PROPOSAL
DIAJUKAN OLEH:
HUSNUL IKRIMA
PK 115019086
INDONESIA JAYA
PALU 2021
1
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP
PROPOSAL
DIAJUKAN OLEH:
HUSNUL IKRIMA
PK 115019086
Telah disetujui untuk di seminarkan oleh:
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
2
DAFTAR ISI
Isi Hal
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjaun Umum Halusinasi............................................................. 8
B.Tinjaun Umum Konsep Keluarga.................................................. 15
C.Tinjauan Umum Tingkat Kesembuhan......................................... 25
D.Landasan Teori............................................................................... 29
E.Kerangka Pikir................................................................................ 29
F.Hipotesis......................................................................................... 30
BAB III METODE PENILITIAN
A. Jenis Penelitian............................................................................. 31
B. Waktu Dan Lokasi Penelitian........................................................ 31
C. Variabel Dan Definii Operasional................................................. 31
D. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data............................................... 33
E. Pengelolaan Data.......................................................................... 35
F. Analisa Data................................................................................. 36
G. Populasi Dan Sampel................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2014 adalah kondisi di mana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
Gangguan Jiwa (PPDGJ) III bahwa gangguan jiwa adalah pola perilaku yang
sedangkan di Jawa Barat penderita gangguan jiwa 10.638 orang. Salah satu
kesehatan jiwa yang sering terjadi dan menimbulkan perilaku menyimpang yang
rangsangan yang datang dari luar, dimana rangsangan tersebut dapat berupa
Interpretasi terhadap rangsangan yang datang dari luar itu dapat mengalami
4
gangguan sehingga terjadilah salah tafsir (missing in terpretation). Salah tafsir
tersebut terjadi antara lain karena adanya efek yang luar biasa, seperti marah,
jiwa ini sering disertai dengan kekambuhan bahkan saat pengobatan dan
peran serta keluarga adalah satu usaha untuk mengurangi angka kekambuhan
(muftar 2011).
“perawat utama” bagi penderita. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat
hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan,
kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religiusitas, tidak
mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang
menghadapi masalah, baik ringan maupun berat. Pada saat menghadapi masalah
5
sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan di cintai. Contoh nyata yang
paling sering dilihat dan dialami adalah bila ada seseorang yang sakit dan
biasanya datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang sakit
Dukungan sosial ( social support ) Rook ( dalam Andarini & Fatma, 2013)
mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu fungsi dari ikatan
Dukungan sosial adalah informasi atau umpan balik dari orang lain yang
oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang
kerja, atau juga dari tetangga. Dukungan tersebut biasanya diinginkan dari
orang-orang yang signifikan seperti keluarga, saudara, guru, dan teman, dimana
memiliki derajat keterlibatan yang erat. Selain itu, dukungan sosial merupakan
menderita penyakit medis lainnya. Mereka sering sekali disebut sebagai orang
6
gila (insanity atau madness). Perlakuan ini disebabkan karena ketidaktahuan atau
halusinasi. Hal itu menyebabkan penderita halusinasi yang sudah sehat memiliki
tinggi sebanyak 33 orang ( 41,2%). Apabila variabel duk ungan keluarga naik
turun satu satuan maka angka kesembuhan meningkat 0,589 satuan. Kesembuhan
dan kekambuhan penderita gangguan jiwa sangat dipengaruhi oleh peran atau
7
di Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki angka
gangguan jiwa yang relatife tinggi. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
sebesar 1.7 permil, artinya ada satu sampai dua penduduk dari 1000 penduduk di
Rumah Sakit khusus Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Palu adalah satu-satunya
Rumah Sakit Jiwa yang ada di Palu, survay awal di lakukan pada hari sabtu
tanggal 22 mei 2021 di Rumah Sakit Jiwa Madani Palu, Berdasarkan data dari
Rekam medik Rumah Sakit Daerah Jiwa Madani Provinsi Sulawesi Tengah
Palu, pasien halusinasi yang di rawat pada tahun 2020 dari bulan januari sampai
tahun 2021 dan bulan januari sampai mei rata-rata 14 orang setiap beberapa
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
8
Untuk mengetahui adanya hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat
a. Tujuan khusus
b. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini merupakan salah satu sumber informasi bagi instansi
jiwa.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
luar), di mana klien memberi persepsi tentang lingkungan tanpa adanya suatu
objek (Yosep, 2013), sekitar 70% halusinasi yang di alami oleh pasien gangguan
jiwa yaitu halusinasi dengar, 20% mengalami halusinasi penglihatan dan 10%
tersebut, dia dapat mengakuinya sebagai halusinasi marah tanpa sebab, biacara
atau tertawa sendiri, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas, maka perawat harus
informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistik pada
asuhan klien peran perawat dalam menangani halusinasi antar lain melakukan
obat dngan teratur, bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul,
10
Halusinasi yang di alami oleh individu dapat disebabkan melalui faktor
pred isposisi dan presipitasi. Hal ini di dukung pernyataan dari Stuart, Keliat, dan
Pasaribu (2016).
adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa melibatkan
sumber dari luar yang meliputi semua system panca indra salah satu gangguan
jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta m erasakan sensasi
meraakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan jiwa mengalami
Menurut Yosep (2010) dan Trimeilia (2011) tahapan halusinasi ada lima fase
yaitu:
takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa
narkoba, dikhianati kekasih, masalah di kampus, di drop out, dst. Masalah terasa
11
terbiasa menghayal. Klien menganggap lamunan-lamunan awal tersebut sebagai
pemecahan masalah.
Karakteristik :
suara, gerakan mata cepat, respon verbal lamban, diam dan dipenuhi oleh
mulai berupaya untuk menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang
sensorinya tersebut dan menarik diri dari orang lain dengan intensitas watu
12
pernafasan meningkat, tekanan darah dan denyut nadi menurun,
konsentrasi menurun
Karakteristik :
detik/menit.
Karakteristik :
berlangsung selama minimal empat jam atau seharian bila klien tidak
Perilaku yang muncul adalah perilaku menyerang, risiko bunuh diri atau
3. klafikasi halusinasi
13
Menurut Trimeilia ( 2011 ) jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut :
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan, seperti bau darah,
urine atau feses atau bau harum seperti parfum. Perilaku yang muncul
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan, seperti rasa
darah, urine atau feses. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap,
14
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang. Merasakan ada
f. Halusinasi sinestetik
Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,
atas permukaan bumi. Perilaku yang muncul adalah klien terlihat menatap
tubuhnya sendiri dan terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang
tubuhnya.
Stuart dan Sundeen dalam Yusuf dkk (2015) menyebutkan bahwa faktor
dan kemampuan koping yang dimiliki pasien adalah aspek yang harus digali
a. Faktor predisposisi
1) Biologis
menarik diri.
15
2) Psikologis
3) Sosial budaya
b. Faktor presipitasi
2) Faktor biokimia
halusinasi.
3) Psikologis
16
4) Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas
sosial.
a. Menarik diri
d. Gelisah
f. Bingung
h. Menggerak-gerakan bibir
17
s. Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri : mandi, sikat gigi, ganti
3) Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal.
terjadi dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh
18
hendaknyq di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
2. Melaksanakan program terapi dokter sering kali pasien menolak obat yang
mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau
mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui
keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada
19
prsamaan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan,
sering mendengar laki-laki yang mengejek yang mengejek. Tapi bila ada
beritahukan pada keluarga pasien dan petugas lain agar tidak membiarkan
pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak brtentangan (Kris, 2009).
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam
( Friedman, 2010 ).
meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarg adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang hidup dalam satu rumah tangga,
20
mempertahankan budaya serta meningkatkan perkembangan fisik dari setiap
anggotanya.
2. fungsi keluarga
b. Fungsi sosialisasi
sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina
21
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan ( The Health Care Function)
kesehata yang harus dilakukan oleh keluarga ( Freeman, 1981 dikutip dari
ataupun aktivitas yang normal atau tidak untuk dilakukan. Hal ini erat hu
keluarga mengetahui bahwa ada kondisi anggota keluarga tidak sesuai dengan
tidak membantu diri sendiri karena cacat fisik ataupun mental. Karena
22
kondusif bagi penderita gangguan jiwa dilingkungan rumah agar merasa
jiwa.
2) Takut akibat masalah yang di hadapi serta aib yang harus dihadapi
dan kurang baik itu dalam hal biaya, tenanga dan waktu dalam penanganan
23
5) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan yang ada
6) Fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau terutama bagi keluarga yang ada
di pedesaan.
dan perawatannya
5. Dukungan keluarga
didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata
atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di
dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal - hal yang dapat
penerimanya.
Keluarga merupakan suatu sistem terbuka yang terdiri dari semua unsur
dalam sistem, mempunyai struktur tujuan atau fungsi dan mempunyai organisasi
internal, seperti sistem yang lain. Bila salah satu anggota keluarga mengalami
24
gangguan, hal ini akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain (Indriaty,
2004). Keluarga juga merupakan suatu matriks dari perasaan beridentitas dari
itu semua menjaga kontuinitas secara cukup untuk memenuhi fungsinya sebagai
(Dwi, 2001).
masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan social berbeda dalam berbagai tahap-
tahap siklus kehidupan. Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan social
internal, seperti dukungan dari suami, istri atau dukungan dari saudara kandung,
dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti. Dukungan
dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehsatan dan adaptasi
25
Caplan menerangkan bahwa keluarga memiliki empat fungsi suportif, antara
lain :
maslah yag dihadapi pasien di rumh atau rumh sakit jiwa, memberikn nasehat,
pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang di lakukan oleh
tempat, dokter, dan terapi yang baik bagi diriny dan tidnakan spesifik bagi
Suport ), suatu kondisi dimanan bend atau jasa akan membantu memcahkan
26
tujuan praktis. Meskipun sebenarnya, setiap orang dengan sumber – sumber
yang tercukupi dapat memberi dukungan dalam bentuk uang atau perhatian
yang bertujuan untuk proses pengobatan. Akan tetapi akan lebih efektif bila
pasien yang di rawat di rumah atau di rumah sakit jiwa. Jenis dukungan bersifat
emosional atau menjaga keadaan emosi atau menjaga keadaan emosi atau
ekspresi.
nyaman, jaminan rasa memiliki, dan merasa dicintai saat mengalami masalah.jika
stress mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicinta maka
perasaan seseorang akanhal yang dimiliki dan dicintai makan dukungan dapat
Apabila dibiarkan terus menerus dan tidak terkontrol maka akan berakibat
hilangnya harga diri. Pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan
27
penyakit kejiawaan, mempunyai tuntutan pengorbanan ekonomi, sosial, psikologis
yang lebih besar dari pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan
yang lebih besar dari pada keluarga yang normal. Dukungan keluarga dalam
penderita
1. Definis Sembuh
yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, sembuh dengan pembawa, dan
dimana fungsi tubuh menjadi pulih seperti sebelumnya atau kembali dalam
28
keadaan semula. Dalam kasus tertentu kesembuan ini dpat berlangsung dengan
penerimaan oleh masyarakat sekita dimana seseorang hidup. Sehat secara psikis
orang dikatakan sembuh ketika dia menjadi pendengar yang baik bagi orang yang
didasarkan atas pengukuran / standar yang pasti berupa diagnosa dan uji
terapi medikasi terbebas dari gejala-gejala halusinasi, tetapi tidak melihat apakah
pasien itu dapat berfungsi atau tidak. Istilah recovery (sembuh tuntas) biasanya
pasien juga dapat bekerja atau belajar sesuai harapan keadaan diri pasien
bimbingan social, latihan keterampilan kerja, dan kesempatan yang sama untuk
rumah sakit (umum atau jiwa) dan rawat jalan, ada cara alternatif, yaitu dirawat
hanya pada siang atau malam hari saja di rumah sakit, sebagian hari lainnya
pasien berada di rumah bersama dengan keluarga atau di sekolah atau tempat
kerja bersama teman-temannya. Selain itu ada program terapi residensial, yaitu
tempat semacam asrama bagi pasien halusinasi yang sudah relatif tenang atau
29
mencapai keadaan remisi (tetapi masih memerlukan rehabilitasi, latihan
keterampilan lebih lanjut) dapat hidup dalam suasana lingkungan seperti keluarga
sosial (cara bergaul, latihan keterampilan social) serta lingkungan keluarga dan
kerja tertentu yang dapat digunakan pasien untuk mencari nafkah). Semua ini
mungkin dilakukan oleh satu kelompok komuniti saja, banyak pihak harus terlibat
dan saling bekerja sama dengan satu tujuan yaitu membawa pasien kepada
30
2. Kriteria Sembuh Pada Halusinasi
Menurut Abdul (2015) evaluasi yang di dapatkan pada klien dengan halusinasi
2) Klien dapat membedakan hal yang nyata dan yang idak nyata.
5) Klien dpat menyebutkan tindakan yang dapat di lakukan pada saat terjadi
halusinasi
3. Evaluasi
a. Pengertian
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan u tuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi terus menerus pada respon klien terhadap
b. Jenis Evaluasi
Evaluasi dapat di bagi 2 jenis yaitu evaluasi proses tau formatif dilakukan
membandingkan respon klien pada tujuan umum dan tujuan khusus yang
telah ditentukan.
31
4. Evaluasi Tindakan Halusinasi
lakukan.
masalah tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontra
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
D. Landasan Teori
halusinasi adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa
melibatkan sumber dari luar yang meliputi semua system panca indra
( Maramus, 2004 ). sekitar 70% halusinasi yang di alami oleh pasien gangguan
jiwa yaitu halusinasi dengar, 20% mengalami halusinasi penglihatan dan 10%
penyakit tersebut, dia dapat mengakuinya sebagai halusinasi marg tanpa sebab,
biacara atau tertawa sendiri, ketakutan pada sesuatu yang tidk jelas, maka
yang tersedia,tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari
32
aktifitas kelompok, dan melatih keluarga untuk merawat klien dengan
halusinasi.
E. Kerangka Pikir
berisikan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dalam rangka
Dukungan keluarga
33
F. HIipotesis
a. Hipotesis alternatif ( Ha )
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
rancangan ‘’cross sectional study’’ yang bertujuan untuk melihat apakah ada
Waktu penelitian akan dilaksnakan pada bulan juli 2021, penelitian akan
membawa klien berobat dengan tetap selalu mengikuti protokol kesehatan yang
sudah di tetapkan.
Alasan peneliti memilih lokasi ini karena hanya satu-satunya rumah sakit
jiwa yang ada di sulawesi tengah dan lebih memudahkan peneliti untuk
melakukan penelitian.
1) Variabel penelitian
Variabel penelitian ini adalah suatu atribut atau nilai dari orang, objek, atau
35
2) Variabel bebas ( independent ). Variabel bebas adalah stimulus aktif dan
4) Definisi operasional
secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena yang kemungkinan dapat
Skala : ordinal
Hasil ukur :
Baik= T ≥ mean
Kurang = T ≤ me an
( Nursalam, 2013 ).
36
b. Kesembuhan gejala halusinasi Tahap kembalinya seseorang pada suatu
Tidak sembuh = 0
Skala : nominal
Hasil ukur :
Tidak sembuh : Jika klien tidak menunjukan satu atau lebih tandatanda
( Nursalam, 2013 ).
1. Jenis data
dari peneliti terdiri dari data primer dan data sekunder. ( Sugiyono,
2013 ).
37
a. Data primer
Data primer adalah data yang di peroleh atau di kumpulkan peneliti secara
langsung sumbernya. Data primer juga bisa di sebut sebagai data asli atau
responden.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang di peroleh atau data yang dikumpulkan
peneliti dari berbbagai sumber yang sudah ada atau peneliti sebagai tangan
kedua. Data sekunder data yang di peroleh dari rumah sakit daerah jiwa
madani palu.
38
Setela di lakukan penelitian semua kuesioner teriisi dengan lengkap
E. Pengelolaan data
a. Editing
b. Coding
d. Tabulating ( tabulasi )
e. Cleaning
39
Cleaning adalah proses penghilangan data yang di anggap tidak perlu
f. Describing
telah terkumpul.
F. Analisa data
1. Analisa univariat
( Notoatmodjo, 2018)
f
p= × 100%
n
Keterangan
P = presentase
N = jumlah soal
2. Analisa bivariat
( 0−E ) 2
Rumus chi-square : x=∑
E
Keterangan
40
x 2=chi-square
O= hasil observasi
1. Populasi
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga dan klien halusinasi di Rumah
jumlah sampel penelitian ini adalah anggota keluarga dan klien sebanyak
a. Kriteria sampel
1. Inklusi
41
a) Semua keluarga dan pasien dengan gangguan halusinasi di Rumah
2. Kriteria Ekslusi
42
DAFTAR PUSTAKA
Andarini, S.R. Fatma, A. (2013). Hubungan antara Distres dan Dukungan Sosial
dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa dalam Menyusun Skripsi.
Talenta Psikologi. Vol. II, No, 2, diakses pada tanggal 16 juni 2016/pdf.
Anonim Kesehatan Jiwa. (Online) http://www.Kesehatan-Jiwa.pdf akses 12
februari 2011
Caplan Halord, Sadock Benjamin, 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. EGC.
Jakarta.
Christine, M. 2010. “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak
Usia Sekolah terhadap Pemasangan Intravena di Rumah Sakit Advent
Medan tahun 2010”. Skripsi.
Deden.D, Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku Gosyen Publishing.
Yogyakarta
Friedman. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Gusti Salvari. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta Timur:
CV Trans Info Media
Halusinasi.http://asuhankeperawatan-pada-pasiendengan_halusinasi_09.html.
Diakses pada tanggal 16 Februari 2011
Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Klien
Dengan Halusinasi di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan
Jakarta Tahun 2014 Apriana Nona Linggu, Ice Yulia Wardan
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada : Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan, Analis
Kesehatan dan Farmasi Volume 19 Nomor 2 Agustus 2019
Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) Volume 5 Nomor 1 Tahun
2018
Muttar, M. 2011. “Hubungan dukungan keluarga terhadap kesembuhan klien
gangguan halusinasi di Rumah Sakit Khusus daerah (RSKD) Provinsi
Sulawesi Halusinasi.http://asuhankeperawatan-pada-
pasiendengan_halusinasi_09.html. Diakses pada tanggal 16 Februari 2011
Maramis. 2004. Ilmu Kedoktera Selatan. Skripsi. Online.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Sarafino, E.P. (2011). Healty Psychology: Biopsychososial Interaction
43
Suharismi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi 14.
Jakarta: Rineka Cipta. , 2008.
Trimeilia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta Timur: CV. Trans
Info Media
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 2014 tentang kesehatan jiwa.
Diakses dari: http://binfar.kemkes.go.id/?
wpdmact=process&did=MjAxLmhvdGxpbms
Universitas islam negeri maulana malik ibrahim pusat perpustakaan. hubungan
dukungan sosial oleh F maziah 2015
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Yusuf, rizky fitryasarin pk, hanik endang nihayati. 2015 buku ajar keperawatan
kesehatan jiwa. jakarta : salemba medika.
44