Anda di halaman 1dari 20

TEORI-TEORI MANAJAMEN


TEORI BIROKRASI WEBBER

TEORI MC.GREGOR

SCIENTIFiC MANAJEMEN (TAYLOR)
 TEORI-TEORI MANAJAMEN
Teori-Teori Manajemen. Perkembangan manajemen yang sangat cepat melalui
studi di perguruan tinggi memunculkan teori-teori manajemen dari berbagai
aliran. Teori-teori itu dapat dikelompokkan ke dalam enam aliran berikut.

1. Aliran Klasik
Aliran klasik
mendefinisikan
manajemen sesuai
dengan fungsi-fungsi
manajemen. Perhatian
dan kemampuan
manajemen diarahkan
pada penerapan fungsi-
fungsi tersebut.
2. Aliran Perilaku
Aliran ini juga sering
disebut aliran
manajemen hubungan
manusia. Aliran ini
memusatkan kajiannya
pada aspek manusia dan
perlunya manajemen
memahami manusia.
Aliran ini menggunakan
disiplin ilmu psikologi
dan sosiologi dalam
menerapkan teori-
teorinya.
3. Aliran Manajemen Ilmiah
Aliran ini menggunakan ilmu matematika dan ilmu
statistika untuk mengembangkan teori-teorinya.
Menurut aliran ini, pendekatan kuantitatif
merupakan sarana utama dan sangat berguna
untuk menjelaskan masalah manajemen.
4. Aliran Analisis Sistem
Aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah yang berhubungan dengan bidang
lain dalam mengembangkan teorinya. Contohnya, bagian kepegawaian mengatakan
bahwa keberhasilan dalam memotivasi pegawai akan meningkatkan keuntungan
perusahaan. Menurut aliran ini, memotivasi pegawai akan dilihat hubungannya
dengan kesejahteraan, penggajian, jam kerja, jaminan hari tua, dan faktor lainnya.

5. Aliran Manajemen Berdasarkan Hasil


Aliran manajemen berdasarkan hasil (management by objective) diperkenalkan
pertama kali oleh Peter Drucker pada awal tahun 1950-an. Aliran ini memfokuskan
pemikiran pada hasil-hasil yang dicapai, bukan pada interaksi kegiatan karyawan.

6. Aliran Manajemen Mutu


Aliran manajemen mutu memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk
mencapai kepuasan pelanggan (konsumen). Oleh karena itu, fokus utama aliran
manajemen mutu adalah pelanggan, sebagai pihak yang berhak mengatakan apakah
barang atau jasa yang dihasilkan bermutu atau tidak.
 TEORI BIROKRASI WEBBER
Menurut Max Webber, dalam teorinya yang juga dikenal dengan
“Birokrasi Webberian”, birokrasi yang ideal memerlukan 6 hal
penting, yaitu :

1. Sentralisasi Kekuasaan.
Jika pemegang kekuasaan
tertinggi tetap memiliki peran
serta atau kontrol terhadap
setiap pengambilan
keputusan maka birokrasi
akan berjalan dengan
terkendali.
2. Pembagian Kerja
Dalam birokrasi, adanya
pembagian tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan
kemampuan dan skill masing-
masing individu agar hasil kerja
dapat maksimal.

3. Sistem Hierarki
Adanya hierarki yang jelas agar
individu-individu yang terlibat
memiliki pengetahuan tentang
batasan-batasan yang harus
dijaga dalam pekerjaannya.
4. Sistem Tertutup
Diharapkan, dengan tidak adanya intervensi dari pihak
luar ke dalam suatu birokrasi dapat menjaga sistem
birokrasi tersebut tetap bersih dan sistematis.

5. Peraturan
Peraturan yang jelas diperlukan agar birokrasi tetap
berjalan sesuai formalitasnya.

6. Fungi Kekuasaan (Functioning of Authority)


Pengertian Birokrasi
Birokrasi merupakan struktur tatanan organisasi, bagan,
pembagian kerja dan hierarki yang terdapat pada sebuah
lembaga yang penting untuk menjalankan tugas-tugas agar
lebih teratur, seperti contohnya pada pemerintahan, rumah
sakit, sekolah, militer dll. Birokrasi ini dimaksudkan sebagai
suatu sistem otoritas yang ditetapkan secara rasional oleh
berbagai macam peraturan untuk mengorganisir pekerjaan
yang dilakukan oleh banyak orang.

https://kamus.tokopedia.com/b/birokrasi/
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BIROKRASI
MAX WEBBER

A. KELEBIHAN
1. Adanya batasan-batasan yang jelas, yang dapat berupa peraturan
formal maupun norma-norma. Hal ini sangat berguna agar di
dalam birokrasi, sistematikan dan tanggung jawab masing-masing
individu dapat tetap terjaga.

2. Adanya pembagian kerja untuk masing-masing individu yang


terlibat sehingga dapat membuat pekerjaan selesai dengan cepat
dan hasilnya maksimal.

3. Adanya sistem hierarki otoritas yang jelas membuat kontrol dan


pengawasan dapt dengan mudah dijalankan.
B. KEKURANGAN

1. Hierarki otoritas yang terlalu formal cenderung membuat


birokrasi tersebut menjadi kaku dan minim inovasi.

2. Kekakuan di dalam birokrasi yang terlalu berlebihan


dapat menghilangkan sisi kebebasan manusia itu sendiri.

3. Hilangnya sisi keceriaan dan antusiasme dalam bekerja


akibat dari sifat birokrasi yang cenderung otoriter.

Ref : https://hakanri.wordpress.com/2014/04/27/teori-birokrasi-max-webber/
 TEORI MC.GREGOR
Douglas Mc.Gregor kemudian mengemukakan
dua teori yang kontras yaitu Teori X dan Teori
Y.
Teori X dan Teori Y yang pada dasarnya
merupakan Teori Perilaku (behaviour theory)
ini dimuat di buku Douglas McGregor yang
berjudul “The Human Side Enterprise” di tahun
1960.
Teori X
Teori X ini menyatakan bahwa pada dasarnya karyawan yang bekerja pada suatu
perusahaan secara alami tidak termotivasi dan tidak suka bekerja. Dengan asumsi
dan anggapan demikian, maka manajemen akan cenderung menggunakan gaya
otoriter dalam mengoperasikan perusahaannya. Menurut Teori X ini, manajemen
harus secara tegas melakukan intervensi untuk menyelesaikan suatu masalah atau
pekerjaan. Gaya Manajemen ini menyimpulkan bahwa pekerja pada dasarnya :
1. Tidak suka bekerja.
2. Perlu diawasi, dipaksa, diperingatkan untuk mengerjakan pekerjaannya.
3. Membutuhkan pengarahan dalam melaksanakan tugasnya.
4. Tidak menginginkan adanya tanggung jawab.
5. Tugas yang diberikan harus diawasi setiap langkah pengerjaannya.

Menurut pengamatan Douglas McGregor, karyawan yang bertipe X ini sebenarnya


hanya minoritas, namun untuk mengendalikan sebuah perusahaan yang memiliki
jumlah karyawan yang banyak atau perusahaan manufaktur yang berskala besar,
manajemen teori X ini mungkin diperlukan.
Teori Y
Teori Y ini menyatakan bahwa pada dasarnya karyawan yang bekerja pada
suatu perusahaan menyenangi pekerjaannya, termotivasi, kreatif, bangga
terhadap hasil kerjanya yang baik, bekerja penuh dengan tanggung jawab
dan senang untuk menerima tantangan. Dengan asumsi dan anggapan
demikian, maka manajemen akan cenderang menggunakan gaya
manajemen partisipatif. Teori Y ini beranggapan bahwa karyawannya :
1.Bertanggung jawab penuh atas semua pekerjaannya dan memiliki motivasi
yang kuat untuk mengerjakan semua pekerjaan yang diberikan kepadanya.
2.Hanya memerlukan sedikit bimbingan atau bahkan tidak memerlukan
bimbingan dalam menyelesaikan tugasnya.
3.Beranggapan bahwa pekerjaan adalah bagian dari hidupnya.
4.Dapat menyelesaikan tugas dan masalah dengan kreatif dan imajinatif.

Dalam organisasi atau perusahaan yang mengadopsi gaya manajemen


berdasarkan Teori Y ini, semua karyawan terlibat dalam pengambilan
Ref :
keputusan dan memiliki lebih banyak tanggung jawab.
https://ilmumanajemenindustri.com/teori-x-dan-teori-y-menurut-douglas-mcgreg
or/
 SCIENTIFIC MANAJEMEN (TAYLOR)
Teori Manajemen Ilmiah Dari Frederick W. Taylor
• Frederick Winslow Taylor adalah seorang yang disebut
sebagai bapak manajemen ilmiah. Pasti kita penasaran
dengan kontribusi Taylor pada bidang studi manajemen
sehingga bisa menghasilkan suatu kajian yang disebut
manajemen ilmiah.

• Dalam buku "Management" dari James Stoner


memaparkan keterlibatan Taylor dalam evolusi teori
manajemen. Manajemen ilmiah timbul sebagian karena
adanya kebutuhan untuk menaikkan produktivitas.
• Taylor mendasarkan sistem manajemennya pada penelitian
waktu kerja (time studies) di bagian produksi tempat ia bekerja.
Pendekatan ini menandai awal yang sebenarnya dari manajemen
ilmiah. Bukannya berdasarkan pada cara-cara bekerja tradisional,
Taylor menganalisis dan mengukur waktu gerakan-gerakan yang
dilakukan oleh buruh pabrik baja dalam serangkaian pekerjaan.

• Dengan penelitian waktu sebagai dasarnya, Taylor dapat


memecahkan setiap pekerjaan ke dalam komponen-
komponennya dan merancang cara pengerjaan yang tercepat dan
terbaik untuk setiap pekerjaan. Dengan demikian ia menentukan
seberapa pekerja akan dapat bekerja dengan peralatan dan
bahan yang tersedia.
• Walaupun metoda Taylor menghasilkan peningkatan-
peningkatan produktivitas dan upah yang lebih tinggi pada
keadaan tertentu, pekerja dan serikat buruh mulai menentang
pendekatannya. Seperti para pekerja di Midvale, mereka takut
bahwa pekerja yang bekerja lebih keras atau lebih cepat akan
cepat menghabiskan pekerjaan apapun yang tersedia dan akan
berakibat pemberhentian pekerja.

• Kenyataan bahwa para pekerja telah diberhentikan di


perusahaan Simonds dan organisasi lain yang menggunakan
metoda Taylor menyebabkan kekhawatiran itu. Dengan
tersebarnya gagasan Taylor, penentangnya pun berkembang.
Makin banyak pekerja menjadi yakin bahwa mereka akan
kehilangan pekerjaan apabila metoda Taylor digunakan.
Namun Taylor menjelaskan filsafatnya, Ia berkata bahwa gagasannya itu berdasar
pada empat prinsip:
Perkembangan manajemen ilmiah yang sebenarnya, sehingga misalnya metoda
yang terbaik untuk melakukan setiap pekerjaan dapat ditentukan.
Pemilihan yang ilmiah terhadap pekerja, sehingga setiap pekerja dapat diberi
tanggungjawab atas tugas yang paling cocok baginya.
Pendidikan dan pengembangan ilmiah untuk para pekerja.
Kerjasama yang erat dan bersahabat di antara manajemen dan pekerja.

Taylor mengatakan bahwa agar supaya prinsip itu dapat berhasil, dibutuhkan suatu
"revolusi mental menyeluruh" di pihak manajemen dan pekerja. Daripada
bertengakar mengenai keuntungannya masing-masing, mereka harus bersama-
sama berusaha menaikan produksi.

Dengan jalan itu, keuntungan akan ditingkatkan sampai ke tingkat di mana pekerja
dan manajemen tidak akan berselisih. Singkatnya, Taylor berpendapat bahwa
manajemen dan pekerja mempunyai kesamaan kepentingan dalam meningkatkan
produktivitas.
Ref :
https://www.studimanajemen.com/2012/08/teori-manajemen-ilmiah-dari-frede
rick-w.html

Anda mungkin juga menyukai