Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karuniaNya, tim penyusun dapat menyelesaikan buku Panduan
Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi (PPAM) Edisi I Tahun 2021 RS
Mitra Medika Bondowoso. Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan
Terapi (PPAM) Edisi I Tahun 21 adalah acuan bagi seluruh petugas yang terkait
dengan pemberian antimikroba kepada pasien RS Mitra Medika Bondowoso.
Dengan adanya Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi (PPAM)
Edisi I Tahun 2021 RS Mitra Medika Bondowoso diharapkan terwujud pemberian
antimikroba yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan
Antibiotika.
Infeksi daerah operasi (IDO) merupakan komplikasi bedah yang insidensinya
mencapai 5%. IDO dapat menyebabkan bertambahnya lama rawat dan biaya yang
harus dikeluarkan oleh pasien. Penggunaan antibiotik profilaksis menurut aturan
tertentu diharapakan dapat menghindarkan pasien dari infeksi pasca pembedahan
serta meminimalkan kemungkinan munculnya mikroba resisten dengan jalan
menentukan penggunaan antibiotik tepat indikasi, dosis, tepat waktu serta jenis
yang masih dapat mengendalikan mikroba-mikroba pada daerah target. Selain
pemberian antibiotik profilaksis, tidak kalah pentingnya adalah peningkatan
kualitas sarana penunjang memadai pada pelayanan operasi sehingga pendekatan
aseptik (standard precaution) dapat terlaksana dengan baik dan optimal (ACOG
2009;Eyk et al.2010).
Kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi di dalam
penyusunan panduan ini, kami menyampaikan terima kasih atas saran dan kritik
yang sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa
mendatang.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR..............................................................................................
Kata Sambutan Direktur Rumah Sakit...............................................................
Keputusan Direktur Rumah Sakit.......................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................
A. LATAR BELAKANG.........................................................................
B. TUJUAN.........................................................................................
C. DEFINISI........................................................................................
D. DAFTAR SINGKATAN......................................................................
E. MASA BERLAKU.............................................................................
F. KELEBIHAN DAN KETERBATASAN PANDUAN................................
BAB II. RUANG LINGKUP.............................................................................
A. PANDUAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS TERDIRI .............................
B. KEUNTUNGAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS..............
C. INDIKASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS......................
D. PEMBAGIAN KELAS OPERASI (MAYHALL CLASSIFICATION)..........
E. PEMBAGIAN STATUS FISIK PENDERITA BERDASARKAN SKOR
ASA................................................................................................
F. KEMUNGKINAN KEJADIAN IDO.....................................................
G. KEMUNGKINAN IDO BERDASARKAN KELAS OPERASI DAN
INDEKS RISIKO..............................................................................
H. INDIKASI PENGGUNAAN ANTIMIKROBA........................................
1. ALUR REKOMENDASI PENGGUNAAN ANTIMIKROBA DI LUAR
PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIMIKROBA DAN FORMULARIUM
NASIONAL......................................................................................
BAB III. TATA LAKSANA...............................................................................
A. CARA PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS...............................
B. PEMILIHAN ANTIBIOTIK.................................................................
C. DOSIS, RUTE DAN WAKTU PEMBERIAN ANTIBIOTIK
PROFILAKSIS.................................................................................
ii
D. PEMBERIAN DOSIS TAMBAHAN PADA SAAT OPERASI..................
E. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)..................................
F. DOKTER SEBAGAI PENANGGUNG JAWAB PEMBERIAN
ANTIBIOTIK PROFILAKSIS DI KAMAR OPERASI.............................
G. PENATALAKSANAAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK YANG
DIREKOMENDASIKAN....................................................................
BAB IV. PENATALAKSANAAN PELAPORAN...................................................
A. DAFTAR KASUS..............................................................................
B. PENATALAKSANAAN KASUS..........................................................
C. PELAPORAN...................................................................................
D. INVESTIGASI..................................................................................
E. INTERVENSI...................................................................................
F. MDRO MRSA DAN TIDAK DITEMUKAN PASIEN KONTAK (SINGLE
CASE).............................................................................................
G. MDRO MRSA ATAU NON MRSA DAN DITEMUKAN PASIEN
KONTAK.........................................................................................
H. KATEGORI KEAMANAN ANTIMIKROBA PADA KEHAMILAN............
1. Daftar Keamanan Obat Antimikroba Pada Kehamilan...............
2. Penyesuaian Dosis Pada Gangguan Ginjal................................
3. Waktu pemberian Antibiotik.....................................................
BAB V. PENUTUP.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting terutama di negara berkembang. Obat yang digunakan secara
luas untuk mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba yang terdiri atas
antibiotika, antivirus, anti jamur, dan antiparasit. Diantara keempat obat
tersebut, antibiotika adalah yang terbanyak digunakan. Berbagai penelitian
menyimpulkan bahwa sekitar 40-62% antibiotika digunakan pada penyakit
yang tidak memerlukan antibiotika. Penggunaan antibiotika bukan tanpa
akibat, terutama bila tidak digunakan secara bijak.
Intensitas penggunaan antibiotika yang tinggi menimbulkan berbagai
masalah baik masalah kesehatan maupun masalah pengeluaran yang tinggi.
Masalah kesehatan yang dapat timbul akibat penggunaan antibiotika tidak
rasional adalah resistensi bakteri terhadap antibiotika, yang mempersulit
penanganan penyakit infeksi karena bakteri. Resistensi tidak hanya terjadi
terhadap satu antibiotika melainkan dapat terjadi terhadap berbagai jenis
antibiotika sekaligus, seperti bakteri MRSA (Methycillin Resistant
Staphylococcus Aureus), ESBL (Extended Strain Beta Lactamase), dsb.
Kesulitan penanganan akibat resistensi bakteri terhadap berbagai antibiotika
selanjutnya berakibat meningkatnya morbiditas dan mortalitas.
Disamping antibiotika yang secara spesifik adalah antibakterial,
penggunaan antijamur juga meningkat terutama pada pasien defisiensi imun
dan akibat pemberian antibiotika lama. Penggunaan antijamur yang
berlebihan dan tanpa indikasi selanjutnya juga akan berakibat terjadi
resistensi terhadap jamur terutama golongan candida. Antivirus dan
antiparasit lebih jarang digunakan tetapi tetap perlu dibuat pedoman
penggunaannya dengan baik.Penggunaan antibiotik yang relatif tinggi
menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan ancaman global bagi
kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak
pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif
terhadapekonomi dan sosial yang sangat tinggi.
1
Muncul dan berkembangnya mikroba resisten dapat dikendalikan melalui
dua kegiatan utama, yaitu penerapan penggunaan antimikroba secara bijak,
dan penerapan prinsip pencegahan penyebaran mikroba resisten
melaluikewaspadaan standar.
B. TUJUAN
1. Sebagai panduan bagi klinisi dalam pemilihan dan penggunaan antimikroba
secara bijak.
2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
3. Untuk mencegah terjadinya resistensi antimikroba
C. DEFINISI
1. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agen biologi (virus,
bakteri, parasit, jamur), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar)
atau kimia (seperti keracunan)
2. Antimikroba adalah bahan-bahan/obat-obat yang digunakan untuk
memberantas/ membasmininfeksi mikroba khususnya yang merugikan
manusia
3. Antibiotika adalah suatu senyawa kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme yang dalam konsentrasi kecil mempunyai kemampuan
menghambat atau membunuh mikroorganisme lain
4. Antijamur adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit
yang disebabkan oleh jamur
5. Antivirus adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit yang
disebabkan oleh virus
6. Antiparasit adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit
yang disebabkan oleh parasit
7. Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan
daya kerja antimikroba
D. DAFTAR SINGKATAN
AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome
APG : Antegrade Pyelography
2
ARV : Anti Retro Viral
ASA : American Society of Anesthesiologists
ATC : Anatomical Therapeutic Chemical
AUC : Area Under Curve
CD4 : Cluster of Differentiaton 4
CrCl : Creatinin Clearance
CAP : Community-Acquired Pneumonia
Clcr : Creatinine clearance
CMV : Cytomegalovirus
CVP : Central Venous Pressure
DDD : Defined Daily Doses
E. coli : Escherichia coli
ESBL : Extended Spectrum Beta- Lactamase
ESO : Efek Samping Obat
H5N1 : subtype virus influenza
HIV : Human Immunodeficiency Virus
HSV : Herpes Simplex Virus
G6PD : Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase
IDO : Infeksi Daerah Operasi
IGD : Instalasi Gawat Darurat
ILO : Infeksi Luka Operasi
IM : Intramuskular
ISK : Infeksi Saluran Kemih
IU : International Unit
IV : Intravena
IVFD : Intravena Fluid Drip
KET : Kehamilan Ectopic Terganggu
KHM : Kadar Hambat Minimal
LCS : Liquor Cerebrospinalis/Likuor Serebrospinalis
mg/kg : miligram/kilogram Berat Badan
mgg : minggu
ml : milliliter
MOW : Metode Operasi Wanita (Tubektomi)
3
MDRO : Multidrug -Resistant Organisms
MESO : Monitoring Efek Samping Obat
MIC : Minimal Inhibitory Concentration
MRSA : Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus
ODHA : Orang Dengan HIV-AIDS
PAE : Post-Antibiotic Effect
PBP : Penicillin Binding Protein
PD : Pharmacodynamic
PK : Pharmacokinetic
PPA : Pedoman Penggunaan Antimikroba
PPP : Profilaksis Pasca Pajanan
PPRA : Program Pengendalian Resistensi Antibiotika
PO : per oral
Pre op : pre operasi
RAST : Radio Allergosorbent Test
RCT : Randomized Controlled Trial
RPA : Rekam Pemberian Antibiotika
SC : Sectio Caesar
SMF : Staf Medik Fungsional
SMX : Sulfamethoxazole
STD : Sexually Transmitted Disease
SPO : Standar Prosedur Operasional
TDM : Therapeutic Drug Monitoring
TB/TBC : Tuberculosis
TMP : Trimethoprim
TOA : Tubo Ovarian Abscess
UTI : Urinary Tract Infection
UDD : Unit Dose Dispensing
μg : microgram
4
E. MASA BERLAKU
Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi (PPAM) Edisi I
Tahun 2021 RS Mitra Medika Bondowoso berlaku 1 (satu) tahun sejak tanggal
ditetapkan.
2. Keterbatasan
Panduan ini perlu dilakukan revisi dan penyempurnaan secara berkala
sesuai dengan usulan materi dari SMF.
5
BAB II
RUANG LINGKUP
6
E. PEMBAGIAN STATUS FISIK PENDERITA BERDASARKAN SKOR ASA
Tabel 1. Skoring ASA
SKOR
ASA STATUS FISIK
1. Penderita normal dan sehat
2. Penderita dengan kelainan sistemik ringan
Penderita dengan kelainan sistemik berat, aktivitas
3.
terbatas
Penderita dengan kelainan berat yang sedang menjalani
4.
pengobatan untuk “life support”
7
operasi terencana dipersiapkan sebaik baiknya sehingga risiko IDO dapat
ditekan serendah mungkin.
H. INDIKASI PENGGUNAAN ANTIMIKROBA
1. Alur Rekomendasi Penggunaan Antimikroba Diluar Pedoman Penggunaan
Antimikroba Dan Formularium Nasional
CATATAN:
1. Bila terdapat ketidaksesuaian antara diagnosis, kondisi klinis pasien, hasil
kultur mikrobiologi, dengan pemilihan antibiotika (PPAM/Formularium
Nasional Formularium Pendamping RS), mohon menghubungi PIC SMF
masing–masing.
2. Pengambilan spesimen mikrobiologi harap dilakukan sebelum antibiotika
pertama masuk dan evaluasi tiap 3–5 hari (kondisi klinis, hasil lab. dasar,
kultur spesimen).
8
BAB III
TATA LAKSANA
B. PEMILIHAN ANTIBIOTIK
1. Spektrum sempit untuk mengurangi risiko resistensi
2. Toksisitas rendah
3. Berpotensi menekan perkembangan bakteri (kolonisasi)
4. Retensi dalam tubuh sekitar 3 jam
5. Mudah didapat dan harga terjangkau
a. Pilihan antibiotik, antara lain :
1. Pertama Sefalosforin generasi I sefazolin (cephazolin) 1-2g. (I-A)
2. Pilihan lain : Metronidasol 500mg + gentamisin 1.5-3 mg/kgbb)
6. Seksio Cesare tidak direkomendasikan pemberian amoksisilin asam
klavulanat karena adanya beberapa laporan Necrotizing Entero Colitis pada
bayi baru lahir. (ACOG 2003)
7. Antibiotik profilaksis sebaiknya tidak digunakan untuk kepentingan terapi
(Eyk N et al 2008; ACOG 2009; Eyk N 2010)
11
12
G. PENATALAKSAAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK YANG DIREKOMENDASIKAN
1. SMF BEDAH
2 gr (IV)/ 8 jam
1 gr (IV)/
10 Peritonitis Ringan- Moxifloxacin 400 mg (IV) Empiris 24 jam Moxifloxacin 400 mg
Sedang atau 2gr (IV) (PO)/24 jam
Cefoxitin 3.375 gr (IV) 6 jam atau
atau 1,5 gr (IV) Amoxicillin/
Piperacilin/ 2,5 gm (IV) 6 jam clavulanate875/125 mg
tazobactam (PO)/12 jam
Ampicilin/ 500 mg (IV) 6 jam atau kombinasi dengan
sulbactam Levofloxacin 500 mg(PO)/24
atau jam
Ceftazidime/ 8 jam tambah
avibactam Clindamycin 300 mg(PO)/8
tambah 8 jam jam
Metronidazole
11 Peritonitis Berat Ertapenem 1 gr(IV) Empiris 24 jam
atau
Ceftazidime/ 2.5 gr(IV) 8 jam
avibactam
tambah 1 gr(IV)
Metronidazole 24 jam
atau 200 mg
Tigecycline (IV) dosis 24 jam
tunggal,
dilanjutkan
atau 100 mg (IV)
Meropenem
Ampicillin/ 1 gr(IV)
sulbactam 3 gm (IV) 8 jam
atau 6 jam
Doripenem 1 gr (IV)
atau 8 jam
kombinasi
dengan 1 gr (IV)
Metronidazole 24 jam
tambah 1 gr(IV)
Ceftriaxone 24 jam
atau 500 mg (IV)
Levofloxacin 24 jam
12 Tumor dengan Ulkus Cefotaxime, IV : Empiris 8 jam 3-7 hari Dosis pertama diberikan 24
atau terinfeksi Cefazoline 15mg/ + jam sebelum operasi.
+ kg/hari 8 jam Dilanjutkan 3-7 hari
Metronidazole + paskaoperasi.Lama
IVFD : pemberian antibiotik
500 mg tergantung dari assesment
Gentamicin IVFD : IV : Profilaksi 24 jam 1 hari keadaan klinik selama
5mg/kg 2,5mg/k s perawatan paskaoperasi.
g Gentamicin diberikan bila
alergi cefazolin.
13 Laparoskopi dengan Gentamicin IVFD : IV : Empiris 24 jam 1 hari Operasi lebih dari 4 jam
melibatkan saluran 5mg/kg 2,5mg/k ditambahkan antimikroba
kencing/ cerna. g yg sama dengan dosis
Cefotaxime, IV : 1 Empiris 8 jam 1 hari tunggal Penyesuaian dosis
Cefazolin gram pada penderita gagal ginjal
2.SMF BEDAH ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI
Purulen Akut Topikal: 1 tetes 1 tetes Empiris 4-6 jam 5-7 hari
Levofloxacin (mata) (mata)
0,5%
3 Keratitis Topikal: 1 tetes 1 tetes Empiris Hingga 1 7-14 hari
Bakterial Levofloxacin (mata) (mata) tetes
0,5%
4 Ulkus Kornea Sistemik: IVFD : 200 Empiris IVFD : 12 IVFD : 5 Bila didapatkan
Bakterial Ciprofloxacin mg jam hari hipopion atau ulkus
atau atau atau luas di sentral
PO : 500 PO : 12 PO : 7-14
mg jam hari
Topikal: 1 tetes 1 tetes Empiris Hingga 1 7-14 hari Pada fase akut
Levofloxacin (mata) (mata) tetes antibiotika topikal
0,5% dapat diberikan
bahkan tiap 5 menit.
5 Selulitis: Sistemik: PO : 625 Empiris 8 jam 5-7 hari
Preseptal Amoxicillin- mg
Topikal: Empiris 6 jam 7-10 hari
Chloramphenicol
6 Selulitis: Sistemik: IV : 1 gram Empiris 24 jam 5 hari
Orbital Ceftriaxone
Topikal: 1 tetes 1 tetes Empiris Hingga 1 10-14
Levofloxacin (mata) (mata) tetes tiap hari
0,5% jam
Topikal: Empiris 6 jam 10-14 ari
Chloramphenicol
4.SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
27
Meropene IV : 1000 Empiris 8 jam 7-10 hari Antibiotika
m dirubah sesuai
dengan hasil kultur
dan test kepekaan
7.SMF PARU
NO Jenis Penyakit Patogen Rekomendasi Terapi (P.O) Terapi Alternatif (I.V) Terapi alternatif
(P.O)
1. Bronkitis Kronis dengan S. pneumonia Respiratory quinolone* - - Moxifloksasin 400
Eksaserbasi Akut Bakterial H. influenza (PO)/24 jam selama 5 hari mg atau
M. catarrhalis atau Levofloksasin 500 mg
Amoksisilin dengan asam
klavulanat 500/125 mg
(PO)/12 jam selama 5 hari
atau
Klaritromisin 1 gr (PO)/24
jam selama 5 hari
atau
Doksisiklin 100 mg
(PO)/12 jam selama 5 hari
or
Azithromycin 500 mg (PO)
selama 3 hari
2. Lung abscess/ empyema Anaerob oral Klindamisin 600 mg (IV)/8 Meropenem 1 gr (IV)/8 Clindamycin 300 mg
S . aureus jam atau jam atau (PO)/8 jam
K . Piperacillin/ tazobactam Ertapenem 1 gr (IV)/24 atau
pneumoniae 3 .375 gr (IV)/8 jam jam Quinolone (PO)/24
S . pneumoniae jam
3. Pneumonia nosokomial P . Meropenem 1 gr (IV)/8 jam - Levofloxacin 750 mg
aeruginosa* selama 1–2 minggu (PO)/24 jam selama
E . coli Atau Doripenem 1 gr (IV)/8 1–2 minggu
K .pneumonia jam selama 2 minggu atau
e atau Ciprofloxacin 750 mg
S .marcescens Levofloxacin 750 mg (PO)/12 jams selama
(S . aureus)† (IV)/24 jam selama 1–2 2 minggu
minggu
Atau
Piperacillin/tazobactam
4 .5 gr (IV)/6 jam tambah
Amikacin 1 gr (IV)/24 jam
selama 1–2 minggu
4. Pneumonia Komunitas S . Doksisiklin Doksisiklin (IV) selama Amoksisilin
(Community Acquired Pneumonia) pneumoniae 200 mg (IV)/12 jam selama 1–2 minggu klavulanat 2 tablets
H . influenzae 3 hari, dilanjutkan 100 mg atau (PO)/12 jam selama
M . catarrhalis (IV)12 jam selama 11 hari Ertapenem 1 gr (IV)/24 7–10 hari
atau jam selama 1–2 minggu Atau
Respiratory quinolone atau Tigesiklin 200 mg Sefprozil 500 mg
(IV)/24 jam selama 1–2 (IV) dosis tunggal , (PO)/12 jam selama
minggu dilanjutkan 100 mg 1-2 minggu
atau Seftriakson 1 gm (IV)/24 jam selama 1–
(IV)/24 jam selama 1–2 2 minggu
minggu
5. K . Meropenem 1 gr (IV)/8 jam Seftriakson 1 gr (IV)/24 Respiratory quinolone
pneumoniae selama 2 minggu jam selama 2 minggu (PO)/24 jam selama 2
atau atau minggu
Ertapenem 1 gm (IV)/24 Doripenem 1 gr (IV)/8 atau
jam selama 2 minggu jam Doksisiklin (PO)
atau selama 2 minggu
Respiratory quinolone (IV) /
24 jam selama 2 minggu
6. MDR K . Seftazidim avi baktam 2.5 Colistin 5 mg/kgBB
pneumoniae gr (IV)/8 jam selama 1-2 (IV)/ 8 jam
CRE minggu atau
atau Polimksin B 1.25 mg/
Tigesiklin 200 mg (IV) kgBB (IV)/12 jam
dosis tunggal, dilanjutkan
100 mg (IV)/24 jam selama
1-2 minggu
7. Influenza (severe with Influenza A Peramivir 600 mg (IV)/24 - -
simultaneous CAP) pneumonia jam selama 1 hari
atau Oseltamivir 75 mg
(PO)/12 jam selama 5 hari
tambah Amantadin 200
mg (PO/24 jam selama 7–
10 hari
8. Chickenpox pneumonia VZV Asiklovir 5–10 mg/kgBB Valasiklovir 1–2 gr
(IV)/8 jam selama selama (PO)/8 jam selama 10
10 hari hari
9. Aspirasi Oral anaerobes Seftriakson 1 gr (IV)/24 Doksisiklin 200 mg Respiratory
S . pneumoniae jam selama 2 minggu (IV)/12 jam selama 3 quinolone (PO)/24
H . influenzae atau Respiratory quinolone hari, dilanjutkan 100 jam selama 2
M . catarrhalis (IV)/24 jam selama 2 mg (IV)/12 jam selama minggu
minggu 11 hari atau Doksisiklin
200 mg (PO)/12
jam selama 3 hari,
dilanjutkan 100
mg (PO)/12 jam
selama 4–11 hari
atau Amoksisilin 1
gr (PO)/8 jam
selama 2 minggu
10. Tuberculosis (TB) M . INH 300 mg (PO)/24 jam
tuberculosis (dan piridoksin 50 mg
(PO)/24 jam) selama 6
bulan
tambah
Rifampisin 600 mg
(PO)/24 jam selama 6
bulan
tambah
PZA 25 mg/kgBB (PO)/24
jam selama 2 bulan
tambah
EMB 15 mg/kgBB
(PO)/24jam
11. MDR TB M . Bedaquiline (Sirturo) 400
tuberculosis mg (PO)/24 jam (D .O .T .)
selama 2 minggu,
dilanjutkan 200 mg (PO)
3x seminggu selama 22
minggu
BAB IV
PENATALAKSANAAN PELAPORAN
A. DAFTAR KASUS
1. MDRO Non MRSA dan TIDAK ditemukan pasien kontak
2. MDRO MRSA dan TIDAK ditemukan pasien kontak (single case)
3. MDRO MRSA atau Non MRSA dan DITEMUKAN pasien kontak
B. PENATALAKSANAAN KASUS
1. Case Finding:
a. Dokter
1) Lakukan permintaan kultur spesimen klinik berdasarkan indikasi
medis sebelum pemberian antibiotika
2) Lakukan permintaan kultur skrining karier MRSA (swab hidung,
swab tenggorok, dan swab luka terbuka bila ada) yang
3) dilakukan dalam waktu 48 jam masuk rumah sakit (MRS) terhadap
pasien:
Pasien rujukan
Pasien pernah MRS dalam 1 tahun terakhir
Pasien pernah terdeteksi kolonisasi dan atau infeksi MRSA
b. Perawat
1) Lakukan pengambilan dan pengiriman spesimen klinik untuk
pemeriksaan kultur mikrobiologis sesuai yang tertulis
2) Lakukan pengambilan dan pengiriman sampel swab hidung, swab
tenggorok, dan swab luka terbuka (bila ada) untuk
3) pemeriksaan kultur skrining karier MRSA yang dilakukan dalam
waktu 48 jam MRS terhadap :
Pasien rujukan,
Pasien pernah mrs dalam 1 tahun terakhir,
Pasien pernah terdeteksi kolonisasi dan atau infeksi MRSA.
32
2. Unit Laboratorium
a. Lakukan kultur spesimen klinik pasien sesuai dengan permintaan
dokter sesuai dengan Pedoman Praktek Klinik (PPK)
b. Lakukan kultur skrining karier MRSA terhadap sampel swab hidung,
swab tenggorok, dan swab luka terbuka (bila ada) dari:
1) Pasien rujukan,
2) Pasien pernah mrs dalam 1 tahun terakhir,
3) Pasien pernah terdeteksi kolonisasi dan atau infeksi mrsa yang
diambil dalam 48 jam mrs sesuai PPK.
C. PELAPORAN
1. Unit Laboratorium
a. Laporkan hasil kultur spesimen klinik yang menunjukkan MDRO (index
case) kepada dokter dan Komite PPI (laporan ke Komite PPI menggunakan
link WhatsApp) segera setelah hasil ditandatangani oleh DPJP Unit
Laboratorium
b. Laporkan hasil kultur skrining karier MRSA positif kepada dokter dan
Komite PPI (laporan ke Komite PPI menggunakan link Whatsapp) segera
setelah hasil ditandatangani oleh DPJP SMF Unit Laboratorium.
c. Laporkan segera bila didapatkan pemeriksaan mikrobiologi (kultur) :
1) Jika hasil kultur positif pada cairan tubuh yang seharusnya steril
seperti: Cerebrospinal fluid, cairan pericardial, cairan pleura, cairan
peritoneal
2) Hasil kultur darah positif
3) Jika pasien telah mengkonsumsi antibiotic dan pada uji sensitifitas
hasilnya resisten
4) Jika pada hasil kultur ditemukan C.Peringens (specimen luka),
listeria monocytogeneis, Clostridium difteri, E. coli 0157
5) Pada anak < 1tahun di temukan Neisseria gonorrhoe
6) Ditemukan bakteri Methiclillin Resistant Staphylococcus Aureus
(MRSA) atau hasil screening MRSA positif
33
7) Hasil Uji sensitifitas Carbapenem resisten
8) Ditemukan MDRO (Multi Drug Resistant Organisme) dengan variannya
9) Ditemukan Corynebacterium diphteriae pada pengecatan Neisser
10) BTA positif extrapulmoner
11) GeneXpert BTA positif resistant rifampisin
2. Komite PPI
a. Lakukan pencatatan kasus MDRO yang dilaporkan oleh Unit
Laboratorium baik dari kultur spesimen klinik
b. Maupun kultur skrining karier MRSA
c. Informasikan kasus MDRO pada poin 1 kepada IPCN dan IPCLN untuk
segera melakukan investigasi
d. Laporkan kepada Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA)
D. INVESTIGASI
1. Tim PPI (IPCN dan IPCLN)
a. Lakukan telusur terhadap pasien kontak dengan infeksi dan atau
kolonisasi MDRO yang sama dengan index case selama 1minggu terakhir
di ruang rawat yang sama
b. Lakukan konsultasi dengan DPJPUnit Laboratoriumuntuk konfirmasi
poin1.
c. Laporkan kepada Komite PPI dalam 24 jam
E. INTERVENSI
1. MDRO Non MRSA dan TIDAK ditemukan pasien kontak
a. Tim PPI (IPCN dan IPCLN)
1) Lakukan koordinasi dengan kepala ruang dan perawat pelaksana
2) Lakukan cohorting (pemisahan) pasien dengan infeksi dan atau
kolonisasi MDRO dari pasien negatif menggunakanpartisi/sketsel
atau ruang isolasi
3) Berlakukan kewaspadaan transmisi kontak
4) Sosialisasikan kepatuhan hand hygiene
34
5) Sosialisasikan prosedur cleaning dan disinfecting ruang rawat
sesuai SPO Komite PPI tentang Cleaning danDisinfecting Area Pasien
dengan Kolonisasi dan atau infeksi MDRO
b. Kepala Ruang
1) Hitung jumlah alat pelindung diri (masker, sarung tangan, dan
gaun) sesuai kebutuhan terkait kewaspadaan transmisiKontak serta
proses cleaning dan disinfecting area pasien
2) Laporkan kebutuhan alat pelindung diri pada poin 1 kepada
instalasi laundry dan sterilisasi sentral dan instalasiFarmasi
3) Lakukan restriksi kegiatan perawatan oleh perawat terhadap pasien
dengan infeksi dan Atau kolonisasi MDRO
3. Instalasi Farmasi
a. Siapkan kebutuhan masker dan sarung tangan terkait kewaspadaan
transmisi kontak serta untuk cleaning dandisinfecting area pasien
b. Siapkan disinfektan yang dibutuhkan untuk disinfeksi area pasien.
35
3. Unit Laboratorium
Lakukan kultur skrining karier MRSA terhadap sampel swab hidung
dan swab tenggorok dari pasien dengan infeksidan atau kolonisasi
MRSA berdasarkan hasil kultur spesimen klinik.
Laporkan hasilnya kepada dokter dan Komite PPI (laporan ke Komite PPI
melalui link whatsapp) segera setelahditandatangani oleh DPJP Unit
Laboratorium.
37
2) Bidang Pelayanan Medik (dalam 24 jam)
a. Lakukan rapat koordinasi dengan satuan kerja terdampak, Komite PPI,
KPRA, KFT, Bidang Penunjang Medik, dan Bidang Keperawatan setelah
mendapatkan laporan kejadian transmisi MRDO dari Komite PPI
b. Tentukan langkah–langkah yang ditempuh manajemen RS Mitra
Medika Bondowoso dan kebutuhan anggaran terkait kejadian
transmisi MDRO berdasarkan rekomendasi Komite PPI dalam rapat
koordinasi tersebut
c. Tentukan alternatif alur pelayanan dan penempatan pasien
d. Kirim surat edaran terkait kejadian transmisi MDRO dan langkah–
langkah yang ditempuh manajemen RS Mitra Medika Bondowoso
kepada pihak–pihak yang berkepentingan yang ditentukan dalam rapat
koordinasi tersebut
e. Lakukan rapat koordinasi dengan satuan kerja terdampak, Komite PPI,
KPRA, KPRS, Bidang Penunjang Medik, dan Bidang Keperawatan
untuk mengevaluasi upaya penanggulangan MDRO yang telah
dilakukan dan mengembalikan alur pelayanan normal
f. Kirim surat edaran apabila ruang rawat dinyatakan aman untuk
menerima pasien baru dan menjalankan pelayanan normal setelah
menerima laporan dari Komite PPI
3) Bidang Keperawatan
Lakukan koordinasi dengan satuan kerja terdampak :
Atur pola ketenagaan perawat selama proses pembersihan ruang rawat
Atur pola pelayanan dan penempatan pasien berdasarkan rapat
koordinasi dengan Bidang Pelayanan Medik
Bila MDRO MRSA atau Non MRSA : lakukan skrining MDRO target pada
lingkungan ruang rawat setelah proses pembersihan selesai dilakukan (kultur
swab lingkungan). Laporkan hasil temuan yang didapat kepada Direktur dan
Direktur Pelayanan Medik
38
H. KATEGORI KEAMANAN ANTIMIKROBA PADA KEHAMILAN
Kategori A : pada studi terkontrol pada wanita gagal menunjukkan resiko
pada janin pada trimester 1, dan tidak ada bukti resiko pada trimester
selanjutnya. Kemungkinan bahaya pada janin sedikit.
Kategori B : dari hasil studi reproduksi pada hewan tidak menunjukkan
resiko pada janin, tetapi tidak ada studi terkontrol pada ibu hamil; atau
studi pada reproduksi hewan menunjukkan efek samping (penurunan
fertilitas) yang tidak terkonfirmasi pada studi terkontrol pada trimester
pertama wanita (dan tidak ada bukti pada resiko trimester selanjutnya).
Kategori C : studi pada hewan menampakkan adanya efek samping pada
janin (embryogenic, teratogenic, atau lainnya), dan tidak ada Studi
terkontrol pada wanita, atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia.
Obat hanya diberikan jika potensial manfaat lebih besar daripada resiko
pada janin.
Kategori D : terjadi resiko pada janin, tetapi manfaat pemberian pada ibu
hamil mungkin lebih diterima meskipun resikonya (misal,obat dibutuhkan
dalam situasi menyelamatkan nyawa atau untuk penyakit yang serius
dimana obat yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif).
Kategori X : studi pada hewan atau manusia menunjukkan
ketidaknormalan pada janin, ada bukti resiko pada janin berdasarkan
pengalaman, atau keduanya; dan resiko penggunaan obai ini pada wanita
hamil jelas lebih banyak daripada manfaatnya.
Obat dikontraindikasikan pada wanita yang mungkin akan hamil.
39
1. Daftar Keamanan Obat Antimikroba Pada Kehamilan
40
2. Penyesuaian Dosis Pada Gangguan Ginjal
41
42
3. Waktu pemberian Antibiotik
43
Keterangan :AC : Ante Coenam (sebelum makan) DC : Durante Coenam
(bersama makan) PC : Post Coenam (sesudah makan)
BAB V
44
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
45
Apprasial of Guideline for Research & Evaluation (AGREE) Instrument September
2001
Berek JS. 2007. Berek and Novak’s Gynecology. Philadelphia : Lippincott Williams
& Wilkins
Creasy RK, Resnik R, Lams JD, Lockwood CJ, Moore TR. 2009. Creasy & Resnik’s
Maternal–Fetal Medicine 6th Edition vol I & 2.Saunders Elsevier
Costantine MM, MD; Rahman M, MBBS, MPH PhD; Ghulmiyah L, MD: Byers BD,
DO; Longo M, MD, PhD;Wen T, MD: Hankins GDV, MD, Saade GR, MD (2008) :
Timming of perioperative antibiotics of Obstetrics & Gynecology
Gagliardi AR, Fenech D, Eskicioglu C, Nathens AB, and McLeod R. (2009) Factors
influencing antibiotic prphylacxis for surgical site infection prevention in general
surgery: a review of the literature Can J Surg, Vol.52, No.6
Guideline for Antimicrobial Therapy (2000) Christian Medical College and Hospital
Velore-632004. Tamilnadu. India.
46
Goldsmith LA, Katz SI, et al. 2012. Ftzpatricks’s Dermatology in General Medicine
8th Edition. New York : The McGraw-Hill Companies Inc
Kumarasamy KK, Toleman MA, Walsh TR, Bagaria J et al. (2010) Emergence of a
new antibiotic resistance mechanism in India, Pakistan, and the UK: a molecular,
biological, and epidemiological study the lancet.com / infection Vol 10 September
Michael S. Whiteley R, Marra CM. 2014. Infection of The Central Nervous System
4th Edition. Philadelphia : Wolfels Kluwer Health
Slobogean GP, Brien P, and Braure CA. (2010) Single-dose versus Multiple-dose
Antibiotic
Workowski KA, Bolan GA. 2015. Center for Disease Control and Prevention MMWR
Recommendations and Reports : SexuallyTransmitted Disease Treatment
Guidelines. Atlanta : The Center for Surveillance, Epidemiology, and Laboraty
47
Services, Centers forDisease Control and Prevention (CDC), U.S Department of
Health and Human Services
48