Teori manajemen klasik yang muncul sekitar abad 20 meliputi scientific management theory dan administrative management theory. Scientific management theory berfokus pada menggolongkan pekerja berdasarkan tugas dan kemampuannya untuk memaksimalkan efisiensi. Sedangkan, administrative management theory berfokus pada pengidentifikasian prinsip-prinsip yang mengarah pada penciptaan sistem organisasi dan manajemen yang paling efisien. Scientific management theory yang pertama dari Adam Smith yang berfokus pada job specialization and the division of labor. Smith mengidentifikasi dua metode yang berbeda pada perusahaan manufaktur pembuat pin. Perusahaan kesatu menerapkan sistem bahwa setiap pekerja harus menyelesaikan pembuatan pin dari tahap awal hingga akhir yang terdiri dari 18 tugas. Sedangkan, perusahaan kedua menerapkan sistem bahwa setiap pekerja hanya akan mengerjakan satu tugas dari 18 tugas yang ada. Smith menemukan bahwa kinerja perusahaan yang menerapkan sistem setiap pekerjanya hanya berfokus pada satu tugas lebih baik daripada perusahaan yang mengharuskan pekerjanya melakukan 18 tugas sekaligus. Menurutnya, pekerja yang hanya melakukan satu tugas atau terspesialisasi menjadi lebih terampil dalam setiap bidangnya sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih banyak. Smith menyimpulkan bahwa job specialization yaitu proses pembagian tenaga kerja berdasarkan spesialisasi kerja pada waktu tertentu yang dapat meningkatkan efisiensi dan kinerja perusahaan yang lebih tinggi. Scientific management theory yang kedua dari F.W. Taylor yang mengungkapkan definisi dari scientific management yaitu studi sistematis tentang hubungan antara manusia dan tugasnya dengan tujuan mendesain kembali sebuah proses pekerjaan untuk meningkatkan efisiensi. Taylor percaya bahwa jumlah waktu dan usaha yang dikeluarkan pekerja untuk menghasilkan barang dapat dikurangi dengan meningkatkan spesialisasi dan pembagian kerja, sehingga proses produksi akan lebih efisien. Taylor mengungkapkan empat prinsip untuk meningkatkan efisiensi di tempat kerja. Pertama, pelajari cara pekerja melakukan setiap tugas dan kumpulkan semua pengetahuan informal yang dimiliki pekerja lalu bereksperimen untuk meningkatkan kinerja pekerja. Kedua, modifikasi metode baru dalam melakukan tugas ke dalam aturan tertulis dan standar prosedur operasi. Ketiga, memilih pekerja yang memiliki keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan tugas perusahaan lalu latih mereka untuk melakukan tugas sesuai dengan aturan dan prosedur yang telah ditetapkan. Keempat, tetapkan tingkat kinerja yang ingin dicapai dan bangunlah sistem pembayaran gaji sesuai dengan kinerja.
B. Administrative Management Theory
Administrative management adalah studi tentang cara membuat struktur organisasi dan sistem kontrol untuk mencapai efisiensi dan efektifitas yang tinggi. Struktur organisasi merupakan sistem hubungan tugas dan wewenang yang mengontrol bagaimana karyawan menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi. Administrative management theory yang pertama diungkapkan oleh Max Weber tentang The Theory of Bureaucracy. Bureaucracy (birokrasi) adalah sebuah sistem organisasi dan administrasi yang didesain untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Ada lima prinsip dalam sistem birokrasi. Pertama, dalam sebuah birokrasi otoritas seorang manajer harus berasal dari posisi yang dipegangnya dalam organisasi. Kedua, seseorang menempati posisi dalam birokrasi karena kinerjanya, bukan karena status sosial mereka. Ketiga, setiap posisi dan tanggung jawab serta hubungan dari setiap posisi dalam organisasi harus diklasifikasikan secara jelas. Keempat, wewenang dapat dilaksanakan secara efektif dalam suatu organisasi ketika posisi diatur secara hierarkis sehingga setiap anggota tahu kepada siapa harus melapor dan siapa yang akan melapor ke mereka. Kelima, manajer harus menciptakan sistem peraturan, standar prosedur operasi, dan norma yang dapat mengontrol tingkah laku individu di dalam organisasi. Administrative management theory yang kedua diungkapkan oleh Henri Fayol tentang 14 prinsip utama yang dipercaya dapat meningkatkan efisiensi proses manajemen. Prinsip-prinsip tersebut adalah division of labor, authority and responsibility, unity of command, line of authority, centralization, unity of direction, equity, order, initiative, discipline, remuneration of personnel, stability of tenure of personnel, subordination of individual interests to the common interests, esprit de corps.
C. Behavioral Management Theory
Behavioral Management adalah studi tentang bagaimana manajer harus berperilaku untuk memotivasi karyawan dan mendorong mereka untuk memiliki tingkat kinerja yang tinggi dan berkomitmen untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Behavioral Management ini adalah teori yang pertama kali diungkapkan oleh Mary Parker Follet yang dianggap radikal pada masanya. Selain Mary Parker Follet, Hawthorne juga menemukan beberapa penemuan yang memajukan behavioral management melewati studi yang dikenal dengan Hawthorne studies. Hawthorne studies menemukan dan menjelaskan beberapa hal, yaitu Hawthorne effect, human relation movement, dan organizational behavior. Hawthorne effect adalah temuan bahwa perilaku manajer atau pendekatan kepemimpinan dapat mempengaruhi tingkat kinerja pekerja. human relation movement adalah pendekatan manajemen yang mendukung gagasan bahwa supervisor harus menerima pelatihan perilaku untuk mengelola karyawan dengan cara yang dapat meningkatkan kerjasama dan produktivitas mereka. organizational behavior adalah studi tentang faktor-faktor yang berdampak pada bagaimana individu dan kelompok menanggapi dan bertindak dalam organisasi. Dalam behavioral management, terdapat 2 asumsi tentang pekerja yang disebutkan dalam teori X dan Y. Teori X adalah suatu set asumsi negatif tentang pekerja yang memiliki kesimpulan bahwa tugas seorang manajer harus mengawasi pekerja dengan ketat dan mengontrol perilaku mereka. Sementara Teori Y adalah suatu set asumsi positif tentang pekerja yang memiliki kesimpulan bahwa tugas seorang manajer adalah untuk membuat pengaturan kerja yang mendorong komitmen untuk mencapai tujuan organisasi dan memberikan kesempatan pada pekerja untuk menjadi imajinatif dan untuk menjalankan inisiatif dan self-direction.
D. Management Science Theory
Management Science Theory adalah sebuah pendekatan manajemen yang menggunakan teknik kuantitatif untuk membantu manajer memanfaatkan sumber daya organisasi secara maksimal. Dalam Management Science Theory, terdapat 3 cabang yang mengurusi 3 hal berbeda, yaitu quantitative management, operations management, dan management information systems. Quantitative management menggunakan teknik matematika, seperti linear dan nonlinear programming, modeling, simulation, queuing theory, dan chaos theory untuk membantu manajer dalam menetapkan suatu keputusan.
E. Organizational Environment Theory
Organizational Environment Theory adalah seperangkat kekuatan dan kondisi yang beroperasi di luar batas-batas organisasi yang mempengaruhi kemampuan manajer untuk memperoleh dan memanfaatkan sumber daya. Dalam studi terhadap Organizational Environment Theory telah ditemukan beberapa teori dan pandangan, salah satunya adalah open-systems view. Open-systems view adalah pandangan bahwa organisasi adalah suatu open system yang mengambil sumber daya dari lingkungan eksternal dan mengubahnya menjadi barang dan jasa yang dikirim kembali ke lingkungan itu, di mana mereka dibeli oleh pelanggan Teori yang lain adalah Contingency Theory yang dikemukakan oleh Tom Burns, G. M. Stalker, Paul Lawrence and Jay Lorsch. Contingency Theory adalah suatu gagasan bahwa struktur organisasi dan sistem kontrol manajer bergantung pada karakteristik lingkungan eksternal organisasi beroperasi. Karakteristik penting dari lingkungan eksternal yang mempengaruhi kemampuan organisasi untuk memperoleh sumber daya adalah seberapa cepat lingkungan tersebut berubah. Untuk menghadapi perubahan tersebut, manager bisa menggunakan mechanistic structure atau organic structure. Mechanistic structure adalah struktur organisasi yang bertumpu pada asumsi Teori X dimana otoritas dan wewenang dipusatkan, tugas dan aturan ditentukan dengan jelas, dan karyawan diawasi dengan ketat. Organic structure adalah struktur organisasi yang bertumpu pada asumsi Teori Y dimana otoritas dan wewenang didesentralisasikan ke manajer menengah dan lini pertama serta tugas dan peran adalah dibiarkan ambigu untuk mendorong karyawan untuk bekerja sama dan cepat tanggap terhadap hal yang tidak terduga. Selain dua teori tersebut, terdapat teori yang lebih baru seperti Dynamic Capabilities yang dikemukakan oleh David Teece. Dynamic Capabilities adalah teori bahwa organisasi memiliki kemampuan untuk membangun, mengintegrasikan, dan mengkonfigurasi ulang proses untuk mengatasi lingkungan internal dan eksternal yang berubah dengan cepat. Menurut Teece terdapat 3 hal yang bisa dilakukan manajemen yang dapat membantu membuat suatu proses atau aktivitas menjadi dinamis, yaitu sensing, seizing, dan transforming. Sensing Sensing mengacu pada mengidentifikasi dan menilai peluang di luar perusahaan. Seizing menjelaskan tindakan mobilisasi sumber daya perusahaan untuk mendapatkan keuntungan bagi organisasi dari peluang-peluang tersebut. Transforming adalah kemampuan organisasi untuk terus membuat perubahan yang diperlukan untuk mempertahankan kesuksesan.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional