Anda di halaman 1dari 5

Komunikasi Organisasi

Paradigma Classic
Muhammad Syamsul Huda - 185120200111009
Intri Febiola - 185120200111010
Lora Sabila Yassaroh - 185120200111020
Zhafirah Fakrana Nabilah - 185120200111073
Kurnia Putri Primadani - 185120201111032
Syarrah Fasya - 185120207111001
Adrian David Leonardo - 185120207111012
Kinanthi Putri Arinda - 185120207111016

I. Pengertian Paradigma Klasik


Teori-teori dalam paradigma klasik biasa disebut dengan teori tradisional atau teori
mesin yang berkembang mulai tahun 1800-an. Dalam teori ini organisasi digambarkan
sebagai sebuah lembaga yang tersentralisasi dan tugas-tugasnnya terspesialisasi serta
memberikan petunjuk mekanistik struktural yang kaku dan tidak mengandung kreatifitas.
Dikatakan teori mesin karena organisasi menganggap manusia sebagai sebuah onderdil
yang dapat dipasang dan diganti sesuai dengan kehendak pemimpinnya (Noor, 2015). Teori
manajemen saintifik dan klasikal yang terdapat pada paradigma klasik juga menunjukkan
usaha awal untuk mengatasi kompleksitas organisasi pada abad ke-20.
Sitepu (2011) menjelaskan tiga hal umum yang terdapat dalam teori aliran saintifik
dan klasik:
1. Organisasi dijalankan oleh otoritas manajemen. Karyawan menjadi alat untuk
melaksanakan rencana manajemen. Implikasi dari komunikasi organisasi adalah
menjadi alat kontrol manajerial dan koordinasi proses organisasi
2. Teori saintifik dan klasik meyakini bahwa orang yang berperilaku menurut model
rasional dan model ekonomi. Motivasi utama dalam bekerja adalah uang. Motivasi
sosial dan motivasi politik dalam perilaku organisasi dianggap tidak relevan atau
merugikan organisasi. Sistem struktur dan fungsi organisasi yang rasional akan
mengurangi efek buruk atas konflik kelompok, dendam, persaingan pribadi,
egoisme dan perjuangan kekuasaan.
3. Masing-masing dari teoritisi memajukan konsepnya agar organisasi dedesain
menyerupai mesin

A. Teori Manajemen Saintifik oleh Frederick Taylor


Studi saintifik dan desain proses kerja (detail teknik yang digunakan untuk sebuah
produksi) merupakan fokus utama yang dilakukan oleh Taylor. Semua prinsip mengacu
pada pemaslahan efisiensi kerja dan sebagai penawaran atau rekomendasi struktur dan
proses dalam organisasi. Taylor mengembangkan empat ide pemikirannya yaitu:
1. Selalu ada satu cara terbaik dalam melakukan sebuah pekerjaan. Salah satu
contohnya adalah studi waktu. Dengan mempelajari waktu kita dapat mengetahui
bagaimana cara mengatur waktu dengan baik untuk mengerjakan tugas dengan
efisien. Eksperimen juga dapat digunakan untuk menentukan kondisi pekerjaan
fisik yang nantinya akan meningkatkan produktivitas.
2. Pemilihan anggota harus melewati tahapan seleksi secara saintifik. Penempatan
seseorang dalam sebuah organisasi harus sesuai dengan keterampilan dan potensi
yang dimiliki sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuannya.
3. Setiap pekerjaan harus dihargai dengan memberikan insentif yang sesuai dengan
apa yang telah mereka kerjakan. Upah yang didasarkan pada jam kerja dianggap
tidak tepat, hal tersebut karena bukan perbedaan dalam hal produktifitas melainkan
pada kebutuhan ekonomi setiap individu berbeda-beda sehingga memunculkan
motif yang berbeda pula.
4. Manager harus merencanakan pekerjaan untuk dibagian kepada para anggota
sehingga pekerja mengikuti semua rencana yang sudah dibagikan. Di dalam skema
yang Taylor buat menggambarkan bahwa semua aspek selalu diawasi dengan
functional foreman yang berbeda.
Masalah utama dalam efektivitas organisasi menurut Taylor adalah ketidak mampuan
manajemen untuk memperoleh pemenuhan dari para anggotanya. Hasil yang diharapkan
tidak sesuai dengan apa yang dicapai dalam sebuah organisasi tersebut. Menurutnya, setiap
orang akan mengasilkan sesuatu yang sesuai dengan tuntutannya ketika berada dibawah
manajemen saintifik.
B. Teori Manajemen Umum dari Henry Fayol
Jika dalam teori Taylor memiliki fokus utama pada teknik kerja produksi hal
tersebut berbeda halnya dengan Fayol. Teori Manajemen Umum dari Henry Fayol lebih
menekankan pada prinsip-prinsip dasar struktur organisasi dan praktik manajemen. Secara
keseluruhan yang dikemukakan oleh Henry Fayol bertujuan untuk menunjukkan
bagaimana cara untuk mengelola manajemen perusahaan yang baik. Maka dari itu, ia
dikenal dengan 14 prinsip yang menjadi dasar bagi desain dan struktur organisasi, antara
lain:
1) Pembagian tugas. Setiap anggota hanya memiliki satu pekerjaan (divisi), tidak ada
yang dominan dengan tujuan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang
maksimal.

2) Otoritas dan tanggungjawab. Otoritas mencakup wewenang untuk memberi perintah


dan kekuasaan untuk menuntut atau mengelola kegiatan tertentu.

3) Disiplin, tergantung pada tata tertib yang telah dibuat atasan dengan persetujuan
seluruh pihak agar sanksi dapat diberlakukan bagi individu yang melanggar

4) Kesatuan perintah. Pegawai menerima komando dari satu orang dan hanya satu
atasan untuk setiap tindakan.
5) Kesatuan dalam pengarahan. Sekelompok kegiatan dengan tujuan yang sama harus
memiliki “satu kepala dan satu rencana” agar dapat mencapai tujuan yang dicita-
citakan.
6) Kepentingan individu dibawah kepentingan umum. Menjunjung kesejahteraan
umum dengan cara menomorduakan kepentingan individu.
7) Pemberian gaji. Karyawan atau buruh harus mendapatkan imbalan secara adil yang
sesuai kesepakatan sebelumnya antara karyawan dan perusahaan.
8) Sentralisasi. Pembuatan keputusan bersifat memusat (terbatas pada manajemen
tingkat yang lebih tinggi), atau desentralisasi (ditujukan untuk bawahan) tergantung
pada kondisi organisasi.

9) Rantai skalar. Sistem otoritas disusun seperti hierarki dengan garis perintah yang
jelas dari satu level ke yang lainnya sehingga terbentuk pembagian kerja yang yang
jelas bagi tiap-tiap anggota. Akan tetapi, sistem harus bersedia dipindahkan dari rantai
perintah ketika dibutuhkan.

10) Keteraturan. Adanya kesamaan keadaan bagi seluruh karyawan


11) Keadilan. Karyawan menjalankan kewajibannya untuk mendapatkan hak.

12) Stabilitas dalam kedudukan. Berasumsi bahwa karyawan yang memiliki


kemampuan mengontrol diri yang tinggi pasti memiliki keseimbangan untuk
mempertahankan posisinya.
13) Inisiatif. Memiliki upaya untuk mengemukakan dan melaksanakan sebuah rencana
diluar dugaan dengan kesadaran dii sendiri tanpa dorongan orang lain

14) Esprit de corps (perasaan setia dan saling menghormati). Manajemen harus
berusaha untuk memajukan rasa kesatuan, harmoni dan kohesi untuk mencapai gagasan
atau ide cemerlang.
C. Teori Birokrasi Max Weber

Birokrasi adalah suatu badan administratif tentang pejabat yang diangkat, dan
membentuk hubungan kolektif bagi golongan pejabat itu sebagai suatu kelompok tertentu yang
berbeda, yang pekerjaan dan pengaruhnya dapat dilihat dalam organisasi tertentu, khususnya
menurut prosedur pengangkatannya. Dengan demikian, berarti bahwa dalam konsep umum
tentang birokrasi Weber, bukan hanya terdiri dari gagasan tertentu tentang kelompok, tetapi
juga gagasan tentang bentuk-bentuk tindakan yang berbeda dalam kelompok tertentu itu.
Birokrasi langsung berhubungan dengan organisasi masyarakat secara umum. Adanya
demokrasi adalah dicapai dengan melalui beberapa formalisasi aturan, struktur, dan proses
yang ada di dalam organisasi.
Konsep umum birokrasi dari weber dibuat berdasarkan kesimpulan sebagian besar yang
dibuatkannya untuk itu. Salah satu petunjuk bagi konsep umum Weber tampak dalam
identifikasinya terhadap jenis birokrasi patrimonial, di samping jenis birokrasi lain, yaitu
birokrasi rasional.
Birokrasi patrimonial berbeda dengan tipe birokrasi rasional. Birokrasi patrimonial
diangkat berdasarkan kriteria subjektif karena ada hubungan emosional dengan pejabat yang
mengangkat, sedangkan birokrasi rasional diangkat berdasarkan kriteria objektif, yakni syarat-
syarat yang sudah ditetapkan lebih dahulu sebelum seseorang masuk menjadi pegawai
pemerintah. Dasar birokrasi menurut Weber adalah konsep tentang pejabat, dilihat dari
intensitas Weber dalam menggunakan Beamtentum (staf pegawai) di berbagai kesempatan
sebagai suatu alternatif dalam pengertian birokrasi.

D. Persamaan dan Perbedaan Teori Manajemen Saintifik, Teori Manajemen Umum,


Teori Birokrasi
Persamaan
1. Organisasi dapat berjalan dengan digerakkan oleh sistem hieraki otoritas manajemen
2. Pekerja sebagai pelaku utama menjalankan rencana manajemen atas dasar perintah
dari atasan
3. Tiap individu memiliki satu pekerjaan yang jelas dan sesuai dengan
ketrampilan/keahlian yang dimiliki
4. Adanya hak secara personil, dilakukan secara adil dan pekerja dihargai dengan
insentif/upah yang sesuai dengan apa yang mereka hasilkan
Perbedaan
1. Konsep Taylor, pekerja menerima dari atasan lalu akan diawasi oleh orang yang
berbeda (functional foreman). Konsep Fayol dan Weber fokus pada kesatuan perintah
dari atasan dan menekankan penyebaran informasi yang cepat, tepat, pasti. Jika
konsep Taylor bisa terjadi keambiguitas dan kesalahan persepsi karena terdapat dua
orang berbeda yaitu pemberi perintah dan pengawas.
2. Dalam pengambilan keputusan, konsep Fayol bersikap fleksibel mengikuti kondisi
organisasi. Bisa sentralisasi atau desentralisasi. Berbeda dengan konsep Weber yang
menekankan dalam pengambilan keputusan menekan sebuah kepastian dan aturan
yang konstan.
Konsep organisasi dengan teori paradigma klasik ini masih relevan sampai sekarang, karena
konsep ini sangat sistematis, efektif, jelas, dan dapat mudah dijalankan.
Contoh:
Organisasi pada kampus yaitu BEM, BEM disini mempunyai kepala organisasi yang sebut
saja Presiden, Presiden ini akan menjadi otak dan merencakan konsep-konsep dasar dari apa
yang ia ingin jalankan di program kerja. Dalam pembagian program kerja ia membutuhkan
kepala-kepala bagian lagi dalam setiap bidangnya, yang mana akan dijalan oleh Kementerian
maupun Biro. Hal ini akan menjadi mempermudah dan memenejemen konsep maupun cara
kerja. Dalam melaksanakan pekerjaan di tiap program kerja, kepala di kementrian ini
menjalankannya dengan bantuan staf yang akan menjadi esekutor dalam program kerja yang
digagas oleh kepala kementerian. Jadi pembagiannya pekerjaan ini jelas, dan sistematis.
Presiden tidak harus turun langsung ke stuktur bawah tapi bisa melalui kepala
bagian/kementerian tersebut.
Daftar Pustaka:
Noor, M. (2015). Dimensi Prima Organisasi dan Kelembagaan. Semarang: Duta Nusindo
Sitepu, Y. S. (2011). Paradigma dalam Teori Organisasi dan Implikasinya pada Komunikasi
Organisasi. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial, 1(2), h.83-91
Sitepu, Y. S. (2011). Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial. Paradigma dalam Teori
Organisasi dan Implikasinya pada Komunikasi Organisasi, 1 (2), 84
Sitepu, Y. S. (2011). Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial. Paradigma dalam Teori
Organisasi dan Implikasinya pada Komunikasi Organisasi, 1 (2), 85

Anda mungkin juga menyukai