi
Pasal
mempunyai daerah pengaliran
sungai tak sungai seluas kurang dari 500
(lima ratus) Km2.
bertanggul di
luar kawasan
perkotaan

Penatapan garis sempadan sungai


tidak bertanggul di luar kawasan
perkotaan pada sungai besar
2 Kriteria - dilakukan ruas per ruas dengan
mempertimbangkan luas daerah
SUNGAI/Bagia
pengaliran sungai pada ruas yang
n Ketiga –
bersangkutan.
Kriteria
Garis sempadan sungai tidak
bertanggul di luar kawasan
perkotaan pada sungai besar
ditetapkan sedangkan pada sungai
3 Kriteria - kecil sekurang-kurangnya 100
(seratus) m, sedangkan pada
sungai sekurang-kurangnya 50
lima puluh m dihitung dari tepi
sungai pada waktu ditetapkan.
a. Sungai yang mempunyai
kedalaman tidak lebih dari 3
(tiga) meter, garis sempadan
ditetapkan sekurang-kurangnya
10 (sepuluh) meter dihitung dari
Penetapan tepi sungai pada waktu
ditetapkan.
garis
b. Sungai yang mempunyai
GARIS sempadan kedalaman tidak lebih dari 3
SEMPADAN sungai tak (tiga) meter sampai dengan 20
(dua puluh) meter, garis
DAN bertanggul di
II/8 - a, b, c sempadan dan ditetapkan
SUNGAI/Bagia dalam sekurang-kurangnya 15 (lima
n Ketiga – kawasan belas) meter dari tepi sungai
Kriteria perkotaan pada waktu ditetapkan.
c. Sungai yang mempunyai
didasarkan kedalaman meksimum lebih dari
pada kriteria : 20 (dua puluh) meter, garis
sempadan ditetapkan sekurang-
kurangnya 30 (tiga puluh) meter
dihitung dari tepi sungai pada
waktu yang ditetapkan.

II/9 GARIS 1 Kriteria - Garis sempadan sungai tidak


SEMPADAN bertanggul yamg berbatasan

25
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Bab /
Tentang Ayat Tentang Poin/Huruf Bunyi
Pasal

dengan jalan adalah tepi bahu


jalan yang bersangkutan, dengan
ketentuan kontruksi dan
penggunaan jalan harus menjamin
bagi kelestarian dan keamanan
DAN sungai serta bangunan sungai.
SUNGAI/Bagia
n Ketiga – Dalam hal ketentuan sebagaimana
Kriteria dimaksud dalam ayat (1) tidak
terpenuhi, maka segala perbaikan
2 Kriteria - atas kerusakan yang timbul pada
sungai dan bangunan sungai
menjadi tanggung jawab pengelola
jalan.
a. Untuk danau dan waduk, garis
Penetapan sempadan ditetapkan sekurang-
kurangnya 50 (lima puluh) meter
garis
dari titik pasang tertinggi kearah
sempadan darat.
danau, b. Untuk mata air, garis sempadan
waduk, mata ditetapkan sekurang-kurangnya
200 (dua ratus) meter disekitar
air dan sungai mata air.
yang c. Untuk sungai yang terpengaruh
terpengaruh pasang surut air laut, garis
sempadan ditetapkan sekurang-
pasang surut kurangnya 100 (seratus) meter
air laut dari tepi sungai dan berfungsi
GARIS
mengikuti sebagai jalur hijau.
SEMPADAN
kriteria yang
DAN
II/10 - telah a, b, c
SUNGAI/Bagia
ditetapkan
n Ketiga –
dalam
Kriteria
keputusan
Presiden R.I.
Nomor : 32
Tahun 1990
tentang
Pengelolaan
Kawasan
Lindung,
sebagai
berikut :
a. Untuk budidaya pertanian
II/11 GARIS 1 Pemanfaatan a, b, c, d, dengan jenis tanaman yang

26
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Bab /
Tentang Ayat Tentang Poin/Huruf Bunyi
Pasal
diijinkan.
b. Untuk kegiatan niaga,
penggalian dan penimbunan.
c. Untuk pemasangan papan
reklame, papan penyuluhan dan
lahan di peringatan, serta rambu-rambu
daerah pekerjaan.
sempadan d. Untuk pemasangan rentangan
kabel listrik, kabel telepon dan
dapat pipa air minum
dilakukan e. Untuk pemancangan tiang atau
oleh pondasi prasarana
jalan/jembatan baik umum
masyarakat e, f, g maupun kereta api.
untuk f. Untuk penyelenggaraan
kegiatan- kegiatan-kegiatan yang bersifat
social dan masyarakat yang
kegiatan
tidak menimbulkan dampak
tertentu merugikan bagi kelestarian dan
SEMPADAN sebagai keamanan fungsi serta fisik
berikut : sungai.
DAN g. Untuk pembangunan prasarana
SUNGAI/Bagia lalu intas air dan bangunan
n Keempat - pengambilan dan pembuangan
air.
Pemanfaatan
daerah Pelaksanaan ketentuan
sempadan sebagaimana dimaksud dalam ayat
Pemanfaatan (1), harus memperoleh izin terlebih
2 daerah - dahulu dari pejabat yang
sempadan berwenang atau pejabat yang
ditunjuk olehnya, serta syarat-
syarat yang ditentukan.

Pejabat yang berwenang dapat


menetapkan suatu ruas di daerah
sempadan untuk membangun jalan
Pemanfaatan
inspeksi dan/atau bangunan sungai
3 daerah -
yang diperlukan, dengan ketentuan
sempadan
lahan milik perorangan yang
diperlukan diselesaikan melaui
pebebasan tanah.
a. Membuang sampah, limbah
II/12 GARIS - Pada daerah a, b padat dan atau cair.
b. Mendirikan bangunan permanen
SEMPADAN sempadan
untuk hunian dan tempat usaha.
DAN dilarang :
SUNGAI/Bagia
n Keempat -

27
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Bab /
Tentang Ayat Tentang Poin/Huruf Bunyi
Pasal

Pemanfaatan
daerah
sempadan

Sumber : PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG


RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Dalam
Peraturan
Ketentuan Daerah ini Garis Sempadan Sungai adalah
I/1 16 -
Umum yang garis batas luar pengaman sungai;
dimaksud
dengan:
a. Garis Sempadan Sungai yang
V/19 KETENTUAN 1 Garis a, b, c, d terpengaruh pasang surut air
laut ditetapkan 100 (seratus)
TEKNIS Sempadan
meter dari tepi lajur pengaman
BANGUNAN/ Sungai: Sungai dan berfungsi sebagai
Bagian Kesatu jalur hijau.
- Peruntukan b. Garis Sempadan Danau dan
Waduk ditetapkan 50 (lima
dan Intensitas puluh) meter dari titik pasang
Bangunan/ tertinggi ke arah darat.
Paragraf 8 - c. Garis Sempadan Sungai tidak
bertanggul:
Garis 1. sungai yang mempunyai
Sempadan kedalaman tidak lebih dari 3
Sungai (tiga) meter ditetapkan 10
(sepuluh) meter, dihitung
dari tepi lajur pengaman
sungai pada waktu
ditetapkan;
2. sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 3
(tiga) meter sampai dengan
20 (dua puluh) meter
ditetapkan 15 (lima belas)
meter dihitung dari tepi lajur
pengaman sungai pada
waktu ditetapkan;
3. sungai yang mempunyai
kedalaman lebih dari 20
(dua puluh) meter
ditetapkan 30 (tiga puluh)
meter dihitung dari tepi lajur
pengaman sungai pada
waktu ditetapkan.
d. Garis Sempadan Sungai
bertanggul ditetapkan dengan
batas lebar 5 (lima) meter,

28
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Bab /
Tentang Ayat Tentang Poin/Huruf Bunyi
Pasal
dihitung dari tepi lajur
pengaman sungai.

Garis Garis sempadan sungai dapat


2 Sempadan - dipakai dengan petunjuk Instansi
Sungai: yang terkait.

3.3 KAJIAN STUDI TERDAHULU


Berdasarkan study terdahulu tentang Pengendalian Banjir di Kota
pekanbaru, maka setelah dilakukan pengumpulan data sekunder diperoleh
beberapa kajian tentang Pengendalian Banjir di Kota Pekanbaru yaitu :

3.3.1. Perencanaan Pengendalian Banjir Sungai Siak Sektor IV Kota


Pekanbaru
Pada pekerjaan Perencanaan Pengendalian Banjir Sungai Siak Sektor IV
Kota Pekanbaru yang telah dikerjakan oleh PT. Jasapatria Gunatama tahun
anggaran 2006, bertujuan membuat tanggul banjir dan stasiun poma banjir.
Hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut dapat disimpulkan yaitu :
- Debit banjir rencana sungai Siak Q15 tahun = 2400 m3/dt
- Tanggul banjir dari jembatan Siak 1 s/d S. Rumbai = 7.00 km
- Elevasi mercu tanggul = +6.0 s/d +8.5 MSL
- Stasiun pompa banjir di Parit Yos Sudarso = 3 x 2.0 m3/dt
- Stasiun pompa banjir di Sungai Belanda = 3 x 2.0 m3/dt

3.3.2. Detail Desain Prasarana Pengendalian Banjir Sei Siak (Pompa Banjir) di
Witayu Kota Pekanbaru
Pada pekerjaan Detail Desain Prasarana Pengendalian Banjir Sei Siak
(Pompa Banjir) di Witayu Kota Pekanbaru yang dikerjakan oleh PT.
Binatama Wirawredha Konsultan tahun 2014 bertujuan agar daerah
perumahan Witayu yang berada di Sektor III dalam system pengendalian
banjir sungai Siak di kota Pekanbaru aman dari bahaya banjir dengan

29
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

mengalirkan air secara gravitasi dari perumahan Witayu ke kolam retensi


selanjutnya dari kolam retensi dipompa ke sungai Umbansari. Dari hasil
pekerjaan Detail Desian tersebut dapat disimpulkan bahwa ;
- Debit banjir rencana Q10 tahun S. Umban = 40.36 m3/dt
- Kebutuhan kolam tampungan = 2 x 104 m3/dt
- Kapasitas pompa = 3 x 2.0 m3/dt

3.3.3. Detail Desain Prasarana Pengendalian Banjir Sei Siak (Pompa Banjir) di
Parit Belanda Kota Pekanbaru
Pada pekerjaan Detail Desain Prasarana Pengendalian Banjir Sei Siak
(Pompa Banjir) di Parit Belanda Kota Pekanbaru yang dikerjakan oleh PT.
Nadiputra Pratama tahun 2014 bertujuan agar pompa banjir di Parit Belanda
dapat berfungsi secara optimal karena adanya aliran air dibawah pondasi
bangunan sehingga :
1. Membuat pondasi tambahan (additional foundation) untuk
menghentikan/menahan deformasi.
2. Manata ulang (setting) tumpuan (bearing) dan ulir (auger) pompa.
3. Membuat dinding penghalang dengan bangunan concrete sheet pile atau
steel sheet pile untuk menghentikan/mengalihkan rembesan air dibawah
pondasi bangunan.
4. Rongga antara permukaan tanah dan bangunan diisi dengan tanah
pilihan dan grouting beton.

3.3.4. SID Secara Menyeluruh Pengendalian Banjir Sungai Siak di Kota


Pekanbaru
Pada pekerjaan SID Pengendalian Banjir Sungai Siak di Kota Pekanbaru
yang telah dikerjakan oleh PT. Mitraplan Inviratama tahun anggaran 2015,
bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab banjir, membuat karakteristik
aliran air, mengatasi masalah banjir secara teknis dari luapan sungai karena
muka air banjir dan pengaruh lainnya terhadap jangka menengah dan
jangka panjang, serta menyusun alternatif-alternatif detail desain rekayasa
pengendalian banjir dalam meminimalkan kerugian yang berakibat

30
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

terganggunya fasilitas umum, kegiatan sosial ekonomi dan pemukiman


penduduk.Kejadian banjir Sungai Siak di Kota Pekanbaru
Hasil dari pekerjaan SID tersebut dapat disimpulkan Elv. Mukaadalah
Air Banjir
sebagai berikut.
No. Tahun Bulan
- Tanggul banjir dari sektor I sampai sektor IV = 18.976 (m) km

- Tinggi mercu1 tanggul 1985 Oktober + 4.60


= +2.0 s/d +3.0 meter
2 1988 Maret + 4.40
- Stasiun pompa banjir = 7 Unit Pompa
3 1994 Nopember + 3.80
- Pintu Air/Klep = 14 Unit Pintu
4 2003 Desember + 3.80
- Revetment/Turap
5 2004 Desember =
2.717 km
+ 3.12
Kejadian banjir
6 yang terjadi
2005 hampir setiap tahun
Januari + 2.90 di bantaran Sungai Siak di
7
kota Pekanbaru 2006 oleh Desember
ini dipicu meluapnya+ 3.38
sungai Siak. Lama genangan
8 1 hari2007
yang terjadi dari Aprildengan
sampai 15 hari + 3.10
tinggi genangan berada pada
ketinggian 0.59 m sampai
2008 denganApril + 3.78 Banjir ini sebagian besar
2.5 meter.
10 2009 Desember + 3.34
menggenangi perumahan penduduk, jalan dan fasilitas umum dan ekonomi
11 2010 Januari + 2.84
seperti pasar. Bencana banjir ini mengakibatkan kerusakan rumah,
12 2011 Januari + 2.84
perabotan rumah dan fasilitas umum seperti jalan dan sekolah. Peristiwa
13 2012 Maret + 3.35
banjir yang 14
terbesar 2013
terjadi pada
Desember + 3.82 dan 1988 dengan elevasi
tahun 1985
genangan banjir
15 +4.602014 dan +4.40Nopember
m, banjir +terjadi
3.20 hampir di seluruh daerah
bantaran Sumber
Siak : BWSS
dan IIImuara
Riau sungai. Kejadian banjir sungai Siak di Kota
Pekanbaru yang pernah terjadi disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 3.2 Kejadian banjir Sungai Siak di Kota Pekanbaru dalam kurun waktu 15
tahun terakhir

31
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Tabel 3.3 Daerah Rawan Banjir di Kota Pekanbaru wilayah Sektor I – Sektor IV
Daerah Rawan Banjir Sektor I - Sektor VI
Daerah Jumlah Jumlah Keterangan
No. Sektor Batas Sektor Rawan Banjir Kelurahan Penduduk KK
(ha) (jiwa) (KK)
1 Sektor I S. Senapelan2 - Jl. Sudirman 27.3 Kp. Baru, Kp. Bandar, Kp. Dalam 13,970 3,308 2015
2 Sektor II Jl. Sudirman - S. Sail 94.3 Pesisir, Tanjung Rhu 9,609 4,420 2015
3 Sektor III Jl. SM. Amin - Jl. Yos Sudarso 581.0 Sri Meranti, Umbansari 26,831 9,481 2015
4 Sektor IV Jl. Yos Sudarso - Jl. Sembilang 286.0 Meranti Pandak, Limbungan Baru 27,519 7,910 2015
Debit Puncak Banjir Rencana Sub DAS Siak
5 Sektor
No.
VElemen
Jl. Sembilang
Hidrologi
-Luas
S. Limbungan
DAS
2 5
179.0 Limbungan
Debit Puncak Kala Ulang :
10 25 50 100
11,407 2,546
Keterangan
2015
6 Sektor VI Jl.krSm. Amin - S.(km
Senapelan 2537.90 156.0 Tampan 21,249 6,285 2015
2) 3
(m /dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt)
1 S.Tapung 2452.0 774.35 938.61 1153.48 1318.29 1486.53
2 S.Tapung kn 2421.0 522.31 751.79 911.22 1119.82 1279.82 1443.19
3
4
J1 Jumlah 4873.0 1060.21 1,323.60
1526.14 1849.82 2273.30 2598.11 2929.72 110,585 33,950
S.Takuana 113.7 70.65 101.31 122.64 150.67 172.20 194.25
Sumber : Hasil Perhitungan
5
6
J2
S.Palas1
4986.7
15.1
1067.02
10.45
1535.91
14.85
1861.64
17.92
2287.79
21.96
2614.65
25.06
2948.35
28.24
7 J3 5001.8 1067.62 1536.72 1862.59 2288.94 2615.94 2949.79
Sumber : SID secara menyeluruh Pengendalian Banjir Sungai Siak di Kota Pekanbaru, 2016
8 R.Pompa Palas 4.2 4.94 6.97 6.97 10.24 11.67 13.14
9 P1 5006.0 1067.76 1536.86 1862.74 2289.09 2616.09 2949.94
10 S.Palas2 12.9 10.63 15.16 18.32 22.46 25.65 28.92
11 J4 5018.9 1068.12 1537.32 1863.27 2289.71 2616.78 2950.70
12 S.Sibam 57.7 38.81 55.29 66.88 82.18 93.93 105.96
13 J5 5076.6 1070.91 1541.29 1868.05 2295.56 2623.45 2958.20
14 R.Pompa Sibam 3.1 3.48 4.89 4.89 7.17 8.16 9.18
15 P2 5079.7 1071.05 1541.43 1868.19 2295.70 2623.59 2958.34
16 S.Airhitam 33.1 24.60 35.07 42.35 51.93 59.30 66.85
17 J6 5112.8 1072.28 1543.14 1870.24 2298.19 2626.42 2961.51
18 R.Pompa Airhitam 1.5 1.48 2.05 2.05 2.96 3.36 3.77
19 P4 5114.3 1072.41 1543.28 1870.37 2298.32 2626.55 2961.65
20 R.Pompa SM.Amin 7.1 4.74 6.68 8.03 9.81 11.18 12.59
21 P3 5121.4 1072.57 1543.45 1870.55 2298.51 2626.75 2961.85
22 R.Pompa Riau 2.3 2.71 3.79 4.55 5.54 6.30 7.09
23 J8 5123.6 1072.70 1543.58 1870.69 2298.65 2626.89 2961.99
24
25
Tabel 3.4 Debit Puncak Banjir Rencana Sub DAS SIAK
R.Pompa Witayu
JWitayu
3.0
5126.6
3.25
1072.84
4.56
1543.72
4.56
1870.82
6.67
2298.78
7.60
2627.02
8.55
2962.12
26 S.Umbansari 30.1 22.33 32.01 38.75 47.60 54.39 61.35
27 J9 5156.7 1074.63 1546.25 1873.86 2302.49 2631.24 2966.86
28 R.Pompa Alam 2.2 2.06 2.87 3.43 4.17 4.75 5.33
29 J10 5158.9 1074.76 1546.38 1874 2302.62 2631.37 2966.99
30 R.Pompa Mutiara 1.6 1.44 1.98 2.36 2.86 3.24 3.64
31 J11 5160.5 1074.90 1546.51 1874.13 2302.75 2631.50 2967.12
32 P. Belanda 4.0 4.79 6.76 8.13 9.93 11.31 12.73 Stasiun Pompa Banjir Eksisting P. Belanda
33 J12 5164.5 1075.05 1546.67 1874.29 2302.92 2631.68 2967.30
34 S.Senapelan2 10.8 7.94 11.3 13.63 16.70 19.06 21.48
35 J13 5175.3 1075.42 1547.15 1874.85 2303.58 2632.40 2968.11
36 P. Sudarso kn 3.3 2.83 3.99 4.8 5.87 6.69 7.53 Stasiun Pompa Banjir Eksisting Nelayan
37 J14 5178.6 1075.59 1547.34 1875.05 2303.80 2632.64 2968.35
38 S.Senapelan1 2.0 2.00 2.78 3.33 4.04 4.60 5.16 Stasiun Pompa Banjir Eksisting Senapelan
39 J15 5180.5 1075.73 1547.48 1875.18 2303.93 2632.77 2968.49
40 P. Sudarso kr 1.9 2.37 3.3 3.96 4.82 5.48 6.16 Stasiun Pompa Banjir Eksisting Meranti Pandak
41 J16 5182.5 1075.86 1547.61 1875.32 2304.07 2632.91 2968.63
42 S.Sago 1.7 1.80 2.49 2.98 3.62 4.11 4.61 Stasiun Pompa Banjir Eksisting Sago
43 J17 5184.2 1075.99 1547.74 1875.45 2304.20 2633.04 2968.76
44 S.Limau 1.1 1.09 1.48 1.76 2.12 2.40 2.69
45 J18 5185.3 1076.13 1547.88 1875.59 2304.33 2633.18 2968.89
46 S.Tj.Datuk 0.7 0.49 0.64 0.74 0.87 0.97 1.08 Stasiun Pompa Banjir Eksisting Tanjung Rhu
47 J19 5186.0 1076.26 1548.01 1875.72 2304.47 2633.31 2969.02
48 R.Pompa Rumbai 4.5 5.04 7.11 8.56 10.45 11.91 13.41
49 J20 5190.6 1076.42 1548.19 1875.91 2304.67 2633.52 2969.24
50 P. Sembilang kn 2.0 2.37 3.3 3.96 4.82 5.48 6.16
51 J21 5192.6 1076.56 1548.32 1876.04 2304.80 2633.65 2969.38
52 S.Sembilang 4.0 5.30 7.48 9 10.99 12.53 14.11
53 J22 5196.5 1076.71 1548.48 1876.21 2304.97 2633.83 2969.56
54 S.Sail 144.4 67.18 96.56 116.99 143.77 164.32 185.34
55 J23 5340.9 1094.71 1573.22 1905.72 2341.09 2675.09 3016.30
56 R.Pompa Limbungan 5.3 4.80 6.77 8.14 9.94 11.33 12.75
57 J24 5346.1 1094.86 1573.37 1905.88 2341.25 2675.26 3016.47
58 R.Pompa Teleju 3.6 3.88 5.46 5.46 8.00 9.12 10.26
59 PTlj 5349.8 1094.99 1573.51 1906.02 2341.39 2675.40 3016.61
60 S.Teleju 7.1 6.44 9.15 11.04 13.52 15.43 17.39
61 J25 5356.8 1095.36 1573.99 1906.57 2342.04 2676.12 3017.40
62 R.Pompa Tenayan 5.3 6.17 8.71 8.71 12.82 14.61 16.46
63 JTyn 5362.2 1095.52 1574.15 1906.73 2342.21 2676.30 3017.59
64 S.Pengambang 42.6 27.56 39.48 47.78 58.69 67.06 75.64
65 J26 5404.8 1098.92 1578.99 1912.58 2349.37 2684.46 3026.77
66 R.Pompa Pengambang 8.6 10.25 14.53 14.53 21.41 24.43 27.52
67 JPng 5413.4 1099.15 1579.28 1912.86 2349.72 2684.84 3027.18
68 S.Tenayan 63.0 38.95 55.77 67.48 82.86 94.68 106.79
69 J27 5476.4 1104.65 1587.15 1922.37 2361.38 2698.15 3042.17
70
71
S.Ukai
J28
122.2
5598.6
52.07
1120.01
74.84
1609.24
90.66
1949.14
111.42
2394.25
127.34
2735.69
143.62
3084.48
32
72 S.Pendanau1 4.2 4.97 7 8.42 10.29 11.72 13.20
73 J29 5602.8 1120.16 1609.39 1949.29 2394.41 2735.86 3084.65
74 S.Pendanau 26.5 18.44 26.28 31.73 38.90 44.41 50.07
75 J30 5629.3 1121.42 1611.14 1951.39 2396.96 2738.75 3087.89
76 S.Lukud 90.2 46.17 66.44 80.52 98.96 113.11 127.57
77 J31 5719.5 1132.40 1626.93 1970.51 2420.42 2765.55 3118.08
Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Daerah Rawan Banjir Sektor I - Sektor VI


Daerah Jumlah Jumlah Keterangan
No. Sektor Batas Sektor Rawan Banjir Kelurahan Penduduk KK
(ha) (jiwa) (KK)
1 Sektor I S. Senapelan2 - Jl. Sudirman 27.3 Kp. Baru, Kp. Bandar, Kp. Dalam 13,970 3,308 2015
2 Sektor II Jl. Sudirman - S. Sail 94.3 Pesisir, Tanjung Rhu 9,609 4,420 2015
3 Sektor III Jl. SM. Amin - Jl. Yos Sudarso 581.0 Sri Meranti, Umbansari 26,831 9,481 2015
4 Sektor IV Jl. Yos Sudarso - Jl. Sembilang 286.0 Meranti Pandak, Limbungan Baru 27,519 7,910 2015
5 Sektor V Jl. Sembilang - S. Limbungan 179.0 Limbungan 11,407 2,546 2015
6 Sektor VI Jl. Sm. Amin - S. Senapelan 2 156.0 Tampan 21,249 6,285 2015
Jumlah 1,323.60 110,585 33,950
Sumber : Hasil Perhitungan

Sumber : SID secara menyeluruh Pengendalian Banjir Sungai Siak di Kota Pekanbaru, 2016

Tabel 3.5 Bangunan Tanggul Pengendalian Banjir di Kota Pekanbaru


Bangunan Tanggul Eksisting Sungai Siak di Kota Pekanbaru
Dimensi
Panjang
No. Lokasi Jenis Tanggul Lebar Atas Tinggi Lebar Bawah Keterangan Dokumentasi
(m) (m) (m) (m)

Urugan tanah Masih banyak rumah/bangunan berada di


1 Sektor I 5-6 2.5 - 3.0 7.5 - 9.0 2335 -
homogen dan sisi dalam tanggul (resiko tinggi terkena
permukaanya banjir)
diaspal - Saluran gendong ditutup beton untuk parkir,
usaha, bangunan rumah dll.

2 Sektor II Urugan tanah 5-6 1.0 - 2.5 6.0 - 8.0 1492 - Masih banyak rumah/bangunan berada di
homogen dan sisi dalam tanggul
permukaanya
diaspal - Saluran gendong ditutup beton untuk parkir,
usaha, bangunan rumah dll.

3 Sektor III Urugan tanah 5-6 2.0 - 3.0 6.0 - 8.0 11309 - Masih banyak rumah/bangunan berada di
homogen dan sisi dalam tanggul
permukaanya
diaspal - Saluran gendong ditutup beton untuk parkir,
usaha, bangunan rumah dll.
- Adanya masyarakat yang beru mendirikan
rumah disisi dalam tanggul/bantaran sungai
- Tanggul banyak yang mengalami penurunan

4 Sektor IV Urugan tanah 5-6 1.0 - 2.0 5.0 - 6.0 3840 - Bangunan tanggul masih sebagian/belum
homogen seluruhnya ada bangunan tanggul
- Elevasi permukaan tanggul belum sesuai 33
dengan elevasi debit banjir rencana

Sumber : Hasil Perhitungan


Laporan Akhir
Audit Teknis Dan Penyusunan Aknop Bangunan Pengendalian Banjir Kota Pekanbaru

Sumber : SID secara menyeluruh Pengendalian Banjir Sungai Siak di Kota Pekanbaru, 2016

Daerah Rawan Banjir Sektor I - Sektor VI


Daerah Jumlah Jumlah Keterangan
No. Sektor Batas Sektor Rawan Banjir Kelurahan Penduduk KK
(ha) (jiwa) (KK)
1 Sektor I S. Senapelan2 - Jl. Sudirman 27.3 Kp. Baru, Kp. Bandar, Kp. Dalam 13,970 3,308 2015
2 Sektor II Jl. Sudirman - S. Sail 94.3 Pesisir, Tanjung Rhu 9,609 4,420 2015
3 Sektor III Jl. SM. Amin - Jl. Yos Sudarso 581.0 Sri Meranti, Umbansari 26,831 9,481 2015
4 Sektor IV Jl. Yos Sudarso - Jl. Sembilang 286.0 Meranti Pandak, Limbungan Baru 27,519 7,910 2015
5 Sektor V Jl. Sembilang - S. Limbungan 179.0 Limbungan 34
11,407 2,546 2015
6 Sektor VI Jl. Sm. Amin - S. Senapelan 2 156.0 Tampan 21,249 6,285 2015
Jumlah 1,323.60 110,585 33,950
Sumber : Hasil Perhitungan

Anda mungkin juga menyukai