Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Entitas Organisasi

BAB I
PENDAHULUAN

1. Pengertian
1.1 Pengertian Entitas
Entitas dapat dipahami sebagai sesuatu yang punya keberadaan yang berbeda
dan unik. Entitas tidak harus berbentuk fisik. Sesuatu yang abstrak juga bisa dianggap
sebagai entitas. Entitas adalah istilah yang memiliki berbagai konsep, tergantung di
mana istilah tersebut digunakan termasuk dalam organisasi. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), entitas adalah satuan yang berwujud. Jadi dapat dikatakan
entitas adalah satuan yang mempunyai keberadaan yang unik dan berbeda dengan
yang lainnya, walaupun satuan tersebut tidak harus dalam bentuk secara fisik.

1.2 Pengertian Organisasi


Organisasi sebagai suatu entitas tempat beberapa orang berkumpul harus
benar-benar dipahami keberadaanya, dengan mengenal dan memahami organisasi
memungkinkan tujuan yangdiharapkan dapat tercapai. Organisasi dikatakan oleh Gary
N. McLean sebagai situasi dimana dua atau lebih orang yang terlibat dalam mencapai
tujuan bersama. Sukanto Reksohadiprodjo dan Hani Handoko mengatakan organisasi
sebagai suatu lembaga sosial yang secara sadar dikoordinasikan dan dengan sengaja
disusun yang terdiri dari sekumpulan orang dengan berbagai pola interaksi yang
ditetapkan. Mempunyai batasan-batasan yang secara relatif dapat diidentifikasikan dan
keberadaanya mempunyai basis yang relatif permanen dan dikembangkan untuk
mencapi tujuan-tujuan tertentu.
Organisasi itu menggambarkan sebagai entitas sosial, yang diarahkan kepada
pencapaian tujuan, dengan struktur yang dirancang secara sengaja dan terkoordinasi
sebagai suatu sistem, serta terkait dengan lingkungan eksternal. Organisasi merupakan
suatu entitas sosial yang secara sadar terkoordinasi, memiliki suatu batas yang relatif
dapat diidentifikasi, dan berfungsi secara relatif kontinu (berkesinambungan) untuk
mencapai suatu tujuan atau seperangkat tujuan bersama. Dengan demikian organisasi
dapat didefinisikan sebagai suatu entitas(wujud) sosial yang dikoordinasikan secara
sadar oleh sekelompok orang secara terus menerus untuk mencapai tujuan yang tidak
dapat dicapai seorang diri.
BAB II
PEMBAHASAN

2. Teori Organisasi
Teori organisasi merupakan sejumlah pemikiran dan konsep yang menjelaskan
atau memperkirakan bagaimana organisasi/kelompok dan individu di dalamnya
“berperilaku”, dalam berbagai jenis struktur dan kondisi tertentu (Shafritz & Ott dalam
Levy, 2009). Dari definisi tersebut, organisasi seperti juga manusia memiliki perilaku
yang bisa diamati dengan baik oleh orang di dalamnya maupun oleh pihak luar. Ahli
manajemen dan organisasi menyatakan teori organisasi berakar dan telah ada sejak
zaman purbakala atau abad pertengahan. Namun studi formal tentang teori organisasi
baru dilakukan ketika pabrik-pabrik mulai dikenal di Inggris Raya (Shafritz & Ott dalam
Levy, 2009). Terdapat berbagai jenis teori organisasi dari berbagai literatur dan sumber
pustaka. Legaard membagi teori organisasi ke dalam tiga perspektif yang merupakan
wilayah utama yang menjadi pusat studinya (Legaard, 2010), yaitu :

a. Teori organisasi yang berfokus pada kinerja dalam menjalankan tugas


dan struktur.
b. Teori organisasi yang berfokus pada motivasi karyawan.
c. Teori organisasi yang berfokus pada penyesuaian dengan lingkungan
sekitar.

Dalam makalah ini membahas teori organisasi yang berfokus pada kinerja dalam
menjalankan tugas dan struktur.

2.1 Scientific Management


Teori ini lahir pada awal abad 20, dikembangkan oleh Frederick W. Taylor.
Karakteristik dari aliran ini adalah:
a. Ide dasar scientific management adalah proses yang sistematis
dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi produksi yang diperoleh melalui analisis
ilmiah dan berbagai percobaan.
b. Taylor meyakini bahwa ouput yang maksimal dari sustu proses dapat
dihasilkan dengan input yang minimal (energi, sumberdaya).
c. Titik awal pemikiran Taylor adalah proses kerja individu yang akan
bergabung dalam suatu sistem proses.
d. Struktur organisasi terbentuk mengikuti proses kerja yang ada
e. Dibutuhkan staff yang memiliki spesialisasi untuk mengoptimalkan proses
kerja, sehingga peran manajer dalam memerintah akan berkurang
f. Dikategorikan sebagai pendekatan bottom-up, karena memulai dari
proses kerja individu.

Pemikiran scientific management akhirnya diadopsi oleh perusahaan industri


manufaktur skala besar. Salah satu yang mengadopsi adalah Henry Ford (perusahaan
otomotif Ford) yang akhirnya melahirkan revolusi industri. Melalui berbagai studi
tentang waktu dan dengan keterampilan pekerja, saat itu pembuatan mobil mulai bisa
diproduksi secara massal (jumlah besar) dengan proses kerja menggunakan mesin.
Fenomena ini menciptakan aliran baru yang disebut Fordism.
Scientific management memiliki pengaruh yang menentukan dan panjang
terhadap praktik industri dan terhadap teori organisasi secara keseluruhan. Pada
akhirnya teori ini mendapat kritik keras dari pegawai dan manajer yang menerapkan
pendekatan ini, karena studi ini mengabaikan pendapat dan pemikiran mereka. Akibat
dari pertentangan ini dan berkembanganya pandangan/aliran humanity, teori scientific
management tidak dapat bertahan lama sebagai ideologi yang diikuti manajemen.
Namun pandangan-pandangan scientific management masih tetap dipakai sebagai
pedoman kerja bukan hanya di sektor industri tetapi juga di sektor jasa.
2.2 Administrative Theory
Pada waktu yang hampir bersamaan dengan Taylor, Henri Fayol
mengembangkan pendekatan lain yang bersifat rasional yang fokusnya berlawananan
dengan scientific management. Karakteristik dari teori administratif Fayol antara lain :

a. Prinsip-prinsip administratif yang membentuk struktur hirarkis organisasi


berbentuk piramida, berfungsi sebagai dasar organisasi dalam menjalankan
aktivitas, yaitu dengan pendekatan top-down. Bandingkan dengan scientific
management yang menggunakan pendekatan bottom-up dengan titik awal dari
pekerjaan individu.
b. Pendakatan administratif memfokuskan pada dua prinsip dalam
organisasi yaitu Koordinasi dan Spesialisasi. Gambar 1 berikut menjelaskan
prinsip-prinsip Koordinasi dan Spesialiasi pada pendekatan administratitf Fayol.

Gambar 1. Prinsip Koordinasi dan Spesialisasi (Teori Administratif Fayol)

Teori administratif yang dikemukan Fayol mendapat kritik karena terlalu


menyederhanakan kondisi administratif. Seorang ahli yang mengkritik cukup keras
adalah Herbert Simon yang akan didiskusikan pada sub bab mendatang. Henry Fayol
juga mengembangkan prinsip-prinsip yang harus dimiliki organisasi, sebagai berikut :
a. Terdapat kejelasan dalam merumuskan tujuan organisasi. Tujuan yang
jelas memudahkan anggota organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan akhir
yang diharapkan.
b. Terdapat pembagian kerja, sehingga harus disusun struktur organisasi
yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan/tujuan yang ditetapkan. Fungsi atau
posisi dalam organisasi dapat digolongkan dengan berbagai cara, antara lain :

1) Menurut kesamaan fungsi. Misalnya sebuah rumah sakit dapat


menggabungkan kesamaan suatu fungsi dalam organisasinya, sehingga semua
kegiatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan pasien akan
pelayanan kesehatan masuk dalam fungsi pelayanan.
2) Menurut macam jasa yang dihasilkan. Misalnya jasa pelayanan resep
dokter masuk dalam fungsi farmasi.
3) Menurut produk yang dihasilkan. Misalnya unit menghasilkan
makanan/minuman yang higienis bagi pasien dikelompokkan dalam fungsi gizi.
4) Menurut pelanggan yang dilayani. Misalnya unit khusus yang melayani
kelompok usia di atas 60 tahun digabungkan dalam fungsi/klinik geriatric.
5) Menurut tata kelola. Misalnya unit yang melayani pengiriman dokumen
medik pasien dan menyimpannya secara sistematis dikelompokkan dalam fungsi
layanan rekam medik.
6) Menurut pembagian wilayah. Misalnya unit pemasaran rumah sakit terbagi
atas wilayah barat atau timur.

c. Terdapat kontinuitas dan fleksibilitas. Kontinuitas berarti kelangsungan


hidup dan sikap suatu organisasi harus terjamin. Jaminan kelangsungan tertuang
dalam perencanaan jangka panjang, serta program dan kegiatan pelaksanaan.
Sedangkan fleksibillitas berarti mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang selalu berubahubah (dinamis) tanpa mengubah tujuan organisasi.
d. Terdapat kejelasan dan keseimbangan antara delegasi, wewenang, dan
tanggung jawab (chain of command). Delegasi merupakan pembagian
tugas/wewenang pimpinan kepada bawahannya dengan memperhatikan
ketentuan dan tujuan organisasi. Wewenang merupakan hak prerogatif
seseorang untuk memerintah, mengarahkan, dan bertindak sesuai dengan
tujuan organisasi. Sedangkan tanggung jawab merupakan kewajiban anggota
organisasi dalam melaksanakan tugasnya.
e. Terdapat kesatuan arah (unity of direction). Artinya seluruh kemampuan,
pikiran, keahlian, waktu, dan kegiatan anggota organisasi ditujukan untuk
mencapai satu sasaran yaitu mencapai tujuan dengan cara yang efektif dan
efisien.
f. Terdapat kesatuan komando (unity of command). Pengertian kesatuan
komando adalah terjaminnya kerjasama anggota organisasi, dengan
memusatkan pengendalian pada manajemen tingkat atas. Dengan demikian,
seorang bawahan hanya memiliki satu atasan.
g. Terdapat rentang pengawasan/kekuasaan (span of control). Pengertian
rentang pengawasan adalah sebarapa banyak bawahan/orang yang sesuai
berada di bawah sebuah posisi/jabatan. Span of control dijalankan untuk
menjamin efektifitas dan kesinambungan sebuah organisasi. Namun perlu
dipahami bahwa setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
mengendalikan orang-orang yang ada dalam lingkaran kekuasaannya untuk
dapat melaksanakan tugas dengan baik. Akibat dari span of control dan tujuan
organisasi untuk mencapai tujuan secara bersama-sama maka terdapat konsep
sentralisasi dan desentralisasi. Bila pengambilan keputusan seluruhnya
diserahkan kepada manajemen tingkat atas, maka hal ini disebut dengan
sentralisasi. Bila pengambilan keputusan sebagian diserahkan kepada manajer
tingkat bawah, maka disebut dengan desentralisasi.
h. Terdapat tingkatan pekerja (employment hierarchies). Hirarki pekerja
merupakan tata hubungan formal antara atasan dan bawahan, serta jaringan
peranan yang diinginkan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan untuk
mencapai tujuannya. Dengan demikian, pendelegasian tugas/pekerjaan
dilakukan sesuai dengan “tangga” jabatan. Sebuah hirarki jabatan memiliki ciri-
ciri sebagai berikut :
1) Hampir selalu membentuk piramida.
2) Terbag-bagi ke dalam satu seri tingkatan horisontal dan
3) Secara keseluruhan tetap ada sepanjang masa organisasi tersebut
beroperasi/berdiri.

i. Terdapat koordinasi. Dalam organisasi, semua kegiatan untuk mencapai


tujuan harus dikoordinasikan antara satu anggota dengan anggota lain. Dengan
demikian, asas dalam koordinasi adalah kerjasama dan kesatuan untuk
mencapai tujuan bersama. Fungsi koordinasi dijalankan untuk mencegah hal-hal
sebagai berikut: konflik/kontradiksi, persaingan tidak sehat, pemborosan,
kekosongan waktu dan ruang, serta perbedaan pendekatan dalam pelaksanaan.
Teori scientific management Taylor dan teori administratif Fayol termasuk dalam
kelompok teori organisasi klasik. Teori organisasi klasik mengajukan empat
ajaran/konsep utama dalam teori organisasi klasik (Shafritz & Ott dalam Levy,
2009) yaitu :

1) Organisasi ada karena alasan ekonomis dan mencapai produktif.


2) Cara terbaik untuk mencapai pruduktivitas diperoleh kajian dan analisis
secara ilmiah.
3) Terdapat spesialisasi dan pembagian kerja maksimalkan produksi; dan
4) Baik organisasi maupun manusia di dalamnya bertindak berdasarkan
prinsip rasional dan ekonomis.

Dari keempat ajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa organisasi menurut teori
organisasi kalsik merupakan sekumpulan orang yang bertindak secara
rasional/ekonomis dengan berbagai spsialisasi atau pembagian kerja, untuk mencapai
tujuan produktif dengan cara berdasarkan analisis ilmiah.
2.3 Teori Birokrasi Weber
Teori Birokrasi dipelopori oleh Max Webber (seorang sosiolog asal Jerman yang
melakukan studi tentang organisasi antara tahun 1800-1900). Webber memiliki
pandangan yang berbeda dibanding Taylor dan Fayol. Ia memasukkan perspektif sosial
dan psikologis untuk memahami tentang organisasi. Menurut Webber untuk memahami
organisasi dan strukturnya dapat dicari menggunakan konteks historis, dan ia
mengembangkan norma-norma yang seharusnya dijalankan oleh suatu birokrasi (yang
direfleksikan sebagai “pegawai publik”) antara lain :

a. pegawai publik sebaiknya bertindak seolah-olah dirinya adalah pemilik


birokrasi (kantor) dan tetap menjalankan tugas secara birokratis.
b. birokrasi sebaiknya terdiri dari pegawai publik profesional yang netral
sehingga struktur organisasi dapat berfungsi dengan lancar dan seefektif
mungkin.

Sehingga menurut Weber, Birokrasi adalah sebuah struktur administrasi tertentu


yang bekerja berdasarkan otoritas yang beorientasi legal dan peran (Scott dalam
Legaard, 2010), dengan ciri-ciri antara lain :

a. Terdapat pembagian kerja di antara anggota organisasi


b. Terdapat hirarki secara administratif
c. Terdapat sistem yang berorientasi pada peran, yang menggambarkan
kinerja
d. Terdapat pemisahan antara kepemilikan dan hak individu dengan kantor.
e. Seleksi staff berdasarkan kualifikasi teknis, dan pekerja berusaha
mencapai karir

Berdasarkan ciri-ciri birokasi tersebut, Weber mengemukan empat pandangan


mengenai organisasi yaitu:

a. Setiap pekerjaan pada organisasi birokrasi merupakan posisi khusus


dengan tugas dan tanggung jawab tertentu. Pandangan ini disebut dengan
division of labor. Pandangan ini memungkinkan organisasi untuk
memaksimalkan kemampuan anggotanya yang spesifik sesuai dengan
pekerjaan atau tugas dipercayakan kepadanya. Namun terdapat kelemahan
yang dihadapi yaitu terdapat kesulitan dalam mengkoordinasikan berbagai tugas
yang dijalankan oleh masingmasing pekerja, termasuk memastikan produk yang
dihasilkan oleh organisasi tersebut.
b. Struktur pada organisasi birokrasi cenderung berbentuk piramida
(topdown pyramidal organizational) dengan satu orang berada di puncak, lihat
gambar 2. Pada setiap level organisasi, pekerja melapor kepada orang yang
berada di atasnya dalam rantai komando.

Gambar 2. Struktur Organisasi menurut Teori Birokrasi

c. Penyelesaian pekerjaan pada organisasi birokrasi dilakukan dengan


membagi sebagian tugas supervisor kepada bawahannya. Organisasi birokrasi
tidak menyarankan supervisor menyelesaikan sendiri tugasnya namun sebagian
tanggung jawab didelegasikan kepada bawahan. Prinsip ini disebut dengan
delegation of authority. Menurut teori Birokrasi, perilaku manajer atau supervisor
yang selalu ingin menyelesaikan seluruh pekerjaan yang diberikan kepadanya
tanpa melibatkan bawahan disebut dengan micro-managers.
d. Pencapaian tujuan pada organisasi birokrasi disesuaikan dengan tingkat
pengawasan yang dilakukan oleh supervisor/manajer yakni jumlah bawahan
ideal yang melapor kepadanya, atau disebut span of control. Semakin tinggi
span of control, maka kemampuan supervisor/manajer dalam mengelola
bawahan semakin sulit. Namun bila terlalu kecil maka akan terjadi kekurangan
beban kerja.
2.4 Teori Perilaku Administratif (Herbert Simon)
Studi yang dilakukan Herbert Simon bertujuan mengkritisi pemikiran dan
pemahaman individu yang dikemukakan teori scientific management Taylor. Teori ini
memahami organisasi dari level analisis secara makro. Kritik Simon terhadap Taylor
diibaratkan pertarungan antara economic man dengan administrative man dimana
Simon melakukan pendekatan lebih humanis. Menurut Simon, meskipun setiap individu
berusaha mencari apa yang ia inginkan, namun pada dasarnya ia tidak begitu peduli
dengan keinginan dasarnya. Sehingga setiap individu tidak akan melakukan tindakan
rasional secara menyeluruh, akan tetapi melakukan tindaka rasional yang terbatas.
Perbedaan pandangan antara economic man (Taylor) dengan administrative man
(Simon) antara lain sebagai berikut :

a. Economic man (disebut juga Homo economicus) beranggapan individu


melakukan tindakan rasional penuh, yaitu :

1) Memiliki tujuan yang jelas dan konstan.


2) Memperoleh pengetahuan dan informasi secara penuh
3) Mengoptimalkan nilai pemanfataan.

b. Administrative man (disebut juga Homo organisans) beranggapan individu


melakukan tindakan rasional yang terbatas, yaitu :

1) Memiliki tujuan yang tidak jelas dan kemampuan menentukan prioritas


yang lemah.
2) Memiliki pengetahuan yang terbatas.
3) Memuaskan nilai pemanfaatan

Pemikiran Simon ini berdampak pada proses pengambilan keputusan individu


dalam suatu organisasi, dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Orang selalu memiliki model sederhana dalam proses pengambilan
keputusan. Model ini disebut dengan “pemahaman situasional” atau “penentuan
situasional” atau “penentuan masalah” atau “pendefinisian masalah”.
b. Model ini tidak begitu saja diterapkan dalam menganalisis keputusan,
namun akan dilibatkan dalam sejumlah proses psikologis dan sosiologis.
Kemudian pengambil keputusan akan berusaha terlibat secara aktif dengan
lingkungannya dan berusaha menemukan tindakan alternatif lainnya.
c. Proses keputusan individu dan organisasi difokuskan pada upaya mencari
dan memilih antara alternatif yang “memuaskan”. Hanya pada beberapa kasus,
keputusan difokuskan pada alternatif yang “mengoptimalkan”.
d. Keputusan yang diambil individu menurut pandangan administratif,
diperoleh dengan keterbatasan pengetahuan akan lingkungan yang ditentukan.

BAB III
KESIMPULAN
1. Terdapat tiga pendapat mengenai organisasi yaitu organisasi adalah sistem
dimana manusia saling tergantung atau terkait. Pendapat kedua organisasi adalah
kerangka kerja bagi manajemen dalam bekerja; dan organisasi adalah strategi komplek
yang melibatkan manusia yang didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Sebuah organisasi terdiri dari tiga unsur pokok yakni orang-orang, tujuan, dan
struktur. Fungsi utama organisasi adalah :

a. sebagai wadah bagi orang-orang dalam bekerja sama mencapai satu


tujuan.
b. sebagai wadah bagi orang-orang dalam pembentukan perilaku dan
budaya organisasi.
c. sebagai wadah untuk mencapai sasaran yang sulit dicapai seorang diri.
Pandangan orang terhadap organisasi makin lama bergeser ke arah organisasi
sebagai wadah yang dinamis, harus fleksibel, bersifat humanis dan harus bisa
beradaptasi dengan perubahan lingkungan (disebut pandangan modern).

3. Teori organisasi merupakan sejumlah pemikiran dan konsep yang menjelaskan


atau memperkirakan bagaimana organisasi/kelompok dan individu di dalamnya
“berperilaku” dalam berbagai jenis struktur dan kondisi tertentu. Teori organisasi dapat
dikelompokkan berdasarkan fokus pemikirannya, level analisis, dan tipenya. Salah satu
teori organisasi yang dijelaskan pada makalah ini adalah teori yang berfokus pada
struktur dan kinerja (scientific managemen, theory of administrative, bureaucracy theory
dan administrative behavior theory)

DAFTAR PUSTAKA

Legaard, Jorgen (2006), Organizational Theory, NP: Mille Bindslev & Ventus Publishing
Levy, Paul E. (2010), Industrial Organizational Psychology: Understanding the
Workplace, New York: Worth Publisher
Robbins, Stephen P. (1995), Teori Organisasi: Struktur, Desain, dan Aplikasi, Jakarta:
Penerbit Salemba
Yonker, Robert D., “Organizational Behavior” dalam Steven G. Rodelberg,
Encyclopedia of Industrial and Organizational Psychology, California: Sage
Publications

Anda mungkin juga menyukai