Disusun Oleh:
DANDI WAHYUDI
D1051201084
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Gambaran umum daerah Perencanaan .................................................... 2
1.2.1 Wilayah Desa Lubuk Dagang ............................................................... 2
1.2.2 Penduduk Desa Lubuk Dagang ............................................................ 3
1.2.3 Sarana dan Prasarana Pendukung ......................................................... 4
1.2.4 Kondisi Iklim dan curah hujan.............................................................. 6
1.3 Cakupan Pekerjaan ................................................................................ 6
BAB II SUMBER AIR BAKU ....................................................................................8
2.1 Sumber Air Baku ................................................................................... 8
2.2 Sumber Air Baku yang Digunakan dalam Perencanaan .......................... 9
2.3 Perencanaan Bangunan Penangkap Air ................................................ 10
BAB III RANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN AIR ......................................17
3.1 Standar kualitas air .............................................................................. 17
3.2 Syarat Kualitas Air Minum .................................................................. 19
3.3 Jenis Sistem Pengolahan ...................................................................... 23
3.4 Perencanaan Sistem Pengolahan .......................................................... 24
BAB IV RANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR ............................28
4.1 Perhitungan Dimensi Bangunan Penangkap Air ................................... 29
4.1.1 Intake ........................................................................................... 29
4.1.2 Perhitungan Bar Screen ...................................................................... 31
4.1.3 Perhitungan Kehilangan Tekanan Intake ....................................... 34
4.1.4 Perhitungan Pompa Intake ............................................................ 35
4.2 Perhitungan Dimensi Bangunan Pengolahan Air .................................. 36
4.2.1 Perencanaan Unit Koagulasi ............................................................. 36
4.2.2 Perhitungan Flokulasi ....................................................................... 41
4.2.3 Perhitungan Filtrasi .......................................................................... 45
4.2.4 Perhitungan Reservoir ................................................................... 57
BAB V RANCANGAN FASILITAS PENUNJANG .............................................62
5.1 Fasilitas Penunjang yang Diperlukan ................................................... 62
ii
5.2 Perhitungan Biaya Operasional ............................................................ 64
5.2.1 Anggaran Biaya Kimia ................................................................. 64
5.2.2 Anggaran Biaya Listrik ................................................................. 65
BAB VI PETA DAN GAMBAR PERENCANAAN ..............................................67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Terstruktur Sistem
Penyediaan Air Minum dengan daerah perencanaan yang berlokasi di Desa Lubuk
Dagang, kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Indonesia ini
dengan baik dan lancar. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah membantu penulis dalam mengerjakan Tugas Terstruktur
ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
memberi bantuan dan dorongan selama proses pengerjaan tugas.
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa Lubuk Dagang merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten
Sambas. Penduduk yang semakin padat dari tahun ke tahun mempengaruhi
kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih suatu wilayah harus sesuai dengan syarat
baku mutu air minum yang terdapat dalam PPRI Nomor 22 Tahun 2021 dan
PERMENKES 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air.
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu
baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan
aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.Untuk konsumsi
air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak
berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat.
Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa
air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat
berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuhdengan memasak air hingga 100 °C,
banyak zat berbahaya, terutama
logam,tidak dapat dihilangkan dengan cara ini. Dan seiring dengan pertambahan
penduduk, air bersih semakin sulit untuk didapatkan. Untuk itu diperlukan suatu
sistem penyediaan air meliputi sumber-sumber penyediaan, sarana-sarana
1
2
PROYEKSI JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK SAMPAI TH 2036 REGRESI LINEAR (LEAST
SQUARE)
2021 3.637
1 2022 3.740
2 2023 3.832
3 2024 3.924
4 2025 4.016
5 2026 4.107
6 2027 4.199
7 2028 4.291
8 2029 4.383
9 2030 4.475
10 2031 4.566
11 2032 4.658
12 2033 4.750
13 2034 4.842
14 2035 4.934
15 2036 5.025
Sumber : Hasil Analisis Metode Regresi linear (least square)
Tingkat Tahun
Jumlah
Pendidikan 2017 2018 2019 2020 2021
TK Sekolah 0 0 0 0 0 0
SD/MI Sekolah 2 2 2 2 2 10
SMP/MTS Sekolah 1 1 1 1 1 1
SMA/MA Sekolah 0 0 0 0 0 0
3. Mendesain unit proses dan operasi dalam sistem pengolahan air bersih
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan berdasarkan kualitas sumber
air baku dan fasilitas penunjangnya.
1. Mata Air
Mata air adalah tempat air tanah muncul di permukaan tanah. Dari segi
kualtias, mata air sangat baik jika digunakan sebagai air baku, karena berasal dari
dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan, sehingga belum
terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Namun, biasanya lokasi mata air merupakan
daerah terbuka, sehingga mata air mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar.
Dari segi kuantitasnya, jumlah dan kapasitas mata air sangat terbatas sehingga
hanya mampu memenuhi kebutuhan sejumlah penduduk tertentu.
2. Air Tanah
Air tanah merupakan air bebas dari polutan karena berada di bawah
permukaan tanah. Namun, karena airnya melalui lapisan-lapisan tanah, maka
terkandung garam dan mineral seperti besi (Fe), mangan (Mn), dan kesadahan yang
terbawa pada saat air melalui lapisan-lapisan tanah. Air tanah terbagi atas dua
macam yaitu air tanah dangkal dan air tanah dalam. Dari segi kuantitasnya, apabila
air tanah digunakan sebagai sumber air baku air bersih relatif cukup, namun
dikhawatirkan ketika air tanah digunakan secara terus menerus akan menyebabkan
turunnya muka air tanah sehingga terjadinya intrusi air laut.
3. Air Permukaan
Air permukaan terbagi atas 3 macam yaitu air waduk, air sungai, dan air
danau. Pada umumnya air pemrukaan sangat mudah terkontaminasi dengan
8
9
berbagai zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Kontaminan atau zat pencemar ini
berasal dari buangan domestik, buangan industri, limbah pertanian, limpasan air
hujan dari daratan, limbah hasil pembakaran sampah ilegal yang terbawa oleh air
hujan dan lain-lain. Zat-zat pencemar tersebut antara lain Total Suspended Solid
(TSS) yang berpengaruh terhadap kekeruhan, zat organik (KMnO4), logam berat
seperti timbal (Pb), kromium (Cr), dan lain-lain. Dari segi kuantitas dan
kontinuitasnya, air permukaan dapat digunakan sebagai air baku penyediaan air
bersih dalam skala besar.
4. Air Hujan
Air hujan merupakan air yang sangat lunak dan lebih bersih dibandingkan
sumber air lainnya dikarenakan tidak mengandung larutan garam dan zat-zat
mineral. Kualitas air hujan biasanya bergantung pada kondisi udara pada saat itu,
air hujan dapat bersifat korosif dikarenakan terjadinya akumulasi air hujan dengan
partikulat NH3, CO2, dan SO2 dengan konsentrasi yang tinggi di udara. Dari segi
kuantitasnya, air hujan bergantung pada besar kecilnya curah hujan (bergantung
pada musim), sehingga air hujan tidak dapat mencukupi untuk penyediaan air bersih
dalam skala besar namun dapat menjadi alternatif penyediaan air bersih untuk skala
rumah tangga.
Tabel 2. 1 Perbandingan Kualitas Air Sungai dengan Kualitas Air Baku Mutu PP
RI No. 22 Tahun 2021
Kelas Air
Kualitas
No. Parameter Satuan Kelas Kelas Kelas Kelas
Air Sungai
I II III IV
1. pH - 6,3 6-9 6-9 6-9 6-9
2. TDS mg/l 57 1000 1000 1000 2000
3. Suhu mg/l 26,5 3 Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev
4. Besi (Fe) mg/l 0,54 0,3 - - -
5. Mangan (Mn) mg/l 0,05 10 10 20 20
6. Nitrat (No3) mg/l 0,16 10 10 20 20
7. Nitrit (No2) mg/l 0,013 0,06 0,06 0,06 -
8. Seng (Zn) mg/l 0,05 0,2 0,2 0,1 -
9 Sulfat (SO4) mg/l 34 300 300 300 400
10 Warna Pt-Co Unit 168 15 50 100 -
Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021.
Keterangan :
M mmm : Melebihi Baku Mutu
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa parameter Warna, Nitrit
(No2), dan Besi (Fe) telah melebihi ambang batas kelas 1. Menurut Peraturan
Pemerintah nomor 22 tahun 2021, baku mutu untuk Kelas 1 merupakan standar
yang peruntukannya adalah untuk air minum.
Di Indonesia, standar untuk intake ini tercantum pada SNI 7829: 2012
Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan Air Minum.
Standar bangunan pengambilan air baku untuk instalasi pengolahan air minum ini
berisi persyaratan penempatan dan konstruksi bangunan pengambilan air baku
untuk instalasi pengolahan air minum. Bangunan pengambilan air baku yang diatur
dalam standar ini adalah bangunan pengambilan air baku dari sumber mata air, air
tanah, dan air permukaan. Standar ini merupakan rujukan untuk para perencana,
produsen, pelaksanan konstruksi, dan pengelola.
Untuk air permukaan, data yang harus dikumpulkan berdasarkan (SNI 7829:
2012) antara lain sebagai berikut:
1. Tanah cukup stabil, tidak mudah erosi, tempat yang aman, arus aliran yang
stabil, dan daerah sungai yang landai dan lurus untuk keamanan bangunan
intake dan kesinambungannya.
2. Aliran air yang menuju intake sebaiknya bebas dari hambatan dan
gangguan.
7. Apabila muka air konstan dan tebing sungai terendam, intake dapat dibuat
di dekat sungai.
12
Bangunan intake memiliki beberapa jenis untuk air permukaan ini berdasarkan pada
(SNI 7829:2012) yang dibagi menjadi 5 jenis. Hal ini disesuaikan dengan
pertimbangan-pertimbangan atas bentuk air permukaan dan hal-hal lainnya yang
ingin digunakan sebagai air baku, sedangkan Jenis intake yang digunakan dalam
pengolahan sumber air baku sungai Sambas kecil (Teberau) adalah intake bebas
tanpa pintu air. Alasan penggunaan intake tanpa pintu air ialah dikarenakan
pembuatan dalam konstruksinya lebih mudah dan tidak menggunakan lahan yang
cukup luas apabila dibandingkan dengan bangunan intake dengan jenis ‘dengan
pintu air’
a. Saringan sampah.
b. Inlet.
e. Pintu sorong.
Sumber : SNI 7829:2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan
Air Minum
Sumber : SNI 7829:2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan
Air Minum
14
Sumber : SNI 7829:2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan
Air Minum
Sumber : SNI 7829:2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan
Air Minum
15
Sumber : SNI 7829:2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan
Air Minum
Sumber : SNI 7829:2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan
Air Minum
16
Sumber : SNI 7829:2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan
Air Minum
Sumber : SNI 7829:2012 Tentang Bangunan Pengambilan Air Baku Untuk Instalasi Pengolahan
Air Minum
BAB III
RANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN AIR
17
18
MPN
Fecal Coliform
46 /100 100 1,000 2,000 2,000
mL
MPN
Total Colimform
47 /100 1000 5,000 10,000 10,000
mL
Sampah
48 nihil nihil nihil nihil
49 Radioaktivitas
Gross-A Bq/L 0.1 0.1 0.1 0.1
Gross-B Bq/L 1 1 1 1
Pada perencanaan ini, standar kualitas air sungai yang menjadi patokan
yaitu standar yang memenuhi Kelas 1 dikarenakan peruntukannya dapat
digunakan untuk air baku air minum.
6) pH 6.5-8.5
7) Seng mg/L 3
8) Sulfat mg/L 250
9) Tembaga mg/L 2
10) Amonia mg/L 1.5
Tabel 3. 3 Permenkes RI Nomor 492 Tahun 2010 Parameter Tambahan
Persyaratan Kualitas Air Minum
Kadar Maksimum yang
No Jenis Parameter Satuan
Diperbolehkan
1 Kimiawi
a. Bahan Anorganik
Air Raksa mg/L 0.001
Antimon mg/L 0.02
Barium mg/L 0.7
Boron mg/L 0.5
Molybdenum mg/L 0.07
Nikel mg/L 0.07
Sodium mg/L 200
Timbal mg/L 0.01
Uranium mg/L 0.015
b. Bahan Organik
Zat Organik (KMnO4) mg/L 10
Deterjen mg/L 0.05
Chlorinated alkanes
Carbon tetrachloride mg/L 0.004
Dichloromethane mg/L 0.02
1,2-Dichloroethane mg/L 0.05
Chlorinated ethenes
1,2-Dichloroethane mg/L 0.05
Trichloroethene mg/L 0.02
Tetrachloroethene mg/L 0.04
Aromatic hydrocarbons
Benzene mg/L 0.01
Toluene mg/L 0.7
Xylenes mg/L 0.5
Enthylbenzene mg/L 0.3
Styrene mg/L 0.02
Chlorinated benzenes
1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCB) mg/L 1
1,4-Dichlorobenzene (1,4-DCB) mg/L 0.03
Lain-lain
Di(2-ethylhexyl)phthalate mg/L 0.008
Acrylamide mg/L 0.0005
Epichlorohydrin mg/L 0.0004
Hexachlorobutadiene mg/L 0.0006
Ethylenediaminetetraacetic acid
mg/L 0.6
(EDTA)
Nitrilotriacetic acid (NTA) mg/L 0.2
c. Pestisida
Alachlor mg/L 0.02
Aldicarb mg/L 0.01
Aldrin dan dieldrin mg/L 0.00003
Atrazine mg/L 0.002
Carbofuran mg/L 0.007
Chlordane mg/L 0.0002
Chlorotoluron mg/L 0.03
DDT mg/L 0.001
1,2-Dibromo-3-chloropropane
mg/L 0.001
(DBCP)
2,4-Dichlorophenoxyacetic acid
mg/L 0.03
(2,4-D)
1,2-Dicholorpropane mg/L 0.04
Isoproturon mg/L 0.009
Lindane mg/L 0.002
MCPA mg/L 0.002
Methoxychlor mg/L 0.02
21
Chloral hydrate
Halogenated acetonitrilies
Dichloroacetonitrile mg/L 0.02
Dibromoacetonitrile mg/L 0.07
Cyanogen chloride (sebagai CN) mg/L 0.07
2 Radioaktifitas
Gross alpha acitivity Bq/L 0.1
Gross beta activity Bq/L 1
5. Pasal 3 Ayat 1
Air minum aman bagi kesehatan apabila memnuhi persyaratan fisika
mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter
wajib dan parameter tambahan.
6. Pasal 3 Ayat 2
Parameter wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh
seluruh penyelenggara air minum.
7. Pasal 3 Ayat 3
22
8. Pasal 4 Ayat 1
Untuk menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat
dilakukan pengawasan kualitas air mimnum secara eksternal dan
secara internal.
9. Pasal 4 Ayat 2
12. Pasal 6
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri dan Kepala
BPOM dapat memerintahkan produsen untuk menarik produk air
minum dari peredaran atau melarang pendistribusian air minum di
wilayah tertentu yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
diatur dalam Peraturan ini.
13. Pasal 7
23
3.3.1 Intake
Intake atau bangunan penangkap air merupakan bangunan pengambilan
untuk pengolahan air bersih. Intake merupakan bangunan untuk pengumpulan air
baku yang akan dialirkan ke instalasi pengolahan air bersih (Alfiyanto, 2021).
Fungsi intake adalah menampung air baku sementara sebelum dialirkan untuk
diolah pada unit pengolahan selanjutnya. Bangunan intake dilengkapi dengan
screen yang berfungsi untuk menyaring benda- benda kasar yang terapung agar
tidak mengganggu proses pemompaan air baku. Pengolahan pertama yang
dilakukan pada sumber air baku adalah proses screening/penyaringan.
3.3.2 Koagulasi
yang berlawanan dengan muatan koloid yang dimasukkan ke dalam air sehingga
meniadakan kestabilan koloid. Koagulasi merupakan proses pembentukan koloid
yang stabil menjadi koloid yang tidak stabil (Diandi, Wardhani, & Kramawijaya,
2019).
3.3.3 Flokulasi
3.3.4 Filtrasi
Filtrasi adalah penyisihan padatan tersuspensi dengan proses fisik, dimana
aliran air melalui susunan media granular. Filtrasi berperan dalam mengurangi
kekeruhan, warna, mikroorganisme dan partikulat dalam air. Padatan tersuspensi
dan senyawa partikulat meningkatkan daya tahan mikroba terhadap desinfektan,
sehingga filtrasi meningkatkan kinerja desinfeksi. Media filter paling banyak
digunakan adalah pasir silika, antrasit, garnet dan ilmenit. Media karbon aktif
granular (GAC) dapat digunakan karena dapat mengadakan proses adsorpsi dan
filtrasi. Konfigurasi media filter yang umum digunakan adalah media tungal,
media tunggal deep-bed, media ganda, dan media campuran. (Matthew Christian
Hamonangan dan Adhi Yuniarto, 2022).
Adapun tabel hasil analisa kualitas air sungai Teberau ialah sebagai berikut :
Kelas Air
Kualitas
No. Parameter Satuan Kelas Kelas Kelas Kelas
Air Sungai
I II III IV
1. pH - 6,3 6-9 6-9 6-9 6-9
2. TDS mg/l 57 1000 1000 1000 2000
3. Suhu mg/l 26,5 3 Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev
4. Besi (Fe) mg/l 0,54 0,3 - - -
5. Mangan (Mn) mg/l 0,05 10 10 20 20
6. Nitrat (No3) mg/l 0,16 10 10 20 20
7. Nitrit (No2) mg/l 0,013 0,06 0,06 0,06 -
8. Seng (Zn) mg/l 0,05 0,2 0,2 0,1 -
9 Sulfat (SO4) mg/l 34 300 300 300 400
10 Warna Pt-Co Unit 168 15 50 100 -
Berdasarkan hasil analisa beberapa parameter dari sumber air baku, adapun
beberapa parameter yang melebihi baku mutu maupun standar air bersih,
diantaranya Kekeruhan, Warna, Nitrit (No2), dan Besi (Fe). Oleh karena itu,
pengolahan yang direncanakan harus dapat menurunkan kadar parameter yang
telah melewati baku mutu maupun standar tersebut. Adapun sistem pengolahan
yang direncanakan yaitu sistem konvensional digambarkan pada flowchart
berikut.
26
Setelah dari unit koagulasi, air olahan akan berlanjut pada unit flokulasi,
dimana terjadi penggabungan partikel-partikel yang telah menyatu dengan
koagulan membentuk flok yang lebih besar. Dengan adanya proses flokulasi ini,
maka partikel-partikel tadi akan lebih mudah diendapkan. Unit sedimentasi sebagai
bak pengendapan flok-flok yang sudah tercipta dari unit flokulasi. Setelah flok-flok
tersebut telah diendapkan dan disisihkan, air akan memasuki pada proses filtrasi.
27
Rancangan bangunan pengolahan air minum harus dirancang dengan baik dan
juga mempertimbangkan banyak faktor dalam segi biaya operasional ataupun
dalam biaya pembangunan perencanaan. Perencanaan yang baik berupa ekonomis
dan berkualitas tinggi. Ada juga pertimbangan keberhasilan dari pengolahan air
tersebut ditentukan dari kriteria berikut.
28
29
4.1.1 Intake
Panjang pipa transmisi dapat dihitung dengan melihat dari intake ke
instalasi pengolahan air, sedangkan diameter pipa dapat ditentukan
berdasarkan kapasitas maximum. Dalam menentukan diameter pipa dapat
ditentukan dengan persamaan Hazen William sebagai berikut :.
Keterangan :
S = Kemiringan
Sehingga, luas penampang pipa (A) pada intake dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan kontinuitas, sebagai berikut :
𝑄=𝐴𝑥𝑣
𝑄
A=𝑉
0,009
A= 1
30
= 0,009 𝑚3 / detik
Diameter pipa
𝐴𝑥4
𝑑 2=
𝜋
0,009 𝑥 4
𝑑 2=
3,14
𝑑 2= 0,011465 𝑚2
1
= (3,14) (0,162 )2
4
= 0,0206 𝑚2
𝑄
V=
𝐴
31
0,009
V=
0,0206
V = 0,4368 m/s
a. Kriteria Desain
b. Perencaaan Desain
Perhitungan:
a. Jumlah Kisi
L = (𝑛 + 1) 𝑏 + (𝑛 𝑥 w)
-0,04 n = -0,27
n = 6,75 ≈ 7 buah
Lef = (n + 1) b
= (7 + 1) 0,03
= 8 x 0,03
= 0,24 m
𝐻
Hef =
sin 60
15 𝑚
= 0,866
= 17,32 m
d. Luas Efektif
𝑄 0,009
v = 𝐴𝑒𝑓 = = 0,0021 m/detik
4,15
𝑣2 0,00212
= 2𝑔 = = 2,25 x 10−7
2 𝑥 9,8
𝐻𝐿 = 8,06 x 10−8
= H – 𝐻𝐿
= 15 – 8.06 x 10−8
= 14,99 m
10
hl = 100 x 14,99
hl = 1,5 m
Total h = h + hl
H total = S x L + elevasi
= 0,364498 x 5,487 + 2
= 4,0 m
Kriteria Desain
𝑄. 𝜌. 𝐻
Pw =
𝜇
Keterangan:
0,009. 1000 . 4
Pw = 0,85
Pw = 42,35 w = 0,04235 kw
Daya pompa yang diperlukan untuk mengalirkan air dengan debit 0,009 m³/
detik diperlukan pompa dengan daya 0,042 kw.
36
a. Kriteria Desain
b. Perencanaan
- K = 0,25
c. Perhitungan
1. Dimensi bak
Volume bak = Q x td
= 0,009 x 60
= 0,54 𝑚3
Volume bak = A x H
1
0,54 = (4 𝜋𝐷2 ) x (1,5.D)
1
0,54 = (4 . 3,14. 𝐷2 ) x (1,5.D)
0,54
0,785 𝐷2 = 1,5.𝐷
1,1775 𝐷3 = 0,54
0,54
𝐷3 = 1,1775
𝐷3 = 0,458
38
𝐷 = 0,77 m
= 1,5 x 0,77 m
= 1,19 m
2. Daya pengadukan
P = 𝜇 x V x 𝐺2
3. Dimensi blade
= 60% x 0,77 m
= 0,46 m
= 0,46/2
= 0,23 m
0,308652
N = (1,8 𝑥 997 𝑥 (1,44 𝑥 10−4 ) 𝑥 (1−0,25)3 𝑥 0,5 𝑥 (0,22)4 )1/3
0,347233
N = (0,000127695 )1/3
39
N = 13,957 ≈ 13 rpm
Zona inlet dan outlet dalam unit koagulasi ini menggunakan ukuran
pipa yang sama dengan perhitungan sebagai berikut:
Luas penampang
𝑄 0,009
A=𝑉= = 0,0045 m
2
Diameter
1
A = 4 𝑥 3,14 𝑥 𝐷2
1
0,0045 = 4 . 3,14. 𝐷2
0,0045 = 0,785 𝐷2
0,0045
𝐷2 = 0,785
𝐷2 = 0,005
𝐷 = 0,0707 m ≈ 70,7 mm
= 108,8 kg/hari
Untuk periode pelarutan 8 jam
8
𝑊𝑡 = 24 x 108,8
= 36,26 kg/hari
Debit tawas
𝑊 36,26
𝑄𝑡 = 𝜌𝑎𝑙𝑡 = 2,71
= 13,38 l/hari
= 1,5 x 10−4 l/detik
Debit air pelarut
Konsentrasi alum 10%
100−10
𝑥 𝑊𝑡
10
𝑄𝑤 = 𝜌𝑤
9 𝑥 36,26
= 997
= 1,064 kg/L
Volume bak pembubuh
Volume bak = Qlar x td x 3600
= 0,00385 x 8 jam x 3600
= 110,88 liter = 0,1108 𝑚3
Dimensi bak
V = 𝜋 x 𝑟2 x H
0,09725 = 3,14 x 𝑟 2 x 1,5
0,09725 = 4,71 𝑟 2
0,1108
𝑟2 =
4,71
𝑟2 = 0,023 𝑚2
𝑟 = 0,151
D = 0,302 m
Daya pompa
Υ 𝑥 𝑄𝑙 𝑥 𝐻
P = 𝜇
- G x td = 10.000 – 100.000
b. Perencanaan
- Υw = 9,77 kn/𝑚3
- 𝜌𝑠 = 2600 kg/𝑚3
- 𝐶𝐷 = 1,8
- 𝐾 = 0,25
- 𝜂 motor = 75%
c. Perhitungan
V = Q x td
= 5,4 𝑚3
V =AxH
𝑉 5,4
A =𝐻= = 1,8 𝑚2
3
1
A = 4 𝜋𝐷2
1
1,8 = 4 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷2
1
1,8 = 4 𝑥 3,14 𝑥 𝐷2
1,8 = 0,785𝐷2
1,8
𝐷2 = 0,785
𝐷2 = 2,292 m
D = 1,51 m
𝑃1 = 𝜇 x V x 𝐺2
= 23,54 watt
𝑃2 = 𝜇 x V x 𝐺2
= 12,01 watt
𝑃3 = 𝜇 x V x 𝐺2
44
= 4,32 watt
𝑃 23,54
P𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟1 = 𝜂 = = 31,38 watt
75%
𝑃 12,10
P𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟2 = 𝜂 = = 16,01 watt
75%
𝑃 4,32
P𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟3 = 𝜂 = 75% = 5,76 watt
4. Dimensi blade
Lebar, b =1m
0,906
r paddle = = 0,453 m
2
Bak 1
𝑃
n = (𝐶 )1/3
𝐷 𝑥 ρ 𝑥 (1,44 𝑥 10−4 ) 𝑥 (1−𝑘)3 𝑥 𝑟 4
31,38
n = (1,8 𝑥 997 𝑥 (1,44 𝑥 10−4) 𝑥 (1−0,25)3 𝑥 )1/3
0,4264
n = 20,59 rpm
Bak 2
16,01
n = (𝐶 )1/3
𝐷 𝑥 ρ 𝑥 (1,44 𝑥 10−4 ) 𝑥 (1−𝑘)3 𝑥 𝑟 4
16,01
n = (1,8 𝑥 997 𝑥 (1,44 𝑥 10−4) 𝑥 (1−0,25)3 𝑥 )1/3
0,4264
n = 16,45 rpm
45
Bak 3
5,76
n = (𝐶 −4 3 4 )1/3
𝐷 𝑥 ρ 𝑥 (1,44 𝑥 10 ) 𝑥 (1−𝑘) 𝑥 𝑟
5,76
n = (1,8 𝑥 997 𝑥 (1,44 𝑥 10−4) 𝑥 (1−0,25)3 𝑥 )1/3
0,4264
n = 11,70 rpm
- Diameter pipa
1
A = 4 𝑥 3,14 𝑥 𝐷2
1
0,004 = 4 . 3,14. 𝐷2
0,004 = 0,785 𝐷2
0,004
𝐷2 = 0,785
𝐷2 = 0,005
𝐷 = 0,0707 m ≈ 70,7 mm
b. Perencanaan
- 𝐴𝑜𝑟 = 0,0025 x Af
- 𝑊𝑙𝑎𝑡 = 20 cm
47
- 𝑉𝑏𝑎𝑐𝑘𝑤𝑎𝑠ℎ = 20 m/jam
- 𝐴𝑙𝑎𝑡 = 2 x 𝐴𝑜𝑟
c. Perhitungan
1. Dimensi bak
Jumlah bak
1
𝑄𝑓 = 2 x Q
1
𝑄𝑓 = 2 x 0,009 = 0,0045 𝑚3 /detik
48
𝑄𝑓 0,0045
Af = 𝑣𝑓 = 3,4 𝑥 10−3 = 1,32 𝑚2
Af = 2L x L
1,32 = 2𝐿2
0,66 = 𝐿2
L = 0,81 m
P = 2 x 0,81
P = 1,62 m
H =3m
2. Sistem Underdrain
Orifice
1
𝐴𝑜𝑟 = 4 𝜋𝐷2
1
𝐴𝑜𝑟 = 4 𝑥 3,14 𝑥 0,01272 = 1,27 x 10−4 𝑚2
Lateral
𝐴𝑙𝑎𝑡 = 2 x Aor x n
= 2 x 1,27 x 10−4 x 26
= 0,00660 𝑚2
49
Manifold
4 𝑥 𝐴𝑚𝑎𝑛
Diameter (𝐷𝑚𝑎𝑛 ) =√ 𝜋
4 𝑥 0,0099
=√ = 0,112 m
3,14
𝑃𝑚𝑎𝑛
Jumlah pipa lateral (n) = x2
𝑊𝑙𝑎𝑡
1,62
= x2
0,2
= 17 buah
4 𝑥 𝐴𝑙𝑎𝑡 /𝑛
𝐷𝑙𝑎𝑡 =√ 𝜋
4 𝑥 0,00660 /17
=√ = 0,022 m = 2 cm = 20 mm
3,14
50
3. Sistem Inlet
0,009
Qi = = 0,00225 𝑚3 /detik
4
Dimensi pipa
0,00225
A = = 0,0083 𝑚2
0,3
1
0,0067 = 4 𝜋𝐷2
1
0,0067 = 𝑥 3,14 𝑥 𝐷2
4
0,0092 = 𝐷2
0,095 =D
4. Perhitungan Backwash
Pasir
𝑉𝑏𝑤 = 6 x Vf
= 0,68 𝑚2
𝑝𝑒−𝑝𝑜
% eks = x 100
1−𝑝𝑒
0,68−0,4
= x 100 = 87.5%
1−0,68
𝐿𝑒𝑘𝑠−𝐿𝑝
% eks = x 100
𝐿𝑝
𝐿𝑒𝑘𝑠−0,7
0,875 = 0,7
Le = 1,3 m
Kerikil
Tinggi ekspansi
𝐿𝑒𝑘𝑠−𝐿𝑘
% eks = x 100
𝐿𝑘
𝐿𝑒𝑘𝑠−0,3
0,875 = 0,3
Le = 0,56 m
𝑝𝑒−0,4 0,56−0,3
=
1−𝑝𝑒 0,3
Pe = 0,249
52
20 𝑚/𝑗𝑎𝑚
Q = x 1,32 = 0,005 𝑚3 /detik
3600
Saluran gutter
𝑄 2/3
Hg = [1,38 𝑥 𝐿𝑔 ]
0,009 2/3
= [1,38 𝑥 0,5] = 0,05 m
53
2/3
𝑄
𝐻𝑏𝑢𝑎𝑛𝑔 = [1,38 𝑥 𝐿 ]
𝑏𝑢𝑎𝑛𝑔
0,009 2/3
= [1,38 𝑥 0,2] = 0,102 m
6. Sistem Outlet
Air yang telah disaring akan dialirkan melalui pipa outlet yang
bersambungan dengan pipa manifold, menuju ke reservoir. Diameter pipa
outlet sama dengan pipa manifold.
7. Kehilangan Tekanan
Pasir
Ψ 𝑥 𝐷𝑝 𝑥 𝑣𝑓
NRe = 𝑣
24 3
𝐶𝐷 = 𝑁𝑅𝑒 + + 0,34
√𝑁𝑅𝑒
24 3
𝐶𝐷 = + + 0,34 = 18,34
1,54 √1,54
Headloss
54
1,067 𝐶𝐷 𝑣𝑓2 1
𝐻𝑓𝑝 = x x Lp x 𝑝𝑜4 x 𝐷𝑝
Ψ 𝑔
= 1,28
Kerikil
1 Vf x Dk
NRe = 1−𝑃𝑜 x 𝑣
1 0,0034 x 3 x 10−3
= 1−0,4 x 0,893.10−6
v (1−𝑝𝑜)2 vf
𝐻𝑓𝑘 = 180 x 𝑔 x x𝐷 2 x Lk
𝑝𝑜 3 𝑘
= 0,010
Orifice
Q 0,0045
𝑄𝑜𝑟 =𝑛 = = 1,32 x 10−4 𝑚3 /detik
𝑜𝑟 26
55
𝑄 1,32 x 10−4
𝑉𝑜𝑟 = 𝐴𝑜𝑟 = 1,27 x 10−4 = 1,03 m/detik
𝑜𝑟
Headloss, ℎ𝑓𝑜𝑟
𝑣𝑜𝑟 2 (1,03)2
ℎ𝑓𝑜𝑟 = 1,7 x = 1,7 x 2 𝑥 9,81 = 0,091 m
2.𝑔
Lateral
Q 0,034
𝑄𝑙𝑎𝑡 =𝑛 = = 1,3 x 10−3 𝑚3 /detik
𝑙𝑎𝑡 26
𝑄 1,3 x 10−3
𝑉𝑙𝑎𝑡 = 𝐴𝑙𝑎𝑡 = = 0,196 m/detik
𝑙𝑎𝑡 0,00660
ℎ𝑓𝑙𝑎𝑡 = 1,3 x Hf
𝑃 𝑣 𝑙𝑎𝑡 2
= 1,3 x f x 𝐷𝑙𝑎𝑡 x
𝑙𝑎𝑡 2.𝑔
0,162 (0,196)2
= 1,3 x 0,026 x x = 5,03 x 10−4 m
0,02 2 𝑥 9,81
Manifold
Q 0,034
Qman =𝑛 = = 0,034 𝑚3 /detik
𝑚𝑎𝑛 1
𝑄 0,034
𝑉𝑚𝑎𝑛 = 𝐴𝑚𝑎𝑛 = 0,0106 = 3,20 m/detik
𝑚𝑎𝑛
ℎ𝑓𝑚𝑎𝑛 = 1,3 x hf
𝑃 𝑣 𝑚𝑎𝑛 2
= 1,3 x f x 𝐷𝑚𝑎𝑛 x
𝑚𝑎𝑛 2.𝑔
1,68 (3,20 )2
= 1,3 x 0,032 x 0,116 x 2 𝑥 9,81 = 0,314 m
Pasir
1 𝑣𝑏𝑤 x Dp
NRe = 1−𝑃𝑒 x 𝑣
1 0,017 x 6 x 10−4
= 1−0,68 x = 3,5 < 5 (ok)
0,893.10−6
= 0,4 m
Kerikil
1 𝑣𝑏𝑤 x Dk
NRe = 1−𝑃𝑒 x 𝑣
1 0,017 x 3 x 10−3
= 1−0,249 x = 76,04 > 5
0,893.10−6
= 0,99 m
= 1,59 + 0,414
= 2,004 m
= 2,004 + 5 + 1
= 8,004 m
Daya pompa
𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 𝑄𝑏𝑤 𝑥 𝐻𝑓𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
P = 𝜂
Luas
150,43
Ar = = 30,086 𝑚2
5
P:L =3:1
Ar = 3 x 𝐿2
30,086 = 3 x 𝐿2
10,02 = 𝐿2
L = 3,16 m
P = 3 x 3,16 = 9,48 m
3. Perpipaan Reservoir
59
Pipa inlet
Debit inlet tiap kompartemen
Qi = ¼ x Qr
= ¼ x 0,012 = 0,003 𝑚3 /detik
Diameter pipa inlet
4 𝑥 𝑄𝑖
Di = √𝜋 𝑥 𝑉𝑖
4 𝑥 0,003
= √3,14 𝑥 1,77 = 0,046 m
4 𝑥 0,0075
=√ = 0,056 m
3,14 𝑥 3
Pipa pengurasan
Tinggi pengurasan (Hk) = 2 m
Volume pengurasan (Vk) = Pr x Lr x Hk
= 9,48 x 3,16 x 2
= 59,91 𝑚3
Debit pengurasan
𝑉𝑘
Qk = 𝑡𝑘
59,91
= 2 𝑥 3600 = 0,0083 𝑚3 /detik
4 𝑥 0,0083
= √ 3,14 𝑥 2,5 = 0,065 m
Pipa overflow
60
4 𝑥 7,5 x 10−4
=√ = 0,015 m
3,14 𝑥 4
Keterangan:
Q pompa = Debit output per pompa (𝑚3 /s)
H pompa = Head pompa (m)
𝜌 larutan = Berat jenis larutan (kg/𝑚3 )
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/𝑠 2 )
Pw = Daya pompa (watt)
Perhitungan
Kerapatan air = 1000 (𝑘𝑔/𝑚3 )
Debit air yang dipompa = 0,012 𝑚3 /detik
H total = (S x L) + elevasi
= 0,364498 x 5,487 + 2
=4m
𝜌𝑥𝑄𝑥𝐻
Pw = 𝜂
1000 𝑥 0,012 𝑥 4
= 0,85
61
62
63
67
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, T., Jumarang, M. I., dan Ihwan, A. 2013. Simulasi Pola Sirkulasi Arus di
Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2016. Kecamatan Sambas Dalam Angka Tahun 2017.
Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan Sambas Dalam Angka Tahun 2018.
Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Sambas Dalam Angka Tahun 2019.
Badan Pusat Statistik. 2019. Kecamatan Sambas Dalam Angka Tahun 2020.
Badan Pusat Statistik. 2020. Kecamatan Sambas Dalam Angka Tahun 2021.
Diandi, A.A., Wardhani, E., & Kramawijaya, A. G. 2019. Analisis Sumber Air
MacKinnon, K., et al., 1996. The Ecology of Kalimantan. Oxford University Press.
68
Nurizki, R. 2017. Studi Analisi Kualitas Air Sungai Nurul Huda di Kecamatan
Basah, 5(1).
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015 Tentang Sistem
SNI 6774-2008 Tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan
Air.
69
Yohannes, B. Y., Utomo, S. W., & Agustina, H. 2019. Kajian Kualitas Air Sungai
70
LAMPIRAN
71
72