Anda di halaman 1dari 43

HOSPITAL RISK PASIEN

SAFETY
DR.DADANG KUSNADI.,MARS
RUMAH SAKIT
KOMUNIKASI PASIEN
BENCANA

Ujian yang datang tanpa dapat diduga oleh manusia


dalam bentuk bencana maupun musibah yang dihadapi
PENGERTIAN

• patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan


cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan.
• Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
• Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
• Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).
Pengertian

• Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak adanya
kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien (patient
safety;;) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman,
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
• Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan
resiko.
• Meliputi: assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
TUJUAN

• Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit


dengan tujuan agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat
kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di
rumah sakit pasien menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya
risiko yang sebenarnya dapat dicegah, dengan kata lain pasien
harus dijaga keselamatannya dari akibat yang timbul karena error.
• Bila program keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak
pada terjadinya tuntutan sehingga meningkatkan biaya urusan
hukum, menurunkan efisisiensi, dll.
LIMA ISU

Lima isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:


a.       keselamatan pasien;
b.      keselamatan pekerja (nakes);
c.       keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan);
d.      keselamatan lingkungan;
e.       keselamatan bisnis.
ELEMEN PATIENT SAFETY

• a.    Adverse drug events(ADE)/ medication errors (ME) (ketidakcocokan obat/kesalahan


pengobatan)
• b.    Restraint use (kendali penggunaan)
• c.    Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
• d.   Surgical mishaps (kecelakaan operasi)
• e.    Pressure ulcers (tekanan ulkus)
• f.     Blood product safety/administration (keamanan produk darah/administrasi)
• g.    Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)
• h.    Immunization program (program imunisasi)
• i.      Falls (terjatuh)
• j.      Blood stream – vascular catheter care (aliran darah – perawatan kateter pembuluh darah)
• k.    Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor incident reports (tinjauan
sistematis, tindakan lanjutan, dan pelaporan pasien/pengunjung laporan kejadian)
Comon Root Cause

Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum):
a.       Communication problems (masalah komunikasi)
b.      Inadequate information flow (arus informasi yang tidak memadai)
c.       Human problems (masalah manusia)
d.      Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien)
e.       Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer pengetahuan)
f.       Staffing patterns/work flow (pola staf/alur kerja)
g.      Technical failures (kesalahan teknis)
h.      Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur yang tidak
memadai) [AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) Publication, 2003]
• 
UJIAN DITEMPUH DGN KESABARAN

Justru itu segala ujian daripada Allah S.W.T ini haruslah kita
tempuh dengan penuh kesabaran agar ia dapat mendekatkan
TUJUH STANDAR

Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada


“Hospital Patient safety Standards” yang
dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation
of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002),
yaitu:
HAK PASEN

• Standarnya adalah pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan


informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan
terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). Kriterianya adalah sebagai
berikut:
• a.    Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
• b.    Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
• c.    Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang
jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya KTD
KEGIATAN NURSING CARE
Mendidik Pasen

Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya adalah keselamatan dalam pemberian
pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien adalah partner dalam proses
pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistim dan mekanisme mendidik pasien &
keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:
• a.    Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur
• b.    Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
• c.    Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
• d.   Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
• e.    Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
• f.     Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
• g.    Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
STANDAR

• Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan


menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan
dengan kriteri sebagai berikut:
• a.    Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
• b.    Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya
• c.    Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
• d.   Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
METODE

• Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan


program peningkatan keselamatan pasien
• Standarnya adalah RS harus mendisain proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP
dengan criteria sebagai berikut:
• a.    Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
sesuai dengan”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
• b.    Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
• c.    Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
• d.   Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
Peran Pemimpin

Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien standarnya adalah:


• a.    Pimpinan dorong & jamin implementasi program KP melalui penerapan “7
Langkah Menuju KP RS”.
• b.    Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP &
program mengurangi KTD.
• c.    Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
• d.   Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
• e.    Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja RS & KP,
Kriteria

Dengan criteria sebagai berikut:


•(1)     Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
•(2)     Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden,
•(3)     Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
•(4)     Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang
lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
Pelaporan

• (5)     Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal


berkaitan dengan insiden,
• (6)     Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
• (7)     Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela
antar unit dan antar pengelola pelayanan
• (8)     Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
• (9)     Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
Standar

Mendidik staf tentang keselamatan pasien. Standarnya adalah:


• a.    RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
• b.    RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin
dalam pelayanan pasien, dengan kriteria sebagai berikut:
• (1)     Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien
• (2)     Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
• (3)     Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
KEHATI-HATIAN KEGIATAN DI RUMAH SAKIT
Komunikasi

Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.


Standarnya adalah:
• a.  RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
• b.  Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat, dengan criteria
sebagai berikut:
• (1)     Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien.
• (2)     Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.
TUJUH LANGKAH

Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS No.001-VIII-2005) sebagai panduan
bagi staf Rumah Sakit
• a)         Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, “ciptakan kepemimpinan & budaya yang
terbuka dan adil”
Bagi Rumah sakit:
• a.    Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta, dukungan kepada staf,
pasien, keluarga
• b.    Kebijakan: peran & akuntabilitas individual pada insiden
• c.    Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
• d.   Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian KP
Bagi Tim:
• a.    Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
• b.   Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat
Bangun Komitmen

Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen & focus yang kuat & jelas tentang KP di RS anda”
Bagi Rumah Sakit:
• a.    Ada anggota Direksi yang bertanggung jawab atas KP
• b.   Di bagian-bagian ada orang yang dapat menjadi “Penggerak” (champion) KP
• c.    Prioritaskan KP dalam agenda rapat Direksi/Manajemen
• d.   Masukkan KP dalam semua program latihan staf
Bagi Tim:
• a.    Ada “penggerak” dalam tim untuk memimpin Gerakan KP
• b.   Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
• c.    Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden
• c)      Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, “kembangkan sistem & proses pengelolaan risiko,
serta lakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial bermasalah”
Kebijakan

Bagi Rumah Sakit:


• a.       Kebijakan : komunikasi terbuka tentang insiden dengan pasien &
keluarga
• b.      Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden
• c.       Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien & keluarga (dalam seluruh proses asuhan pasien)
Bagi Tim:
• a.       Hargai & dukung keterlibatan pasien & keluarga bila telah terjadi insiden
• b.      Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien & keluarga bila terjadi insiden
• c.       Segera setelah kejadian, tunjukkan empati kepada pasien & keluarga.
Bagi Rumah Sakit

Bagi Rumah Sakit:


• a.       Strukur & proses menjamin risiko klinis & non klinis,
mencakup KP
• b.      Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
• c.       Gunakan informasi dari sistem pelaporan insiden & asesmen
risiko & tingkatkan kepedulian terhadap pasien
Bagi Tim

Bagi Tim:
• a.       Diskusi isu KP dalam forum-forum, untuk umpan balik
kepada manajemen terkait
• b.      Penilaian risiko pada individu pasien
• c.       Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap
risiko, & langkah memperkecil risiko tersebut.
• d)     Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar
dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden serta RS
mengatur pelaporan kepada KKP-RS”
Bagi Rumah Sakit

Bagi Rumah Sakit:


• a.       Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden,
ke dalam maupun ke luar yang harus dilaporkan ke KKPRS – PERSI
Bagi Tim:
• a.       Dorong anggota untuk melaporkan setiap insiden & insiden
yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, sebagai bahan
pelajaran yang penting
• e)      Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan
cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien”
Pembelajaran

Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, “dorong staf anda untuk
melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul”
Bagi Rumah Sakit:
• a.       Staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab
• b.      Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) atau
Failure Modes & Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup semua
insiden & minimum 1 x per tahun untuk proses risiko tinggi
Bagi Tim:
• a.       Diskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
• b.      Identifikasi bagian lain yang mungkin terkena dampak & bagi pengalaman tersebut
Pencegahan Cedera

• g)      Cegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan pasien, “Gunakan informasi
yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan”
Bagi Rumah Sakit:
• a.       Tentukan solusi dengan informasi dari sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian
insiden, audit serta analisis
• b.      Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf & kegiatan
klinis, penggunaan instrumen yang menjamin KP
• c.       Asesmen risiko untuk setiap perubahan
• d.      Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
• e.       Umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden
Bagi Tim

Bagi Tim:
• a.       Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
• b.      Telaah perubahan yang dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
• c.       Umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang
dilaporkan
SEMBILAN SOLUSI

Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit


• WHO Collaborating Centre for Patient safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi
menerbitkan “Nine Life Saving Patient safety Solutions” (“Sembilan Solusi Life-
Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit”).
• Panduan ini mulai disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan
lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah
keselamatan pasien.
• Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera pasien,
tetapi fakta tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang mengalami KTD
(Kejadian Tidak Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat dicegah (non error) mau
pun yang dapat dicegah (error), berasal dari berbagai proses asuhan pasien.
Langkah Pertama

1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike


Medication Names).
• Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan staf
pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat
(medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia.
• Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan
potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau
generik serta kemasan.
• Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko
dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang
dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
Identifikasi Pasien

2. Identifikasi Pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien
secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi
maupun pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan
bayi kepada bukan keluarganya, dsb.
Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas
pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini; standardisasi dalam
metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan
kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan
protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
Langkah Ketiga

3. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien.


• Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien
antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa
mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang
tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.
• Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien
termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang
bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya
dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan
melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
GELANG PASIEN SELAMA PERAWATAN
Langkah-4

4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.


• Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-kasus
dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah
sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasinya tidak benar.
• Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini
adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi.
Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung
pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan; pemberian tanda pada sisi
yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan adanya
tim yang terlibat dalam prosedur Time out sesaat sebelum memulai prosedur
untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.
Langkah-5

5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).


• Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media
kontras memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang
digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.
Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit
ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur aduk/bingung
tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
Langkah-5

• 6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.


• Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang
didesain untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik
transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang
paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima
pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai
perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan/atau perintah
pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan komunikasikan
daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan
ditransfer atau dilepaskan.
Langkah-6

7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).


• Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain
sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian
Tidak Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui
penyambungan spuit dan slang yang salah, serta memberikan medikasi
atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah
menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail/rinci bila
sedang mengenjakan pemberian medikasi serta pemberian makan
(misalnya slang yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat
kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan & slang yang benar).
Langkah-7

8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.


• Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan
HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari
jarum suntik. Rekomendasinya adalah penlunya melarang pakai
ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik para
petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang
prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan
keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui darah;dan
praktek jarum sekali pakai yang aman.
Langkah-8

9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi


Nosokomial.
• Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia
menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan
yang efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan
masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan
cairan “alcohol-based hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan
tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik
kebersihan tangan yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih
ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan
melalui pemantauan/observasi dan tehnik-tehnik yang lain.

Anda mungkin juga menyukai