pO
KELOMPOK IV :
2016
\
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis
rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang
membawa kesan rasa dari organ indra menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan.
Beberapa kesan timbul dari luar seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman
dan suara. Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital,
ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial
yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan
koordinasi gerakan mata. Salah satu penyakit yang dapat menyerang indra penglihatan
yaitu konjungtivitis. Sebelumnya, pengertian dari konjungtiva itu sendiri adalah
membrana mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan berlanjut ke
batas korneosklera permukaan anterior bola mata. Sedangkan pengertian konjungtivitis
adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada
konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. Menurut sumber
lainnya, Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata yang bisa
mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika
berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi
yang baru lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan
oleh bakteri dan virus. Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan
seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh
karena itu, maka kita harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat
memutus mata rantai dari penularannya. Conjunctivitis (konjungtivitis, pink eye)
merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak
mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi,
iritasi dari bahan-bahan kimia seperti terkena serpihan kaca yang debunya beterbangan
sehingga mengenai mata kita dan menyebabkan iritasi.. Boleh dikata masyarakat kita
sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis
yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran
keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari penyusunan makalah ini secara umum yaitu untuk
mengetahui tentang Konsep Dasar Medis dan Konsep Dasar Keperawatan tentang
Konjungtivitis.
Sedangkan tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui proses
perjalanan penyakit dari pembuatan makalah seperti konsep teori sampai dengan
asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien penderita konjungtivitis.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi
B. Etiologi
C. Klasifikasi
1. Konjungtivitis Bakteri
Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat
menular, menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau
dengan objek yang terkontaminasi.
2. Konjungtivitis bakteri hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang
berat dan mengancam penglihatan, perlu rujukan ke oftalmologis segera.
3. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling sering
adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik seperti
mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga
disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48
jam.
4. Konjungtivitis Alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap serbuk,
protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan/atau obat
(atropin dan antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat
kimia seperti hair spray, tata rias, asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga
berhubungan dengan konjungtivitis alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di
udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin.. Pasien
dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi musiman, atau
alergi spesifik (misal terhadap kucing)
5. Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan
konjungtivitis gonore ). Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat
pada bayi yang baru lahir.
D. Patofisiologi
Arteri Konjungtiva
Arteri siliar anterior Dilatasi PD
konjungtiva bulbi
posterior
Arteri
Arteri Peradangan PD
perikornea
episklera Darah
a
tertimbun Perdarahan
Pecahnya PD
dibawah subkonjungtiva
kornea jaringan
Bola
konjungtiva
mata,iris
dan badan Penyumbata
n duktus
nasolakrimal
hyperemia Kerusakan jaringan
s
Dipersepsikan
sebagai rasa nyeri Rangsangan diperantarai oleh
substantia P
Nyeri
Membuat rangsangan
sampai ke korda spinalis
E. Manifestasi Klinik
1. Konjungtivitis Bakteri
Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora dan rabas pada
awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap menjadi lebih tebal atau mukus
dan berkembang menjadi purulen yang menyebabkan kelopak mata menyatu dalam
posisi tertutup terutama saat bangun tidur pagi hari. Eksudasi lebih berlimpah pada
konjungtivitis jenis ini. Dapat ditemukan kerusakan kecil pada epitel kornea
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Sering disertai urethritis. Infeksi mata menunjukkan sekret purulen yang masif. Gejala
lain meliputi mata merah, iritasi, dan nyeri palpasi. Biasanya terdapat kemosis,
kelopak mata bengkak, dan adenopati preaurikuler yang nyeri. Diplokokus gram
negatif dapat diidentifikasi dengan pewarnaan Gram pada sekret. Pasien biasanya
memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan sistemik.
3. Konjungtivitis Viral
Gejalanya : Pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia dan sensasi adanya
benda asing pada mata. Epifora merupakan gejala terbanyak. Konjungtiva dapat
menjadi kemerahan dan bisa terjadi nyeri periorbital. Konjungtivitis dapat disertai
adenopati, demam, faringitis, dan infeksi saluran napas atas.
4. Konjungtivitis Alergi
1. Mata Gatal
2. Panas
3. Mata berair
4. Mata merah
5. Kelopak mata bengkak
5. Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan konjungtivitis
gonore ).
Tanda- tanda blenore adalah sebagai berikut:
a. ditularakn dari ibu yang menderita penyakit GO
b. merupakakan penyebab utama oftalmia neonatorum
c. memberikan sekret purulen padat sekret yang kental
d. mperdarahan subkonjungtiva.
F. Komplikasi
G. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan mata
2. Pemeriksaan tajam penglihatan
3. Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, dan kampimeter dan primeter ( sebagai alat
pemeriksaan pandangan).
4. Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein ( untuk melihat adanya efek epitel
kornea).
5. Pemeriksaan dengan melakukan uji festel ( untuk melihat adanya kebocoran kornea).
6. Pemeriksaan oftalmoskop.
7. Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop ( untuk melihat benda
menjadi lebih besar di banding ukuran normalnya.
A. Therapy medik
2. Antibiotik topical, obat tetes steroid untuk alergi ( kontra indikasi pada herpes simplek
virus).
B. Pemeriksaan laboratoriu
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut di buat
sediaan yang di cat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat di jumpai sel-sel radan
polimorfonuklear. Pada konjungtivitis di sebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa
akan di dapatkan sel-sel eosinofit.
BAB I11
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata yang meliputi: Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur,
jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
alamat, penanggung jawab.
2. Keluhan Utama biasanya berupa keluhan yang dirasakan klien pada saat itu.
3. RPS ( riwayat penyakit sekarang ) biasanya berisi tentang penyakit yang dialami
klien
4. RPK ( riwayat penyakit keluarga ) biasanya diambil dari penyakit yang pernah
diderita oleh keuarga pasien.
5. RPD ( riwayat penyakit dahulu ) diambil dari riwayat penyakit dahulu.
B. Diagnosa keperawatan
1. Tujuan : nyeri1) - Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh - Untuk menentukan pilihan
yang dirasakan klien. intervensi yang tepat.
klien dapat2) - Ajarkan klien metode distraksi selama
- - Berguna dalam intervensi
berkurang, dan nyeri, seperti nafas dalam dan teratur. selanjutnya.
klien tidak merasa3) - Ciptakan lingkungan tidur yang
kesakitan nyaman aman dan tenang --- - Merupakan suatu cara
KH: Nyeri pemenuhan rasa nyaman kepada
berkurang atau klien dengan mengurangi
terkontrol Kolabo - Kolaborasi dengan tim medis dalam stressor yang berupa kebisingan.
pemberian analgesik. - Menghilangkan nyeri,karena
memblokir saraf penghantar
nyeri
2. Tujuan : Setelah - Kaji ketajaman penglihatan pasien - untuk mengkaji sejauh mana
diberikan askep pasien dapat melihat
- Anjurkan kepada keluarga atau orang
keperawatan - Megawasi dan membimbing
terdekat klien untuk tinggal bersama
diharapkan selama pengobatan berlangsung.
klien
gangguan persepsi
- Anjurkan kepada pasien dan keluarga - untuk mempercepat dalam
sensori berkurang
untuk mematuhi progam terapi yang proses penyembuhan
atau hilang
telah dilaksanakan.
KH : Pasien dapat
melihat dengan
baik, pasien tidak
mengalami
kesusahan waktu
melihat atau
berinteraksi dg
orang lain.
3. Tujuan: pasien - Kaji tingkat ansietas / kecemasan. - Bermanfaat dalam penentuan
tidak dalam intervensi.
keadaan cemas - Beri penjelasan tentang proses - Meningkatkan pemahaman
maupun gelisah penyakitnya. klien tentang proses penyakitnya
cemas - Beri dukungan moril berupa do’a - Memberikan perasaan tenang
KH: Klien untuk klien. kepada klien.
mengatakan
pemahaman
tentang proses
penyakitnya dan
dalam keadaan
tenang.
D. Implementasi
No. IMPLEMENTASI
Dx
1. A – Mengkaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
2) - Mengajarkan klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam dan teratur.
- Menganjurkan kepada keluarga atau orang terdekat klien untuk tinggal bersama klien
- Menganjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi progam terapi yang telah
dilaksanakan.
3. - Mengkaji tingkat ansietas / kecemasan.
E. Evaluasi
No. Dx EVALUASI
1. S: Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah mulai berkurang
O: Klien menunjukkan perasaan yang rileks dan tidak mengalami kesakitan lagi
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
2. S: Klien mengatakan tidak bisa melihat seseorang jika dari jarak jauh
O: Klien menunjukkan sikap kebingungan ketika diajak bertatap muka, dan sering salah
jika berhadapan dengan orang lain.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3. S: Klien mengatakan cemas dan gelisah ketika ditanya tentang penyakit yang ia derita.
O: Klien tampak bingung dan wajah pucat, akral dingin dan cemas
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica Aesculapius
FKUI, Jakarta
Samsuri,Anas.2010.Buku Ajar Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta : EGC
Sidarta dkk. 2000. Ilmu Penyakit Mata Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia.
Jakarta : CV, Sagung Seto
Lynda Jual.2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III. Jakarta: Media
Aeuscualpius.
ttp://pary08.Wordpress.com/2011/01/03/askep-konjungtivitis/