0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan6 halaman
Bab 8 meringkas peran manajer sebagai perencana dan strategis. Perencanaan melibatkan pengidentifikasian tujuan perusahaan dan cara merealisasikannya, sedangkan strategi adalah cara-cara yang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Terdapat tiga tingkatan perencanaan yaitu tingkat korporasi, bisnis, dan fungsional. Perencanaan efektif memiliki empat karakteristik utama. Bab 9 membahas strategi fungsional untuk memperole
Bab 8 meringkas peran manajer sebagai perencana dan strategis. Perencanaan melibatkan pengidentifikasian tujuan perusahaan dan cara merealisasikannya, sedangkan strategi adalah cara-cara yang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Terdapat tiga tingkatan perencanaan yaitu tingkat korporasi, bisnis, dan fungsional. Perencanaan efektif memiliki empat karakteristik utama. Bab 9 membahas strategi fungsional untuk memperole
Bab 8 meringkas peran manajer sebagai perencana dan strategis. Perencanaan melibatkan pengidentifikasian tujuan perusahaan dan cara merealisasikannya, sedangkan strategi adalah cara-cara yang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Terdapat tiga tingkatan perencanaan yaitu tingkat korporasi, bisnis, dan fungsional. Perencanaan efektif memiliki empat karakteristik utama. Bab 9 membahas strategi fungsional untuk memperole
Planning (perencanaan) adalah proses identifikasi dan menentukan tujuan yang akan dicapai serta bagaimana cara merealisasikan tujuan tersebut dalam sebuah perusahaan. Strategy (strategi) adalah sekelompok cara yang dipilih oleh manajer untuk mencapai tujuan perusahaan. Terdapat tiga langkah dalam perencanaan yaitu mengidentifikasi misi dan tujuan perusahaan, membuat rencana strategi, dan mengimplementasikan strategi. B. The Nature of the Planning Process Dalam membuat perencanaan manajer harus membangun dan memposisikan diri dimana posisi perusahaan saat ini, mengidentifikasi dimana seharusnya posisi perusahaan di masa depan, dan memutuskan bagaimana perusahaan harus berpindah posisi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan penting dilakukan bagi perusahaan karena perencanaan memberikan perusahaan beberapa petunjuk untuk mencapai tujuan, perencanaan membantu manajer dalam membuat keputusan tentang tujuan dan strategi untuk perusahaan, perencanaan membantu mengkoordinasikan manajer pada berbagai fungsi dan divisi untuk memastikan bahwa mereka semua memiliki tugas dan kewajiban masing masing untuk mencapai tujuan perusahaan, dan perencanaan membantu mengontrol manajer dalam menjalankan perusahaan. Terdapat levels of planning yang terdiri dari tiga level yaitu corporate level, business or division level, dan functional level. Corporate level terdiri dari CEO dan corporate office. Division level terdiri dari divisional manajer yang mengontrol perencanaan dan strategi di divisi mereka missal divisi convenience stores and foodservice dan divisi pet operating segment. Functional level terdiri functional manajer yang bertanggung jawab membuat perencanaan dan strategi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari setiap fungsi seperti fungsi manufacturing, marketing, human resources, dan research & development. Terdapat types of planning yang didasarkan pada levels of planning sebelumnya. Pertama terdapat corporate level plan and corporate level strategy. Kedua terdapat business level plan and business level strategy. Ketiga terdapat functional level plan and functional level strategy. Time horizon of plan mengacu kepada durasi waktu dari rencana yang sudah dibuat. Biasanya perusahaan membedakan menjadi long-term plans dengan durasi waktu lima tahun atau lebih, intermediate-term plans dengan durasi waktu antara satu sampai lima tahun, dan short-term plan dengan durasi waktu satu tahun atau kurang. Biasanya corporate and business level goals and strategies merupakan long-term plan atau intermediate-term plan, sedangkan functional-level goals and strategies merupakan intermediate-term plans atau short-term plans. Perusahaan biasanya menggunakan standing plans dan single use plans. Standing plans digunakan pada keputusan untuk perusahaan yang memiliki situasi tetap seperti situasi yang sering terjadi, pembuatan peraturan oleh manajer, dan pembuatan SOP untuk mengontrol karyawan. Single use plans dibuat untuk mengatasi keputusan yang tidak direncanakan sebelumnya yang terjadi pada situasi tertentu, seperti pengintegrasian rencana untuk mencapai tujuan dan rencana spesifik yang dibuat untuk melengkapi sebuah program dan projek. Perencanaan yang efektif memiliki empat klasifikasi yaitu unity, continuity, accuracy, dan flexibility. Satu kualifikasi yang sering digunakan dalam metode perencanaan untuk membantu manajer adalah kualitas dari scenario planning. Scenario planning (contingency planning) adalah sebuah prakiraan kondisi di masa depan dengan dilengkapi cara untuk mengatasi kondisi tersebut. C. Determining the Organization’s Mission and Goals Determining the organization’s mission and goals adalah langkah pertama dalam proses perencanaan yang menuntun kepada langkah selanjutnya. Untuk menentukan misi perusahaan maka perusahaan harus mengetahui alasan mereka menyediakan barang dan jasa untuk konsumen (kinds of value customer) yang ingin dicapai. Oleh karena itu, manajer harus mendefinisikan bisnis mereka tersebut dengan menggunakan pertanyaan who, what, and how. Setelah manajer menanyakan ini pada bisnisnya maka perusahaan dapat mengidentifikasi yang dibutuhkan konsumen dan bagaimana perusahaan akan memuaskan konsumen. D. Formulating Strategy Strategy formulation adalah sebuah kumpulan rencana pada corporate, business, dan functional strategies yang diizinkan oleh perusahaan untuk merealisasikan misi dan mencapai tujuan perusahaan. Strategy formulation dimulai dengan analisis secara sistematis faktor faktor dari dalam dan luar perusahaan yang dapat berdampak pada kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuan. Terdapat dua teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis faktor faktor tersebut yaitu SWOT analysis dan five force model. SWOT analysis adalah perencanaan yang mana manajer mengidentifikasi faktor internal perusahaan yaitu strength dan weakness serta faktor eksternal perusahaan yaitu opportunities dan threat .The five forces model yaitu sebuah model perencanaan yang membantu manajer fokus terhadap lima kekuatan paling penting atau ancaman paling potensial dari external perusahaan. The five forces model tersebut adalah the level of rivalry among organizations in an industry, the potential for entry into an industry, the power of large supplies, the power of large customers, and the threat of substitute product. E. Formulating Business-Level Strategies Teori bagaimana menyeleksi business level strategy yang digunakan oleh manajer untuk menciptakan competitive advantage dapat dilihat dari bagaimana manajer meningkatkan atau mengurangi kekuatan pada five industry forces yang telah dijelaskan sebelumnya. Business level strategy yang sukses harus bisa reduce rivalry, prevents new competitors from entering the industry, reduces the power of suppliers or buyers, lowers the threat of substitutes, and raises prices and profits. Untuk mencapai profit yang tinggi manajer harus memilih di antara meningkatkan nilai barang produk perusahaan atau menurunkan biaya yang digunakan untuk memproduksi. Untuk memilih diantara dua pilihan tersebut manajer dapat memilih untuk menggunakan diantar empat business level strategies yaitu low cost, differentiation, focused low cost, atau focused differentiation. F. Formulating Corporate-Level Strategies Prinsip yang digunakan oleh corporate level strategies yang digunakan oleh perusahaan untuk membantu perusahaan bertumbuh sampai pada top industri yaitu dengan menentukan untuk berfokus pada concentration on a single industry, vertical integrations, diversification, dan international expansion. Concentration on a single industry mengartikan bahwa perusahaan lebih mementingkan pada bagaimana perusahaan dapat tumbuh lebih besar sehingga mendapatkan profit yang lebih tinggi dan secara tidak langsung juga kan menguatkan posisi mereka dalam dunia industri. Vertical Integration mengartikan bahwa perusahaan akan memperluas usahanya dengan mengintegrasikan industri yang sudah dipunyai dengan industri yang masih bersesuaian. Misal industry perakitan motor, dalam hal vertical integration berarti perusahaan ini memperluas usahanya dengan membangun perusahaan bahan baku sendiri atau memabngun perusahaan penjualan motor sendiri yang mana semua itu akan saling terintegrasi sehingga dari proses awal sampai akhir berada di industri yang sama. Diversification mengartikan bahwa perusahaan memperluas usahanya dengan membuat produk baru. Terdapat dua jenis diversification yaitu related diversification dan unrelated diversification. Related diversification berarti perusahaan memasuki bisnis baru yang masih terkait dengan bisnis sebelumnya tujuannya untuk menciptakan competitive advantage di satu atau lebih perusahaan yang terkait. Unrelated diversification berarti perusahaan memebangun atau membeli perusahaan baru di industri yang berbeda yang mana hal ini tidak terkait dengan bisnis yang ia miliki lebih dulu. International Expansion mengatakan bahwa perusahaan ingin memperluas perusahaan ke dunia internasional terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menerapkan international expansion yaitu global strategy dan multidomestic strategy. Terdapat beberapa cara yang dapat dipilih oleh perusahaan untuk melakukan international expansion yaitu dengan cara exporting and importing, licensing and franchising, strategic alliances, and wholly owned foreign subsidiaries. G. Planning and Implementing Strategy Terdapat lima langkah dalam implementation strategy yaitu allocating responsibility for implementation to the appropriate individuals or groups, drafting detailed action plan that specify how strategy is to be implemented, establishing a timetable for implementation that includes precise, measurable goals linked to the attainment of the action plan, allocating appropriate resources to the responsible individual or group, and holding specific individuals or group responsible for the attainment of corporate, divisional, and functional goals. Chapter 9 Summary Value Chain Management: Functional Strategies for Competitive Advantage A. Functional Strategies, the Value Chain, and Competitive Advantage Untuk mendapatkan competitive advantage dan menambah nilai produk, manajer dapat menggunakan 2 business-level strategies, yaitu low-cost strategy dan differentiation strategy. Dengan low-cost strategy, manajer dapat menurunkan biaya untuk menarik pelanggan dengan menjaga harga produk serendah atau lebih rendah dari harga pesaing. Dengan differentiation strategy, manajer dapat menambah nilai suatu produk dengan menemukan cara untuk membuatnya lebih unggul dalam beberapa hal dibandingkan produk perusahaan lain. Untuk mencapai kedua hal tersebut, ada 4 hal yang dapat dilakukan oleh manajer. Pertama, mencapai efisiensi yang unggul. Efisiensi adalah ukuran jumlah input yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Semakin sedikit input yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tertentu, semakin tinggi efisiensi dan semakin rendah biaya output. Kedua, mencapai kualitas unggul. Kualitas berarti memproduksi barang dan jasa yang memiliki atribut yang pelanggan anggap lebih unggul daripada yang ditemukan dalam produk pesaing. Menyediakan produk berkualitas tinggi menciptakan reputasi merek untuk produk organisasi, dan reputasi yang ditingkatkan ini memungkinkannya membebankan harga yang lebih tinggi. Ketiga, mencapai inovasi, kecepatan, dan fleksibilitas yang unggul. Inovasi yang berhasil memberi organisasi sesuatu yang unik atau berbeda tentang produknya yang tidak dimiliki pesaing. Inovasi menambah nilai produk dan memungkinkan organisasi untuk lebih membedakan dirinya dari saingan dan menarik pelanggan yang sering bersedia membayar harga premium untuk produk unik. Keempat, mencapai respons yang unggul terhadap pelanggan. Sebuah organisasi yang responsif terhadap pelanggan mencoba untuk memuaskan kebutuhan mereka dan memberi mereka apa yang mereka inginkan. Sebuah organisasi yang memperlakukan pelanggan lebih baik daripada para pesaingnya juga menyediakan layanan berharga yang beberapa pelanggan mungkin bersedia membayar dengan harga lebih tinggi. Untuk mencapai keempat hal itu, manajer dapat menggunakan sejumlah teknik value chain management untuk meningkatkan cara organisasi beroperasi. Selain itu, value chain analysis organisasi dapat memberikan beberapa manfaat, termasuk peningkatan efisiensi, pengurangan biaya, dan penguatan kolaborasi antara berbagai aktivitas fungsional. B. Improving Responsiveness to Customers Pelanggan sangat penting untuk kelangsungan hidup organisasi, manajer harus mengidentifikasi pelanggan mereka dan mengejar strategi yang menghasilkan produk yang paling memenuhi kebutuhan mereka. Untuk mencapainya, manajer harus merancang dan meningkatkan cara value chain mereka beroperasi sehingga mereka dapat memasok produk yang memiliki atribut yang diinginkan. Meskipun manajer harus berusaha untuk meningkatkan daya tanggap mereka kepada pelanggan dengan meningkatkan cara rantai nilai beroperasi, mereka tidak boleh menawarkan tingkat daya tanggap kepada pelanggan yang mengakibatkan biaya menjadi terlalu tinggi. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manajer untuk mendekati pelanggan dan memahami kebutuhan mereka adalah dengan customer relationship management (CRM). CRM adalah teknik yang menggunakan teknologi untuk mengembangkan hubungan berkelanjutan dengan pelanggan untuk memaksimalkan nilai yang dapat diberikan organisasi kepada mereka dari waktu ke waktu. C. Improving Quality Manajer harus meningkatkan kualitas dari produk yang diproduksi organisasi karena pelanggan biasanya lebih menyukai produk dengan kualitas tinggi daripada produk dengan kualita rendah dan karena kualitas produk yang lebih tinggi dapat meningkatkan efisiensi yang dapat menurunkan biaya operasi dan meningkatkan keuntungan. Untuk meningkatkan kualitas, manajer dapat menggunakan total quality management (TQM). TQM adalah teknik manajemen yang berfokus pada peningkatan kualitas produk dan layanan organisasi. TQM membutuhkan kerja sama manajer di setiap fungsi organisasi dan lintas fungsi.Salah satu teknik TQM yang mulai populer untuk digunakan manajer adalah six sigma. Six sigma adalah sebuah teknik yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dengan secara sistematis meningkatkan bagaimana aktivitas value chain dilakukan dan kemudian menggunakan metode statistik untuk mengukur peningkatan tersebut. D. Improving Efficiency Tujuan ketiga dari value chain management adalah untuk meningkatkan efisiensi berbagai aktivitas fungsional. Semakin sedikit sumber daya input yang dibutuhkan untuk menghasilkan volume output tertentu, semakin tinggi efisiensi sistem operasi. Ada beberapa aksi dan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi. Pertama, facility layout dan flexible manufacturing. Facility layout adalah cara mesin, robot, dan manusia dikelompokkan bersama mempengaruhi seberapa produktif mereka. Terdapat 3 facility layout yang biasa dipakai, yaitu product layout, process layout, dan fixed-position layout. Flexible manufacturing adalah serangkaian teknik yang berusaha untuk mengurangi biaya yang terkait dengan proses perakitan produk atau cara layanan diberikan kepada pelanggan. Flexible manufacturing bertujuan untuk mengurangi waktu yang diperlukan untuk menyiapkan peralatan produksi dengan mendesain ulang proses manufaktur sehingga peralatan produksi yang ditujukan untuk pembuatan satu produk dapat dengan cepat diganti dengan peralatan yang diarahkan untuk membuat produk lain, waktu dan biaya penyetelan dapat dikurangi secara drastis.hal tersebut membuat perusahaan dapat memproduksi lebih banyak jenis produk daripada sebelumnya dalam jumlah waktu yang sama. Kedua, penerapan persediaan just-in-time. Sistem persediaan just-in-time membawa komponen ke jalur perakitan tepat saat dibutuhkan dan dengan demikian menurunkan biaya. Sistem persediaan JIT memiliki implikasi besar untuk efisiensi. Penghematan biaya yang besar dapat dihasilkan dari peningkatan perputaran persediaan dan pengurangan biaya penyimpanan persediaan, seperti biaya pergudangan dan penyimpanan dan biaya modal yang terikat dalam persediaan. Ketiga, penerapan self-managed work teams. Sebuah self-managed work teams biasanya terdiri dari 5 sampai 15 karyawan yang menghasilkan seluruh produk, bukan hanya sebagian saja. Anggota tim mempelajari semua tugas tim dan berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Hasilnya adalah tenaga kerja yang fleksibel karena anggota tim dapat menggantikan rekan kerja yang tidak hadir. Pemberian otonomi dan tanggung jawab yang lebih besar juga dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Keempat, penerapan process reengineering. Process reengineering adalah pemikiran ulang fundamental dan desain ulang radikal dari proses bisnis untuk mencapai peningkatan dramatis dalam ukuran kritis kinerja seperti biaya, kualitas, layanan, dan kecepatan. Process reengineering meningkatkan efisiensi dengan mengurangi jumlah tugas pemenuhan pesanan yang harus dilakukan, atau mengurangi waktu yang dibutuhkan, dan dengan demikian mengurangi biaya operasi. Kelima, penerapan sistem informasi. Sistem informasi menjadi salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi seiring dengan perkembangan teknologi. Dampak sistem informasi pada produktivitas sangat luas dan berpotensi mempengaruhi semua aktivitas perusahaan.Semua perusahaan besar saat ini menggunakan Internet untuk mengelola value chain, memberikan informasi real-time tentang aliran pesanan ke pemasok, yang menggunakan informasi ini untuk menjadwalkan produksi mereka sendiri untuk menyediakan komponen secara tepat waktu. Pendekatan ini mengurangi biaya koordinasi baik antara perusahaan dan pelanggannya dan antara perusahaan dan pemasoknya. E. Improving Innovation Terdapat 2 jenis inovasi yang dapat diidentifikasi berdasarkan sifat perubahan teknologi yang menyebabkannya. Quantum product innovation menghasilkan pengembangan jenis barang dan jasa baru yang seringkali sangat berbeda karena perubahan mendasar dalam teknologi yang dibawa oleh penemuan-penemuan pioner. Incremental product innovation menghasilkan peningkatan bertahap dan penyempurnaan produk dari waktu ke waktu karena teknologi yang ada disempurnakan. Ada beberapa cara di mana manajer dapat mempromosikan inovasi dan mendorong pengembangan produk baru. Pengembangan produk adalah pengelolaan kegiatan rantai nilai yang terlibat dalam membawa barang dan jasa baru atau lebih baik ke pasar. Pertama, melibatkan pelanggan dan pemasok. Banyak produk gagal ketika memasuki pasar karena produk dirancang dengan sedikit perhatian pada kebutuhan pelanggan. Pengembangan produk juga memerlukan masukan dari pelanggan dan pemasok. Kedua, membentuk stage–gate development funnel. Model perencanaan yang memaksa manajer untuk memilih di antara proyek-proyek yang bersaing sehingga sumber daya organisasi tidak tersebar tipis di terlalu banyak proyek. Ketiga, membentuk cross-functional teams. Cross-functional teams terdiri dari individu-individu dari departemen fungsional yang berbeda. Orang lain selain anggota inti mengerjakan proyek saat dibutuhkan, tetapi anggota inti tetap bersama proyek dari awal hingga penyelesaian. Alasan menggunakan cross-functional teams adalah untuk memastikan tingkat koordinasi dan komunikasi yang tinggi di antara para manajer dalam fungsi yang berbeda.