PROPOSAL
DIAJUKAN OLEH:
1
DAFTAR ISI
Isi Hal
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................... 4
C. Tujuan penelitian.............................................................................. 4
D. Manfaat penelitian............................................................................. 4
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 50
LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
standar tinggi anak pada populasi yang normal sesuai dengan usia dan jenis
kelamin yang sama. Anak dikatakan pendek (stunting) jika tingginya berada
dibawah -2 SD dari standar WHO (Dewey & Begum, 2010 dan WHO, 2005,
tahun berturut-turut dari tahun 2007, 2010 dan 2013 dan 2018 adalah 36,8 persen;
34,6 persen dan 37,3 persen, 30,8 persen. Data hasil pemantuan status gizi (PSG)
stunting sebesar 30,6 persen dan balita wasting sebesar 10,1 persen. Istilah
underweight sendiri merupakan kondisi gabungan pada masalah gizi yang menitik
beratkan pada hasil penimbangan berat badan berdasarkan umur antara gizi buruk
dan gizi kurang (BB/U <-2 SD), stunting merupakan kondisi gabungan pada
3
berdasarkan umur antara sangat pendek dan pendek (TB/U <-2 SD) sedangkan
tinggi/panjang badan antara sangat kurus dan kurus BB/TB <-2 SD (Dinas
prevalensi stunting dalam lingkup nasional sebesar 30,8 persen, terdiri dari
prevalensi pendek sebesar 19,3 persen dan sangat pendek sebesar 11,5 persen. Hal
dengan prestasi pendidikan yang buruk, lama pendidikan yang menurun dan
kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh menjadi dewasa yang kurang
pendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap penyakit tidak
menular. Oleh karena itu anak pendek merupakan prediktor buruknya kualitas
sumber daya manusia yang diterima secara luas, yang selanjutnya menurunkan
kemampuan produktif suatu bangsa di masa yang akan dating (Trihono, 2015).
karena dampak kekurangan gizi kronis selama 1.000 hari pertama kehidupan anak.
4
(tidak bisa diubah), anak tersebut tidak akan pernah mempelajari atau
(Riset Kesehatan Dasar/ Riskesdas 2013) dan di seluruh dunia, Indonesia adalah
usia Dua Tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak
maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa
kabupaten ciamis tahun 2019, menunjukkan bahwa pengetahuan ibu balita tentang
Masalah kekurangan gizi secara global sampai saat ini masih mendapatkan
underweight 17,7 persen , stunting 30,8 persen , wasting 12,2 persen serta tingkat
5
Provinsi Sulawesi Tengah underweight 19,6 persen,stunting 32,2 persen,wasting
balita stunting yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bunobogu pada tahun 2020
Hasil wawancara awal peneliti dengan 5 orang ibu balita, 3 orang ibu balita
mengatakan sama sekali tidak mengetahui apa itu stunting dan bagaimana cara
pencegahanya, sedangkan 2 ibu balita lainya sudah mengetahui apa itu stunting
Dari latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
sebuah penelitian tentang “Pengetahuan Ibu balita tentang Stunting pada anak di
B. Rumusan Masalah
masalah dalam penelitian ini yaitu : “Bagaimanakah pengetahuan dan sikap ibu
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
6
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan
3. Bagi Peneliti
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Stunting
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur
dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial
ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi
pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa
awal setelah anak lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun, di
mana keadaan gizi ibu dan anak merupakan faktor penting dari pertumbuhan
anak. Periode 0-24 bulan usia anak merupakan periode yang menentukan
8
kualitas kehidupan sehingga disebut dengan periode emas. Periode ini
Masalah gizi pada anak secara garis besar merupakan dampak dari
dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang
Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang
pendek). Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila seorang balita sudah
diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan
9
Stunting menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada
menurut (TB/U) kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) atau dibawah
rata-rata standar yang ada dan serve stunting didefinisikan kurang dari -3 SD
(ACC/SCN, 2000).
Salah satu indikator gizi bayi lahir adalah panjang badan waktu lahir
disamping berat badan adalah panjang badan waktu lahir. Panjang bayi lahir
dianggap normal antara 48-52 cm. Jadi, panjang lahir <48 cm tergolong bayi
pendek. Namun bila ingin mengaitkan panjang badan lahir dengan risiko
menganjurkan nilai batas <50 cm. Berat dan panjang badan lahir di catat atau
buku KIA, KMS, atau buku catatan kesehatan anak lainnya. Tinggi badan
yang lalu, apabila umur tidak diketahui dengan tepat. Selain itu, tinggi badan
badan menurut tinggi bada, faktor umur dapat ditiadakan. Pengukuran tinggi
badan untuk balita sudah bisa berdiri tegak menggunakan alat pengukur
10
2. Dampak Stunting
tubuh, dan gangguan sistem pembakaran. Pada jangka panjang yaitu pada
beberapa fakta terkait stunted dan dampaknya antara lain sebagai berikut:
enam bulan, akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua
tahun. Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi defisit jangka
b. Anak-anak dengan stunted cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih
c. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat
Anak stunted pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup,
11
kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan
panjang:
pendek:
perkembangan bahasa.
reproduksi.
12
b. Sisi perkembangan: penurunan prestasi belajar, penurunan
kerja.
ukur panjang dan tinggi badannya, lalu di bandingkan dengan standar dan
hasilnya berada di bawah normal. Secara fisik balita akan lebih pendek di
mencapai potensi genetik sebagai hasil dari kesehatan atau kondisi gizi yang
(PB/U)(TB/U).
(TB/U)
13
Sumber: Standar Antopometri Penilaian Status Gizi Anak (Kemenkes RI,
2011)
a. jenis kelamin
jaringan otot lebih sedikit daripada laki- laki. Secara metabolik, otot
Dengan demikian, laki- laki dan perempuan dengan tinggi badan, berat
badan dan umur yang sama memiliki komposisi tubuh yang berbeda,
dibandingkan laki- laki dan anak laki- laki dalam pengaturan konsumsi
14
yang tidak merata. Bahkan, pada beberapa kasus, mereka memperoleh
bahwa presentasi kejadian stunting pada balita laki- laki lebih besar
disebabkan karena balita laki- laki pada umumnya lebih aktif daripada
balita perempuan. Balita laki- laki pada umumnya lebih aktif bermain
orang tua dalam pertumbuhan anak. Selain itu dengan pendidikan yang
15
dengan pengetahuan gizi yang baik akan tahu bagaimana mengolah
jaminan untuk hal tersebut. Sedangkan ibu yang bekerja di rumah tidak
penilitian ini banyak ibu yang berkerja di luar rumah yang membuat
16
anak tidak mau makan nasi beserta lauk nenek akan memberi makanan
banyak anak stunting dengan berat badan yang rendah, sesuai dengan
d. Pendapatan Keluarga
seluruh anggota yang bekerja baik dari pertanian maupun dari luar
17
pemenuhan kebutuhan makanan masih menjadi prioritas utama,
anak stunting dan normal, ternyata kelompok anak normal yang miskin
sehingga harus dilihat harus dilihat dalam koteks yang lebih luas dan
tidak hanya dalam ranah biomedis (Zere & McIntyle, 2003). Proporsi
anak yang stunting lebih banyak terjadi pada rumah tangga dengan
e. ASI Eksklusif
baru lahir sebagai asupan pertama kali. ASI diberikan pada bayi sejak
18
dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi serta melindungi bayi dari
2012). ASI sebaiknya diberikan sesuai kemauan dari bayi tanpa adanya
pemberian ASI eksklusif tidak hanya dirasakan oleh bayi, tetapi juga
1. Sumber gizi terbaik dan paling ideal dengan komposisi yang seimbang
kacang-kacangan (leguminosa).
19
3. Berikan bahan makanan sumber protein hewani setempat yang
Risiko menjadi stunting 3,7 kali lebih tinggi pada balita yang
tidak diberi ASI eksklusif (ASI <6 bulan) dibandingkan dengan balita
yang diberi ASI eksklusif (>6bulan) (Hien dan Kam, 2008, dalam
memberikan efek perlindungan pada bayi baru lahir dan bayi yang
al., 2006 dalam Atika Rahayu, 2018 ). Hal ini sesuai dengan penelitian
bayinya.
2. ASI yang menyusui mengalami sakit berat tang secara medis tidak
20
Pola makan pada balita sangat berperan penting dalam proses
tubuh kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk pada balita.
lebih mudah terkena penyakit infeksi seperti diare dan ISPA. Pola
ada yang terikat pada pola pemberian makanan 3 kali per hari tetapi
hari atau lebih. Frekuensi pola pemberian makanan yang ideal menurut
21
Suryansyah (2012) adalah 3 kali sehari dengan jam makan yang teratur
lingkungan.
1. Faktor Ekonomi
22
lebih didasarkan kepada pertimbangan selera dibandingkan aspek gizi.
siap santap (fast food), seperti ayam goreng, pizza, hamburger dan
Mariyam, 2013).
nasihat yang dianggap baik ataupun tidak baik yang lambat laun akan
ditinjau dari kesehatan, salah satu contohnya adalah anak balita tabu
23
kandungan protein yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan bila
3. Pendidikan
4. Lingkunggan
24
keluarga. Lingkungan sekolah, termasuk didalamnya para guru, teman
g. Penyakit Infeksi
antara jumlah zat gizi yang diserap dari makanan dan jumlah zat gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi dari
setan. Anak kurang gizi, yang daya tahan terhadap penyakitnya rendah,
rahayu, 2018).
saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita. Diare adalah buang air
25
lebih lunak dan cair yang berlangsung dalam kurun waktu minimal 2
bahwa di Indonesia 53% dari bayi dan anak penderita diare terinfeksi
EPEC. Oleh karena itu, penyakit diare merupakan salah satu masalah
26
nafsu makan akibat serangan infeksi, dan inflamasi (Masithah,
h. Pencegahan Stunting
dunia berhak mendapatkan makanan dan gizi yang baik. Anggota sun
ibu hamil dan anak usia 0-2 tahun. Bentuk nyata pencegahan stunting
1. Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. Ibu hamil harus
27
2. ASI Eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi
kualitasnya.
pertumbuhan.
1. Pengertian
“tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
2. Tingkat pengetahuan
(Notoatmodjo, 2012).
28
a. Tahu (know)
kembali (reccal) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
b. Memahami (comprenhensio)
benar tentang obyek yang diketahui, seseorang dapat dikatakan paham bila ia
c. Aplikasi (application)
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata. Contohnya dapat
d. Analisa (analysis)
sebagainya.
29
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
suatu obyek atau kegiatan berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri
stimulus.
30
e. Adaption, subyek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
a. Faktor Internal
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
31
umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Pekerjaan
3. Umur
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari
dari orang yang belum tinggi kedewasaanya. Hal ini sebagai dari
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
individu.
2) Sosial Budaya
penalaran yang dilakukan baik atau buruk. Sistem sosial budaya yang
32
ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
1. Pengertian
respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah
2. Tingkatan Sikap
a. Menerima (receiving)
33
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
b. Merespon (responding)
yang diberikan atau suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
pekerjaan itu benar atau salah, berarti bahwa orang menerima ide itu.
c. Menghargai (valuing)
3. Komponen Sikap
Menurut Azwar (2012), struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang
objek sikap, dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan), pandangan,
34
b. Komponen efektif (affective)
subjektifitas individu terhadap objek sikap, baik yang positif (rasa senang)
a. Pengalaman pribadi
35
c. Kebudayaan
d. Media masa
e. Lembaga pendidikan
5. Pembentukan sikap
kebutuhan dan motivasi seseorang dan faktor ekstrisik antara lain adalah
faktor lingkungan, pendidikan, ediologi, ekonomi, dan politik. Selain itu ada
lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta emosi dalam diri individu
(Notoatmodjo, 2010).
36
6. Pengukuran Sikap
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan
langsung dan skala sikap. Skala sikap (attitude scale) berupa kumpulan
intensitas sikap seseorang. Salah satu sifat dari skala sifat adalah isi
responden.
37
D. Tinjauan umum tentang Ibu
1. Pengertian Ibu
Ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wanita yang telah
wanita yang sudah bersuami. Panggilan yang takzim kepada wanita baik yang
istri, sebagai ibu dari anak-anaknya, dan sebagai seseorang yang melahirkan
dan merawat anak-anaknya. Ibu juga bisa menjadi benteng bagi keluarganya
2. Peran Ibu
kesehatan anggota keluarganya. Peran ibu adalah tingkah laku yang dilakukan
seorang ibu terhadap keluaganya untuk merawat suami dan anak – anaknya
anaknya.
terutama pada masa remaja awal. Melalui ibu, remaja mengenal berbagai
38
proses seksual yang terjadi pada tubuhnya. Santrock (2011), juga memaparkan
2012). Mengenai perawatan menstruasi orang tua atau ibu dapat memberikan
2010).
1. pengertian balita
Balita adalah kelompok anak yang berada pada rentang usia 0-5 tahun
umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat
usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
39
berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih
terbatas.
Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat
dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa
keemasan.
2. Karakteristik Balita
makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan usia balita lebih
besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif
besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila dibandingkan dengan anak
yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola makan yang diberikan adalah
Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif, anak sudah mulai memilih
makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak cenderung
40
mengalami penurunan, disebabkan karena anak beraktivitas lebih banyak dan
(Soetjiningsih,2015).
3. Tumbuh Kembang
genetic dan lingkungan. Pertumbuhan paling cepat terjadi pada masa janin
usia 0-1 tahun. Sedangkan tumbuh kembang yang dapat dengan mudah
kekurangan energi dan protein, asupan zat gizi yang baik sangat di perlukan
untuk proses pertumbuhan dan perkembangan. Zat gizi yang baik adalah zat-
zat gizi yang berkualitas tinggi dan jumlahnya mencukupi kebutuhan. Apabila
41
zat gizi tumbuh kembang tidak terpenuhi dapat meyebabkan beberapa dampak
F. Landasan Teori
samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan
dimilikinya. Sama halnya dengan pengetahuan dan sikap ibu balita tentang
stuntik pada anak, apabila pengetahuan dan sikap ibu balita baik, maka ibu balita
bisa mencegah terjadinya stunting pada anak, namun apabila pengetahuan dan
sikap ibu balita buruk, akan mempengaruhi tumbuh kembang anak sehingga anak
42
G. Kerangka Pikir
Bila pengetahuan dan sikap ibu balita baik tentang stunting pada anak di
wilayah kerja puskesmas bunobogu, maka stunting pada anak akan bisa di atasi.
Pengetahuan
Stunting
Sikap
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu balita tentang stunting pada anak di
1. Waktu Penelitian
2. Lokasi Penelitian
Bunobogu.
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap ibu balita tentang
44
2. Defenisi Operasional
yang diketahui dan dipahami oleh ibu balita tentang stunting dalam
b. Sikap
Sikap yang dimaksud pada penelitian ini adalah tanggapan atau reaksi
45
D. Jenis Data Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Data primer
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang secara tidak lansung diperoleh dari
2. Pengumpulan data
E. Pengolahan Data
Pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dikerjakan melalui
kelengkapan data yang dijawab oleh responden. Hal ini dilakukan dengan
46
2. Coding, yaitu dilakukan dengan member kode nomor jawaban yang dianggap
3. Tabulating, yaitu pada tahap ini peneliti mengelompokkan data dalam bentuk
analisis.
F. Analisis Data
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
2012).
f
Dengan menggunakan rumus : P ¿ x 100 %
n
Keterangan :
f : Jumlah jawaban
n : Banyaknya responden
47
G. Penyajian Data
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek peneliti atau objek yang diteliti
posyandu wilayah kerja puskemas bunobogu berjumlah 1120 orang ibu balita.
2. Sampel
slovin.
Rumus slovin :
N
n= 2
1+ N .( d )
Ket :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = derajat peny
impangan
48
N
n=
1+N .(d 2 )
1120
n=
1+0 . 1120.(0 .0225 )
1120
n=
1+1120.(0 . 0225)
1120
n=
1+25 . 2
1120
n=
26 .2
n=43
x
n= xN 1
n
Keterangan :
76
n= x 43=3
1120
49
92
n= x 43=4
1120
101
n= x 43=4
1120
125
n= x 43=5
1120
121
n= x 43=5
1120
98
n= x 43=3
1120
122
n= x 43=5
1120
85
n= x 43=3
1120
164
n= x 43=6
1120
50
142
n= x 43=5
1120
k. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 43 ibu balita, yang
terdiri Desa Kenamukan jumlah ibu balita 3, Desa Inalatan jumlah ibu
balita 4 orang, Desa Ponipingan jumlah ibu balita 4 orang, Desa Domag
jumlah ibu balita 5 orang, Desa Bunobogu Selatan jumlah ibu balita 5
orang, Desa Tamit jumlah ibu balita 3 orang, Desa Lona jumlah ibu balita
5 orang, Desa Pokobo jumlah ibu balita 3 orang, Desa Bunobogu jumlah
ibu balita 6 orang, Desa Botugolu jumlah ibu balita 5 orang, Pengambilan
Proporsive Sampling.
a. Kriteria Inklusi :
b. Kriteria Ekslusi ;
51
DAFTAR PUSTAKA
ACC/SCN. 2000. “4Th Report The World Nutrition Situation: Nutrition throughout
the Life Cycle”. Geneva. Diakses dari www.unscn.org
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi, Edisi 2. jakarta :
EGC
Budiman, Agus Riyanto. 2013. Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan sikap
dalam penelitian kesehatan. Salemba medika. Jakarta.
Dewi dan Wawan. 2011. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Nuha Medika.
Yogyakarta.
Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. 2018. Profil kesehatan provinsi sulawesih
tengah. http://dinkes.sultengprov.go.id. Palu
52
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Arti Kata Ibu. Diakses dari
http/kbbi.web.id/ibu.
Kemenkes RI, 2011. Buletin Jendela Data Dan Informasi Masalah Kesehatan Situasi
Diare di Indonesia . Vol 2 (2) : Kemenkes RI
Kemenkes RI. 2016. Situasi Gizi di Indonesia. Pusat data dan informasi kemenkes
RI. Jakarta.
Kemenkes RI, bulletin jendela data dan informasi kesehatan 2018, situasi balita
pendek di Indonesia, kemenkes RI. Jakarta
Purwani E. dan Mariyam. 2013. Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Anak
Usia 1 Sampai 5 Tahun di Kabunan Taman Pamalang. Jurnal Keperawatan
Anak, 1(1)
Santoso. 2010. Peran Wanita Dalam Menciptakan Ketahanan Keluarga. Diakses dari
http://prov.bkkbn.go.id
Sutomo, B dan Anggraini, DY. 2010. Menu Sehat Alami Untuk Balita. Jakarta. PT.
Agromedia Pustaka
53
Septiari, B. 2012. Mencetak Balita cerdas dan pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta :
Nuhu Medika
Soetjiningsih dan Ign. N. Gede Ranuh. 2015. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta
: Buku Kedokteran EGC
Siti Wahdah M. juffrie EH. 2015. Factor Resiko Kejadian Stunting Pada Anak Umur
6-36 Bulan di Wilayah Pedalaman Kecamatan Silat Hulu, Kalimantan Barat.
jurnal gizi dan diet indones. 3(2) : 119-130.
Wanda Lestari, Ani Margawati, M. Rahfiludin. 2014. Factor Resiko Stunting Pada
Anak Umur 6-24 Bulan di Kecamatan Penangalan Kota Subulussalam, Provinsi
Aceh. Jurnal Gizi Indonesia, Vol 3 No. 1 37-45
54
KUISIONER RESPONDEN
A. Identitas Responden
1. No. Responden :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan terakhir :
5. Alamat :
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1. Apakah ibu mengetahui mengetahui apa itu stunting stunting ?
Apakah ibu pernah mendengar mendengar istilah istilah
2.
stunting stunting ?
Apakah ibu memberikan memberikan ASI Eksklusif Eksklusif
3.
selama 6 bulan ?
pada saat masa kehamilan apakah ibu pernah memeriksakan
4.
kehamilan di pelayanan kesehatan (puskesmas atau bidan) ?
Menurut ibu apakah penting anak mendapatkan mendapatkan
5.
gizi yang baik?
6. Apakah ibu sering membawa anak ke posyandu posyandu ?
7. Apakah imunisasi anak ibu lengkap lengkap ?
8. Apakah ibu mengetahui apa itu periode emas?
9. Menurut ibu apakah periode emas pertumbuhan dan
perkembangan anak terjadi sejak masa kandungan hingga usia
55
2 tahun?
Apakah ibu sering membawa bayi untuk ditimbang di
10.
posyandu?
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
Saya akan memberikan ASI saja pada anak saya sejak baru
1.
lahir sampai umur 6 bulan
Saya perlu mengetahui jenis sumber makanan yang di
2.
perlukan balita?
Seorang ibu mengetahui kebutuhan makanan anak sesuai
3.
umur dan perkembanganya?
Menurut pendapat saya anak balita itu perlu diberikan aneka
4.
ragam makanan agar gizinya tercukupi?
Sebelum menyuapi anak balita saya akan selalu mencuci
5.
tangan dengan sabun?
Saya akan selalu mengontrol makanan anak balita walaupun
6.
yang memberikan orang lain/pengasuh ?
Menurut saya, dalam memberikan makanan kepada anak
7.
balita yang penting anak kenyang?
Saya harus menimbangkan anak balita ke posyandu setiap
8.
bulan agar bisa mengetahui pertumbuhannya?
Saya akan konsultasi kepada petugas kesehatan jika berat
9. badan anak balita turn di banding bulan lalu dan berada pada
pita merah?
10. Saya akan membawa anak saya setiap kali ada posyandu?
56