Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEHNIK DISTRAKSI PERNAFASAN RITMIK UNTUK MENURUNKAN NYERI

Disusun Oleh :

Agam Ismail Nugraha

J.0105.20.043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

CIMAHI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini

disusun untuk memenuhi salah satu tugas dengan judul makalah “ Tehnik Distraksi

Penerapan untuk Menurunkan Nyeri”.

Dalam penyusunan makalah ini berbagai hambatan yang dihadapi oleh penulis ini dari

tahap persiapan sampai penyelesaian tulisan. Namun berkat karuni Allah SWT dan tentunya

doa dari orang tua dan teman-teman semua yang selalu memberi bimbingan dan motivasinya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terimakasih.

Cimahi, Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................7
A. Konsep Teori Distraksi........................................................................................................7
1. Definisi Distraksi.......................................................................................................................7
2. Prosedur Tehnik Distraksi.........................................................................................................7
3. Tujuan Teknik Distraksi............................................................................................................9
4. Manfaat Distraksi Pernafasan..................................................................................................10
B. Konsep Teori Nyeri............................................................................................................11
1. Definisi Nyeri..........................................................................................................................11
2. Fisiologi Nyeri.........................................................................................................................11
3. Sifat Nyeri...............................................................................................................................13
4. Respon Nyeri...........................................................................................................................14
5. Skala Pengukuran Nyeri..........................................................................................................15
6. Prosedur Penatalaksanaan Tehnik Distraksi pernafasan...........................................................18
BAB III..........................................................................................................................................19
PENUTUP.....................................................................................................................................19
A. Kesimpulan..............................................................................................................................19
B. Saran........................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri adalah keluhan yang sering kita jumpai dalam praktik sehari-hari.

Sensasi nyeri dapat dirasakan berasal dari seluruh bagian tubuh kita karena pada

umumnya seluruh jaringan tubuh mendapat persarafan. Nyeri dapat timbul karena

berbagai sebab, antara lain kimiawi, mekanik, listrik, ternal dan psikologis.

Mekanisme nyeri dapat berupa terputusnya jaringan persyarafan, tersayat, terdesak

atu rusaknya ujung syaraf (Priharjo, 1996). Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu

keadaan yang membuat seseorang merasa nyaman, terlindun dari ancaman psikologis

bebas dari rasa sakit terutama nyeri (Purwanto dalam karendehi,2015). Nyeri adalah

suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan terkait

kerusakan jaringan yang actual maupun potensial, (Meliala & suryamiharja, 2007).

Menurut Potter & Perry (2006), nyeri merupakan pengalaman pribadi yang

diperlihatkan dengan cara berbeda pada setiap individu. Setiap individu memiliki

pengalaman nyeri dengan skala tertentu. Menurut Smeltzer & Bare (2002) Secara

umum nyeri dikategorikan menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut

merupakan nyeri yang berlangsung beberapa detik hingga kurang dari 6 bulan

biasanya dengan awitan tiba-tiba da umumnya berkaitan dengan cidera fisik dimana

nyeri akut mengidinkasikan adanya cedera fisik dimana nyeri akut mengidikasikan

adanya kerusakan atau cedera telah terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, biasanya

menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan, salah satunya adalah nyeri akibat

pembedahan. Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap

sepanjang suatu periode waktu dimana nyeri ini berlangsung diluar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab

cedera spesifik (Strong, Unruh, Wright & Baxter,2002)

Tehnik distraksi adalah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk

mengalihkan fokus dan perhatian pada nyeri ke stimulus yang lain. Distraksi

digunakan untuk memusatkan perhatian seseorang agar menjauhi rasa nyeri ataupun

rasa sakit dan tehnik distraksi ini dapat sangat efektif dalam mengurangi nyeri.

Beberapa tehnik distraksi yang dikenal adalah distraksi visual seperti melihat gambar

dibuku, bermain video games, distraks pendengaran dengan mendengarkan music,

distraksi pernafasan dengan tekhnik pernafasan dalam, distraksi intelektual dan

imajinasi terbimbing (Qittun, 2008)

Tehnik distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara

mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap

nyeri yang dialami. Distraksi menurukan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan

menghindarkan toleransi terhadap nyeri. Distraksi memberi pengaruh paling baik

untuk jangka waktu singkat untuk mengatasi nyeri intensif yang hanya berlangsung

beberapa menit misalnya selama pelaksanaan prosedur infasif contohnya disuntuk

atau diinfus (Potter,2005)

B. Rumusan Masalah

1. Apa Yang Dimaksud Dengan Nyeri ?

2. Apa Yang Dimaksud Dengan Distraksi ?

3. Apa Saja Prosedur Tehnik Distraksi ?

4. Apa Tujuan Distraksi ?

5. Apa Manfaat Distraksi Pernafasan Ritmik ?

6. Bagaimana Prosedur Penatalaksanaan Tehnik Distraksi pernafasan ?


C. Tujuan

1. Untuk Mengetahu Definisi Nyeri

2. Untuk Mengetahui Definisi Distraksi

3. Untuk mengetahui Prosedur Tehnik Distraksi

4. Untuk Mengetahui Tujuan Distraksi

5. Untuk Mengetahui Manfaat Distraksi Pernafasan Ritmik

6. Untuk Mengetahui Prosedur Penatalaksanaan Tehnik Distraksi pernafasan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Distraksi

1. Definisi Distraksi

Tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke

stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori

bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. jika seseorang menerima

input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke

otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien),. Stimulus yang

menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga

stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri

secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya

modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena

itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif

dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Tamsuri, 2007).

2. Prosedur Tehnik Distraksi

a. Distraksi visual

Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat

pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.

b. Distraksi pendengaran

Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta

gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan

musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik

dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh


mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.

(Tamsuri, 2007).

Musik klasik salah satunya adalah musik Mozart. Dari sekian banyak karya

musik klasik, sebetulnya ciptaan milik Wolfgang Amadeus Mozart (1756-

1791) yang paling dianjurkan. Beberapa penelitian sudah membuktikan,

Mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri fisik. Penelitian itu di

antaranya dilakukan oleh Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell. Mereka

mengistilahkan sebagai “Efek Mozart”.

Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya-

karya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan

motivatif di otak. Yang tak kalah penting adalah kemurnian dan kesederhaan

musik Mozart itu sendiri. Namun, tidak berarti karya komposer klasik lainnya

tidak dapat digunakan (Andreana, 2006)

c. Distraksi pernafasan

Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek atau

memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan

hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui

mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati).

Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap

gambar yang memberi ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola

pernafasan ritmik.

Bernafas ritmik dan massase, instruksi kan klien untuk melakukan pernafasan

ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase pada bagaian tubuh

yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar di

area nyeri.
d. Distraksi intelektual

Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan

kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.

e. Imajinasi terbimbing

Adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan

mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-angsur

membebaskan diri dari dari perhatian terhadap nyeri.

3. Tujuan Teknik Distraksi

Tujuan penggunaan teknik distraksi dalam intervensi keperawatan adalah

untuk pengalihan atau menjauhi perhatian terhadap sesuatu yang sedang dihadapi,

misalnya rasa sakit (nyeri). Sedangkan manfaat dari penggunaan teknik ini, yaitu

agar seseorang yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman, santai, dan merasa

berada pada situasi yang lebih menyenangkan.

Teknik distraksi ini dapat digunakan untak memusatkan perhatian anak

menjauhi rasa nyeri. Teknik distraksi pada anak dapat sangat efektif dalam

mengurangi nyeri. Teknik distraksi yang paling disukai oleh anak-anak, seperti

melihat gambar di buku, meniup gelembung (blowing bubbles), atau menghitung.

Sentuhan, usapan, tepukan, atau mengayun dapat menjadi teknik distraksi yang

baik pada anak yang sedang dalam distres. Orangtua harus diajarkan teknik

distraksi dan didorong untuk mempertahankan anak mereka agar nyaman selama

mungkin. Melatih orangtua akan memberi mereka jalan untuk berpartisipasi dalam

nyeri anaknya, serta memberi manfaat dalam mengurangi kecemasan dan ansietas

orangtua
4. Manfaat Distraksi Pernafasan

Tehnik distraksi nafas ritmik dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri

melalui mekanisme yaitu dengan tehnik nafas ritmik otot-otot skelet yang

mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga

terjadi fase dilataasi pembuluh darah dan akan meningkatakan aliran darah

kedaerah yang mengalami spasme dan iskemik, tehnik nafas ritmik dipercaya

mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opioid endiogen yaitu endorphin dan

enkefalit. Pernyataan lain menyatakan bahwa penurunan nyeri oleh tehnik nafas

ritmik disebabkan ketika seseorang melakukan nafas ritmik untuk mengendalikan

nyeri yang dirasakan, maka tubuh akan meningkatkan komponen syaraf

parasimpatik secara stimulan, maka ini menyebabkan terjadi penurunan kadar

hormon kortisol dan adrenalin dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat sterss

seseorang sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan membuat klien merasa

tenang untuk mengatur ritme pernafasan menjadi teratur. Dengan distraksi nafas

ritmik ini lebih cenderung memfokuskan pada konsentrasi pasien untuk

mengontrol atau meredakan nyeri dengan cara fikiran rileks dan berfokus pada

objek atau suatu gambar yang dijadikan sebagai media untuk pusat konsentrasi.

Dan selain itu juga tehnik distraksi nafas ritmik mampu membuat irama nafas

seseorang lebih teratur dan berirama yang dihasilkan dari pola pernafasan dengan

hitungan satu sampai empat membuat nafas teratur dan menghasilkan respon

rileks pada pasien dan membuat pasien mengalihkan rasa nyeri dengan irama

pernafasan sehingga nyeri dapat terkontrol secara tidak langsung dapat berkurang

nyeri yang dirasakan pasien.


B. Konsep Teori Nyeri

1. Definisi Nyeri

The International Associaton For The Study Of Pain (1979) dalam tuti

pahria mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan yang berhubungan dengan keruakan jaringan. Menurut

Mahon (1994) dalam Perry dan Potter nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih

dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat

subyektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus

yang bersifat fisik dan atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada

jaringan actual atau fungsi seorang individu.

2. Fisiologi Nyeri

Nyeri terjadi bila ada kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial.

Kerusakan jaringan (yang bisa disebabkan oleh termal, mekanik, dsb seperti

tercantum dalam tipe nyeri), menyebabkan lepasnya mediator nyeri seperti

bradikinin, histamin, asetilkolin, serotinin, angiotensin, vasopresin yang

memberikan sinyal kepada reseptor nyeri (yang berupa akhiran syaraf bebas yang

terletak di hampir seluruh tubuh), sehingga impuls tersebut dihantarkan ke otak

melalui penghantar impuls nyeri (saraf afferen) ke otak untuk diolah dan

diterjemahkan. ( Samekto, dkk, 1991 ). Proses terjadinya nyeri/mekanisme nyeri

Ada empat tahapan terjadinya nyeri:

a. Transduksi

Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) dirubah

menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli

ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi

nyeri). Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator nyeri


mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran nyeri

meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya nilai

ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator tersebut di

atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena

rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri misalnya rabaan.

Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi sentral

yaitu hipereksitabilitas neuron pada spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis

dan perubahan intraseluler yang menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama.

Rangsangan nyeri diubah menjadi depolarisasi membrane reseptor yang

kemudian menjadi impuls syaraf.

b. Transmisi

Transmisi dari impuls berlanjut saat masuk kedalam kornu dorsalis dari

medulla spinalis melalui serat-serat delta A yang besar dan bermielin tipis,

serta serat-serat tipe C tanpa myelin. Dari sini impuls dibawa melalui jalur

anterolateral ke thalamus dan kemudian ke korteks. Di korteks inilah impuls

diterima sebagai nyeri. Baik transduksi maupun transmisi terjadi pada jalur

aferen.

c. Modulasi

Adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat meningkatkan

atau mengurangi penerusan impuls nyeri. Hambatan terjadi melalui sistem

analgesia endogen yang melibatkan bermacam-macam neurotansmiter antara

lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls

ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi

impuls pe maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat

timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis.


d. Persepsi

Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri

yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris,

informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus

dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan.

3. Sifat Nyeri

Adapun sifat-sifat nyeri sebagai berikut :

a. Akut : singkat, berhubungan dengan kerusakan jaringan atau inflamasi,

intensitasnya secara cepat berkurang selang beberapa hari sampai

minggu. Contoh : nyeri bedah luka bakar dan fraktur.

b. Persisten dan kronik : nyeri persisten selama 3 bulan atau lebih.

Contoh : atritis dan krisis sel sabit.

c. Kekambuhan : episode nyeri berulang diselingi interval bebas nyeri.

Contoh : sakit kepala, nyeri dada dan nyeri abdomen atau tungkai.

d. Neuropatik : nyeri persisten berkaitan dengan eksitabilitas persisten

atau abnormal dalam susunan saraf perier atau pusat, tanpa cedera

jaringan terus menerus, sering dilukiskan sebagai ”terbakar”, ”aneh”

atau seperti ”tusukan jarum”. Contoh : sindrom nyeri amputasi dan

cedera fleksus distrofi.

e. Psikogenik : nyeri persisten yang merupakan manifestasi dari penyakit

kejiwaan. Contoh : gangguan somatik, gangguan nyeri somatoforom

dan konversi.

Menurut Suddarth dan Brunner (2002), dua kategori dasar dari nyeri yang

secara umum diketahui yaitu :


a. Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan

cedera fisik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah

terjadi, hal ini menarik perhatian bahwa nyeri benar terjadi dan mengajarkan

kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial

menimbulkan nyeri. Nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang

berlangsung dari beberapa detik hingga 6 bulan.

b. Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang

suatu episode waktu (lebih dari 6 bulan). Nyeri berlangsung diluar waktu

penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan

penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan

yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati, biasanya nyeri ini

tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada

penyebabnya.

4. Respon Nyeri

a. Respon nyeri berdasarkan tingkatan

1. Tidak nyeri

2. Nyeri ringan

Rata-rata denyut meningkat, rata-rata denyut menurun, tak bergerak,

takut, tekanan darah sistolik meningkat, tekanan darah sistolik menurun,

gelisah.

3. Nyeri sedang

Rata-rata pernapasan meningkat, singkop, bagian tubuh bergeseran,

depresi, diaforesis, muntah, meringis, marah, tonus otot meningkat,

panas, kulit kering, resah, putus asa.


4. Nyeri berat

Muka pucat, frustasi, menggeliat kuat, difusi biji mata, penyempitan biji

mata, monoton lambat, sangat tegang, perasaan sedang dihukum,

merintih, menangis.

b. Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup :

1. Pernyataan verbal (mengaduh, menangis, sesak nafas, mendengkur)

2. Ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir)

Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan

gerakan jari & tangan)

3. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (menghindari percakapan,

menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian, fokus pada

aktivitas menghilangkan nyeri).

5. Skala Pengukuran Nyeri

Untuk anak-anak skala yang digunakan adalah skala oucher yang di

kembangkan oleh Beyer dan skala wajah yang dikembangkan oleh Wong &

Baker. Pada skala oucher terdiri dari skala dengan nilai 0-10 pada sisi sebelah

kiri untuk anak-anak yang lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada

sisi kanan untuk anak yang lebih kecil. Foto wajah seorang anak dengan

peningkatan rasa ketidaknyamanan dirancang sebagai petunjuk untuk memberi

anak-anak pengertian sehingga dapat memahami makna dan keparahan nyeri.

Anak bisa diminta untuk mendiskripsikan nyeri yang dirasakan dengan memilih

gambar yang ada. Skala wajah terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang

menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa nyeri),

kemudian secara bertahap meningkat sampai wajah yang sangat ketakutan (nyeri

yang sangat)
Menurut De idhoe (2007) Penatalaksanaan nyeri ada dua yaitu :

a. Intervensi Farmakologis

1. Analgesik

Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interpretasi nyeri

dengan jalan mendepresi sistem saraf pusat pada Thalamus dan Korteks

Cerebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum klien merasakan

nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Untuk alasan ini

maka analgesik dianjurkan untuk diberikan secara teratur dengan

interval, seperti setiap 4 jam setelah pembedahan. erdapat dua klasifikasi

mayor dari analgesik, yaitu:

a. Narcotic (strong analgesics)

Termasuk didalamnya adalah : derivat opiate seperti morphine dan

codein. Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek

emosional dari pengalaman nyeri (misal : persepsi nyeri). Perubahan

mood dan perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang merasa

lebih nyaman meskipun nyerinya masih timbul

b. Nonnarcotics (Mild analgesics)

Mencakup derivat dari : Asam Salisilat (aspirin); Paraaminophenols

(phenacetin); Pyrazolon (Phenylbutazone).

c. analgesik kombinasi

seperti kombinasi dari analgesik kuat (strong analgesics) dengan

analgesik ringan (mild analgesics)


b. Intervensi Nonfarmakologis

1) Distraksi

Distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu

selain pada nyeri. Distraksi di duga dapat menurunkan persepsi nyeri

dengan menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih

sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak. Distraksi dapat

berkisar dari hanya pencegahan monoton sampai menggunakan aktivitas

fisik dan mental yang sangat kompleks. Distraksi dibagi menjadi :

a. Mendengar musik

Mendengar musik adalah kegiatan mendengarkan musik yang disukai

atau suara burung serta gemercik air, individu dianjurkan untuk

memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik,

dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga

diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu

seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.

b. Menonton video

Menonton video adalah menonton acara-acara yang bersifat humor

atau acara yang disukai oleh klien akan menjadi tehnik distraksi yang

dapat membantu mengalihkan perhatian klien akan nyeri yang ia

alami atau terjadi penurunan stimulus nyeri.

c. Pernafasan terkontrol

melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu

sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut

secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati),


d. imajinasi

Imajinasi adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara

yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.

Sebagai contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan meredakan

nyeri dapat terdiri atas menggabungkan nafas berirama lambat dengan

suatu bayangan mental relaksasi dan kenyamanan.

6. Prosedur Penatalaksanaan Tehnik Distraksi pernafasan

a. Atur posisi klien agar rileks tanpa beban fisik

b. Intsruksikan pasien untuk tarik nafas sehingga rongga paru berisi udara

c. Instruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan udara secara

perlahan, pada waktu bersamaan minta pasien untuk memusatkan pasien

betapa nikmat rasanya

d. Instruksikan pasien memejamkan mata sambil melakukan tarik nafas dalam

kemudian hembuskan secara perlahan dengan hitungan 1 sampai 4 detik.

e. Minta pasien untuk memusatkan perhatian nya pada gambar yang memberi

ketenangan hingga terbentuk pola pernafasan ritmik


BAB III

RINGKASAN PUSTAKA DAN HASIL

Studi/ Tempat Besar Intervensi Metode Outcome


Penulis Penelitian Sampel Penelittian
Penerapan RSUD Dr. 2 Intervensi Pada Berdasarkan hasil
Tehnik Dahyatma Reponden keperawatan penelitian ini yang di dapat
Distraksi Nafas yang diberikan menggunakan peneliti
Ritmik Untuk adalah responden One group menyimpulkan
Menurunkan diberikan terapi pre test- Pos bahwa dengan
Nyeri Pada nafas ritmik Test adanya intervensi
Pasien Pos selama 3 hari nafas ritmik yang
Apendiktomi setiap pagi atau diberikan pada
Vivi pasien sedang Nn.S dan Tn.R
Rahmatun, tidak dalam dapat menurunkan
Wijanarko pengaruh obat. Intensitas nyeri
Heru yang dialami oleh
(2020) kedua responden.
Setelah diberikan
terapi distraksi
nafas ritik
intensitas nyeri
pasien tergolong
dalam nyeri ringan
yaitu skala 1-3.
Penerapan RS Dr. 2 Intervensi Pendekatan Hasil penelitian
Tehnik Sobirin Responde keperawatan studi kasus diketahui bahwa
Distraksi Nafas Ruang n yang diberikan setelah dilakukan
Ritmik Untuk Cempaka adalah intervensi
Mengurangi menganjurkan keperawatan
Nyeri Pasien pasien untuk selama 5 kali
Post Operasi memejamkan secara berturut-
Appendicitis mata kemudin turut terjadi
Githa Tallia tarik nafas penurunan nyeri
Oktadinova melalui hidung yang lebih cepat
Putri dan hembuskan dan waktu
(2018) secara perlahan penyembuhan
lewat mulut dengan
dengan empat menggunakan obat
hitungan lalu lain.
dilakukan secara
beulang kali
samapi terbentuk
pernafasan
ritmik, dilakukan
selama 3 hari
berturut-turut
Pengaruh RSUD 20 Intervensi Quasy Hasil uji Paired
Tehnik Karanganyar responden keperawatan Experimen test pada penelitian
Distraksi Nafas yang diberikan two Groups ini menunjukan
Ritmik adalah pretest- nilai Pvalue=0,000
Terhadap Skala pemberian terapi pottest sehinga p
Nyeri Pada distraksi design value<0,05 maka
Pasien Post pernafasan ritmik H0 di tolak dan Ha
Hemoridectom dan relaksai diterima bahwa
y 24 Jam Pasca pernafasan ritmik terdapat perubahan
Operasi skala nyeri pretest
posttest dilakukan
tehnik distraksi
nafas ritmik pada
pasien post
hemoroidectomy
24 jam pasca
operasi d RSUD
Karanganyar.
Sedangkan hasil
analisa ada data
kelompok
eksperimen dan
kelompok control
dengan uji
independent
sampel paired t test
menunjukan nilai
P<0,05 aka H0
ditolah dan Ha
diterima bahwa ada
pengaruh tehnik
distraksi nafas
ritmik dan control
skala nyeri pada
pasien post
hemoroidectomy
24 jam pasca
operasi.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tehnik distraksi adalah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk

mengalihkan fokus dan perhatian pada nyeri ke stimulus yang lain. Distraksi

digunakan untuk memusatkan perhatian seseorang agar menjauhi rasa nyeri ataupun

rasa sakit dan tehnik distraksi ini dapat sangat efektif dalam mengurangi nyeri. Tehnik

distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan

perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang

dialami. Distraksi menurukan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan menghindarkan

toleransi terhadap nyeri. Distraksi memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu

singkat untuk mengatasi nyeri intensif yang hanya berlangsung beberapa menit.

B. Saran

Mahasiswa dapat memahami dan mengerti mengenal tehnik distraksi

pernafasan ritmik, memahami defisini nyeri, distraksi pernafasan ritmik dan prosedur

pelaksanaan tehnik distraksi pernafasan ritmik.


DAFTAR PUSTAKA

Nur Faridah, Virgianti. (2015). Penurunan Tingkat Nyeri Pasien Post Op Apendisitis Dengan

Tehnik Distraksi Nafas Ritmik, Vol.07. No.2 Agustus 2015

Qittun, Tehnik Distraksi. http://qittun.blogspot.com/2008/10/tehnik-distraksi.html. (April

25,2009)

Vivi Rahmatun, Wijinarko Heru. (2020). Penerapan Tehnik Distraksi Nafas Ritmik Untuk

Menurunkan Nyeri Pada Pasien Post Apendiktomi, Vol.4 No.1 Januari 2020

Anda mungkin juga menyukai