Anda di halaman 1dari 21

PROFESIONALISASI PEMBERIAN PERIZINAN MENDIRIKAN BANGUNAN

PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU


(DPMPTSP) KABUPATEN SEMARANG

Proposal Penelitian

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Prodi Hukum Tata Negara Institut Agama Islam Negeri
Salatiga Guna Memenuhi Tugas Metodologi Penelitian

Dengan Dosen Pembimbing : Dr. Ilyya Muhsin, S. H. I., M. Si.

Disusun Oleh :

Nama : Selly Kristina Damayanti

NIM : 33030170100

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUSI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

TAHUN AJARAN 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta tak lupa
juga kita yang senantiasa selalu istiqomah dan ikhlas untuk menjadi umatnya. Dan atas berkat
rahmat, karunia, dan ridhoi-Nya pula saya dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

Proposal penelitian ini dibuat sebagai syarat memenuhi Ujian Akhir Semester mata
kuliah Metodologi Penelitian dengan judul “Profesionalisasi Pemberian Perizinan Mendirikan
Bangunan Pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Kabupaten Semarang”. Maka dengan ketulusan hati, peneliti ingin mengucapkan rasa terima
kasih yang tak terhingga kepada Dr. Ilyya Muhsin, S. H. I., M. Si. selaku dosen pembimbing
serta kepada teman-teman semua yang telah membantu dalam proses pembuatan proposal ini.

Selain itu, peneliti menyadari pula banyaknya kekurangan dari apa yang telah coba
dipaparkan dan dibahas dalam proposal penelitian ini. Maka dari itu, peneliti, dengan segala
keterbukaan, kerendahan hati, dan juga kelapangan dada, bersedia menerima segala
masukan, baik itu berupa saran ataupun kritik yang dapat membangun peneliti dalam
melangkah dan memutuskan, serta membuat karya lebih baik dan lebih bermanfaat lagi untuk
kemudian hari.

Salatiga,

Peneliti

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG MASALAH...............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................3
C. TUJUAN PENELITIAN...............................................................................................................4
D. MANFAAT PENELITIAN...........................................................................................................4
E. PENEGASAN ISTILAH...............................................................................................................4
F. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................8
G. KERANGKA TEORI..................................................................................................................11
H. METODE PENELITIAN............................................................................................................12
I. SISTEMATIKA PENULISAN....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................18

ii
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan kepada masyarakt yang masuk dalam kerangka negara
Indonesia sebagai negara kesejahteraan (welfare state) dengan tujuan kegiataan
penyelenggaraan kesejahteraan umum (bestuur zorg) dan juga pelaksanaan Undang
Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.1 Pemerintah sebagai perangkat
negara harus mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang baik kepada
masyarakat. Pemerintah yang juga akrab disebut birokrasi (termasuk pemerintah
daerah) selama ini cenderung mendapatan penilaian yang negatif dari masyarakat.
Masyarakat menilai bahwa pelayanan publik yang diselenggarakan oleh birokrat
cenderung lama, berbelit-belit, dengan persyaratan yang rumit dan regulasi yang tidak
fleksibel.
Kondisi ini jelas tidak menguntungkan masyarakat, posisi tawar masyarakat
cenderung lemah mereka hanya menerima produk layanan dari pemerintah tanpa bisa
memberikan kontribusi langsung terhadap produk layanan yang diselenggarakan oleh
pemerintah. Sehingga birokrasi tidaklah dibangun hanya sebagai bangunan semu
untuk melayani diri sendiri, tetapi melayani masyarakat serta menciptakan kondisi
setiap anggota masyarakat yang sejahtera dan mampu berkreatifitas dengan produk
pelayanan tersebut sehingga akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
itu sendiri. Menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan sekaligus peluang,
pemerintah daerah sudah seharusnya menyadari bahwa ada hal yang harus dibenahi
dalam proses administrasi publik terutama terkait dengan pemberian pelayanan
perizinan.
Pelayanan perizinan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks. Definisi
kualitas pelayanan perizinan sendiri juga dapat diambil dari peraturan pemerintah
daerah. Pelayanan perizinan izin mendirikann bangunan digunakan untuk mendukung
seklaigus memberikan legitimasi lembaga perizinan di daerah. Sehingga dapat
memberikan pelayanan secara lebih efektif dan efisien. Pada zaman modern sekarang
ini, banyak sekali dilakukan pembangunan dalam sektor kehidupan. Pembangunan
terjadi menyeluruh diberbagai tempat hingga ke pelosok-pelosok daerah. Kegiatan
pembangunan diharapkan dapat menunjang perekonomian negara, sehingga dapat
mewujudkan kesejahteraan umum. Dalam hal ini pemerintahlah yang mempunyai
tugas dan tanggungjawab untuk mengusahakan kesejahteraan bagi warga negaranya.
Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya itu, menyebabkan begitu banyak
keterlibatan negara (pemerintah) dalam kehidupan warga negaranya, tidak terbatas
berinteraksi, tetapi sekaligus masuk dalam kehidupan warganya. Pemerintah

1
Sutedi Adrian. Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik. (Jakarta: Sinar Grafika,
2010)

1
melaksanakan tugas negara, sementara disisi lain warga juga mempengaruhi
pemerintah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya.2
Pada dasarnya mendirikan bangunan rumah adalah sebuah perbuatan yang
berbahaya, hal ini karena bangunan rumah merupakan tempat bagi manusia
beraktifitas sehari-hari, baik ketika di rumah maupun di kantor. Kriteria bahaya
tersebut muncul ketika bangunan tersebut memiliki sistem tertentu agar tidak roboh
dan mencelakai orang didalam atau sekitarnya. Berbagai macam usaha pembangunan
kota telah dilaksanakan di Indonesia selama ini, namun secara umum diketahui pula
bahwa dibalik hasil pembangunan fisik kota yang menunjang kesejahteraan
masyarakat, tidak sedikit pula dampak pembangunan yang dirasa merugikan
kehidupan fisik dan psikis masyarakat. Bangunan didirikan dengan syarat
pertimbangan dan perhitungan yang matang mengenai bentuk struktur dan kekuatan
bahan yang digunakan. Dengan demikian bangunan tersebut akan kuat atau tidak
rusak/roboh mencelakai orang didalamnya, oleh karena itu peran pemerintah dengan
melalui izin mendirikan bangunan. Menurut Teguh Wicaksono, izin mendirikan
bangunan adalah izin untuk mendirikan, memperbaiki, menambah, mengubah, atau
merenovasi suatu bangunan, termasuk izin kelayakan menggunakan bangunan atau
untuk bangunan yang sudah berdiri yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah.3 Dalam
mendirikan bangunan sangat diperlukan perhitungan-perhitungan yang teliti dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di daerahnya, seperti
mendirikan bangunan yang layak di Kabupaten Semarang harus sesuai dengan
peraturan daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2015 tentang Bangunan
Gedung.
Bangunan yang didirikan tanpa adanya perhitungan mengenai kekuatan
struktur dan bahan maka akan mudah roboh dan menimbulkan bahaya bagi orang
banyak. Dalam rangka melindungi keselamatan masyarakat dari bahaya roboh atau
rusaknya bangunan maka kegiatan pembangunan harus diawasi dari mulai
perencanaan hingga pelaksanaan pembangunannya. Pendirian bangunan boleh
dilakukan tetapi dengan syarat tertentu. Diantara syarat itu salah satunya adalah harus
kuat dari segi konstruksi dan bahan yang digunakan apabila tidak dipenuhi maka
kegiatan mendirikan bangunan itu termasuk kategori memebahayakan keselamatan
masyarakat sehingga izin mendirikan bangunan tidak diberikan.
Secara teori, izin (verguning) didefinisikan sebagai suatu perbuatan
administrasi negara yang memperkenankan perbuatan yang secara umum tidak
dilarang dalam peraturan perundang-undangan asalkan dilakukan sesuai dengan
syarat-syarat tertentu yang ditentukan dalam peraturan hukum yang berlaku.4

2
Y. Sri Pudyatmoko. Perizinan Problem dan Upaya Pembenahan. (Jakarta: PT.
Grasindo, 2009)
3
Teguh Wicaksono. Konsep Pembangunan Perkotaan Indonesia. (Jakarta: LP3IS, 2005)
4
Kusno Wijoyo. Mengurus Izin Mendirikan Bangunan dan Permasalahannya.
(Jakarta: Pemko Bekasi, 2006)
2
Campur tangan pemerintah daerah terhadap kegiatan membangun bangunan
dilaksanakan melalui pemberian izin mendirikan bangunan yang dimohon oleh
anggota masyarakat yang memberikan gambaran bangunan yang akan didirikan
lengkap dengan gambar dan perhitungan struktur konstruksi. Setelah diteliti dan
dipertimbangkan dengan cermat, apabila memenuhi syarat maka izin tersebut
diberikan dan pemohon diwajibkan membayar retribusi guna pemasukan keuangan
negara.
Untuk mendirikan bangunan, masyarakat Kabupaten Semarang wajib
mendasarkan pada izin mendirikan bangunan. Izin mendirikan bangunan tersebut
diatur dalam peraturan daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Bangunan Gedung. Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2) dari peraturan daerah tersebut
menentukan bahwa izin mendirikan, merubah, atau merombak bangunan hanya akan
diberikan oleh Kepala Daerah setelah terlebih dahulu mendapat advis planning dari
Dinas Tata Kota. Hal tersebut diharapkan agar tidak menjadikan rumitnya proses
pelayanan izin dan ditaati saat pelaksanaan kegiatan.
Proses pembuatan izin mendirikan bangunan sudah merupakan hal yang
mendapat perhatian mendasar, termasuk bagi publik di Kabupaten Semarang. Fakta
yang terjadi saat ini, masih dijumpai kelemahan yang secara umum, dalam hal ini
berupa pelayanan aparatur pemerintah yang belum berjalan efektif. Kelemahan
tersebut antara berupa mekanisme pelayanan yang rumit dan tidak sederhana, kurang
adanya kepastian persyaratan administratif, kurang adanya keterbukaan prosedur
dalam memperoleh pelayanan, pelayanan yang kurang efisien, serta masih kurangnya
keadilan dalam pemberian pelayanan, serta adanya beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pelayanan itu sendiri. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh
masyarakat, kemampuan pegawai, peraturan yang diterapkan, dan fasilitas yang
mendukung.Berangkat dari keadaan itulah maka perlu mendapatkan perhatian untuk
diteliti dan dikaji.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep perizinan di kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Semarang ?
2. Bagaimana profesionalisasi penanganan permohonan izin mendirikan bangunan di
Kabupaten Semarang ?
3. Apa maklumat dan standar pelayanan di kantor Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Semarang dan
kesesuaiannya dengan UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik ?
4. Bagaimana mekanisme pelayanan dan pengaduan masyarakat sebagai salah satu
tolok ukur kualitas pelayanan publik di kantor Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Semarang ?
5. Apa kendala yang dihadapi aparatur pemerintah dalam pemberian izin mendirikan
bangunan di Kabupaten Semarang ?

3
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui dan memahami konsep perizinan di kantor DPMPTSP Kabupaten
Semarang.
2. Mengetahui dan memahami profesionalisasi penanganan permohonan izin
mendirikan bangunan di Kabupaten Semarang.
3. Mengetahui dan memahami maklumat dan standar pelayanan di kantor DPMPTSP
Kabupaten Semarang dan kesesuaiannya dengan UU No. 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik.
4. Mengetahui dan memahami mekanisme pelayanan dan pengaduan masyarakat
sebagai salah satu tolok ukur kualitas pelayanan publik di kantor DPMPTSP
Kabupaten Semarang.
5. Mengetahui dan memahami kendala yang dihadapi aparatur pemerintah dalam
pemberian izin mendirikan bangunan di Kabupaten Semarang.

D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
terhadap Profesionalisasi Pemberian Perizinan Mendirikan Bangunan Pada Dinas
Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten
Semarang sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan
ilmu hukum pada umumnya dan dapat dijadikan bahan untuk penelitian yang
selanjutnya yang berhubungan dengan pelayanan izin mendirikan bangunan
pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Kabupaten Semarang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat menambah wawasan bagi
masyarakat dalam pengurusan izin khusunya di bidang pelayanan izin
mendirikan bangunan oleh DPMPTSP.
b. Bagi Penulis
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat menambah wawasan luas
bagi penulis khususnya di bidang Hukum Kenegaraan dan Pemerintahan. Dan
diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan referensi bagi
peneliti dalam bidang pelayanan publik khususnya dalam pelayanan di sektor
administrasi perizinan.

E. PENEGASAN ISTILAH
Agar sejak awal para pembaca dapat secara jelas memperoleh kesamaan
pemahaman mengenai konsep yang terkandung dalam judul “Profesionalisasi
Pemberian Perizinan Mendirikan Bangunan Pada Dinas Penanaman Modal Dan

4
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Semarang” sehingga diantara
pembaca tidak ada yang memberikan makna yang berbeda pada judul ini. Untuk itu
peneliti perlu memaparkan penegasan istilah sebagai berikut :

1. Kualitas Pelayanan Publik


Secara teoritis sinambela mengemukakan tujuan pelayanan publik pada
dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut
kualitas pelayanan prima yang tercermin dari hal-hal sebagai berikut:5
a. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dapat diakses oleh
semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta muda
di mengerti.
b. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
c. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip
efisiensi dan efektivitas.
d. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat
dalam penyelenggaraan pelayanan publik dalam memperhatikan aspirasi,
kebutuhan, dan harapan masyarakat.
e. Kesamaan hak, yakni pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi di lihat
dari aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan
lain-lain.
f. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan
aspek keadilan dalam pemberi dan penerima pelayanan publik.

Gaspez menyatakan kualitas pelayanan terdiri atas sejumlah keistimewaan


produk, baik keistimewaan langsung , maupun keistimewaan atraktif yang
memenuhi keinginan pelanggan dalam memberikan kepuasan atas produk.6
Menurut Gasper karakteristik atau atribut yang harus diperhitungkan dalam
perbaikan kualitas jasa pelayanan ada 10 (dimensi), antara lain berikut :7
a. Kepastian waktu pelayanan, ketepatan waktu yang diharapkan berkaitan
dengan waktu proses atau penyelesaian, pengiriman, penyerahan, jaminan atau
generasi dan menanggapi keluhan.
b. Akurasi pelayanan, akurasi pelayanan berkaitan dengan reabilitas pelayanan,
bebas dari kesalahan-kesalahan.
c. Kesopanan dan keramahan, dalam memberikan pelayanan personil yang
berdada digaris depan yang berinteraksi langsung dengan pelanggan harus
dapat memberikan sentuhan pribadi yang menyenangkan tercermin melalui

5
Kawasa, N. R. (2010). Kinerja Apratur Sipil Negara Dalam Meningkatkan Pelayan Administrasi Di Kantor Camat
Tamoko Kabupaten Sangihe. Jurnal Eksekutif 1,7. Hal: 8
6
Sampara, L. 2000. Manajemen Kualitas Pelayanan. Jakarta: STIA LAN Press. Hal: 17
7
Gaspersz, V. 2002. Manajeman Kualitas Dalam Industri Jasa : PT Geremedia, Jakarta.Hal: 2

5
penampilan, bahasa tubuh dan tutur bahasa yang sopan, ramah, lincah dan
gesit.
d. Tanggung jawab, bertanggung jawab dalam penerimaan pesan atau permintaan
dan penanganan keluhan pelanggan eksternal.
e. Kelengkapan, kelengkapan pelayanan menyangkut lingkup (cakupan)
pelayanan ketersediaan sarana pendukung.
f. Kemudahan mendapatkan pelayanan, kemudahan mendapatkan pelayanan
berkaitan dengan banyaknya petugas yang melayani dan fasilitas yang
mendukung.
g. Pelayanan pribadi, pelayanan pribadi berkaitan dengan ruang/tempat pelayanan
kemudahan, ketersediaan, data/informasi dan petunjuk-petunjuk.
h. Variasi model pelayanan, variasi model pelayanan berkaitan dengan inovasi
untuk memberikan pola baru pelayanan.
i. Atribut pendukung pelayanan, yang dimaksud atribut pendukung pelayanan
dalam hal ini adalah sarana dan prasaran yang memberikan dalam proses
pelayanan.

2. Pelayanan Perizinan
Pelayanan perijinan atau pelayanan administrasi pemerintah didefinisikan
sebagai segala bentuk jasa pelayanan yang pada dasarnya menjadi kewajiban
pemerintah dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan
dilingkungan Badan Usah Milik Negara atau adan Usaha Milik Daerah, baik
dalam rencana upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rencana
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan yang bentuk produk
pelayanannya adalah ijin atau waktu.8
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan pelayanan perizinan adalah segala
bentuk tindakan yang dilakukan oleh instansi pemerintah kepada masyarakat atau
publik yang bersifat legalitas atau melegalkan kepemilikan, hak, keberadaan, dan
kegiatan individu/organisai Ridwan HR mengemukakan bahwa izin adalah
perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan
untuk diterapkan pada peristiwa konkret menurut prosedur dan persyaratan
tertentu. Dari pengertian ini ada beberapa unsur dalam perizinan, yaitu: pertama,
instrumen yuridis: kedua, peraturan perundang-undangan ketiga, organ
pemerintah: keempat, peristiwa konkret: kelima, prosedur dan persyaratan. Fungsi
dan Tujuan Perizinan, Izin sebagai instrumen yuridis yang digunakan oleh
pemerintah untuk memengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang
dianjurkannya guna mencapai suatu tujuan konkret. Sebagai suatu instrumen, izin
berfungsi selaku ujung tombak instrumen hukum sebagai pengarah, perekayasa,
dan perancang masyarakat adil dan makmur itu dijelmakan.9
Jadi lewat pelayanan perizinan bisa kita ketahui bagaimana gambaran
masyarakat yang adil dan makmur itu terwujud. Pelayanan perizinan dilakukan
8
Ratminto, & Winarsih, A. S. 2015. Manajemen Pelayanan. yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 5
9
Totiti, k. R. (2015). Impelmentasi Pasal 16 Peraturan Provinsi Gorontalo Nomor 1 Tahun 2008 Mengenai Izin
Usaha Perikanan di Provinsi Gorontalo. Hal: 6

6
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat, misalnya upaya instansi yang
berwenang dalam memberikan jaminan kepastian hukum atas kepemilikan tanah
atau bangunan yang didirikan olah masyarakat. Diperlukannya Izin Memberikan
Bangunan (IMB) dengan tujuan untuk mendirikan bangunan yang tertib,
keselarasan kenyamanan dan aman dari bangunan itu sendiri terhadap penghuni
maupun lingkungan sekitarnya. Jadi, pelayanan perizinan adalah segala bentuk
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat atau publik yang
bertujuan melegalkan kepemilikan, hak, keberadaan, dan kegiatan individu atau
organisasi.
Menurut Ridwan ada beberapa hambatan yang sering dikeluhkan oleh publik
atau masyarakat yang ingin mengurus perizinan yaitu:10
a. Biaya perizinan
1) Biaya pengurusan izin sangat memberatkan bagi usah kecil, besarnya biaya
perizinan sering kali tidak transparan.
2) Penyebab besarnya biaya disebabkan karena pemohon tidak mengetahui
besar biaya resmi untuk pengurusan izin, dan karena adanya pungutan liar.
b. Waktu
1) Waktu yang diperlukan mengurus izin relatif lama karena prosesnya yang
berbelit-belit.
2) Tidak ada kejelasan kapan izin diselesaikan.
3) Proses perizinan tergantung birokrasi setempat.
c. Persyaratan
1) Persyaratan yang ditetapkan sering kali sulit untuk diperoleh.
2) Persyaratan yang diminta secara berulang-ulang untuk berbagai jenis izin.

3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. Tahun 1998, menjelaskan
yang dimaksud dengan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) termasuk dalam
pemberian izin gedung, rumah dan sebagainya adalah kegiatan peninjauan atau
mengontrol dan memberikan dasar hukum bangunan yang sedang terlaksana dan
pembangunan agar tetap sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah
seperti, memperhatikan koefisien dasar bangunan, koefisien luasnya bangunan ,
koefisien ketinggian bangunan dan pengawasan penggunaan bangunan yang
meliputi pemeriksaan bangunan dalam rangka bisa memenuhi persyaratan
keselamatan bagi lingkungan sekitar dan keselamatan yang menempati bangunan
tersebut.
Jadi, Izin Mendirikan Bangunan iyalah izin yang diberikan kepada pemohon
untuk melakukan kegiatan pembangunan baik itu rumah, gedung dan sebagainya,
yang dapat diterbitkan atau diizinkan apabila rencana bangunan telah dinilai sesuai
dengan peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah yang meliputi
aspek pertahanan, aspek perencanaan, aspek keamanan lingkungan sekitar, aspek
kegunaan bangunan, aspek kenyamanan bagi penghuni dan orang lain yang ada di
10
Hibali, L. (2012). Kemampuan Aparatur Pemerintah Dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Di
Kota Baubau. Thesis. Hal: 4

7
sekitarnya. Salah satu pertimbangan penetapan peraturan izin mendirikan
bangunan adalah agar setiap bangunan memenuhi standar persyaratan teknik baik
itu teknik konstruksi, estetika seta persyaratan lainya sehingga tercipta suatu
rangkaian bangunan yang layak dari segi keselamatan, kenyamanan, keselarasan,
keindahan dan interaksi sosial.
Tujuan dari IMB izin mendirikan bangunan iyalah untuk ketertiban
pembangunan dan untuk mengarahkan pembangunan yang dilaksanakan oleh
pihak pemohon izin, swasta maupun bangunan pemerintah pengendalian melalui
prosedur perizinan, kelayakan lokasi mendirikan bangunan, guna bangunan,
bangunan yang kuat, sehat, bangunan yang indah, aman dan nyaman.
Izin Mendirikan Bangunan atau yang biasa dibilang IMB memiliki dasar
hukum yang mutlak dan harus ditaati sehingga setiap orang yang berniat
mendirikan sebuah bangunan harus memiliki izin terlebih dahulu. Selain itu,
adanya Izin Mendirikan Bangunan berfungsi supaya pemerintah dapat
mengontrol, mengawasi bangunan dalam rangka pendataan fisik kota sebagai
dasar yang sangat berguna bagi perencanaan, pengawasan dan penertiban
pembangunan kota yang terarah dan baik sangat bermanfaat bagi pemilik
bangunan karena dengan adanya IMB memberikan kepastian hukum atas
kepemilikan bangunan, dapat juga dijadikan sebagai jaminan dan bangunan yang
memiliki IMB dapat meningkatkan nilai ekonomis bangunan, kemudian apa bila
sebuah bangunan tidak memiliki IMB maka bangunan tersebut akan dikenakan
tindakan penertiban sesuai dengan peraturan yang berlaku.

F. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
a. Fendy Riadhusae (2012)
Judul penelitian : Efektifitas Pelayanan Satu Pintu (One Stop Service) di
Kabupaten Purbalingga.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem One
Stop Service terkait kemampuan pegawai dan sarana pelayanan terhadap
efektifitas layanan di Kantor Pelayanan Modal dan Perizinan Terpadu (KPMPT)
Kabupaten Purbalingga. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian kuntitatif, dengan metode analisis korelasi dan regresi. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah efektifitas pelayanan publik dan teori
kemampuan pegawai serta teori sarana pelayanan. Hasil penelitian tersebut
adalah kemampuan pegawai dan sarana pelayanan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap efektifitas pelayanan pada Kantor Pelayanan Modal dan
Perizinan Terpadu Kabupaten Purbalingga.11
b. Andry Nurseptianto (2009)
Judul penelitian : Kualitas pelayanan Satu Pintu di Badan Pelayanan perizinan
Terpadu Kota Tegal (Studi tentang Indeks Kepuasan

11
Riadhusae,Fendy. 2012. Efektifitas Pelayanan Satu Pintu (One Stop Service) di Kabupaten Purbalingga.Skripsi.
FISIP Unsoed. Purwokerto

8
Masyarakat Dalam Pelayanan Penyelesaian Masalah
Perizinan).
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kualitas pelayanan publik dalam
penyelesaian perizinan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota
Tegal dalam memberikan kepuasan terhadap masyarakat. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode survey dengan teknik pengambilan sampel
adalah Teknik Aksidental dan Multistage Sampling. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan indikator indeks kepuasan masyarakat sesuai
dengan KepMenpan No 25 Tahun 2004. Hasil dari penelitian ini dapat diketahui
bahwa kualitas pelayanan publik dalam penyelesaian perizinan di Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Tegal dalam memberikan kepuasan
terhadapa masyarakat bempunyai mutu pelayanan bak/memuaskan.12
c. Ngasifudin (2009)
Judul penelitian : Evaluasi Implementasi Sistem Pelayanan Perizinan Terpadu
Satu Pintu (one stop service) pada Dinas Perizinan dan
Penanaman Modal (DPPM) Kabupaten Banjarnegara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah kepatuhan
DPPM kabupaten Banjarnegara terhadap Policy Guideline dalam implementasi
sistem one stop service. Metode penelitian ini yaitu menggunakan metode
kualitatif deskriptif dengan metode wawancara mendalam. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah prosedur pelayanan, kompetensi petugas
dan srana prasarana serta keakuratan atau ketepatan produk. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa DPPM telah memberikan pelayanan sesuai prosedur yang
telah ditetapkan syarat mudah dan transparan, hanya saja belum dilaksanakan
secara maksimal.13
d. Rosi Handayani (2009)
Judul penelitian : Kinerja Organisasi Publik ( Studi Pada Badan Penanaman
Modal Kabupaten Banyumas)
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis kinerja BPM dalam rangka
menciptakan iklim investasi yang kondusif di Kabupaten Banyumas pasca
pengalihan fungsi KPPI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif deskriptif dengan teknik purposive sampling dan snowball
sampling. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kinerja organisasi
publik dengan aspek responsivitas, responsibilitas, kualitas pelayanan dan
akuntabilitas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kinerja organisasi BPM
dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif di Kabupaten
Banyumas adalah cukup baik. Pasca pembentukan BPM hingga saat ini belum

12
Nurseptianto, Andry. 2009. Kualitas pelayanan Satu Pintu di Badan Pelayanan perizinan Terpadu Kota Tegal
(Studi tentang Indeks Kepuasan Masyarakat Dalam Pelayanan Penyelesaian Masalah Perizinan). Skripsi. FISIP
Unsoed. Purwokerto
13
Ngasifudin .2009. Evaluasi Implementasi Sistem Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (one stop service)
pada Dinas Perizinan dan Penanaman Modal (DPPM) Kabupaten Banjarnegara. Skripsi. FISIP Unsoed.
Purwokerto

9
menunjukan adanya perkembangan yang signifikan terhadap kegiatan
penanaman modal di Kabupaten Banyumas.14
e. Suliyanto (2008)
Judul penelitian : Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik
KPPI Kabupaten Purbalingga.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan
masyarakatterhadap pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah
Purbalingga dalam hal ini adalah Kantor Pelayanan Perizinan dan Investasi
(KPPI) Kabupaten Purbalingga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah survey lapangan pada masyarakat sebagai informan yang penting untuk
mengetahui tingkat kepuasan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
indeks kepuasan masyarakat dan indikator pelayanan perizinan dan investasi.
Hasil penelitian ini mengatakan bahwa Pelayanan perizinan dan investasi yang
dilakukan oleh Kantor Pelayanan Perizinan dan Investasi (KPPI) Kabupaten
Purbalingga telah memuaskan. Berdasarkan tingkat kepentingan atas unsur-
unsur pelayanan prosedur pelayanan merupakan unsur yang paling penting
diikuti kinerja petugas, kecepatan dan ketepatan jadwal, biaya yang wajar,
kenyamanan dan paling terakhir adalah fasilitas penunjang.15
f. Nor Khalimah, Puji Astuti dan Supratiwi(2013)
Judul penelitian : Implikasi Penerapan One Stop Service Pelayanan Perizinan
Terpadu Terhadap Meningkatnya Iklim Investasi Di
Kabupaten Kudus.
Tujuan penelitian adalah mengetahui bagimana penerapan one stop
service pada pelayanan perizinan terpadu dan dampak dari OSS terhadap
peningkatan iklim investasi di Kabupaten Kudus. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif yang di latar
belakangi oleh pemikiran rasional dan menekankan pada objektivitas. Teori
yang digunakan yaitu prinsip penyelenggaraan pelayanan publik. Dan hasil
penelitian ini yaitu penerapan One Stop Service (OSS) dalam pelayanan
perizinan terpadu di Kabupaten Kudus dapat dikatakan telah berhasil dijalankan
dengan baik sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dampak
diterapkannya One Stop Service pelayanan perizinan terpadu sangat
mempermudah pelaku dunia usaha yang ada di Kabupaten Kudus. Indikasi
tersebut berdampak positif pada terbukanya peluang iklim investasi di
Kabupaten Kudus semakin membaik. Investasi di Kabupaten yang ada saat ini
dapat dinilai cukup kondusif untuk mendorong perekonomian, terbukti makin
banyak perusahaan baru yang didirikan di Kabupaten Kudus. Namun
keberhasilan serta dampak dari diterapkannya one stop service belum dibarengi
oleh partisipasi dari masyarakat secara optimal sehingga diperlukannya

14
Handayani, Rosi . 2009. Kinerja Organisasi Publik ( Studi Pada Badan Penanaman Modal Kabupaten
Banyumas). Skripsi. FISIP Unsoed. Purwokerto
15
Suliyanto. Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik Kppi Kabupaten
Purbalingga.Purwokerto.2008. Performance.Vol.7 No.2, Hal:  59-85

10
peningkatan sosialisasi dan pelayanan perizinan yang lebih baik dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya.16

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan saya lakukan dapat
dilihat dari fokus penelitian saya yakni konsep perizinan di kantor Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Semarang,
keprofesionalisasi dalam penanganan pemberian perizinan mendirikan bangunan di
Kabupaten Semarang, kemudian maklumat dan standar pelayanan di kantor
DPMPTSP Kabupaten Semarang apakah sudah sesuai atau belum dengan UU No. 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, selanjutnya mekanisme pelayanan yang
dilakukan oleh DPMPTSP Kabupaten Semarang dan pengaduan masyarakat akan
menjadi salah satu tolok ukur kualitas pelayanan publik di kantor DPMPTSP
Kabupaten Semarang, dan yang terakhir ialah kendala yang dihadapi aparatur
pemerintah dalam pemberian izin mendirikan bangunan di Kabupaten Semarang.
 Dalam hal ini saya lebih fokus terhadap hal-hal tersebut karena fakta yang
terjadi saat ini, masih dijumpai kelemahan yang secara umum, dalam hal ini berupa
pelayanan aparatur pemerintah yang belum berjalan efektif. Kelemahan tersebut
antara berupa mekanisme pelayanan yang rumit dan tidak sederhana, kurang adanya
kepastian persyaratan administratif, kurang adanya keterbukaan prosedur dalam
memperoleh pelayanan, pelayanan yang kurang efisien, serta masih kurangnya
keadilan dalam pemberian pelayanan, serta adanya beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pelayanan itu sendiri. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh
masyarakat, kemampuan pegawai, peraturan yang diterapkan, dan fasilitas yang
mendukung.

G. KERANGKA TEORI
Beberapa hal yang masih menjadi sorotan di Kabupaten Semarang saat ini
yaitu mengenai pelayanan publik khususnya pelayanan perizinan. Dalam pelaksanaan
pelayanan perizinan, kualitas pelayanan perizinan di DPMPTSP Kabupaten Semarang
sudah bisa dilihat pada (1) Kabupaten Semarang merupakan salah satu yang memiliki
pelayanan terbaik di Jawa Tengah, (2) Indeks kepuasan masyarakat tentang pelayanan
perizinan di DPMPTSP Kabupaten Semarang dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Namun masih ada beberapa permasalahan yang muncul yaitu
(1) banyaknya bangunan gedung seperti ruko yang dibangun tidak memiliki izin
mendirikan bangunan di Kabupaten Semarang, (2) Kurangnya pemahaman
masyarakat mengenai pembuatan izin mendirikan bangunan sehingga masyarakt tidak
membuat izin mendirikan bangunan karena mals dan beranggapan bahwa prosedurnya
berbelit-belit, tingginya biaya pembuatan, dan sebagainya.
Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik, dijelaskan bahwa pelayanan
publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
16
Nor Khalimah, Puji Astuti dan Supratiwi. Implikasi Penerapan One Stop Service Pelayanan Perizinan Terpadu
Terhadap Meningkatnya Iklim Investasi Di Kabupaten Kudus.2013.Semarang.Jurnal Ilmu Pemerintahan

11
penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Berkaitan masalah yang terjadi berimplikasi pada rendahnya tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
khususnya instansi terkait. Untuk memahami sejauh mana kualitas pelayanan publik
khususnya pada pelayanan pembuatan izin mendirikan bangunan, perlu dilakukan
analisis secara mendalam dengan menganalisis kualitas dan efektivitas pelayanan.
Berdasarkan alasan tersebut memutuskan untuk menggunakan teori yang
mengemukakan bahwa indikator atau dimensi menganalisis kualitas pelayanan izin
mendirikan bangunan meliputi kehandalan, kenampakan fisik/wujud dengan SDM
dan sumber daya lainnya yang memadai, daya tanggap dengan melayani secara tepat,
jaminan dengan etika moral dalam pelayanan, serta empati dengan mengetahui
keinginan dan kebutuhan pengguna layanan.
Dengan menerapkan lima indikator tersebut, akan didapatkan kejelasan
mengenai kualitas dan efektivitas pelayanan publik khususnya pelayanan izin
mendirikan bangunan serta kendala yang terjadi didalamnya.

H. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Pendekatan penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah kualitatif
fenomenologi dengan jenis penelitian lapangan. Penelitian kualitatif menurut
Silalahi didefinisikan sebagai suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah
sosial berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik lengkap yang dibentuk
dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun
dalam sebuah latar alamiah. 17
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi.
Husserl mengartikan fenomenologi sebagai: 1) pengalaman subyektif atau
pengalaman fenomenologikal; 2) suatu studi tentang kesadaran dari perspektif
pokok dari seseorang. Peneliti dengan pendekatan fenomenologis berusaha
memahami makna dari suatu peristiwa dan saling pengaruhnya dengan manusia
dalam situasi tertentu. Istilah fenomenologi sering digunakan sebagai anggapan
umum untuk menunjukkan pada pengalaman subyektif dari berbagai jenis dan tipe
subyek yang ditemui. Dalam arti yang lebih khusus, istilah ini mengacu pada
penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang.
Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus
kepada pengalaman-pengalaman subyektif manusia dan interpretasi-interpretasi
dunia. Dalam hal ini, para fenomenologis ingin memahami bagaimana dunia
muncul kepada orang lain.18
Adapun pengertian dari jenis penelitian lapangan adalah pendekatan yang
bertujuan untuk melihat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai

17
Ulber Silalahi. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Rafika Aditama.

18
Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

12
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu sesuai data yang diperoleh langsung
dari lapangan.

2. Kehadiran Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti ingin menjabarkan maksud dan tujuannya secara
terbuka yakni menerangkan tujuannya untuk meneliti.

3. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian


Penelitian dilakukan secara langsung di kantor Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) di Kabupaten Semarang yang
beralamat Jalan Gatot Subroto No. 104 A, Bandarjo, Ungaran Barat.
Subjek penelitian merupakan informan penelitian yang mampu memberikan
informasi mengenai situasi dan kondisi yang ada sehingga data yang diperoleh
akurat dan terpercaya. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah informan
yang mampu memberikan keterangan terkait dengan kualitas pelayanan
pembuatan izin mendirikan bangunan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Semarang. Adapun subjek penelitian
tersebut antara lain :
1. Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa.
2. Staff atau pegawai DPMPTSP bagian pelayanan izin mendirikan bangunan.
3. Pengguna atau penerima pelayanan izin mendirikan bangunan di DPMPTSP
Kabupaten Semarang.
4.
4. Kebutuhan dan Sumber Data
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan yang berkaitan
dengan pelayanan IMB yakni pegawai pada kantor Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Semarang dan masyarakat. Adapun
informan penelitian yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini terdiri atas:
a. Kepala bidang pelayanan belakang perizinan teknis
b. Staff/Pegawai bidang pelayanan belakang perizinan teknis
c. Masyarakat yang mengurus Izin Mendirikan Bangunan
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi dan
dokumentasi. Seperti visi misi, motto dan struktur organisasi kantor Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Semarang.
Kebutuhan peneliti akan data dapat diperoleh dengan mewawancarai subjek
penelitian dan melakukan dokumentasi.

5. Teknik Pengumpulan Data


Guna memperoleh data dan informasi serta keterangan-keterangan bagi
kepentingan penulis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
instrumen sebagai berikut:
1. Observasi

13
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti. Kegiatan pengamatan terhadap obyek penelitian ini
untuk memperoleh keterangan data yang lebih akurat mengenai hal-hal yang
diteliti serta untuk mengetahui relevasi antara jawaban responden dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan khususnya efektivitas pelayanan pada
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Semarang.
2. Wawancara
Penelitian mengadakan tanya jawab dengan para informan yakni
Kepala bidang pelayanan belakang perizinan teknis, Staff/Pegawai bidang
pelayanan belakang perizinan teknis, dan masyarakat yang mengurus izin
mendirikan bangunan untuk memperoleh data mengenai hal-hal yang ada
kaitannya dengan masalah pembahasan penelitian ini dalam hal melakukan
wawancara digunakan pedoman pertanyaan yang disusun berdasarkan
kepentingan masalah yang diteliti.

3. Dokumentasi
Studi dokumen yaitu cara pengumpulan data dan telaah pustaka,
dimana dokumen-dokumen yang dianggap menunjang dan relevan dengan
permasalahan yang akan diteliti baik berupa literatur, laporan tahunan,
majalah, jurnal, tabel, karya tulis ilmiah dokumen peraturan pemerintah dan
Undang-Undang yang telah tersedia pada lembaga yang terkait dipelajari,
dikaji dan disusun/dikategorikan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh
data guna memberikan informasi berkenan.
6. Analisis Data
Analisis data yang digunakan peneliti ialah model alir yang meliputi 3 tahap
19
:
1) Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung
terus-menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif
berlangsung. Antisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak waktu
penelitiannya memutuskan (seringkal tanpa disadari sepenuhnya) kerangka
konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekatan
pengumpulan data mana yangdipilihnya. Selama pengumpulan data
berlangsung, terjadilan tahapan reduksi selanjutnya (membuat ringkasan,
mengkode, menelusur tema, membuat gugusgugus, membuat partisi, membuat
memo). Reduksi data/transformasi ini berlanjut terus sesudah penelian
lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.
Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan
suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian
19
Milles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992, hlm. 16.

14
rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
Dengan reduksi data peneliti tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi.
Data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka
macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian
singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya.
Kadangkala dapat juga mengubah data ke dalam angka-angka atau
peringkatperingkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana.
2) Penyajian Data
Miles & Huberman membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Mereka meyakini bahwa penyajian-penyajian yang
lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid,
yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya
dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk
39 yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang penganalisis dapat
melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan
yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran
yang dikisahkan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.
3) Menarik Kesimpulan
Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah sebagian
dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat
pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama
ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin
menjadi begitu seksama dan menghabiskan tenaga dengan peninjauan kembali
serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan
kesepakatan intersubjektif atau juga upaya-upaya yang luas untuk
menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain.
Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data yang lain harus diuji
kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan
validitasnya. Kesimpulan akhir tidak hanya terjadi pada waktu proses
pengumpulan data saja, akan tetapi perlu diverifikasi agar benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini, keabsahan data dicek menggunakan tenik trianggulasi.
Teknik trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan berbagai sumber diluar data sebagai bahan perbandingan.
Kemudian dilakukan cross check agar hasil penelitian dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua
triangulasi yaitu triangulasi sumber data dan trianggulasi metode. Hal ini sesuai
dengan saran Faisal untuk mencapai standar kredibilitas hasil penelitian setidak-
tidaknya menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi metode.20
8. Tahap-Tahap Penelitian
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2011),hal: 273-275

15
Penelitian ini menggunakan empat tahap penelitian yaitu :
(1) Tahap Pra Lapangan
Tahap persiapan yang terdiri dari penjajakan lapangan, mengurus ijin
penelitian, penyusunan proposal, ujian proposal, dan revisi proposal.
(2) Tahap Pekerjaan lapangan atau pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti memahami fenomena yang terjadi dilapangan
untuk direkam sebagai data penelitian, terlibat langsung dalam penelitian
karena ini adalah penelitian kualitatif sehingga peneliti sebagai pengumpul
data langsung.
(3) Tahap Analisis Data.
Pada tahap ini membutuhkan ketekunan dalam observasi dan
wawancara untuk mendapatkan data tentang berbagai hal yang dibutuhkan
dalam penelitian; pengecekan keabsahan data menggunakan tiga triangulasi
yaitu triangulasi sumber data, metode dan waktu.
(4) Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian merupakan tahap akhir dari sebuah penelitian data
yang sudah diolah disusun, disimpulkan, divertifikasi, selanjutnya disajikan
dalam bentuk penulisan laporan penelitian. Kemudian peneliti melakukan
pengecekan, agar hasil penelitian mendapat kepercayaan dari informan dan
benar-benar valid.

I. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan skripsi yang berjudul “Profesionalisasi Pemberian Perizinan
Mendirikan Bangunan Pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Semarang” yaitu :
a. Bab I merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan yang di dalamnya terdapat
keterangan keterangan yang mendukung untuk terealisasinya penelitan.
b. Bab II berisi tentang teori yang digunakan untuk menganalisis data.
c. Bab III yakni data yang memperoleh yang membahas tentang konsep perizinan di
kantor DPMPTSP Kabupaten Semarang, efektivitas penanganan permohonan izin
mendirikan bangunan di Kabupaten Semarang, maklumat dan standar pelayanan di
kantor DPMPTSP Kabupaten Semarang dan kesesuaiannya dengan UU No. 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, mekanisme pelayanan dan pengaduan
masyarakat sebagai salah satu tolok ukur kualitas pelayanan publik di kantor
DPMPTSP Kabupaten Semarang, dan kendala yang dihadapi aparatur pemerintah
dalam pemberian izin mendirikan bangunan di Kabupaten Semarang.
d. Bab IV berisi tentang tinjauan rumusan masalah menggunakan teori yang ada di
Bab II.
e. Bab V penutup yang berisi tentang muatan kesimpulan dari skripsi ini dan saran-
saran yang diperoleh dari hasil skripsi.

16
DAFTAR PUSTAKA

17
Adrian, S. (2010). Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta: Sinar
Grafika.
Gaspersz, V. 2002. Manajeman Kualitas Dalam Industri Jasa, Jakarta : PT Gramedia
Handayani, Rosi . 2009. Kinerja Organisasi Publik ( Studi Pada Badan Penanaman
Modal Kabupaten Banyumas). Skripsi. FISIP Unsoed. Purwokerto.
Hibali, L. (2012). Kemampuan Aparatur Pemerintah Dalam Pelayanan Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) Di Kota Baubau. Thesis.
Huberman, dan Milles. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1992.
Kawasa, N. R. (2010). Kinerja Apratur Sipil Negara Dalam Meningkatkan Pelayan
Administrasi Di Kantor Camat Tamoko Kabupaten Sangihe. Jurnal Eksekutif 1,7
Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya
Ngasifudin .2009. Evaluasi Implementasi Sistem Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (one stop service) pada Dinas Perizinan dan Penanaman Modal (DPPM) Kabupaten
Banjarnegara. Skripsi. FISIP Unsoed. Purwokerto.
Nor Khalimah, Puji Astuti dan Supratiwi. Implikasi Penerapan One Stop Service
Pelayanan Perizinan Terpadu Terhadap Meningkatnya Iklim Investasi Di Kabupaten Kudus.
2013. Semarang. Jurnal Ilmu Pemerintahan.
Nurseptianto, Andry. 2009. Kualitas pelayanan Satu Pintu di Badan Pelayanan
perizinan Terpadu Kota Tegal (Studi tentang Indeks Kepuasan Masyarakat Dalam
Pelayanan Penyelesaian Masalah Perizinan). Skripsi. FISIP Unsoed. Purwokerto.
Pudyatmoko, Y. S. (2009). Perizinan Problem dan Upaya Pembenahan. Jakarta: PT.
Grasindo.
Ratminto, & Winarsih, A. S. 2015. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Riadhusae,Fendy. 2012. Efektifitas Pelayanan Satu Pintu (One Stop Service) di
Kabupaten Purbalingga.Skripsi. FISIP Unsoed. Purwokerto.
Sampara, L. 2000. Manajemen Kualitas Pelayanan. Jakarta: STIA LAN Press.
Siagian,S.P. 2001. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Silalahi, U. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Rafika Aditama.
Suliyanto. Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik KPPI
Kabupaten Purbalingga.Purwokerto.2008. Performance.Vol.7 No.2.
Totiti, k. R. (2015). Impelmentasi Pasal 16 Peraturan Provinsi Gorontalo Nomor 1
Tahun 2008 Mengenai Izin Usaha Perikanan di Provinsi Gorontalo.
Wicaksono, T. (2005). Konsep Pembangunan Perkotaan Indonesia. Jakarta: LP3IS.
Wijoyo, Kusno. Mengurus Izin Mendirikan Bangunan dan Permasalahannya.
(Jakarta: Pemko Bekasi, 2006).

18

Anda mungkin juga menyukai