Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PERENCANAAN TEKNIS PENGENDALIAN

ARUS/PERKUATAN TEBING
SUNGAI KIRI KAMPUNG SUNGAI LIPUT
KECAMATAN KEJURUAN MUDA
KABUPATEN ACEH TAMIANG
2022
CV. RESINDO (REKAYASA DESIGN INDONESIA)
Konsultan Perencana dan Pengawasan Konstruksi
Head Office :Perumahan Lingkar Asri, Jl. Cokelat II/H.21 Bajur, Labuapi, Lombok Barat
Studio :Jl. Safa No. 37 Perumahan Royal, Kota Mataram
Email :rekayasa.design2020@gmail.com
Kontak :081909100211

LAPORAN PERENCANAAN TEKNIS


PENGENDALI ARUS/PERKUATAN TEBING SUNGAI KIRI
KAMPUNG SEI LIPUT

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kabupaten Aceh Tamiang merupakan daerah yang dilintasi oleh dua sungai besar
yaitu Sungai Kiri dan Sungai Kanan yang mempunyai siklus banjir tahunan. Persoalan banjir
ini diakibatkan karena berbagai hal, yang diantaranya adalah kurangnya perhatian dalam
mengelola DAS (Daerah Aliran Sungai) dan semakin banyaknya pemukiman serta
perkebunan di sepanjang sempadan sungai. Berkembangnya pemukiman serta
perkebunan di sempadan sungai mengakibatkan terjadinya proses sedimentasi di sungai itu
sendiri, yang berdampak Ketika hujan dengan intensitas yang tinggi terjadi maka terjadi
luapan air dikarenakan ketidakmampuan DAS dalam menampung kapasitas air yang besar.
Sungai adalah tempat mengalirnya air yang berasal dari mata air maupun air hujan
menuju tempat yang lebih rendah yaitu danau maupun laut. Dengan kata lain sungai
dapat diartikan sebagai salah satu sumberdaya alam yang bersifat mengalir sehingga
pemanfaatan air di hulu yang tak terkendali akan menghilangkan peluang pemanfaatan air
di hilir, pencemaran di hulu akan menimbulkan biaya sosial di hilir dan pelestarian di hulu
akan memberikan manfaat di hilir.
Banjir adalah kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang
(palung sungai) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang, sehingga
meluap menggenangi daerah sekitarnya. Dikatakan banjir apabila terjadi luapan air
yang disebabkan kurangnya kapasitas penampang saluran. Banjir di bagian hulu
biasanya cenderung berarus deras dan mempunyai daya gerus besar, tetapi berdurasi
pendek. Sedangkan banjir di bagian hilir cenderung berarus lambat dengan durasi banjir
yang panjang (Suripin, 2004)
Pengendalian banjir dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: normalisasi cross
section saluran, perbaikan kemiringan dasar saluran, memperkecil kakasaran dinding alur
saluran, menstabilkan alur saluran, dan pembuatan tanggul banjir. Dan salah satunya juga
perkuatan tebing sungai ditujukan untuk melindungi tebing tersebut terhadap gerusan arus
sungai dan menecegah proses pengikisan pada alur sungai, dan beberapa bentuk bangunan
perkuatan tebing sungai yaitu tanggul dan talud.
Tanggul dipakai untuk melindungi daerah irigasi atau pemukiman dari banjir
yang disebabkan oleh luapan air sungai yang menuju pembuang yang besar atau laut.
Karena fungsinya melindungi daerah tangkapan yang besar menuju tempat tinggal
penduduk, maka kekuatan dan keamanan tanggul harus benar-benar diselidiki dan
direncanakan sebaik-baiknya (Direktorat Jenderal Pengairan, 2010).
Hal tersebut diatas terkait erat dengan kondisi sungai yang ada saat ini.
Terdapat beberapa sungai di Kabupaten yang melntasi permukiman penduduk. Kondisi
sungai saat ini mulai memprihatinkan, hal ini terlihat dari rusak atau runtuhnya tebing
sungai sehingga dikhawatirkan pada saat datangnya musim hujan dapat mengakibatkan banjir
yang berdampak pada kerusakan lahan pertanian, permukiman maupun sarana dan prasarana
umum masyarakat bahkan dapat menelan korban jiwa dan harta benda
Berkaitan dengan permasalahan klasik yang rutin terjadi ini, maka diperlukan
konservasi DAS maupun Sub DAS di Kabupaten Aceh Tamiang secara dini berupa
pembangunan pengaman tebing dan pengatur arus sungai di beberapa Lokasi atau luapan spot
banjir dari DAS Tamiang itu sendiri. Sehingga ketika intensitas hujan tinggi dan debit air
yang mengalir di Sungai tidak tertampung lagi, Pengaman Tebing dan Pengatur arus
berfungsi untuk pengedalian banjir diharapkan dapat menimalkan dampak dari luapan air
baik ke pemukiman masyarakat maupun perkebunan dengan melaksanakan kegiatan
Perencanaan Teknis Pengendali Arus/Perkuatan Tebing Sungai Kiri Kp. Sungai Liput
di mana salah satu tujuan utama untuk meminimalisirkan dampak akibat kerusakan pada
tebing sungai yang ada di daerah DAS maupun Sub DAS di Kabupaten Aceh Tamiang

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari Jasa Konsultansi Rencana Pekerjaan Perencanaan Teknis Pengendali
Arus/Perkuatan Tebing Sungai Kiri Kp. Sungai Liput ini adalah merencanakan perkuatan
tebing untuk mencegah terjadinya longsor berdasarkan hasil survei di lapangan dan data-data
yang ada serta kaidah-kaidah ilmu teknik yang sesuai.

Tujuan yang diharapkan adalah :


1. Mendapatkan desain Pengendali Arus/Perkuatan Tebing Sungai Kiri.
2. Mendapatkan desain perencanaan penahan longsor pada tebing sungai yang optimal baik
dari segi harga maupun keamanan teknis.

1.3 JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Pekerjaan Jasa Konsultansi Rencana Pekerjaan Perencanaan Teknis Pengendali
Arus/Perkuatan Tebing Sungai Kiri Kp. Sungai Liput ini dilaksanakan selama
kurang lebih 1 bulan atau 30 hari kerja.
1.4 LINGKUP PEKERJAAN
a.Pengukuran Topografi
b. Penyelidikan Hidrograf banjir rancangan menggunakan data spasial dan DEMNAS
c.Penyelidikan sifat fisik tanah
d. Analisa stabilitas tanggul
e.Perencanaan jenis dan perletakan tanggul

1.5 LOKASI PEKERJAAN


Lokasi kegiatan ditampilkan pada Gambar 1.1 sebagai berikut:

Lokasi rencana

Gambar 1.1. Lokasi rencana perkuatan tebing


1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika Laporan Pendahuluan ini disusun sebagai berikut :

 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang latar belakang, maksud, tujuan, jangka waktu
pelaksanaan, lingkup pekerjaan, lokasi pekerjaan dan sistematika pembahasan.

 BAB II RENCANA DAN METODE KERJA


Bab ini akan menguraikan tentang pengumpulan data-data yang diperlukan untuk

desain, teknis pelaksanaan pengambilan data dan metode dalam perencanaan serta

jadwal rencana kerja.

 BAB III KONDISI EKSISTING


Bab ini menjelaskan kondisi topografi, penampang sungai, perkuatan tebing

eksisting, dan identifikasi permasalahan yang ada.

 BAB IV PERENCANAAN TALUD PENAHAN LONGSOR


Bab ini menyajikan proses desain perencanaan talud berdasarkan analisa hidrologi
setempat, penelusuran banjir kala ulang dan stabilitas talud terhadap sifat fisik atau
daya dukung tanah

 BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA


Bab ini menyajikan ringkasan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dibutuhkan.
Detail RAB disampaikan dalam dokumen terpisah.

 BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS DAN METODE KERJA


Bab ini menyajikan Rencana Kerja dan Syarat-syarat.
BAB II
RENCANA DAN METODE KERJA

2.1 RENCANA KERJA


A. menyediakan segala perlengkapan dan peralatan yang berkaitan dengan tugas
Perencanaan. Barang-barang yang disediakan oleh penyedia jasa dengan cara
sewa/beli antara lain :
1. Akomodasi dan Ruang Kantor;
2. Kenderaan Roda Dua;
3. Alat-Alat Kantor dan Peralatan Kerja Lapangan;
4. Komputer dan Printer serta Peralatan Elektronik Penunjang;
5. Alat Ukur dan Tulis.
Kebutuhan barang selaian tersebut diatas, adalah:
- Bahan Habis Pakai
Yaitu meliputi alat tulis kantor seperti kertas HVS dan alat tulis serta
komputer supplies yang terdiri dari flash disk, kertas dan tinta printer.
Karena sifatnya yang habis pakai maka digunakan sistem beli untuk
pengadaannya.
- Peralatan Khusus
Yang dimaksud dengan peralatan khusus disini adalah peralatan yang
digunakan untuk survei yaitu meteran kecil, roll meter dan handphone
Memiliki camera dan Built-in GPS masih berfungsi dengan tingkat akurasi
yang tinggi .

B. Mobilisasi Tenaga Kerja


Seluruh pekerjaan akan dilaksanakan ditambah tanggung jawab langsung seorang
perekayasa yang karena keahlian dan pengalamannya, berpengetahuan yang luas dan
ahli dalam melakukan pekerjaan sejenis. Yang bersangkutan secara teknis bertanggung
jawab atas hasil/produk akhir pekerjaan ini. Dan dalam melaksanakan pekerjaan
konsultansi diminta untuk selalu melakukan konsultasi dengan Direksi Pekerjaan
(Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Aceh Tamiang).
Konsultan diperkenankan menambah tenaga lain (supporting staff) untuk menunjang
kelancaran penyelesaian pekerjaan dan konsultan diperkenankan juga untuk
bekerjasama dengan lembaga sosial/Universitas untuk hal-hal khusus/tertentu.
Beberapa tenaga ahli dan staf teknik yang terlibat, berdomisili di Kota Mataram
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sedangkan tim surveyor dan administrasi
berdomisili di Kabupaten Aceh Tamiang atau di lokasi pekerjaan selama pekerjaan
berlangsung dan siap setiap saat bilamana diperlukan untuk memberikan penjelasan
kepada Pemberi Pekerjaan bagi kelangsungan / kelancaran pekerjaan. Adapun
perincian kebutuhan personil tenaga ahli profesional maupun subprofesional adalah
sebagai berikut :
1. Tenaga Ahli
Perincian kebutuhan personil tenaga ahli adalah sebagai berikut :
1) Team Leader -1 orang
1 (satu) orang sarjana Teknik Sipil yang mempunyai pengalaman sebagai
ketua tim pada pekerjaan teknik sipil air, dengan pengalaman kerja
profesional minimal 5 (lima) tahun dibidangnya.
2) Ahli Teknik Sungai -1 orang
1 (satu) orang sarjana Teknik Sipil yang mempunyai pengalaman sebagai
perencanan pada pekerjaan teknik sipil air, dengan pengalaman kerja
profesional minimal 5 (lima) tahun dibidangnya.

2. Sub Professional Staff


Selain kebutuhan tenaga–tenaga ahli tersebut diatas, dalam pelaksanaan pekerjaan
dilapangan maupun dikantor diperlukan pula tenaga penunjang lainnya yang terdiri
dari :
1) Surveyor – 2 Orang
2 (dua) orang tenaga Surveyor / Juru Ukur berpendidikan minimal D3 Teknik Sipil.
Mempunyai keahlian mengoperasikan alat ukur Theodolith, TS dan Waterpass.
Menguasai teknik-teknik pengukuran, perhitungan dan penggambaran yang digunakan
dalam pemetaan. Yang mempunyai pengalaman dalam pengukuran/ pemetaan topografi
konstruksi sungai dan pengaman tebing sungai jenis keairan lainnya.
2) Cost Estimator – 1 Orang
1 (satu) orang minimal lulusan D3 Tenik Sipil. Memiliki keahlian dalam
perhitungan kuantitas pekerjaan dan biaya pelaksanaan konstruksi di bidang
pengairan serta berpengalaman sekurang- kurangnya 2 (dua) tahun dalam
bidang perhitungan – perhitungan kuantitas pekerjaan dan biaya pelaksanaan
konstruksi terutama di bidang pengairan

3. Tenaga Pendukung
1) Pembantu Juru Ukur – 4 Orang
3 (Empat) orang minimal lulusan D3 Tenik Sipil.
Mempunyai keahlian mengoperasikan alat ukur Theodolith, TS dan Waterpass.
Menguasai teknik-teknik pengukuran, perhitungan dan penggambaran yang
digunakan dalam pemetaan. Berpengalaman dalam pengukuran / pemetaan
topografi konstruksi sungai dan pengaman tebing sungai dan jenis keairan
lainnya sekurang- kurangnya minimal minimal 1 (satu) tahun
2) Drafter / Juru Gambar – 2 Orang
4 (dua) orang minimal lulusan D3 Tenik Sipil. Memiliki keahlian dalam mengoperasikan
software CAD/ Gambar Teknik. Memiliki keahlian dalam menggambar bangunan-
bangunan keairan. Berpengalaman dalam menangani gambar-gambar bangunan keairan
sekurang- kurangnya 3 (tiga) tahun.
3) Tenaga Administrasi / Operator Komputer – 1 Orang
Minimal Lulusan SMA atau Sederajat. Memiliki keahlian komputer,
menguasai software MSOffice, dan software- software lain yang mendukung
pekerjaan.

2.2 Jadwal Pelaksanaan pekerjaan


Berdasarkan rencana kerja yang telah diuraikan pada, Konsultan telah menyusun jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut
Tabel 2.1. Jadwal Pelaksanaan

JADWAL PELAKSANAAN

PERENCANAAN TEKNIS PENGENDALI ARUS/PERKUATAN TEBING SUNGAI


KIRI KP. SUNGAI LIPUT

WAKT WAKTU
 
U PELAKSANAAN
KE
NO KEGIATAN BULAN BULAN 1
T
MG MG M MG
   
1 2 G3 4
               
I. TAHAPAN PERSIAPAN 0,5          
1 Penyusunan Rencana Kerja            
Survey Pendahuluan, Inventarisasi
2            
Lahan Rencana Lokasi
3 Pengumpulan data sekunder            
4 Mobilisasi Personil dan Peralatan            
               
TAHAPAN PENGUKURAN
II. 0,5          
LOKASI DAN SURVEY
1 Pengukuran Rencana Lokasi Lahan            
  Pengukuran Situasi, dimesi luas lahan            
  Pengukuran Miring lahan            
2 Survey Mekanika Tanah/Sondir            
TAHAP ANALISIS DAN
III. 0,5          
PERANCANG DISAIN
1 Perhitungan dan Perencanaan Teknis            
2 Penggambaran hasil perencanaan            
  (Gambar Teknis dan Detail Konstruksi)            
Perhitungan Volume Pekerjaan dan
3            
Rencana Anggaran Biaya
4 Penyusunan Spesifikasi Teknik            
Penyusunan Rencana kerja dan Syarat-
5            
syarat (RKS)
6 Asistensi            
IV. TAHAP PELAPORAN 0,25          
1 Laporan Awal            
3 Laporan Akhir            
               
2.3 Jadwal Penugasan Personil
Dalam melaksanakan pekerjaan ini, Konsultan memandang perlu untuk menjadwalkan
penugasan personil tenaga ahli, fasilitator maupun tenaga pendukung, agar penugasan
para personil tersebut sangat affektif dan effisien. Untuk itu penyesuaian jadual
pelaksanaan pekerjaan, waktu yang disediakan oleh Pengguna Jasa, kondisi cuaca
dilokasi dan peralatan yang tersedia akan menjadi pertimbangan yang sangat menentukan
dalam hal ini. Dengan demikian diharapkan para tenaga ahli, fasilitator dan tenaga
penunjang akan dapat bekerja dan selesai sesuai dengan jadual yang telah disepakati
bersama. Pendekatan-pendekatan terhadap aspek yang terkait, khususnya dalam hal
penyelesaian pelaksanaan pekerjaan akhir sangat diutamakan.
Para tenaga ahli Konsultan yang akan ditugaskan dalam pelaksanaan pekerjaan
Perencanaan Teknis Pengendali Arus/perkuatan Tebing Sungai Kiri Kp. Sungai Liput ini
di uraikan pada tabel 5.1.
Para tenaga ahli tersebut mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai dengan bidang
keahliannya dan rencana kerja masing-masing.
Tabel 2.2. Jadwal Penugasan Personil

JUMLA
WAKTU PELAKSANAAN
H
NO KEGIATAN NAMA PERSONIL KET
ORANG
BULAN KE 1
BULAN
      (OB) MG 1 MG 2 MG 3 MG 4  
   
A. PROFESSIONAL STAFF  
1 Team Leader (Sipil) ANWAR EFENDY, ST, MT 1 0,25 0,25 0,25 0,25  
2 Ahli Teknik Sungai ARI RAMADHAN HIDAYAT, ST 1 0,25 0,25 0,25 0,25  
B. SUB PROFESSIONAL STAFF  
1 Surveyor / Juru Ukur MUHAMMAD THOYIB, ST 1 0,25 0,25 0,25 0,25  
  2 Surveyor / Juru Ukur DOLI HUTAJULU, ST 1 0,25 0,25 0,25 0,25  
3 Cost Estimator ABDUL HAFIDZ, ST 1     0,5 0,5  
C. TENAGA PENDUKUNG  
1 Pembantu Juru Ukur MUHAMMAD NURDANI, ST 1 0,25 0,25 0,25 0,25  
  2 Pembantu Juru Ukur SAKUN, ST 1 0,25 0,25 0,25 0,25  
  3 Pembantu Juru Ukur RIDHO DARMAWAN, ST 1 0,25 0,25 0,25 0,25  
  4 Pembantu Juru Ukur DEVY MANUPUTTY, S.Tr.T 1 0,25 0,25 0,25 0,25  
5 Drafter / Juru Gambar KARYADI NUGRAHA., ST 1 0,25 0,25 0,25 0,25  
  6 Drafter / Juru Gambar AGUNG BIJAKSANA, ST 1 0,25 0,25 0,25 0,25  
7 Tenaga Administrasi UCI ELFANA SARI 1 0,25 0,25 0,25 0,25  
BAB III
KONDISI EKSISTING
3.1 Lokasi Kegiatan

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Aceh Tamiang

Lokasi Kegiatan bertempat di Desa/Kampung Sei Liput Dusun Tualang dengan Titik
Koordinat (4°13'59.97"N - 98° 3'38.34"E) Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh
Tamiang.

Gambar 3.2 Lokasi perencanaan Talud


3.2 Karakteristik Sungai
 Topografi Kabupaten Aceh Tamiang terletak pada beberapa perbedaan
wilayah, yaitu:
a. Ketinggian 0 sampai 50 m diatas permukaan laut (dpl) dengan morfologi
datar meliputi wilayah Kecamatan Seruway, Bendahara, Banda Mulia dan
Kota Kuala Simpang;
b. Ketinggian 50 sampai 500 m diatas permukaan laut (dpl) dengan
morfologi datar, landai sampai berombak meliputi wilayah Kecamatan
Rantau, Karang Baru, Manyak Payed, Kejuruan Muda dan Sekerak;
c. Ketinggian 500 sampai >1000 m diatas permukaan laut (dpl) dengan
morfologi berombak, bergelombang sampai berbukit meliputi wilayah
Kecamatan Tenggulun, Tamiang Hulu dan Bandar Pusaka.

 Geologi dan Morfologi, berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Aceh


Tamiang secara makro berada  diatas  beberapa jenis tanah, diantaranya:
a. Ultisol atau podsolik merah kuning dari batuan yang tanah dasarnya
mempunyai bahan granit;
b. Alfisol (Renzina) dari batuan kapur;
c. Inceptisol atau tanah Latosol dari berbagai jenis bahan geologi yang
beragam dengan tingkat pelapukan sedang;
d. Aluvial atau Entisol dari bahan endapan resen atau baru;
e. Regosol/Entisol dari bahan pasir yang relatif baru; serta
f. Organosol (tanah  gambut)  dan  dan  gley  humus  (Hidromorfik Kelabu)
atau Trapaquepts.

3.3 Elevasi Banjir Rencana


Elevasi (ketinggian) muka air banjir rencana ditentukan berdasarkan :
a. Besarnya debit banjir rencana,
b. Tampang melintang, dan tampang memanjang dari alur sungai,
c. Harus serendah mungkin diatas lahan sepanjang sungai.
d. Jika memungkinkan elevasi muka air banjir rencana yang diambil tidak lebih
dari elevasi muka air maksimum banjir yang pernah terjadi.
Gambar 3.3 Kondisi Topografi lokasi tinjau

Gambar 3.4 Potongan melintang


3.4 Elevasi Banjir Rencana Anak Sungai pada Ruas Pengaruh Pembendungan
(Back Water Effect)
Ketinggian muka air banjir rencana pada anak sungai yang terpengaruh muka air
sungai induk (back water effect) ditentukan berdasarkan butir-butir berikut,
(dipilih yang paling tinggi):
a. Ketinggian muka air ditentukan dengan perhitungan efek pembendungan
(backwater effect calculation), pada sungai induk pada ketinggian muka air
banjir rencana, dan anak sungai mempunyai kombinasi debit yang
berhubungan dengan debit puncak sungai induk.
b. Ketinggian muka air ditentukan dari perhitungan backwater, dengan
menggunakan patokan (elevasi awal) ketinggian muka air sungai induk yang
merupakan gabungan debit banjir rencana dari sungai induk dan anak
sungainya
c. Jika rasio debit banjir rencana anak sungai dengan debit banjir rencana sungai
induk relatif kecil, tinggi air ditentukan dengan perhitungan aliran seragam
(uniform flow calculation).

3.5 Elevasi Banjir Rencana pada Bagian Belokan (Lengkungan Alinyemen Alur)
Bila kenaikan tinggi muka air pada lengkung luar alur tidak dapat diabaikan,
elevasi muka air banjir rencana harus ditentukan dengan mempertimbangkan kenaikan
tinggi air tersebut.

A. Bentuk Penampang Melintang dan Memanjang Sungai


1. Desain Kemiringan Dasar Sungai
Kemiringan dasar rencana harus ditentukan dalam hubungannya dengan
tinggi dasar rencana, dengan memperhitungkan biaya pemeliharaan dan
pelaksanaannya, tetapi pada umumnya ditekankan pada kemiringan dasar
rerata saluran yang ada. Kemiringan sungai pada umumnya (dari hulu kehilir)
berubah secara bertahap dari curam ke landai.
2. Elevasi Dasar Sungai Rencana
Penentuan ketinggian (elevasi) dasar rencana ditetapkan dalam hubungannya
dengan kemiringan dasar rencana, bentuk tampang melintang, dengan
mempertimbangkan:
 ketinggian lahan, juga elevasi muka air tanah,
 elevasi bangunan sadap (intake) untuk irigasi,
 elevasi lahan yang terdapat bangunan penting.

B. Bentuk Penampang Melintang Alur Sungai


1. Bentuk Desain Penampang Melintang Alur Sungai
Bentuk tampang melintang rencana alur sungai umumnya berbentuk tampang
profil bersusun (compound cross section). Untuk sungai dengan arus deras
atau sungai dengan debit banjir rencana kecil, harus ditentukan dengan
mempertimbangkan kondisi alur air dan kesulitan pemeliharaan, dsb.
2. Lebar Sungai
Lebar sungai ditentukan berdasarkan debit banjir rencana, dengan
mempertimbangkan : Kemiringan memanjang, Kondisi topografi dan geologi
sungai dan situasi penggunaan tanah disepanjang sungai, dll.
3. Lebar Alur Aliran untuk Debit Kecil (M.A.R = muka air rendah) dan
kedalaman Alur untuk Aliran Debit Banjir (M.A.T = muka air tinggi)
Lebar palung sungai untuk aliran debit air kecil (low flow) dan elevasi debit
air banjir/air tinggi (high water) harus ditentukan berdasarkan pertimbangan :
 Pemeliharaan alur,
 Frekuensi terjadinya banjir (elevasi muka air tinggi), dan
 Penggunaan alur sungai pada saat elvasi muka air tinggi (banjir).

C. Bentuk Penampang Melintang pada Tikungan


Untuk perbaikan sungai (misal : pelebaran alur sungai) pada bagian belokan,
harus dilakukan pengukuran untuk memperoleh gambaran tentang kondisi belokan dan
kondisi alur air pada bagian hulu dan hilir.
3.6 Data Spasial DAS Tamiang

Dalam perencanaan ini digunakan batas DAS yang diperoleh dari situs
www.tanahair.indonesia.go.id

Gambar 3.5 Peta Sebaran DAS Indonesia

Gambar 3.6 Peta DAS Tamiang


Dalam penentuan DTA (daerah tangkapan air/catchment area) lokasi talud sungai
menggunakan tampak kontur yang diperoleh dari data DEM (Digital Elevation
Model) yang diperoleh dari situs diatas.

Gambar 3.7 DTA sungai tamiang kiri


3.7 Hidrologi dan Pos Hujan
Hidrologi merupakan tahapan awal perencanaan suatu rancangan bangunan
dalam suatu DAS untuk memperkirakan besarnya debit banjir yang terjadi di
daerah tersebut. Sebagian air pada tampungan air mengalami evaporasi kembali
karena pengaruh panas matahari.
Analisa data hidrologi dimakudkan adalah untuk mengetahui besarnya debit
banjir rencana. Debit banjir rencana ialah debit maksimum rencana disalurkan
alamiah atau sungai dengan periode ulang tertentu atau bias dialirkan tanpa harus
membahayakan sungai. Dalam mendapatka debit banjir rencana yang ada yaitu
dengan menganalisis data curah hujan maksimum pada daerah aliran sungai yang
diperoleh dari beberapa stasiun hujan terdekat yang ada.
1. Curah Hujan
Data curah hujan yang tercatat diproses berdasarkan areal yang mendapatkan
hujan sehingga didapat tinggi curah hujan rata-rata dan kemudian diramalkan
besarnya curah hujan pada periode tertentu. Dalam perencanaan digunakan
data hujan 10 tahun (2012-2021) yang diperoleh dari data online BMKG, dan
terdapat 3 pos hujan yang berpengaruh pada DAS tinjau yang terdiri dari 2
Provinsi NAD dan 1 POS SUMUT.
Gambar 3.1 Pos Hujan Tinjauan 3 Lokasi

Nama POS Lintang Bujur X Y UTM


Malukussaleh 5,22869 96,94749 272502,892 578314,907 47N
Cut Nyak Dien 4,04928 96,24796 194409,068 448093,129 47N
Iklim Medan 3,6211 98,71485 468332,839 400251,729 47N
Gambar 3.8 Polygon Thiessen 3 Pos Hujan

2. Curah Hujan Rencana


Dalam menganalisis curah hujan rencana dengan periode tertentu, digunakan
metode statistik yaitu Metode Log Normal, Metode Gumbel dan Log Pearson
III.
3. Perhitungan Debit Banjir Rencana
Ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk menghitung debit aliran
permukaan. Pada umumnya metode perhitungan aliran permukaan yang
disajikan adalah metode rasional yang merupakan hasil penelitian lapangan
dari para ahli hidrologi. Dalam perencanaan ini menggunakan pendekatan debit
banjir rencana Hidrograf Satuan Sintetik Nakayas
3.8 Opsi Perencanaan Teknis
- Dump Stones

Pemasangan Dump Stones di lapangan

- Dinding Penahan Tanah

Pemasangan Dinding Penahan Tanah di lapangan


- Beronjong Kawat

Pemasangan Bronjong Kawat di Lapangan

- Turap (Site Pile)

Pemasangan Turap Precast di Lapangan


3.9
- Krib

Posisi Krib terhadap Arus Sungai

Pemasangan Krib pada Sungai


Ruang Lingkup Kegiatan Pengumpulan Data Lapangan

1. Melakukan Koordinasi Dengan Instansi Dinas PUPR Kabupaten Aceh Tamiang


dengan melakkan kunjungan ke Lokasi Kegiatan
Dokumentasi :

\
2. Pemasangan Patok BM/PC
Penentuan koordinat dan elevasi patok menggunakan alat GPS (Global Position
System) dengan akurasi yang tinggi. Fungsi Patok benchmark ini sebagai
referensi atau acuan dalam pengukuran di sekitar titik BM yang dijadikan acuan
saat pengukuran untuk mendapatkan koordinat dan elevasi (X,Y,Z) di lokasi.
Manfaat dari Benchmark ini adalah :
a. Untuk menggabungkan area-area pengukuran yang terpisah pada satu sistem
koordinat global.
b. Mempermudah pengukuran peta situasi di lokasi sekitar dengan cara
menjadikan BM sebagai acuan sehingga peta situasi dapat diintegrasikan ke
dalam koordinat global.
c. Membuat titik tetap pada suatu kompleks bangunan sebagai acuan pengukuran
apabila ada penambahan bangunan dengan menggunakan patok BM tersebut
sebagai acuan pengukuran dan patok BM ini juga bisa digunakan untuk
acuan marking level bowplank.
3. Melakukan Survey Lapangan di Lokasi Kegiatan Satu
TS adalah alat ukur sudut dan jarak yang terintegrasi dalam satu unit alat (EDM) .
Total station juga sudah dilengkapi dengan processor sehingga bisa menghitung
jarak datar (HD), jarak vertikal (VD), jarak miring (SD), koordinat, dan beda
tinggi secara langsung tanpa perlu dihitung manual dengan alat bantu hitung lagi.
Total Station merupakan alat pengukur jarak dan sudut (sudut horisontal dan
sudutvertikal) secara otomatis. TS dilengkapi dengan chip memori, sehingga data
pengukuransudut dan jarak dapat disimpan untuk kemudian didownload dan
diolah secara computasi. Total station merupakan semacam teodolit yang
terintegrasi dengan komponen pengukur jarak elektronik (electronic distance
meter (EDM)) untuk membaca jarak dan kemiringan dari instrumen ke titik
tertentu.
Selanjutnya Theodolit adalah alat pengukur sudut saja dan data primer yang
dihasilkan dari theodolite hanya sudut horizontal, sudut vertikal, dan bacaan
rambu ukur. Untuk mendapatkan jarak diperlukan data pendukung seperti data
dari EDM, meteran, tachimetri, juga diperlukan perhitugan secara manual dengan
alat bantu hitung.
4. Melakukan Kegiatan Penyondiran Fisik Tanah di Lokasi Kegiatan
Rancangan pondasi baik bentuk maupun kekuatannya terhadap kemampuan
menahan beban harus diperhitungkan, sehingga angka keamanan bangunannya
dapat diketahui dan bangunan tahan lama. Material tanah yang merupakan hasil
lapukan kerak bumi, yang terbawa angin, air maupun ulah manusia, akan
menempati disuatu lokasi sebagai diposal dengan ketebalan yang bervariasi
dan kandungan air yang berbeda-beda pula. Pengaruh air terhadap butiran
tanah mengembang dan menyusut (akibat air yang terabsorbsi) oleh butiran
tanah, hal ini karena adanya muka air tanah yang naik di dalam lapisan
tanah. Sedangkan bila muka air dalam lapisan tanah turun maka akan
meninggalkan rongga pada lapisan diatasnya kejadian alamini dalam
rancangan pondasi elevasi muka air juga diperlukan, untuk perhitungan
terjadinya penurunan bangunan akibat fluktuasi muka air tanah tadi. Dan
akibat butiran tanah yang mengembang maka kekuatan juga akan menjadi
lemah. Daya dukung tanah maupun kepadatan tanah dari titik satu ke titik
yang lain akan berbeda-beda, maka pada suatu lokasi daerah yang akan
dibangun jumlah titik uji dalam penyelidikan tanah banyaknya juga berbeda.
Tetapi dapat diberikan arahan paling sedikit 2 titik atau 3 titik, agar supaya
ada data tanah pembanding.

5. Melakukan Kegiatan Topografi, Pemetaan Geospasial Pengindraan Jarak Jauh


(UAV Drone)
Pesawat Tanpa Awak (UAV) atau drone digunakan sebagai instrumen pengambil
data lapangan pada kegiatan pengendalian arus/perkuatan tebing. Drone dengan
seperangkat kamera (payload) mampu menghasilkan foto udara yang dapat
dianalisa dan diinterpretasikan lebih lanjut. Analisis data dilakukan secara spasial
dan statistik deskriptif. Uji coba penerbangan dengan menggunakan Drone DJI
Phantom 4 Advanced+ dilakukan menggunakan kamera 12 - 24 MP pada
ketinggian terbang 50, 100 dan 200 m di atas permukaan daratan (dpd) dengan
kecepatan terbang saat pemotretan 5-7 m/dt dalam kondisi cuaca baik dan hasil
foto udara yang dihasilkan memiliki resolusi spasial 0,85 – 4,79 cm/pixel.
6. Melakukan kegiatan Kuisioner terhadap Masyarakat Sekitar Bantaran Sungai
Bertujuan :
a. Mengetahui prilaku penggunaan sungai yang tinggal didaerah pinggir sungai
b. Mengetahui gambaran faktor predisposisi (usia, pendidikan, pengetahuan,
sikap dan lain - lain) pada masyarakat yang tinggal di bantaran sungai
c. Mengetahui gambaran faktor dampak akses (ketersediaan informasi,
ketersediaan sarana umum, ketersediaan sarana air bersih, instalasi air bersih,
dan dampak sosial yang terjadi di bantaran sungai)
d. Mengetahui gambaran faktor penguat akses (dukungan petugas
perencana/konsultan, dukungan tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda dll)
pada masyarakat yang tinggal di bantaran sungai
BAB IV
PERENCANAAN TALUD SUNGAI

4.1 Analisa Hujan


Data hujan diperoleh dari data online BMKG
(www.dataonline.bmkg.go.id) dengan panjang rentang data 10 tahun dengan
Daerah Aliran Sungai (DAS) Tamiang kabupaten Aceh Tamiang diperoleh dari
data (www.tanah air.indonesia.go.id).

1. Perhitungan Hujan Rata-rata


Metode yang digunakan untuk menghitung hujan rata-rata harian adalah
metode Polygon Theissen yaitu dengan mencari koefisien Theissen pada tiap
stasiun hujan terhadap DTA yang di analisa menggunakan peta DEM.
Tabel 1. Tabel Koefisien Theissen

Luas daerah Koefisien Thiessen


No Nama Stasiun tangkapan (Ai) (km2) (Ci) (%)
1 Stasiun Cut Nyak Dien 24,615 0,05
2 Stasiun Malikussaleh 34,461 0,07
3 Stasiun Klimatologi Medan 433,24 0,88
Jumlah ( Σ ) 492,30 1,00
Luas daerah dan luas dihitung dengan menggunakan software Arc GIS.
Koefisien Theissen digunakan untuk mencari hujan rata-rata harian total semua
stasiun dengan mengalikan jumlah hujan per hari pada masing-masing stasiun
dengan koefisien Theissen masing-masing stasiun. Sehingga, diperoleh hujan
harian rata-rata tiap tahun, kemudian diambil data terbesar sebagai sempel data
hujan harian rata-rata untuk perhitungan analisis selanjutnya.
30

Gambar 4.1. Poligon Thiessen


2. Analisis Frekuensi Hujan
Jenis sebaran atau distribusi curah hujan diperoleh dari analisis distribusi
frekuensi, dalam pelaksanaannya dilakukan dengan beberapa metode untuk
menemukan sebaran yang sesuai dengan data yang ada.
Tabel 2. Analisis Frekuensi Curah Hujan
No Tahun CH (Xi-X) (Xi-X)2 (Xi-X)3 (Xi-X)4

1 2012 74,36299 25,78 664,54 17131,02 441615,48

2 2013 60,90962 39,23 1539,16 60384,30 2369001,77

3 2014 123,9508 -23,81 566,88 -13496,83 321347,96

4 2015 165,9483 -65,81 4330,51 -284976,29 18753325,83

5 2016 102,2259 -2,08 4,34 -9,05 18,87

6 2017 110,5128 -10,37 107,56 -1115,51 11569,06

7 2018 87,41402 12,73 161,99 2061,80 26241,95

8 2019 45,609 54,53 2973,81 162170,12 8843573,40

9 2020 83,42949 16,71 279,30 4667,68 78007,30

10 2021 147,054 -46,91 2200,77 -103243,08 4843372,98

  Jumlah 1001,417   12828,86 -156425,83 35688074,61

1) Perhitungan Standar Deviasi (Sd)




2
(X 1− X)
Sd=
n−1

Sd = 37,75

2) Perhitungan Koefisien Kemencengan (Cs)


n ∑ ( X 1−X )3
Cs=
(n−1)(n−2) Sd3

Cs = 0,403
3) Perhitungan Koefisien Kurtosis (Ck)
n ∑ ( X 1−X )4
Ck=
(n−1)(n−2)(n−3)Sd 4

Ck = 3,485
4) Perhitungan Koefisien Variasi (Cv)
Sd
Cv=
Xr

Cv = 0,238377

Tabel 3. Pemilihan Metode Analisa Curah Hujan


Hasil
No Metode   Syarat Keterangan
Hitungan

Cs » 0,0000 0,40
1 Normal Memenuhi
Ck » 3,0000 3,48

Cs ≤ 1,1396 0,40
2 Gumbel Memenuhi
Ck ≤ 5,4002 3,48

Cs » 0,4306 0,40
3 Log Normal Tidak Memenuhi
Ck = 3,6440 3,48

Log Pearson Cs ≠ 0 0,40


4 Memenuhi
Type III      

Kemudian digunakan metode distribusi frekuensi Log Pearson Type II


untuk perhitungan curah hujan rancangan.

3. Curah Hujan Rancangan


Analisis curah hujan rancangan dilakukan dengan menggunakan distribusi
frekuensi metode Log Pearson III. Berikut ini adalah analisis perhitungannya :

1) Perhitungan Standar Deviasi (Sd)


∑ 2
(log X 1−log X )
Sd=
n−1

Sd = 0,172

2) Perhitungan Koefisien Kemencengan (Cs)


n ∑ (log X 1−log X )
3
Cs= 3
(n−1)( n−2) Sd

Cs = 0,160
Tabel 4. Rekap Perhitungan Metode Log Pearson III

(Log Xi - Log (Log Xi - Log


No Xi Log Xi Log Xi - Log Xrt
Xrt)2 Xrt)3

1,87135
1 74,36299358 -0,100 0,010 -0,001
7

1,78468
2 60,90961606 -0,186 0,035 -0,006
6

2,09324
3 123,9508469 0,122 0,015 0,002
9

2,21997
4 165,9483157 0,249 0,062 0,015
3

2,00956
5 102,2258675 0,038 0,001 0,000
1

2,04341
6 110,5127902 0,072 0,005 0,000
3

1,94158
7 87,41402348 -0,030 0,001 0,000
1

1,65905
8 45,60900404 -0,312 0,097 -0,030
1

9 83,42948982 1,92132 -0,050 0,002 0,000

2,16747
10 147,0540245 0,196 0,039 0,008
7

19,7116
0,000 0,268 0,000
7
Tabel 5. Curah Hujan Rancangan dengan Metode Log Pearson III

No periode Ulang P K Log Xt Xt

1 2 50 -0,033 1,965 92,35849519

2 5 20 0,83 2,114 130,099045

3 10 10 1,301 2,195 156,8495489

4 25 4 1,818 2,285 192,5855488

5 50 2 2,159 2,343 220,5049999

6 100 1 2,472 2,397 249,6809835


4.2 Hidrograf Banjir

1. Analisis Curah Hujan Jam-jaman


Kejadian hujan yang digunakan adalah 5 jam,. Kejadian hujan yang
terjadi di lapangan diasumsikan menyebabkan banjir selama 5 jam. Perhitungan
intensitas curah hujan jam-jaman dengan menggunakan rumus modifikasi
Mononobe adalah
R 24 5 23
I= ×( )
5 t

dengan,
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum harian selama 24 jam (mm)
t = lamanya hujan / durasi (jam)
Tabel 6. Intensitas Hujan

Kumulati Curah Hujan Rencana


Waktu Ratio
f 2 5 10 25 50 100

1 58,48 58,48 40,51 57,06 68,79 84,47 96,71 109,51

2 15,20 73,68 10,53 14,83 17,88 21,96 25,14 28,46

3 10,66 84,34 7,39 10,40 12,54 15,40 17,63 19,97

4 8,49 92,83 5,88 8,28 9,99 12,26 14,04 15,90

5 7,17 100,00 4,97 6,99 8,43 10,35 11,85 13,42

Hujan Efektif 69,27 97,57 117,64 144,44 165,38 187,26

Prob. Hujan Max 92,36 130,10 156,85 192,59 220,50 249,68

2. Analisis Debit Banjir Rencana


Analisis debit banjir rencana dilakukan dengan metode Hidrograf Satuan
Sintetik Nakayasu (HSS Nakayasu). Berikut ini adalah perhitungan HSS
Nakayasu:
Luas DTA = 492,30 km2
Panjang DAS = 65 km
Koefisien pengaliran = 0,55
Parameter alfa = 0,531
Hujan satuan =1

Waktu Konsentrasi (Tg)


Tg = 0,4 + 0,058 L (L > 15 km)
= 4,17 jam
b. Satuan Waktu Hujan (Tr)
Tr ≈ 0,75 Tg
= 3,336 Jam
c. Time to Peak (Tp)
Tp = 0,8 Tr + Tg
= 6,838 Jam
d. Waktu dari Qp sehingga Debit Hidrograf 0,3Qp (T0,3)
T0,3 = a Tg

= 2,21
e. Debit Puncak Banjir (Qp)

A
I=
3 ¿¿

= 32,059

Gambar 4.2. Sketsa HSS Nakayasu


Tabel 7 Waktu lengkung HSS Nakayasu

    Awal Akhir
Karakteristik
  Notasi Nilai Nilai

Kurva Naik   Qd0 0 6,8388

Tahap 1     Qd1 6,8388 9,052690813

Tahap 2     Qd2 9,052690813 12,37352703

tahap 3 Kurva Turun   Qd3 12,37352703  

Tabel 8. Debit banjir kala ulang HSS Nakayasu Q2, Q5, Q10, Q25, Q50, an Q100

Q
t
parameter 2 5 10 25 50 100

0,000 0 0 0 0 0 0 0

1,000 0 22 31 37 46 53 59

2,000 2 116 164 197 242 277 314

3,000 4 307 433 522 641 734 831

4,000 9 613 864 1041 1278 1464 1657

5,000 15 1047 1475 1779 2184 2500 2831

6,000 23 1622 2285 2755 3383 3873 4385

6,834 32 2217 3123 3765 4623 5293 5993

7,500 22 1550 2183 2632 3232 3701 4190

8,000 17 1181 1664 2006 2463 2820 3193

9,000 10 686 966 1164 1430 1637 1853

10,000 6 398 561 676 830 950 1076

11,000 3 231 325 392 482 552 625

12,000 2 134 189 228 280 320 363

13,000 1 78 110 132 162 186 210

14,000 1 45 64 77 94 108 122

15,000 0 26 37 45 55 63 71
16,000 0 15 21 26 32 36 41

17,000 0 9 12 15 18 21 24

18,000 0 5 7 9 11 12 14

19,000 0 3 4 5 6 7 8

20,000 0 2 2 3 4 4 5

21,000 0 1 1 2 2 2 3

22,000 0 1 1 1 1 1 2

23,000 0 0 0 1 1 1 1

24,000 0 0 0 0 0 0 1

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
0.000 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000

Q2 Q5 Q10 Q25 Q50 Q100

Gambar 4.3. Garfik hasil perhitungan HSS Nakayasu


4. Analisis Hidraulik Sungai
Analisis hidraulik sungai yang dilakukan sesuai data lapangan yang
dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan dan hasil analisis hujan yang
telah dilakukan.

Gambar 4.4. Titik Pengukuran langsung dilapangan

Gambar 4.5. Hasil pengukuran topografi


Dari gambar di atas diperoleh bentuk penampang sungai kemudiana
didapatkan besaran penampang sungai sbb :

Tabel 10. Perhitungan kecepatan aliran dan debit sungai pada belokan
Lokas
i Lebar sungai Kedalaman A P R V Qn

1 34,61 3,34 71,56 35,76 2,00 0,42 29,77

2 73,36 3,97 166,72 73,88 2,26 0,44 73,64

3 73,09 8,21 318,67 75,84 4,20 0,60 192,08

4 57,11 9,11 241,55 60,81 3,97 0,59 141,57

5 39,64 2,61 70,07 40,43 1,73 0,39 27,13

6 35,39 2,86 67,05 37,40 1,79 0,39 26,40

7 37,40 2,66 64,69 38,65 1,67 0,38 24,61

Tabel 11. Tinggi muka air pada saat debit kala ulang tertentu
Kala
ulang V Qn A H

Q2 0,46 2216,90 4837,74 9,66

Q5 0,46 3122,79 6814,59 11,47

Q10 0,46 3764,89 8215,78 12,59

Q25 0,46 4622,67 10087,63 13,95

Q50 0,46 5292,82 11550,05 14,93

Q100 0,46 5993,14 13078,29 15,89

Desain debit banjir awal adalah desain banjir dengan kala ulang 50
tahunan (Q50). Namun, dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa debit banjir
sungai tidak masuk dalam perhitungan debit rancangan menggunakan metode
Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu, hal ini menunjukkan bahwa jika
debit banjir tetap di desain dengan kala ulang 50 tahun maka kemungkinan harus
dilakukan pelebaran sungai dan efek yang ditimbulkan adalah relokasi penduduk
dan memungkinkan terjadinya masalah sosial. Sehingga, perencanaan
menggunakan data debit banjir terbesar existing yang terbesar yaitu 2216,90
m3/dt, untuk pengendalian bangunan pelindung tebing.
4.3 Analisis Bangunan Pelindung Tebing dan Stabilitas Bangunan

a. Bronjong Kawat

tekanan tanah pasif

tekanan tanah aktif

Gambar 4.6. Desain Bangunan Bronjong Kawat

Data :
g= 9,8 m/dt2
φ= 12 °
3
γb = 1,895 ton/m
3
γ' = 0,977 ton/m
γw = 1 ton/m3

Penyelesaian :
1. Tekanan Tanah Lateral pada Tanah Granuler
(Pasir) Ka = 0,650
Kp = 1,534

1) Tekanan Tanah Aktif


Tabel 12. Tabel Gaya akibat tekanan tanah aktif
Tekana Lenga
n Gaya n Momen  

0,33 0,163937545 3,75 0,6147658  

0,64 1,281335853 3,25 4,1643415  

1,24 0,621323296 2,75 1,7086391  

1,24 0,621323296 2,25 1,3979774  

1,24 0,621323296 1,75 1,0873158  

1,24 0,621323296 1,25 0,7766541  

   Total   9,7496937 ton m


2) Tekanan Tanah Pasif

Tabel 13. Tabel Gaya akibat tekanan tanah Pasif


Tekanan Gaya Lengan Momen  

2,889820021 0,563515 1 0,563515 ton m

3) Beban yang ditimbulkan bangunan


Lua Lengan Lengan Momen Momen
L P s Berat X Y X Y  

0,5 1,5 0,75 1,35 4,25 3,75 5,7375 5,0625  

1 1,5 1,5 2,7 3,75 3,25 10,125 8,775  

0,5 1,5 0,75 1,35 3,5 2,75 4,725 3,7125  

1 1,5 1,5 2,7 2,5 2,25 6,75 6,075  

1 1,5 1,5 2,7 1,5 1,75 4,05 4,725  

1 1,5 1,5 2,7 0,5 1,25 1,35 3,375  

          total 32,7375 31,725 Ton m

1. Stabilitas terhadap Penggulingan

SFgl = 3,5 > 2 (Aman)

2. Stabilitas terhadap Penggeseran

SFgs = 8,147 > 1,5 (Aman)


2. Turap (Sheetpile)
_

0,5 P1

P2

Pa
D Pp P3

Gambar 4.7. Desain Struktur Dinding Papan Turap

Data lapangan :

g= 9,8
m/dt φ = 12 °
2

3
γb = 1,895 ton/m
3
γ' = 0,977 ton/m
γw = 1 ton/m3
P1 = 55,9191

P2 = 795,2938 + 99,41173 D

P3 = 397,6469 + 49,70586 D + 6,213233 D2

Pp =           0,762485 D2

-1248,86 = 149,1176 D + 5,450747 D2

M1 = 9 D x 55,9191 D

M2 = 4 D x 795,2938 D + 99,41173 D2

M3 = 2,666667 D x 397,6469 D + 49,70586 D2 + 6,213233 D3

15,66667 D 1248,86 D 149,1176 D2 6,213233 D3

M4 =       0,333 D +       2,50555 D3

15,66667 D 1249,193 D + 149,1176 D2 + 8,718783 D3

1.Perhitungan momen tanah aktif dan tanah pasif


Trial nilai D = 2 m
Sheetpile mampu menahan momen sebesar 21909,23 kN m
Total panjang Sheepile = 0,5+8+7 = 11,5 m dibulatkan 12 m

2. Diameter angkur
Diambil mutu baja BJ 39 dengan fy = 3900 kg/cm2, tegangan ijin = 2340 kg/cm2.

P total = 1868,686 Kg
1868,686
A =
2340

= 0,79 cm2
4 × 0,79
D =
π 0,5
=1,008 cm = 10,08 mm
Digunakan angkur 14 mm

4.4 Lokasi Talud


Perencanaan lokasi penalutan berdasarkan kondisi eksisting di lapangan dan pemodelan
dengan aplikasi pendukung guna mendapatakan pola sedimentasi pada penampang eksisting
sungai. Pada hasil pengukuran topografi diatas, penampang sungai yang curam dan landai
oleh karena itu, untuk mengoptimalkan penggunaan anggaran direncanakan talud model
beronjong pada penampang yang landai dan direncanakan sheetpile baja pada penampang
curam. Berdasarkan kriteria desain talud pada tikungan

Gambar 4.8 hasil pengukuran topografi


Gambar 4.9 Lokasi Bronjong dan Sheetpile
BAB VI
RENCANA ANGGARAN BIAYA

Perhitungan Rencana anggaran biaya dalam kegiatan ini, dilakukan berdasarkan perhitungan
volume dan jenis pekerjaan yang ada dalam gambar desain, Sedangkan harga satuan upah dan
bahan mengacu pada standart harga yang berlaku di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan
Kabupaten Aceh Tamiang serta berdasarkan hasil survey lapangan. Selanjutnya analisa harga
satuan untuk setiap pekerjaan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No :
11/PRT/M/2013, tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum
dan Standart Biaya Kementerian SDA.

Dalam perhitungan anggaran biaya ini juga dimasukkan kebutuhan lain seperti biaya
perizinan pekerjaan (SIKK), dan biaya pembukaan lahan akses alat berat. Hasil
perhitungan rencana anggaran biaya selengkapnya dapat dilihat pada dokumen tersendiri.
BAB VII
SPESIFIKASI TEKNIS DAN METODE KERJA

1. Pengertian Sheet Pile

Sheet Pile adalah dinding vertikal relatif tipis yang berfungsi untuk menahan tanah dan untuk
menahan masuknya air ke dalam lubang galian.

Manfaat Sheet Pile

Karena pemasangan yang mudah dan biaya pelaksanaan yang relatif murah, turap banyak
digunakan pada pekerjaan-pekerjaan, seperti :

1. Dinding penahan tanah misalnya pada tebing jalan raya atau tebing sungai
2. Penahan tebing galian misalnya pada pembuatan fondasi langsung atau pondasi
menerus, dan pembuatan basement
3. Bangunan-bangunan di pelabuhan mialnya dinding dermaga dan dok kapal
4. Bendungan elak.

Sheet pile tidak cocok untuk menahan tanah yang sangat tinggi karena akan memerlukan luas
tampang bahan turap yang besar. Selain itu sheet pile juga tidak cocok digunakan pada tanah
yang mengandung banyak batuan, karena menyulitkan pemancangan.

1. Pengukuran Dan Positioning

Langkah - Langkah Pengukuran adalah sebagai berikut :

a. Menentukan titik-titik Koordinat, ini diperlukan untuk menentukan pemasangan


Sheet Pile .
b. Membaca gambar dengan melihat bentuk dan ukuran bangunan untuk diaplikasikan
dilapangan.
c. Menentukan elevasi kedalaman galian pondasi dan lantai basement, kesalahan dalam
penentuan elevasi ini dapat menyebabkan pemborosan pekerjaan urugan dan galian
tanah.
d. Menentukan as untuk mencari lokasi titik Sheet Pile.
e. Memonitoring saat Pekerjaan Pemancangan terhadap Titik rencana yang sudah
direncakan.

2. Pengadaan Turap Sheet Pile

2.1. Kondisi Bahan


1) Didalam Memulai Pekerjaan, Mempersiapkan kebutuhan Material Perlu
pengecekan terhadap kebutuhan volume di lapangan.
2) Sheet Pile Yang digunakan bersertifikasi uji laboratorium dari pabrik.

2.2. Kondisi Peralatan


1) Sebelum memulai pekerjaan pemancangan, kesiapan peralatan beserta
kelengkapannya harus bisa diyakini berfungsi sebagaimana mestinya,dan
mendapat persetujuan tertulis Pengawas.

2.3. Identifikasi
1) Sebelum dipindahkan dari tempat penyimpanan/gudang, tiang dalam bentuk pipa
dan sheet-pile harus diberi tanda-tanda/identifikasi. Sebelum dipancang tiang harus
diperiksa terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan untuk dipancang.

2) Untuk mengetahui masuknya tiang ke dalam tanah maka setiap tiang harus diberi
tanda dengan cat minimum pada setiap meternya.

3. Pekerjaan Pemancangan Turap Sheet Pile

Pelaksanaannya akan dijelaskan seperti dibawah ini :


1. Persiapan Lokasi Pemancangan Mempersiapkan lokasi dimana alat pemancang akan
diletakan, tanah haruslah dapat menopang berat alat. Bilamana elevasi akhir kepala
tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli, maka galian harus dilaksanakan
terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan agar dasar
pondasi tidak terganggu oleh penggalian diluar batas-batas yang ditunjukan oleh
gambar kerja.

2. Persiapan Alat Pemancang Pelaksana harus menyediakan alat untuk memancang


tiang yang sesuai dengan jenis tanah dan jenis tiang pancang sehingga tiang pancang
tersebut dapat menembus masuk pada kedalaman yang telah ditentukan atau
mencapai daya dukung yang telah ditentukan,tanpa kerusakan. Bila diperlukan,
pelaksana dapat melakukan penyelidikan tanah terlebih dahulu. Alat pancang yang
digunakan dapat dari jenis crane, diesel atau hidrolik. Berat palu pada jenis drop
hammer sebaiknya tidak kurang dari jumlah berat tiang beserta topi pancangnya.
Sedangkan untuk diesel hammer berat palu tidak boleh kurang dari setengah jumlah
berat tiang total beserta topi pancangnya ditambah 500 kg dan minimum 2,2 ton.

3. Pemacangan Sheet Pile harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel. Tiang
pancang Sheet Pile diikatkan pada sling yang terdapat pada alat, lalu ditarik sehingga
tiang pancang masuk pada bagian alat.

4. Pemancangan Sheet Pile harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi
tertentu sesuai dengan perencana atau Direksi Pekerjaan. Selanjutnya dilakukan
pemancangan di titik berikutnya dengan langkah yang samak sehingga tiang pancang
masuk pada bagian alat.

5. Pekerjaan Pemotongan Top Level

a. Pemotongan Tiang Pancang Sheet Pile

1. Untuk pemotongan tiang pancang digunakan tenaga manual, dan hasil potongan
dikumpulkan serta dibuang ke area yang telah ditentukan.
2. Untuk ikatan antara Tiang pancang dengan Lantai Konstruksi ditambahkan besi
pada tiang pancang.

b. Pelaksanaan test yang dilakukan adalah:


– PDA Test

– Loading Test

– Tensioned Load Test

c. Pemasangan Angkur Pemasangan angkur ini bertujuan sebagai tempat perletakan


guide beam agar berdiri sejajar dengan garis titik kelurusan yang sudah ditentukan
oleh para surveyor.

d. Pemasangan Guide beam Guide beam mi adalah tempat pancang berdiri tegak yang
sengaja di desain dan digunakan untuk membantu menegakkan pancang CCSP agar
mempermudah proses pernancangan ketika akan dipukul menggunakan hammer atau
vibro.

e. Proses Pengangkatan Tiang Pancang CCSP Pengambilan tiang pancang CCSP untuk
dipasang pada posisi pemancangan harus diperhitungkan terhadap momen karena
berat sendiri.

f. Untuk tiang pancang CCSP yang panjang perlu diambil dengan beberapa titik, untuk
mengurangi pan jang tiang yang tidak terdukung. Pengangkatan tiang pancang CCSP
menggunakan Crawler Crane HP55 dengan posisi titik angkat sesuai dengan
perhitungan sehingga tidak terjadi patah pada saat pengangkatan.

g. Pemancangan

1) Menggunakan Hydraulic Hammer


2) Menggunakan Vibratory Hammer

h. Proses Pelepasan Guide Beam

Setelah proses pemancangan berada pada ketinggian yang sesuai dengan tinggi guide beam,
unttik memperlancar proses pemancangan sampai pada tanah keras, maka terjadi pelepasan
guide beam. Karena guide beam itu sendiri hanya berfungsi sebagai frame atau penyanggah
agar letak pancang tetap stabil pada saat pemukulan hal itu dikarenakan pancang terlalu
panjang, sehingga perlu bantuan untuk menyanggah agar pancang tetap tegak lurus.

i. Proses Pengukuran Kembali Terhadap Kelurusan

Setelah pelepasan guide beam dan pancang CCSP benar-benar berada pada posisi tegak lurus,
hal itu tidak membuat para surveyor diam saja. Maka para Surveyor melakukan pengukuran
atau membidik kembali titik-titik yang sudah ditentukan di awal pekerjaan apakah letak
pancang benar benar lurus dan tegak, sehingga tidak akan mengalami sled ing yang
ditimbulkan karena struktur tanah dan mengakibatkan pancang sewaktu-waktu bergeser
karena tanah yang berhubungan dekat dengan air. Batas toleransi elevasi pergeseran pancang
adalah + 10 cm.

j. Proses Pemukulan Kembali Setelah pelepasan Guide Beam

Setelah proses pelepasan guide beam dan pengukuran terhadap kelurusan pancang maka
langkah selanjutnya adalah melanjutkan pemukulan pancang CCSP dengan menggunakan alat
pancang yan sesuai kebutuhan untuk mencapai tanah keras. Pancang CCSP mi didesain
dengan panjang 10 meter dan direncanakan untuk proses pembuatan Capping beam dengan
sisa pancang + 3.5 meter. Sedangkan kedalaman tanah mencapai tanah keras ± 6.5 meter. O!
eh karena itu CCSP didesain dengan panjang 10 meter agar menghasilkan sisa pancang yang
seragam.

6. Pekerjaan Tie Rod & pemasangan kanal UNP

a. Pemasangan Wale Steel CNP dan Tie rod


Setelah proses pemancangan selesai, maka langkah selanjutnya adalah memasang Wale Steel
CNP dan Tie rod agar pancang tidak lari atau bergeser karena sifat tanah jika terkena air maka
akan berubah sewaktu-waktu. Untuk menghindari kejadian tersebut maka dilakukan
pemasangan Wale Steel CNP yang panjangnya sekitar ± 6 meter karena hanya per segmen
saja yaitu berisi 6 buah pancang. Letaknya di belakang pancang, serta dilakukan bersamaan
dengan pemasangan Tie rod yang letaknya didepan pancang, berfungsi mengunci pancang
yang saling berhadapan.

b. Pekerjaan Pemotongan Sisa Pancang CCSP


Setelah proses pemancangan CCSP, pasti ada tiang pancang yang tersisa diatas elevasi
rencana, ha] mi karena karakteristik tanah setiap titik berbeda-beda, sehingga pencapaian
tiang pancang ke dalam tanah keras ikut berbeda juga. Untuk menyetarakan tiang pancang
tersebut dengan gambar bestek, maka satu-satunya cara adalah dengan cara penghancuran
tiang pancang menggunakan palu (hammer).
METODE KERJA

PEMASANGAN BRONJONG

Prosedur dasar pembangunan sebuah bronjong termasuk penggalian, pemasangan bronjong


dan pelaksana penggalian kembali.

Bronjong dengan kawat yang dilapisi galvanis

Adapun urutannya dapat kami gambarkan berikut ini :

a. Melakukan Pengukuran elevasi untuk penentuan penempatan bronjong dan


kemiringan tanah kemiringan posisi bronjong yang di kehendaki sesuai
persetujuan pihak direksi pekerjaan.
b. Memperhatikan dan menghindari utilitas yang ada di area pekerjaan.
c. Pemasangan rambu rambu adanya pekerjaan tersebut 50 m sebelum titik lokasi
pekerjaan dan di area lokasi pekerjaan.
d. Penggalian dilakukan dengan menggunakan alat gali (excavator) yang diijinkan
Direksi/ Pengawas, dengan kedalaman sesuai Gambar Rencana atau atas
persetujuan Direksi Pengawas.
e. Pastikan semua material, peralatan dan alat bantu lainnya tersedia dan dalam
kondisi baik serta sesuai dengan spesifikasi.
f. Pastikan setting out dilakukan dengan benar dan berdasarkan suatu ketinggian
yang telah d tentukan sebelumnya.
g. Kontrol jaring bronjong, perletakan batuan, diameter lubang jaring, diameter
kawat dan volume untuk perencanaan pekerjaan
Metode Kerja

1. Lakukan pemasangan patok dan benang untuk menandakan daerah penggalian


untuk pemasangan bronjong berdasarkan dimensi jaring dan disain. Termasuk
tempat ruangan untuk pemadatan material
2. Selama penggalian, letakkan jaring bronjong pada pinggir slope dan mulai
pembentukan memanjang seperti yang tertera pada gambar 2, dan dengan ukuran
lebar x tinggi yaitu 1000 X 500. Bungkus jaring hingga berbentuk kotak dan
ikatkan bersama bagian tepinya menggunakan kawat yang telah digavanisir d = 3
mm, jepit dan ikatkan serta dipotong dengan menggunakan tang.
3. Lanjutkan perletakan dan pengisian jaring bronjong dan tumpukan lalu ikatkan
semua. Semakin banyak dinding bagian dalam di dapat, maka bronjong semakin
kuat, karena itu maka setiap bronjong harus diikatkan secara bersama-sama
dengan sebelumnya secara sejajar. Bronjong yang diletakkan diatas untuk setiap
susunan harus dihubungkan juga untuk dengan yang lainnya. Seandainya
bronjong mempunyai bentuk memanjang sisi bagian bawah jaring harus d pasang
daya tahan dan memperkuat struktur.
4. Rongga antara bagian belakang dinding bronjong dengan kemiringan bekas galian
harus di timbun kembali dan dilakukan pemadatan dengan menggunakan material
berukuran 0 – 150 mm. Seandainya menggunakan tamper yaitu alat yang paling
sesuai digunaan untuk memadatkan material, tuangkan material setebal 40 cm d
sekeliling bronjong.
5. Ketika struktur bronjong telah selesai, pastika semua celah disekeliling bronjong d
timbun kembali dan dipadatkan dengan baik.
Quality Control :

1. Pastikan Semua tanah dipindahkan dari galian sampai dengan kedalaman yang tepat.
2. Pastikan semua bongkahan dan batu-batu besar dipindahkan dari bawah tempat
penggalian dan seandianya butuh ratakan dengan material yang lebih baik.
3. Periksa dinding penggalian dan kemiringan dinding galian 1:2 untuk mencegah terjadinya
longsor.
4. Jagalah galian agar dalam keadaan kering sebisa mungkin.
5. Pastikan pengikat dilakukan dengan kawat galvanis d > 3mm dan dengan jumlah kawat
yang cukup.
6. Pastikan batu (batu untuk isian bronjong dengan ukuran 30 – 40 cm) yang digunakan
mempunyai kualitas yang baik dan dengan ukuran yang sesuai.
7. Pastikan bronjong terkunci dengan mengikatkannya secara bersamaan
8. Pastikan dilakukan pemadatan yang cukup di sekeliling bronjong.
9. Pastikan bronjong diisi dengan cukup, timbunan kembali yang dibuat dipadatkan dengan
baik sehingga tidak ada lagi yang masih lembek
10. Periksa semua sambungan yang terlihat apakah sudah terikat dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai