D A N P E R U M A H A N R A K Y A T
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
SATKER BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI BENGAWANSOLO
P P K P E R E N C A N A A N DAN P R O G R A M
Jl. Solo-Kartosuro Km. 7. PO Box 267 Telp./Fax (0271) 716428 Surakarta - 57102
Pekerjaan :
DD Penanganan Kali Pepe Secara Menyeluruh di
Kabupaten Boyolali dan Kota Surakarta
KATA PENGANTAR
Laporan ini disusun oleh konsultan agar dapat memberikan gambaran perhitungan
desain dan kriteria desain yang diterapkan di lokasi kegiatan.
Nota Perhitungan Desain ini disusun menjadi beberapa Bab, antara lain:
1. Pendahuluan
2. Deskripsi Wilayah Studi
3. Kriteria Desain
4. Detail Desain
Demi kesempurnaan laporan ini, kami mohon bapak/ibu untuk memberikan saran dan
masukan terhadap Laporan ini. Akhirnya kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4-1 Profil Melintang Kali Pepe Ruas CP.11/10 – CP.11/7 ................. 4-2
Gambar 4-2 Profil Melintang Kali Pepe Ruas CP.10 – BM.8/1........................ 4-3
Gambar 4-3 Profil Melintang Kali Pepe Ruas BM.7/19 – BM.7/16 .................. 4-4
Gambar 4-4 Profil Melintang Kali Pepe Ruas Jembatan Tirtonadi – BM.5/19 . 4-5
Tabel 2-1 Wilayah administrasi yang masuk ke dalam DAS Kali Pepe ........ 2-1
Tabel 2-2 Curah hujan rata-rata dalam Sub SWS Solo Hulu ....................... 2-4
Tabel 2-3 Suhu Rata-Rata Bulanan STA Surakarta (°C) ............................. 2-4
Tabel 2-4 Kelembaban Udara Rata-Rata Bulanan STA Surakarta .............. 2-4
Tabel 2-5 Lama Penyinaran Matahari Rata-Rata per Bulan STA Surakarta 2-5
Tabel 2-6 Kecepatan Angin Rata-Rata Bulanan STA Surakarta .................. 2-5
Tabel 2-7 Evaporasi Rata-Rata Bulanan STA Surakarta ............................. 2-5
Tabel 2-8 Identifikasi awal jenis penggunaan lahan di DAS Kali Pepe ........ 2-6
Tabel 2-9 Gambaran Daerah Administasi dan Kependudukan yang dilewati
aliran sungai Pepe. ...................................................................... 2-9
Tabel 2-10 Jumlah Penduduk Kabupaten Boyolali ....................................... 2-12
Tabel 2-11 Pertumbuhan penduduk Kabupaten Boyolali berdasarkan
kecamatan.................................................................................. 2-12
Tabel 2-12 Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Boyolali ................. 2-13
Tabel 2-13 Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Luas Wilayah, Tanah Sawah dan
Tanah Kering menurut Kecamatan Kabupaten Karanganyar (DAS
Bengawan Solo) ......................................................................... 2-15
Tabel 2-14 Luas Wilayah, Tanah Sawah dan Tanah Kering menurut
Kecamatan Kabupaten Karanganyar (DAS Bengawan Solo) .... 2-15
Tabel 3-1 Nilai Koefisien Kekasaran Manning .............................................. 3-5
Tabel 3-2 Koefisien Kontraksi dan Ekspansi untuk Aliran Subkritis ............. 3-8
Tabel 3-3 Ketentuan Tinggi Muka Air Berdasar Debit Rencana dan Jenis Tata
Guna Lahan ............................................................................... 3-12
Tabel 3-4 Klasifikasi Beton ......................................................................... 3-17
Tabel 3-5 Tabel Mutu Baja ......................................................................... 3-17
Tabel 3-6 Tabel Tegangan Ijin Baja ........................................................... 3-17
Tabel 3-7 Berat Jenis Material ................................................................... 3-18
1 Pendahuluan
Tabel 2-1 Wilayah administrasi yang masuk ke dalam DAS Kali Pepe
Kabupaten Kecamatan Luas (KM2)
BOYOLALI 318.38
AMPEL 48.26
BANYUDONO 16.93
BOYOLALI 33.05
CEPOGO 45.24
MOJOSONGO 23.01
MUSUK 3.61
Sumber: Analisis Konsultan dan Hasil Identifkasi Peta RBI dari Berbagai Sumber
Selain sungai, sumber air permukaan adalah waduk, seperti Waduk Cengklik, Waduk
Mulur, Waduk Delingan, serta yang terbesar adalahWaduk Gajahmungkur.Air
permukaan ini sangat berguna untuk masyarakat, terutama di musim kemarau baik
untuk irigasi sawah maupun untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan air tanah yang
Untuk air tanah bebas di daerah Surakarta cukup besar, dengan kedalaman bervariasi
tergantung letak topografi dan jenis litologinya.Air tanah ini diambil dari sumur gali dan
sumur bor dangkal.Jumlah ketersediaan air pada air tanah bebas pada cekungan ini
2910 juta m3/tahun, (Harnandi, 2006). Sedangkan air tanah tertekan atau air tanah yang
terdapat di dalam akuifer yang berupa batuan yang relative lulus air, mempunyai
kedalaman bermacam macam juga. Akuifer di daerah ini juga bervariasi dari kedalaman
8 – 200 m, dengan ketebalan beragam 1–25 m. Jumlah ketersediaan air pada system
akuifer tertekan sebesar 256,29 juta m3/tahun (ibid.).Di CAT ini masih terjadi penurunan
kedudukan muka air tanah dan penurunan kualitas air tanah, terutama pada system
akuifer tertekan.(Harnandi, 2006) hal ini merupakan tanda bahwa konservasi air tanah
belum terlaksana dengan baik.
Kawasan studi (Kota Surakarta) berada dalam daerah yang beriklim tropis dengan suhu
udara, kelembaban, dan curah hujan yang cukup tinggi dan relatif seragam selama
musim hujan. SWS Bengawan Solo memiliki dua musim, yaitu musim kemarau
(biasanya dari bulan Mei sampai Oktober) dan musim hujan (November sampai April).
Pada umumnya angin bertiup dari arah Barat Daya ke arah Barat Laut pada bulan
November sampai April yang mengakibatkan terjadinya musim hujan.Sedangkan pada
periode bulan Juli sampai Oktober, berlangsung musim kemarau dimana angin bertiup
dari arah Selatan dan Tenggara.Suhu udara bulanan rata-rata sekitar 27°C.
Dengan kelembaban rata-rata 80%, suhu bulanan rata-rata 26,7°C, lama penyinaran
rata-rata bulanan 6,3 jam, kecepatan angin rata-rata bulanan 1,2 m/det.
Data klimatologi yang digunakan berasal dari Stasiun Surakarta, terdapat pada Sub DAS
Bengawan Solo Hulu.
1. Curah hujan
Curah hujan rata-rata selama musim hujan dari bulan November sampai April sekitar
80% dari curah hujan tahunan, dan pada umumnya bulan Desember atau Januari
mempunyai curah hujan terbesar. Curah hujan tahunan dalam SWS Bengawan Solo
sekitar 2.100 mm dan sedikit bervariasi untuk beberapa daerah tertentu.Di bagian barat
daya dimana terletak G. Merapi dan G. Merbabu cenderung mempunyai curah hujan
lebih tinggi bila dibandingkan dengan bagian timur laut wilayah sungai. Curah hujan
PT. Daya Cipta Dianrancana 2-3
DD Penanganan Kali Pepe Secara Menyeluruh
di Kabupaten Boyolali dan Kota Surakarta
tahunan rata-rata bisa mencapai 3.000 mm di sekitar puncak G. Lawu dan G.Liman,
sedangkan di daerah muara Sungai Bengawan Solo dan Pantai Utara hanya sekitar
1.500 mm.
Curah hujan rata-rata dalam Sub SWS Solo Hulu diestimasi berdasarkan data curah
hujan dari 27 stasiun hujan dapat dilihat pada Tabel 2-2 sebagai berikut (Rencana Induk
SWS Bengawan Solo, 2001):
Tabel 2-2 Curah hujan rata-rata dalam Sub SWS Solo Hulu
Sumber: Laporan Studi Penetapan Sempadan Sungai, 2012 (BBWS Bengawan Solo)
2. Suhu
Suhu rata-rata bulanan di WS Bengawan Solo adalah 26,7°C. Suhu minimum 26,1°C
terjadi pada bulan Juli, sedangkan suhu maksimum 27,2°C terjadi pada bulan Oktober.
Kondisi suhu bulanan rata-rata pada masing-masing stasiun klimatologi adalah seperti
Tabel 2-3 sebagai berikut:
3. Kelembaban
Kelembaban rata-rata bulanan pada WS Bengawan Solo adalah sekitar 80%, dimana
kelembaban rata-rata bulanan minimum terjadi pada bulan September sebesar 77,4%
dan kelembaban rata-rata bulanan maksimum terjadi pada bulan Januari dan Februari
sebesar 82,3%. Nilai Kelembaban Udara Rata-Rata Bulanan di WS Bengawan Solo
dapat dilihat pada Tabel 2-4 berikut:
Tabel 2-5 Lama Penyinaran Matahari Rata-Rata per Bulan STA Surakarta
No Stasiun Sub DAS Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Rata-rata
1 Surakarta Hulu 10,7 10,4 10,7 11 10,8 10,6 11 11,1 7,4 11,3 10,6 10,7 10,5
Sumber: Laporan Studi Penetapan Sempadan Sungai, 2012 (BBWS Bengawan Solo)
5. Kecepatan Angin
Kecepatan angin rata-rata bulanan untuk WS Bengawan Solo adalah 1,2 m/det. Nilai
kecepatan minimum adalah 1, m/det sedangkan nilai kecepatan maksimum adalah 1,6
m/det. Kecepatan angin rata-rata juga dapat dilihat pada Tabel 2-9 berikut:
6. Evaporasi
Evaporasi rata-rata bulanan yang terjadi pada WS Bengawan Solo adalah 3,9 mm
dimana nilai evaporasi terjadi pada bulan Juni–Oktober saat musim kemarau,
sedangkan saat musim hujan antara bulan Desember–Mei relatif lebih rendah. Evaporasi
rata-rata bulanan dapat dilihat pada Tabel 2-7 berikut:
Tabel 2-8 Identifikasi awal jenis penggunaan lahan di DAS Kali Pepe
Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persen Penggunaan Lahan (%)
Air Tawar 316.30 0.97%
Kebun / Perkebunan 1,193.31 3.65%
Pemukiman 18,258.61 55.87%
Sawah Irrigasi 3,917.00 11.99%
Sawah Tada Hujan 2,137.68 6.54%
Semak Belukar 477.70 1.46%
Tanah berbatu 9.86 0.03%
Tanah kosong / Rumput 662.96 2.03%
Tegalan Ladang 5,707.93 17.47%
Jumlah Total 32,681.35 100.00%
Kondisi geologi di Surakarta tidak lepas dari kondisi geologi Pulau Jawa pada umumnya.
Pada Paleogen Awal, Pulau Jawa masih berada dalam bagian batas tepi lempeng mikro
Sunda sebagai hasil interaksi (tumbukan) antara lempeng Indo-Australia dengan
PT. Daya Cipta Dianrancana 2-6
DD Penanganan Kali Pepe Secara Menyeluruh
di Kabupaten Boyolali dan Kota Surakarta
lempeng Eurasia. Ketika Kala Eosen, Pulau Jawa bagian utara yang semula berupa
daratan, menjadi tergenang oleh air laut dan membentuk cekungan.
Pada kala Oligosen, hampir seluruh Pulau Jawa mengalami pengangkatan menjadi
geantiklin Jawa. Pada saat yang bersamaan terbentuk jalur gunung api di Jawa bagian
selatan. Pulau Jawa yang semula merupakan geantiklin berangsur-angsur mengalami
penurunan lagi sehingga pada Miosen Bawah terjadi genang laut. Gunung api yang
bermunculan di bagian selatan membentuk pulau-pulau gunung api. Pada pulau - pulau
tersebut terdapat endapan breksi vulkanik dan endapan-endapan laut.Semakin jauh dari
pantai terbentuk endapan gamping koral dan gamping foraminifera.
Pada Miosen Tengah, pembentukan gamping koral terus berkembang dengan diselingi
batuan vulkanik di sepanjang Pulau Jawa bagian selatan. Kemudian pada Miosen Atas
terjadi pengangkatan.Keberadaan pegunungan Jawa bagian selatan ini tetap bertahan
sampai sekarang dengan batuan penyusun yang didominasi oleh batugamping yang di
beberapa tempat berasosiasi dengan batuan vulkanik, dalam bentuk vulcanic neck atau
terobosan batuan beku. Kemudian pada Kala Plistosen paling tidak terjadi dua kali
deformasi, yang pertama berupa pergeseran bongkahan yang membentuk Pegunungan
Baturagung, Plopoh, Kambengan, dan Pejalan Panggung. Sedangkan yang kedua di
Kala Plistosen Tengah yang diduga merubah aliran Bengawan Solo Purba, yang diikuti
aktivitas Gunung Lawu (G. Lawu) dan G. Merapi, serta sesar Keduwan, akibatnya
endapan G. Lawu membendung aliran Bengawan Solo dan membentuk Danau
Baturetno. Secara umum, fisiografi Jawa Tengah bagian tenggara yang meliputi
kawasan G. Merapi, Yogyakarta, Surakarta dan Pegunungan Selatan dapat dibagi
menjadi dua zona, yaitu Zona Solo dan Zona Pegunungan Selatan (Bemmelen, 1949).
Zona Solo merupakan bagian dari Zona Depresi Tengah (Central Depression Zone)
Pulau Jawa.
Bentang alam daerah Surakarta dan sekitarnya berupa perbukitan, pedataran, dan
lereng kerucut gunung api. Daerah perbukitan terletak di selatan Surakarta yang
dibentuk oleh batuan sedimen Miosen – Pliosen, lereng kerucut gunung api di sebelah
barat dan timur Surakarta, dan pedataran terletak di Surakarta dan daerah di utaranya.
Uraian satuan morfologi di daerah ini adalah sebagai berikut ini.
1. Satuan Padataran, tersebar di sekitar Surakarta, Klaten, Sukoharjo, sekitar
Wonogiri, dengan ketinggian 50 – 100 m.
2. Satuan Pedataran dibentuk oleh dataran aluvial sungai, berelief halus, kemiringan
antara 0 – 5%, sungai sejajar agak berkelok, dengan tebing sungai tidak terjal.
Satuan Daerah Kaki Gunung Api, tersebar di sekitar lereng G. Merapi (Klaten,
Boyolali), dan lereng G. Lawu (Karanganyar) dengan ketinggian 75 – 130 m. Daerah
PT. Daya Cipta Dianrancana 2-7
DD Penanganan Kali Pepe Secara Menyeluruh
di Kabupaten Boyolali dan Kota Surakarta
ini dibentuk oleh endapan gunung api dengan medan agak miring, relief halus,
sungai sejajar dengan tebing sungai agak terjal,
3. Satuan Perbukitan Kars, Terletak di bagian selatan (daerah Wonogiri), dengan
ketinggian 45 – 400 m, dicirikan oleh lembah dan bukit terjal, relief kasar. Satuan ini
disusun oleh batuan karbonat (batugamping) yang mudah larut oleh air, sehingga
membentuk bentang alam kars yang unik. Satuan Perbukitan Bergelombang landai,
Satuan ini terletak di utara Surakarta dengan ketinggian 40 – 100 m, dengan medan
miring dan bergelombang landai.
4. Satuan Perbukitan Terjal, Satuan ini tersebar di sekitar Wonogiri dan Klaten bagian
selatan dengan ketinggian 200 – 700 m. Dicirikan dengan perbukitan kasar, terjal,
bukit tajam. Penyusun satuan ini adalah breksi vulkanik, lava andesit, dan batupasir
tufan.
Kota Surakarta merupakan kawasan rawan banjir karena berada di zona depresi (inter
montain plain) yang diapit Vulkan Lawu, Vulkan Merapi, dan Pegunungan Seribu. Air
permukaan yang masuk Kota Surakarta berasal dari tiga arah yaitu dari lereng tenggara
G. Merapi, lereng barat G. Lawu dan Wonogiri dengan 9 anak sungai yang masuk ke
Bengawan Solo. Bentuk DAS Solo hulu yang luas dan melebar, bahkan mendekati pola
radial mengakibatkan waktu konsentrasi air di Bengawan Solo seragam ketika terjadi
hujan. Diperparah dengan hulu Bengawan Solo di Wonogiri adalah karst / tanah gersang
berbatu yang koefisien aliran permukaannya tinggi.
Km2. Letak astronomis 110° 45' 15" dan 110° 45' 35" BT - 7° 36' dan 7° 56' LS. Kota
Surakarta merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan
laut. Hari hujan yang dilihat dari keadaan iklim Kota Surkarta pada bulan desember
dengan jumlah hari hujan 24. Sedangkan curah hujan sebesar 595 mm jatuh pada bulan
Februari. Rata-rata curah hujan pada hari hujan terbesar pada bulan Oktober sebesar
31.6 mm per hari hujan ( Surakarta dalam Angka Tahun 2007).
Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Tengah dengan luas
area sebesar 4.404,06 Ha yang terdiri dari lima kecamatan dengan luasan setiap
kecamatan sebagai berikut:
Pada tahun 2009 dari total luas area Kota Surakarta terbagi menjadi lahan sawah
teririgasi 18,94 Ha (0,43%), sawah tadah hujan seluas 126,52 Ha (2,87%) dan luas
ladang (tegalan) seluas 84,73 Ha (1,92%). Kota Surakarta sebagian besar brupa tanah
kering dengan penggunaan sebagian besar adalah lahan pemukiman
PT. Daya Cipta Dianrancana 2-10
DD Penanganan Kali Pepe Secara Menyeluruh
di Kabupaten Boyolali dan Kota Surakarta
2.6.2 Gambaran Umum Kabupaten Boyolali
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/ Kota di Propinsi Jawa
Tengah, terletak antara 110° 22' - 110° 50' Bujur Timur dan 7° 7' - 7° 36' Lintang
Selatan, dengan ketinggian antara 75 - 1500 meter di atas permukaan laut. Wilayah
Kabupaten Boyolali dibatasi oleh :
Struktur perekonomian kabupaten Boyolali dilihat dari PDRB atas dasar harga konstan
dari tahun 2007 sampai tahun 2011 berdasarkan lapangan usahanya penggerak
utamanya adalah sektor pertanian 31,8%, diikuti sektor perdagangan, hotel dan
restoran 24,3% dan industri pengolahan 16,3%.
Dengan melihat kondisi geografis kabupaten Boyolali yang mayoritas merupakan lahan
kering, maka selain mempertahankan pertumbuhan sektor pertanian, pemerintahan
Kabupaten Boyolali juga mengembangan sektor sektor potensial lainnya seperti industri
pengolahan dan pertambangan yang saat ini mempunyai pertumbuhan cukup besar
yaitu sebesar 4,48% dan 4,21%.
Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,64 Ha, yang terdiri dari luas tanah
sawah 22.465,11 Ha dan luas tanah kering 54.912,5 Ha. Tanah sawah terdiri dari irigasi
teknis 12.922,74 Ha,non teknis 7.586,76 Ha,dan tidak berpengairan 1.955,61Ha.
Sementara itu luas tanah untuk pekarangan/bangunan 21.197,69 Ha dan luas untuk
tegalan/kebun 17.847,48 Ha.
Tabel 2-14 Luas Wilayah, Tanah Sawah dan Tanah Kering menurut
Kecamatan Kabupaten Karanganyar (DAS Bengawan Solo)
Jumtah Luas Wilayah Tanah Sawah Tanah Kering
Kecamatan
Kelurahan/Desa (Ha) (Ha) (Ha)
Jatipuro 11 4.036,50 1.510,16 2.525,34
Jatiyoso 9 6.716,49 1.319,05 5.397,44
Jumapolo 12 5.567,02 1.740,81 3.826,21
Jumantono 11 5.355,44 1.603,87 3.751,57
Matesih 9 2.626,63 1.272,02 1.354,61
Tawangmangu 10 7.003,16 711,36 6.291,80
Ngargoyoso 9 6.533,94 690,30 5.843,64
Karangpandan 11 3.411,08 1.491,40 1.919,38
Karanganyar 12 4.302,64 1.788,12 2.513,70
Tasikmadu 10 2.759,73 1.677,03 1.081,78
Jaten 8 2.554,81 1.265,53 1.288,53
Colomadu 11 1.564,17 527,52 1.035,53
Gondangrejo 13 5.679,95 1.073,78 4.605,41
Kebakkramat 10 3.645,63 2.102,19 1.542,80
Mojogedang 13 5.330,90 2.018,82 3.312,08
Kerjo 10 4.682,27 1.129,24 3.553,03
Jenawi 9 5.608,28 538,60 5.069,68
Jml. Th. 2010 177 77.378,64 22.459,80 54.917,84
Jml. Th. 2009 177 77.378,64 22.465,11 54.902,73
Jml. Th. 2008 177 77.378,64 22.474,91 54.899,08
Jml. Th. 2007 177 77.378,64 22.478,56 54.547,30
Jml. Th. 2006 177 77.378,64 22.831,34 54.534,38
Jml. Th. 2005 177 77.378,64 22.844,26 54.522,31
3 Kriteria Desain
3.1 Umum
Bangunan direncanakan untuk DD Penanganan Kali Pepe Secara Menyeluruh di
Kabupaten Boyolali dan Kota Surakarta menggunakan debit banjir rancangan sesuai
standar kriteria perencanaan bangunan di sungai dan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Perhitungan dimensi bangunan disesuaikan dengan kondisi di lapangan, ditinjau dari
data pengukuran, data survey investigasi, data survey hidrologi / hidrolika, dan data
parameter hasil penyelidikan tanah agar memenuhi standar keamanan yang ditetapkan
dan dapat berfungsi optimal.
Perhitungan struktur bangunan banyak menggunakan data parameter tanah (Φ, γ dan
c) yang menentukan besarnya daya dukung tanah yang menentukan stabilitas
konstruksi dari bahaya guling, geser dan settlement (penurunan tanah dasar).
H1 H2
h f L.S f
2
Q
Sf
K
S f1 S f 2
Sf
2
dengan :
hf = kehilangan energi akibat gesakan (m)
L = jarak antar sub bagian (m)
Sf = kemiringan garis energi (friction slope)
K = pengangkutan aliran tiap sub bagian
Q = debit air (m3/dt)
Adapun kehilangan tinggi energi akibat perubahan diakibatkan oleh dua kejadian,
yaitu kontraksi dan ekspansi. Kontraksi dan ekspansi terjadi akibat back water yang
disebabkan perubahan penampang atau perubahan kemiringan dasar saluran yang
sangat curam sekali. Kehilangan tinggi energi akibat kontraksi dan ekspansi dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
.v .v
2 2
hc C 2 2 1 1
2g 2g
dengan :
C = koefisien akibat kehilangan tinggi kontraksi dan ekspansi
Program ini mengasumsikan bahwa kontraksi terjadi jika kecepatan di hilir lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kecepatan di hulu dan ekspansi terjadi pada kondisi
sebaliknya.
3. Pengangkutan Aliran
Penentuan pengangkutan aliran total dan koefisien kecepatan untuk suatu
penampang melintang mengharuskan aliran dibagi menjadi bagian – bagian dimana
kecepatan tersebut akan didistribusikan secara merata. Pendekatan yang
digunakan dalam program ini adalah membagi aliran di daerah pinggir sungai
dengan menggunakan nilai kekasaran n sebagai dasar pembagian penampang
melintang.
dengan :
n = jumlah sub bagian pada suatu penampang melintang sungai.
4. Pengangkutan Aliran
Suatu sungai memiliki nilai kekasaran yang sangat bervariasi dan tergantung pada
beberapa faktor sehingga perlu adanya tinjauan terhadap faktor – faktor yang
memiliki pengaruh besar terhadap nilai koefisien kekasaran. Pada tahun 1889
seorang insinyur Irlandia, Robert Manning mengemukakan sebuah teori mengenai
koefisien kekasaran dimana saat ini dikenal dengan rumus “Manning” sebagai
berikut :
1 2 / 3 1/ 2
v .R .S
n
dengan:
v = kecepatan rerata (m/dt)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan dasar rerata
n = koefisien kekasaran
Nilai koefisien kekasaran yang diungkapkan oleh Manning, dikenal dengan nilai
koefisien kekasaran Manning (n), memiliki nilai bervariasi sesuai dengan kondisi
yang dikaji. Karena kesederhanaan dan hasil perhitungan yang didapat cukup
memuaskan, maka rumus Manning menjadi sangat banyak digunakan dalam
perhitungan hidrolika saluran terbuka. Sebelum menentukan nilai koefisien
kekasaran Manning, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi koefisien kekasaran Manning antara lain :
a. Kekasaran Permukaan.
b. Tetumbuhan
Angka koefisien kekasaran Manning (n) tergantung dari berbagai macam faktor,
seperti tertera pada Tabel 5.1 berikut ini :
Tabel 3-1 Nilai Koefisien Kekasaran Manning
Keadaan Saluran Nilai-nilai
Tanah 0.020
Batu pecah 0.025
Bahan pembentuk nb
Kerikil halus 0.024
Kerikil kasar 0.028
Sangat keci 0.000
Derajat Sedikit 0.005
n1
Ketidak teraturan Sedang 0.010
Besar 0.020
Variasi Bertahap 0.000
Penampang Kadang berganti n2 0.005
melintang saluran Sering berganti 0.010 - 0.015
Dapat diabaikan 0.000
Efek relatif dari Kecil 0.010 - 0.015
n3
hambatan Cukup 0.020 - 0.030
Besar 0.040 - 0.050
Rendah 0.005 - 0.010
Sedang 0.010 - 0.025
Tetumbuhan n4
Tinggi 0.025 - 0.050
Sangat Tinggi 0.050 - 0.100
Kecil 1.000
Derajat kelokan Cukup m 1.150
Besar 1.300
Sumber : Chow, 1997:108
6. Persamaan Momentum
Persamaan momentum menyatakan bahwa pengaruh dari semua gaya luar
terhadap volume kontrol dari cairan dalam setiap arah sama dengan besarnya
perubahan momentum dalam arah itu, yaitu (Raju Kg,Rangga, 1986: 11).
Fx = . Q. v
Sesuai dengari Gambar V-3 maka persamaan diatas dapat ditulis seperti
W sin + P1 - P2 - Ff - Fa = Q (v2 - v1)
dengan:
P1 dan P2 = muatan hidrostatis pada potongan 1-4 dan 2-3
W = berat volume kontrol 1-2-3-4
= kemiringan dasar dengan garis mendatar
Ff = gesekan batas terhadap panjang Ax
Fa = tahanan udara pada permukaan bebas
Ladang 15 tahun
Sawah 20 tahun
pemukiman 25 tahun
A A
SAMBUNGAN GERAK
0.3 m
0.2 m
0.2 m
0.4 m 0.4 m
RIB
Klasifikasi baja
Tabel 3-5 Tabel Mutu Baja
Tipe Mutu Baja Kegunaan
I U 22 Penulangan Beton dll
II U 24 Plat pintu, stang pengangkat, dll
Berat Jenis
No. Jenis Material
(ton/m3)
1 Air 1.00
2 Besi Baja 7.85
3 Beton Tumbuk 2.30
4 Beton Bertulang (Umum) 2.40
5 Beton Bertulang pelat Jembatan 2.50
6 Plesteran 2.15
7 Pasangan Batu 2.20
8 Bronjong Batu 2.00
4 Detail Desain
Hasil simulasi muka air banjir di Kali Pepe menggunakan program HEC-RAS dalam gambar
berikut ini :
Gambar 4-4 Profil Melintang Kali Pepe Ruas Jembatan Tirtonadi – BM.5/19
B
Tanah pondasi
Potongan Parapet g s' = 1.91 t/m 3 Angka keamanan (normal) (gempa)
18.963 fB = 27.64 o
Guling |e| < B/6=0.43 B/3=1.02
2.31 cB = 0.15 t/m 2 Geser fs > 1.50 1.20
Koefisien geser Reaksi tanah pondasi
m = 0.95 qmaks > qa=qu/3 qae=qu/2
Koef gaya angkat Tegangan ijin
Um = 1.00 Tekan beton sca = 75 113 kg/cm 2
Selimut beton Tarik baja ssa = 2250 3375 kg/cm 2
Dinding Geser beton ta = 6.5 9.75 kg/cm 2
d belakang = 7 cm Rasio modulus Young's
d depan = 7 cm 21 16
Pondasi
d atas = 7 cm
d bawah = 7 cm
1.1 Dimensi
B = 3.05 m H = 2.60 m
L = 1.00 m (panjang pias )
h2
1.2 Parameter
2. Perhitungan stabilitas
2.1 Kasus 1 (Kondisi normal)
0.00
0.40
0.15
2.60 Pa1 10 7
2.05
qa1
9 8
11 12
2.10 Pa2 6
4 5 13 Pp1 0.20 1.00
Pa3 2 0.35
qa2 0.6 1 3
qa3 qp1
1.00 Pa4 O 1.00
2' 2'' Pp2
Pa5
Pp3
qa5 qa4 qu2 qp2 qp3
qu1 Pu2
Pu
1.50 0.55 1.00
0.25 1.25
2
Cos (f -) = 0.842 Sin(f+d) = 0.720
Cos 2 = 0.995 Sin (fb) = 0.235
Cos(+d) = 0.923 Cos (b) = 0.985
Cos 2(f+)
Kp =
Sin(f-d) x Sin(fb) 2
Cos 2 x Cos( -d) x 1-
Cos(d) x Cos(
= 4.185 o
d = 14.036 o
W x X- H x Y 17.63 - 2.73
X = = = 1.430 m
W 10.424
B 3.05
e = - X = - 1.430 = 0.095 m < B/6 = 0.508 m OK !
2 2
a) -2 Dengan gaya angkat
B = 3.05 m
W x X- H x Y 14.53 - 2.73
X = = = 1.326 m
W 8.899
B 3.05
e = - X = - 1.326 = 0.199 m < B/6 = 0.508 m OK !
2 2
HR 10.633
Fs = = = 2.431 > 1.50 OK !
H 4.374
b)-2 Dengan gaya angkat
Gaya geser : H = 4.648 ton
Tahanan : HR = m x W = 0.95 x 8.899 = 8.454 ton
HR 8.454
Fs = = = 1.819 > 1.50 OK !
H 4.648
10.698 6x 0.095
q1 = x (1 + ) = 4.163 t/m2 < qa = 17.100 t/m2 OK !
3.05 3.05
10.698 6x 0.095
q2 = x (1 - ) = 2.852 t/m2 < qa = 17.100 t/m2 OK !
3.05 3.05
2.60 Pa1 10 7
2.05
qa1
9 8
11 12
2.10 Pa2 6
4 5 13 Pp1 0.20 1.00
Pa3 2 0.35
qa2 0.6 1 3
qa3 qp1
1.00 Pa4 O 1.00
2' 2'' Pp2
Pa5
Pp3
qa5 qa4 qu2 qp2 qp3
qu1 Pu2
Pu
1.50 0.55 1.00
0.00 1.25
Cos 2(fF)
Kae =
2
Sin(fd) x Sin(fbF)
CosF x Cos 2 x Cos(dF) 1+
Cos(dF) x Cos(b)
= 4.185 o
d = 13.82 o
2
Cos (f-F-)= 0.957 Sin(fd) = 0.662
CosF = 0.980 Sin(f-b-F) = 0.036
Cos 2 = 0.995 Cos(-b) = 0.950
Cos(d+F)= 0.870
Cos 2(fF)
Kpe =
2
Sin(fd) x Sin(fbF)
CosF x Cos 2 x Cos(dF) 1
Cos(dF) x Cos(b)
= 4.185 o
d = 27.58 o
2
Cos (f-F)= 0.880 Sin(fd) = 0.001
CosF = 0.980 Sin(fb-F) = 0.502
Cos 2 = 0.995 Cos(-b) = 0.950
Cos(dF)= 0.938
Kpe = 1.009
c-2) pada kondisi, B/6 < |e| < B/3 (tidak dipakai)
2xW
q1' = = = - t/m2 qae = - t/m2
3 x (B/2-|e|)
2.665 t/m2
- t/m2
- t/m2 - t/m2
pada kondisi, e < 0 and |e| < B/6 pada kondisi, e < 0 and B/6 < |e| < B/3
(tidak dipakai) (tidak dipakai)
Perhitungan kapasitas daya dukung tanah ultimate menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Rumus Terzaghi :
( x c x Nc) = 4.283
qu = 51.299 t/m2
Kali Pepe (H = 2 m)
3. Perhitungan Struktur
3.1 Kondisi Normal
(1) Dinding
0.40
0.15
2.00 Pa1
A A
qa1
1.10
qa2
Pa3
Pa2 Pp1
B B 0.45
qa3
qp1 0.20
0.60 0.35
1.00
0.25
1.50 0.55 1.00
Kpa = 2.118
= 4.185 o
d = 18.43 o
a) Potongan A - A
h1 = 0.69 m
h2 = 0.31 m
1 = K ha x h x gc = 0.991 ton/m
2 = K ha x h x gc = 0.991 ton/m
qa1 = K ha x h x gw = 0.285 ton/m
qa2 = K ha x h x gsat = 0.245 ton/m
qa3 = K ha x h x gsat = 0.245 ton/m
b) Potongan B - B
(2) Pondasi
Kasus 1 (2.1 Kasus 1 (Kondisi normal)
0.90
5
1
1.10 D 0.45
C
0.00 0.20
0.60
4 2
0.35
1.00 D C
0.25
1.50 0.55 1.00
6
1
5
4 2
7
3
2.852 t/m2
3.497 t/m2
3.733 t/m2
4.163 t/m2
3
7
- t/m2 - t/m2
- t/m2 - t/m2
a) Potongan C - C
2.00 Pa1
A A
qa1
1.10
qa2
Pa3
Pa2 Pp1
B B 0.45
qa3
qp1 0.20
0.60 0.35
1.00
0.25
1.50 0.55 1.00
Diagram pembebanan pd dinding untuk kondisi gempa
Kae = 0.824
= 4.185 o
d = 13.82 o
cos (+d) = 0.951
Khae = Kae x cos (+d) = 0.784 Kh = 0.20
Kpe = 1.009
= 4.185 o
d = 13.82 o
cos (+d) = 0.951
Khpe = Kpe x cos (+d) = 0.960
a) Potongan A - A
h1 = 0.69 m
h2 = 0.31 m
1 = Khae x h x gc = 1.881 ton/m
2 = Khae x h x gc = 1.881 ton/m
qa1 = Khae x h x gw = 0.541 ton/m
qa2 = Khae x h x gsat = 0.243 ton/m
qa3 = Khae x h x gsat = 0.243 ton/m
0.90 0.90
5 5
1 1
1.10 D C 0.45 1.10 D 0.45
C
0.00 0.20 0.00 0.20
0.60 0.60
4 2 0.35 4 2 0.35
1.00 C 1.00 D
D C
0.25 0.25
1.50 0.55 1.00 1.50 0.55 1.00
5 1 5 1
4 2 4 2
pada kondisi, e > 0 dan e < B/6 pada kondisi, e > 0 dan B/6 < e < B/3
6 6
3 3
pada kondisi, e < 0 dan |e| < B/6 pada kondisi, e < 0 dan B/6 < |e| < B/3
3 6
6 3
(2) Momen rencana dan gaya geser yang digunakan untuk perhitungan struktur
|e| = 0.20 m < B/6 = 0.51 m OK! |e| = 0.22 m < B/3 = 1.02 m OK!
Sf = 5.33 > 1.50 OK! Sf = 5 > 1.20 OK!
2
q1 = 4.16 t/m < qa = 17.10 t/m 2 OK! q1 = 4.17 t/m 2 < qae = 25.65 t/m 2 OK!
Sf = 12.323 > 3.00 OK! Sf = 12.30 > 2.00 OK!
2
q2 = 2.85 t/m < qa = 17.10 t/m 2 OK! q2 = 2.67 t/m 2 < qae = 25.65 t/m 2 OK!
Sf = 17.987 > 3.00 OK! Sf = 19.25 > 2.00 OK!
qu = (40 x N x A) + (W x fi x li)
= ( 40 x 30.0 x 0.040 )+( 0.800 x 6.00 x 6.0 )
= 48.000 + 28.800 = 76.800 ton/pancang
(angka keamanan : n = 3)
h^4
I = = 13,333.33 cm4 (I : Moment inersia pancang)
12
= 0.20 E = 28 x N
Kh = x E x l-3/4
= 0.20 x( 28 x 30.0 )x( 20.0 )-3/4 = 17.764 kg/cm3
4 Kh x D 4 17.764 x 20.0
b = = = 0.013 cm
4 EI 4 x 234,535 x 13,333.3
Kh x D 17.764 x 20.0
Ha = x d = x 1 = 27,366.96 kg
b 0.013
= 27.367 ton
Ha = 2 x b x Ma
L3
W = = 1,333.33 cm3 ; (W : modulus penampang tiang pancang )
6
Ha = 2 x b x Ma
= 2 x 0.013 x 233,333.3 = 6,058.25 kg/pile = 6.058 ton/pancang
Allowable horizontal bearing capacity acting on the pile top depend upon the allowable
stress of pile itself.
Ha 6.058
Jarak antar pancang = = = 5.16 m
Hr 1.175
qa 25.600
Jarak antar pancang = = = 2.46 m
V 10.424
qa 25.600
Jarak antar pancang = = = 0.76 m
Vp 33.518
Jarak antar pancang dapat ditentukan 1.50 m untuk pancang ( f 150, L = 6.00 m ),
+ 2.60
D16~200 D16~200
D16~200 D16~100
2.60
A
1.10 A
D16~100 D16~100
D16~100 D16~100
D C D16~200
D16-100
1.00
0.25
1.50 0.55 1.00
3.05
Potongan Parapet
beton = 3.16 m3
tulangan = 253 kg
tulangan = 80.12 kg/m3
B
Tanah pondasi
Potongan Parapet g s' = 1.91 t/m 3 Angka keamanan (normal) (gempa)
18.963 fB = 27.64 o
Guling |e| < B/6=0.52 B/3=1.02
2.31 cB = 0.15 t/m 2 Geser fs > 1.50 1.20
Koefisien geser Reaksi tanah pondasi
m = 0.95 qmaks > qa=qu/3 qae=qu/2
Koef gaya angkat Tegangan ijin
Um = 1.00 Tekan beton sca = 75 113 kg/cm 2
Selimut beton Tarik baja ssa = 2250 3375 kg/cm 2
Dinding Geser beton ta = 6.5 9.75 kg/cm 2
d belakang = 7 cm Rasio modulus Young's
d depan = 7 cm 21 16
Pondasi
d atas = 7 cm
d bawah = 7 cm
1.1 Dimensi
B = 3.05 m H = 3.10 m
L = 1.00 m (panjang pias )
h2
1.2 Parameter
2. Perhitungan stabilitas
2.1 Kasus 1 (Kondisi normal)
0.00
0.40
0.15
3.10 Pa1 10 7
2.55
qa1
9 8
11 12
2.60 Pa2 6
4 5 13 Pp1 0.20 1.20
Pa3 2 0.35
qa2 0.6 1 3
qa3 qp1
1.00 Pa4 O 1.00
2' 2'' Pp2
Pa5
Pp3
qa5 qa4 qu2 qp2 qp3
qu1 Pu2
Pu
1.50 0.55 1.00
0.25 1.25
2
Cos (f -) = 0.831 Sin(f+d) = 0.720
Cos 2 = 0.997 Sin (fb) = 0.235
Cos(+d) = 0.929 Cos (b) = 0.983
Cos 2(f+)
Kp =
Sin(f-d) x Sin(fb) 2
Cos 2 x Cos( -d) x 1-
Cos(d) x Cos(
= 3.366 o
d = 14.036 o
W x X- H x Y 19.71 - 3.26
X = = = 1.388 m
W 11.854
B 3.05
e = - X = - 1.388 = 0.137 m < B/6 = 0.508 m OK !
2 2
a) -2 Dengan gaya angkat
B = 3.05 m
W x X- H x Y 15.99 - 3.26
X = = = 1.270 m
W 10.024
B 3.05
e = - X = - 1.270 = 0.255 m < B/6 = 0.508 m OK !
2 2
HR 12.040
Fs = = = 2.320 > 1.50 OK !
H 5.190
b)-2 Dengan gaya angkat
Gaya geser : H = 5.516 ton
Tahanan : HR = m x W = 0.95 x 10.024 = 9.523 ton
HR 9.523
Fs = = = 1.726 > 1.50 OK !
H 5.516
12.179 6x 0.137
q1 = x (1 + ) = 5.069 t/m2 < qa = 18.757 t/m2 OK !
3.05 3.05
12.179 6x 0.137
q2 = x (1 - ) = 2.917 t/m2 < qa = 18.757 t/m2 OK !
3.05 3.05
3.10 Pa1 10 7
2.55
qa1
9 8
11 12
2.60 Pa2 6
4 5 13 Pp1 0.20 1.20
Pa3 2 0.35
qa2 0.6 1 3
qa3 qp1
1.00 Pa4 O 1.00
2' 2'' Pp2
Pa5
Pp3
qa5 qa4 qu2 qp2 qp3
qu1 Pu2
Pu
1.50 0.55 1.00
0.00 1.25
Cos 2(fF)
Kae =
2
Sin(fd) x Sin(fbF)
CosF x Cos 2 x Cos(dF) 1+
Cos(dF) x Cos(b)
= 3.366 o
d = 13.82 o
2
Cos (f-F-)= 0.951 Sin(fd) = 0.662
CosF = 0.980 Sin(f-b-F) = 0.036
Cos 2 = 0.997 Cos(-b) = 0.954
Cos(d+F)= 0.877
Cos 2(fF)
Kpe =
2
Sin(fd) x Sin(fbF)
CosF x Cos 2 x Cos(dF) 1
Cos(dF) x Cos(b)
= 3.366 o
d = 27.58 o
2
Cos (f-F)= 0.889 Sin(fd) = 0.001
CosF = 0.980 Sin(fb-F) = 0.502
Cos 2 = 0.997 Cos(-b) = 0.954
Cos(dF)= 0.943
Kpe = 1.012
c-2) pada kondisi, B/6 < |e| < B/3 (tidak dipakai)
2xW
q1' = = = - t/m2 qae = - t/m2
3 x (B/2-|e|)
2.319 t/m2
- t/m2
- t/m2 - t/m2
pada kondisi, e < 0 and |e| < B/6 pada kondisi, e < 0 and B/6 < |e| < B/3
(tidak dipakai) (tidak dipakai)
Perhitungan kapasitas daya dukung tanah ultimate menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Rumus Terzaghi :
( x c x Nc) = 4.283
qu = 56.270 t/m2
2.50 Pa1
A A
qa1
1.40
qa2
Pa3
Pa2 Pp1
B B 0.65
qa3
qp1 0.20
0.60 0.35
1.00
0.25
1.50 0.55 1.00
Kpa = 2.068
= 3.366 o
d = 18.43 o
a) Potongan A - A
h1 = 0.69 m
h2 = 0.31 m
1 = Kha x h x gc = 0.977 ton/m
2 = Kha x h x gc = 0.977 ton/m
qa1 = Kha x h x gw = 0.281 ton/m
qa2 = Kha x h x gsat = 0.241 ton/m
qa3 = Kha x h x gsat = 0.241 ton/m
b) Potongan B - B
(2) Pondasi
Kasus 1 (2.1 Kasus 1 (Kondisi normal)
1.10
5
1
1.40 D 0.65
C
0.00 0.20
0.60
4 2
0.35
1.00 D C
0.25
1.50 0.55 1.00
6
1
5
4 2
7
3
2.917 t/m2
3.975 t/m2
4.363 t/m2
5.069 t/m2
3
7
- t/m2 - t/m2
- t/m2 - t/m2
a) Potongan C - C
2.50 Pa1
A A
qa1
1.40
qa2
Pa3
Pa2 Pp1
B B 0.65
qa3
qp1 0.20
0.60 0.35
1.00
0.25
1.50 0.55 1.00
h1 = 0.69 m
h2 = 0.31 m
1 = Khae x h x gc = 1.862 ton/m
2 = Khae x h x gc = 1.862 ton/m
qa1 = Khae x h x gw = 0.535 ton/m
qa2 = Khae x h x gsat = 0.240 ton/m
qa3 = Khae x h x gsat = 0.240 ton/m
1.10 1.10
5 5
1 1
1.40 D C 0.65 1.40 D 0.65
C
0.00 0.20 0.00 0.20
0.60 0.60
4 2 0.35 4 2 0.35
1.00 C 1.00 D
D C
0.25 0.25
1.50 0.55 1.00 1.50 0.55 1.00
5 1 5 1
4 2 4 2
pada kondisi, e > 0 dan e < B/6 pada kondisi, e > 0 dan B/6 < e < B/3
6 6
3 3
pada kondisi, e < 0 dan |e| < B/6 pada kondisi, e < 0 dan B/6 < |e| < B/3
3 6
6 3
(2) Momen rencana dan gaya geser yang digunakan untuk perhitungan struktur
|e| = 0.26 m < B/6 = 0.51 m OK! |e| = 0.34 m < B/3 = 1.02 m OK!
Sf = 4.9 > 1.50 OK! Sf = 3.94 > 1.20 OK!
2
q1 = 5.07 t/m < qa = 18.76 t/m 2 OK! q1 = 5.45 t/m 2 < qae = 28.14 t/m 2 OK!
Sf = 11.101 > 3.00 OK! Sf = 10.32 > 2.00 OK!
2
q2 = 2.92 t/m < qa = 18.76 t/m 2 OK! q2 = 2.32 t/m 2 < qae = 28.14 t/m 2 OK!
Sf = 19.291 > 3.00 OK! Sf = 24.26 > 2.00 OK!
qu = (40 x N x A) + (W x fi x li)
= ( 40 x 30.0 x 0.040 )+( 0.800 x 6.00 x 6.0 )
= 48.000 + 28.800 = 76.800 ton/pancang
(angka keamanan : n = 3)
h^4
I = = 13,333.33 cm4 (I : Moment inersia pancang)
12
= 0.20 E = 28 x N
Kh = x E x l-3/4
= 0.20 x( 28 x 30.0 )x( 20.0 )-3/4 = 17.764 kg/cm3
4 Kh x D 4 17.764 x 20.0
b = = = 0.013 cm
4 EI 4 x 234,535 x 13,333.3
Kh x D 17.764 x 20.0
Ha = x d = x 1 = 27,366.96 kg
b 0.013
= 27.367 ton
Ha = 2 x b x Ma
L3
W = = 1,333.33 cm3 ; (W : modulus penampang tiang pancang )
6
Ha = 2 x b x Ma
= 2 x 0.013 x 233,333.3 = 6,058.25 kg/pile = 6.058 ton/pancang
Allowable horizontal bearing capacity acting on the pile top depend upon the allowable
stress of pile itself.
Ha 6.058
Jarak antar pancang = = = 3.87 m
Hr 1.566
qa 25.600
Jarak antar pancang = = = 2.16 m
V 11.854
qa 25.600
Jarak antar pancang = = = 0.77 m
Vp 33.209
Jarak antar pancang dapat ditentukan 1.50 m untuk pancang ( f 150, L = 6.00 m ),
+ 3.10
D16~200 D16~200
D16~200 D16~100
3.10
A
1.60 A
D16~100 D16~100
D16~100 D16~100
D C D16~200
D16-100
1.00
0.25
1.50 0.55 1.00
3.05
Potongan Parapet
beton = 3.40 m3
tulangan = 286 kg
tulangan = 84.28 kg/m3
B
Tanah pondasi
Potongan Parapet g s' = 1.91 t/m 3 Angka keamanan (normal) (gempa)
18.963 fB = 27.64 o
Guling |e| < B/6=0.60 B/3=1.02
2.31 cB = 0.15 t/m 2 Geser fs > 1.50 1.20
Koefisien geser Reaksi tanah pondasi
m = 0.95 qmaks > qa=qu/3 qae=qu/2
Koef gaya angkat Tegangan ijin
Um = 1.00 Tekan beton sca = 75 113 kg/cm 2
Selimut beton Tarik baja ssa = 2250 3375 kg/cm 2
Dinding Geser beton ta = 6.5 9.75 kg/cm 2
d belakang = 7 cm Rasio modulus Young's
d depan = 7 cm 21 16
Pondasi
d atas = 7 cm
d bawah = 7 cm
1.1 Dimensi
B = 3.05 m H = 3.60 m
L = 1.00 m (panjang pias )
h2
1.2 Parameter
2. Perhitungan stabilitas
2.1 Kasus 1 (Kondisi normal)
0.00
0.40
0.15
3.60 Pa1 10 7
3.05
qa1
9 8
11 12
3.10 Pa2 6
4 5 13 Pp1 0.20 1.20
Pa3 2 0.35
qa2 0.6 1 3
qa3 qp1
1.00 Pa4 O 1.00
2' 2'' Pp2
Pa5
Pp3
qa5 qa4 qu2 qp2 qp3
qu1 Pu2
Pu
1.50 0.55 1.00
0.25 1.25
2
Cos (f -) = 0.824 Sin(f+d) = 0.665
Cos 2 = 0.998 Sin (fb) = 0.235
Cos(+d) = 0.957 Cos (b) = 0.981
Ka = 0.435 untuk analisis stabilitas
(untuk analisis struktur)
= 2.816 o
d = 18.427 o
2
Cos (f -) = 0.824 Sin(f+d) = 0.720
Cos 2 = 0.998 Sin (fb) = 0.235
Cos(+d) = 0.932 Cos (b) = 0.981
Cos 2(f+)
Kp =
Sin(f-d) x Sin(fb) 2
Cos 2 x Cos( -d) x 1-
Cos(d) x Cos(
= 2.816 o
d = 14.036 o
W x X- H x Y 20.46 - 4.00
X = = = 1.325 m
W 12.424
B 3.05
e = - X = - 1.325 = 0.200 m < B/6 = 0.508 m OK !
2 2
a) -2 Dengan gaya angkat
B = 3.05 m
W x X- H x Y 16.74 - 4.00
X = = = 1.202 m
W 10.594
B 3.05
e = - X = - 1.202 = 0.323 m < B/6 = 0.508 m OK !
2 2
HR 12.568
Fs = = = 2.532 > 1.50 OK !
H 4.964
b)-2 Dengan gaya angkat
Gaya geser : H = 5.275 ton
Tahanan : HR = m x W = 0.95 x 10.594 = 10.064 ton
HR 10.064
Fs = = = 1.908 > 1.50 OK !
H 5.275
12.735 6x 0.200
q1 = x (1 + ) = 5.818 t/m2 < qa = 18.757 t/m2 OK !
3.05 3.05
12.735 6x 0.200
q2 = x (1 - ) = 2.533 t/m2 < qa = 18.757 t/m2 OK !
3.05 3.05
3.60 Pa1 10 7
3.05
qa1
9 8
11 12
3.10 Pa2 6
4 5 13 Pp1 0.20 1.20
Pa3 2 0.35
qa2 0.6 1 3
qa3 qp1
1.00 Pa4 O 1.00
2' 2'' Pp2
Pa5
Pp3
qa5 qa4 qu2 qp2 qp3
qu1 Pu2
Pu
1.50 0.55 1.00
0.00 1.25
Cos 2(fF)
Kae =
2
Sin(fd) x Sin(fbF)
CosF x Cos 2 x Cos(dF) 1+
Cos(dF) x Cos(b)
= 2.816 o
d = 13.82 o
2
Cos (f-F-)= 0.947 Sin(fd) = 0.662
CosF = 0.980 Sin(f-b-F) = 0.036
Cos 2 = 0.998 Cos(-b) = 0.957
Cos(d+F)= 0.882
Cos 2(fF)
Kpe =
2
Sin(fd) x Sin(fbF)
CosF x Cos 2 x Cos(dF) 1
Cos(dF) x Cos(b)
= 2.816 o
d = 27.58 o
2
Cos (f-F)= 0.895 Sin(fd) = 0.001
CosF = 0.980 Sin(fb-F) = 0.502
Cos 2 = 0.998 Cos(-b) = 0.957
Cos(dF)= 0.946
Kpe = 1.015
c-2) pada kondisi, B/6 < |e| < B/3 (tidak dipakai)
2xW
q1' = = = - t/m2 qae = - t/m2
3 x (B/2-|e|)
1.477 t/m2
- t/m2
- t/m2 - t/m2
pada kondisi, e < 0 and |e| < B/6 pada kondisi, e < 0 and B/6 < |e| < B/3
(tidak dipakai) (tidak dipakai)
Perhitungan kapasitas daya dukung tanah ultimate menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Rumus Terzaghi :
( x c x Nc) = 4.283
qu = 56.270 t/m2
Kali Pepe (H = 3 m)
3. Perhitungan Struktur
3.1 Kondisi Normal
(1) Dinding
0.40
0.15
3.00 Pa1
A A
qa1
1.90
qa2
Pa3
Pa2 Pp1
B B 0.65
qa3
qp1 0.20
0.60 0.35
1.00
0.25
1.50 0.55 1.00
Kpa = 2.041
= 2.816 o
d = 18.43 o
a) Potongan A - A
h1 = 0.69 m
h2 = 0.31 m
1 = Kha x h x gc = 0.969 ton/m
2 = Kha x h x gc = 0.969 ton/m
qa1 = Kha x h x gw = 0.279 ton/m
qa2 = Kha x h x gsat = 0.239 ton/m
qa3 = Kha x h x gsat = 0.239 ton/m
b) Potongan B - B
(2) Pondasi
Kasus 1 (2.1 Kasus 1 (Kondisi normal)
1.10
5
1
1.90 D 0.65
C
0.00 0.20
0.60
4 2
0.35
1.00 D C
0.25
1.50 0.55 1.00
6
1
5
4 2
7
3
2.533 t/m2
4.149 t/m2
4.741 t/m2
5.818 t/m2
3
7
- t/m2 - t/m2
- t/m2 - t/m2
a) Potongan C - C
3.00 Pa1
A A
qa1
1.90
qa2
Pa3
Pa2 Pp1
B B 0.65
qa3
qp1 0.20
0.60 0.35
1.00
0.25
1.50 0.55 1.00
h1 = 0.69 m
h2 = 0.31 m
1 = Khae x h x gc = 1.851 ton/m
2 = Khae x h x gc = 1.851 ton/m
qa1 = Khae x h x gw = 0.532 ton/m
qa2 = Khae x h x gsat = 0.239 ton/m
qa3 = Khae x h x gsat = 0.239 ton/m
1.10 1.10
5 5
1 1
1.90 D C 0.65 1.90 D 0.65
C
0.00 0.20 0.00 0.20
0.60 0.60
4 2 0.35 4 2 0.35
1.00 C 1.00 D
D C
0.25 0.25
1.50 0.55 1.00 1.50 0.55 1.00
5 1 5 1
4 2 4 2
pada kondisi, e > 0 dan e < B/6 pada kondisi, e > 0 dan B/6 < e < B/3
6 6
3 3
pada kondisi, e < 0 dan |e| < B/6 pada kondisi, e < 0 dan B/6 < |e| < B/3
3 6
6 3
(2) Momen rencana dan gaya geser yang digunakan untuk perhitungan struktur
|e| = 0.32 m < B/6 = 0.51 m OK! |e| = 0.47 m < B/3 = 1.02 m OK!
Sf = 4.18 > 1.50 OK! Sf = 3.02 > 1.20 OK!
2
q1 = 5.82 t/m < qa = 18.76 t/m 2 OK! q1 = 6.67 t/m 2 < qae = 28.14 t/m 2 OK!
Sf = 9.672 > 3.00 OK! Sf = 8.44 > 2.00 OK!
2
q2 = 2.53 t/m < qa = 18.76 t/m 2 OK! q2 = 1.48 t/m 2 < qae = 28.14 t/m 2 OK!
Sf = 22.215 > 3.00 OK! Sf = 38.10 > 2.00 OK!
qu = (40 x N x A) + (W x fi x li)
= ( 40 x 30.0 x 0.040 )+( 0.800 x 6.00 x 6.0 )
= 48.000 + 28.800 = 76.800 ton/pancang
(angka keamanan : n = 3)
h^4
I = = 13,333.33 cm4 (I : Moment inersia pancang)
12
= 0.20 E = 28 x N
Kh = x E x l-3/4
= 0.20 x( 28 x 30.0 )x( 20.0 )-3/4 = 17.764 kg/cm3
4 Kh x D 4 17.764 x 20.0
b = = = 0.013 cm
4 EI 4 x 234,535 x 13,333.3
Kh x D 17.764 x 20.0
Ha = x d = x 1 = 27,366.96 kg
b 0.013
= 27.367 ton
Ha = 2 x b x Ma
L3
W = = 1,333.33 cm3 ; (W : modulus penampang tiang pancang )
6
Ha = 2 x b x Ma
= 2 x 0.013 x 233,333.3 = 6,058.25 kg/pile = 6.058 ton/pancang
Allowable horizontal bearing capacity acting on the pile top depend upon the allowable
stress of pile itself.
Ha 6.058
Jarak antar pancang = = = 5.34 m
Hr 1.135
qa 25.600
Jarak antar pancang = = = 2.06 m
V 12.424
qa 25.600
Jarak antar pancang = = = 0.89 m
Vp 28.631
Jarak antar pancang dapat ditentukan 1.50 m untuk pancang ( f 150, L = 6.00 m ),
+ 3.60
D16~200 D16~200
D16~200 D16~100
3.60
A
2.10 A
D16~100 D16~100
D16~100 D16~100
D C D16~200
D16-100
1.00
0.25
1.50 0.55 1.00
3.05
Potongan Parapet
beton = 3.63 m3
tulangan = 319 kg
tulangan = 87.89 kg/m3
B
Tanah pondasi
Potongan Parapet g s' = 1.91 t/m 3 Angka keamanan (normal) (gempa)
18.963 fB = 27.64 o
Guling |e| < B/6=0.68 B/3=1.02
2.31 cB = 0.15 t/m 2 Geser fs > 1.50 1.20
Koefisien geser Reaksi tanah pondasi
m = 0.95 qmaks > qa=qu/3 qae=qu/2
Koef gaya angkat Tegangan ijin
Um = 1.00 Tekan beton sca = 75 113 kg/cm 2
Selimut beton Tarik baja ssa = 2250 3375 kg/cm 2
Dinding Geser beton ta = 6.5 9.75 kg/cm 2
d belakang = 7 cm Rasio modulus Young's
d depan = 7 cm 21 16
Pondasi
d atas = 7 cm
d bawah = 7 cm
1.1 Dimensi
B = 3.05 m H = 4.10 m
L = 1.00 m (panjang pias )
h2
1.2 Parameter
2. Perhitungan stabilitas
2.1 Kasus 1 (Kondisi normal)
0.00
0.40
0.15
4.10 Pa1 10 7
3.55
qa1
9 8
11 12
3.60 Pa2 6
4 5 13 Pp1 0.20 1.30
Pa3 2 0.35
qa2 0.6 1 3
qa3 qp1
1.00 Pa4 O 1.00
2' 2'' Pp2
Pa5
Pp3
qa5 qa4 qu2 qp2 qp3
qu1 Pu2
Pu
1.50 0.55 1.00
0.25 1.25
2
Cos (f -) = 0.818 Sin(f+d) = 0.665
Cos 2 = 0.998 Sin (fb) = 0.235
Cos(+d) = 0.959 Cos (b) = 0.980
Ka = 0.431 untuk analisis stabilitas
(untuk analisis struktur)
= 2.420 o
d = 18.427 o
2
Cos (f -) = 0.818 Sin(f+d) = 0.720
Cos 2 = 0.998 Sin (fb) = 0.235
Cos(+d) = 0.935 Cos (b) = 0.980
Cos 2(f+)
Kp =
Sin(f-d) x Sin(fb) 2
Cos 2 x Cos( -d) x 1-
Cos(d) x Cos(
= 2.420 o
d = 14.036 o
W x X- H x Y 21.89 - 4.99
X = = = 1.259 m
W 13.425
B 3.05
e = - X = - 1.259 = 0.266 m < B/6 = 0.508 m OK !
2 2
a) -2 Dengan gaya angkat
B = 3.05 m
W x X- H x Y 17.86 - 4.99
X = = = 1.125 m
W 11.443
B 3.05
e = - X = - 1.125 = 0.400 m < B/6 = 0.508 m OK !
2 2
HR 13.532
Fs = = = 2.616 > 1.50 OK !
H 5.173
b)-2 Dengan gaya angkat
Gaya geser : H = 5.497 ton
Tahanan : HR = m x W = 0.95 x 11.443 = 10.870 ton
HR 10.870
Fs = = = 1.977 > 1.50 OK !
H 5.497
13.749 6x 0.266
q1 = x (1 + ) = 6.867 t/m2 < qa = 19.585 t/m2 OK !
3.05 3.05
13.749 6x 0.266
q2 = x (1 - ) = 2.149 t/m2 < qa = 19.585 t/m2 OK !
3.05 3.05
4.10 Pa1 10 7
3.55
qa1
9 8
11 12
3.60 Pa2 6
4 5 13 Pp1 0.20 1.30
Pa3 2 0.35
qa2 0.6 1 3
qa3 qp1
1.00 Pa4 O 1.00
2' 2'' Pp2
Pa5
Pp3
qa5 qa4 qu2 qp2 qp3
qu1 Pu2
Pu
1.50 0.55 1.00
0.00 1.25
Cos 2(fF)
Kae =
2
Sin(fd) x Sin(fbF)
CosF x Cos 2 x Cos(dF) 1+
Cos(dF) x Cos(b)
= 2.420 o
d = 13.82 o
2
Cos (f-F-)= 0.944 Sin(fd) = 0.662
CosF = 0.980 Sin(f-b-F) = 0.036
Cos 2 = 0.998 Cos(-b) = 0.959
Cos(d+F)= 0.885
Cos 2(fF)
Kpe =
2
Sin(fd) x Sin(fbF)
CosF x Cos 2 x Cos(dF) 1
Cos(dF) x Cos(b)
= 2.420 o
d = 27.58 o
2
Cos (f-F)= 0.899 Sin(fd) = 0.001
CosF = 0.980 Sin(fb-F) = 0.502
Cos 2 = 0.998 Cos(-b) = 0.959
Cos(dF)= 0.948
Kpe = 1.017
c-2) pada kondisi, B/6 < |e| < B/3 (tidak dipakai)
2xW
q1' = = = - t/m2 qae = - t/m2
3 x (B/2-|e|)
0.557 t/m2
- t/m2
- t/m2 - t/m2
pada kondisi, e < 0 and |e| < B/6 pada kondisi, e < 0 and B/6 < |e| < B/3
(tidak dipakai) (tidak dipakai)
Perhitungan kapasitas daya dukung tanah ultimate menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Rumus Terzaghi :
( x c x Nc) = 4.283
qu = 58.756 t/m2
3.50 Pa1
A A
qa1
2.30
qa2
Pa3
Pa2 Pp1
B B 0.75
qa3
qp1 0.20
0.60 0.35
1.00
0.25
1.50 0.55 1.00
Kpa = 2.017
= 2.42 o
d = 18.43 o
a) Potongan A - A
h1 = 0.69 m
h2 = 0.31 m
1 = K ha x h x gc = 0.962 ton/m
2 = K ha x h x gc = 0.962 ton/m
qa1 = K ha x h x gw = 0.277 ton/m
qa2 = K ha x h x gsat = 0.238 ton/m
qa3 = K ha x h x gsat = 0.238 ton/m
b) Potongan B - B
(2) Pondasi
Kasus 1 (2.1 Kasus 1 (Kondisi normal)
1.20
5
1
2.30 D 0.75
C
0.00 0.20
0.60
4 2
0.35
1.00 D C
0.25
1.50 0.55 1.00
6
1
5
4 2
7
3
2.149 t/m2
4.469 t/m2
5.320 t/m2
6.867 t/m2
3
7
- t/m2 - t/m2
- t/m2 - t/m2
a) Potongan C - C
3.50 Pa1
A A
qa1
2.30
qa2
Pa3
Pa2 Pp1
B B 0.75
qa3
qp1 0.20
0.60 0.35
1.00
0.25
1.50 0.55 1.00
h1 = 0.69 m
h2 = 0.31 m
1 = Khae x h x gc = 1.843 ton/m
2 = Khae x h x gc = 1.843 ton/m
qa1 = Khae x h x gw = 0.530 ton/m
qa2 = Khae x h x gsat = 0.238 ton/m
qa3 = Khae x h x gsat = 0.238 ton/m
1.20 1.20
5 5
1 1
2.30 D C 0.75 2.30 D 0.75
C
0.00 0.20 0.00 0.20
0.60 0.60
4 2 0.35 4 2 0.35
1.00 C 1.00 D
D C
0.25 0.25
1.50 0.55 1.00 1.50 0.55 1.00
5 1 5 1
4 2 4 2
pada kondisi, e > 0 dan e < B/6 pada kondisi, e > 0 dan B/6 < e < B/3
6 6
3 3
pada kondisi, e < 0 dan |e| < B/6 pada kondisi, e < 0 dan B/6 < |e| < B/3
3 6
6 3
(2) Momen rencana dan gaya geser yang digunakan untuk perhitungan struktur
|e| = 0.40 m < B/6 = 0.51 m OK! |e| = 0.61 m < B/3 = 1.02 m OK!
Sf = 3.58 > 1.50 OK! Sf = 2.42 > 1.20 OK!
2
q1 = 6.87 t/m < qa = 19.59 t/m 2 OK! q1 = 8.25 t/m
2
< qae = 29.38 t/m 2 OK!
Sf = 8.556 > 3.00 OK! Sf = 7.13 > 2.00 OK!
2
q2 = 2.15 t/m < qa = 19.59 t/m 2 OK! q2 = 0.56 t/m
2
< qae = 29.38 t/m 2 OK!
Sf = 27.341 > 3.00 OK! Sf = 105.49 > 2.00 OK!
qu = (40 x N x A) + (W x fi x li)
= ( 40 x 30.0 x 0.040 )+( 0.800 x 6.00 x 6.0 )
= 48.000 + 28.800 = 76.800 ton/pancang
(angka keamanan : n = 3)
h^4
I = = 13,333.33 cm4 (I : Moment inersia pancang)
12
= 0.20 E = 28 x N
Kh = x E x l-3/4
= 0.20 x( 28 x 30.0 )x( 20.0 )-3/4 = 17.764 kg/cm3
4 Kh x D 4 17.764 x 20.0
b = = = 0.013 cm
4 EI 4 x 234,535 x 13,333.3
Kh x D 17.764 x 20.0
Ha = x d = x 1 = 27,366.96 kg
b 0.013
= 27.367 ton
Ha = 2 x b x Ma
L3
W = = 1,333.33 cm3 ; (W : modulus penampang tiang pancang )
6
Ha = 2 x b x Ma
= 2 x 0.013 x 233,333.3 = 6,058.25 kg/pile = 6.058 ton/pancang
Allowable horizontal bearing capacity acting on the pile top depend upon the allowable
stress of pile itself.
Ha 6.058
Jarak antar pancang = = = 5.91 m
Hr 1.024
qa 25.600
Jarak antar pancang = = = 1.91 m
V 13.425
qa 25.600
Jarak antar pancang = = = 0.99 m
Vp 25.790
Jarak antar pancang dapat ditentukan 1.50 m untuk pancang ( f 150, L = 6.00 m ),