0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
14 tayangan6 halaman
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang lingkungan global dan pengambilan keputusan manajerial dalam mengelola perusahaan di lingkungan global. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan global seperti globalisasi, perubahan ekonomi dan teknologi, serta budaya nasional. Manajer perlu mempertimbangkan berbagai alternatif dan langkah dalam pengambilan keputusan untuk menghadapi tantangan
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang lingkungan global dan pengambilan keputusan manajerial dalam mengelola perusahaan di lingkungan global. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan global seperti globalisasi, perubahan ekonomi dan teknologi, serta budaya nasional. Manajer perlu mempertimbangkan berbagai alternatif dan langkah dalam pengambilan keputusan untuk menghadapi tantangan
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang lingkungan global dan pengambilan keputusan manajerial dalam mengelola perusahaan di lingkungan global. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan global seperti globalisasi, perubahan ekonomi dan teknologi, serta budaya nasional. Manajer perlu mempertimbangkan berbagai alternatif dan langkah dalam pengambilan keputusan untuk menghadapi tantangan
Global environment adalah sebuah kekuatan dan kondisi global yang bekerja di luar batas-batas perusahaan tetapi mempengaruhi kemampuan manajer untuk memperoleh dan memanfaatkan sumber daya. Kekuatan dan kondisi ini berubah setiap waktu sehingga disebut sebagai ancaman dan peluang. Mengidentifikasi ancaman dan peluang yang disebabkan oleh global environment sangatlah membantu manajer untuk membedakan antara task environment dan yang meliputi general environment.
B. The Task Environment
Task environment adalah sebuah kekuatan dan kondisi yang berasal dari global supplier, distributor, consumer, dan competitor yang mana kekuatan dan kondisi ini berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk menggunakan input dan menjual produk atau jasa. Supplier adalah individu atau perusahaan yang menyediakan sumber daya seperti bahan baku, komponen part, atau karyawan yang dibutuhkan untuk memproduksi barang dan jasa. Manajer bertugas mengurus dan membangun hubungan dengan global supplier. Alasan perusahaan memilih global supplier karena ingin menjaga pengeluaran perusahaan seminimal mungkin tetapi tetap ingin mendapatkan barang input dengan kualitas yang tinggi. Kegiatan yang dilakukan manajer tadi disebut global outsourcing yaitu pembelian atau produksi input atau produk final dari berbagai supplier luar negeri untuk menurunkan biaya atau untuk meningkatkan kualitas produk atau desain. Distributor adalah perusahaan yang membantu perusahaan dalam menjualkan produk atau jasa mereka kepada konsumen. Customer adalah individu atau kelompok yang membeli barang dan jasa dari perusahaan yang memproduksi. Customer bisa berupa individu, perusahaan kecil, perusahaan besar, atau pemerintah. Competitor adalah perusahaan lain yang memproduksi barang dan jasa sama dan bisa dibandingkan dengan beberapa produk barang dan jasa dalam perusahaan sendiri. Potential competitors adalah perusahaan yang tidak ada atau tidak masuk ke dalam task environment tetapi memiliki sumber daya untuk masuk jika mereka memilih untuk masuk. Barriers to entry adalah faktor yang membuat sulit dan mahal untuk perusahaan masuk ke dalam industry task environment. Semakin tinggi halangan untuk masuk semakin sedikit kompetitor dalam task environment perusahaan dan oleh karena itu semakin rendah ancaman bagi perusahaan. Barriers of entry dihasilkan dari tiga sumber utama yaitu skala ekonomi, loyalitas merek, dan peraturan pemerintah yang menghalangi masuk.
C. The General Environment
Economic, technology, sosiocultural, demografi, politik, dan legal labor di general environment memiliki efek sebagai kekuatan utama di task environment untuk mendefinisikan perusahaan dalam mengolah sumber daya. Economic forces adalah tingkat bunga, inflasi, pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi, serta faktor lain yang berdampak pada kemakmuran negara atau daerah ekonomi dari perusahaan. Technological forces adalah hasil dari perubahan teknologi yang manajer gunakan untuk mendesain atau mendistribusikan barang dan jasa. Teknologi sendiri adalah kombinasi dari alat, mesin, komputer, kemampuan, informasi, dan pengetahuan yang digunakan manajer untuk mendesain, memproduksi, dan mendistribusikan barang dan jasa. Sociocultural forces adalah tekanan yang datang dari struktur sosial sebuah negara, lingkungan sosial atau dari budaya sebuah negara. Struktur sosial adalah sistem tradisional yang membangun hubungan diantara orang-orang di dalam sebuah kelompok sosial. Societes atau masyarakat berbeda strukturnya dengan struktur sosial. Di masyarakat ada stratifikasi sosial, dan disana ada banyak perbedaan diantara individu dan kelompok. National culture adalah sebuah nilai di masyarakat yang penting dan norma dari perilaku yang mencerminkan perilaku diterima atau tidak di masyarakat. Demographic forces dihasilkan dari perubahan perilaku, karakteristik populasi, seperti umur, gender, etnik asal, ras, sex orientasi, dan kelas sosial. Political dan legal forces dihasilkan dari perubahan hukum dan peraturan yang dikeluarkan oleh negara / wilayah perusahaan itu berada.
D. The Changing Global Environment
Perubahan global environment disebabkan oleh beberapa hal salah satunya yaitu globalisasi. Alasan utama lingkungan global menjadi lebih terbuka dan kompetitif karena meningkatnya globalisasi. Globalisasi adalah serangkaian kekuatan spesifik dan umum yang bekerja bersama berintegrasi dan berhubungan dengan ekonomi, politik, dan sistem sosial di berbagai negara, budaya, dan wilayah geografi. Hasil dari globalisasi ini adalah negara dan orang menjadi lebih mandiri dan bebas karena memiliki efek kekuatan yang sama. Selanjutnya, faktor yang mempercepat globalisasi yaitu adanya perubahan pola modal karena menurunnya halangan dalam berinvestasi (declining barriers to trade and investment). Contoh halangan tersebut adalah tarif pada impor barang luar negeri. Tarif sendiri adalah pajak yang pemerintah tetapkan pada barang yang diimpor dari luar negeri. Selain itu, declining barriers of distance and culture membuka global environment dan menjaga manajer untuk tetap fokus pada domestik market mereka. Banyaknya perusahaan di berbagai negara susah untuk dikontrol, perbedaan bahasa budaya, dan waktu untuk mengontrol setiap perusahaan sangat sulit. Namun, pesatnya perkembangan teknologi informasi dan teknologi mengurangi halangan jarak dan budaya ini (declining barriers of distance and culture). Effect of free trade on manager terjadi karena semakin rendahnya halangan untuk berinvestasi dan berjualan, mengurangi halangan jarak dan budaya menyebabkan perusahaan memiliki peluang untuk mencari manager dari luar negeri hal ini karena pastinya perusahaan membutuhkan manajer yang handal untuk mengurus perusahaannya. Pekerjaan manajer menjadi lebih challenging karena meningkatnya kompetisi sebab semakin berkurangnya halangan untuk masuk ke pasar dan berinvestasi secara global. Free trade area menciptakan peluang bagi perusahaan manufaktur karena mengurangi biaya. Trade agreement ini diciptakan agar manajer dapat memperoleh manfaat dari peluang yang telah disediakan oleh anggota dari perjanjian yang menyediakan.
E. The Role of National Culture
Meskipun kehidupan di setiap negara menjadi hampir sama karena adanya globalisasi dan karena hal itu dunia menjadi “a global village”. Budaya dari setiap negara akan masih sangat terjaga karena perbedaan dari setiap nilai, norma, dan perilaku. National culture termasuk nilai, norma, dan pengetahuan, kepercayaan, prinsip moral, hukum, dan perilaku spesifik yang berhubungan dengan kebiasaan dan interaksi dengan orang lain. Dasar utama yang membangun national culture adalah nilai dan norma. Values atau nilai adalah kepercayaan tentang sesuatu di lingkungan baik atau buruk. Values tidak statis berubah setiap waktu, terkadang perubahan itu membutuhkan waktu yang lama dan proses yang painful. Norma adalah peraturan tidak tertulis, berbentuk sebuah kode yang mendeskripsikan perilaku dalam situasi tertentu yang sesuai dengan kepentingan perusahaan. Norma membentuk perilaku seseorang terhadap orang lain. Dua jenis norma yang berlaku secara umum di national culture yaitu mores dan folkways. Mores adalah norma yang berdasarkan pada kepentingan secara keseluruhan untuk masyarakat dan kehidupan sosial. Folkways adalah tindakan rutin yang mengarah pada kebiasaan kehidupan sehari-hari. Folkways adalah ekspektasi seseorang tentang bagaimana kita bertindak. Chapter 7 Summary Decision Making, Learning, Creativity, and Entrepreneurship
A. The Nature of Managerial Decision Making
Decision making adalah suatu proses dimana manajer merespon peluang dan ancaman dengan menganalisis pilihan dan membuat keputusan tentang tujuan organisasi dan tindakan tertentu. Decision making memiliki 2 jenis proses, yaitu programmed decision making dan nonprogrammed decision making. programmed decision making adalah proses yang rutin dan hampir otomatis. Programmed decisions adalah keputusan yang telah dibuat berkali-kali sehingga manajer telah mengembangkan aturan atau pedoman untuk diterapkan ketika situasi tersebut terjadi. Sedangkan nonprogrammed decision making diperlukan untuk pengambilan keputusan yang tidak rutin. Nonprogrammed decision dibuat sebagai respons terhadap peluang dan ancaman yang tidak biasa atau baru. Nonprogrammed decision making terjadi ketika tidak ada aturan keputusan yang dapat diterapkan oleh manajer pada suatu situasi. Untuk membuat keputusan tanpa adanya aturan keputusan, manajer dapat menggunakan reasoned judgement dan intuisi mereka. Selain itu, manajer juga dapat menggunakan classical model dan administrative model sebagai pedoman dalam mengambil keputusan. Classical model adalah sebuah pendekatan preskriptif untuk pengambilan keputusan berdasarkan asumsi bahwa pengambil keputusan dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi semua alternatif yang tersedia dan konsekuensinya lalu memilih tindakan yang paling tepat secara rasional. Administrative model adalah sebuah pendekatan untuk pengambilan keputusan yang menjelaskan mengapa pengambilan keputusan secara inheren tidak pasti dan beresiko dan mengapa manajer biasanya membuat keputusan yang memuaskan daripada keputusan yang optimal. Model administrasi didasarkan pada tiga konsep penting: bounded rationality, incomplete information, and satisficing.
B. Steps in the Decision Making Process
Dalam pengambilan keputusan terdapat 6 langkah yang harus dilakukan, yaitu recognize the need for a decision, generate alternatives, assess alternatives, choose among alternatives, implement the chosen alternative dan learn from feedback.
C. Cognitive Biases and Decision Making
Systematic errors adalah kesalahan yang dilakukan orang berulang-ulang dan mengakibatkan pengambilan keputusan yang buruk. Systematic errors menciptakan cognitive biases yang dapat membuat manajer yang baik untuk membuat keputusan yang buruk. Terdapat 4 cognitive biases yang dapat mempengaruhi manajer dalam mengambil keputusan, yaitu confirmation bias, representativeness bias, illusion of control dan escalating commitment. Confirmation bias adalah kecenderungan untuk mendasarkan keputusan pada keyakinan yang ada meskipun terdapat bukti yang menunjukkan bahwa keyakinan itu salah. Representativeness bias adalah kecenderungan untuk membuat generalisasi yang tidak tepat dari sampel kecil atau dari satu peristiwa. Illusion of control adalah kecenderungan untuk melebih-lebihkan kemampuan diri sendiri dalam mengendalikan suatu aktivitas atau event. Escalating commitment adalah kecenderungan untuk memberikan sumber daya tambahan untuk sebuah proyek meskipun terdapat bukti yang menunjukkan bahwa proyek tersebut gagal.
D. Group Decision Making
Group decision making adalah suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh tim atau sekelompok manajer. Group decision making dilakukan untuk menghindari bias dan error yang dapat terjadi ketika mengambil keputusan secara individual. Dalam group decision making para manajer mampu memanfaatkan gabungan keterampilan, kompetensi, dan akumulasi pengetahuan anggota kelompok yang dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menghasilkan alternatif yang layak dan membuat keputusan yang baik. Walaupun begitu, group decision making memerlukan waktu yang relatif lebih lama dan rawan terhadap groupthink. Groupthink adalah suatu pola pengambilan keputusan yang salah dan bias yang terjadi dalam kelompok yang anggotanya berusaha untuk mencapai kesepakatan dengan mengorbankan penilaian informasi yang relevan dengan keputusan secara akurat. Untuk meningkatkan kualitas decision making dan menghindari cognitive biases dan groupthink, terdapat 2 teknik yang dapat dilakukan yaitu, devil’s advocacy dan dialectical inquiry. Devil’s advocacy adalah analisis kritis terhadap alternatif yang disukai, dibuat sebagai tanggapan terhadap tantangan yang diajukan oleh anggota kelompok yang, memainkan peran sebagai devil’s advocate, membela alternatif yang tidak populer atau berlawanan demi argumen. Sementara itu, dialectical inquiry adalah analisis kritis dari dua alternatif pilihan untuk menemukan alternatif yang lebih baik untuk diadopsi organisasi. Selain 2 teknik tersebut, meningkatkan keragaman juga dapat meningkatkan kualitas decision making.
E. Organizational Learning and Creativity
Organizational learning adalah proses dimana manajer berusaha untuk meningkatkan keinginan dan kemampuan karyawan untuk memahami dan mengelola organisasi dan lingkungan tugasnya sehingga karyawan dapat membuat keputusan yang terus meningkatkan efektivitas organisasi. Learning organization adalah organisasi di mana para manajer melakukan segala kemungkinan untuk memaksimalkan kemampuan individu dan kelompok untuk berpikir dan berperilaku kreatif dan dengan demikian memaksimalkan potensi organizational learning untuk berlangsung. Terdapat 5 prinsip untuk menciptakan learning organization, yaitu develop personal mastery, build complex, challenging mental models, promote team learning, build shared vision dan encourage systems thinking. Manajer harus mengambil langkah-langkah untuk mempromosikan organizational learning dan kreativitas pada tingkat individu dan kelompok untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Pada tingkat kelompok terdapat 3 teknik group decision making yang dapat menghindari groupthink dan cognitive biases, yaitu brainstorming, nominal group technique, dan delphi technique. Brainstorming adalah teknik pemecahan masalah kelompok di mana para manajer bertemu tatap muka untuk menghasilkan dan memperdebatkan berbagai alternatif untuk membuat keputusan. Nominal group technique adalah teknik pengambilan keputusan di mana anggota kelompok menuliskan ide dan solusi, membacakan saran mereka kepada seluruh kelompok, dan mendiskusikan dan kemudian memberi peringkat alternatif. Delphi technique adalah teknik pengambilan keputusan di mana anggota kelompok tidak bertemu tatap muka tetapi menanggapi secara tertulis pertanyaan yang diajukan oleh pemimpin kelompok.
F. Entrepreneurship and Creativity
Entrepreneurship adalah mobilisasi sumber daya untuk memanfaatkan peluang menyediakan barang dan jasa baru atau yang lebih baik kepada pelanggan. Entrepreneurs adalah individu yang melihat peluang dan memutuskan bagaimana memobilisasi sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru dan lebih baik. Entrepreneurs membuat semua keputusan perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan pengendalian yang diperlukan untuk memulai usaha bisnis baru. Terdapat beberapa karakteristik yang umum ditemukan pada entrepreneurs, yaitu openness to experience, internal locus of control, tingkat self-esteem yang tinggi dan need for achievement yang tinggi. Selain entrepreneur, juga terdapat intrapreneur, yaitu seorang manajer, ilmuwan, atau peneliti yang bekerja di dalam sebuah organisasi dan memperhatikan peluang untuk mengembangkan produk baru atau yang lebih baik dan cara yang lebih baik untuk membuatnya. Pada zaman sekarang, mendorong intrapreneurship adalah sesuatu yang harus dilakukan organisasi untuk meningkatkan tingkat inovasi dan organizational learning agar tetap kompetitif. Ada 3 cara yang dapat dilakukan oleh organisasi untuk mempromosikan dan mendorong intrapreneurship. Pertama, product champion, yaitu seorang manajer yang mengambil "ownership" dari sebuah proyek dan memberikan kepemimpinan dan visi yang membawa produk dari tahap ide melalui semua proses pengembangan produk hingga ke tangan konsumen. Kedua, skunkworks, yaitu sekelompok intrapreneur yang sengaja dipisahkan dari operasi normal organisasi untuk mendorong dan memfokuskan perhatian mereka untuk mengembangkan produk baru. Dan cara yang terakhir adalah dengan memberikan reward apabila inovasi yang diberikan intrapreneur memiliki hasil yang memuaskan.