Anda di halaman 1dari 11

Konsep dan teori manajemen

pemerintahan
Disusun oleh :
Selly Kristina Damayanti(33030170100)
Diyan Maya Sari (33030170)
Lucy Junitarini (33030170)
Pengertian manajemen pemerintah
Manajemen pemerintahan berasal dari dua kata yakni manajemen
dan pemerintahan. Manajemen sendiri secara etimologi berasal
dari kata “Manus” (tangan) dan “Agere” (melakukan) yang
setelah digabung menjadi “Manage” yang berarti mengurus.
Kemudian secara terminologi menurut George Terry dalam
bukunya Principles of Management , manajemen merupakan
suatu proses khusus yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan lainnya. (DR. H.
Inu Kencana Syafiie, 2011)
Sedangkan pemerintahan secara etimologi berasal dari kata
“perintah” berarti melakukan pekerjaan menyuruh, “(pe-)
pemerintah” berarti badan yang melakukan kekuasaan
memerintah, (pe- dan –an) pemerintahan” berarti perbuatan, cara
atau urusan dari badan yang memerintah tersebut. Secara
terminologi, pemerintahan adalah kegiatan dari lembaga atau
badan-badan publik tersebut dalam menjalankan fungsinya utk
mencapai tujuan negara. (DR. H. Inu Kencana Syafiie, 2011)
Dapat disimpulkan bahwa, manajemen pemerintahan merupakan
suatu kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan negara dengan
menggunakan berbagai sumber yang dikuasai oleh negara. Inti
manajemen pemerintahan terletak pada proses penggerakan
untuk mencapai tujuan negara, dimana terkait dengan fungsi
kepamongprajaan. (Suradinata, 1998)
Prinsip-prinsip umum manajemen
Prinsip - prinsip umum manajemen secara umum menurut Henry Fayol terdiri dari
(Handoko, 2003):
1. Pembagian kerja (division of work ).
2. Wewenang dan tanggung jawab (authority and responbility).
3. Disiplin
4. Kesatuan perintah
5. Kesatuan pengarahan
6. Mengutamakan kepentingan organisasi diatas kepentingan sendiri.
7. Penggajian pegawai
8. Pemusatan
9. Hirarki
10. Ketertiban
11. Keadilan dan kejujuran
12. Stabilitas kondisi karyawan
13. Prakarsa
14. Semangat kesatuan dan semangat korps.
Paradigma manajemen pemerintahan
1. Max weber.
Pemikiran Max Weber tentang birokrasi, oleh Jay M
Shafritz (1978) diklasifikan sebagai pemikiran Old
Administration Paradigm (Paradigma Administrasi
Klasik). Hal ini disandarkan pada ciri khas paradigma
Administrasi Klasik, yang menekankan pada aspek
birokrasi di dalam analisis-analisis administrasi negara
hingga tahun 1970-an. Selain itu, analisis birokrasi yang
dikemukakannya sangat mempengaruhi pemikiran-
pemikiran birokrasi selanjutnya.
2. F.M Taylor
Paradigma ini merupakan paradigma yang berkembang pada awal kelahiran ilmu
administrasi negara, tokohnya yaitu F.W. Taylor dengan bukunya “Principles of
Scientific Management”. Dalam bukunya tersebut Taylor berpendapat bahwa problem
utama yang dihadapi pemerintah eksekutif adalah rendahnya kapasitas administrasi.
Administrasi negara harus didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen ilmiah dan
terpisah dari hiruk pikuk kepentingan politik. Manajemen ilmiah dimaksudkan untuk
meningkatkan output dengan menemukan metode produksi yang paling cepat, efisien,
dan paling tidak melelahkan. Dengan prinsip dasar sebagai berikut (Jackson, 2005) :
• Fokus pemerintah pada pelayanan publik secara langsung melalui badan-badan
pemerintah.
• Kebijakan publik dan administrasi menyangkut perumusan dan implementasi
kebijakan dengan penentuan tujuan yang dirumuskan secara politis dan tunggal.
• Administrasi publik mempunyai peranan yang terbatas dalam pembuatan kebijakan
dan kepemerintahan, administrasi publik lebih banyak dibebani dengan fungsi
implementasi kebijakan publik
• Pemberian pelayanan publik harus dilaksanakan oleh administrator yang
bertanggungjawab kepada ”elected official” (pejabat/birokrat politik) dan memiliki
diskresi yang terbatas dalam menjalankan tugasnya.
3. Elton mayo
Pendekatan ini muncul untuk merevisi teori manajemen klasik yang ternyata tidak sepenuhnya
menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Para Ahli selanjutnya melengkapi teori
manajemen klasik dengan menerapkan sosiologi dan psikologi dalam manajemen. Munculnya
mazhab perilaku dikarenakan oleh para manager menemukan bahwa pendekatan klasik, efisiensi
produksi dan keselarasan kerja yang sempurna tidak dapat diwujudkan. Seringkali para bawahan
kurang mengikuti pola perilaku yang rasional dalam mengoperasikan pekerjaannya. Tokoh
pelopornya yakni Elton Mayo. Mayo mengusulkan perlunya pelatihan yang mendalam tentang
psikologi, sosiologi dan antropologi serta metode penelitian yang canggih. Beberapa prinsipnya
sebagai berikut :
– Pendekatan motivasi yang menghasilkan komitmen pekerja sangat dibutuhkan.
– Manajemen tidak dapat dianggap sebagai proses yang kaku.
– Manajemen harus sistematis.
– Pendekatan yang digunakan dalam manajemen harus hati-hati.
– Organisasi sebagai suatu keseluruhan.
– Kepemimpinan diterapkan sesuai dengan situasi bawahannya.
– Unsur manusia merupakan kunci utama yang menentukan sukses atau gagalnya
organisasi mencapai tujuannya.
– Manajer masa kini harus dididik dan dilatih untuk memahami dan menerapkan konsep
konsep manajemen.
– Komitmen dapat ditingkatkan melalui partisipasi dan keterlibatan pekerja.
– Pengawasan harus dibangun dalam pengertian positif, bukan mencari kesalahan tetapi
mencegah terjadinya kesalahan secara diri.
4. Abraham maslow
Menurut Maslow seorang individu dimotivasi oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan,
meskipun kebutuhan ini terpuaskan karena adanya dorongan dan sifat dasar manusia
yang tidak merasa puas maka akan munculah keinginan-keinginan yang baru. Implikasi
teori hirarki kebutuhan maslow untuk manajer antara lain (Suradinata, 1998) :
1. Berhubungan dengan kebutuhan fisiologi karyawan, manajemen harus memberikan
gaji yang sesuai kepada para karyawan, yang sesuai untuk membeli kebutuhan
pokok bagi kehidupannya, selain itu karyawan harus diberi waktu istirahat dan
makan yang cukup.
2. Berhubungan dengan kebutuhan rasa aman, manajer harus memberikan jaminan
keamanan bekerja kepada para karyawannya, lingkungan kerja yang aman dan
higienis, serta tunjangan pensiun sehingga mereka merasa aman dalam hal finansiala
atau keuangannya.
3. Berhubungan dengan kebutuhan sosial, manajer harus mendorong kerja sama tim
dan mengatur kegiataan-kegiatan sosial.
4. Berhubungan dengan kebutuhan harga diri, manajer harus menghargai dan memberi
reward(bonus/ hadiah) bagi karyawan yang mecapai dan melebihi target yang
ditentukan. Misalnya dengan cara Manajer memberikan promosi bagi karyawan
untuk menempati kedudukan yang lebih tinggi dari sebelumnya apabila dapat
mencapai atau melebihi targetnya.
5. Berhubungan dengan kebutuhan akan aktualisasi diri, manajer dapat memberikan
pekerjaan yang menantang kepada para karyawan sehingga manager yang intinya
adalah bagaimana memperoleh support, consensus, dan komitmen.
Teori perubahan manajemen
Teori-teori perubahan manajemen antara lain sebagai berikut (Kasali, 2005):
1. Teori Force---Field dari Kurt Lewin (1951)
Kurt Lewin tercatat sebagai Bapak Manajemen Perubahan. Menurutnya, perubahan
terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap organisasi, individu, atau
kelompok. Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving forces) akan berhadapan
dengan keengganan (resistances) untuk berubah. Perubahan itu sendiri dapat terjadi
dengan memperkuat “driving forces” itu, atau melemahkan “resistance to change”.
2. Teori Motivasi dari Beckhard dan Harris
Beckhard dan Harris (1987) merumuskan teori-teori motivasi untuk berubah. Mereka
menyimpulkan perubahan akan terjadi kalau ada sejumlah syarat, yaitu:
a. Manfaat---Biaya. Manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada biaya perubahan.
b. Ketidakpuasan. Adanya ketidakpuasan yang menonjol terhadap keadaan sekarang.
c. Persepsi Hari Esok. Manusia dalam suatu organisasi melihat hari esok yang
dipersepsikan lebih baik.
d. Cara yang Praktis. Ada cara yang praktis yang dapat ditempuh untuk keluar dari
situasi sekarang.
3. Teori proses perubahan manajerial dari beer et all (1990).
Beer et al (1990) lewat studinya menemukan pentingnya melibatkan
sedemikian banyak orang dalam perubahan. Itulah tugas utama seorang
general manager yang intinya adalah bagaimana memperoleh support,
consensus, dan komitmen. Menurut teori ini, untuk menghasilkan perubahan
seara manajerial perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
• Memobilisasi energi para stakeholders untuk mendukung perubahan.
• Mengembangkan visi serta strategi untuk mengelola dan menghasilkan
daya saing.
• Mengupayakan consensus terhadap visi baru.
• Memperluas revitalisasi pada seluruh departemen dalam organisasi.
• Mengkonsolidasi perubahan.
• Memantau terus kegiatan. 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai