Anda di halaman 1dari 7

1.

Jelaskan berbagai teori dalam pendekatan klasik

1.1. Manajemen ilmiah


Fredrick Winslow : 1 cara terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan
Dia dulunya bekerja di pabrik baja, di mana setiap buruh pabrik menggunakan
Teknik yang berbeda untuk melakukan pekerjaan yang sama (tidak efisien). Tidak
ada stadar, keterampilan untuk bekerja berbeda dengan keterampilan yang dimiliki
buruh.
Maka dari itu dia menggunakan studi gerak waktu yang efisien.

 Perkembangan manajemen ilmiah yang sebenarnya, sehingga misalnya


metoda yang terbaik untuk melakukan setiap pekerjaan dapat ditentukan,
bukan dengan coba-coba
 Pemilihan yang ilmiah terhadap pekerja, sehingga setiap pekerja dapat diberi
tanggungjawab atas tugas yang paling cocok baginya.
 Pendidikan dan pengembangan ilmiah untuk para pekerja.
 Kerjasama yang erat dan bersahabat di antara manajemen dan pekerja.

Lilian Gilberth adalah seorang insinyur di General Electric dan bekerja untuk
meningkatkan desain dapur. Dia mewawancarai 4000 perempuan untuk merancang
ketinggian yang tepat untuk kompor, wastafel dan perlengkapan dapur lainnya.
Frank Gilberth adalah perintis studi gerak dan ergonomic kerja. Dia tertarik dengan
studi gerak dan waktu padasaat melapisi batu bata, di mana membuat pekerjaan
tidak terlalu melelahkan dan efisien.
Implikasinya di masa sekarang:
1. Analisa pekerjaan dasar
2. Menggunakan studi gerak waktu untuk meminimalkan gerakan yang terbuang
3. Selalu mencari orang yang berkualifikasi sesuai dengan pekerjaannya
4. Insentif disesuaikan dengan output.

1.2. Teori administrasi umum

Henri Fayol focus dengan semua aktivitas yang dilakukan semua manajer, ditarik
dari pengalamannya menjadi managing director di perusahaan batu bara. Ilmu
manajemen adalah sesuatu yang berbeda dari accounting, keuangan, produksi,
distribusi, dll.

14 prinsip manajemen:
1. Pembagian Kerja (Division of Work)

Pekerjaan harus dibagi menjadi unsur-unsur yang lebih kecil atau di-spesialisasi
sehingga Output (hasil kerja) Karyawan dan Efektifitas akan meningkat seiring
dengan peningkatan kemampuan dan keahlian pada tugas yang diembannya.

2. Keseimbangan Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority dan


Responsibility)

Para Manager memiliki wewenang dalam memerintahkan bawahan melakukan atau


tidak melakukan sesuatu. Setiap Karyawan diberikan wewenang untuk melakukan
suatu pekerjaan. Tetapi suatu hal yang perlu diingat, Wewenang tersebut berasal
dari suatu Tanggung Jawab. Oleh karena itu, Wewenang dan Tanggung Jawab
harus seimbang, makin besar wewenangnya makin besar pula
pertanggungjawabannya.

3. Displin (Dicipline)

Disiplin harus ditegakkan dalam suatu organisasi, namun setiap organisasi memiliki
cara yang berbeda-beda dalam menegakkan kedisiplinannya. Kedisiplinan
merupakan dasar dari keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan
organisasinya.

4. Kesatuan Komando (Unity of Command)

Berdasarkan Prinsip Kesatuan Komando, Karyawan seharusnya hanya menerima


perintah dari seorang atasan saja dan juga bertanggung jawab kepada satu atasan
saja. Jika terlalu banyak Atasan yang memberikan perintah, karyawan yang
bersangkutan akan sulit untuk membedakan prioritasnya. Hal ini juga akan
menimbulkan kebingungan dan tidak fokus pada tugas yang diberikannya.

5. Kesatuan Arah (Unity of Direction)

Karyawan yang bekerja dalam suatu organisasi harus memiliki tujuan dan arah yang
sama dan bekerja berdasarkan rencana yang sama.

6. Mengutamakan Kepentingan Organisasi diatas kepentingan Individu


(Subordination of Individual Interests to the General Interest)

Kepentingan Organisasi harus didahulukan dari Kepentingan Individu seorang


karyawan. Termasuk kepentingan Individu Manager itu sendiri.

7. Kompensasi yang adil (Remuneration)

Salah satu faktor yang mempengaruhi Kepuasan kerja karyawan adalah Upah atau
Gaji yang didasarkan pada tugas yang dibebankannya. Kompensasi yang dimaksud
ini dapat berupa Finansial maupun non-finansial.

8. Sentralisasi (Centralization)
Menurut Fayol, seorang pemimpin atau Manajer harus mengadopsi prinsip
Sentralisasi yang seimbang (bukan Sentralisasi penuh ataupun Desentralisai
penuh). Hal ini dikarenakan Sentralisasi penuh (Complete Centralization) akan
mengurangi peranan bawahan dalam suatu organisasi, sedangkan desentralisasi
akan menimbulkan kesimpangsiuran dalam pengambilan keputusan. Wewenang
tertentu harus didelegasikan sebanding dengan Tanggung Jawab yang diberikan.

9. Rantai Skalar (Scalar Chain)

Rantai Skalar adalah garis wewenang dari atas sampai ke bawah. Setiap karyawan
harus menyadari posisi mereka di dalam Hirarki Organisasi. Garis wewenang ini
akan menunjukan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.

10. Tata Tertib (Order)

Tata Tertib memegang peranan yang penting dalam bekerja karena pada dasarnya
semua orang tidak dapat bekerja dengan baik dalam kondisi yang kacau dan
tegang.  Selain itu, untuk meningkatkan efisiensi dalam bekerja, fasilitas dan
perlengkapan kerja harus disusun dengan rapi dan bersih.

11. Keadilan (Equity)

Manager harus bertindak secara adil terhadap semua karyawan. Peraturan dan
Perjanjian yang telah ditetapkan harus ditegakan secara adil sehingga Moral
karyawan dapat terjaga dengan baik.

12. Stabilitas kondisi karyawan (stability of tenure of personnel)

Mempertahankan Karyawan yang produktif merupakan prioritas yang penting dalam


Manajemen. Manager harus berusaha untuk mendorong dan menciptakan loyalitas
Karyawan terhadap organisasi.

13. Inisiatif (Initiative)

Karyawan harus diberikan kebebasan untuk berinisiatif dalam membuat dan


menjalankan perencanaan, tentunya harus dengan batas-batas wewenang dan
tanggung jawab yang diberikan.

14. Semangat Kesatuan (esprits de corps)

Dalam Prinsip “esprits de corps” ini, Manajemen harus selalu berusaha untuk
mengembangkan dan meningkatkan semangat kesatuan Tim.

Max Weber

Max Weber mungkin menjadi salah seorang yang paling berpengaruh di dunia
karena pengaruh ajarannya pada ilmu pengetahuan sosial. Ia terkenal oleh karena
studinya mengenai pembirokrasian masyarakat; banyak aspek dari administrasi
publik moderen berpaling kepadanya; pendekatan klasik, pegawai pemerintah yang
secara organisasi hirarkhis selanjutnya disebut “Weberian civil service.”

Weber menggambarkan tipe birokrasi ideal dalam nada positif, membuatnya lebih
berbentuk organisasi rasional dan efisien daripada alternatif yang terdapat
sebelumnya, yang dikarakterisasikan sebagai dominasi karismatik dan tradisional.  
• Weber percaya bahwa birokrasi seharusnya dioperasikan dalam sistem hierarki.
Menurut prinsip ini, organisasi harus diatur dalam sistem hierarki vertikal yang ketat
dan komunikasi antar pekerja dibatasi sesuai jabatannya

• Weber merancang sistem birokrasi agar memiliki pembagian kerja.


Karena menganut aliran klasik dimana manusia dianggap seperti mesin, maka
terjadi pembagian kerja sebagaimana spare part dalam tubuh mesin, dimana
masing-masing bagian memiliki spesifikasi kerja yang berbeda. 

• Birokrasi memiliki karakteristik bahwa alur kekuasannya terpusat.


Dalam pandangan ini, organisasi dianggap akan menjadi paling efektif apabila
manajemen pusat memiliki kontrol terhadap proses pengambilan keputusan dan
kegiatan pekerja. 

• Weber menekankan bahwa sistem birokrasi adalah sistem tertutup.


Menurut Weber, organisasi seharusnya menutup diri dari lingkungannya karena
dapat mengganggu kinerja organisasi. 

• Weber juga menekankan bahwa peraturan sangat penting dalam sistem birokrasi.
Menurutnya, semua hal dalam organisasi harus memiliki peraturan tertulis agar
pekerjaan berjalan dengan teratur dan formal.

• Adanya functioning of authority (fungsi kekuasaan) yang dibagi menjadi tiga


bagian:
a. Traditionally authority, yaitu kekuasaan yang berasal dari kepercayaan secara
tradisional, misalnya mengenai penetapan Ratu Elizabeth sebagai ratu Inggris
karena kepercayaan lama.
b. Charismatic authority, yakni kekuasaan yang berdasarkan kemampuan
seseorang untuk berinteraksi atau menarik hati orang lain. Kekuasaan tipe ini sangat
tidak stabil.
c. Rational-legal authority, adalah kekuasaan yang didapatkan dari kemampuan
individu. Weber sangat menekankan pada kekuasaan tipe ini karena menurutnya ini
adalah dasar dari functioning of authority.

Banyak perusahaan yang tidak menggunakan ini lagi, karena dapat menghambat
kreativitas karyawan dan kultur organisasi yang kaku. Tetapi dalam penerapannya
masih dipakai di perusahaan, untuk memastikan birokrasi memakai sumber daya
secara efisien dan efektif.
2. Diskusikan perkembangan dan penggunaan pendekatan perilaku.
Asset yang paling penting adalah manusia (SDM)
Area riset yang focus dengan perilaku biasanya disebut Organizational behabiour.
Menejer sekarang harus bisa memotivasi, memimpin, membangun kepercayaan,
bekerja di dalam tim, manajemen konflik.

2.1. Chester Bernard:


Organisasi adalah sosial sistem yang memerlukan kerjasama
Percaya bahwa manejer juga harus berkomunikasi dan menstimulasi usaha dari
bawahannya.
Organisasi adalah sistem yang terbuka

2.2. Robert Owen:


Kondisi kerja yang sangat menyedihkan
Mengajukan tempat kerja yang layak
Uang yang dihabiskan untuk meningkatkan kualitas SDM adalah investasi yang
sangat baik

2.3. Hugo Munsterberg:


Pelopor studi di bidang psikologi industi- studi tentang karyawan di tempat
kerja
Tes psikolog harus dilakukan pada saat merekrut, menggunakan teori belajar untuk
pelatihan SDM dan mempelajari motivasi karyawan di tempat kerja.

2.4. Mary Parker Follett


Organisasi itu bisa dilihat dari perspektif individu dan grup
Selalu menekankan ide-ide yang beriorientasi kepada karyawan

2.5. Studi Hawthorne:


Hawthorne mempelajarai produkitivitas karyawan dengan level terangnya lampu,
ternyata tidak ada kolerasi yang signifikan.
Mereka mempelajari bagaimana mendesign ulang pekerjaan, hari kerja, panjangnya
hari kerja, jam istirahat, perencanaan insentif individual dan grup.
Standard grup dan norma yang mempengaruhi perilaku kerja individu.
Uang itu tidak begitu penting.

3. Jelaskan pendekatan kuantitatif

Pendekatan Aliran kuantitatif untuk manajemen mulai berkembang sejak Perang


Dunia II. Pada waktu itu Inggris ingin memecahkan beberapa persoalan yang sangat
kompleks dalam perang. Inggris kemudian membentuk Team Riset Operasi
(Reserch Operation), dipimpin oleh P.M.S Blackett. Team ini terdiri dari ahli
matematika, fisika, dan ilmuwan lainnya. Inggris berhasil menemukan terobosan-
terobosan penting dari team tersebut. Amerika Serikat kemudian meniru,
membentuk team riset operasi seperti yang dibentuk Inggris. Komputer digunakan
untuk menghitung model-model matematika yang dikembangkan.

Salah satunya adalah Total Quality Management TQM yang berfokus kepada
peningkatan secara berkelanjutan dan merespon kebutuhan dan ekspektasi
pelanggan. Peningkatan hanya dapat dilakukan melalui pengukuran yang akurat
yang membutuhkan Teknik statistik yang dapat mengukur variabel di dalam proses
bekerja.

a)     Fokus pada pelanggan.


b)     Obsesi terhadap kualitas.
c)     Pendekatan ilmiah.
d)     Komitmen jangka panjang.
e)     Kerja sama tim.
f)      Perbaikan sistem secara berkesinambungan.
g)     Pendidikan dan pelatihan.
h)     Kebebasan yang terkendali.
i)      Kesatuan tujuan.
j)      Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

Pendekatan kuantitatif berkontribusi langsung terhadap pengambilan keputusan


manajemen di bidang perencanaan dan pengendalian. Misalnya, ketika manajer
membuat penganggaran, antrian, penjadwalan, kontrol kualitas, dan keputusan
serupa, mereka biasanya mengandalkan teknik kuantitatif.

4. Pendekatan kontemporer (Focus dari dalam ke luar, sistem dan


kontigensi)
4.1. Pendekatan sistem

Sistem:
Tertutup: yang tidak dipengaruhi dan tidak berinteraksi dengan lingkungan di luar
terbuka: yang dipengaruhi dan berinteraksi dengan lingkungan luar

Ada factor ketergantungan antara individu, grup, karakter, tujuan, struktur formal,
interaksi, status dan otoritas.
Manajer harus bisa mengendalikan factor luar dan dalam. Keputusan maupun
langkah kerja di suatu departemen akan mempengaruhi departemen lainnya.
Organisasi tidak bisa berdiri sendiri, karena pasti akan tergantung kepada
lingkungan disekitarnya.

4.2. Teori situasional (contingency)

Faktor yang diperhatikan

1. Besarnya organisasi, semakin besar semakin banyak masalah dalam hal


koordinasi.
2. Rutinitas dalam bekerja menggunakan teknologi, yang sebenarnya
memerlukan struktur organisasi, style dalam memimpin, sistem control yang berbeda
dari perusahaan yang tidak memakai teknologi.
3. ketidakpastian lingkungan. Cara bekerja di perusahaan yang stabil dan bisa
diprediksi mungkin tidak sama dengan cara kerja di perusahaan yang dinamis.
4. Perbedaan individu dalam segi inisiatif, mau berkembang, bisa bekerja dalam
keambiguan dan ekspektasi yang akan berpegaruh pada cara manajer memotivasi,
memimpin dan mendesain pekerjaan.

Implikasinya: Tidak ada satupun pendekatan manajemen yang universal!

Anda mungkin juga menyukai