Anda di halaman 1dari 6

TEORI MANAJEMEN

SUB TEMA
Teori Manajemen
Teori Birokrasi Dan Webber
Teori Mc. Gregor
Scientific Management Dari taylor

Disusun oleh:
SYNTIA
DK23105

SEKOLAH TINGGI ILMU BALA KESELAMATAN PALU


DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
TAHUN 2024
TEORI MANAJEMEN
1. Teori manajemen
Manajement keperawatan mempunyai peranan penting dalam memberikan motivasi
terhadap kepatuhan perawat. Hal-hal yang dapat dilakukan seorang manajer
keperawatan untuk meningkatkan kepatuhan perawat adalah memberikan harapan
yang jelas dengan mengakomodasi setiap kebutuhan perawat. Selain itu, juga berperan
dalam menghindari perbedaan antarperawat, dengan memberi kesempatan untuk
menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dengan implikasi mengetahui dampak
dari keputusan yang dilakukan. Manajer keperawatan perlu menciptakan hubungan
kekeluargaan dengan cara memberikan kesempatan untuk melakukan koreksi dan
pengawasan. Sementara itu, hal terpenting yang harus dilakukan manajer keperawatan
adalah bisa menjadi panutan (role model) dan memberikan dukungan yang positif
terhadap setiap hal yang dilakukan perawat.
Disimpulkan bahwa teori manajemen merupakan segala aktivitas atau suatu proses
dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya(Kacung Wahyudi, 2018).Teori manajemen
merupakan kumpulan ide yang memberikan rekomendasi terkait aturan umum dalam
megelola suatau organisasi atau bisnis.teori ini membahas bagaimana superior
menerapkan strategi untuk mencapai tujuan organisasi dan bagaimana pemimpin
menerapkan konsep yang paling sesuai dengan karyawan dan situasi tertentu.
2. Teori birokrasi
Teori birokrasi Max Weber adalah salah satu konsep terpenting dalam sosiologi
organisasi. Weber, seorang sosiolog Jerman abad ke-19 dan awal abad ke-20,
mengembangkan teori ini sebagai cara untuk memahami struktur dan fungsi organisasi
dalam masyarakat modern.
Konsep birokrasi ideal Weber menekankan bagaimana seharusnya mesin birokrasi itu
secara profesional dan rasional dijalankan. Memahami upaya Weber dalam
menciptakan konsep tersebut, perlu kiranya kita menghargai logika pendekatan yang
digunakan dan pemikiran baru yang dikemukakannya yang mencerminkan keadaan
semasa hidupnya. Birokrasi ideal tersebut merupakan konstruksi abstrak yang
membantu konstruksi kita memahami kehidupan sosial.
Satu hal yang amat penting ialah memahami mengapa birokrasi itu dapat diterapkan
dalam kondisi organisasi tertentu, dan apa yang membedakan kondisi tersebut dengan
kondisi organisasi lainnya. Konsep birokrasi ideal itu dapat memberikan penjelasan
kepada kita bahwa kita mengabstraksikan aspek-aspek yang amat penting dan krusial
yang membedakan antara kondisi organisasi tertentu dan yang lain.
Menurut Weber konsep ideal tersebut dapat dipergunakan untuk membandingkan
birokrasi antara organisasi yang satu dan organisasi lain di dunia ini. Membedakan
antara kejadian senyatanya dan konsep ideal organisasi tertentu, maka kita dapat
menarik suatu penjelasan mengapa hal tersebut dapat terjadi dan faktor-faktor apa
yang membedakannya. Lebih lanjut menurutnya, konsep ideal itu ingin menjelaskan
bahwa suatu birokrasi atau administrasi pemerintahan itu mempunyai suatu bentuk
yang pasti di mana semua fungsi dijalankan dalam cara-cara yang rasional.
Berikut adalah poin-poin utama dari teori birokrasi Weber:
a. Struktur Hierarki: Weber menggambarkan birokrasi sebagai sistem yang
terorganisir secara hierarkis, di mana otoritas dan tanggung jawab ditentukan
berdasarkan tingkat hierarki dalam organisasi. Struktur ini menunjukkan
pembagian kerja yang jelas dan hubungan hirarkis antara atasan dan bawahan.
b. Pembagian Tugas: Organisasi birokratis dibagi menjadi unit-unit fungsional yang
bertanggung jawab atas tugas-tugas spesifik. Setiap unit memiliki tanggung
jawabnya sendiri dan bekerja sesuai dengan aturan dan prosedur yang ditetapkan.
c. Aturan dan Prosedur yang Tertulis: Salah satu ciri utama birokrasi adalah adanya
aturan dan prosedur yang tertulis secara jelas. Hal ini dimaksudkan untuk
memastikan konsistensi, keadilan, dan transparansi dalam pengambilan keputusan
dan pelaksanaan tugas.
d. Kepemimpinan Rasional: Weber menggambarkan kepemimpinan dalam birokrasi
sebagai rasional, artinya keputusan dan tindakan didasarkan pada pertimbangan
rasional, bukan atas dasar preferensi pribadi atau kepentingan individual.
e. Spesialisasi dan Profesionalisme: Birokrasi menekankan spesialisasi dan
profesionalisme dalam pelaksanaan tugas. Individu dipilih berdasarkan kompetensi
dan kualifikasi mereka untuk melaksanakan tugas yang diberikan.
f. Impersonalitas: Weber menyoroti aspek impersonal dalam birokrasi, di mana
keputusan dan tindakan didasarkan pada posisi dan peran individu dalam struktur
organisasi, bukan pada hubungan personal atau preferensi pribadi. Meskipun teori
birokrasi Weber memberikan pemahaman yang mendalam tentang organisasi
modern, kritik terhadapnya termasuk ketidakmampuannya untuk mengatasi
ketidakefisienan, kekakuan, dan masalah-masalah lain yang mungkin timbul dalam
birokrasi sebenarnya. Namun, teori ini tetap menjadi landasan penting dalam studi
tentang struktur organisasi dan administrasi publik.
3. Teori Mc.Gregor
Teori Me Gregor, sering disebut teori X dan teori Y Mc Gregor. Orientasi yang
berbeda-beda dari para teoritas manajemen tradisional adalah akibat dari asumsi-
asumsi yang berbeda-beda tentang kodrat manusia. Douglas Mc Gregor
mengemukakan dua pandangan yang saling bertentangan tentang kodrat manusia, yang
dia sebutkan sebagai teori X dan teori Y ancangan tradisional.
Teori X dan Y adalah dua pandangan yang berbeda dalam manajemen yang
diperkenalkan oleh Douglas McGregor dalam bukunya "The Human Side of
Enterprise" pada tahun 1960. Teori ini membahas cara pandang manajer terhadap
karyawan dan bagaimana pandangan tersebut mempengaruhi gaya manajemen mereka.
Berikut penjelasan lengkap tentang teori X dan Y:
1) TEORI X
Berkaitan dengan perilaku pasif dan tidak bersemangat ini, yaitu memiliki sifat
buruk menumbuhkan teori X tentu saja secara ideal peran pemimpin untuk
membangkitkan semangatnya adalah sangat penting agar bawahan bersedia
bekerja dengan baik, berprestasi, dan memba- wa kemajuan bagi perusahaan.
Pendekatan perilaku mengasumsikan bahwa pemimpin memberikan struktur,
dalam pengembangan struktur pemimpin tidak memerlukan partisipasi
bawahan, tetapi bawahan mengikuti struktur yang dikembangkan g
dikembangkan pemimpin. Perilaku pemimpin yang merasa dirinya paling
benar, perintahnya harus dipatuhi, dan harus dihormati hal ini mendorong
anggota untuk tidak kreatif hanya menunggu perintah.
2) TEORI Y
 Teori Y mengasumsikan bahwa karyawan pada dasarnya memiliki
motivasi internal untuk bekerja dan mencapai tujuan.
 Manajer yang menganut teori Y cenderung mengadopsi gaya
manajemen partisipatif dan memberikan otonomi kepada karyawan.
 Mereka percaya bahwa karyawan dapat menjadi kreatif, inovatif, dan
bertanggung jawab atas pekerjaan mereka sendiri jika diberi
kesempatan dan dukungan yang tepat.
 Manajer berpandangan bahwa pekerjaan bisa menjadi sumber kepuasan
dan pertumbuhan pribadi bagi karyawan.
 Pengembangan potensi karyawan menjadi fokus utama, dengan
memberikan pelatihan, pendidikan, dan kesempatan untuk berkembang.
McGregor menekan- kan pentingnya pemahaman para pemimpin tentang hubungan
antara motivasi dan filsafat yang dimiliki manajer dari sifat dasar manusia. Motivasi
telah terbukti menjadi suatu konsep yang sangat bermanfaat guna analisa perilaku
dalam organisasi. Seseorang yang memiliki kebu- tuhan kebutuhan tertentu dan untuk
memenuhinya seseorang bersedia melaksanakan tugas tertentu agar kebutuhannya
terpenuhi. Manusia mempunyai kebutuhan yang jarang dapat terpenuhi yaitu
kebutuhan egoistik yang berkaitan dengan harga diri. Kebutuhan peng "argaan diri dan
percaya diri yaitu kebutuhan untuk otonomi, prestasi, reputasi, kompetensi dan
kebutuhan pengetahuan.
Kebutuhan yang berhubungan dengan reputasi seseorang yaitu kebutuhan akan status,
kebutuhan pengakuan, apresiasi, kebutuhan untuk dihormati oleh orang lain atas
eksistensi diri. McGregor yakin sebagian besar manajer saat ini cenderung membuat
serangkaian dugaan tertentu dengan pekerja atau bawahannya. Dari studi yang
dilakukan McGregor menggambarkan bahwa teori X ini (1) kebanyakan orang secara
alami menentang kerja dan bersifat malas. Oleh karena itu, mereka penting sekali
diberi motivasi dengan perangsang dari luar, (2) tujuan kebanyakan orang bertentangan
dengan tujuan organisasi, oleh karena itu dibutuhkan pemimpin yang mampu
mengarahkan dan memberi motivasi, jika diperlukan memaksa dengan mengontrol
agar supaya anggota mempertanggungjawabkan kesamaan mereka dengan kebutuhan
organisasi; (3) kebanyakan orang didorong oleh perangsang- perangsang yang bersifat
ekonomis. Karena sumber ekonomi dari orga nisasi ada di bawah pengontrolan para
manajer. Para manajer memiliki alat kekuasaan untuk mendorong mengontrol para
pekerja, yang harus menerima secara pasif nasib mereka jika mereka mengharapkan
untuk mencapai imbalan imbalan ekonomi; (4) kebanyakan orang mencari keamanan
dan ingin menghindarkan tanggung jawab, oleh karena itu mereka rela menerima
pengarahan dari para manajer, dan (5) perilaku didasarkan perasaan adalah irasional,
dan karena banyak orang yang berperilaku menguntungkan pada perasaan mereka,
maka mereka tidak dapat dipercaya untuk mengarahkan perilaku mereka sendiri.
Pentingnya teori X dan Y adalah untuk memahami bagaimana pandangan manajer
terhadap karyawan dapat memengaruhi budaya organisasi, gaya kepemimpinan, dan
motivasi karyawan. McGregor percaya bahwa manajer yang menganut teori Y
cenderung menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif, kolaboratif, dan
memuaskan bagi karyawan, sementara manajer yang menganut teori X cenderung
menghadapi tantangan dalam memotivasi karyawan dan mencapai tujuan organisasi
dengan efisien. Seiring waktu, konsep-konsep ini telah menjadi dasar bagi pendekatan
manajemen sumber daya manusia yang lebih manusiawi dan berpusat pada karyawan.
4. Teori scientific management dari taylor
Taylor dikenal sebagai bapak manajemen ilmiah (scientifick management). Taylor
adalah manajer dan penasihat perusahaan dan merupakan salah seorang tokoh terbesar
manajemen. Hasil penelitian dan analisanya ditetapkan beberapa prinsip yang
menggantikan prinsip lama yaitu sistem coba-coba atau yang lebih dikenal dengan
nama sistem trial and error.
1. Pemisahan antara Perencanaan dan Pelaksanaan:
 Taylor mengusulkan pemisahan antara pekerjaan perencanaan (manajemen)
dan pekerjaan pelaksanaan (pekerja).
 Manajer bertanggung jawab untuk merencanakan tugas dan proses kerja
sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan secara efisien.
 Pekerja, di sisi lain, bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas sesuai
dengan metode yang ditetapkan oleh manajer.
2. Penggunaan Metode Ilmiah:
 Taylor menerapkan pendekatan ilmiah untuk mengidentifikasi cara terbaik
untuk melakukan setiap tugas.
 Pendekatan ilmiah ini melibatkan pengumpulan data, analisis, dan
eksperimen untuk menentukan proses kerja yang paling efisien.
 Dengan menggunakan pendekatan ini, Taylor berusaha untuk mengurangi
pemborosan waktu, tenaga, dan bahan baku dalam proses produksi.
3. Seleksi dan Pelatihan Tenaga Kerja:
 Taylor percaya bahwa penting untuk memilih pekerja yang tepat untuk
setiap tugas tertentu.
 Dia juga mendorong pelatihan yang baik untuk memastikan bahwa pekerja
memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk
menjalankan tugas dengan efisien.
 Pelatihan diarahkan untuk memastikan bahwa pekerja memahami metode
kerja yang telah ditetapkan dan dapat melaksanakannya dengan konsisten.
Teori Manajemen Ilmiah Taylor telah memberikan kontribusi besar terhadap
pengembangan praktik manajemen modern, terutama dalam hal standarisasi proses,
pelatihan tenaga kerja, dan penggunaan teknologi. Namun, kritik terhadap teori ini
termasuk pandangan bahwa pendekatannya terlalu mekanistik dan mengabaikan
aspek-aspek manusiawi dari kerja, seperti motivasi intrinsik dan kepuasan kerja.

Anda mungkin juga menyukai