Anda di halaman 1dari 51

GAMBARAN PERILAKU KELUARGA TERHADAP

PENGGUNAAN JAMBAN DI DESA CATUR


KARYA DUSUN 2 JATILUIH
KECAMATAN BALINGGI
KABUPATEN PARIGI
MOUTONG

PROPOSAL

DIAJUKAN OLEH:

DESAK AYU SINTA SARI


PK 115 016 005

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INDONESIA JAYA
PALU, 2020

i
GAMBARAN PERILAKU KELUARGA TERHADAP
PENGGUNAAN JAMBAN DI DESA CATUR
KARYA DUSUN 2 JATILUIH
KECAMATAN BALINGGI
KABUPATEN PARIGI
MOUTONG

PROPOSAL

OLEH:

DESAK AYU SINTA SARI


PK 115 016 005

Dosen Pembimbing I

Ns. Freny Ravika Mbaloto,M.kep Tanggal,...............2020


NIDN.0904028602

Dosen Pembimbing II

Ns.Jumain , M.Kep Tanggal,...............2020


NIDN. 0918108503

Ketua STIK Indonesia Jaya

Dr. Esron Sirait, SE.,M. Kes Tanggal,...............2020

i
NIDN. 9990414471
DAFTAR ISI
Isi Hal

HALAMAN JUDUL......................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................5
C. Tujuan Penelitian................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................8

A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku......................................................8


B. Tinjauan Umum Tentang Jamban....................................................... 21
C. Landasan Teori...................................................................................28
D. Kerangka Pikir....................................................................................30

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................31


A. Jenis Penelitian...................................................................................31
B. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................31
C. Variabel dan Definisi Operasional......................................................31
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data.....................................................33
E. Pengolahan Data.................................................................................35
F. Analisa Data.......................................................................................36
G. Penyajian Data....................................................................................36
H. Populasi dan Sampel..........................................................................37

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................38

LAMPIRAN

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan era globalisasi, serta adanya transisi demografi dan

epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan

gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cendrung akan

semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek

pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa

kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor

perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30 – 35 % terhadap derajat

kesehatan (Manda, 2010) Salah satu perilaku sehat dapat diwujudkan dengan

membuang kotoran manusia (tinja) atau BAB dengan cara sehat atau pada

tempatnya, seperti jamban. Perilaku menggunakan jamban merupakan cara

yang paling efektif, sederhana dan murah untuk mencegah berbagai macam

penyakit akibat kotoran manusia (tinja) (Maryunani, 2013). Pembuangan tinja

menggunakan jamban perlu mendapat perhatian khusus karena tinja

merupakan salah satu bahan buangan yang jika dibuang sembarangan akan

banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media

bibit penyakit. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran ingkungan pada

sumber air dan bau busuk serta estetika. (Anwar Daud, 2010). Perilaku Buang

Air Besar Sembarangan (BABs) dan tidak menggunakan jamban masih

banyak ditemukan pada masyarakat karena beberapa faktor. Penyebab masih

banyak ditemukannya penduduk yang buang air besar di area terbuka karena

1
pengetahuan yang kurang, tingkat sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan

di bidang kesehatan lingkungan yang kurang, dan kebiasaan buruk dalam

pembuangan kotoran manusia yang diturunkan dari generasi ke generasi

(Chandra, 2012).

Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup

besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak

sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) yang dicanangkan oleh Departemen Kesehatan (Kemenkes

RI, 2011). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan

perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,

yang menjadikan seseorang, rumah tangga, kelompok atau masyarakat

mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di lingkungan kesehatan dan

berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Salah satu perilaku

yang harus di praktikkan dalam tatanan PHBS rumah tangga adalah

penggunaan jamban sehat atau stop buang air besar sembarangan, namun

perilaku buang air besar sembarangan (BABs) belum dapat terselesaikan pada

akhir tahun 2014 sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014. (Kemenkes RI, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) dan United Nations

Children's Emergency Fund (UNICEF) dalam Progress on Sanitation and

Drinking Water pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1.1 milyar orang atau

17% penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka. Dari data tersebut

di atas sebesar 81% penduduk yang buang air besar sembarangan (BABS)

2
terdapat di 10 negara dan Indonesia sebagai negara kedua terbanyak

ditemukannya masyarakat yang membuang air besar di area terbuka yaitu

sebesar 5% (WHO & UNICEF,2014).

Data yang diperoleh dari hasil monitoring Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM) tahun 2018 menyebutkan bahwa dari 34 provinsi di

indonesia terdapat sekitar 45.739.765 keluarga menggunakan akses jamban

sehat permanen, 11.556.066 yang menggunakan akses jamban sehat semi

permanen, 5.715. 263 keluarga masih menumpang jamban sehat dan terdapat

8.379.058 keluarga yang masih buang air besar sembarangan dengan

persentase akses jamban keluarga di indonesia masih (79.13 %).

Di provinsi sulawesi tengah masih terdapat 425.757 keluarga yang

menggunakan jamban sehat permanen, 97.300 keluarga menggunakan jamban

sehat semi permanen, 48.232 keluarga yang masih menumpan di jamban

sehat dan 144.199 keluarga yang masih buang air besar sembarangan dengan

persentase akses keluarga yang menggunakan jamban di provinsi sulawesi

tengah masih (76.04%) (Kemenkes RI, 2018). Sementara data yang di

peroleh dari Puskesmas Desa Catur Karya Kecamatan Balinggi, khusus

Dusun 2 Jatiluih jumlah kepala keluarga yang ada di dusun ini berjumlah 60

KK, 28 diantaranya menggunakan jamban sehat yang dibangun sendiri, 20

KK baru mendapat bantuan pembangunan jamban dari pemerintah dan 12

diantaranya belum mempunyai jamban dan masih Buang Air Besar

Sembarangan (BABs).

3
Perilaku seseorang dalam menggunakan jamban dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Adanya peningkatan jumlah penduduk dan pemukiman yang

tidak diiringi dengan perilaku penggunaan jamban yang baik. Diperkirakan

seseorang menghasilkan kotoran atau tinja rata-rata sehari 330 gram. Apabila

di Indonesia terdapat 200.000.000 penduduk yang tidak memiliki jamban,

maka setiap hari jumlah kotoran atau tinja yang dihasilkan dan dibuang di

lingkungan terbuka sekitar 194.000 ton. Hal ini akan semakin memperburuk

masalah sanitasi khususnya tentang pengelolaan kotoran manusia. Kondisi

tersebut banyak ditemui pada masyarakat di daerah pedesaan atau daerah

kumuh perkotaan (Notoatmodjo, 2011).

Penelitian sebelumya yang dilakukan oleh Masjuniarty (2010) tentang

Perilaku Masyarakat tentang Pemanfaatan Jamban Keluarga di Wilayah Kerja

Puskesmas Cangadi Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng di dapatkan

hasil dari 366 responden 39,9% yang memiliki tingkat pengetahuan cukup

dan lainnya 60,1% pengetahuannya kurang. Kemudian sikap responden

tentang pemanfaatan jamban baru 71,9% yang bersikap baik sedangkan

bersikap buruk 28,1%. Tindakan responden tentang pemanfaatan jamban

keluarga 68,9% memiliki tindakan positif sedangkan 31,1% memiliki

tindakan negatif. Responden yang memiliki jamban keluarga hanya 34,7%

dan tidak memiliki jamban 65,3%. Responden yang memanfaatkan jamban

keluarga 44,8% sedangkan yang tidak memanfaatkan 55,2%. Selain itu dari

penelitian yang dilakukan Widagdo & Horhoruw (2014) tentang Perilaku

Kepala Keluarga dalam Menggunakan Jamban di Desa Tawiri Kecamatan

4
Teluk Ambon Kota Ambon didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki

pengetahuan baik adalah 61,3% dan yang berpengetahuan kurang 38,7%.

Kemudian sikap responden yang memiliki sikap positif adalalah 58,1% dan

yang bersikap negatif 4,9% dan ketersediaan jamban dirumah sebesar 76,3%.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Musriyati (2018) didapatkan hasil

dari 87 responden 51 responden (59%) berperilaku negatif dan 38 responden

(41%) berperilaku positif.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di Dusun 2 Jatiluih Desa Catur

Karya Kecamatan Balinggi di dapatkan hasil, dari 60 KK 28 diantaranya

menggunakan jamban sehat yang dibangun sendiri, 20 KK baru mendapat

bantuan pembangunan jamban dari pemerintah dan 12 diantaranya belum

mempunyai jamban dan masih Buang Air Besar Sembarangan (BABs) dan

tidak menggunakan wc umum yang dibangun pemerintah. Semntara

berdasarkan hasil wawancara awal peneliti dengan 22 orang kepala keluarga

10 diantaranya sudah menggunakan jamban, namun tidak mengetahui

manfaat menggunakan dan tidak menggunakan jamban, sikap mereka adalah

senang karena sudah bisa BAB menggunakan jamban, namun mereka

mengatakan jarang membersihkan jamban jika sudah sering dipakai.

Sedangkan 12 diantaranya mengatakan tidak mempunyai jamban dengan

alasan belum ada pembebasan lahan, mereka mengatakan sama sekali tidak

mengetahui akibat dari buang air besar sembarangan, sikap dan tindakan yang

mereka lakukan adalah membuang air besar disungai dengan alasan cepat dan

5
praktis. Walaupun sudah ada wc umum yang di bangun oleh pemerintah,

namun mereka tidak memanfaatkannya.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti tertarik melakukan

penelitian yang berjudul “Gambaran Perilaku Keluarga terhadap Penggunaan

Jamban di Desa Catur Karya Dusun 2 Jatiluih Kecamatan Balinggi

Kabupaten Parigi Moutong “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Keluarga terhadap Penggunaan

Jamban di Desa Catur Karya Dusun 2 Jatiluih Kecamatan Balinggi

Kabupaten Parigi Moutong ?

2. Bagaimanakah Gambaran Sikap Keluarga terhadap Penggunaan Jamban di

Desa Catur Karya Dusun 2 Jatiluih Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi

Moutong ?

3. Bagaimanakah Gambaran Tindakan Keluarga terhadap Penggunaan

Jamban di Desa Catur Karya Dusun 2 Jatiluih Kecamatan Balinggi

Kabupaten Parigi Moutong ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Perilaku Keluarga terhadap

Penggunaan Jamban di Desa Catur Karya Dusun 2 Jatiluih Kecamatan

Balinggi Kabupaten Parigi Moutong.

6
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga terhadap

Penggunaan Jamban di Desa Catur Karya Dusun 2 Jatiluih Kecamatan

Balinggi Kabupaten Parigi Moutong.

b. Untuk mengetahui Gambaran Sikap Keluarga terhadap Penggunaan

Jamban di Desa Catur Karya Dusun 2 Jatiluih Kecamatan Balinggi

Kabupaten Parigi Moutong.

c. Untuk mengetahui Gambaran Tindakan Keluarga terhadap

Penggunaan Jamban di Desa Catur Karya Dusun 2 Jatiluih Kecamatan

Balinggi Kabupaten Parigi Moutong.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dusun 2 Jatiluih

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

(informasi) yang bermanfaat mengenai Gambaran Perilaku Keluarga

terhadap Penggunaan Jamban sehingga dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang sehat.

2. Bagi STIK Indonesia Jaya Palu

Bagi Institusi Pendidikan dapat memberikan sumbangan referensi

di perpustakaan dan dapat dimanfaatkan bagi rekan lain jika melakukan

penelitian dengan judul yang sama.

7
3. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman secara nyata

serta menambah wawasan tentang penerapan metodologi penelitian yang

diperoleh selama perkuliahan.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau

suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik,

durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan

kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan & Dewi,

2010). Secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme

atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. Perilaku

dapat diartikan sebagai suatu aksi reaksi organisme terhadap

lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan

untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan. Rangsangan

tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Perilaku dapat

juga diartikan sebagai aktivitas manusia yang timbul karena adanya

stimulasi dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak

langsung (Notoatmodjo, 2012).

Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2011) merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Pengertian ini dikenal dengan teori „S-O‟R” atau

“Stimulus-Organisme-Respon”. Respon dibedakan menjadi dua yaitu:

9
a. Respon respondent atau reflektif Adalah respon yang dihasilkan oleh

rangsangan-rangsangan tertentu. Biasanya respon yang dihasilkan

bersifat relatif tetap disebut juga eliciting stimuli. Perilaku emosional

yang menetap misalnya orang 11 akan tertawa apabila mendengar kabar

gembira atau lucu, sedih jika mendengar musibah, kehilangan dan gagal

serta minum jika terasa haus.

b. Operan Respon Respon operant atau instrumental respon yang timbul

dan berkembang diikuti oleh stimulus atau rangsangan lain berupa

penguatan. Perangsang perilakunya disebut reinforcing stimuli yang

berfungsi memperkuat respon. Misalnya, petugas kesehatan melakukan

tugasnya dengan baik dikarenakan gaji yang diterima cukup, kerjanya

yang baik menjadi stimulus untuk memperoleh promosi jabatan.

2. Jenis Jenis Perilaku

Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana (2015) :

a. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan

saraf.

b. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif.

c. Perilaku tampak dan tidak tampak.

d. Perilaku sederhana dan kompleks.

e. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.

3. Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan

membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah, atau domain perilaku ini,

10
yakni kognitif (cognitive), afektif (affektive) dan psikomotor

(psychomotor). Kemudian oleh ahli pendidikan di Indonesia, ketiga

domain ini, diterjemahkan ke dalam cipta (kognitif), rasa (afektif), dan

karsa (psikomotor). Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan

pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan

praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2010).

a. Pengetahuan

1) Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, ras, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2014).

2) Tahapan Pengetahaun

a) Tahu (know)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat

peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,

metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.

b) Memahami (comprehension)

11
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi tersebut secara benar.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi (evalution)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

(Wawan dan Dewi M, 2010)

3) Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,

yaitu

a) Pendidikan

12
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi seseorang akan

cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang

masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapatkan

tentang informasi tersebut.

b) Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain banyak

dijumpai dalam kehidupan setiap hari. Dalam penyampaian

informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa

pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan

opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

pengetahuan terhadap hal tersebut.

c) Social budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk dapat

mempengaruhi pengetahuan orang tersebut. Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas

yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

13
d) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik

ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap

individu.

e) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu. Pengalaman

belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan professional.

f) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan

lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan social

serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya

14
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua (Wawan dan Dewi

M, 2010).

4) Pengukuran Pengetahuan

Mengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari

subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang

ingin kita ukur atau ketahui dapat di sesuikan dengan tingkat-tingkat

yang di atas. Mengukur pengetahuan seseorang tentang apapun

hanya dapat di ukur dengan membandingkan pengetahuan orang

tersebut dalam kelompoknya dalam arti luas. Artinya dapat di tarik

suatu pengertian yang di maksud dengan pengetahuan adalah apa

yang telah di ketahui dan di ingat setiap orang setelah mengalami,

menyaksikan, mengamati atau di ajarkan sejak dia lahir sampai

dewasa khususnya setelah ia melakukan pendidikan formal dan non-

formal (Natoatmodjo,2012 ).

Menurut Notoatmodjo (2010) cara pengukuran tingkat pengetahuan

dalam penelitian menggunakan kategoria, yaitu :

a) Baik, bila subyek menjawab dengan benar 76% - 100% dari

seluruh pertanyaan.

b) Cukup, bila subyek menjawab dengan benar 56% - 75% dari

seluruh pertanyaan.

15
c) Kurang, bila subyek menjawab dengan benar <56% dari seluruh

pertanyaan.

b. Sikap

1) Pengertian sikap

Menurut Notoatmodjo (2012), sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan

tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu

merupakan suatu reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.

Sikap mempunyai tiga komponen utama : kesadaran, perasaan dan

perilaku. Keyakinan bahwa ‘‘Diskriminasi itu salah’’ merupakan

sebuah pernytaan evaluatif. Opini semacam ini adalah komponen

kognitif dari sikap yang menentukan tindakan untuk bagian yang

lebih penting dari sebuah sikap komponen efektifnya. Perasaan

adalah segmen emosional atau perasaan dari sebuah sikap dan

tercermin dalam pernyataan seperti ‘‘saya tidak menyukai John

karena dia mendiskriminasi orang-orang minoritas’’. Akhirnya,

perasaan akan menimbulkan hasil akhir dari perilaku. Komponen

perilaku dari sebuah sikap merunjuk pada suatu maksud untuk

berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu

(Notoatmodjo,2014 ).

16
2) Komponen Pokok Sikap

Allport (1954) menjelaskan lebih dalam bahwa sikap itu

mempunyai tiga komponen pokok :

a) Kepercayaan (keyakinan),ide,dan konsep terhadap suatu objek.

b) Kehidupan emosial atau evaluasi terhadap suatu objek.

c) Kecendrungan untuk bertindak (Tend to behave) (Notoatmodjo,

2012).

3) Tahapan Sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:

a) Menerima (receiving).

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima

stimulus yang diberikan (objek).

b) Menanggapi (responding).

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c) Menghargai (valuing).

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai

yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti

membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau

mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

d) Bertanggung jawab (responsible).

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab

terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah

17
mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus

berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan

atau adanya resiko lain (Notoatmodjo, 2014).

4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek

sikap antara lain:

a) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap

akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut

terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memilih sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang

yang dianggap penting tersebut.

c) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah

sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah

mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah

18
yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat

asuhannya.

d) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya fakta disampaikan

secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,

akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan system kepercayaan tidaklah

mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

f) Faktor emosional

Kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego

(Azwar, 2013).

5) Pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak

langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat berupa

pertanyaan atau pernyataan responden terhadap suatu objek,

sedangkan pengukuran secara tidak langsung dapat di lakukan

19
dengan pernyataan- pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan

pendapat responden (Notoatmodjo, 2014).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak

langsung dengan penilaian skor SS = Sangat Setuju (5), S = Setuju

(4), Ragu-ragu (3) TS= Tidak Setuju (2), STS = Sangat Tidak

Setuju (1). Pengukuran sikap secara tidak langsung atau secara

langsung dapat berupa pertanyaan atau pernyataan responden

terhadap suatu objek, sedangkan pengukuran sikap secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis

kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2012).

Hasil pengukuran sikap dimasukkan kedalam kategori penilaian

sebagai berikut :

a) Baik: jika diperoleh skor 80-100%

b) Cukup: jika diperoleh skor 65-79%

c) Kurang baik: jika diperoleh skor <65%.

(Nursalam, 2015).

d. Tindakan

1) Pengertian Tindakan

Teori tindakan merupakan suatu teori dalam memahami tindakan

yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan

dalam suatu keadaan. Ketika tindakan sudah menjadi kebiasaan,

maka secara otomatis tindakan itu akan selalu dijalankan. Namun

ketika tindakan sudah tidak efektif maka akan muncul kepedulian

20
pada teori tindakan serta usaha untuk memperbaikinya (Johnson,

2012).

2) Faktor yang Mempengaruhi Tindakan

Menurut Noorkasiani (2010) tindakan disebabkan oleh beberapa

faktor seperti faktor predisposisi yaitu sikap keyakinan, nilai,

motivasi, dan pengetahuan. Suatu sikap belum tentu otomatis

terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi

suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan sarana

prasarana. Pengalaman pribadi haruslah memberi kesan kuat untuk

dapat menjadi dasar pembentukan sikap. Sikap dan pengetahuan

dapat mempengaruhi tindakan masyarakat.

3) Pengukuran Tindakan

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan seperti persepsi

(perception), respon terpimpin (guided response), mekanisme

(mechanism), dan adopsi (adoption). Pengukuran tindakan dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak

langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan

mengobservasi tindakan atau kegiatan yang dijalankan oleh

responden. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan dalam

rentang waktu tertentu (Notoatmodjo, 2012).

21
Pengukuran aspek tindakan dapat menggunakan skala Likert.

Pengukuran tingkat tindakan seseorang dapat dikategorikan sebagai

berikut :

a) Tingkat tindakan dikatakan baik jika responden mampu

menjawab pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar 76 -

100% dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.

b) Tingkat tindakan dikatakan cukup jika responden mampu

menjawab pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar 56 -

75% dari seluruh pernyataan dalam kuesioner.

c) Tingkat tindakan dikatakan kurang jika responden mampu

menjawab pernyataan pada kuesioner dengan benar sebesar

< 56% dari seluruh pernyataan dalam kuesioner (Budiman, 2013).

B. Tinjaun Umum Tentang Jamban

1. Pengertan Jamban

Jamban merupakan salah satu fasilitas sanitasi dasar yang

dibutuhkan dalam setiap rumah untuk mendukung kesehatan penghuninya

sebagai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat

jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa

yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkanya (Pruverawati, 2012).

Jamban adalah sebuah bangunan yang di pergunakan untuk

membuang kotoran manusia termasuk air seni, dimana dengan jamban

22
yang sehat dapat menghindari semaksimal mungkin akibat negatif yang di

timbulkan oleh kotoran manusia (Depkes RI, 2010).

2. Letak Jamban

Menurut Mubarak (2012) Dalam penentuan letak jamban ada tiga

hal yang harus di perhatikan :

a. Bila daerahnya berlereng, jamban harus dibuat di sebelah bawah dari

letak sumber air, apabila terpaksa di atasnya maka jarak tidak boleh

kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari

sumur.

b. Bila daerahnya datar, jamban sedapat mungkin harus diluar lokasi yang

sering di genangi banjir, maka hendaknya lantai jamban (diatas lubang)

dibuat lebih tinggi dari permukaan air yan tertinggi pada waktu banjir.

c. Mudah dan tidaknya memperoleh air.

4. Persyaratan dan Tipe Sanitasi Jamban Keluarga

Menurut Depkes RI (2010) adapun syarat-syarat yang perlu

diperhatikan dalam pembangunan jamban yang sehat antara lain :

a. Tidak mencemari air minum,letak lubang penanpungan paling sedikit

berjarak 10 meter dari sumber air bersih atau air minum,jika keadaan

tanah berkapur atau tanah liat yang retak-retak pada saat musim

kemarau maka di usahakan jarak jamban tidak kurang dari 15 meter.

b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamak oleh serangga maupun

tikus.

23
c. Air seni tidak mencemari tanah sekitarnya,untuk lantai jamban harus

cukup luas paling sedikit berukuran 1x1 meter,dan di buat cukup

landas atau miring ke arah lubang jongkok.

d. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.

e. Di lengkapi dinding dan atap pelindung,dinding kedap air dan

berwarna terang

f. Cukup penerangan sehingga tidak mudah berkembangbiak nya

berbagai jenis binatang atau serangga.

g. Ventilasi harus cukup baik sehinga sirkulasi udara dapat membuat

ruang jamban tidak berbau dan pemakai jamban lebih merasa nyaman.

h. Adanya air dalam jumlah yang cukup dan memiliki alat pembersih

dalam jamban.

5. Jenis-jenis jamban keluarga.

Jamban yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan yang

terbaik adalah jamban yang tidak menimbulkan bau dan memiliki

kebutuhan air yang tercukupi. Menurut Mubarak (2010), jenis-jenis

jamban dibedakan berdasarkan konstruksi dan cara menggunakannya,

yaitu:

a. Jamban cemplung (Pit latrine).

Bentuk jamban ini adalah paling sederhana yang digunakan masyarakat.

namun kurang sempurna, Jamban cemplung ini hanya terdiri atas

sebuah galian yang di atasnya diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai

jamban ini dapat dibuat dari bambu atau kayu tetapi dapat juga terbuat

24
dari batu bata atau beton. Jamban semacam ini masih menimbulkan

gangguan karena baunya.

b. Jamban plengsengan.

Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang

dihubungkan oleh saluran miring ketempat pembuangan kotoran. Jadi

tempat jongkok dari jamban ini tidak dibuat persis diatas penampungan,

tetapi agak jauh. Jamban semacam ini sedikit lebih baik dan

menguntungkan daripada jamban cemplung karena baunya agak

berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin

c. Jamban bor.

Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat

dengan menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang

disebut bor auger dengan diameter antara 30-40 cm. Jamban bor ini

mempunyai keuntungan, yaitu bau yang ditimbulkan sangat berkurang.

Akan tetapi kerugian jamban bor ini adalah perembesan kotoran akan

lebih jauh dan mengotori air tanah. Angsatrine (Water seal latrine). Di

bawah tempat jongkok jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu alat

yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini

berfungsi mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat

penampungan tidak tercium baunya, karena terhalang oleh air yang

selalu terdapat dalam bagian yang melengkung.

d. Jamban diatas balong (empang)

25
Membuat jamban diatas balong (yang kotorannya dialirkan ke balong)

adalah cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan. tetapi sulit

untuk menghilangkannya, terutama di daerah yang terdapat banyak

balong. Sebelum kita berhasil menerapkan kebiasaan tersebut kepada

kebiasaan yang diharapkan maka cara tersebut dapat diteruskan dengan

persyaratan sebagai berikut:

1) Air dari balong tersebut jangan digunakan untuk mandi

2) Balong tersebut tidak boleh kering

3) Balong hendaknya cukup luas

4) Letak jamban harus sedemikian rupa, sehingga kotoran selalu jatuh

di air

5) Ikan dari balong tersebut jangan di konsumsi

6) Tidak terdapat sumber air minum yang terletak sejajar dengan jarak

15 meter

7) Tidak terdapat tanam-tanaman yang tumbuh di atas permukaan air

e. Jamban septic tank.

Nama septic tank digunakan karena dalam pembuangan kotoran terjadi

proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya

anaerob. Septictank dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta dapat pula

terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya

dengan memasang beberapa sekat atau tembok penghalang) sehingga

dapat memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut. Dalam

26
bak bagian pertama akan terdapat proses penghancuran, pembusukan

dan pengendapan. Dalam bak terdapat tiga macam lapisan yaitu:

1) Lapisan yang terapung, yang terdiri atas kotoran-kotoran padat

2) Lapisan cair

3) Lapisan endapan

Banyak macam jamban yang digunakan tetapi jamban pedesaan di

indonesia pada dasarnya digolongkan menjadi 2 macam yaitu:

1) Jamban tanpa leher angsa

Jamban yang mempunyai bermacam cara pembuangan kotorannya

yaitu:

a) Jamban cubluk, bila kotoranya dibuang ketanah

b) Jamban empang, bila kotorannya dilairkan ke empang

2) Jamban leher angsa.

Jamban ini mempunyai 2 cara pembuangan kotorannya yaitu:

a) Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl

langsung di atas galian penampungan kotoran.

b) Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl

tidak berada langsung di atas galian penampungan kotoran tetapi

dibangun terpisah dan dihubungkan oleh suatu saluran yang

miring ke dalam lubang galian penampungan kotoran.

6. Pengaruh Tinja Terhadap Kesehatan Lingkungan

Pengaruh tinja erat kaitannya terhadap sumber air bersih/ minum

Pembuangan tinja yang tidak pada tempatnya seringkali berhubungan

27
dengan kurangnya penyediaan air bersih. Kondisi-kondisi seperti ini akan

berakibat terhadap kesehatan. Disamping itu dapat pula menimbulkan

pencemaran lingkungan dan bau busuk. Air yang telah tercemar mudah

sekali menjadi media berkembangnya berbagai macam penyakit. Penyakit

menular akibat pencemaran air dapat terjadi karena berbagai macam sebab,

antara lain karena alasan-alasan sebagai berikut :

(Anwar Daud, 2010)

a. Air merupakan tempat berkembang biaknya mikroorganisme termasuk

mikroba patogen.

b. Air yang telah tercemar tidak dapat digunakan sebagai air pembersih,

sedangkan air bersih sudah tidak mencukupi sehingga kebersihan

manusia dan lingkungannya tidak terjamin yang pada akhirnya

menyebabkan manusia mudah terserang penyakit.

7. Penyakit yang ditularkan melalui tinja

Pembuangan tinja disembarang tempat dapat menimbulkan

penularan berbagai penyakit. Adapun penyakit-penyakit yang dikeluarkan/

ditularkan melalui tinja antara lain : Hepatitis A, Polio, Cholera, Diare,

Thypus Abdominalis, Parathypus, Dysentrie Amoeba, Baalantidiasis,

Ascariasis, dan Schistomiasis. (Anwar Daud, 2010).

C. Landasan Teori

Ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, yakni Faktor

Predisposisi (Predisposing factor), Faktor Pemungkin (Enabling factor), dan

Faktor Pendukung (Reinforcing factor). Faktor Predisposisi (Predisposing

28
factor) ini mencakup pengetahuan dan sikap seseorag terhadap sesuatu.

tradisi dan kepercayaan seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi dan sebagainya. Kemudian Faktor Pemungkin (Enabling

factor), faktor- faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat seperti, puskesmas, rumah sakit,

poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek

swasta. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan

terwujudnya perilaku kesehatan. Selanjutnya Faktor Pendukung (Reinforcing

factor), Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,

tokoh agama dan para petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-

undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang

terkait dengan kesehatan.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan

sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu,

ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan juga akan

mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku kesehatan (Lawrence

Green, 1980).

29
Predisposing Faktor

(Faktor predisposisi)

a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Kepercayaan
d. Tradisi
e. Nilai

Enabling Faktor

(faktor kemungkinan)

Ketersediaan sumber- Perilaku Sehat


sumber atau fasilitas.

Reinforcing faktor

(faktor pendukung)

a. Sikap
b. Perilaku petugas
c. Peraturan undang- 30
undang
Gambar 2.1. Landasan teori

Sumber : Modifikasi Lawrence Green (1980) dalam Notoatmojo (2012)

E. Kerangka Pikir

Perilaku keluarga dalam menggunakan jamban dipengaruhi oleh

pengetahuan, sikap dan tindakan yang dimiliki oleh keluarga tersebut. Dalam

penelitian ini, peneliti ingin melihat gambaran perilaku keluarga terhadap

penggunaan jamban.

dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Variabel Penelitian
Perilaku Keluarga Penggunaan Jamban

Gambar 2.2. Kerangka Pikir

31
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran perilaku

keluarga terhadap penggunaan jamban di Desa Catur Karya Dusun 2 Jatiluih

kecamatan balinggi kabupaten parigi moutong

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus Tahun 2020 di

Dusun 2 Jatiluih Desa Catur Karya Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi

Moutong.

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian adalah pengetahuan, sikap dan tindakan

keluarga terhadap penggunaan jamban di Dusun 2 Jatiluih Desa Catur

Karya Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong.

2. Defenisi Operasional

a. Pengetahuan keluarga adalah segala sesuatu yang diketahui dipahami

oleh keluarga dalam menggunakan jamban

Cara Ukur : Pengisian kuesioner

Alat Ukur : Kuesioner

Skala Ukur : Ordinal

32
Hasil ukur :

3 = Baik, bila subyek menjawab dengan benar 76% - 100% dari

seluruh pertanyaan.

2 = Cukup, bila subyek menjawab dengan benar 56% - 75% dari

seluruh pertanyaan.

1 = Kurang, bila subyek menjawab dengan benar <56% dari seluruh

pertanyaan.

b. Sikap keluarga adalah reaksi atau respon yang diberikan keluarga dalam

menggunakan jamban

Cara Ukur : Pengisian kuesioner

Alat Ukur : Kuesioner

Skala Ukur : Ordinal

Hasil ukur :

3 = Sikap baik, jika skor jawaban responden 80- 100%

2 = Sikap cukup, jika skor jawaban responden 65- 79%

1 = Sikap kurang, jika skor jawaban reponden <65%

c. Tindakan keluarga adalah suatu kebiasaan yang dilakukan keluarga

dalam menggunakan jamban

Cara Ukur : Pengisian kuesioner

Alat Ukur : Kuesioner

Skala Ukur : Ordinal

Hasil ukur :

33
3 = baik, jika skor jawaban responden 76- 100%

2 = cukup, jika skor jawaban responden 56- 75%

1 = Sikap kurang, jika skor jawaban reponden <56%

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil pengisian

kuesioner dengan reponden di Dusun 2 Jatiluih Desa Catur karya

Kabupaten Parigi Moutong

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Profil Dusun 2

Jatiluih Desa Catur karya Kabupaten Parigi Moutong

2. Cara pengumpulan data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen yaitu

kuesioner untuk pengumpulan data. Kuesioner dimodifikasi dari penelitian

Masjuniarty (2010) dengan judul Perilaku Masyarakat tentang

Pemanfaatan Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cangadi

Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng dan berdasarkan referensi terkait

Kuesioner terdiri dari 4 bagian, yaitu data responden, kuesioner

pengetahuan, kuesioner sikap dan kuesioner tindakan

Kuesioner pengetahuan terdiri dari 8 item pertanyaan. Kuesioner

pengetahuan menggunakan skala guttman, untuk penilaian diberikan skor

1 untuk pertanyaan yang benar, dan diberikan skor 0 untuk pertanyaan

34
yang salah. Selanjutnya total skor akan dikategorikan menjadi tiga

kategori, baik bila subyek menjawab dengan benar 76% - 100% dari

seluruh pertanyaan, pengetahauan cukup bila subyek menjawab dengan

benar 56% - 75% dari seluruh pertanyaan, pengetahuan kurang bila

subyek menjawab dengan benar <56% dari seluruh pertanyaan.

(Notoadmodjo, 2012).

Kuesioner sikap terdari dari 9 item pernyataan. Kuesioner sikap

menggunakan skala likert, penilaian masing-masing item yang yang terdiri

dari 4 point (sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju). Untuk

penilaian pemberian skor pada pernyataan adalah skor 4 untuk jawaban

sangat setuju, skor 3 untuk jawaban setuju, skor 2 untuk jawaban kurang

setuju, dan skor 1 untuk jawaban tidak tidak setuju. Selanjutnya total skor

akan dikategorikan menjadi tiga kategori, Baik jika diperoleh skor 80 -

100%, Cukup jika diperoleh skor 65 - 79%, Kurang baik jika diperoleh

skor <65%. (Nursalam, 2015).

Kuesioner tindakan terdiri dari 10 item pertanyaan, penilaian

masing-masing item terdiri dari 3 point (A,B,C). Untuk penilaian

pemberian skor pada pertanyaan adalah skor 3 bila responden menjawab

A, skor 2 bila responden menjawab B, dan Skor 3 Bila responden

menjawab C. Selanjutnya total skor akan dikategorikan menjadi tiga

kategori, baik jika diperoleh skor 76-100%, cukup jika diperoleh skor 56-

75% dan kurang jika diperoleh skor <56%. (Budiman, 2013)..

35
Dalam proses penelitian, langkah-langkah yang dilakukan peneliti

dalam melakukan penelitian adalah, peneliti mendatangi responden

pertama dan menjelaskan tujuan kedatangan peneliti. Kemudian

memberikan penjelasan, dan peneliti memberikan lembar permohonan

kepada kepala keluarga untuk dijadikan sebagai responden. Apabila

bersedia, maka responden menandatangani lembar persetujuan untuk

menjadi responden. Setelah itu peneliti memberikan lembar kuesioner.

Dalam pengisian kuesioner, semua jawaban adalah benar-benar hasil

jawaban responden, tidak ada konfirmasi soal ataupun wawancara. Setelah

responden selesai mengisi kuesioner, peneliti kembali memeriksa

kelengkapan jawaban responden, jika sudah lengkap peneliti kemudian

mengucapkan terima kasih kepada responden atas partisipasinya. Setelah

itu peneliti berpamitan kepada responden dan mengucapkan salam.

E. Pengolahan Data

Pengolahan data dengan menggunakan komputer yang dilakukan

dengan beberapa tahapan, yaitu (Notoadmodjo, 2010) :

1. Editing data

Dilakukan untuk memeriksa adanya kesalahan atau kekurangan data

yang diperoleh dari responden.

2. Coding data

Dilakukan untuk memberi kode nomor jawaban yang diisi oleh

responden untuk memudahkan peneliti dalam proses entri data ke program

komputer untuk keperluan analisis.

36
3. Tabulating

Penyusunan atau perhitungan data yang berdasarkan variabel yang

diteliti.

4. Entry data

Memasukkan data ke program komputer untuk keperluan analisis.

5. Cleaning data

Melakukan pengecekan kembali data apakah benar atau salah.

6. Describing

Menggambarkan atau menerangkan data.

F. Analisa Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisa univariat yaitu

untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti yaitu

pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga dalam mmenggunakan jamban

dengan rumus:

f
p= ×100 %
n

Keterangan :

P : persentase

f : frekuensi

n : jumlah sampel

37
G. Penyajian Data

Data dasar yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dan

dikumpulkan menurut variabel yang diteliti kemudian dibuat dalam tabel

distribusi frekuensi serta disajikan secara deskriptif.

H. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang

berada di Dusun 2 Jatiluih Desa Catur Karya 60 orang.

2. Sampel

Penentuan Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus

slovin

N
n=
1+ N ¿ ¿

Keterangan :

n = Ukuran sampel/Jumlah Responden

N = Ukuran Populasi

e = Persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel

yang masih bisa ditoleriratau derajat kepercayaan 95% = 0,05

adapun perhitungan sampel sebagai berikut :

60
n=
1+60 ¿ ¿

38
60
n=
1+60 ¿ ¿

60
n=
1+(60 x 0,0025)

60
n=
1+(60 x 0,0025)

60
n=
1+0,15

60
n=
1,15

n = 52,1 dibulatkan jadi 52

Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 52 orang

b. Kriteria Sampel

1) Kriteria Inklusi

a) Kepala Keluarga

b) Bersedia menjadi responden

c) Responden berumur 18-65 Tahun

2) Kriteria Ekslusi

a) Lanjut usia

b) Responden tidak kooperatif dalam berbicara

c. Teknik pengambilan sampel

Penelitian ini bertempat di Dusun 2 Jatiluih Desa Catur Karya

Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. Metode penelitian

yang digunakan adalah non probability sampling dengan teknik

pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.

39
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, D. 2010. Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. FKM Unhas. Makassar.

Azwar, S. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi Ke 2. Pustaka


Belajar.Yogyakarta.

Budiman dan Riyanto. 2013. Kuesioner perilaku Dalam Penelitian Kesehatan..


Salemba Medika. Jakarta.

Chandra, B. 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.

Depkes RI. 2011. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI. 2010. Peningkatan PHBS Pusat Promosi Kesehatan. Depkes RI.
Jakarta.

Depkes RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Higiene Sanitasi. Dirjen P2PL


Kemenkes. Jakarta.

Johnson, 2012. Penelitian Tindakan. Aditya Media. Yogyakarta.

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta.

Kemenkes RI. 2018. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Review Data dan
Rekomendasi. Kemenkes RI. Jakarta.

Manda. 2010. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan. Dinas Kesehatan Makassar.

Maryunani. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Trans Info Media. Jakarta.

Masjuniarty. 2010. Perilaku Masyarakat Tentang Pemanfaatan Jamban Keluarga


di Wilayah Kerja Puskesmas Cangadi Kecamatan Liliaraja
Kabupaten Soppeng. (Online). http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/3745/1/masjuniarty.pdf. Diakses 11 Juli 2010.

Mubarak. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Salemba Medika. Jakarta.

Mubarak. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Edisi 2. Salemba Medika. Jakarta.

40
Musriyaty. 2018. Perilaku Masyarakat dalam Menggunakan Jamban Bersih dan
Sehat di Dusun Banglandek, Desa Gunung Kesan Kecamatan Karang
Penang.
(Online).https://ejournalwiraraja.com/index.php/FIK/article/view/690.
Diakses 11 Juli 2020.

Noorkasiani dkk. 2010. Sosiologi Keperawatan.Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Notoatmodjo, S,. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.. Rineka Cipta. Jakarta

Notoatmodjo, S,. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S,. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip dasar).


Rineka Cipta. Jakarta

Notoatmodjo, S,. 2011. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta
Jakarta.

Notoatmodjo, S,. 2012. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Rineka Cipta.
Jakarta.

Notoatmodjo, S,. 2012. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S,. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Nursalam, 2015. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Oktaviana. 2015. Faktor-Faktor Perilaku Kesehatan. Aditya Media. Yogyakarta.


Pangabean, P., Sirait, E., Rasiman, N., Subardin., Wartana, I.K., Pelima, R.
(2017). Pedoman penulisan Proposal Skripsi. STIK Indonesia Jaya
Palu. Tidak di publikkasikan

Pruverawati. 2012. Kesehatan Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta.

Wawan A & Dewi M. 2010. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan
perilaku. Nuha Medik. Yogyakarta.

WHO/UNICEF Joint Monitoring Programme for Water Supply and Sanitation,


(2014). Progress on Sanitation and Drinking-water: 2014 Update.
WHO Press, Geneva.

Widagdo & Horhoruw. 2014. Perilaku Kepala Keluarga dalam Menggunakan


Jamban di Desa Tawiri Kecamatan Teluk Ambon Kota Ambon.

41
(Online).https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/view/12737
. Diakses 11 Juli 2020.

Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

KepadaYth,

Bapak/Ibu

DenganHormat,

Saya yang bertandatangandibawahiniadalahMahasiswi Program


StudiIlmuKeperawatan, SekolahTinggiIlmuKesehatan Indonesia Jaya Palu.

NamaPeneliti :Desak Ayu Sinta Sari

NIM : PK 115 016 005

Alamat : jln taipakana BTN Jingga Lend

Akan mengadakanpenelitiandenganjudul“Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap


Pengunaan Jamban Di Desa Catur Karya Dusun 2 Jatiluih Kecamatan Balinggi
Kabupaten Parigi Moutong”

DenganinimemohonkesediaanBapak/Ibu, agar
dapatberpartisipasidalampenelitianinigunamembantudalampenyusunanskripsi.Segalahal
yang bersifatrahasiaakansayarahasiakandandigunakanuntukkepentinganpenelitianini.
UntukitusayaberharapBapak/Ibuuntukbersediamenjadirespondendalampenelitianini.

AtasbantuanBapak/Ibumenjadirespondendalampenelitianini,
sayaucapkanterimakasih.

Palu.,...................................2020

Peneliti

DESAK AYU SINTA SARI

42
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia menjadi

responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa program studi

Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Jaya Palu yang

bernama Desak ayu sinta sari dengan judul “Gambaran Perilaku Keluarga

Terhadap Penggunaan Jamban Di Desa Bendungan Catur Karya Dusun 4 Jatiluih

Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong”. Saya memahami dan mengerti

bahwa penelitian ini tiak berdampak buruk terhadap saya, maka dari itu saya

bersedia menjadi responden peneliti

Jatiluih......................2020

Peneliti Responden

DESAK AYUSINTA SARI ...................


NPM : PK 115 016 005

43
Lampiran III
KUESIONER

GAMBARAN PERILAKU KELUARGA TERHADAP PENGGUNAAN


JAMBAN DI DESA BENDUNGAN CATUR KARYA DUSUN
4 JATILUIH KECAMATAN BALINGGI
KABUPATEN PARIGI MOUTONG

A. Keterangan/Identitas Responden
1. Inisial :
2. Umur :
2. Jenis Kelamin :
3. Pendidikan Terakhir :
4. Pekerjaan :
5. Memiliki Jamban : Ya Tidak
B. Kuesioner Pengetahuan
Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut anda benar
Keterangan :
Benar = poin 1
Salah = tidak ada poin (0)
No Pernyataan Benar Salah
1. Jamban atau WC adalah tempat yang digunakan
untuk membuang air besar dan air kecil

2. Manfaat jamban keluarga atau WC adalah dapat


mencegah bersarangnya serangga, mencegah
terjadinya pencemaran pada lingkungan, sumber air
dan mencegah penyebaran penyakit
3. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bangunan
jamban keluarga adalah lubang pembuangannya

44
tertutup dan jambannya selalu dibersihkan
4. Jamban yang memenuhi syarat kesehatan yaitu: tidak
mengotori sumber air, bebas dari serangga, tidak
berbau serta mudah dibersihkan

5. Jarak lubang jamban dengan sumber air bersih atau


sumur adalah 5 meter

6. Tidak ada akibat yang ditimbulkan jika buang air


besar tidak menggunakan jamban

7. TBC merupakan salah satu penyakit yang timbul bila


membuang Tinja sembarangan

8. Penularan penyakit dari tinja yang di buang


sembarangan adalah melalui udara

C. Kuesioner Sikap
Petunjuk : Berilah tanda check (√) pada kolom pilihan yang tersedia.
Keterangan :
SS : Sangat Setuju KS : Kurang Setuju
S : Setuju TS : Tidak Setuju
Jawaban
No Pernyataan
SS S KS TS
1. Menurut Bapak/Ibu, sebaiknya membuang
kotoran/Tinja di Jamban
2. Untuk menghindari pencemaran air, jarak
jamban 10 meter dari sumber air

3. Buang air besar disembarang tempat dapat


merugikan kesehatan

4. Jamban Perlu disiram dan dibersihkan selesai


buang air besar

5. Semua anggota keluarga dapat menggunakan


jamban

6. Memberitahu anak dimana harus buang air


besar merupakan hal yang harus dilakukan

45
bapak/ibu
7. Bapak?ibu perlu mendapatkan penyuluhan
jamban yang memenuhi syarat kesehatan
8. Petugas kesehatan perlu memberi penyuluhan
jamban sehat

9. Jamban sebaiknya memiliki septic tank untuk


peresapan tinja

D. Kuesioner Tindakan

Petunjuk : Berilah tanda X pada pilihan jawaban yang sesuai dengan


tindakan anda

1. Bagaiamana tindakan anggota keluarga dalam menggunakan jamban ?


a. Setiap Buang Air Besar Menggunakan Jamban
b. Sesekali menggunakann jamban
c. Tidak pernah menggunakan jamban
2. Apa yang dilakukan agar jamban bersih setelah digunakan
a. Jamban disiram air
b. Jamban dibersihkan dengan pembersih
c. dibiarkan begitu saja, asal kotorannya sudah hilang
3. Selain menggunakan jamban, dimana biasanya Bapak/Ibu Buang Air besar
a. Selalu di Jamban
b. Di sungai
c. Tempat lainnya (Halaman rumah, Kebun)
4. Apa alasan bapak ibu biasa tidak menggunakan jamban untuk Buang Air
Besar
a. Selalu menggunakan Jamban
b. Sudah terbiasa Buang Air Besar di Sungai karena lebih cepat dan praktis
c. Jauh dari rumah
5. Siapa yang berpartisipasi menggunakan jamban di rumah
a. Semua Anggota Keluarga
b. Anak Anak

46
c. Orang Lain
6. Bila ada anak yang di bawah lima tahun (Balita), dimana biasanya mereka
Buang Air Besar
a. Di Jamban
b. Di sungai
c. Tempat Lainnya (Halaman rumah, Kebun)

7. Apa yang dilakukan untuk mencegah penyakit akibat kotoran manusia


a. Setiap Buang Air Besar selalu di jamban
b. Cuci tangan dan kaki
c. Makan makanan yang sehat
8. Apa yang dilakukan agar tiap anggota keluarga membersihkan jamban
a. Menugasi anggota keluarga membersihkan jamban
b. Membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
c. Memarahi anggota keluarga bila tidak membersihkan jamban
9. Bagaimana cara mengajar anak dalam menggunakan jamban
a. Setelah digunakan, jamban disiram dan dibersihkan
b. Selalu mencuci tangan pakai sabun
c. jamban selalu dibersihkan setiap hari menggunakan cairan pembersih
10. Apa yang anda lakukan saat melihat anggota keluarga Buang Air Besar
tidak menggunakan Jamban
a. Menegur dan memberitahu bahaya Buang Air Besar Sembarangan
b. Dibiarkan sampai mereka sadar sendiri
c. Dibiarkan begitu saja (tidak peduli)

47

Anda mungkin juga menyukai