Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga menyatakan bahwa

pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas

yang hidup dalam lingkungan yang sehat, dan Keluarga Berencana (KB)

adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,

mengatur kehamilan,melalui promosi,perlindungan dan bantuan sesuai hak

reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.

Undang-Undang ini mendukung program KB sebagai salah satu

upaya untuk mewujudkan keluarga sehat dan berkualitas. Pengaturan

kehamilan dalam program KB dilakukan dengan menggunakan alat

kontrasepsi. Dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk,

pemerintah menerapkan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun

1970 dimana tujuannya untuk memenuhi perintah masyarakat akan

pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan

tingkat atau angka kematian ibu, bayi, dan anak, serta penanggulangan

masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil

berkualitas.

Alat kontrasepsi adalah alat yang digunakan oleh pasangan suami

istri yang ingin menunda atau mengatur kehamilan. Menurut laporan hasil

pemantauan KB aktif tahun 2014 pemakaian kontrasepsi suntik (62,36%),

1
pil (13,5%), Intra Uterine Devices (IUD) (7,39%), implant (7,29%),

tubektomi (6,27%), metode kalender (0,37%), dan metode senggama

terputus (0,14%), MOW (6.27%), MOP sebesar (0.83%).

Berdasarkan data dari SDKI 2013-2015, angka pemakaian

kontrasepsi (contraceptive prevalence rate atau CPR) mengalami

peningkatan dari 57,4% pada tahun 1997 menjadi 60,3% pada tahun 2013.

Pada tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia hanya mencapai 255,5 juta

jiwa. Namun kalau terjadi penurunan angka 1% saja, jumlah penduduk

mencapai 264,4 juta jiwa atau lebih. Sedangkan kalau pelayanan KB bisa

ditingkatkan dengan kenaikan CPR1%, penduduk negri ini bisa sekitar

237,8 juta jiwa dengan mengunkan alat kontrasepsi.

Metode KB pria vasektomi merupakan metode kontrasepsi dengan

tindakan operasi kecil pada saluran vas differens pria. Aman bagi hampir

semua pria dan tidak mempengaruhi kemampuan seksual. Dengan

perkembangan teknologi kedokterran, vasektomi tidak dimasukkan

sebagai metode permanen lagi karena ada teknologi yang bisa

menyambungkan lagi (rekanalisasi), namun metode ini tidak dianjurkan

bagi PUS yang masih meninginkan anak lagi. (BKKBN,2013).

Menurut WHO (world health organization) 2014 penggunaan

kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan

Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global,pengguna

kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara ragional,proporsi wanita

2
usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi

modern telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%, sedangkan diamerika

latin dan karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0%. Diperkirakan 225

juta perempuan di negara-negara berkembang ingin menunda atau

menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan metode kontrasepsi.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa

sebanyak 20% dari pria yang pernah melakukan vasektomi. (WHO,2014).

Indonesia merupakan negara kelima di dunia dengan estimasi

jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta jiwa.Indonesia dengan luas

wilayah terbesar tetap menjadi negara dengan penduduk terbanyak, jauh di

atas sembilan negara anggota ASEAN lainnya. Berdasarkan

perkembangan jumlah penduduk yang cukup pesat tersebut, maka

pemerintah indonesia melalui Badan Kependudukan dan keluarga

berencana Nasional (BKKBN) terus berupaya untk mengendalikan jumlah

dan laju pertumbuhan penduduk dengan berbagai program,diantaranya

dengan meningkatkan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi yang terjangkau,bermutu, dan efektif menuju terbentuknya

kelurga kecil yang bagagia (BKKBN,2011). Data Badan Kependudukan

dan Keluarga Berencana (BKKBN) menunjukan bahwa cakupan Peserta

KB baru menurut metode kontasepsi di indonesia tahun 2013 dengan

jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 8.500.247. meliputi intra

Uterine device (IUD) sebanyak 658.632 (7,75%), kondom sebanyak

517.638 (6,09%),suntikan sebanyak 4.128.115 (48,56%),impan sebanyak

3
784.215 (9,23%), pil sebanyak 2.261.480 (26.60%), metode operasi wanita

(MOW) sebanyak 128.793 (1,52%), dan Metode Operasi Pria (MOP)

sebanyak 21.374 (0,25%).(Kemenkes RI, 2014).

Provinsi sulawesi tengah pasangan usia subur (PUS) pada tahun

2016 berjumlah 529.095 orang dimana aspetor KB Metode Operasi Pria

(MOP) berjumlah 1.190 orang, dan pada tahun 2017 jumlah pasangan usai

subur (PUS) berjumlah 503.567 orang, dimana aspeptor KB Metode

Opeasi Pria (MOP) berjumlah 1.214 orang. (BKKBN Provinsi,2018).

Dari Data kabupaten Sigi Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun

2016 berjumlah 75.70 orang, dimana asptor KB Metode Operasi Pria

berjumlah 106 orang, dan Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2017

berjumlah 76.97 orang dimana aseptor KB Metode Operasi Pria (MOP)

berjumlah 115 orang. (DPPKB Kabupaten,2018)

Kecamatan Gumbasa secara administrasi terdiri dari 7 desa yaitu

Desa Tuva, Omu, Pandere, Simoro, Kalawara, Pakuli Utara, dan Pakuli

dengan jumlah penduduk 12.325 orang serta jumlah PUS sebanyak 2.094

orang. Dan dimana aseptor KB Metode Operasi Pria (MOP) pada tahun

2016 berjumlah 30 orang. Serta pada tahun 2017 jumlah berjumlah 30

orang. Di desa Pakuli sendiri jumlah Vasektomi berjumlah 12 orang.

Dari hasil wawancara awal peneliti pada tanggal 28 Juni 2018

dengan tiga orang peserta kontrasepsi mantap (Vasektomi) Di Desa Pakuli

Kec.Gumbasa dapat disimpulkan bahwa pengakuan dari suami yang

menggunakan kontrasepsi Vasektomi, mereka telah mengetahui adanya

4
program KB bagi pria melalui sebuah penyuluhan dari kader PKB serta

para suami mengikuti vasektomi atas kesadaran diri sendiri yang muncul

akibat kegagalan KB yang sebelumnya diikuti istrinya.

Hasil penelitian terdahulu dari Syrifah Lukiana dan Agus

Trilaksana yang berjudul program keluarga berencana Vasektomi dikota

surabaya pada bulan oktober 2017 Minat penduduk Kota Surabaya

terhadap program Keluarga Berencana Vasektomi masih sangat rendah di

tahun 2011 jumlah peserta Vasektomi di Kota Surabaya mengalami

penurunan di angka 519 jiwa atau hanya 0,11 % dari jumlah PUS. Faktor

penyebab Kb vasektomi masih sangat rendah karena Adanya Stigma di

masyarakat antara lain vasektomi dianggap Libido, vasiktomi dianggap

laki-laki tidak mengalami ejakulasi, dan vasektomi membuat menjadi

kurang atau tidak nyaman.

Berdasarkan latar belakang yang di jelaskan di atas bahwa

kontrasepsi vasektomi merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang

penggunaanya digunakan oleh para suami, penggunaan kontrasepsi

vasektomi masih sangat rendah di Desa pakuli saja jumlah pasangan Usia

Subur (PUS) sebanyak 366 orang akan tetapi pengguna KB vasektomi

hanyalah berjumlah 12 orang saja.itu karena masih banyak masyarakat

yang beranggapan bahwa vasektomi sama dengan kebiri, vasektomi

menghilangkan kejantanan, maka peneliti tertarikuntuk melakukan

penelitian tentang “ pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pemilihan

vasektomi di desa pakuli kecamatan Gumbasa”

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang

diangkat dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah pengetahuan masyarakat tentang pemilihan vasektomi

di Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa ?

b. Bagaimanakah sikap masyarakat tentang pemilihan vasektomi di Desa

Pakuli Kecamatan Gumbasa ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap

masyarakat tentang pemilihan vasektomi di Desa Pakuli Kecamtan

Gumbasa

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang pemilihan

Vasektomi di Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa

b. Untuk mengtahui sipak masyarakat tentang pemilihan Vasetomi di

Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa

D. Manfaat penelitian

1. Desa Pakuli

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan ilmiah dan

masukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan

informasi baru kepada masyarakat tentang Keluarga Berencana (KB)

6
khususnya mengenai kontrasepsiVasektomi Di Desa Pakuli Kecamatan

Gumbasa.

2. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Jaya Palu

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi pustaka atau kajian ilmu

pengetahuan dalam proses pendidikan dan pelatihan

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian inimenambah tingkatpengetahuan peneliti tentang

masyarakat dalam pemilihanVasektomi.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang vesektomi

1. Tinjauan umum tentang vasektomi

Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi KB pria

berupa tindakan pengikatan dan pemutusan kedua saluran sperma

sebelah kanan dan kiri sehingga pada waktu bersenggama cairan mani

yang keluar tidak mengandung sprema sehingga tidak terjadi hamil.

(BKKBN,2017).

2. Kelebihan vasektomi

a. Efektifitas tinggi (99,85%) untuk mencegah kehamilan.

b. Tidak ada mortalitas (kematian), dan angka morbiditas (kesakitan)

rendah

c. Biaya lebih murah karena membutuhkan satu kali tindakan

d. Prosedur medis dilakukan hanya 10-15 menit

e. Lebih aman

3. Keterbatasan vasektomi (BKKBN,2017)

a. Karena dilakukan dengan tindakan medis/pembedahan, maka ada

kemungkinan terjadi efeksamping (nyeri) dan komplikasi seperti

perdarahan dan infeksi

b. Bila istri tidak menggunakan kontrasepsi maka suami harus

menggunakan kondom saat bersenggama selama 20 kali ejakulasi

atau 3 bulan setelahvasektomi

8
4. Pria/suami yang boleh menjadi peserta vasektomi adalah Pasangan

Usia Subur (PUS) dengan syarat sebagai berikut:

a. Tidak ingin menambah jumlah anak lagi

b. Sukarela telah mendapatkan konseling vasektomi

c. Mendapatkan persetujuan dari istri/keluarga harmonis

d. Jumlah anak sudah ideal, sehat, jasmani, dan rohani

e. Mengetahui prosedur vasektomi dan akibatnya

f. Menandatangani formulir (informend consent)

5. Vasektomi tidak dapat dilakukan pada

a. Pasangan yang masih ingin mempunyai anak

b. Pasangan yang belum mempunyai anak dan umur anak terkecil

dibawah 5 tahun

c. Pria yang menderita penyakit kelainan pembekuan darah seperti

hemofilia

d. Jika keadaan jiwa tidak stabil

e. Jika tidak ada tanda-tanda radang pada buah zakar

(epididisme).Hernia (turun borok), kelainan akibat cacing

tertentu(filariasis) pada buah zakar, penyakit darah tinggi dan

kencing manis yang tidak terkontrol, penyakit paru-paru kronis dan

penyakit jantung.

6. Tahap persiapan/penggorganisasian pelayanan vasektomi tanpa pisau

(VTP). (BPKB Sulteng, 2013)

9
Dalam kegiatan pelayanan VTP diperlukan persiapan-persipan khusus

yang harus direncanakan dan dipersiapkan sebelum kegiatan pelayanan

tersebut berlangsung. Adapun dalam perorganisasian pelayanan VTP

harus memenuhi 5 unsur yaitu :

a. Tempat pelayanan

Pelakanaan pelayanan VTP dianjurkan untuk dilaksanakan diklinik

dengan pertimbangan tersedianya tenaga dan peralatan yang

memadai. Pelayanan diluar klnik dapat dilakukan jika tempat

tersebut memenuhi syarat sebagai tempat dilakukan VTP serta ada

dukungan rujukan. Suatu intalasi kesehatan dapat dianggap layak

untuk pelayanan VTP bila memenuhi syarat-yarat sebagai berikut :

1) Tersedia tempat untuk mpendaftaran peserta

2) Tersedia ruang tunggu bagi calon peserta dengan fasilitas

kamar kecil (toilet)

3) Tersedia ruangan konseling yang dapat menjamin kerahasiaan

pribadi

4) Tersedia ruang tindakan/operasi yang bersih dengan sumber

cahaya yang cukup

5) Tersedia fasilitas pengelolaan peralatan

b. Peralatan dan bahan habis pakai (PHB)

Peralatan dan bahan yang diperlukan untuk setiap calon akseptor

terdiri dari sebagai berikut :

1) Klem fiksasi vas “Li” 1 buah

10
2) Klem punksi “Li” 1 buah

3) Klem lurus sedang (untuk tindakan aseptis) 1 buah

4) Gunting runcing 1 buah

5) Mangkuk antiseptic 1 buah

6) Duk lobang ukuran 50x50 cm 1 buah

7) Alas instrument 50x50 cm 1 buah

8) Sarung tangan 2 pasang/aks

9) Larutan anestesi lokal (tanpa adrenalin) 5-6 cc/aks

10) Larutan antiseptik (yang tidak merangsang) 10-15 cc/aks

11) Benang sutra 03 6 utas @20 cm/aks

12) Spuit sekali pakai 5 cc 1 buah/aks

13) Kasa steril 5-6 potong/aks

14) Plaster obat 1 buah/aks

15) Obat analgetik 3-4 hari/aks

16) Obat dan alat untuk keadaan darurat :

17) Adrenalin injeksi

18) Diazepam injeksi

19) Cortisone injeksi

20) Aquabiedest

21) Spuit 1 cc fan 10 cc

22) Set infus dan cairannya

23) Set oksigen

24) Ambu bag

11
25) Set bedah minor steril

26) Alat dan bahan urutan 1 s/d 14

Harus steril disusun diatas meja instrumen sesuai urutan

pemakainya, sedangkan 15 dan 16 disiapkan ditempat lain. Meja

tindakan, meja instrumen, wadah larutan dekontaminn dan wadah

limpah diruang tindakan harus ditata sedemikian rupa sehingga

semualangkahtindakan dapat dilakukan dengan efesien dan aman.

Khusus untuk obat dan perlatan untuk keadaan darurat no.16 harus

selalu diperiksa, kelengkapannya harus diketahui dan mudah

dicapai oleh tim yang akan melakukan pelayanan.

c. Tenaga pelaksana

Pelayanan VTP dilakukan oleh tim pelaksana yang minimal terdiri

dari seorang dokter dan seorang paramedik yang telah

mendapatkan pelatihan dan penyelanggaraan pelayanan VTP.

1) Dalam pelayanan VTP seorang dokter bertugas anatara lain

untuk :

a) Memberikan konseling sebelum dan sesuadah tindakan

b) Melakukan penyaringan medic

c) Melakukan tindakan sebagai operator

d) Melakukan pelayanan dan pasca tindakan termasuk

mengatasi penyulit yang timbul

e) Melakukan koordinasi semua kegiatan pelayanan kontap

pria yang dilakukan dikliniknya.

12
2) Dalam pelayanan VTP seorang paramedis bertugas untuk :

a) Menerima dan menctat data calon akseptor

b) Mempersiapkan calon akseptor untuk tindakan

c) Membantu dokter dalam melakukan tindakan sebagai

tenaga asisten dan tenaga instrumen

d) Mempersiapkan pelayanan, instrumen dan bahan yang

diperlukan sebelum dan selama tindakan, serta melakukan

pengelolaan alat dan limbah setelah tindakan.

d. Prosedur dan sistem pelayanan

1) Prosedur pelayana VTP

Alur pelayanan VTP adalah sebagai berikut :

Konseling, penapisan klien, persetujuan tindakan medis

(informed consent), tindakan vasektomi,konseling pasca

tindakan, kunjungan ulang.

2) Sistem penyaringan, rujukan dan tindak lanjut\

a) Penyaringan

Penyaringan awal calon akseptor VTP dilakukan oleh

petugas dilini lapangan

b) Rujukan

Bagicalon akseptor ynang telah memenuhi syarat dirujuk ke

fasilitas pelayana kesehatan. Dalam merujuk harus

mempertimbangkan jarak tempat tinggal, biaya, jadwal

waktu pelayanan, kapasitas, dan ketentuan khusus yang di

13
tetapkan oleh fasilitas pelayanan. Fasilitas rujukan ini juga

harus dipersiapkan dan harus tersedia apabila petugas

kesehatan melakukan pelayanan Tim Mobile Kontap.

c) Tindak lanjut

Pembinaan dan pemantauan bagi mereka yang telah

mendpatkan pelayanan dilakukan oleh petugas lini lapanga.

Tindak lanjut ini bertujuan untuk menjamin dilaksankannya

nasihat pasca tindakan serta memantau kemungkinan

adanya masalah setelah tindakan.

e. Pencatatan dan pelaporan

Untuk kepentingan akseptor, petugas dan institusi

pelaksana dan pengembangan program maka setiap tindakan

pelayanan kontap hatus dicatat dan dilaporkan kepada instalasi

yang berwenang. Kartu dan formulir yang digunakan dapat

menggunakan formulir standar rumah sakit/klinik atau

menggunakan formulir laporan BKKBN sebagai koordinator

program.

7. Rumor dan fakta tentang vasektomi

Rumor yang sering terdengar di masyarakat tentang vasektomi,

ternyata turut mempengaruhi rendahnya kesertaan pria dalam

melakukan vasektomi. Oleh karena itu, sebaiknya seorang provider

dapat menepis keberadaan rumor tersebut.

Rumor : vasektomi sama dengan kebiri

14
Fakta : kebiri adalah pemotongan/pembuangan buah zakar

(testis) sehingga tidak dapat lagi memproduksi sperma dan

hormon testosteron (pemberi sifat jantan) akibatnya pria

menjadi kewanita-wanitaan,seperti yang terjadi pada

zaman kerajaan romawi yang semuanya dikebiri

pengikatnya, sedangkan vasektomi hanya pemotongan

saluran sperma kiri dan kanan saja. Agar cairan mani yang

dikeluarkan tidak lagi mengandung sperma. Pada

vasektomi buah zakar (testis) tidak dibuang jadi tetap

memproduksi hormon testosteron.

Rumor : vasektomi akan menurunkan libido

Fakta : vasektomi tidak berpengaruh terhadap penurunan libido

(nafsu seksual) karena buah zakar (testis) yang

menghasilkan hormon testosteron (pemberi sifat

kejantanan dan libido) tetap berfungsi dengan baik dan

hormon tersebut akan dialirkan pembuluh darah.

B. Tinjauan umum tentang pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan

proses pembelajaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

2005).Pengetahuan dapat diperoleh seseorang secara alami atau

diintervensi baik langsung maupun tidak langsung. Perkembangan

teori pengetahuan telah berkembang sejak lama. Filsuf pengetahuan

15
yaitu Plato menyatakan pengetahuan sebagai “kepercayaan sejati

yang dibenarkan (valid)” (justified true belief). Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2010).

2. Jenis pengetahuan

a. Pengetahuan Implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam

dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor- faktor

yang tidak bersifat nyata seperti keyakinan pribadi, perspektif,

dan prinsip.

b. Pengetahuan Eksplisit.

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah

didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa

dalam wujud perilaku kesehatan.Pengetahuan nyata

dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan

dengan kesehatan.

3. Tahap pengetahuan

a. Tahu (Know)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat

peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, popa, urutan,

metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.

b. Memahami ( comprehension)

16
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi tersebut secara benar.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,

tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. (Wawan dan Dewi M, 2010).

4. Cara memperoleh pengetahuan

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

1) Cara coba salah (Trial and Error)

17
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu

tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai

masalah tersebut dapat dipecahkan.

2) Cara kekuasaana atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang

pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima

mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai

otoritas tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan

kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun

penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapt digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan car mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular

disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan

oleh Francis Bacon (1561- 1626), kemudian dikembangkan oleh

Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan

18
penelitian, yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

(Wawan dan Dewi M, 2010).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Ada beberapa faktor yang dipengruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi seseorang akan

cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk

semakin banyak pula pengetahuan yang didapatkan tentang

informasi tersebut.

b. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain banyak

dijumpai dalam kehidupan setiap hari.Dalam penyampaian

informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula

pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini

seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan

terhadap hal tersebut.

c. Sosial budaya dan ekonomi

19
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk dapat

mempengaruhi pengetahuan orang tersebut. Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas

yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan

ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.Hal ini

terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang

akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu. Pengalaman

belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan professional.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia semakin berkembang pula

20
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan

lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan social

serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua. (Wawan dan Dewi M,

2010).

6. Pengukuran tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang di interprestsikan dalam skala yang

kualitatif yaitu :

a) Baik (bila jawaban responden terhadap kuesioner 76-100%

benar)

b) Cukup (bila jawaban responden terhadap kuesioner 56-75%

benar)

c) Kurang ( bila jawaban responden terhadap kuesioner <56%

benar)

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur yang dapat disesuaikan dengan tingakat

pengetahuan diatas. (Wawan dan Dewi, 2010)

C. Tinjauan umumtentang sikap

1. Pengertian sikap

21
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup (Wawan dan Dewi, 2010).

2. Komponen sikap

Sikap terdiri daari 3 komponen yaitu :

a. Komponen kognigtif

Komponen kognitif menggambarkan apa yang dipercayai

oleh seorang pemilik sikap. Kepercayaan menjadi dasar

pengetahuan seorang mengenai objek yang akan diharapkan.

b. Komponen afektif

Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut

aspek emosional terhadap suatu objek. Komponen ini disamakan

dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu objek.

c. Komponen konatif

Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan

seseorang dalam berperilaku berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapinya dengan cara- cara tertentu. (Wawan dan Dewi M,

2010).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Dibawah ini faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah :

a. Pengalaman pribadi

22
Pengalaman yang telah didapatkan sebelumnya akan

menjadi pembelajaran yang akan membentuk sikap.

b. Pengaruh orang lain dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu di

antara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita.

Seseorang yang kita anggap penting akan banyak

mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

c. Pengaruh budaya

Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan sikap kita terutama kebudayaan di mana kita hidup

dan dibesarkan.

d. Media massa

Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,

surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Kedua lembaga di atas, mempunyai pengaruh dalam

pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman

akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh

dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat

keagamaan serta ajarannya.

f. Pengaruh faktor emosional

23
Adalah suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap ini dapat

merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu

frustasi telah hilang. Akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang

dapat bertahan lama. (Budiman dan Riyanto, 2013).

4. Tahapan sikap

a. Menerima(receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

b. Respons(responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar

atau salah, berarti bahwa orang mnerima ide tersebut.

c. Menghargai(valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat

tiga.

d. Bertanggung jawab(responsible)

24
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

(Budiman dan Riyanto, 2013)

5. Pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak

langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat berupa pertanyaan

atau pertanyaan respondeng terhadap suatu objek, sedangkan

pengukuran sikap secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pertanyaan-pertanyaan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat

responden (Notoatmodjo,2014).

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan nilai pernyataan sikap

seseorang. Peryataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan

sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap

mungkin berisi hal-hal positif mengenai objek sikap. Pernyataan ini

disebut dengan pernyataan favorable sebalikanya pernyataan sikap

mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat

tidak mendukung mauoun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan

seperti ini disebut oernyataan un favorable (Wawan,A &

dewi,M,.2010). cara pengukuran sikap digunakan skala likert yaitu

pertanyaan positif yang diberi nilai : 4, 3, 2, dan 1. Sementara

pernyataan negatif di beri skor 1, 2,3, dan 4.

a. Pertanyaan positif : SS (Sangat Setuju) = 4, S (Setuju) = 3, TS

(Tidak Setuju) = 2, dan STS (Sangat Tidak Setuju) = 1.

25
b. Pertanyaan Negatif : SS (Sangat Setuju) =1, S (Setuju) = 2, TS

(Tidak Setuju) = 3, dan STS (Sangat Tidak Setuju) = 4.

Hasil pengukuran sikap dimasukan dalam kategori penilaian sebagai

berikut:

a. Baik, bila subjek menjawab dengan benar 76%-100% dari seluruh

pertanyaan

b. Cukup, bila subjek menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh

pertanyaan

c. Kurang, bila subjek menjawab dengan benar <56% dari seluruh

pertanyaan.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pemilihan

Vasektomi

Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pemilihan

Vasektomi yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi. Orang yang

berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dari

pada orang yang bependidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka

terhadap usaha-usaha pembaharuan. Ia juga lebih dpat menyesuaikan

diri terhadap perubahan-perubahan sosial. Secara langsung maupun

tidak langsung dalam hal Keluarga Berencana(KB). Karena

pengetahuan secara umum diajarkan pada pendidikan formal disekolah

26
dalam mata pelajaran kesehatan, pendidikan kesejahtraan dan

kependudukan. Semakin tinggi tingkat pendidikan pasangan yang ikut

KB, makan besar pasanga suami istri memandang anaknya sebagai

alasan penting untuk melakukan KB, sehingga semakin meningktanya

pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang mengetahui dan

menggunakan kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya

(Notoatmodjo,2014)

b. Umur

Kesehatan pasangan usia subur sangat mempengaruhikebahagiaan

dan kesejahteraan keluarga waktu melahirkan,jumlah kelahiran atau

banyaknya anak yang dimiliki dan jarak anaktiap kelahiran. Maka dari

itu umur merupakan salah satu faktorseseorang untuk menjadi akseptor

kontap, sebab umurberhubungan dengan potensi reproduksi dan juga

untukmenentukan perlu tidaknya seseorang melakukan vasektomi

dantubektomi sebagai cara kontrasepsi (Endang,2002)

Umur calon akseptor tidak kurang dari 30 tahun. Pada umur

tersebut kemungkinan calon peserta sudah memiliki jumlah anak yang

cukup dan tidak menginginkan anak lagi. Apabila umur calon akseptor

kurang dari 30 tahun, ditakutkan nantinya akan mengalami penyesalan

seandainya masih menginginkan anak lagi. Umur isteri tidak kurang

dari 20 tahun dan tidak lebih dari 45 tahun. Pada umur istri antara 20-

45 tahun bisa dikatakan istri dalam usia reproduktif sehingga masih

27
bisa hamil. Sehingga suami bisa mengikuti kontarsepsi mantap.

(Hartanto,2004)

c. Kebudayaan

Sosial budaya adalah suatu keaaan/kondisi yang diciptakan untuk

mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat, yang mencakup semua

bidang. Dilihat dari sisi sosial budaya, kondisi sosia budaya

masyarakat yang patrilinial yang memungkinkan kaum perempuan

berada pada sub ordinasi menyebabkan pengambilan keputusan dalam

ber KB didominasi oleh kaum pria. Budaya yang didominasi laki-laki

didasari oleh kekuatan dan kepuasan materi. (Wirawan, 2007).

Keberhasilan program KB dapat tercapai, jika pasangan suami istri

ikut berpartisipasi dalam melaksanakan program KB. Namun

terkadang masyarakat luas memandang bahwa ber-KB adalah urusan

istri saja. Sehingga mempunyai kewajiban untuk mulai memikirkan

siapa yang akan menggunakan alat kontrasepsi. (BKKBN,2007).

d. Agama

Manusia mengenal unsur rohani disamping unsur jasmani yang yang

terpadu dalam dirinya, sehingga dimensi spiritual tumbuh bersama-

sama dengan dimensi sosial ddalam mengembangkan kehidupan

kultrul dengan budaya yang tinggi. Dengan larar belakang hal tersebut

program kependudukan dan keluarga berencana di indonesia

berintikan kesukarelaan serta mengindahkan nilai agama sebagai

28
pencerminan jiwa pancasila yang melandasi filsafat kebangsaan dari

rakyat indonesia.

1. Pandangan agama Islam

Fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal13 Juli 1977

tentang keluarga berencana dipandang dari syariat islam

memutuskan sterilisasi adalah salah satu upaya pemandullan

diharamkan oleh syariat Islam, dengan alasan sterilisasi termasuk

tindakan merubah ciptaan Allah. Namun, tidak sedikit pula Ulama

berpendapat bahwa sterilisasi dengan alasan medis (karena jika

tidak dilakukan dapat membahayakan jiwa ibu dan anak)

dibenarkan kerena termasuk kategori darurat, misalnya untuk

menghindarkan penurunan penyakit dari ibu atau ayah kepada

anak-anaknya atau bilamana ibu beresiko terancam jiwanya jika

jika hamil atau melahirkan lagi (BKKBN,2011)

2. Sikap dan Ajaran Gereja mengenai kontrasepsi

Dengan kontrasepsi manusia memilih untuk menggunakan alat

atau metode kontrasepsi untuk mencegah terjadinya penciptaan.

Ini berarti menolak akjaran Allah untuk turut serta dalam karya

penciptaan-Nya dan menolak tatanan Illahi yang dibuat Allah.

Bila memandang ada “alasan yang serius” maka metode yang di

anjurkan Gereja karena tidak melawan hukum moral adalah KB

alami. Lebih lanjut Gereja mengaharapkan umat-Nya harus tetap

menyadari “abortus pro vocatus” apapun dan “sterilisasi” dengan

29
tujuan mencegah kehamilan, harus ditolak dengan tegas

(BKKBN,2011).

Adanya perbedaan pendapat antara Ulama dalam hal

sterilisasi dan pandangan Gereja tersebut berdampak pad

keraguan masyarakat untuk melakukan sterilisasi, meskipun bagi

Umat Islam sudah ada Fatwa dari pihat MUI yang menyatakan

bahwa sterilisasi diperbolehkan jika dalam keadaan darurat.

Keadaan darurat yang dimaksud disini nampaknya lebih perlu

diklarifikasikan lebih lanjut, sehingga masyarakat dapat lebih

memahami. (BKKBN,2011)

E. Landasan Teori

Ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang,

yakni Faktor Predisposisi (Predisposing factor), Faktor Pemungkin

(Enabling factor), dan Faktor Pendukung (Reinforcing factor). Faktor

Predisposisi (Predisposing factor) ini mencakup pengetahuan dan sikap

seseorag terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan seseorang terhadap

hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

Kemudian Faktor Pemungkin (Enabling factor), faktor- faktor ini

mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi

masyarakat seperti, puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,

polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta. Fasilitas ini

pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku

30
kesehatan. Selanjutnya Faktor Pendukung (Reinforcing factor), Faktor-

faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh

agama dan para petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang,

peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang

terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-

kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta dukungan

fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para

tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas terlebih lagi petugas

kesehatan. Di samping itu, undang-undang juga diperlukan untuk

memperkuat perilaku masyarakat tersebut. 

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan

sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu,

ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan juga akan

mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku kesehatan (Lawrence

Green, 1980).

Perilaku masyarakat atau seseorang mengenai kesehatan ditentukan

oleh sikap, pengetahuan, keyakinan, tradisi, kepercayaan, dan dari

masyarakat ataupun orang itu sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil dari

sebuah studi kuantitatif bahwa ada hubungan antara persepsi, sikap,

pengetahuan, sikap istri, praktik istri, sikap teman, praktik teman dengan

partisipasi pria dalam KB. Partisipasi suami atau pria dalam KB tidak

berhubungan dengan akses pelayanan dan tingkat pendidikan, tetapi ada

31
faktor lain yaitu nilai sosial budaya yang menjadi hambatan yang

berhubungan dengan kepesertaan dalam program keluarga berencana

(Budisantoso, 2008)

FAKTOR PREDISPOSISI
(Predisposing factor)

PENGETAHUAN

SIKAP

BUDAYA

FAKTOR PEMUNGKIN
(Enabling factor)
PERILAKU
ISTRI KESEHATAN DALAM
PEMILIHAN
KADER
VASEKTOMI
PETUGAS KESEHATAN

PEMERINTAH

FAKTOR PENDUKUNG
(Reinforcing factor)
KETERSEDIAAN
SARANA DAN
FASILITAS

Gambar 2.1 Konsep Penelitan diadopsi dari Teori Lawrence Green

F. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini, peneliti mendefinisikan pengetahuan

masyarakat tentang pemilihan vasektomi yaitu Pasangan Usia Subur

(PUS) yang berjenis kelamin Laki-laki agar dapat memahami dengan baik

32
tentang vasektomi, sedangkan sikap masyarakat dalam pemilihan

vasektomi merupakan respon atau tindakan masyarakat yang setelah

mengetahui manfaat dari ber-KB vasektomi. Menggunakan KB-vasektomi

diukur berdasarkan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pemilihan

vasektomiyang dilakukan dengan membagikan kuesioner untuk diisi oleh

Pasangan Usia Subur yang berjenis kelamin laki-laki.

Jadi dapat peneliti simpulkan bahwa pengetahuan akan

mempengaruhi terbentuknya sikap dan perilaku kesehatan. Apabila

masyarakat mengetahui dengan baik apa itu vasektomi, kelebihan

vasektomi,keterbatasan vasektomi, serta rumor dan fakta tentang

vasektomi.Maka Pasangan Usia Subur (PUS) akan mempunyai sikap dan

perilaku kesehatan yang baik dalam dalam melakukan KB vasektomi.

Adapun kerangka pikir sesuai uraian diatas adalah :

Pengetahuan
Masyarakat

Vasektomi

Sikap
masyarakat

Gambar 2.2. Skema Kerangka Pikir

33
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menggambarkan serta

distribusi frekuensi terhadap suatu fenomena. Dalam penelitian ini peneliti

ingin mengetahui pengetahuan dan sikap masyarakat tentang vasektomi di

Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Pakuli Kecamatan

Gumbasa pada bulan Juli 2018

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

Variabel penelitian ini adalah pengatahuan dan sikap masyarakat

tentang pemilihan vasektomi di Desa Pakuli Kecamatn Gumbasa.

2. Definisi operasional

a. Pengetahuan

Pengatahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, dan dipahami,

oleh masyarakat tentang pemilihan vasektomiantara lain pengertian

Vasektomi, kelebihan vasektomi, keterbatasan vasektomi, syarat

KB vasektomi, serta rumor dan fakta tentang vasektomi.

Cara ukur : Pengisian kuisioner

Alat ukur : Kuisioner

34
Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : 2 = Baik jika diperoleh skor 76%- 100%

1 = Cukup jika diperoleh skor 56%- 75%

0 = Kurang baik jika diperoleh skor <65%

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon masyarakat tentang vasektomi

Cara ukur : Pengisian Kuisioner

Alat ukur : Kuisioner

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : 2 = Baik jika diperoleh skor 76%- 100%

1 = Cukup jika diperoleh skor 56%- 75%

0 = Kurang baik jika diperoleh skor <65%

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini meliputi data yang

didapat melalui pengisian kuisioner oleh responden. Responden

memberikan jawaban sesuai dengan pilihan yang tercantum dalam

lembar kuisioner.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini data yang didapatkan

dari BPPKB kecamatan Gumbasa,BPPKB Kabupaten Sigi, dan

BKKBN provinsi Sulteng

35
2. Cara Pengumpulan Data

Pada peneltian ini, peneliti menggunakan intrumen kuesioner untuk

pengumpulan data. Kuesioner ini adopsi dari penelitian Nurul Yulia

Ningsih Pratiwi yang berjudul gambaran pengetahuan dan sikap suami

tentang alat kontrasepsi di Dusun Soreang Desa Jipang Kecamatan

Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.

Kuesioner pengetahuan tentang vasektomi menggunakan skala

Guttman berisi 5 pernyataan positif (Nomor 2, 4, 6, 8, 10) dan 5

pertanyaan negatif (Nomor 1, 3, 5, 7, 9). Pemberian skor pada

pertanyaan positif adalah skor 1 untuk jawaban benar dan dan skor 0

untuk jawaban salah. Dan untuk pernyataan negatif skor 1 untuk

jawaban salah dan skor 0 untuk jawaban benar.

Kuesioner Sikap tentang vasektomimenggunakan skalalikert yang

terdiri dari 10 pertanyaan, 5 pertanyaan Positif (Nomor 1, 2, 3, 5, 8)

dan 5 pertanyaan negatif (Nomor 4, 6, 7, 9, 10,) untuk jawaban

pertanyaan menggunakan check list,pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

dan 10, dengan sistem penilaian masing-masing item yang terdiri dari

5 point (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak

setuju). Semua pernyataan yang positif dan negatif kemudian diubah

nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju nilainya 5, setuju

nilainya 4, ragu-ragu nilainya 3, tidak setuju nilainya 2, dan sangat

tidak setuju nilainya 1.

E. Pengolahan Data

36
Data yang sudah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan

bantuan komputer. Adapun tahap-tahapan pengolahan data yang

dilakukan, yaitu data mentah yang telah terkumpul oleh peneliti kemudian

dianalisis dalam rangka untuk memberikan arti yang berguna dalam

memecahkan masalah dalam penelitian ini.

1. Editing (penyunting data) yaitu untuk pengecekan isian pada

instrumen apakah data yang terkumpul sudah jelas, lengkap dan

relevan.

2. Coding (pengodean data) yaitu mengubah data huruf menjadi angka

sehingga memudahkan dalam proses entry data.

3. Entry yaitu proses pemasukan data ke dalam program komputer untuk

selanjutnya dianalisa.

4. Tabulating data yaitu menghitung dan mentabulasi data pada master

tabel.

5. Cleaning (pembersihan data) yaitu memeriksa kembali data bila

terjadi kesalahan.

6. Describing yaitu menggambarkan data sesuai dengan variabel

penelitian. (Notoadmodjo,2012)

F. Analisa Data

Dalam penelitian ini hanya mendeskripsikan pengetahuan dan

sikap responden tentang vasektomi denganAnalisa univariat yaitu

menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk

37
menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel.Adapun

rumus distribusi frekuensi yang digunakan adalahsebagai berikut:

f
P= x 100%
n

Keterangan :

P = Persentase

f = Frekuensi

n = Sampel

G. Penyajian Data

Data yang diolah selanjutnya dianalisis dan disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan.

H. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan Usia Subur

(PUS) khusunya Laki-laki di Desa Pakuli Kec. Gumbasa berjumlah

366 orang.

2. Sampel

a. Penentuan sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari

jumlah populasi ibu hamil dengan populasi 366 orang dihitung

dengan menggunakan rumus Slovin :

N
n= 2
1+ N ( d)

keterangan :

38
N = besar populasi

n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan 0,15

Diketahui:

N = 366

d = 0,15

366
n=
1+366 ( 0,15 )2

366
n=
1+366 (0,0225)❑

366
n=
1+8,235

366
n= =39,6
9.235

n = 40 orang

Pembagian sampel untuk masing-masing dusun dengan

menggunakan rumus menurut Sugiyono (2007).

x
n= xN 1
n

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang diinginkan setiap dusun

N = Jumlah seluruh populasi PUS di Desa Pakuli

X = Jumlah populasi PUS pada setiap dusun

1. Dusun 1 dengan jumlah 93 PUS

93
n= x 40=10
366

39
2. Dusun 2 dengan jumlah 91 PUS

91
n= x 40=10
366

3. Dusun 3 dengan Jumlah 98 PUS

98
n= x 40=11
366

4. Dusun 4 dengan jumlah 84 PUS

84
n= x 40=9
366

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 78 PUS,

yang terdiri Dusun 1 sebanyak 10 PUS, Dusun 2 sebanyak 10 PUS,

Dusun 3 sebanyak 11 PUS, dan Dusun 9 Sebanyak 18 PUS. Besar

sampel untuk setiap dusun di ambil berdasarkan Simple Random

Sampling ( pengambilan sampel acak sederhana)

b. Kriteria Sampel

1. Kriteria inklusi

a) Pasangan Usia Subur (PUS) khusus Laki-lakiyang

berada di Desa Pakuli Kec. Gumbasa

b) Pasangan Usia Subur (PUS) khusus Laki-laki yang hadir

pada saat penelitian.

2. Kriteria eksklusi

a) Pasangan Usia Subur (PUS) khusus Laki-laki yang

keluar Kota

b) Pasangan Usia Subur (PUS) khusus Laki-laki yang tidak

bisa membaca dan menulis

40
c. Teknik Pengambilan Sampel

Peneliti akan meneliti di Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa

dengan Pasangan Usia Subur (PUS) khususnya Laki-laki

berjumlah 366 orang yang terdiri dari 4 Dusun, dengan target

responden dalam penelitian ini berjumlah 40 orang. maka

teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini akan

menggunakan teknik Stratified Random Sampling adalah

pengambilan sampel yang dilakukan dengan membagi populasi

menjadi beberapa srata dimana setiap strata adalah homogen.

Adapun hasil daripenentuan sampel yang telah distrata yaitu

Dusun 1 berjumlah 10 orang, Dusun 2 berjumlah 10 orang

Dusun 3 berjumlah 11 orang dan Dusun 4 berjumlah 9 orang.

Cara mengambil sampel. Setelah peneliti mengambil data

jumlah penggunaan KB,jumlah PUS, dan alamat rumah

responden di DPPKB di Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa,

kemudian peneliti akan kerumah responden, mengucapkan

salam, memperkenalkan diri, meminta izin kepada responden

menjelaskan tujuan peneliti berkunjung datang berkunjung.

Kemudian peneliti memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden dan memberikan lembar kuisioner tentang

pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pemilihan

vasektomi. Sebelum responden mengisi kuisioner, peneliti

menjelaskan apabila ada pernyataan yang kurang dipahami oleh

41
responden, maka responden boleh bertanya pada peneliti.

Setelah selesai responden mengisi kuisioner, peneliti kembali

memeriksa kelengkapan pengisian biodata dan jawaban

responden jika sudah lengkap, peneliti kemudian mengucapkan

terima kasih kepada responden atas partisipasinya. Setelah itu

peneliti berpamitan dan mengucapkan salam.

DAFTAR PUSTAKA

Badan koordinasi keluarga berencana Nasional. 2009. Buku panduan penyuluhan,


keluarga bahagia sejahtera. Jakarta.

42
Badan koordinasi keluarga berncana nasional. 2004. Peningkatan partisipasi Pria
dalam KB dan kesehatan reproduksi. Jakarta.

Badan kependudukan dan keluarga berencana nasional. 2013. BKKBN. sumber


informasi KB pria Vasektomi bagi pengelolah program KB. Jakarta.

Badan kependudukan dan keluarga berencana nasional direktorat dan KIE. 2014.
Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Jakarta

Budiman, Agus Riyanto. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan


Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

BKKBN. 2017. Informasi KB. Vasektomi kontrasepsi Pria Mesra. Jakarta.

BKKBN.Kebijakan Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan


Pembangunan Keluarga dalam Mendukung Keluarga
Sehat .www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/gel2/Kepala
%20BKKBN.pdf. (diakses 09 juni 2018).

Budisantoso, Iman. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi


Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul.
Semarang: program pasca sarjana promosi kesehatan FKM UNDIP.

Dr. Pash Pangabean, dkk. Pedoman penulisan Proposal Skripsi. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Indonesia Jaya Palu. 2017.

Endang. Buku Sumber Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Gender, dan


pembangunan kependudukan. BKKBN & UNFPA. Jakarta.2002

Infodatim. Situasi dan analisis keluarga


berencana.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatim/infodati
m/indodatim-harganas.pdf. (dikases 09 Juni 2018)

Maydita Arie Stya Putri,dkk. 2014. Motivasi suami mengikuti program kb dengan
metode kontrasepsi mantap (vasektomi).
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp. (di akses 07 Juni 2017)

Notoadmojo, Soekidjo, 2006. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoadmojo, Soekidjo, 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta

43
Notoadmodjo, Soekidjo. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian ilmu


keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Pewakilan badan kependudukan dan keluarga berencana nasional. Materi KIE.


2013. Informasi pelayanan kontrasepsi mantap pria (vasektomi). Sulawesi
tengah.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 www.labdata.litbang.depkes.go.id


(diakses 01 Juni 2018).

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Undang-Undang No 10 tahun 1992 Tentang Kependudukan Dan Keluarga


Sejahtera.

Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

44

Anda mungkin juga menyukai