Anda di halaman 1dari 78

TUGAS TERSTRUKTUR

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM DESA


LUBUK DAGANG, KECAMATAN SAMBAS, KABUPATEN SAMBAS

Disusun Oleh:

DANDI WAHYUDI

D1051201084

Dosen Pembimbing:

ULLI KADARIA, ST. MT.


NIP: 19881019201542001

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Gambaran umum daerah Perencanaan .................................................... 2
1.2.1 Wilayah Desa Lubuk Dagang ............................................................... 2
1.2.2 Penduduk Desa Lubuk Dagang ............................................................ 3
1.2.3 Sarana dan Prasarana Pendukung ......................................................... 4
1.2.4 Kondisi Iklim dan curah hujan.............................................................. 6
1.3 Cakupan Pekerjaan ................................................................................ 6
BAB II SUMBER AIR BAKU ....................................................................................8
2.1 Sumber Air Baku ................................................................................... 8
2.2 Sumber Air Baku yang Digunakan dalam Perencanaan .......................... 9
2.3 Perencanaan Bangunan Penangkap Air ................................................ 10
BAB III RANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN AIR ......................................17
3.1 Standar kualitas air .............................................................................. 17
3.2 Syarat Kualitas Air Minum .................................................................. 19
3.3 Jenis Sistem Pengolahan ...................................................................... 23
3.4 Perencanaan Sistem Pengolahan .......................................................... 24
BAB IV RANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR ............................28
4.1 Perhitungan Dimensi Bangunan Penangkap Air ................................... 29
4.1.1 Intake ........................................................................................... 29
4.1.2 Perhitungan Bar Screen ...................................................................... 31
4.1.3 Perhitungan Kehilangan Tekanan Intake ....................................... 34
4.1.4 Perhitungan Pompa Intake ............................................................ 35
4.2 Perhitungan Dimensi Bangunan Pengolahan Air .................................. 36
4.2.1 Perencanaan Unit Koagulasi ............................................................. 36
4.2.2 Perhitungan Flokulasi ....................................................................... 41
4.2.3 Perhitungan Filtrasi .......................................................................... 45
4.2.4 Perhitungan Reservoir ................................................................... 57
BAB V RANCANGAN FASILITAS PENUNJANG .............................................62
5.1 Fasilitas Penunjang yang Diperlukan ................................................... 62

ii
5.2 Perhitungan Biaya Operasional ............................................................ 64
5.2.1 Anggaran Biaya Kimia ................................................................. 64
5.2.2 Anggaran Biaya Listrik ................................................................. 65
BAB VI PETA DAN GAMBAR PERENCANAAN ..............................................67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Aspek Kepadatan Penduduk Desa Lubuk Dagang ............................... 3


Tabel 1. 2 Hasil Perhitungan Proyeksi Penduduk Desa Lubuk Dagang ................ 4
Tabel 1. 3 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Desa Lubuk Dagang ........................... 5
Tabel 1. 4 Jumlah Fasilitas Peribadatan Desa Lubuk Dagang............................... 5
Tabel 1. 5 Jumlah Fasilitas Kesehatan Desa Lubuk Dagang ................................. 6
Gambar 2. 1 Denah bangunan pengambilan bebas dengan pintu air .................. 13
Gambar 2. 2 Potongan 1 Bangunan pengambilan bebas dengan pintu air .......... 13
Gambar 2. 3 Detail A bangunan pengambilan bebas dengan pintu air ............... 14
Gambar 2. 4 Potongan 4 bangunan penambilan bebas dengan pintu air ............. 14
Gambar 2. 5 Potongan 3 Bangunan pengambilan bebas dengan pintu air .......... 15
Gambar 2. 6 Denah Bangunan Pengambilan Bebas Tanpa Pintu Air ................ 15
Gambar 2. 7 Potongan 1 Bangunan Pengambilan Bebas Tanpa Pintu Air.......... 16
Gambar 2. 8 Potongan 2 Bangunan Pengambilan Bebas Tanpa Pintu Air.......... 16
Tabel 3. 1 Baku Mutu Air Sungai dan Sejenisnya Berdasarkan PP Nomor 22 Tahun
2021................................................................................................................... 17
Tabel 3. 2 Permenkes RI Nomor 492 Tahun 2010 Parameter Wajib Persyaratan
Kualitas Air Minum ........................................................................................... 19
Tabel 3. 3 Permenkes RI Nomor 492 Tahun 2010 Parameter Tambahan Persyaratan
Kualitas Air Minum ........................................................................................... 20
Tabel 3. 4 hasil analisa kualitas air sungai Teberau ............................................ 25

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Peta Desa Lubuk Dagang ............................................................... 3


Gambar 2. 1 Denah bangunan pengambilan bebas dengan pintu air .................. 13
Gambar 2. 2 Potongan 1 Bangunan pengambilan bebas dengan pintu air .......... 13
Gambar 2. 3 Detail A bangunan pengambilan bebas dengan pintu air ............... 14
Gambar 2. 4 Potongan 4 bangunan penambilan bebas dengan pintu air ............. 14
Gambar 2. 5 Potongan 3 Bangunan pengambilan bebas dengan pintu air .......... 15
Gambar 2. 6 Denah Bangunan Pengambilan Bebas Tanpa Pintu Air ................ 15
Gambar 2. 7 Potongan 1 Bangunan Pengambilan Bebas Tanpa Pintu Air.......... 16
Gambar 2. 8 Potongan 2 Bangunan Pengambilan Bebas Tanpa Pintu Air.......... 16
Tabel 3. 1 Baku Mutu Air Sungai dan Sejenisnya Berdasarkan PP Nomor 22 Tahun
2021................................................................................................................... 17
Tabel 3. 2 Permenkes RI Nomor 492 Tahun 2010 Parameter Wajib Persyaratan
Kualitas Air Minum ........................................................................................... 19
Tabel 3. 3 Permenkes RI Nomor 492 Tahun 2010 Parameter Tambahan Persyaratan
Kualitas Air Minum ........................................................................................... 20
Tabel 3. 4 hasil analisa kualitas air sungai Teberau ............................................ 25

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Terstruktur Sistem
Penyediaan Air Minum dengan daerah perencanaan yang berlokasi di Desa Lubuk
Dagang, kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Indonesia ini
dengan baik dan lancar. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah membantu penulis dalam mengerjakan Tugas Terstruktur
ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
memberi bantuan dan dorongan selama proses pengerjaan tugas.

Tugas Terstruktur ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk kelulusan


mata kuliah perencanaan bangunan pengolahan air minum di Jurusan Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura. Teknis pengerjaannya
yaitu merencanakan bangunan pengolahan air minum, menghitung kebutuhan air
bersih pada daerah studi berdasarkan analisa jumlah penduduk dan kebutuhan air,
sehingga efektif dan efisien dimana memenuhi pesrsyaratan dan standar yang
berlaku dengan periode perencanaan 15 tahun.

Penulis menyadari bahwa perencanaan ini masih memiliki banyak


kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik maupun saran yang
membangun dari pembaca dalam usaha perbaikan dimasa mendatang. Semoga
tugas besar ini dapat bermanfaat dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya

vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa Lubuk Dagang merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten
Sambas. Penduduk yang semakin padat dari tahun ke tahun mempengaruhi
kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih suatu wilayah harus sesuai dengan syarat
baku mutu air minum yang terdapat dalam PPRI Nomor 22 Tahun 2021 dan
PERMENKES 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air.

Kurangnya pelayanan air PDAM, dan susahnya mendapatkan kebutuhan air


bersih serta sarana prasarana yang kurang memadai menjadi dasar perencanaan
bangunan penyaluran air minum di Desa Lubuk Dagang. Desa Lubuk Dagang
terletak di Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Desa Lubuk
Dagang memiliki penduduk sebanyak 3.637 jiwa yang terdiri dari 1.848 penduduk
laki-laki dan 1.789 penduduk perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk 127
orang/km². Oleh karena itu, perencanaan bangunan penyaluran air minum di Lubuk
Dagang bertujuan agar pelayanan distrisbusi air bersih di Desa Lubuk Dagang dapat
terlaksana secara baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih
dalam kehidupan sehari-hari.

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu
baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan
aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.Untuk konsumsi
air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak
berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat.
Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa
air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat
berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuhdengan memasak air hingga 100 °C,
banyak zat berbahaya, terutama

logam,tidak dapat dihilangkan dengan cara ini. Dan seiring dengan pertambahan
penduduk, air bersih semakin sulit untuk didapatkan. Untuk itu diperlukan suatu
sistem penyediaan air meliputi sumber-sumber penyediaan, sarana-sarana

1
2

penampungan, sarana-sarana pengolahan air baku, sarana penyaluran


penampungan, sarana distribusi, transmisi air bersih, sarana pelayanan, dan
transmisi air baku.diperlukan pengolahan agar air dapat dikonsumsi oleh manusia.

1.2 Gambaran umum daerah Perencanaan


1.2.1 Wilayah Desa Lubuk Dagang
Aspek fisik daerah perencanaan meliputi geografis, batas
administrasi dan daerah yang menjadi wilayah perencanaan. Lokasi
Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum yang direncanakan terletak
di Desa Lubuk Dagang, Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas.Kecamatan
Sambas terletak di sebelah timur Ibu Kota Kabupaten Sambas atau diantara
1°11’20” Lintang Utara serta 1°24’48” Lintang Utara dan 109°09’16” Bujur
Timur serta 109°26’23” Bujur Timur, dengan luas wilayah 246,66 Km2 atau
sekitar 3,86 persen dari luas wilayah kabupaten Sambas. Dengan batas
wilayah administrasinya sebagai berikut :

 Utara : Kecamatan Teluk Keramat Dan Kecamatan


Sejangkung

 Selatan : Kecamatan Sebawi Dan Kecamatan Subah

 Barat : Kecamatan Sebawi

 Timur : Kecamatan Sajad Dan Kecamatan Subah

Kecamatan Sambas terdiri dari 18 Desa. Desa terluas adalah Desa


Lumbang dengan luas sekitar 40,00 km persegi atau 16,22 persen dari
Luas Kecamtan Sambas. Sedangkan untuk Desa terkecil adalah Desa
Pasar Melayu dengan luas sebesar 0,43 km persegi atau 0,17 persen dari
luas Kecamatan Sambas.
3

Gambar 1. 1 Peta Desa Lubuk Dagang


Sumber: Google earth Desa Lubuk Dagang
1.2.2 Penduduk Desa Lubuk Dagang
Data kependudukan yang digunakan untuk perencanaan penyediaan air
minumdi Desa Lubuk Dagang adalah data dari 5 tahun terakhir, yaitu dari
tahun 2017 sampai tahun 2021. Jumlah penduduk Desa Lubuk Dagang dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir terus meningkat. Berdasarkan data
kependudukan dari BPS Kecamatan Sambas, jumlah penduduk tertinggi di
Desa Lubuk dagang ialah pada tahun 2021, yaitu dengan total penduduk 3.637
jiwa yang terdiri dari 1.848 penduduk laki-laki dan 1.789 penduduk
perempuan dengan tingkat kepadatanpenduduk 127 orang/km².

Tabel 1. 1 Aspek Kepadatan Penduduk Desa Lubuk Dagang


Jenis Kelamin Jumlah Kepadatan
Tahun Penduduk Penduduk
Laki-Laki Perempuan
(Jiwa) (Km²)
2017 1673 1646 3.319 115
2018 1683 1668 3.351 117
2019 1694 1690 3.384 118
2020 1765 1868 3.633 126
2021 1848 1789 3.637 127
Sumber: BPS Desa Lubuk Dagang
4

Adapun proyeksi penduduk selama 15 tahun dihitung dengan metode


Least Square. Hasil proyeksi penduduk selama periode pelayanan dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. 2 Hasil Perhitungan Proyeksi Penduduk Desa Lubuk Dagang

PROYEKSI JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK SAMPAI TH 2036 REGRESI LINEAR (LEAST
SQUARE)

N0. Tahun Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa)

2021 3.637
1 2022 3.740
2 2023 3.832
3 2024 3.924
4 2025 4.016
5 2026 4.107
6 2027 4.199
7 2028 4.291
8 2029 4.383
9 2030 4.475
10 2031 4.566
11 2032 4.658
12 2033 4.750
13 2034 4.842
14 2035 4.934
15 2036 5.025
Sumber : Hasil Analisis Metode Regresi linear (least square)

Berdasarkan tabel proyeksi penduduk selama 15 tahun diatas, maka


dapat diketahui kebutuhan air pada masa yang akan datang. Sehingga dapat
direncanakan bangunan pengolahan air bersih yang sesuai.
1.2.3 Sarana dan Prasarana Pendukung
Data sarana dan prasarana sosial ekonomi yang berada di Desa Lubuk
Dagang selama 5 tahun yakni dari tahun 2017-2021 meliputi sarana
pendidikan, sarana tempat ibadah, dan sarana kesehatan. Berikut adalah data
dari sarana pendidikan di Desa Lubuk Dagang selama 5 tahun terakhir (2017-
2021):
5

Tabel 1. 3 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Desa Lubuk Dagang

Tingkat Tahun
Jumlah
Pendidikan 2017 2018 2019 2020 2021
TK Sekolah 0 0 0 0 0 0
SD/MI Sekolah 2 2 2 2 2 10
SMP/MTS Sekolah 1 1 1 1 1 1
SMA/MA Sekolah 0 0 0 0 0 0

Fasilitas pendidikan yang terdapat di Desa Lubuk Dagang adalah


TK, SD, SMP, SMA, yang mencakup sekolah negeri dan swasta. Jumlah
fasilitas pendidikan cenderung tetap selama tahun 2017-2021. Jumlah
fasilitas pendidikan tahun 2017-2021 disajikan pada tabel diatas.

Tempat ibadah merupakan sebuah tempat yang digunakan oleh


umat beragama untuk beribadah menurut kepercayaan atau ajaran agama
masing- masing. Fasilitas tempat ibadah yang terdapat di Desa Lubuk
Dagang tercatat pada tahun 2017 adalah masjid, surau, kelenteng, vihara,
pura dan gereja. Jumlah tempat ibadah tidak mengalami peningkatan
yang pesat. Jumlah fasilitas tempat ibadah dari tahun 2017-2021 dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. 4 Jumlah Fasilitas Peribadatan Desa Lubuk Dagang


Tempat Tahun
Jumlah
Ibadah 2017 2018 2019 2020 2021
Masjid 4 4 6 6 4 24
Surau 4 4 5 5 7 25
Gereja 0 0 0 0 0 0
Vihara 0 0 0 0 0 0
Kelenteng 0 0 1 1 1 3
Pura 0 0 0 0 0 0

Fasilitas kesehatan adalah salah satu upaya pemerintah untuk


mewujudkan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang
sehat. Berikut adalah data fasilitas kesehatan yang ada di Desa Lubuk
Dagang dalam5 tahun terakhir dari tahun 2017-2021.
6

Berikut adalah data dari sarana kesehatan di Desa Lubuk Dagang


selama 5 tahun terakhir (2017-2021):

Tabel 1. 5 Jumlah Fasilitas Kesehatan Desa Lubuk Dagang


Fasilitas Tahun
Jumlah
Kesehatan 2017 2018 2019 2020 2021
Puskesmas 0 0 0 0 0 0
Praktek Dokter 0 0 0 0 0 0
Praktek Bidan 0 0 0 0 0 0
Posyandu 2 3 3 3 3 11
Polindes 1 1 1 1 1 5
Sumber: BPS Desa Lubuk Dagang
1.2.4 Kondisi Iklim dan curah hujan
Umumnya Kabupaten Sambas mempunyai iklim tropis yang terbagi
atas 2 bagian yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada kondisi
normal musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli
sedangkan untuk musim penghujan terjadi pada bulan September sampai
dengan bulan Desember. Rata – rata suhu udara di kabupaten Sambas
mencapai 22,7o C sampai 33,6o C. Adapun besarnya curah hujan tertinggi di
Kabupaten Sambas mencapai 3266,90 mm Dan curah hujan terendah sekitar
100,64 mm.

1.3 Cakupan Pekerjaan


Perencanan bangunan pengolahan air minum dilakukan pada wilayah Desa
Lubuk Dagang. Cakupan pekerjaan perencanaan bangunan pengolahan air minum
meliputi:

1. Menentukan sumber air baku yang akan digunakan

2. Menentukan metode sistem pengolahan air minum

3. Mendesain unit proses dan operasi dalam sistem pengolahan air bersih
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan berdasarkan kualitas sumber
air baku dan fasilitas penunjangnya.

4. Menggambarkan setiap unit pengolahan berdasarkan denah, potongan (A-


A dan B-B) sesuai dengan perencanaan.
7

5. Menghitung Rancangan Anggaran Biaya (RAB) operasional pengolahan


air bersih.Analisis jumlah penduduk dan pertumbuhannya serta kebutuhan
air baku di Desa Lubuk Dagang yang diproyeksikan selama 15 tahun
mendatang terhitung dari tahun 2021 – 2036.
BAB II
SUMBER AIR BAKU

2.1 Sumber Air Baku


Sumber air baku merupakan peranan utama dalam perencanaan distribusi air
bersih. Air baku merupakan air mentah yang dari alam yang selanjutnya akan
diproses untuk memenuhi standar mutu dalam beberapa kelas sesuai dengan
peruntukannya. Sumber air baku pada umumnya terbagi atas 4 jenis yaitu Mata air,
Tanah Air, Air Permukaan, dan Air Hujan.

Adapun penjelasan singkat mengenai 4 macam sumber air baku tersebut


sebagai berikut.

1. Mata Air
Mata air adalah tempat air tanah muncul di permukaan tanah. Dari segi
kualtias, mata air sangat baik jika digunakan sebagai air baku, karena berasal dari
dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan, sehingga belum
terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Namun, biasanya lokasi mata air merupakan
daerah terbuka, sehingga mata air mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar.
Dari segi kuantitasnya, jumlah dan kapasitas mata air sangat terbatas sehingga
hanya mampu memenuhi kebutuhan sejumlah penduduk tertentu.

2. Air Tanah
Air tanah merupakan air bebas dari polutan karena berada di bawah
permukaan tanah. Namun, karena airnya melalui lapisan-lapisan tanah, maka
terkandung garam dan mineral seperti besi (Fe), mangan (Mn), dan kesadahan yang
terbawa pada saat air melalui lapisan-lapisan tanah. Air tanah terbagi atas dua
macam yaitu air tanah dangkal dan air tanah dalam. Dari segi kuantitasnya, apabila
air tanah digunakan sebagai sumber air baku air bersih relatif cukup, namun
dikhawatirkan ketika air tanah digunakan secara terus menerus akan menyebabkan
turunnya muka air tanah sehingga terjadinya intrusi air laut.

3. Air Permukaan
Air permukaan terbagi atas 3 macam yaitu air waduk, air sungai, dan air
danau. Pada umumnya air pemrukaan sangat mudah terkontaminasi dengan

8
9

berbagai zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Kontaminan atau zat pencemar ini
berasal dari buangan domestik, buangan industri, limbah pertanian, limpasan air
hujan dari daratan, limbah hasil pembakaran sampah ilegal yang terbawa oleh air
hujan dan lain-lain. Zat-zat pencemar tersebut antara lain Total Suspended Solid
(TSS) yang berpengaruh terhadap kekeruhan, zat organik (KMnO4), logam berat
seperti timbal (Pb), kromium (Cr), dan lain-lain. Dari segi kuantitas dan
kontinuitasnya, air permukaan dapat digunakan sebagai air baku penyediaan air
bersih dalam skala besar.

4. Air Hujan
Air hujan merupakan air yang sangat lunak dan lebih bersih dibandingkan
sumber air lainnya dikarenakan tidak mengandung larutan garam dan zat-zat
mineral. Kualitas air hujan biasanya bergantung pada kondisi udara pada saat itu,
air hujan dapat bersifat korosif dikarenakan terjadinya akumulasi air hujan dengan
partikulat NH3, CO2, dan SO2 dengan konsentrasi yang tinggi di udara. Dari segi
kuantitasnya, air hujan bergantung pada besar kecilnya curah hujan (bergantung
pada musim), sehingga air hujan tidak dapat mencukupi untuk penyediaan air bersih
dalam skala besar namun dapat menjadi alternatif penyediaan air bersih untuk skala
rumah tangga.

2.2 Sumber Air Baku yang Digunakan dalam Perencanaan

Rancangan bangunan pengolahan air minum di Desa Lubuk Dagang akan


menggunakan sumber air yang berasal dari Sungai Sambas kecil (Teberau) yang
memiliki lebar kurang lebih 50 m2 dengan kedalamannya bisa mencapai 11 meter.

Menurut Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 persyaratan secara


fisik, air minum tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak keruh.
Persyaratan bakteriologis air minum tidak boleh terdapat bakteri, sedangkan secara
kimia air tidak boleh mengandung senyawa kimia beracun dan setiap zat terlarut
dalam air memiliki batas tertentu yang diperbolehkan yang sesuai dengan batas
baku mutu air pada PP No 22 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Berikut adalah tabel Perbandingan kualitas air sungai Sambas kecil
(Teberau) dengan kualitas air baku mutu PP RI Nomor 22 Tahun 2021.
10

Tabel 2. 1 Perbandingan Kualitas Air Sungai dengan Kualitas Air Baku Mutu PP
RI No. 22 Tahun 2021

Kelas Air
Kualitas
No. Parameter Satuan Kelas Kelas Kelas Kelas
Air Sungai
I II III IV
1. pH - 6,3 6-9 6-9 6-9 6-9
2. TDS mg/l 57 1000 1000 1000 2000
3. Suhu mg/l 26,5 3 Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev
4. Besi (Fe) mg/l 0,54 0,3 - - -
5. Mangan (Mn) mg/l 0,05 10 10 20 20
6. Nitrat (No3) mg/l 0,16 10 10 20 20
7. Nitrit (No2) mg/l 0,013 0,06 0,06 0,06 -
8. Seng (Zn) mg/l 0,05 0,2 0,2 0,1 -
9 Sulfat (SO4) mg/l 34 300 300 300 400
10 Warna Pt-Co Unit 168 15 50 100 -
Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021.
Keterangan :
M mmm : Melebihi Baku Mutu
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa parameter Warna, Nitrit
(No2), dan Besi (Fe) telah melebihi ambang batas kelas 1. Menurut Peraturan
Pemerintah nomor 22 tahun 2021, baku mutu untuk Kelas 1 merupakan standar
yang peruntukannya adalah untuk air minum.

2.3 Perencanaan Bangunan Penangkap Air


Bangunan penangkap air atau sering disebut dengan intake merupakan
bangunan yang berfungsi sebagai penangkap air baku sebelum dilakukan proses
pada Instalasi Pengolahan Air Minum. Bangunan intake diperlukan beberapa
bagian tambahan di dalamnya seperti grit chamber dan pompa intake, sesuai dengan
keperluan perencanaan dan jenis intakenya. Grit chamber tersebut berfungsi
sebagai ruang pengendap materi-materi abrasif dalam air seperti pasir, tanah
lempung, kerikil, cangkang kerang, sampah kecil, dan lain-lain sehingga dapat
melindungi peralatan mekanis lainnya dan juga mencegah akumulasi padatan
terlarut yang berlebihan pada pengolahan tahap selanjutnya. Sedangkan, pompa
intake biasanya digunakan untuk menaikkan air dalam proses distribusinya ke
Instalasi Pengolahan Air Minum dengan baik (Kawamura, 1991).
11

Di Indonesia, standar untuk intake ini tercantum pada SNI 7829: 2012
Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan Air Minum.
Standar bangunan pengambilan air baku untuk instalasi pengolahan air minum ini
berisi persyaratan penempatan dan konstruksi bangunan pengambilan air baku
untuk instalasi pengolahan air minum. Bangunan pengambilan air baku yang diatur
dalam standar ini adalah bangunan pengambilan air baku dari sumber mata air, air
tanah, dan air permukaan. Standar ini merupakan rujukan untuk para perencana,
produsen, pelaksanan konstruksi, dan pengelola.

Untuk air permukaan, data yang harus dikumpulkan berdasarkan (SNI 7829:
2012) antara lain sebagai berikut:

1. Lokasi dan Ketinggian

2. Kualitas air (Berdasarkan hasil analisa laboratorium)

3. Kuantitas dan Kontinuitas

4. Peruntukan Saat Ini

5. Jarak ke Unit Pengolahan dan ke Daerah Pelayanan

Secara umum, Perencanaan penempatan intake harus memenuhi beberapa


kriteria (Syahputra, Soedarsono, dan Poedjiastoeti, 2022), antara lain :

1. Tanah cukup stabil, tidak mudah erosi, tempat yang aman, arus aliran yang
stabil, dan daerah sungai yang landai dan lurus untuk keamanan bangunan
intake dan kesinambungannya.

2. Aliran air yang menuju intake sebaiknya bebas dari hambatan dan
gangguan.

3. Jauh dari sumber kontaminan (biasanya jauh dari daerah hilir)

4. Terletak dibagian hulu sungai.

5. Intake dilengkapi beberapa pelengkap seperti screen.

6. Sebisa mungkin intake dekat dengan daerah pelayanan.

7. Apabila muka air konstan dan tebing sungai terendam, intake dapat dibuat
di dekat sungai.
12

8. Intake harus dibuat dengan mempertimbangkan peningkatan debit di masa


yang akan datang.

Bangunan intake memiliki beberapa jenis untuk air permukaan ini berdasarkan pada
(SNI 7829:2012) yang dibagi menjadi 5 jenis. Hal ini disesuaikan dengan
pertimbangan-pertimbangan atas bentuk air permukaan dan hal-hal lainnya yang
ingin digunakan sebagai air baku, sedangkan Jenis intake yang digunakan dalam
pengolahan sumber air baku sungai Sambas kecil (Teberau) adalah intake bebas
tanpa pintu air. Alasan penggunaan intake tanpa pintu air ialah dikarenakan
pembuatan dalam konstruksinya lebih mudah dan tidak menggunakan lahan yang
cukup luas apabila dibandingkan dengan bangunan intake dengan jenis ‘dengan
pintu air’

1. Bangunan Pengambilan Bebas (Intake bebas)

Kelengkapan dalam bangunan intake jenis pengambilan bebas, yaitu:

a. Saringan sampah.

b. Inlet.

c. Bangunan pengendap (grit chamber).

d. Bangunan sumur atau pemompaan.

e. Pintu sorong.

Pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan untuk memilih intake


jenis pengambilan bebas, yaitu:
a. Fluktuasi muka air tidak terlalu besar.

b. Kedalaman air cukup untuk dapat masuk ke inlet.

c. Harus ditempatkan pada sungai yang lurus.

d. Alur sungai tidak berubah-rubah.

e. Kestabilan lereng sungai cukup mantap.

Adapun gambaran informatif yang terlampir mengenai bangunan


pengambilan bebas ini sebagai berikut.
13

Gambar 2. 1 Denah bangunan pengambilan bebas dengan pintu air

Sumber : SNI 7829:2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan
Air Minum

Gambar 2. 2 Potongan 1 Bangunan pengambilan bebas dengan pintu air

Sumber : SNI 7829:2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan
Air Minum
14

Gambar 2. 3 Detail A bangunan pengambilan bebas dengan pintu air

Sumber : SNI 7829:2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan
Air Minum

Gambar 2. 4 Potongan 4 bangunan penambilan bebas dengan pintu air

Sumber : SNI 7829:2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan
Air Minum
15

Gambar 2. 5 Potongan 3 Bangunan pengambilan bebas dengan pintu air

Sumber : SNI 7829:2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan
Air Minum

Gambar 2. 6 Denah Bangunan Pengambilan Bebas Tanpa Pintu Air

Sumber : SNI 7829:2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan
Air Minum
16

Gambar 2. 7 Potongan 1 Bangunan Pengambilan Bebas Tanpa Pintu Air

Sumber : SNI 7829:2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan
Air Minum

Gambar 2. 8 Potongan 2 Bangunan Pengambilan Bebas Tanpa Pintu Air

Sumber : SNI 7829:2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan
Air Minum
BAB III
RANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN AIR

3.1 Standar kualitas air


Standar kualitas air mengacu pada PP Nomor 22 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang terlampir
mengenai Baku Mutu Air Sungai dan Sejenisnya. Baku mutu air sungai
dipersyaratkan dengan beberapa parameter yang akan dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 3. 1 Baku Mutu Air Sungai dan Sejenisnya Berdasarkan PP Nomor 22


Tahun 2021
No Parameter Unit Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Keterangan
Perbedaan
oC
1 Temperatur Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev 3 dengan suhu
udara di atas
permukaan air
Padatan Terlarut Total Tidak berlaku untuk
2 mg/L 1,000 1,000 1,000 2,000
(TDS) muara
Padatan
3 mg/L 40 50 100 400
TersuspensiTotal
(TSS)
Tidak berlaku untuk
Pt-
air gambut
4 Warna Co 15 50 100 -
(berdasarkan kondisi
Unit
alaminya)
Tidak berlaku untuk
air gambut
5 Derajat Keasaman (pH) 6-9 6-9 6-9 6-9
(berdasarkan kondisi
alaminya)
Kebutuhan Oksigen
6 mg/L 2 3 6 12
Biokimiawi (BOD)
Kebutuhan Oksigen
7 mg/L 10 25 40 80
Kimiawi (COD)
8 Oksigen Terlarut mg/L 6 4 3 1 Batas minimal
9 Sulfat(SO4 2-) mg/L 300 300 300 400
10 Klorida (Cl-) mg/L 300 300 300 600
11 Nitrat (Sebagai N) mg/L 10 10 20 20
12 Nitrit (Sebagai N) mg/L 0.06 0.06 0.06 -
13 Amoniak (Sebagai N) mg/L 0.1 0.2 0.5 -
14 Total Nitrogen mg/L 15 15 25 -
15 Total Fosfat (Sebagai P) mg/L 0.2 0.2 1 -
16 Fluorida (P) mg/L 1 1.5 1.5 -
17 Belerang (Sebagai H2S) mg/L 0.002 0.002 0.002 -
18 Sianida (CN-) mg/L 0.02 0.02 0.02 -
Bagi air baku air
19 Klorin Bebas mg/L 0.03 0.03 0.03 - minum tidak
dipersyaratka
n
20 Barium (Ba) terlarut mg/L 1 - - -
21 Boron (B) terlarut mg/L 1 1 1 1
22 Merkuri (Hg) terlarut mg/L 0.001 0.002 0.002 0.005
23 Arsen (As) terlarut mg/L 0.05 0.05 0.05 0.1
24 Selenium (Se) terlarut mg/L 0.01 0.05 0.05 0.05
25 Besi (Fe) terlarut mg/L 0.3 - - -
26 Kadmium (Cd) terlarut mg/L 0.01 0.01 0.01 0.01

17
18

27 Kobalt (Co) terlarut mg/L 0.2 0.2 0.2 0.2


28 Mangan (Mn) terlarut mg/L 0.1 - - -
29 Nikel (Ni) terlarut mg/L 0.05 0.05 0.05 0.1
30 Seng (Zn) terlarut mg/L 0.05 0.05 0.05 2
31 Tembaga (Cu) terlarut mg/L 0.02 0.02 0.02 0.2
32 Timbal (Pb) terlarput mg/L 0.03 0.03 0.03 0.5
Kromium Heksavalen
33 mg/L 0.05 0.05 0.05 1
(Cr(VI))
Minyak dan Lemak
34 mg/L 1 1 1 10
Deterjen Total
35 mg/L 0.2 0.2 0.2 -
Fenol
36 mg/L 0.002 0.005 0.01 0.02
Aldrin/Dieldrin
37 ug/L 17 - - -
BHC
38 ug/L 210 210 210 -
Chlordance
39 ug/L 3 - - -
DDT
40 ug/L 2 2 2 2
Endrin
41 ug/L 1 4 4 -
Heptachlor
42 ug/L 18 - - -
Lindane
43 ug/L 56 - - -
Methoxychlor
44 ug/L 35 - - -
Toxapan
45 ug/L 5 - - -

MPN
Fecal Coliform
46 /100 100 1,000 2,000 2,000
mL
MPN
Total Colimform
47 /100 1000 5,000 10,000 10,000
mL
Sampah
48 nihil nihil nihil nihil
49 Radioaktivitas
Gross-A Bq/L 0.1 0.1 0.1 0.1
Gross-B Bq/L 1 1 1 1

Adapun keterangan tambahan yakni:


1. Kelas 1 merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku
air minum, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.

2. Kelas 2 merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas 3 merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman,
19

dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama


dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas 4 merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


mengairi pertanaman dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan keguanaan tersebut.

Pada perencanaan ini, standar kualitas air sungai yang menjadi patokan
yaitu standar yang memenuhi Kelas 1 dikarenakan peruntukannya dapat
digunakan untuk air baku air minum.

3.2 Syarat Kualitas Air Minum


Syarat kualitas air minum mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010, Yaitu peraturan yang mengatur
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Peraturan ini bertujuan untuk memastikan
bahwa air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia aman dan memenuhi
standar kualitas yang ditetapkan. Berikut adalah beberapa syarat kualitas air minum
menurut Permenkes 492 Tahun 2010:

Tabel 3. 2 Permenkes RI Nomor 492 Tahun 2010 Parameter Wajib Persyaratan


Kualitas Air Minum
Kadar Maksimum yang
No Jenis Parameter Satuan
Diperbolehkan
1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1) E. coli Jumlah per 100 mL sampel 0
2) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 mL sampel 0
b. Kimia anorganik
1) Arsen mg/L 0.01
2) Fluorida mg/L 1.5
3) Total Kromium mg/L 0.05
4) Kadmium mg/L 0.003
5) Nitrit, (Sebagai NO2-) mg/L 3
6) Nitrat, (Sebagai NO3-) mg/L 50
7) Sianida mg/L 0.07
8) Selenium mg/L 0.01
2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan
a. Parameter Fisik
1) Bau Tidak Berbau
2) Warna TCU 15
3) Total Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 500
4) Kekeruhan NTU 5
5) Rasa Tidak Berasa
6) Suhu oC Suhu Udara ± 3
b. Parameter Kimiawi
1) Aluminium mg/L 0.2
2) Besi mg/L 0.3
3) Kesadahan mg/L 500
4) Khlorida mg/L 250
5) Mangan mg/L 0.4
20

6) pH 6.5-8.5
7) Seng mg/L 3
8) Sulfat mg/L 250
9) Tembaga mg/L 2
10) Amonia mg/L 1.5
Tabel 3. 3 Permenkes RI Nomor 492 Tahun 2010 Parameter Tambahan
Persyaratan Kualitas Air Minum
Kadar Maksimum yang
No Jenis Parameter Satuan
Diperbolehkan
1 Kimiawi
a. Bahan Anorganik
Air Raksa mg/L 0.001
Antimon mg/L 0.02
Barium mg/L 0.7
Boron mg/L 0.5
Molybdenum mg/L 0.07
Nikel mg/L 0.07
Sodium mg/L 200
Timbal mg/L 0.01
Uranium mg/L 0.015
b. Bahan Organik
Zat Organik (KMnO4) mg/L 10
Deterjen mg/L 0.05
Chlorinated alkanes
Carbon tetrachloride mg/L 0.004
Dichloromethane mg/L 0.02
1,2-Dichloroethane mg/L 0.05
Chlorinated ethenes
1,2-Dichloroethane mg/L 0.05
Trichloroethene mg/L 0.02
Tetrachloroethene mg/L 0.04
Aromatic hydrocarbons
Benzene mg/L 0.01
Toluene mg/L 0.7
Xylenes mg/L 0.5
Enthylbenzene mg/L 0.3
Styrene mg/L 0.02
Chlorinated benzenes
1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCB) mg/L 1
1,4-Dichlorobenzene (1,4-DCB) mg/L 0.03
Lain-lain
Di(2-ethylhexyl)phthalate mg/L 0.008
Acrylamide mg/L 0.0005
Epichlorohydrin mg/L 0.0004
Hexachlorobutadiene mg/L 0.0006
Ethylenediaminetetraacetic acid
mg/L 0.6
(EDTA)
Nitrilotriacetic acid (NTA) mg/L 0.2
c. Pestisida
Alachlor mg/L 0.02
Aldicarb mg/L 0.01
Aldrin dan dieldrin mg/L 0.00003
Atrazine mg/L 0.002
Carbofuran mg/L 0.007
Chlordane mg/L 0.0002
Chlorotoluron mg/L 0.03
DDT mg/L 0.001
1,2-Dibromo-3-chloropropane
mg/L 0.001
(DBCP)
2,4-Dichlorophenoxyacetic acid
mg/L 0.03
(2,4-D)
1,2-Dicholorpropane mg/L 0.04
Isoproturon mg/L 0.009
Lindane mg/L 0.002
MCPA mg/L 0.002
Methoxychlor mg/L 0.02
21

Metolachlor mg/L 0.01


Molinate mg/L 0.006
Pendimethalin mg/L 0.02
Pentachlorophenol (PCP) mg/L 0.009
Permethrin mg/L 0.03
Simazine mg/L 0.002
Trifluralin mg/L 0.02
Chlorophenoxy herbicides selain
2,4-D dan MCPA
2,4-DB mg/L 0.09
Dichlorprop mg/L 0.1
Fenoprop mg/L 0.009
Mecoprop mg/L 0.001
2,4,5-Trichlorophenoxyacetic
mg/L 0.009
acid
d Desinfektan dan Hasil Sampingannya
Desinfektan
Chlorine mg/L 5
Hasil Sampingan
Bromate mg/L 0.01
Chlorate mg/L 0.7
Chlorite mg/L 0.7
Chlorophenols
2,4,6-Trichlorophenol
mg/L 0.2
(2,4,6-TCP)
Bromoform mg/L 0.1
Dibromochloromethane (DBCM) mg/L 0.1
Bromodichloromethane (BDCM) mg/L 0.06
Chloroform mg/L 0.3
Chlorinated acetic acids
Dichloracetic acid mg/L 0.05
Trichloroacetic acid mg/L 0.02

Chloral hydrate
Halogenated acetonitrilies
Dichloroacetonitrile mg/L 0.02
Dibromoacetonitrile mg/L 0.07
Cyanogen chloride (sebagai CN) mg/L 0.07
2 Radioaktifitas
Gross alpha acitivity Bq/L 0.1
Gross beta activity Bq/L 1

Adapun keterangan-keterangan penting yang perlu digarisbawahi


dalam pelaksanaan perencanaan bangunan pengolahan air minum pada
Permenkes RI Nomor 492 Tahun 2010, yakni:

5. Pasal 3 Ayat 1
Air minum aman bagi kesehatan apabila memnuhi persyaratan fisika
mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter
wajib dan parameter tambahan.

6. Pasal 3 Ayat 2
Parameter wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh
seluruh penyelenggara air minum.

7. Pasal 3 Ayat 3
22

Pemerintah daerah dapat menetapkan parameter tambahan sesuai


dengan kondisi lingkungan daerah masing-masing dengan
mengacu pada parameter tambahan sebagaimana diatur dalam
Peraturan ini.

8. Pasal 4 Ayat 1
Untuk menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat
dilakukan pengawasan kualitas air mimnum secara eksternal dan
secara internal.

9. Pasal 4 Ayat 2

Pengawasan kualitas air minum secara eksternal merupakan


pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atauoleh KKP khusus untuk wilayah kerja KKP.

10. Pasal 4 Ayat 3


Pengawasan kualitas air minum secara internal merupakan
pengawasanyang dilaksanakan oleh penyelenggara air minum untuk
menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi syarat
sebagaimanadiatur dalam Peraturan ini.

11. Pasal 4 Ayat 4


Kegiatan pengawasan kualitas air minum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi inspeksi sanitasi, pengambilan sampel air,
pengujian kualitas air, analisis hasil pemeriksaan laboratorium,
rekomendasi, dan tindak lanjut.

12. Pasal 6
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri dan Kepala
BPOM dapat memerintahkan produsen untuk menarik produk air
minum dari peredaran atau melarang pendistribusian air minum di
wilayah tertentu yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
diatur dalam Peraturan ini.

13. Pasal 7
23

Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewenangannya


memberikan sanksi administratif kepada penyelenggara air minum
yang tidak memenuhi persyaratan kualitas air minum sebagaimana
diatur dalam Peraturan ini.

3.3 Jenis Sistem Pengolahan


Unit produksi sistem penyediaan air minum berfungsi untuk mengolah air
baku menjadi air minum. Untuk mencapai kualitas air yang sesuai dengan standar
kualitas air minum tersebut, air baku diolah dengan proses pemisahan partikel
kasar, proses pemisahan tersuspensi, proses pemisahan terlarut, proses netralisasi
dan proses desinfeksi.

Adapun unit – unit pengolahan pada daerah perencanaan ialah sebagai


berikut :

3.3.1 Intake
Intake atau bangunan penangkap air merupakan bangunan pengambilan
untuk pengolahan air bersih. Intake merupakan bangunan untuk pengumpulan air
baku yang akan dialirkan ke instalasi pengolahan air bersih (Alfiyanto, 2021).
Fungsi intake adalah menampung air baku sementara sebelum dialirkan untuk
diolah pada unit pengolahan selanjutnya. Bangunan intake dilengkapi dengan
screen yang berfungsi untuk menyaring benda- benda kasar yang terapung agar
tidak mengganggu proses pemompaan air baku. Pengolahan pertama yang
dilakukan pada sumber air baku adalah proses screening/penyaringan.

Penyaring kasar/coarse screen ini diletakkan pada struktur intake yang


biasanya disebut bak sampah/rak puing. Fungsinya adalah untuk mencegah
clogging pada intake dengan cara menyaring agar batang kayu, puing-puing
sampah atau benda kasar lainnya yang terbawa sepanjang aliran tidak masuk ke
intake (Diandi, Wardhani, & Kramawijaya, 2019).

3.3.2 Koagulasi

Koagulasi sangat berlangsung dengan cepat, kemungkinan bisa kurang dari


satu detik. Prinsipnya adalah menurunkan atau menghilangkan partikel suspensi
dengan pembubuhan koagulan kimia agar terjadi proses ion-ion dengan muatan
24

yang berlawanan dengan muatan koloid yang dimasukkan ke dalam air sehingga
meniadakan kestabilan koloid. Koagulasi merupakan proses pembentukan koloid
yang stabil menjadi koloid yang tidak stabil (Diandi, Wardhani, & Kramawijaya,
2019).

3.3.3 Flokulasi

Flokulasi didefinisikan sebagai proses penggabungan flok- flok hasil


koagulasi dengan pengadukan lambat. Flokasi bertujuan untuk mempercepat
kecepatan partikel yang saling bertubrukan untuk pembentukan gumpalan atau flok
agar menghasilkan ukuran dan berat yang sesuai untuk proses pengendapan
selanjutnya (Diandi, Wardhani, & Kramawijaya, 2019).

3.3.4 Filtrasi
Filtrasi adalah penyisihan padatan tersuspensi dengan proses fisik, dimana
aliran air melalui susunan media granular. Filtrasi berperan dalam mengurangi
kekeruhan, warna, mikroorganisme dan partikulat dalam air. Padatan tersuspensi
dan senyawa partikulat meningkatkan daya tahan mikroba terhadap desinfektan,
sehingga filtrasi meningkatkan kinerja desinfeksi. Media filter paling banyak
digunakan adalah pasir silika, antrasit, garnet dan ilmenit. Media karbon aktif
granular (GAC) dapat digunakan karena dapat mengadakan proses adsorpsi dan
filtrasi. Konfigurasi media filter yang umum digunakan adalah media tungal,
media tunggal deep-bed, media ganda, dan media campuran. (Matthew Christian
Hamonangan dan Adhi Yuniarto, 2022).

3.3.5 Clearwell Reservoir


Clearwell Reservoir merupakan bak penampung air hasil pengolahan yang
siap untuk didistribusikan kepada konsumen (Diandi, Wardhani, &
Kramawijaya, 2019).

3.4 Perencanaan Sistem Pengolahan


Perencanaan untuk sistem pengolahan air minum pada daerah perencanaan
yaitu desa Lubuk Dagang berdasarkan pada hasil analisa kandungan parameter-
parameter terhadap baku mutu dan standar mutu, sehingga sistem pengolahan yang
25

akan direncanakan, diharapkan dapat menurunkan parameter berlebih dari baku


mutu maupun standar mutu sehingga air aman untuk digunakan.

Adapun tabel hasil analisa kualitas air sungai Teberau ialah sebagai berikut :

Tabel 3. 4 hasil analisa kualitas air sungai Teberau

Kelas Air
Kualitas
No. Parameter Satuan Kelas Kelas Kelas Kelas
Air Sungai
I II III IV
1. pH - 6,3 6-9 6-9 6-9 6-9
2. TDS mg/l 57 1000 1000 1000 2000
3. Suhu mg/l 26,5 3 Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev
4. Besi (Fe) mg/l 0,54 0,3 - - -
5. Mangan (Mn) mg/l 0,05 10 10 20 20
6. Nitrat (No3) mg/l 0,16 10 10 20 20
7. Nitrit (No2) mg/l 0,013 0,06 0,06 0,06 -
8. Seng (Zn) mg/l 0,05 0,2 0,2 0,1 -
9 Sulfat (SO4) mg/l 34 300 300 300 400
10 Warna Pt-Co Unit 168 15 50 100 -

Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021.


Keterangan :
M mmm : Melebihi Baku Mutu

Berdasarkan hasil analisa beberapa parameter dari sumber air baku, adapun
beberapa parameter yang melebihi baku mutu maupun standar air bersih,
diantaranya Kekeruhan, Warna, Nitrit (No2), dan Besi (Fe). Oleh karena itu,
pengolahan yang direncanakan harus dapat menurunkan kadar parameter yang
telah melewati baku mutu maupun standar tersebut. Adapun sistem pengolahan
yang direncanakan yaitu sistem konvensional digambarkan pada flowchart
berikut.
26

Gambar III. 1 Flowchart Pengolahan Air Minum Perencanaan

Dasar pemilihan ini dipengaruhi oleh beberapa aspek, terutama pada


parameter yang ingin diturunkan. Bangunan intake direncanakan dengan tipe
Bangunan Pengambilan Bebas dengan salah satu alat pelengkapnya yaitu
screening. Pemasangan screening dilakukan agar dapat menyaring sampah atau
partikel yang berukuran besar sehingga tidak masuk dan mengganggu proses
pengolahan pada IPA. Setelah melalui screening, air akan ditransmisikan menuju
Instalasi Pengolahan Air (IPA).

Unit koagulasi merupakan proses pencampuran koagulan ke dalam air baku


olahan sehingga menyebabkan destabilisasi partikel. Pada proses ini, partikel koloid
yang terlalu ringan akan terikat oleh koagulan sehingga terbentuk partikel dengan
ukuran yang cukup besar dalam waktu singkat dan dapat menyisihkan berbagai
macam parameter seperti Kekeruhan, Warna, Nitrit (No2), dan Besi (Fe). Koagulan
yang akan digunakan pada proses koagulasi ini adalah PAC (Poly Aluminium
Chloride) dikarenakan efisiensi penurunan parameter-parameter yang tinggi
dengan penggunaan dosis yang relatif sedikit dibandingkan koagulan lainnya.

Setelah dari unit koagulasi, air olahan akan berlanjut pada unit flokulasi,
dimana terjadi penggabungan partikel-partikel yang telah menyatu dengan
koagulan membentuk flok yang lebih besar. Dengan adanya proses flokulasi ini,
maka partikel-partikel tadi akan lebih mudah diendapkan. Unit sedimentasi sebagai
bak pengendapan flok-flok yang sudah tercipta dari unit flokulasi. Setelah flok-flok
tersebut telah diendapkan dan disisihkan, air akan memasuki pada proses filtrasi.
27

Unit Proses filtrasi dilakukan dengan memompakan air baku ke bak


penampung yang selanjutnya dialirkan ke filter karbon aktif untuk menghilangkan
kandungan zat amonium dan bahan mengandung nitrogen lainnya. Kemudian
airnya dialirkan ke filter catridge untuk menghilangkan padatan terlarut berukuran
> 5 mikron. Air yang keluar dari catridge ini sudah jernih. Setelah saringan karbon
aktif mencapai kapasitas optimalnya, maka harus dilakukan pencucian
(backwashing) artinya selama proses berlangsung kemampuan adsorpsi karbon
aktif tersebut semakin lama makin berkurang dan akhirnya menjadi jenuh sehingga
harus diganti dengan karbon aktif yang baru lama pakai karbon aktif tersebut
tergantung kepada kualitas air baku dan jumlah air yang akan disaring. Dalam
keadaan normal, penggantian biasanya satu-dua kali dalam setahun. Setelah air
jernih melalui unit filtrasi, air menjadi jernih dan bersih sehingga siap untuk
didistribusikan, tetapi sebelum didistribusikan lebih lanjut pada masyarakat, air
ditampung pada bak clearwell reservoir (CWR).
BAB IV

RANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR

Rancangan bangunan pengolahan air minum harus dirancang dengan baik dan
juga mempertimbangkan banyak faktor dalam segi biaya operasional ataupun
dalam biaya pembangunan perencanaan. Perencanaan yang baik berupa ekonomis
dan berkualitas tinggi. Ada juga pertimbangan keberhasilan dari pengolahan air
tersebut ditentukan dari kriteria berikut.

1. Sebuah sistem harus dapat menghasilkan air minum yang memiliki


kualitas air yang sesuai dengan batasan standar yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan
2. Sebuah sistem pengolahan harus dapat memproduksi air minum dengan
kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan air minum serta
fluktuasi pemakaian air.
3. Sebuah sistem harus bisa mendistribusikan air minum kepada konsumen
dengan harga pasaran yang dapat terjangkau.

Dengan analisa beberapa parameter yang ingin diturunkan untuk memenuhi


standar air minum, maka direncanakan rangkaian unit pengoalahan. Seperti yang
dikemukakan pada poin 3.4 Perencanaan Sistem Pengolahan didapati rangkaian
yang harus dipenuhi untuk mengolah air tersebut yaitu alternatif sistem
konvensional lengkap. Setelah melalui pertimbangan-pertimbangan secara teknis,
nonteknis, maupun hal-hal lainnya, maka dapat dilakukan langkah perhitungan
dimensi untuk tiap unit pengolahan yang akan dibuat. Pada perencanaan ini, kriteria
desainnya berdasarkan pada SNI 6774: 2008 untuk perencanaan unit paket instalasi
pengolahan air dan SNI 7829: 2012 untuk bangunan pengambilan air baku untuk
instalasi pengolahan air minum Adapun perhitungan dimensi bangunan unit-unit
pengolahan yang telah direncanakan sebagai berikut.

28
29

4.1 Perhitungan Dimensi Bangunan Penangkap Air

4.1.1 Intake
Panjang pipa transmisi dapat dihitung dengan melihat dari intake ke
instalasi pengolahan air, sedangkan diameter pipa dapat ditentukan
berdasarkan kapasitas maximum. Dalam menentukan diameter pipa dapat
ditentukan dengan persamaan Hazen William sebagai berikut :.

Q = 0.2785 × 𝐶 × 𝑆0.54 × 𝑑2.63

Keterangan :

Q = Debit Harian Maksimum

C = Koefesien Kekasaran Pipa

D = Diameter Pipa (m)

S = Kemiringan

Ketentuan yang direncanakan pada bangunan pengambil air (intake)


yang akan dibuat yaitu :

 Kapasitas pengolahan : 9,23 L/detik (9 L/detik) = 0,00923 m3 /detik


(0,009 m3 /detik)

 Kecepatan aliran pada pipa (vpipa) = 0,4368 m/s

Sehingga, luas penampang pipa (A) pada intake dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan kontinuitas, sebagai berikut :

𝑄=𝐴𝑥𝑣

Maka, luas penampang pipa dan diameternya yaitu :

 Luas penampang pipa

𝑄
A=𝑉

0,009
A= 1
30

= 0,009 𝑚3 / detik

 Diameter pipa

𝐴𝑥4
𝑑 2=
𝜋

0,009 𝑥 4
𝑑 2=
3,14

𝑑 2= 0,011465 𝑚2

d = 0,162 m ≈ 162 mm = 6 inch

Dengan diketahui luas penampang pipa dan diameter pipa, maka


kecepatan aliran air didalam pipa dapat dihitung dengan :

 Luas permukaan pipa (A)


1
= 𝝅 𝐷2
4

1
= (3,14) (0,162 )2
4

= 0,0206 𝑚2

 Kecepatan aliran dalam pipa (v)

𝑄
V=
𝐴
31

0,009
V=
0,0206

V = 0,4368 m/s

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat diketahui diameter pipa


untuk intake yaitu sebesar 164 mm, untuk menghindari kerusakan pipa dan
sesuai dengan ukuran diameter pasaran maka digunakan pipa berdiameter 180
mm (6 inch) sesuai dengan diameter spesifikasi pipa HDPE air bertekanan
SNI 06-4829-2005/ISO 4427:2007. Kecepatan aliran dalam pipa adalah
0,4374 m/detik yang memenuhi kriteria pipa transmisi berdasarkan
Keputusan Mentri PU Nomor 18 Tahun 2007 dengan kecepatan aliran
maksimum dalam pipa (Vmax) 0,3 – 4,5 m/s. Pipa yang digunakan pada
perencanaan ini yaitu pipa jenis HDPE (High Density Polyethylene). Pipa
HDPE tahan terhadap korosi karena pipa HDPE terbuat dari plastik dan
mempunyai kualitas dan tingkat kerapatan yang tinggi. Pipa ini memiliki
fleksibilitas tinggi, memiliki kemampuan dalam menahan benturan (Impact
Strength), ringan (mengapung di air) dengan densitas = 0,94 gr/cm3 sehingga
mudah dalam penanganan dan transportasi, tahan terhadap korosi dan abrasi,
dan sangat disarankan untuk distribusi air minum (ramah lingkungan) dengan
jangka waktu pemakaian 50 tahun.

4.1.2 Perhitungan Bar Screen


Pada intake biasanya dipasang kisi kisi atau saringan (screen) untuk
mencegah masuknya daun daun dan reruntuhan, melindungi pompa dari
sampah sampah dan benda benda penyumbat lainnya serta untuk
menghilangkan padatan padatan kasar yang mengapung. Asumsi – asumsi
yang digunakan:

1. Ketinggian muka air bangunan sadap pada saluran pembawa sama


dengan muka air sungai

2. Elevasi muka air maksimum (HWL) = + 12 m (dpl)

3. Elevasi muka air minimum (LWL) = + 4 m (dpl)


32

4. Elevasi muka air rata-rata (AWL) = + 7 m (dpl)

5. Elevasi dasar sungai = + 0 m (dpl)

a. Kriteria Desain

- Jarak kisi = 2,5 cm – 5 cm (Metcalf & Eddy,1981)

- Kemiringan kisi = 30º - 80º (Kawamura, 1991)

- Kecepatan = < 0,6 m/s (Kawamura, 1991)

- Tebal Bar Screen = 1,25 – 2 (Kawamura, 1991)

b. Perencaaan Desain

- Debit air baku = 0,00923 𝑚3 /detik

- Tinggi muka air di screen =7m

- Lebar kisi (w) = 10 cm = 0,01 m

- Jarak kisi (b) = 3 cm = 0,03 m

- Lebar saluran (L) = 0,3 m

- Kemiringan kisi (θ) = 60°

- Kecepatan = < 0,6 m/s

- Tebal bar screen = 2 cm

- Koefisien batang screen (𝛽) = 1,79 (lingkaran)

Perhitungan:

a. Jumlah Kisi

L = (𝑛 + 1) 𝑏 + (𝑛 𝑥 w)

0,3 = (n + 1) 0,03 + (n x 0,01)

0,3 = 0,04 n + 0,03

0,3 – 0,03 = 0,04 n


33

-0,04 n = -0,27

n = 6,75 ≈ 7 buah

b. Lebar Efektif Lubang

Lef = (n + 1) b

= (7 + 1) 0,03

= 8 x 0,03

= 0,24 m

c. Tinggi Efektif Lubang

Tinggi efektif lubang jika kemiringan:

𝐻
Hef =
sin 60

15 𝑚
= 0,866

= 17,32 m

d. Luas Efektif

Aef = Lef x Hef

= 0,24 x 17,32 = 4,15 𝑚2

e. Kecepatan Aliran saat Melewati Kisi

𝑄 0,009
v = 𝐴𝑒𝑓 = = 0,0021 m/detik
4,15

(memenuhi kriteria desain < 0,6 m/detik)

f. Head Velocity pada Kisi

𝑣2 0,00212
= 2𝑔 = = 2,25 x 10−7
2 𝑥 9,8

g. Headloss (kehilangan tinggi) saat Melewati Batang Screen


34

𝐻𝐿 = 𝛽 sin 60° (𝑤/𝑏)4/3 Hv

𝐻𝐿 = 1,79. sin 60° (0,01/0,03)4/3 x 2,25 x 10−7

𝐻𝐿 = 8,06 x 10−8

h. Tinggi Muka Air Setelah Melewati Kisi

= H – 𝐻𝐿

= 15 – 8.06 x 10−8

= 14,99 m

4.1.3 Perhitungan Kehilangan Tekanan Intake


Kehilangan tekan pada pipa di intake dan pipa transmisi terdiri dari
kehilangan tekan akibat belokan, gesekan, hisap dan ketinggian. Berikut
perhitungan kehilangan tekan tersebut.

1. Kehilangan Tekan Akibat Daya Hisap (suction head/hs)

Kehilangan tekan akibat daya hisap merupakan jarak antara


ketinggian muka air dalam pompa. Ketinggian muka air Sungai teberau
sebesar 15 m. Tinggi antara muka air dan pompa sebesar 14,99 m.
Sehingga, nilai kehilangan tekan akibat daya hisapnya yaitu 14,99 m.

2. Kehilangan Tekan Akibat Aksesoris Pipa (hl)

Kehilangan tekan akibat aksesoris pipa dianggap sebesar 10% dari


total kehilangan tekan. (Al-Layla, 1978). Sehingga, nilai hl didapatkan
dengan cara sebagai berikut:

10
hl = 100 x 14,99

hl = 1,5 m

Total h = h + hl

Total h = 14,99 + 1,5


35

Total h = 16,49 m ≈ 16,5 m

4.1.4 Perhitungan Pompa Intake


Diketahui

 Kerapatan air = 1000 (kg/𝑚3 )

 Debit air yang dipompa = 0,00923 𝑚3 /detik = 0,009 𝑚3 /detik

 Elevasi (intake – sungai) = 2 m

 H total = S x L + elevasi

= 0,364498 x 5,487 + 2

= 4,0 m

 Kriteria Desain

Efisiensi Pompa (𝜂) = 40 – 90% (Sularso, 2000)

Kecepatan air dalam pipa untuk air baku (0,6 – 2) m/detik

𝑄. 𝜌. 𝐻
Pw =
𝜇

Keterangan:

Pw = Daya pompa (Watt)

Q = Debit output per pompa (𝑚3 /s)

𝜌 = Massa jenis fluida (kg/𝑚3 )

H = Head pompa (m)

0,009. 1000 . 4
Pw = 0,85

Pw = 42,35 w = 0,04235 kw

Daya pompa yang diperlukan untuk mengalirkan air dengan debit 0,009 m³/
detik diperlukan pompa dengan daya 0,042 kw.
36

4.2 Perhitungan Dimensi Bangunan Pengolahan Air


Perhitungan dimensi bangunan pengolahan air meliputi unit koagulasi, unit
flokulasi, unit sedimentasi, bak pengumpul lumpur, unit filtrasi, dan unit reservoir.
Adapun perhitungan unit-unit tersebut dijabarkan dalam poin-poin tersebut.

4.2.1 Perencanaan Unit Koagulasi


Koagulasi merupakan proses penambahan suatu zat (koagulan) ke
dalam air baku yang diikuti dengan pengadukan cepat yang menyebabkan
partikel-partikel koloid yang bermuatan negatif menjadi netral, sehingga
muatan yang netral tersebut saling mendekat dan menempel satu sama lain
dan membentuk flok. Proses ini bertujuan untuk menurunkan warna, bau dan
rasa pada air baku. Pengadukan cepat pada unit koagulasi direncanakan
dengan menggunakan pengadukan secara mekanis.

a. Kriteria Desain

- Gradien kecepatan (G) = 700 – 1000 detik

- Waktu detensi (td) = 20 – 60 detik

- Kedalaman bak (H) = 1,5 x diameter bak

- Diameter bak = 50 – 80% dari lebar bak

- Kecepatan pengadukan = 20 – 150 rpm (Reynold dan Richard,


1996)

b. Perencanaan

- Pengadukan dengan paddle impeller dengan blade

- Bentuk bak = silinder

- Debit rencana (Q) = 0,00923 𝑚3 /detik = 0,009 𝑚3 /detik

- Waktu detensi (td) = 60 detik

- Kecepatan aliran (V) = 2 m/s

- Gradien kecepatan (G) = 850 L/detik


37

- Kedalaman bak (H) = 1,5 × diameter bak

- Panjang Bak (P) = 60% x diameter bak

- Massa Jenis Air = 997 kg/𝑚3

- Jarak impeller dari dasar = 1 x diameter impeller

- Viskositas dinamis (μ) = 0,89 × 10−3 kg/m.detik

- Efisiensi motor = 70%

- Lebar blade (b) = 0,5 m

- Koefisien drag (Cd) = 1,8

- K = 0,25

c. Perhitungan

1. Dimensi bak

 Volume bak = Q x td

= 0,009 x 60

= 0,54 𝑚3

Volume bak = A x H

1
0,54 = (4 𝜋𝐷2 ) x (1,5.D)

1
0,54 = (4 . 3,14. 𝐷2 ) x (1,5.D)

0,54 = 0,785 𝐷2 × (1,5. D)

0,54
0,785 𝐷2 = 1,5.𝐷

1,1775 𝐷3 = 0,54

0,54
𝐷3 = 1,1775

𝐷3 = 0,458
38

𝐷 = 0,77 m

Kedalaman bak = 1,5 x diameter

= 1,5 x 0,77 m

= 1,19 m

2. Daya pengadukan

P = 𝜇 x V x 𝐺2

P = (0,89 × 10−3 ) x 0,54 x 8502

P = 347,233 watt = 0, 347233 kw

3. Dimensi blade

 lebar (b) = 0,5 m

 panjang (p) = 60% x diameter bak

= 60% x 0,77 m

= 0,46 m

 jari-jari paddle = p/2

= 0,46/2

= 0,23 m

4. Putaran motor untuk multiple blade


𝑝
N = (𝐶𝐷 𝑥 𝑙𝑤 𝑥 (1,44 𝑥 10−4 ) 𝑥 (1−𝑘)3 𝑥 𝑏 𝑥 (𝑟)4 )1/3

0,308652
N = (1,8 𝑥 997 𝑥 (1,44 𝑥 10−4 ) 𝑥 (1−0,25)3 𝑥 0,5 𝑥 (0,22)4 )1/3

0,347233
N = (0,000127695 )1/3
39

N = 13,957 ≈ 13 rpm

5. Zona intlet dan outlet

Zona inlet dan outlet dalam unit koagulasi ini menggunakan ukuran
pipa yang sama dengan perhitungan sebagai berikut:

 Luas penampang

𝑄 0,009
A=𝑉= = 0,0045 m
2

 Diameter

1
A = 4 𝑥 3,14 𝑥 𝐷2

1
0,0045 = 4 . 3,14. 𝐷2

0,0045 = 0,785 𝐷2

0,0045
𝐷2 = 0,785

𝐷2 = 0,005

𝐷 = 0,0707 m ≈ 70,7 mm

d. Perhitungan Dimensi Bak Pembubuhan Koagulan


1. Perencanaan
 Koagulan yang digunakan adalah alumunium sulfat
 Dosis pembubuh alum, cal = 40 mg/l
 Kadar alum dalam tawas = 60 %
 Berat jenis alum (𝜌al) = 2,71 kg/liter
 Konsentrasi larutan = 10 %
 Waktu detensi = 8 jam
 Jumlah bak koagulan = 1 unit
 Efisiensi pompa pembubuh (𝜇) = 75%
 Tinggi bak = 0,75 m
 Warna (kekeruhan) = 168 NTU
40

 Persentase penyisihan kekeruhan = 90% = 0,9


2. Perhitungan
 Konsentrasi alum (Cal)
Jar test tawas = dosis = 0,6 x 𝑊𝑎𝑟𝑛𝑎0,9 = 0,6 x 1680,9 =
60,38≈ 60,4 mg/L
Wal = Cal x Q
= 82 x 9,23
= 756,86 mg/detik = 65,28 kg/hari
 Kebutuhan tawas per hari
100
𝑊𝑡 = x 65,28
60

= 108,8 kg/hari
Untuk periode pelarutan 8 jam
8
𝑊𝑡 = 24 x 108,8

= 36,26 kg/hari
 Debit tawas
𝑊 36,26
𝑄𝑡 = 𝜌𝑎𝑙𝑡 = 2,71

= 13,38 l/hari
= 1,5 x 10−4 l/detik
 Debit air pelarut
Konsentrasi alum 10%
100−10
𝑥 𝑊𝑡
10
𝑄𝑤 = 𝜌𝑤
9 𝑥 36,26
= 997

= 0,32 𝑚3 /hari = 3,7 x 10−3 l/detik


 Debit larutan
Ql = Qt + Qw
= 1,5 x 10−4 l/detik + 3,7 x 10−3 l/detik
= 0,00385 l/detik
 Berat jenis larutan
1 1
𝜌𝑙𝑎𝑟 = 10 100−10 = 10 100−10
( + ) ( + )
100 𝑥 𝜌𝑙𝑎𝑟 100 𝑥 𝜌𝑤 100 𝑥 2,71 100 𝑥 0,997
41

= 1,064 kg/L
 Volume bak pembubuh
Volume bak = Qlar x td x 3600
= 0,00385 x 8 jam x 3600
= 110,88 liter = 0,1108 𝑚3
 Dimensi bak
V = 𝜋 x 𝑟2 x H
0,09725 = 3,14 x 𝑟 2 x 1,5
0,09725 = 4,71 𝑟 2
0,1108
𝑟2 =
4,71

𝑟2 = 0,023 𝑚2
𝑟 = 0,151
D = 0,302 m
 Daya pompa
Υ 𝑥 𝑄𝑙 𝑥 𝐻
P = 𝜇

9,77 x 103 𝑥 0,00385 𝑥 0,75


= 0,75

= 37,61 watt = 0,03761 kw

4.2.2 Perhitungan Flokulasi


Flokulasi secara umum disebut juga pengadukan lambat. Flokukasi ini
berlangsung proses terbentuknya penggumpalan flok-flok yang lebih besar
dan akibat adanya perbedaan berat jenis terhadap air, maka flok-flok tersebut
dapat dengan mudah mengendap. Flokulasi dilakukan setelah proses
koagulasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam mendesain proses
flokulasi adalah kualitas air baku, proses pengolahan dan hasil yang akan
dicapai, kehilangan tekan, kondisi tempat, biaya, fasilitas pengolahan lainnya
dan aksesoris lainnya (Joko, 2010).

a. Kriteria Desain (Joko, 2010)

- Kondisi aliran, NRE = > 10.000

- Periode pengadukan, td = 10 – 20 menit


42

- Gradien kecepatan, G = 20 – 70 l/detik

- G x td = 10.000 – 100.000

b. Perencanaan

- Flokulasi menggunakan paddle impeller dan masing-masing


mempunyai 2 blade

- Dibuat dua persegi panjang dan tiga kompartemen. Kompartemen


berbentuk silinder

- Debit = 0,009 𝑚3 /detik

- Tahap 1, G = 70 l/detik td = 10 menit

- Tahap 2, G = 50 l/detik td = 10 menit

- Tahap 3, G = 30 l/detik td = 10 menit

- td total = 30 menit = 1800 detik

- Kedalaman bak (h) =3m

- Lebar blade (b) =1m

- 𝜌𝑤 = 997 kg/𝑚3 (25°C)

- Υw = 9,77 kn/𝑚3

- 𝜌𝑠 = 2600 kg/𝑚3

- 𝜇 = 0,89 x 10−3 kg/m.detik

- 𝜐 = 0,8934 x 10−6 𝑚2 /detik

- 𝐶𝐷 = 1,8

- 𝐾 = 0,25

- 𝜂 motor = 75%

c. Perhitungan

1. Dimensi tiap bak


43

V = Q x td

= 0,009 x (10 x 60)

= 5,4 𝑚3

V =AxH

𝑉 5,4
A =𝐻= = 1,8 𝑚2
3

1
A = 4 𝜋𝐷2

1
1,8 = 4 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2

1
1,8 = 4 𝑥 3,14 𝑥 𝐷2

1,8 = 0,785𝐷2

1,8
𝐷2 = 0,785

𝐷2 = 2,292 m

D = 1,51 m

2. Daya pengadukan tiap bak

𝑃1 = 𝜇 x V x 𝐺2

= 0,89 x 10−3 x 5,4 x 702

= 23,54 watt

𝑃2 = 𝜇 x V x 𝐺2

= 0,89 x 10−3 x 5,4 x 502

= 12,01 watt

𝑃3 = 𝜇 x V x 𝐺2
44

= 0,89 x 10−3 x 5,4 x 302

= 4,32 watt

3. Daya motor tiap bak

𝑃 23,54
P𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟1 = 𝜂 = = 31,38 watt
75%

𝑃 12,10
P𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟2 = 𝜂 = = 16,01 watt
75%

𝑃 4,32
P𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟3 = 𝜂 = 75% = 5,76 watt

4. Dimensi blade

Lebar, b =1m

Panjang, p = 60% D = 0,6 x 1,51 = 0,906 m

0,906
r paddle = = 0,453 m
2

5. Putaran motor untuk multiple blade

P = 𝐶𝐷 x 𝜌 x 1,44 . 10−4 x (1 − 𝐾)3 x 𝑛3 x 𝑟 4

 Bak 1

𝑃
n = (𝐶 )1/3
𝐷 𝑥 ρ 𝑥 (1,44 𝑥 10−4 ) 𝑥 (1−𝑘)3 𝑥 𝑟 4

31,38
n = (1,8 𝑥 997 𝑥 (1,44 𝑥 10−4) 𝑥 (1−0,25)3 𝑥 )1/3
0,4264

n = 20,59 rpm

 Bak 2

16,01
n = (𝐶 )1/3
𝐷 𝑥 ρ 𝑥 (1,44 𝑥 10−4 ) 𝑥 (1−𝑘)3 𝑥 𝑟 4

16,01
n = (1,8 𝑥 997 𝑥 (1,44 𝑥 10−4) 𝑥 (1−0,25)3 𝑥 )1/3
0,4264

n = 16,45 rpm
45

 Bak 3

5,76
n = (𝐶 −4 3 4 )1/3
𝐷 𝑥 ρ 𝑥 (1,44 𝑥 10 ) 𝑥 (1−𝑘) 𝑥 𝑟

5,76
n = (1,8 𝑥 997 𝑥 (1,44 𝑥 10−4) 𝑥 (1−0,25)3 𝑥 )1/3
0,4264

n = 11,70 rpm

6. Zona inlet dan outlet

- Ketinggian minimal adalah setinggi pipa dari bak koagulasi


(Joko,2010)

- Diameter pipa

1
A = 4 𝑥 3,14 𝑥 𝐷2

1
0,004 = 4 . 3,14. 𝐷2

0,004 = 0,785 𝐷2

0,004
𝐷2 = 0,785

𝐷2 = 0,005

𝐷 = 0,0707 m ≈ 70,7 mm

4.2.3 Perhitungan Filtrasi


Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi atau air baku
melalui media pasir. Proses yang terjadi selama penyaringan adalah
pengayakan (straining), flokulasi antar butir, sedimentasi antar butir, dan
proses biologis. Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan
menjadi saringan pasir cepat (filter bertekanan dan filter terbuka) dan
saringan pasir lambat. (Martin D, 2001). Dalam unit fitrasi pada perencanaan
ini digunakan filtrasi jenis saringan pasir cepat. Hal ini karena rapid send filter
memiliki kelebihan dalam segi dimensi unit filtrasi yang tidak memerlukan
46

lahan yang luas namun membutuhkan backwash dalam pengoperasiannya


(Schulz, 1984).

a. Kriteria Desain Saringan Pasir Cepat (Joko,2010)

- Kecepatan filtrasi (vf) = 8 – 12 m/jam

- Tebal media pasir (lp) = 60 – 80 cm

- Tebal media kerikil (lk) = 10 – 30 cm

- Waktu backwash (𝑡𝑏𝑤 ) = 5 – 15 menit

- Tinggi air di atas media (ha) = 0,9 – 1,2 m

- Diameter media = 0,6 – 1,2 mm

- Ekspansi backwash = 30 – 50%

- An orifice (𝐴𝑜𝑟 ) : A = (0,0015 – 0,005) : 1

- A lateral (𝐴𝑙𝑎𝑡 ) : 𝐴𝑜𝑟 = (2 – 4) : 1

- A manifold (Am) : Al = (1,5 – 3) : 1

- Jarak orifice (𝑊𝑜𝑟 ) = 6 – 20 cm

- Porositas = 0,36 – 0,45

- Diameter orifice (∅o) = 0,6 – 2 cm

- Kecepatan backwash (𝑉𝑏𝑤 ) = 15 – 25 m/jam

- Surface loading = 7 – 12 m/jam

b. Perencanaan

- 𝑉𝑓 = 12 m/jam = 0,0034 m/detik

- 𝐷𝑜𝑟 = 0,5 inch = 1,27 cm

- 𝐴𝑜𝑟 = 0,0025 x Af

- 𝑊𝑙𝑎𝑡 = 20 cm
47

- 𝑉𝑏𝑎𝑐𝑘𝑤𝑎𝑠ℎ = 20 m/jam

- Tebal lapisan pasir, Lp = 80 cm = 0,8 m

- Tebal lapisan kerikil, Lk = 30 cm = 0,3 m

- Diameter pasir, Dp = 0,6 mm = 6 x 10−4 m

- Diameter kerikil, Dk = 3 mm = 3 x 10−3 m

- Porositas awal, Po = 0,4

- 𝜐 = 0,893 x 10−6 𝑚2 /detik

- Ψ pasir = 0,82 (bulat)

- 𝐴𝑙𝑎𝑡 = 2 x 𝐴𝑜𝑟

- 𝐴𝑚𝑎𝑛 = 1,5 x 𝐴𝑙𝑎𝑡

- % ekspansi kerikil akibat 𝑉𝑏𝑤 = 10%

- 𝑡𝑏𝑤 = 10 menit = 600 detik

- 𝑁𝑅𝑒 pasir < 5

- 𝑁𝑅𝑒 kerikil > 5

c. Perhitungan

1. Dimensi bak

 Jumlah bak

n = 12 x 𝑄0,5 = 12 x (0,009)0,5 = 1,13 = 2

ditambah 1 cadangan bak sehingga jumlah bak yang beroperasi


sebanyak 3

 Debit tiap filter (𝑄𝑓 )

1
𝑄𝑓 = 2 x Q

1
𝑄𝑓 = 2 x 0,009 = 0,0045 𝑚3 /detik
48

 Luas tiap unit filter (Af)

𝑄𝑓 0,0045
Af = 𝑣𝑓 = 3,4 𝑥 10−3 = 1,32 𝑚2

Af = 2L x L

1,32 = 2𝐿2

0,66 = 𝐿2

L = 0,81 m

P = 2 x 0,81

P = 1,62 m

H =3m

2. Sistem Underdrain

 Orifice

Luas bukaan (Aor)

1
𝐴𝑜𝑟 = 4 𝜋𝐷2

1
𝐴𝑜𝑟 = 4 𝑥 3,14 𝑥 0,01272 = 1,27 x 10−4 𝑚2

 Jumlah lubang tiap filter (𝑛𝑜𝑟 )

0,0025.𝐴𝑓 0,0025 𝑥 1,32


𝑛𝑜𝑟 = = = 25,98 = 26 lubang
𝐴𝑜𝑟 1,27 x 10−4

 Lateral

Luas bukaan (𝐴𝑙𝑎𝑡 )

𝐴𝑙𝑎𝑡 = 2 x Aor x n

= 2 x 1,27 x 10−4 x 26

= 0,00660 𝑚2
49

 Manifold

Luas total (𝐴𝑚𝑎𝑛 ) = 1,5 x 𝐴𝑙𝑎𝑡

= 1,5 x 0,00660 = 0,0099 𝑚2

4 𝑥 𝐴𝑚𝑎𝑛
Diameter (𝐷𝑚𝑎𝑛 ) =√ 𝜋

4 𝑥 0,0099
=√ = 0,112 m
3,14

𝑃𝑚𝑎𝑛 = 𝑃𝑏𝑎𝑘 = 1,62 m

𝑃𝑚𝑎𝑛
Jumlah pipa lateral (n) = x2
𝑊𝑙𝑎𝑡

1,62
= x2
0,2

= 17 buah

Jumlah lateral tiap sisi : 17/2 = 8,5 buah

Panjang pipa lateral tiap sisi

𝐿𝑏𝑎𝑘 −𝐷𝑚𝑎𝑛 −(2 𝑥 𝑊𝑙𝑎𝑡 )


𝑃𝑙𝑎𝑡 = 2

0,81− 0,112 −(2 x 0,2)


= = 0,149 m
2

Diameter pipa lateral

4 𝑥 𝐴𝑙𝑎𝑡 /𝑛
𝐷𝑙𝑎𝑡 =√ 𝜋

4 𝑥 0,00660 /17
=√ = 0,022 m = 2 cm = 20 mm
3,14
50

3. Sistem Inlet

Inlet masing – masing unit filtrasi delengkapi dengan sebuah valve


yang berfungsi sebagai pembuka dan penutup saluran air saat akan filtrasi
dan pencucian (backwash).

 Inlet berupa pipa

Debit tiap saluran (Qi)

0,009
Qi = = 0,00225 𝑚3 /detik
4

Kecepatan dalam saluran 0,3 m/detik

Dimensi pipa

0,00225
A = = 0,0083 𝑚2
0,3

1
0,0067 = 4 𝜋𝐷2

1
0,0067 = 𝑥 3,14 𝑥 𝐷2
4

0,0092 = 𝐷2

0,095 =D

4. Perhitungan Backwash

 Pasir

Kecepatan backwash (𝑉𝑏𝑤 )

𝑉𝑏𝑤 = 6 x Vf

= 6 x 0,0034 = 0,020 m/detik

Porositas saat ekspansi


51

𝑣 1/4,5 𝑝𝑤 1/3.6 𝑉𝑏𝑤 1/4,5


Pe = 2,95 x 𝑔1/3,6 x [𝑝𝑠−𝑝𝑤] x 𝐷𝑝1/2

(0,893.10−6 )1/4,5 997 1/3.6 (0,020)1/3


= 2,95 x x [2600−997 ] x (6𝑥10−4)1/2
(9,81)1/3,6

= 0,68 𝑚2

𝑝𝑒−𝑝𝑜
% eks = x 100
1−𝑝𝑒

0,68−0,4
= x 100 = 87.5%
1−0,68

Tinggi ekspansi (Leks)

𝐿𝑒𝑘𝑠−𝐿𝑝
% eks = x 100
𝐿𝑝

𝐿𝑒𝑘𝑠−0,7
0,875 = 0,7

Le = 1,3 m

 Kerikil

Tinggi ekspansi

𝐿𝑒𝑘𝑠−𝐿𝑘
% eks = x 100
𝐿𝑘

𝐿𝑒𝑘𝑠−0,3
0,875 = 0,3

Le = 0,56 m

Porositas saat ekspansi:

𝑝𝑒−𝑝𝑜 𝐿𝑒𝑘𝑠 −𝐿𝑘


=
1−𝑝𝑒 𝐿𝑘

𝑝𝑒−0,4 0,56−0,3
=
1−𝑝𝑒 0,3

Pe = 0,249
52

 Debit pencucian (Qbw)

Qbw = vbw x Abak

= 0,017 x 1,32 = 0,022 𝑚3 /detik

 Volume backwash (Vbw)

Vbw = Qbw x tbw

= 0,022x 600 = 13,2 𝑚3

5. Perhitungan Saluran Penampung Air Pencuci

Air bekas pencucian yang berada di atas media penyalir dialirkan ke


gullet melalui gutter dan selanjutnya keluar melalui pipa pembuangan.
Dasar saluran gutter harus diletakkan di atas ekspansi maksimum pada
saatpencucian. Hal ini dilakukan agar pasir pada media penyaringan tidak
ikut terbawa pada saat pencucian.

 Debit pencucian (Q)

20 𝑚/𝑗𝑎𝑚
Q = x 1,32 = 0,005 𝑚3 /detik
3600

 Saluran gutter

Panjang gutter (Pg) = 6,4 m (asumsi)

Lebar gutter (Lg) = 0,5 m (asumsi)

Kedalaman air di saluran gutter (Hg)

𝑄 2/3
Hg = [1,38 𝑥 𝐿𝑔 ]

0,009 2/3
= [1,38 𝑥 0,5] = 0,05 m
53

Air sisa pencucian dari gutter akan masuk ke dalam gullet


dengan:

Lebar saluran (𝐿𝑏𝑢𝑎𝑛𝑔 ) = 0,2 m

Tinggi air dalam saluran pembuangan (𝐻𝑏𝑢𝑎𝑛𝑔 ):

2/3
𝑄
𝐻𝑏𝑢𝑎𝑛𝑔 = [1,38 𝑥 𝐿 ]
𝑏𝑢𝑎𝑛𝑔

0,009 2/3
= [1,38 𝑥 0,2] = 0,102 m

6. Sistem Outlet

Air yang telah disaring akan dialirkan melalui pipa outlet yang
bersambungan dengan pipa manifold, menuju ke reservoir. Diameter pipa
outlet sama dengan pipa manifold.

7. Kehilangan Tekanan

Headloss pada media yang masih bersih

 Pasir

Cek bilangan Reynold (NRe)

Ψ 𝑥 𝐷𝑝 𝑥 𝑣𝑓
NRe = 𝑣

0,82 𝑥 6.10−4 𝑥 0,0034


= = 1,87 < 5 (ok)
0,893.10−6

Koefisien drag (CD)

24 3
𝐶𝐷 = 𝑁𝑅𝑒 + + 0,34
√𝑁𝑅𝑒

24 3
𝐶𝐷 = + + 0,34 = 18,34
1,54 √1,54

Headloss
54

1,067 𝐶𝐷 𝑣𝑓2 1
𝐻𝑓𝑝 = x x Lp x 𝑝𝑜4 x 𝐷𝑝
Ψ 𝑔

1,067 18,34 (3,4 𝑥 10−3 )2 1


= x x 0,7 x x 6 x 10−4
0,82 9,81 (0,4)4

= 1,28

 Kerikil

1 Vf x Dk
NRe = 1−𝑃𝑜 x 𝑣

1 0,0034 x 3 x 10−3
= 1−0,4 x 0,893.10−6

= 19,03 > 5 (ok)

v (1−𝑝𝑜)2 vf
𝐻𝑓𝑘 = 180 x 𝑔 x x𝐷 2 x Lk
𝑝𝑜 3 𝑘

0,893.10−6 (1−0,4)2 0,0034


= 180 x x x (3 x 10−3)2 x 0,3
9,81 0,43

= 0,010

 Headloss total media

𝐻𝑓𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 = 𝐻𝑓𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 + 𝐻𝑓𝑘𝑒𝑟𝑖𝑘𝑖𝑙

= 0,86 + 0,086 = 0,95 m

8. Kehilangan Tekanan Sistem Underdrain

 Orifice

Debit tiap filter = 0,0045 𝑚3 /detik

Debit orifice, 𝑄𝑜𝑟

Q 0,0045
𝑄𝑜𝑟 =𝑛 = = 1,32 x 10−4 𝑚3 /detik
𝑜𝑟 26
55

Kecepatan di orifice, 𝑉𝑜𝑟

𝑄 1,32 x 10−4
𝑉𝑜𝑟 = 𝐴𝑜𝑟 = 1,27 x 10−4 = 1,03 m/detik
𝑜𝑟

Headloss, ℎ𝑓𝑜𝑟

𝑣𝑜𝑟 2 (1,03)2
ℎ𝑓𝑜𝑟 = 1,7 x = 1,7 x 2 𝑥 9,81 = 0,091 m
2.𝑔

 Lateral

Q 0,034
𝑄𝑙𝑎𝑡 =𝑛 = = 1,3 x 10−3 𝑚3 /detik
𝑙𝑎𝑡 26

𝑄 1,3 x 10−3
𝑉𝑙𝑎𝑡 = 𝐴𝑙𝑎𝑡 = = 0,196 m/detik
𝑙𝑎𝑡 0,00660

ℎ𝑓𝑙𝑎𝑡 = 1,3 x Hf

𝑃 𝑣 𝑙𝑎𝑡 2
= 1,3 x f x 𝐷𝑙𝑎𝑡 x
𝑙𝑎𝑡 2.𝑔

0,162 (0,196)2
= 1,3 x 0,026 x x = 5,03 x 10−4 m
0,02 2 𝑥 9,81

 Manifold

Q 0,034
Qman =𝑛 = = 0,034 𝑚3 /detik
𝑚𝑎𝑛 1

𝑄 0,034
𝑉𝑚𝑎𝑛 = 𝐴𝑚𝑎𝑛 = 0,0106 = 3,20 m/detik
𝑚𝑎𝑛

ℎ𝑓𝑚𝑎𝑛 = 1,3 x hf

𝑃 𝑣 𝑚𝑎𝑛 2
= 1,3 x f x 𝐷𝑚𝑎𝑛 x
𝑚𝑎𝑛 2.𝑔

1,68 (3,20 )2
= 1,3 x 0,032 x 0,116 x 2 𝑥 9,81 = 0,314 m

 Headloss total underdrain

𝐻𝑓𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟𝑑𝑟𝑎𝑖𝑛 = 𝐻𝑓𝑜𝑟 + 𝐻𝑓𝑙𝑎𝑡 + 𝐻𝑓𝑚𝑎𝑛


56

= 0,1 + 5,03 x 10−4 + 0,314 = 0,414 m

9. Headloss Total Awal

𝐻𝑓𝑎𝑤𝑎𝑙 = 𝐻𝑓𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 + 𝐻𝑓𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟𝑑𝑟𝑎𝑖𝑛

= 0,95 + 0,414 = 1,364 m

10. Headloss Media pada Saat Backwash

 Pasir

1 𝑣𝑏𝑤 x Dp
NRe = 1−𝑃𝑒 x 𝑣

1 0,017 x 6 x 10−4
= 1−0,68 x = 3,5 < 5 (ok)
0,893.10−6

v0,8 (1−𝑝𝑒)1,8 𝑣𝑏𝑤1,2


𝐻𝑓𝑝 = 130 x x x x Le
𝑔 𝑝𝑒 3 𝐷𝑝 1,8

(0,893.10−6 )0,8 (1−0,68)1,8 0,0171,2


= 130 x x x (6 x 10−4 )1,8 x 1,2
9,81 0,683

= 0,4 m

 Kerikil

1 𝑣𝑏𝑤 x Dk
NRe = 1−𝑃𝑒 x 𝑣

1 0,017 x 3 x 10−3
= 1−0,249 x = 76,04 > 5
0,893.10−6

v0,8 (1−𝑝𝑒)1,8 𝑣𝑏𝑤1,2


𝐻𝑓𝑝 = 130 x x x x Le
𝑔 𝑝𝑒 3 𝐷𝑘 1,8

(0,893.10−6 )0,8 (1−0,249 )1,8 0,0171,2


= 130 x x 3 x (3 x 10−3 )1,8 x 0,51
9,81 0,249

= 0,99 m

𝐻𝑓𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 = 0,6 + 0,99 = 1,59 m


57

11. Headloss Total pada Saat Backwash

𝐻𝑓𝑏𝑤 = 𝐻𝑓𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 + 𝐻𝑓𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟𝑑𝑟𝑎𝑖𝑛

= 1,59 + 0,414

= 2,004 m

12. Pompa Backwash

 Headloss pada pompa

𝐻𝑓𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 = 𝐻𝑓𝑏𝑎𝑐𝑘𝑤𝑎𝑠ℎ + hs + sisa tekan

= 2,004 + 5 + 1

= 8,004 m

 Daya pompa

𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 𝑄𝑏𝑤 𝑥 𝐻𝑓𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
P = 𝜂

997 𝑥 9,81 𝑥 0,022 𝑥 8,004


= 0,75

= 2296,32 watt = 2,2963 kw

4.2.4 Perhitungan Reservoir


Reservoir merupakan bangunan penampungan air minum sebelum
dilakukan pendistribusian ke pelanggan/masyarakat, yang dapat ditempatkan
di atas permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah. Bangunan
reservoir umumnya diletakkan di dekat jaringan distribusi pada ketinggian
yang cukup untuk mengalirkan air secara baik dan merata ke seluruh daerah
konsumen. Reservoir berfungsi sebagian cadangan air saat darurat,
mengurangi pemakaian pompa, dan meningkatkan kemudahan operasi.
Selain itu, sebagai pengaman untuk gelombang tekanan balik. Kemudian, air
yang ditampung dalam bak reservoir langsung didistribusikan melalui pipa
distribusi.
58

a. Kriteria Desain (Joko, 2010)


- Tipe: Ground Reservoir dengan 2 kompartemen
- Kecepatan inlet desain (vi) = 1,77 m/detik
- Faktor peak(fp) = 2,5
- Kecepatan outlet desain (vo) = 3 m/detik
- Waktu pengurasan (tk) = 2 jam
- Kecepatan pengurasan (vk) = 2,5 m/detik
- Kecepatan overflow (vow) = 1,77 m/detik
- Kecepatan ventilasi desain (vud) = 4 m/detik
- Persentase Qin = 4,17%
- Persentase volume reservoir = 27,66%
b. Perencanaan
- Debit rencana atau debit pengolahan = 12,59 L/detik
- Kedalaman =5m
c. Perhitungan
1. Volume Reservoir
Vr = 27,66% x Qpeaks x waktu
= 0,2766 x 12,59 x 86400
= 300878,8 L = 300,87 𝑚3
2. Dimensi Reservoir
 Volume tiap kompartemen
300,87
Vr = = 150,43 𝑚3
2

 Luas
150,43
Ar = = 30,086 𝑚2
5

P:L =3:1
Ar = 3 x 𝐿2
30,086 = 3 x 𝐿2
10,02 = 𝐿2
L = 3,16 m
P = 3 x 3,16 = 9,48 m
3. Perpipaan Reservoir
59

 Pipa inlet
Debit inlet tiap kompartemen
Qi = ¼ x Qr
= ¼ x 0,012 = 0,003 𝑚3 /detik
 Diameter pipa inlet
4 𝑥 𝑄𝑖
Di = √𝜋 𝑥 𝑉𝑖

4 𝑥 0,003
= √3,14 𝑥 1,77 = 0,046 m

 Debit outlet tiap kompartemen


Qo = Qi x fp
= 0,003 x 2,5 = 0,0075 𝑚3 /detik
 Diameter pipa outlet
4 𝑥 𝑄𝑜
Do = √𝜋 𝑥 𝑉𝑜

4 𝑥 0,0075
=√ = 0,056 m
3,14 𝑥 3

 Pipa pengurasan
Tinggi pengurasan (Hk) = 2 m
Volume pengurasan (Vk) = Pr x Lr x Hk
= 9,48 x 3,16 x 2
= 59,91 𝑚3

 Debit pengurasan
𝑉𝑘
Qk = 𝑡𝑘
59,91
= 2 𝑥 3600 = 0,0083 𝑚3 /detik

 Diameter pipa penguras (Dk)


4 𝑥 𝑄𝑘
Dk = √𝜋 𝑥 𝑉𝑘

4 𝑥 0,0083
= √ 3,14 𝑥 2,5 = 0,065 m

 Pipa overflow
60

Debit overflow (Qow) = Qi = 0,002 𝑚3 /detik


Diameter overflow (Dow) = Di = 0,037 m
 Pipa ventilasi
Dirancang 4 pipa ventilasi untuk reservoir
𝑄𝑜−𝑄𝑖
Debit pengaliran (Qud) = 4
0,005 −0,002
= 4

= 7,5 x 10−4 𝑚3 /detik


 Diameter pipa vent
4 𝑥 𝑄𝑢𝑑
Dv =√
𝜋 𝑥 𝑉𝑢𝑑

4 𝑥 7,5 x 10−4
=√ = 0,015 m
3,14 𝑥 4

4. Perhitungan Pompa Distribusi


 Kriteria Desain:
Efisiensi pompa : 40-90% (Sularso, 2000)
Kecepatan air dalam pipa untuk air baku (0,6 – 2) m/detik
𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 𝑄𝑙𝑎𝑟 𝑥 𝐻
Pw = 𝜂

Keterangan:
Q pompa = Debit output per pompa (𝑚3 /s)
H pompa = Head pompa (m)
𝜌 larutan = Berat jenis larutan (kg/𝑚3 )
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/𝑠 2 )
Pw = Daya pompa (watt)
 Perhitungan
Kerapatan air = 1000 (𝑘𝑔/𝑚3 )
Debit air yang dipompa = 0,012 𝑚3 /detik
H total = (S x L) + elevasi
= 0,364498 x 5,487 + 2
=4m
𝜌𝑥𝑄𝑥𝐻
Pw = 𝜂
1000 𝑥 0,012 𝑥 4
= 0,85
61

= 56,47 watt = 0,5647 kw


Sehingga daya pompa yang diperlukan untuk mengalirkan air dengan
debit 0,012 m³/detik diperlukan pompa dengan daya 0,5647 kw
BAB V
RANCANGAN FASILITAS PENUNJANG

5.1 Fasilitas Penunjang yang Diperlukan


Fasilitas penunjang dalam sebuah perencanaan bangunan instalasi
pengolahan air (IPAL) merupakan hal tambahan yang sangat penting agar tercapai
sebuah siklus kompleks untuk mencapai hasil akhir yang baik. Berikut ini beberapa
fasilitas penunjang yang harus ada dalam bangunan instalasi pengolahan air:
1. Ruang Laboratorium, sebagai tempat pengujian terhadap kualitas air baku
dan air olahan dan juga sebagai uji dosis koagulan untuk pengolahan air
baku. Letak bangunan laboratorium disarankan dibangun dekat dengan
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) agar jarak untuk membawa sampel
tidak jauh.
2. Kantor, merupakan fasilitas yang memiliki fungsi sebagai tempat
pengaduan jika terdapat masalah dalam distribusi air, seperti kebocoran.
Selain itu juga kantor berfungsi sebagai tempat administrasi dan
penyimpanan datadata/dokumen penting.
3. Pos jaga, merupakan bangunan yang diperlukan untuk memantau dan
menjaga keamanan disekitar daerah produksi air. Sehingga mengurangi
kemungkinan kehilangan barang-barang yang tidak diinginkan.
4. Reservoir, sebagai bangunan bak penampungan air olahan (air bersih) yang
menyeimbangi tekanan air sebelum didistribusikan kepada konsumen.
5. Ruang pompa dan genset, merupakan bangunan yang diperlukan untuk
menyimpan pompa dan genset agar pompa terlindungi dari panas dan hujan
sehingga tidak cepat rusak. Pompa berfungsi untuk membantu tekanan air
agar dapat mengalir dengan baik.
6. Ruang pembubuh, merupakan fasilitas bangunan yang memiliki fungsi
sebagai tempat pembubuhan bahan kimia sebelum dialirkan ke dalam bak
pengolahan. Di ruang pembubuh inilah koagulan yang akan digunakan
dicampurkan terlebih dahulu dengan air dengan perbandingan yang telah
ditentukan sebelumnya. Adapun perencanaan ukuran untuk ruang
pembubuh ialah menyesuaikan dari hasil perhitungan.

62
63

7. Ruang penyimpanan bahan kimia, umumnya berisikan bahan-bahan kimia


yang dapat menunjang proses pengolahan. Bahan-bahan kimia yang
disimpan dalam ruangan ini dijaga dalam keadaan tertentu dan suhu ruang
yang sudah ditentukan sebelumnya.
8. Gudang, sebagai tempat bangunan yang diperlukan untuk menyimpan
barang-barang yang diperlukan untuk pengolahan air bersih.

Bahan dan bangunan pelengkap harus memenuhi ketentuan berikut:

1. Struktur bangunan instalasi pengolahan air dan bangunan penampung air


minum dari beton bertulang, baja, atau bahan lainnya berdasarkan
pertimbangan kondisi lapangan.
2. Ruang genset harus kedap suara, tahan getaran dan tidak mudah terbakar,
dilengkapi dengan peralatan pemeliharaan yang memenuhi ketentuan yang
berlaku.
3. Ruang pembubuh dan penyimpan bahan kimia dilengkapi exhaust fan,
drainase dan perlengkapan pembersihan.
4. Bangunan penunjang lainnya menggunakan bahan bangunan yang
memenuhi ketentuan yang berlaku.
5. Pondasi bangunan sesuai dengan kondisi setempat yang memenuhi
ketentuan yang berlaku. Rancangan tapak harus mengikuti peraturan
mendirikan bangunan yang berlaku setempat. Apabila tidak ditentukan oleh
peraturan setempat yang ada, untuk kemudahan operasi dan pemeliharaan,
jarak bagian terluar instalasi pengolahan air paket terhadap bangunan lain
disekitarnya yang terdekat sekurang-kurangnya sebagai berikut:
a) 3,0 meter untuk instalasi pengolahan air dengan kapasitas sampai
dengan 20 l/detik.
b) 4,0 meter untuk instalasi pengolahan air dengan kapsitas diatas 20
L/detik.
Luas rencana tapak dan pelengkap bangunan harus memenuh
ketentuan luas berikut:
a) Kapasitas sampai dengan 5 l/detik, luas minimal 2000 𝑚2
b) Kapasitas 10–30 L/detik, luas minimal 2400 𝑚2
64

c) Kapasitas 40–80 L/detik, luas minimal 3000 𝑚2

Tata letak bangunan penunjang Instalasi Pengolahan Air (IPA) sebaiknya


memudahkan dalam operasional dan efisien, serta dilengkapi dengan lahan parkir,
pagar, kamar mandi, toilet, dan fasilitas penerangan dalam kawasan setempat.
Kebutuhan operasional dan pemeliharaan paket unit Instalasi Pengolahan Air (IPA)
haris dilengkapi denan lantai pemeriksaan. Jalan masuk dari jalan raya menuju ke
tapak Instalasi Pengolahan Air (IPA) juga harus mencukupi dilalui kendaraan roda
empat. Jalan dan tempat parkir harus memadai dan tapak Instalasi Pengolahan Air
(IPA) harus bebas dari banjir.

5.2 Perhitungan Biaya Operasional


Penyusunan Rancangan Anggara Biaya (RAB) merupakan bagian terpenting
dalam sebuah perancangan bangunan guna memperkirakan biaya yang nantinya
akan digunakan. Rancangan Anggaran Biaya Operasional pada Perencanaan
Bangunan Pengolahan Air Minum ini terdiri dari perkiraan bulanan yang akan
dikeluarkan setiap bulan dalam operasionalnya di Desa Bungkang.

5.2.1 Anggaran Biaya Kimia


Perhitungan biaya pada perencanaan ini berdasarkan pada bahan kimia
yang digunakan untuk pengolahan air minum. Koagulan yang digunakan
yaitu Tawas/Alumunium Sulfat, sedangkan untuk proses desinfeksi
menggunakan kaporit. Adapun anggaran biaya untuk bahan kimia yaitu:
Tabel 5.1 Anggaran Biaya Bahan Kimia
Material Kebutuhan Harga Total
(kg/hari) (rupiah/bulan)
Tawas 108,8 Rp. 6.000/kg Rp. 19.584.000
Total Rp. 19.584.000
Jadi, biaya yang dikeluarkan untuk bahan kimia berupa kaporit dan tawas setiap
bulan, yaitu sebesar Rp. 19.584.000
65

5.2.2 Anggaran Biaya Listrik


Sumber energi yang dipakai yaitu menggunakan sumber listrik.
Diketahui langsung dari PT. PLN Persero bahwa harga listrik/kWh yaitu
sebesar Rp. 1.467. Listrik yang digunakan pada saat penggunaan untuk
menghidupkan pompa. Perhitungan anggaran listrik yaiitu sebagai berikut:
Tabel 5.2 Daya yang Digunakan pada Unit Pengolahan
No. Proses Pengolahan Daya (kWh)
1 Intake 0,0376
2 Koagulasi
Pompa Injeksi 0,0347
Pmotor 0,3761
3 Flokulasi
P1 motor 0,0313
P2 motor 0,0160
P3 motor 0,0057
4 Filtrasi 2,2963
Jumlah 3,3917
Maka biaya yang dikeluarkan adalah:
Biaya = 3,3917 kWh x 24 jam = 81,47 kWh
= 81,47 kWh x Rp. 1467
= Rp. 119.516-, /hari
Sehingga, biaya listrik yang dikeluarkan per bulan adalah
Biaya = Rp. 119.516 x 30 hari
= Rp. 3.585.480-, /bulan
5.1.1 Total Biaya
Total biaya yang dikeluarkan pada proses pengolahan bangunan air
minum per bulan yaitu:
Total = Bahan kimia + Anggaran listrik
= Rp. 19.584.000 + Rp. 3.585.480
= Rp. 23.169.480-,
66
BAB VI
PETA DAN GAMBAR PERENCANAAN

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum (PBPAM) didesain


berdasarkan hasil perhitungan Rancangan Sistem Pengolahan Air. Gambar
rancangan berfungsi sebagai alat bantu dalam memaparkan tampilan objek-objek
dengan suatu gambaran atau keadaan sebenarnya. Adapun gambar rancangan yang
didesain, yaitu: Denah (tampak atas), Potongan A – A (tampak depan), dan
Potongan B – B (tampak samping) serta layout pengolahan secara keseluruhan pada
setiap unit pengolahan yang digunakan. Berikut gambar rancangan perencanaan
bangunan air minum di Desa Lubuk Dagang terletak di Kecamatan Sambas,
Kabupaten Sambas.

67
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, T., Jumarang, M. I., dan Ihwan, A. 2013. Simulasi Pola Sirkulasi Arus di

Muara Kapuas Kalimantan Barat. Prisma Fisika, 1(1), 33-39.

Alfiyanto, A. 2021. Evaluasi Kinerja Pompa Transmisi Air Baku Intake-IV di

Instalasi Pengolahan Air Perumda Tirta Wijaya Kesugihan Cilacap.

Doctoral Dissertation. Universitas Pembangunan Nasional Veteran

Yogyakarta.

Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Kalimantan Barat. 2009. Laporan

Pemantauan Kualitas Air Sungai Kapuas. Provinsi Kalimantan Barat.

Badan Pusat Statistik. 2016. Kecamatan Sambas Dalam Angka Tahun 2017.

Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan Sambas Dalam Angka Tahun 2018.

Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Sambas Dalam Angka Tahun 2019.

Badan Pusat Statistik. 2019. Kecamatan Sambas Dalam Angka Tahun 2020.

Badan Pusat Statistik. 2020. Kecamatan Sambas Dalam Angka Tahun 2021.

Diandi, A.A., Wardhani, E., & Kramawijaya, A. G. 2019. Analisis Sumber Air

Baku Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Rusunawa Giriasih di Kecamatan

Batuajar Kabupaten Bandung Barat. Journal of Environmental

Engineeringand Waste Management. 4(2), 68-77.

Kawamura, S. 1991. Integrated Design of Water Treatment Facillities. John Wiley

& Sons, Inc: Canada.

Khotimah, S. 2013. Kepadatan Bakteri Coliform di Sungai Kapuas Kota Pontianak.

MacKinnon, K., et al., 1996. The Ecology of Kalimantan. Oxford University Press.

68
Nurizki, R. 2017. Studi Analisi Kualitas Air Sungai Nurul Huda di Kecamatan

Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan

Basah, 5(1).

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas

Air Minum.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 121 Tahun 2015 Tentang

Pengusahaan Sumber Daya Air.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015 Tentang Sistem

Penyediaan Air Minum.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Tentang

Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Permenkes RI Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan

Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene

Sanitasi, Kolam Renang, Solus per Aqua, dan Pemandian Umum.

Prosiding SEMIRATA, 1(1).

SNI 6774-2008 Tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan

Air.

SNI 7829-2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi

Pengolahan Air Minum.

Syahputra, B., Soedarsono, dan Poedjiastoeti, H. 2022. Buku Ajar: Perencanaan

Bangunan Pengolahan Air Minum.

69
Yohannes, B. Y., Utomo, S. W., & Agustina, H. 2019. Kajian Kualitas Air Sungai

dan Upaya Pengendalian Pencemaran Air. IJEEM-Indonesian Journal of

Environmental Education and Management, 4(2), 135-155.

70
LAMPIRAN

71
72

Anda mungkin juga menyukai