Anda di halaman 1dari 9

BAB 3

Sejarah perkembangan teori manajemen

Seperti diketahui ilmu manajemen berkembang terus hingga saat ini. Ilmu manajemen memberikan
pemahaman kepada kita tentang pendekatan ataupun tata cara penting dalam rneneliti, menganalisis dan
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan manajer.

Oleh karena itu masalah ini berisikan uraian tentang perkembangan (evolusi), teori manajemen dari masa
ke masa. Selain memberikan gambaran bagaimana aliran pikiran masa lalu diharapkan tulisan ini dapat
memberikan sumbangan terhadap ruang lingkup dan perkembangan ilmu manajemen.

Tulisan ini juga membahas tentang terjadinya perkembangan (evolusi) ilmu manajemen. Dimana dalam
ilmu manajemen dikemukakan ada beberapa aliran sebagai dasar pemikiran yang dibagi berdasarkan
aliran klasik, aliran hubungan manusiawi dan manajemen modern yang merupakan cikal bakal teori
manajemen yang berkembang terus dengan berbagai aliran lainnya.

Adapun aliran pemikiran klasik dikenal dengan pendekatan proses dan produksi sedangkan aliran
hubungan manusiawi lebih melihat dari sisi bagaimana sumber daya manusia yang berada dalam
organisasi.

Seseorang manajer hendaklah mempelajari dan memahami secara keseluruhan tentang perkembangan
(evolusi) manajemen yang telah rnenghasilkan teori-teori manajemen yang muncul dari berbagai aliran,
sehingga manajer dapat menggunakan teori yang paling sesuai untuk menghadapi situasi tertentu. Dengan
demikian bila seorang manajer menghadapi situasi bagaimanapun kompleksnya akan dapat mencari solusi
atau membuat keputusan yang baik.

Perkembangan Ilmu Manajemen

Pada perkembangan peradaban rnanusia, ilmu terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu :

1. Ilmu yang mempelajari setia/seluruh gejala, bentuk dan eksistensinya yang erat hubungannya dengan
alam beserta isinya dan secara universal mempunyai sifat yang pasti dan sarna serta tidak dipisahkan oleh
ruang dan waktu, disebut ilmu eksakta, contoh : fisika, kimia dan biologi.

2. IImu yang mempelajari seluruh gejala rnanusia dan eksistensinya dalam hubungannya pada setiap
aspek kehidupan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dinamakan ilmu sosial/non eksakta, misalnya :
ekonomi, politik, psikologi, sosiologi, hukum, administrasi dan lain-lain.

3. IImu humaniora, kumpulan pengetahuan yang erat hubungannya dengan seni, misalnya : seni tari, seni
lukis, seni sastra, dan seni suara.

IImu manajemen merupakan salah satu disiplin ilmu sosial. Pada tahun 1886 Frederick W. Taylor
melakukan suatu percobaan time and motion study dengan teorinya ban berjalan. Dari sini lahirlah konsep
teori efisiensi dan efektivitas.

Kemudian Taylor menulis buku berjudul The Principle of Scientific Management (1911) yang merupakan
awal dari lahirnya manajemen sebagai ilmu. Di samping itu ilmu manajemen sebagai ilmu penegtahuan
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya kelompok manusia, yaitu kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih.

2. Adanya kerjasama dari kelompok tersebut.

3. Adanya kegiatan Iproses/usaha

4. Adanya tujuan

Selanjutnya ilmu manajemen merupakan kumpulan disiplin ilmu sosial yang mempelajari dan melihat
manajemen sebagai fenomena dari masyarakat modem. Dimana fenomena masyarakat modem itu
merupakan gejala sosial yang membawa perubahan terhadap organisasi. Ada beberapa adalah faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan suatu organisasi, yaitu :

1. Tekanan pemilik perusahaan


2. Kemajuan teknologi

3. Saingan baru

4. Tuntutan masyarakat

5. Kebijaksanaan pemerintah

6. Pengaruh dunia Internasional

Pada kenyataannya rnanajemen sulit dedifenisikan karena tidak ada defenisi manajemen yang diterima
secara universal. Mary Parker Follet mendefenisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Defenisi ini rnengandung arti bahwa para manajer untuk mencapai tujuan
organisasi melalui pengaturan orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin dilakukan.
Manajemen memang bisa berarti seperti itu, tetapi bisa juga mempunyai pengertian lebih dari pada itu.
Sehingga dalam kenyataannya tidak ada defenisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang.
Stoner mengemukakan suatu defenisi yang lebih kompleks yaitu sebagai berikut :

“Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber dayasumber daya organisasi lainnya agar
rnencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.

Dari defenisi di atas terlihat bahwa Stoner telah rnenggunakan kata “proses”, bukan “seni”. Mengartikan
manajernen sebagai “seni” mengandung arti bahwa hal itu adalah kemampuan atau ketrampilan pribadi.
Sedangkan suatu “proses” adalah cara sistematis untuk rnelakukan pekerjaan. Manajemen didefenisikan
sebagai proses karena semua manajer tanpa harus rnemperhatikan kecakapan atau ketrampilan khusus,
harus melaksanakan kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen merupakan kerjasama dengan
orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan
pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan
(actuating), dan pengawasan (controlling). Sampai sekarang belum ada suatu teori manajernen dapat
diterapkan pada semua situasi. Seorang manajer akan menjumpai banyak pandangan tentang
manajemen.

Setiap pandangan mungkin berguna untuk berbagai masalah yang berbeda-beda. Ada tiga aliran
pemikiran manajemen yaitu :

a. Aliran klasik

b. Aliran hubungan manusiawi

c. Aliran manajemen modem Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi manajer menjadi tiga
golongan yang berbeda :

1. Manajer lini pertama Tingkat paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan menagwasi
tenaga-tenaga operasional disebut manajemen lini (garis) pertama.

2. Manajer menengah Manajemen menengah dapat meliputi bebrapa tingkatan dalam suatu organisasi.
Para manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan
kadang-kadang juga karyawan operasional.

3. Manajer puncak Klasifikasi manajer training pada suatu organisasi. Manajemen puncak bertanggung
jawab atas keseluruhan manajemen organisasi.

Aliran Hubungan Manusiawi

Pada tahap aliran perilaku atau hubungan manusiawi organisasi melihat pada hakikatnya adalah sumber
daya manusia. Aliran ini mernandang aliran klasik kurang lengkap karena terlihat kurang mampu
rnewujudkan efisiensi produksi yang sempurna dengan keharmonisan di tempat kerja. Manusia dalam
sebuah organisasi tidak selalu dapat dengan mudah diramalkan prilakunya karena sering juga tidak
rasional. Oleh sebab itu para manajer perlu dibantu dalam menghadapi manusia, melalui antar lain ilmu
sosiologi dan psikologi. Ada tiga orang pelopor aliran perilaku yaitu : 1. Hugo Munsterberg (1863 -1916)
yaitu Bapak Psikologi Industri. Sumbangannya yang terpenting adalah berupa pernanfaatan psikologi
dalam mewujudkan tujuan-tujuan produktivitas sarna seperti dengan teori-teori manajemen lainnya.
Bukunya “Psychology and Indutrial Efficiency”, ia memberikan 3 cara untuk meningkatkan produktivitas:

a. Menempatkan seorang pekerja terbaik yang paling sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan
dikerjakannya.

b. Menciptakan tata kerja yang terbaik yang memenuhi syarat-syarat psikologis untuk memaksimalkan
produktivitas.

c. Menggunakan pengaruh psikologis agar memperoleh dampak yang paling tepat dalam mendorong
karyawan.

2. Elton Mayo (1880 -1949) gerakan memperkenalkan hubungannya yang diartikan sebagai satu gerakan
yang memiliki hubungan timbal batik manajer dan bawahan sehingga mereka secara serasi mewujudkan
kerjasama yang memuaskan, dan tercipta semangat dan efisiensi kerja yang memuaskan. Disini terlihat
adanya peran faktor-faktor sosial dan psikologis dalam memberi dorongan kerja kepada karyawan. Satu
hal yang menarik dari hasil percobaan Mayo dengan kawan-kawan adalah rangsangan uang tidak
menyebabkan membaiknya produktivitas.

Mereka menyatakan dalam meningkatkan produktivitas adalah satu karena sikap yang dimiliki karyawan
yang merasa manajer ataupun atasannya memberikan perhatian yang cukup terhadap kesejahteraan
mereka yang dikenal dengan sebutan “Hawthorne effect”, Selain itu, juga ditemukan pengaruh kehidupan
lingkungan sosial dalam kelompok yang lebih informal lebih besar pengaruhnya terhadap produktivitas.

Mayo beryakinan terhadap konsepsnya yang terkenal dengan “Social man” yaitu seharusnyalah dimotivasi
oleh kebutuhan-kebutuhan sosial dalam hubungan yang lebih efektif daripada pengawasan ataupun
pengendalian manajemen. Konsep “socialmanl”dapat menggantikan konsep “rational man” yaitu seseorang
bekerja didorong semata-mata oleh kebutuhan ekonomis pribadi yang terkenal dengan julukan “rational
economic man” yang oleh Robert Owen diperkenalkan dengan istilah “vital machine”. Dalam pendidikan
dan pelatihan bagi para manajer dirasa semakin pentingnya “people management skillsl” daripada
“engineering atau technicall skillsl”, Sehingga konsep dinamika kelompok dalam praktek manajemen lebih
penting daripada manajemen atas dasar kemampuan perseorangan (individu), Walaupun demikian ada
beberapa kelemahan temuan Mayo yang dinyatakan oleh orang-orang yang beranggapan kepuasan
karyawan bersifat kompleks, karena selain ditentukan oleh lingkungan sosial, juga oleh faktor-faktor lainnya
yaitu tingkat gaji, jenis pekerjaan, struktur dan kultur organisasi, hubungan karyawan manajemen dan lain-
lain. Gerakan hubungan manusia terus berkembang dengan munculnya pemikiranpemikiran lain yang juga
tergolong dalam aliran perilaku yang labih maju.

Penggunaan ilmu-ilmu sosial seperti Sosiologi, Psikologi, dan Antropologi terus dipergunakan dengan
penelitian yang lebih sempurna, dan para penelitinya lebih dikenal dengan sebutan “behavioral scientists”
daripada ‘human relations theorists”. Di antara mereka yang terkenal adalah Argyris, Maslow and Mc
Gregor yang lebih mengutamakan konsep “self actualizing man” daripada hanya sekedar “social man”
dalam memberi dorongan kepada karyawan. Teori Mayo ini pun kemudian lebih ditingkatkan dengan
pendapat bahwa rnanusia tidak hanya didorong oleh berbagai kebutuhan yang dikenal dengan konsep
“complex-man”. Karena tidak ada dua orang yang persis sarna, oleh sebab itu seorang manajer yang
efektif akan berusaha mempelajari kebutuhan-kebutuhan setiap individu yang terkait dalam organisasinya
agar dapat mempengaruhi individu tersebut. 3. William Ouchi (1981) William Ouchi, dalam bukunya “theory
Z -How America Business Can Meet The Japanese Challen ge (1981)”, memperkenalkan teori Z pada
tahun 1981 untuk menggambarkan adaptasi Amerika atas perilaku Organisasi Jepang. Teori beliau
didasarkan pada perbandingan manajemen dalam organisasi. Jepang disebut tipe perusahaan Jepang
dengan manajemen dalam perusahaan Amerika -disebut perusahaan tipe Amerika. Berikut adalah
perbedaan organisasi tipe Amerika dan tipe Jepang.
Sumbangan para ilmuan yang beraliran hubungan manusiawi ini terlihat dalam peningkatan pemahaman
terhadap motivasi perseorangan, perlaku kelompok, ataupun hubungan antara pribadi dalam kerja dan
pentingnya kerja bagi manusia. Para manajer diharapkan semakin peka dan terampil dalam menangani
dan berhubungan dengan bawahannya. Bahkan muncul berbagai jenis konsep yang lebih mengaji pada
masalah-masalah kepemimpinan, penyelesaian perselisihan, memperoleh dan memanfaatkan kekuasaan,
perubahan organisasi dan konsep komunikasi.

Walaupun demikian aliran ini tidak bebas dari kritikan, karena di samping terlalu umum, abstrak dan
kompleks, sukar sekali bagi manajer untuk menerangkan tentang perilaku manusia yang begitu kompleks
dan sukar memilih nasehat ilmuwan yang mana yang sebaiknya harus dituruti dalam mencapai solusi di
dalam perusahaan.

Aliran Manajemen Modern

Muncul aliran ini lebih kepada aliran kuantitatif merupakan gabungan dari Operation Research dan
Management Science. Pada aliran ini berkumpul para sarjana matematika, pisik, dan sarjana eksakta
lainnya dalam memecahkan masalahmasalah yang lebih kompleks. Tim sarjana ini di Inggris, di Amerika
Serikat, sesudah perang Dunia II dikenal dengan sebutan “OR Tema” dan setelah perang dimanfaatkan
dalam bidang industri. Masalah-masalah ruwet yang memerlukan “OR Tim” ini antara lain di bidang
transportasi dan komunikasi.

Kehadiran teknologi komputer, membuat prosedur OR lebih diformasikan menjadi aliran IImu Manajemen
Modem. Pengembangan model-model dalam memecahkan masalah-masalah manajemen yang kompleks.
Adanya bantuan komputer, maka dapat memberi pemecahan masalah yang lebih berdasar rasional
kepada para manajer dalam membuat putusan-putusannya. Teknik-teknik ilmu manajemen ini membantu
para manajer organisasi dalam berbagai kegiatan penting, seperti dalam hat penganggaran modal,
manajemen cash flow, penjadwalan produksi, strategi pengembangan produksi, perencanaan sumber daya
manusia dan sebagainya.

Aliran ini juga memiliki kelemahan karena kurang memberi perhatian kepada hubungan manusia. Oleh
karena itu sangat cocok untuk bidang perencanaan dan pengendalian, tetapi tidak dapat menjawab
masalah-masalah sosial individu seperti motivasi, organisasi dan kepegawaian. Konsep dari aliran ini
sebenarnya sukar dipahami oleh para manajer karena dapat menyangkut kuantitatif sehingga para manajer
itu merasa jauh dan tidak terlibat dengan penggunaan teknik-teknik ilmu manajemen yang sangat ilmiah
dan kompleks.

Perkembangan Teori Manajemen

Ketiga aliran manajemen yang telah diuraikan di atas ternyata sampai sekarang berkembang terus. Aliran
hubungan manusiawi dan ilmu manajemen memberikan pendekatan yang penting dalam meneliti,
menganalisis dan memecahkan masalahmasalah manajemen. Demikian pula aliran klasik yang telah
berkembang ke arah pemanfaatan hasil-hasil penelitian dari aliran lain dan terus tumbuh menjadi
pendekatan baru yang disebut pendekatan sistem dan kontingensi.

Aliran klasik dikenal dengan pendekatan proses dan operasi manajemen. Dengan terjadinya proses
perkembangan yang saling berkaitan di antara berbagai aliran ini, maka kemudian sudah sulit untuk terlalu
membedakan dan memisahkan antara aliran-aliran ini.

Proses perkembangan teori manajemen terus berkembang hingga saat ini yang dilihat dari lima sisi yaitu :

1. Dominan, yaitu aliran yang muncul karena adanya aliran lain. Pengkajian dari masing-masing aliran
masih dirasakan bermanfaat bagi pengembangan teori manajemen.

2. Divergensi, yaitu dimana ketiga aliran masing-masing berkemabng sendiri-sendiri tanpa memanfaatkan
pandangan aliran-aliran lainnya.

3. Konvergensi, yang menampilkan aliran dalam satu bentuk yang sarna sehingga batas antara aliran
menjadi kabur. Perkembangan seperti inilah yang sudah terjadi sekalipun bentuk pengembangannya tidak
seimbang karena masih terlihat bentuk dominan dari satu rnazhab terhadap yang lain.

4. Sintesis, berupa pengembangan menyeluruh yang lebih bersitat integrasi dari aliran-aliran seperti yang
kemudian tampil dalam pendekatan sistem dan kontingensi.
5. Proliferasi, merupakan bentuk perkembangan teori manajemen dengan munculnya teori-teori
manajenlen yang baru yang memusatkan perhatian kepada satu permasalahan manajenlen tertentu.

Seperti kita ketahui hingga saat organisasi bisnis nlerupakan penciptaan pengetahuan dan menjadi sumber
inovasi yang penting bagi manajemen. Hal ini dapat dilihat bagaimana perusahaan-perusahaan Jepang
dan perusahaan besar lain di belahan dunia ini berhasil dan berkembang karena keahlian danpengalaman
dari para manajer dan perusahaan secara keseluruhan menciptakan pengetahuan baru, service, system,
produk.

Adanya inovasi yang terns menerus sebenamya rnerupakan inisiatif dari individual dan interaksi datam
kelompok sehingga perubahan terns teljadi merupakan hasil dari pengalaman, penyatuan, diskusi, dialog
yang menciptakan pengetahuan baru. Seperti yang dikatakan oleh Ikuijiro Nanoka dakam bukunya
Knowledge Creating Company (1995), yang dikutip dari Dirlanudin (hal. 10, 1996) bahwa pengembangan
kerangka kelja teori khususnya teori manajemen adalah :

“pengembangan kerangka kerja teori, dengan menjelaskan pada dua dimensi, epistemological dan
ortological mengenai kreasi pengetahuan organisasional. Dimensi epistemological yang digambarkan pada
garis vertikal, yang mana konversi pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Sedangkan dimensi
ortologi yang mewakili garis horisontal, dimana pengetahuan diciptakan melalui individu-individu yang
kemudian ditransformasi pada pengetahuan tingkat kelompok, organisasi dan antar organisasi dan
berinteraksi secara terus-menerus”.

Manajer saat ini dituntut mempelajari dan memahami semua teori manajemen yang dihasilkan oleh
berbagai aliran, karena manajer bisa memilih teori yang paling sesuai untuk menghadapi situasi tertentu.
Disamping itu seorang manajer dapat saja menggabungkan dan memanfaatkan teori dan konsep yang
paling cocok atau pendekatan untuk menghadapi masalah sederhana maupun yang kompleks dan
pendekatan-pendekatan ini yang menggambarkan kedudukan dan peranan manajemen saat ini dan di
masa datang.

Ada beberapa alasan untuk mengetahui dan mempelajari perkembangan ilmu manajemen yang akan
diuraikan di bawah ini yaitu antara lain:

1. Membentuk pandangan kita mengenai organisasi. Mempelajari teori manajemen juga memberi petunjuk
kepada kita di mana kita mendapatkan beberapa ide mengenai organisasi dan manusia didalamnya.

2. Membuat kita sadar mengenai lingkkungan usaha. Mempelajari berbagai teori manajemen berdasarkan
perkembangannya, kita dapat memahami bahwa setiap teori adalah karena berdasarkan lingkungannya
yaitu ekonomi, sosial, politik dan pengaruh teknologi yang dirasakan pada waktu dan tempat terjadinya
peristiwa tertentu. Pengetahuan ini membantu setiap orang untuk memahami apa sebabnya teori tertentu
cocok terhadap keadaan yang berbeda.

3. Mengarahkan terhadap keputusan manajemen. Mempelajari evolusi manajemen membantu memahami


proses dasar sehingga dapat memilih suatu tindakan yang efektif. Pada hakekatnya suatu teori merupakan
asumsi-asumsi yang koheren/logis, untuk menjelaskan beberapa fakta yang diobservasi. Teori yang absah,
dapat memprediksi apa yang akan terjadi pada situasi tertentu. Dengan adanya pengetahuan ini, kita bisa
rnenerapkan teori manajemen yang berbeda terhadap situasi yang berbeda.

4. Merupakan sumber ide baru. Mempelajari perkembangan teori manajemen memungkinkan kita pada
suatu kesempatan mengambil pandangan yang berbeda dari situasi sehari-hari.

Bab 4
MANAJER DAN LINGKUNGAN EKSTERNAL ORGANISASI
Organisasi adalah sekumpulan orang atau kelompok untuk mencapai sutau tujuan tertentu dengan cara
tertentu dan aturan tertentu. Secara umum tujuan dari pada organisasi adalah untuk mencapai tujuan
individu yang dilaksanakan dengan cara berkelompok. Jenis dari pada organisasi sangat beragam, seperti:
oraganisasi keluarga, organisasi masyarakat, organisasi sekolah, organisasi politik, organisasi
internasional dan lain sebagainya. Setiap jenis organisasi ini mempunyai tujuan dan mekanisme yang
berbeda-beda.
Dalam pembahasan organisasi tidak lepas pada masalah lingkungan yang dihadapi oleh seorang manajer.
Perbedaan dan kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap konsep diambil. Sebagai seorang manajer
tidak harus hanya memperhatikan lingkungan usahanya atau intern saja, namun juga harus bisa
mengantisipasi lingkungan di luar perusahaan atau ekstern. Untuk mencapai tujuan orgaisasi tidak lepas
dari lingkungan ekstern yang terjadi. Oleh karena itu manajer harus memperhatikan dan
mempertimbangkan unsur-unsur serta kekuatan-kekuatan lingkungan ekstern dalam setiap kegiatan
manajemen.
Suatu organisasi akan berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya dalam rangka mencapai tujuan,
berbagai sasaran dan dalam mengemban misinya. Setiap organisasi, baik yang berskala besar,
menengah, maupun kecil, semuanya akan berinteraksi dengan lingkungan. Organisasi yang bisa bertahan
adalah organisasi yang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungannya kerena lingkungan
merupakan kekuatan yang mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak terhadap kinerja
organisasi.

A. Lingkungan Eksternal Mikro


Lingkungan eksternal atau lingkungan yang berada di luar organisasi saling mempertukarkan sumber
dayanya dengan organisasi tersebut dan tergantung satu sama lain. Organisasi mendapatkan input (bahan
baku, uang, tenaga kerja) dari lingkungan eksternal, kemudian ditransformasikan menjadi produk dan jasa
sebagai output bagi lingkungan eksternal.

Para manajer seharusnya tidak hanya memusatkan perhatiannya pada lingkungan internal organisasi,
tetapi juga menyadari pentingnya pengaruh lingkungan eksternal terhadap organisasi yang dikelolanya.
Manajer harus mempertimbangkan unsur-unsur dan kekuatan-kekuatan lingkungan eksternal dalam setiap
kegiatannya. Manajer harus mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mendiagnosa dan bereaksi
terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan, baik berupa kesempatan-kesempatan, risiko-risiko, maupun
ancaman-ancaman, yang mempunyai pengaruh pada operasi organisasi (perusahaan).

Manajemen dituntut untuk selalu bersikap tanggap dan adaptif, selalu mengikuti dan menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungan. Manajer perlu menentukan cara atau pendekatan yang akan
memungkinkannya menjaga dan mengembangkan organisasi dalam lingkungan yang selalu berubah.
Dengan pendekatan sistem dan contingency, Lingkungan eksternal terdiri atas unsur-unsur diluar
organisasi, yang sebagian besar tidak dapat dikendalikan dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan
oleh manajer.
Organisasi mendapatkan masukan-masukan (input) yang dibutuhkan, seperti bahan baku, dana tenaga
kerja dan energi daril ingkungan eksternal, menstranformasikan menjadi produk dan jasa, dan kemudian
menghasilkan keluaran-keluaran (output) kepada lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal mempunyai
unsur-unsur[1]
1. Berpengaruh langsung (lingkungan eksternal mikro), terdiri dari; para pesaing ( competitors),
pemasok/penyedia (suppliers), pelanggan (customers), lembaga-lembaga keuangan ( financial intitutions),
pasar tenaga kerja (labour supply), dan perwakilan-perwakilan pemerintah ( government councils),
2. Berpengaruh tidak langsung (lingkungan eksternal makro), mencakup; teknologi ( technology),
ekonomi (economy), politik (politic) dan sosial (social), yang mempengaruhi iklim dimana organisasi
beroperasi dan mempunyai potensi menjadi kekuatan-kekuatan sebagai lingkungan eksternal mikro.
Menurut Hani Handoko lingkungan ekternal mikro sebagai berikut .

1. Para pesaing
lingkungan persaingan perusahaan tercermin dari tipe, jumlah dan norma-norma perilaku organisasi-
organisasi pesaing. Dengan pemahaman akan lingkungan persaingan yang dihadapi, organisasi dapat
mengetahui posisi persaingannya, sehingga lebih mampu mengoptimalkan operasi-operasinya. Misalnya;
untuk meningkatkan bagian pasarnya ( market share), dimana produk dan harga sama dengan pesaing,
perusahaan harus menciptakan perbedaan-perbedaan ( differences), dalam pembungkusan (packaging),
pelayanan (services), atau promosi (promotion). Pemahaman arena, sifat persaingan ( competitors), serta
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) para pesaing, memungkinkan perusahaan dapat
mempergunakan kekuatan bersaingnya lebih efektif dan efisien.
2. Pelanggan
strategi, kebijakan dan taktik-taktik pemasaran perusahaan sangat tergantung situasi pasar dan pelanggan.
Biasanya manajer pemasaran menganalisa profil pelanggan sekarang dan potensial serta kondisi pasar
dan mengarahkan kegiatan-kegiatan pemasaran perusahaan berdasarkan hasil analisa tersebut.

3. Pasar tenaga kerja

organisasi memerlukan sejumlah karyawan (personalia) dengan bermacam-macam ketrampilan,


kemampuan dan pengalaman, sehingga perlu menggunakan banyak saluran untuk menarik dan
mendapatkan karyawan-karyawan tersebut. Ada tiga faktor yang paling berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan karyawan perusahaan, yaitu:

 Reputasi perusahaan di mata angkatan kerja,


 Tingkat pertumbuhan angkatan kerja,
 Tersedianya tenaga kerja sesuai kebutuhan.
1. Lembaga-lembaga keuangan
Organisasi tergantung pada bermacam-macam lembaga keuangan, seperti perbankan, perusahaan
asuransi, termasuk pasar modal, untuk menjaga dan memperluas kegiatan-kegiatannya, jangka pendek
untuk membiayai opearasionalnya, jangka panjang untuk membangun fasilitas baru   dan membeli
peralatan baru (investasi).

a. Para pemasok

setiap organisasi sangat tergantung pada sumber-sumber dari sumber daya-sumber dayanya untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku (mentah), bahan pembantu, pelayanan, energi dan peralatan, yang
digunakan untuk berproduksi.

b. Perwakilan-perwakilan pemerintah

Hubungan organisasi dengan perwakilan-perwakilan pemerintah berkembang semakin kompleks. Mereka


biasanya menetapkan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi organisasi dalam operasinya, prosedur
prosedur perijinan, dan pembatasan-pembatasan lainnya untuk melindungi masyarakat.[2]

B. Lingkungan Eksternal Makro


Lingkungan eksternal makro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh tidak langsung. Masing-masing
anggota dunia usaha memiliki perbedaan dalam memberikan faktor-faktor yang secara kongkret dapat
dimasukkan ke dalam lingkungan eksternal makro atau mikro. Hal ini disebabkan oleh sifat majemuk
kegiatan dunia usaha. Oleh karena itu pertimbangan pemilihan faktor eksternal makro dan mikro dilakukan
secara umum. Ada 5 hal yang tercakup dalam lingkungan eksternal makro yaitu:

1. Ekonomi
Keadaan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi sebagian besar organisasi yang beroperasi di
dalamnya. Pada suatu keadaan perekonomian yang sedang tumbuh, secara umum kemampuan daya beli
masyarakat untuk membeli suatu produk atau jasa meningkat. Akan tetapi, kondisi perekonomian seperti
itu tidak menjamin bahwa suatu perusahaan juga bertumbuh, hanya menyediakan lingkungan yang
mendorong terjadinya pertumbuhan usaha.

Dalam keadaan perekonomian yang lesu, daya beli masyarakat yang menurun, membuat pertumbuhan
usaha menjadi sulit. Sehingga para manajer perusahaan harus selalu mengantisipasi variable-variabel
ekonomi seperti kecendrungan inflasi, tingkat suku bunga, kebijakan fiskal dan moneter, dan harga-harga
yang ditetapkan oleh pesaing.

2. Teknologi
Teknologi adalah pengetahuan, peralatan, dan teknik yang digunakan untuk mengubah bentuk
masukan (input) menjadi keluaran (output). Sehingga perubahan dalam teknologi dapat membantu
perusahaan menyediakan produk yang lebih baik atau menghasilkan produknya dengan lebih efisien. Akan
tetapi prubahan teknologi juga dapat memberikan suatu ancaman bagi perusahaan-perusahaan tradisional.
Contohnya perusahaan foto kopy pada awalnya memberi ancaman bagi perusahaan kertas karbon.
3. Politik Hukum
Komponen politik/hukum adalah undang-undang, peraturan, dan keputusan pemerintah yang mengatur
perilaku usaha. Komponen politik/hukum ini dalam suatu periode waktu tertentu akan menentukan operasi
perusahaan. Sehingga manajer tidak mungkin mengabaikan iklim politik dan hukum-hukum maupun
peraturan yang ada di suatu negara, seperti perlakuan yang adil dalam pembayaran gaji harus sesuai
dengan upah minimum yang ditetapkan pemerintah.

4. Sosial Budaya
Komponen sosial budaya merujuk kepada karakteristik demografi serta perilaku, sikap, dan norma-norma
umum dari penduduk dalam suatu masyarakat tertentu. Pertama, perubahan karakteristik demografi
seperti, jumlah penduduk dengan keterampilan khusus, pertumbuhan atau pengurangan dari golongan
populasi tertentu, mempengaruhi cara perusahaan menjalankan usahanya. Kedua, perubahan sosial
budaya dalam perilaku, sikap, dan norma-norma juga mempengaruhi permintaan akan produk dan jasa
suatu usaha.

5. Dimensi Internasional
Komponen internasional dalam lingkungan eksternal juga menyajikan kesempatan-kesempatan dan
tantangan-tantangan, serta mempunyai potensi menjadi faktor yang berpengaruh langsung pada operasi
perusahaan. Kekuatan-kekuatan internasional ini berpengaruh melalui perkembangan politik dunia,
ketergantungan ekonomi, penularan nilai-nilai dan sikap hidup, serta transfer teknologi.[3]
C. Tanggung Jawab Sosial Manajer
Tanggung jawab Sosial Manajer/Perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility  (selanjutnya dalam
artikel akan disingkat CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya)
perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham,
komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan/organisasi.[4]
Tanggung jawab sosial, berarti bahwa manajemen mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi di
dalam pembuatan keputusan. Tanggung jawab sosial ini merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan
oleh para manajer organisasi karena aspek ini merupakan syarat utama bagi berhasilnya organisasi
terutama untuk jangka panjang. Dengan demikian manajer dituntut untuk mengimplementasikan “etika”.

Seorang manajer mempunyai tanggung jawab sosial atas keputusan-keputusan yang diambil, mengapa
dikatakan demikian karena mempengaruhi dalam pencapaian tujuan organisasi baik dalam jangka pendek
maupun dalam jangka panjang, disamping itu juga menyangkut hajat hidup orang banyak yang
kesemuanya menggantungkan dirinya kepada organisasi tersebut (ini kalau dilihat dari segi dimana
seseorang bekerja).

Atas dasar ini maka seorang manajer dituntut untuk dapat mengimplementasikan etika berusaha (the
ethics of manager). Ada lima faktor yang mempengaruhi keputusan manajer dalam etika berusaha ini, yaitu
hukum; peraturan-peraturan pemerintah termasuk di dalamnya undang-undang yang dikeluarkan oleh
pemerintah; kode etik industri dan perusahaan tekanan-tekanan sosial, tegangan antar standar perorangan
dan kebutuhan organisasi. Ada beberapa hal yang harus di perhatikan oleh menejer dalam bersosialisasi:
1. Macam-macam Tanggung jawab Sosial Manajer
2. Societal Ethics Adalah standar-standar yang mengatur tentang bagaimana anggota masyarakat
harus berhubungan dengan yang lainnya, termasuk mengatur masalah-masalah tentang keadilan,
kejujuran, kemiskinan, dan hak-hak individu. Societal Ethics berasal dari Society’s Law, kebiasaan-
kebiasaan, dan nilai atau norma yang tidak tertulis.
3. Occupational Ethics atau Etika Profesi Adalah standar-standar yang mengatur tentang bagaimana
anggota suatu profesi, perdagangan, atau keahlian harus bertindak atau bertingkah laku ketika
melaksanakan pekerjaannya. Contohnya medical ethics, mengatur bagaimana dokter dan perawat harus
menangani pasiennya. Contoh lainnya adalah etika untuk pengacara, peneliti, dan akuntan. Organisasi
profesi yang besar dapat menjatuhkan hukuman untuk pelanggaran kode etik.
4. Individual Ethics Adalah standar-standar yang mengatur tentang bagaimana orang melihat
tanggung jawabnya terhadap orang lain dan bagaimana mereka harus bertindak dalam situasi dimana
kepentingan pribadinya dipertaruhkan. Individual ethic dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya, dan
didikan secara umum. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama hidup sebagai anggota
masyarakat juga memberi kontribusi dalam pembentukan standar nilai yang digunakan untuk
mengevaluasi dan memutuskan apa yang benar dan salah.
5. Organizational Ethics Adalah petunjuk praktis untuk perusahaan dan manajernya tentang
bagaimana mereka harus bertanggung jawab terhadap stakeholdernya. Etika individu dari pendiri
perusahaan dan top manajernya sangat penting dalam pembentukan kode etik organisasi. Top manajer
memainkan peranan penting dalam menetapkan etika perusahaan. Kadang-kadang bawahannya
melakukan tindakan yang tidak etis karena mereka mendapatkan tekanan dari atasannya, atau mereka
melakukan itu karena melihat atasannya juga melakukan hal yang tidak etis dan tidak mendapat sanksi.[5]
Menurut Saidi dan Abidin dalam Soddang P. Sagian menyatakan bahwa ada empat model pola tanggung
jawab sosial di Indonesia[6]
 Keterlibatan langsung, Perusahaan menjalankan program tanggung jawab sosial secara langsung
dengan menyelengarakan sendiri kegaiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa
perantara.
 Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, Perusahaan mendirikan yayasan sendiri
dibawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupaka adopsi dari model yang lazm diterapkan di
perusahaan-perusahaan di negara maju.
 Bermitra dengan pihak lain, Perusahaan menyelenggarakan tanggung jawab sosial melalui
kerjasama dengan lembaga sosial atau organisasi non pemerintah, Instansi Pemerintah, Universitas atau
media masa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
 Mendukung atau bergabung dalam suatu Konsorsium, perusahaan turut mendirikan, menjadi
anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.
Lingkungan eksternal mempengaruhi manajer-manajer bervariasi menurut tipe dan tujuan organisasi. Hal
ini berbeda di antara posisi-posisi dan fungsi-fungsi dalam suatu organisasi dan bahkan antara tingkatan-
tingkatan hirarki di dalam organisasi. Karena mempunyai kekuasaan yang lebih besar dan pandangan
yang lebih luas, para manajer di tingkat atas dalam organisasi memikul tanggung jawab lebih besar untuk
pengelolaan hubungan dengan lingkungan eksternal dibanding para manajer tingkatan bawah. Manajer
dan organisasi memberikan tanggapan terhadap lingkungan eksternal.

Lingkungan eksternal mikro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kegiatan
manajemen. Lingkungan eksternal mikro diartikan sebagai factor-faktor di luar rumah tangga produksi atau
dunia usaha yang berpengaruh langsung terhadap kegiatan dunia usaha.

1. Lingkungan eksternal makro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh tidak langsung. Masing-
masing anggota dunia usaha memiliki perbedaan dalam memberikan factor-faktor yang secara kongkret
dapat dimasukkan ke dalam lingkungan eksternal makro atau mikro. Hal ini disebabkan oleh sifat majemuk
kegiatan dunia usaha. Oleh karena itu pertimbangan pemilihan factor eksternal makro dan mikro dilakukan
secara umum. Ada 5 hal yang tercakup dalam lingkungan eksternal makro yaitu:
a. Ekonomi

b. Tehnologi

c. Politik Hukum

d. Sosial Budaya dan

e. Interaksi internasional

4. Tanggung jawab sosial sebuah organisasi atau perusahaan berperan dalam membangun masyarakat
lokal menuju kesejahteraan yang lebih baik. Secara konseptual, tanggungjawab sosial adalah pendekatan
dimana perusahaan mengintegarasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka
dengan para pemangku kepentingan ( stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan.
Meskipun sesungguhnya memiliki pendekatan yang relative berbeda, beberapa nama lain yang memiliki
kemiripan atau bahkan identik dengan tanggung jawab sosial antara lain, investasi sosial perusahaan,
pemberian perusahaan, kedermawanan Perusahaan. Secara teoretis, berbicara mengenai tanggung jawab
yang harus dilaksanakan oleh perusahaan, maka setidaknya akan menyinggung dua makna, yakni
tanggung jawab moral atau etis dan tanggung jawab dalam tanggung jawab yuridis atau hukum.

Anda mungkin juga menyukai