VIII.1 Struktur Organisasi A. Landasan Filosofi Struktur Organisasi Secara filosofis, struktur organisasi merupakan kebutuhan pokok bagi semua organisasi baik organisasi kecil maupun organisasi besar. Secara ringkas, dalam setiap pekerjaan akan muncul pembagian kerja. Setiap pembagian kerja akan muncul koordinasi kerja dan setiap koordinasi kerja akan timbul pembagian kekuasaan. Dengan demikian, secara filosofis struktur organisasi tidak lain adalah ‘cetak biru’ atau ‘rerangka bangunan’ formal tentang pembagian kerja (division of work) dan pembagian kekuasaan (division of authority) serta koordinasi kerja yang memungkinkan terjadinya aliran informasi dan komunikasi yang efisien dan proses pengambilan keputusan yang cepat (Mintzberg, 1979, 2; Andersen, 2002). Selain itu, struktur organisasi menggambarkan pula pola hubungan antarpihak internal (eksekutif, manajer dan pekerja) dengan pihak eksternal (para konstituen organisasi) (Bolman and Deal, 1997, 38). Di dalam pola hubungan antarpihak internal selalu disertai dengan munculnya hierarki organisasi (Andersen, 2000). Oleh karena itu, hierarki organisasi seperti halnya pembagian kerja, merupakan bagian dari struktur organisasi yang tidak bias dihindarkan. Barangkali harus disadari adalah hierarki harus dibedakan dengan birokrasi karena keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Tidak selamanya yang hierarkis selalu birokratis.
B. Taksonomi Struktur Organisasi
Richard Daft (1992, 179) ,mengatakan bahwa organization chart merupakan representasi kasat mata yang menggambarkan semua kegiatan organisasi dan proses aktivitas yang terjadi di dalam sebuah organisasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa struktur organisasi terdiri dari tiga komponen utama yaitu sebagai berikut. 1. struktur organisasi merupakan bentuk hubungan pelaporan secara formal, termasuk di dalamnya jumlah tingkatan dalam hierarki organisasi dan rentang kendali yang dilakukan oleh para manajer dan supervisor. 2. struktur organisasi mengelompokkan individu-individu ke dalam kelompok atau departemen dan mengelompokkan departemen ke dalam organisasi keseluruhan. 3. termasuk dalam struktur organisasi adalah desain sistem untuk memastikan terciptanya komunikasi yang efektif, koordinasi, interaksi lintas departemen. Secara keseluruhan bisa dikatakan bahwa secara taksonomis peta organisasi menggambarkan 3 hal pokok, yaitu (1) tingkat spesialisasi atau kompleksitas organisasi, (2) tingkat formalisasi organisasi, dan (3) tingkat sentralisasi/desentralisasi organisasi.
C. Bentuk-bentuk Struktur Organisasi
1. Struktur organisasi fungsional : semua aktivitas mulai dari level bawah sampai level atas dikelompokkan ke dalam fungsi yang sama. 2. Struktur organisasi divisional : sering kali disebut pula sebagai product structure atau self contained structure. Disebut demikian karena cara pengelompokan aktivitas dan orang-orangnya tidak didasarkan pada kesamaan fungsi melainkan berdasarkan kesamaan output yang dihasilkan organisasi. 3. Struktur organisasi berbasis wilayah geografis : dasar pemikirannya adalah masing-masing wilayah dalam satu negara biasanya memiliki kebutuhan, cita rasa atau budaya berbeda sehingga masing-masing wilayah perlu manajer tersendiri. Bentuk lain dari struktur organisasi berbasis wilayah geografis adalah pengelompokkan aktivitas berdasarkan kepentingan pengguna atau customer. 4. Struktur organisasi hybrid : salah satu tipe struktur organisasi multifokus adalah struktur organisasi hybrid. Struktur organisasi hybrid biasanya di desain untuk mengatasi kelemahan struktur fungsional dan divisional. 5. Struktur organisasi matriks : mengelompokkan karyawan dan sumber daya secara simultan. Struktur organisasi matriks merupakan bentuk segi empat di mana garis vertical menunjukkan tanggung jawab fungsional dan garis horizontal menunjukkan tanggung jawab produk.
D. Desain Struktur Organisasi
Desain organisasi adalah proses mengoordinasi elemen-elemen struktur organisasi dalam rangka untuk mendapatkan struktur organisasi yang paling tepat. Dalam kaitannya dengan desain struktur organisasi, berikut ini akan diuraikan factor-factor yang memengaruhi struktur, konsep umum struktur organisasi mulai dari pandangan klasik sampai pada pandangan paling kini. 1. Faktor-faktor yang memengaruhi desain struktur a. tujuan dan strategi organisasi b. human process c. lingkungan organisasi d. teknologi yang digunakan e. ukuran/besaran organisasi 2. Pandangan klasik dan Neoklasik 3. Pendekatan kontingen 4. Desain struktur menurut mintzberg 5. Konfigurasi organisasi 6. Struktur organisasi jejaring (network structure) 7. Struktur organisasi tanpa batas (boundaryless organization)
VIII.2 Budaya Organisasi
A. Pengertian Budaya Organisasi Edgard Schein mendefinisikan budaya organisasi sebagai berikut : Budaya adalah pola asumsi dasar yang di shared oleh sekelompok orang setelah sebelumnya mereka mempelajari dan meyakini kebenaran pola asumsi tersebut sebagai cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan integrase internal sehingga pola asumsi dasar tersebut perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk bepersepsi, berpikir dan mengungkapkan perasaannya dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan organisasi.
B. Elemen Budaya Organisasi
1. Elemen yang idealistik F. Landa Jocano menyatakan bahwa budaya organisasi terdiri dari dua elemen yang bersifat idealistik dan elemen yang bersifat behavioral. Dikatakan idealistik karena elemen ini menjadi ideologi organisasi yang tidak mudah berubah walaupun disisi lain organisasi secara natural harus selalu berubah dan beradaptasi dengan lingkungannya. 2. Elemen behavioral Elemen yang bersifat behavioural adalah elemen yang kasat mata, muncul ke permukaan dalam bentuk perilaku sehari-hari para anggotanya dan bentuk-bentuk lain, seperti desain dan arsitektur organisasi. 3. Keterkaitan antara elemen idealistic dan behavioral Secara umum, bias dikatakan bahwa kedua elemen budaya organisasi tersebut (elemen yang idealistik dan behavioral) bukan elemen yang terpisah satu sama lain, sama seperti halnya Yin dan Yang. Hanya saja elemen kedua (yang bersifat behavioral), lebih rentan terhadap perubahan dibanding elemen pertama. Penyebabnya tidak lain karena elemen kedua bersinggungan langsung dengan lingkungan eksternal organisasi sehingga ketika budaya sebuah organisasi terpaksa harus berubah, misalnya karena desakan lingkungan maka biasanya yang pertama kali berubah adalah elemen behavioral. Sedangkan elemen idealistik jarang mengalami perubahan di samping karena menjadi falsafah hidup organisasi juga karena letaknya yang terselubung. C. Tipologi Budaya Organisasi 1. Tipologi budaya menurut Roger Harrison Tipologi budaya organisasi seperti dikemukakan oleh Harrison pada awalnya digunakan untuk menjelaskan karakter dan ideologi sebuah organisasi. Harrison baru menggunakan istilah tipe budaya setelah popularitas budaya organisasi mencuat ke permukaan. Menurut Harrison karakter dan ideologi sebuah organisasi dapat dilihat dari orientasi organisasi tersebut yang dibedakan menjadi 4 macam orientasi, yaitu orientasi kepada kekuatan (power orientation), orientasi kepada peran masing-masing pejabat (role orientation), orientasi kepada tugas (task orientation) dan orientasi kepada orang (people orientation). 2. Tipologi budaya menurut para pengikut Harrison Misalnya power culture identic dengan Zeus dan adhocracy; task culture identic dengan achievement culture, Athena dan market culture. Apollo dan hierarchy identic dengan role culture. Demikian juga person culture dengan support culture, Dionysus dan clan culture. D. Proses Pembentukan Budaya Organisasi Bisa dikatakan bahwa budaya sebuah organisasi akan segera terbentuk segera setelah organisasi tersebut didirikan. Hal ini misalnya ditegaskan oleh Schein yang mengatakan bahwa pembentukan budaya organisasi tidak bias dipisahkan dari peran para pendiri organisasi. Prosesnya mengikuti alur sebagai berikut. 1. Para pendiri dan pimpinan lainnya membawa serta satu set asumsi dasar, nilai-nilai, perspektif, artefak ke dalam organisasi dan menanamkannya kepada para karyawan. 2. Budaya muncul ketika para anggota organisasi berinteraksi satu sama lain untuk memecahkan masalah-masalah pokok organisasi yakni masalah integrasi internal dan adaptasi eksternal 3. Secara perorangan, masing-masing anggota organisasi boleh jadi menjadi seorang pencipta budaya baru (culture creator) dengan mengembangkan berbagai cara untuk menyelesaikan persoalan- persoalan individual, seperti persoalan identitas diri, control, dan pemenuhan kebutuhan, serta bagaimana agar bias diterima oleh lingkungan organisasi yang diajarkan kepada generasi penerus.
E. Melestarikan Budaya Organisasi
Oleh karena budaya organisasi merupakan fenomena kolektif maka eksistensi dan kelestarian budaya tidak bergantung semata-mata pada individu per individu, misalnya hanya bergantung pada pendiri atau pimpinan organisasi melainkan pada keseluruhan anggota organisasi. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya deviasi budaya, sangat diperlukan sharing dan kesadaran social (social conscience) anggota organisasi akan pentingnya memelihara dan mempertahankan budaya. Upaya ini bisa dilakukan melalui pemahaman yang baik terhadap elemen-elemen pembentuk budaya seperti keyakinan, tata nilai atau adat kebiasaan. F. Budaya dan Perilaku Individual Edgar Schein, mengatakan bahwa dalam kedudukannya sebagai bagian dari sebuah masyarakat, manusia secara individual pada dasarnya memiliki tiga kebutuhan pokok. Pertama, manusia ingin menjadi bagian dari sebuah kelompok (masyarakat) dan ingin mengetahui perannya dalam kelompok tersebut. Kedua, manusia ingin tampak berpengaruh dalam sebuah kelompok dan tidak ingin tampak bergantung pada kelompoknya meski pada saat yang sama ingin tetap menjadi bagian dari kelompok. Ketiga, secara individu manusia ingin bias diterima dan intim dengan anggota kelompok yang lain yang sifat penerimaannya bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Perilaku Organisasi Hakikatnya Mendasarkan Pada Ilmu Perilaku Itu Sendiri Yang Dikembangkan Dengan Pusat Perhatiannya Pada Tingkah Laku Manusia Dalam Suatu Organisasi