Anda di halaman 1dari 5

Nama: Aisyah Fahria Istiazah

Nim: DK23004
Prodi: D-III Keperawatan
MK: Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan

Teori Manajemen
Teori manajemen adalah kumpulan ide dan konsep yang menjelaskan bagaimana organisasi
dan orang-orang di dalamnya dapat berfungsi secara efektif dan mencapai tujuan bersama.
Di bawah ini adalah beberapa teori manajemen yang umum.

1. Teori Manajemen Ilmiah (Frederick Winslow Taylor)


Manajemen ilmiah dikembangkan oleh Frederick W. Taylor pada awal abad ke-20.
Pendekatan ini menekankan pada peningkatan efisiensi melalui standarisasi proses kerja,
pemilihan pekerja yang sesuai, pelatihan, dan insentif berdasarkan kinerja. Taylor menyadari
bahwa dengan menganalisis secara ilmiah proses kerja, manajer dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas melalui spesialisasi pekerjaan, analisis waktu dan pergerakan, serta insentif
pekerja.

2.Teori Hubungan Manusia (Elton Mayo)


Menekankan pentingnya pengaruh kelompok sosial terhadap motivasi dan kepuasan serta
kinerja karyawan.

3. Teori X dan Y (Douglas McGregor)


Dua asumsi tentang sifat manusia dan motivasinya.

4.Teori Manajemen Sistem (Ludwig von Bertalanffy)


Teori manajemen sistem menekankan bahwa organisasi adalah sistem yang kompleks dan
saling terkait. Pendekatan ini menyoroti pentingnya memahami interaksi antara berbagai
elemen organisasi, termasuk manusia, struktur, proses, dan lingkungan eksternal. Teori ini
membantu manajer memahami dampak perubahan di satu bagian organisasi terhadap
keseluruhan sistem. Memandang organisasi sebagai sistem terbuka yang berinteraksi dengan
lingkungannya.

5. Teori ini menekankan pentingnya jaringan dan umpan balik dalam sistem organisasi. Teori
Kontingensi (Fred Fiedler) Tidak ada cara terbaik untuk memimpin sebuah organisasi.
Pendekatan terbaik bergantung pada situasi dan konteks organisasi Anda.

7. Teori Neo-Institusionalis (John Mayer dan Brian Rowan) Bagaimana organisasi


dipengaruhi oleh norma dan nilai sosial di lingkungannya.

8. Teori Pemangku Kepentingan (R. Edward Freeman) Menekankan pentingnya


mempertimbangkan kepentingan seluruh pemangku kepentingan dalam suatu organisasi,
antara lain: Contoh: karyawan, pelanggan, pemasok, masyarakat.
Teori birokrasi dari Webber

Rasionalitas: Weber menganggap birokrasi sebagai bentuk organisasi paling rasional dalam
masyarakat modern. Rasionalitas ini terutama berfokus pada rasionalitas instrumental,
menekankan penggunaan cara yang paling efisien untuk mencapai tujuan tertentu.

Otoritas rasional-legal: Menurut Weber, kewenangan dalam birokrasi didasarkan pada


peraturan dan ketentuan yang ditetapkan secara formal. Artinya, keputusan diambil
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, bukan berdasarkan preferensi atau
kepentingan pribadi.

Pembedaan hierarki: Weber menekankan pentingnya hierarki dalam struktur birokrasi.


Birokrasi terdiri dari berbagai tingkat, masing-masing dengan tanggung jawab dan
wewenang yang berbeda.

Pembedaan tugas: Tugas birokrasi dibagi menjadi bidang tugas yang spesifik dan terdefinisi
dengan baik. Setiap anggota organisasi mempunyai tanggung jawab yang jelas dan berkaitan
dengan bidang keahliannya.

Impersonalitas: Interaksi dalam birokrasi haruslah tidak manusiawi. Artinya keputusan dan
tindakan tidak boleh dipengaruhi oleh faktor pribadi seperti hubungan pribadi atau preferensi
pribadi.

Karir Berdasarkan Kualifikasi: Weber menekankan bahwa promosi dan evaluasi dalam
organisasi birokrasi harus didasarkan pada kualifikasi dan prestasi kerja, bukan pada faktor-
faktor seperti nepotisme atau hubungan pribadi.

Spesialisasi dan Profesionalisme: Birokrasi memerlukan keahlian dan profesionalisme dalam


melaksanakan tugas. Artinya anggota organisasi mempunyai keterampilan dan pengetahuan
khusus di bidangnya masing-masing.

Tujuan dari ajaran birokrasi Weber bisa dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut:

1. Efisiensi:
Salah satu tujuan utama teori birokrasi adalah menciptakan pokok yayasan yang efisien.
Dengan membudayakan pemberian kerja yang jelas, hirarki yang terstruktur, aturan dan
prosedur standar, serta keahlian bagian dalam pekerjaan, birokrasi bertujuan kepada
memperteguh inspirasi dan mengurangi pemborosan waktu, sumber daya, dan energi.

2. Prediktabilitas:
Melalui pelaksanaan aturan yang konsisten dan kebijakan yang terstandarisasi, birokrasi
menciptakan lingkungan yang bisa diprediksi. Hal ini memungkinkan untuk memperkirakan
hasil dari tindakan dan keputusan tertentu, sehingga meminimalkan ketidakpastian dan
meningkatkan kepercayaan dalam afiliasi organisasi.

3. Kontrol:
Birokrasi bertujuan untuk menciptakan pokok kekuasaan yang membangun untuk mengikuti
kapabilitas dan aktivitas organisasi. Dengan memperuntukkan struktur hierarkis yang
kategoris dan daya upaya kontrol yang terstandarisasi, birokrasi memungkinkan manajer
untuk melacak kemajuan, mengidentifikasi masalah, dan mengambil tindakan korektif jika
diperlukan.

4. Keadilan dan Kesetaraan:


Weber memusatkan pentingnya impersonalitas bagian dalam birokrasi, yang bermakna
bahwa pernyataan dan sepak terjang didasarkan muka ukuran objektif, bukan opsi personal
atau emosi. Ini menulis rat di mana semua manusia diperlakukan secara adil dan setara, tanpa
memindai anggota-anggota seumpama macam kelamin, ras, atau teras penjuru sosial.

5. Kinerja dan Prestasi:


Birokrasi memusatkan pentingnya kapabilitas dan penampilan serupa pokok kepada
advertensi dan penghargaan. Dengan menyemangati nasib berdasarkan merit, bukan aliansi
pribadi, birokrasi menciptakan insentif bagi manusia untuk hidup keras dan mencapai hasil
yang baik.

Meskipun tujuan teori birokrasi Weber adalah menulis pokok organisasi yang efisien,
rasional, dan terkendali, dia juga mendeteksi bahwa birokrasi tidak tuntas dan bisa memiliki
kelemahan. Misalnya, birokrasi bisa menjabat terlalu banyak dan cenderung ke arah
kelambanan, kekakuan, serta kurangnya inovasi. Oleh karena itu, Weber menekankan
perlunya kesetaraan antara keefisienan birokrasi dan fleksibilitas untuk mengatasi situasi
yang berubah.

Teori Mc Gregor

Teori X dan Y dari Douglas Mc Gregor


menjelaskan tentang pandangan yang berbeda mengenai manusia dalam organisasi.
Teori X merupakan pandangan tradisional, dimana melihat perilaku manusia dalam
lingkungan pekerjaan yang telah membudaya. Pada dasarnya Teori X melihat manusia dalam
organisasi dari sisi negatif, merupakan pengandaian bahwa karyawan tidak menyukai
pekerjaan, lari dari tanggung jawab dan harus dipaksa agar menunjukkan prestasi. Menurut
teori X beranggapan bahwa:
1. Pada umumnya manusia tidak suka bekerja, malas dan bila mungkin akan menghindari
pekerjaan. Hal ini tertanam kuat dalam setiap diri individu.
2. Karena tidak suka bekerja, malas, orang harus dipaksa, dikendalikan, dikuasai, diajari,
bahkan diancam dengan sanksi atau hukuman, berbisnis, bergerak untuk mencapai
kehidupannya.
3. Biasanya orang-orang dalam organisasi
ingin menghindari tanggung jawab, ambisinya kecil, jadi ingin dipimpin, dipimpin.
4. Kebanyakan orang menginginkan
keamanan untuk segalanya.

Teori Y merupakan kebalikan dari teori X,


merupakan cara pandang manusia yang lebih
modern, melihat manusia dari sisi positif. Teori Y beranggapan bahwa :
1. Orang-orang sebagai anggota organisasi
pada dasarnya menyukai dan menyukai pekerjaan. Mereka tidak mempunyai beban
karena bekerja sama dengan bermain, istirahat.
2. Seseorang dapat mengatur dirinya sendiri tanpa pengawasan dan memberikan pelayanan
untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka menepati janjinya sehingga tidak perlu ada sanksi.
3. Rata-rata orang dapat belajar menerima
dengan baik bahkan bertanggung jawab.
4. Orang-orang dalam organisasi mampu
membuat keputusan inovatif, sangat imajinatif, mampu dan kreatif memecahkan masalah
organisasi.
5. Dalam lingkungan industri modern,
organisasi menggunakan potensi intelektualnya hanya sebagian.
Dari penjelasan di atas kita melihat bahwa teori Y lebih dinamis karena menunjukkan
kemungkinan pertumbuhan dan perkembangan individu. Dia menekankan perlunya
penyesuaian selektif.

Scientific management Taylor

Pengelolaan ilmiah atau scientific management adalah sebuah teori manajemen yang
dikembangkan oleh Frederick Winslow Taylor pada akhir abad ke- 19 dan awal abad ke- 20.
Teori ini bertujuan untuk mengoptimalkan produktivitas dan efisiensi dalam konteks industri.
Pendekatan Taylor berfokus pada studi ilmiah mengenai metode kerja untuk mengidentifikasi
cara paling efisien dalam melakukan tugas- tugas tertentu.

Salah satu prinsip utama dari scientific management adalah melakukan studi waktu dan
gerakan (time and motion studies) untuk mengidentifikasi setiap langkah dalam proses
produksi dan menentukan waktu yang paling efisien untuk menyelesaikannya. Melalui
pendekatan ini, Taylor mempromosikan penggunaan metode kerja yang paling efisien dan
menghilangkan waktu- waktu yang dianggap sia- sia dalam proses produksi.

Selain itu, scientific management juga menganjurkan pembagian kerja (division of labor)
yang jelas dan efisien, di mana tugas- tugas dibagi menjadi bagian- bagian yang lebih kecil
sehingga setiap pekerja dapat fokus pada tugas- tugas yang spesifik dan dapat mereka
lakukan dengan lebih efisien. Dengan pembagian kerja yang baik, diharapkan produktivitas
dan efisiensi dapat meningkat secara signifikan.

Taylor juga menekankan pentingnya standarisasi alat dan prosedur dalam scientific
management. Dengan menetapkan standar yang jelas untuk alat- alat dan prosedur kerja,
perusahaan dapat memastikan konsistensi dalam kualitas dan efisiensi produksi. Standarisasi
ini juga memudahkan pelatihan karyawan baru dan mempercepat proses pembelajaran.

Selain itu, dalam sistem scientific management, insentif keuangan juga diberikan kepada
pekerja untuk meningkatkan produktivitas mereka. Taylor percaya bahwa memberikan
insentif finansial, seperti bonus atau sistem pengupahan berbasis kinerja, dapat mendorong
pekerja untuk bekerja lebih keras dan lebih efisien.

Meskipun scientific management telah membawa revolusi dalam praktik manajemen,


terutama di sektor industri, pendekatan ini juga menghadapi kritik. Beberapa kritikus
menyoroti bahwa pendekatan Taylor terlalu mekanistik dan mengabaikan kesejahteraan
pekerja. Kritik juga muncul terkait dengan kekurangan fleksibilitas dalam sistem ini, yang
mungkin tidak cocok dengan lingkungan kerja yang berubah dengan cepat.

Meskipun demikian, pengaruh scientific management dalam pengembangan teori dan praktik
manajemen tetap signifikan, dan banyak prinsip yang diajukan oleh Taylor masih relevan
dalam konteks manajemen modern saat ini.

Anda mungkin juga menyukai