PENDAHULUAN
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa pengertian Glukosa Urine?
2. Bagaimana Proses adanya glukosa dalam urine?
3. Bagaimana cara pemeriksaan glukosa dalam urine?
4. Apa penyebab terjadinya kesalahan pemeriksaan glukosa dalam urine?
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
proses urinasi. Urine juga sering disebut dengan air kencing atau air seni. Nama urine
itu sendiri dikatakan seperti itu karena kandungan utama dari urine adalah urea. Selain
urea, urine juga, zat warna empedu, dan garam-garaman. Normal tidaknya urine
seseorang tergantung dari kandungan di dalam urine itu sendiri. Karena itu urine dapat
dijadikan sebagai indikator kondisi tubuh seseorang, seperti dalam mendeteksi
apakahseseorang menderita dehidrasi ataupun untuk mendeteksi penyakit diabetes
mellitus. Umumnya seseorang memproduksi urine dari 1-2 liter per harinya. Namun
ada keadaan poliuria dimana seseorang memproduksi urine hingga lebih dari 2,5 liter
per hari. Ada juga keadaan penyakit oliguria yakni penderitanya hanya mampu
memproduksi urine sampai 400 ml saja. Selain itu penderita arial ginjalnya hanya
biasa memproduksi urine kurang dari 100 ml.
2
106 nefron yang beroprasi secara paralel. Tiap nefron terdiri dari suatu glomerulus
yang dibekali dengan darah dalam sistem kapiler arteri sedemikian sehingga terjadi
tekanan filtrasi yang memadai untuk mempengaruhi ultrafiltrasi material berberat
molekul rendah dalam plasma.
3
Kreatinin adalah anhidrid dari kreatin (methyl guanidino acatic acid) dan
benda yang konstan dari urine. Kreatinin dapat diukur dengan memberi alakali pikrat
pada urine, dengan adanya kreatin campuran memberi warna ambar. Warnanya
dicocokkan dengan standar yang juga telah diberi larutan alkalikiprat. Kreatin
ditemukan peningkatan jumlahnya pada malnutrisi dan disintegrasi jaringan otot.
Kreatin juga ditemukan dalam keadaan patologis seperti kelaparan, gangguan
metabolisme karbohidrat, hipertiroidi, dan miopatia tertentu dan infeksi-infeksi.
Terdapatnya kreatin dalam urine disebut kreatinuria
Variasi khlorida menentukan bagian dari bahan padat dalam urine. Ekskresi Cl
tergantung pada partikel, diet alami, tetapi rata-ratanya sekitar 10-15 gram sehari.
Khlorida diekskresikan sebagai natrium khlorida adalah yang utama karena sebagian
khlorida adalah yang utama.Fosfat dalam urine merupakan gabungan dari natrium dan
kalium fosfat (alakali fosfat) serat kalsium dan magnesium fosfat (fosfat tanah).
Ekskresi fosfat pada urine dapat bervariasi secara ekstrim, tetapi rata-rata dalam sehari
adalah 1,1g. Ion fosfat dalam urine dapat berwujud dua bentuk, yaitu asam fosfat
nonbasic dan asam fosfat dibasic. Rasio keduanya mempengaruhi pH dan buffer
urine.
4
Urine yang mengandung pigmen empedu akan berwarna kunig kehijauan
samapi coklat. Pigmen empedu dalam urine jumlahnya sanagat kecil. Daxar untuk uji
pigmenempedu adalah oksidasi reagen dengan berbagai bentu seri tingkatan warna.
Dengan uji gmelin yang positif, akan menghasilkan bermacam-macam warna mulai
dari warna hijau, biru merah, dan kuning kemerah-merahan. Didapatnya indoxyl
sulfuric acud (indikan) dalam urine menunjukkan derajat katabolisme jaringan dan
material protein adalah tidak benar, tetapi merupakan bagian besar dari organisme
putrefektif usus dlama triptofan. Pengeluaran indikan dapat diambil sebagai petunjuk
dini proses putrefektif dalam usus dan secara klinis hal yang penting dari asam sulfat
terkonjugasi. Dalam kondisi normal, 10-20 gram indikan diekskresikan setiap harinya.
Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine setelah
melewati berbagai proses di ginjal. Kalau ada glukosa di urine, berbahaya berarti ada
yang tidak beres waktu proses urinisasi. Disebabkan karena kurang hormon insulin,
yaitu hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen (kalau kurang berarti gula di
darah tinggi). Kalau gula darah tinggi, otomatis gula di darah juga tinggi.
Pemeriksaan glukosa urine merupakan pengukuran kadar glukosa dalam urine.
Pemeriksaan ini sebenarnya tidak dapat digunakan untuk menggambarkan kadar
glukosa dalam darah. Namun pada kasus tertentu, pemeriksaan ini diperlukan untuk
pemantauan.
5
nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa darah melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-
10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun.
Mekanisme terjadinya glukosuria:
1. Apabila GFR meningkat, reabsorbsi normal;
2. Apabila reabsorbsi meningkat, GFR normal;
3. Jika kadar gula darah normal, GFR menurun.
Biasanya tidak ada glukosa dalam air seni. Adanya glukosa dalam urine
(disebut glukosuria) harus diwaspadai adanya gangguan atau penyakit. Jika glukosuria
bersama hiperglikemia (=peningkatan kadar gula dalam darah), maka kemungkinan
adalah : diabetes mellitus (DM), sindrom Cushing, penyakit pankreas, kelainan
susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme berat (misalnya pada kebakaran hebat,
penyakit hati lanjut, sepsis, dsb), atau oleh karena obat-obatan kortikosteroid,
thiazide,obat Kontrasepsi oral).Jika glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai
pada : kelainan fungsi tubulus ginjal, kehamilan, gula selain glukosa dalam urine atau
makan buah-buahan sangat banyak.
6
Penyebab Glukosuria adalah:
1. Tanpa Hiperglikemia, terjadi pada :
a. Glukosa renal, yaitu glukosa dibuang ke air kemih meskipun kadar
glukosa didalam darah normal. Hal ini terjadi karena adanya kelainan
fungsi di tubuluss renalis;
b. Alkalimentasi;
c. Kehamilan.
2. Dengan Hiperglikemia, terjadi pada :
a. Diabetes melitus, Karena kadar glukosa di dalam darah meningkat,
karena kekurangan insulin. Sehingga nefron diginjal tidak bisa
menyerap kembali kelebihan glukosa karena melewati nilai ambang
ginjal (ambang glikosa di ginjal : > 170 mg/dL). Makanya kelebihan
glukosa dibuang ke urine.
b. Hipertiroid;
c. Tekanan udara cranial;
d. Sesudah anestesi dengan eter.
Hiperglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa di darah meningkat
dari normal (N : 60 -120 g/dL). Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar
glukosa di darah rendah dari normal.
7
glukosa dengan reaksi enzimatik dilakukan dengan metode carik celup yang
tergolong dalam pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif.
1. Cara Benedict
Pemeriksaan glukosa urine dengan tes reduksi atau menggunakan benedict
ini memanfaatkan sifat glukosa sebagai pereduksi. Zat yang paling sering
digunakan untuk menyatakan adanya reduksi adalah yang mengandung garam
cupri. Reagen terbaik yang mengandung garam cupri adalah larutan Benedict.
Prinsip dari tes Benedict, yaitu glukosa dalam urine akan mereduksi
kuprisulfat (dalam benedict) menjadi kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan
warna dari larutan Benedict tersebut. Jadi, bila urine mengandung glukosa, maka
akan terjadi reaksi perubahan warna seperti yang dijelaskan di atas. Namun, bila
tidak terdapat glukosa, maka reaksi tersebut tidak akan terjadi dan warna dari
benedict tidak akan berubah.
8
d. Masukkan tabung tadi ke dalam air mendidih (water bath) selama 5
menit atau langsung dipanaskan di atas lampu spiritus selama 3 menit
mendidih;
e. Angkat tabung, kocok isinya dan bacalah hasil reduksi.
2. Cara Fehling
Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan fehling B.
Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran
larutan NaOH dan kalium natrium tartrat.
Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut,
sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi
fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap
sebagai larutan CuO.
9
e. Spritus
f. Pipet volum
g. Pipet tetes
h. Kaki tiga
i. Beaker glas
Reagen yang digunakan, yaitu:
a. Fehling A
1) Copper Sulfat (CUSO4.5H2O)
2) Aquadest ad
b. Fehling B
1) Garam saignetti (tatatris calico narici)
2) Hydratis natrici
3) Aquadest ad
Cara Kerja Fehling, yaitu:
c. Memasukkan reagen fehling A dan B sama banyak, masing-masing 2
ml;
d. Menambahkan 1 ml urine;
e. Dipanaskan dengan api kecil sampai mendidih;
f. Biarkan dingin dan dibaca hasilnya.
10
Keuntungan metode Fehling, yaitu sangat sensitif, sedangkan Kerugian
metoda Fehling, yaitu kurang spesifik, karena reagen fehling mengnadung basa kuat
(KOH) akibatnya semua reduktor terdeteksi sebagai glukosa.
3. Cara Clinistes
Cara kerjanya, yaitu Satu tablet clinictes dalam tabung reaksi, ditambahkan 5
tete urine. Tungggu 15 detik sampai gelembung udara yang terjadi habis. Lihat
hasilnya sambil dikock perlahan-lahan. Bandingkan warna yang terjadi dengan
warna standar.
Metode carik celup (dipstick) dinilai lebih bagus karena lebih spesifik
untuk glukosa dan waktu pengujian yang amat singkat. Reagen strip untuk
glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa oksidase (GOD) dan peroksidase
(POD), serta zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin yang akan berubah warna
biru jika teroksidasi. Zat warna lain yang digunakan adalah iodide yang akan
berubah warna coklat jika teroksidasi.
11
Prosedur uji yang akan dijelaskan di sini adalah uji dipstick. Kumpulkan
spesimen acak (random)/urine sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam
urine. Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan
dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih
dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine setelah
melewati berbagai proses di ginjal. Biasanya tidak ada glukosa dalam air seni. Adanya
glukosa dalam urine (disebut glukosuria) harus diwaspadai adanya gangguan atau
penyakit. Jika glukosuria bersama hiperglikemia (=peningkatan kadar gula dalam
darah), maka kemungkinan adalah : diabetes mellitus (DM), sindrom Cushing,
penyakit pankreas, kelainan susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme berat.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini kita sebagai tenaga kesehatan yang profesional
dituntut untuk mampu memahami cara pemeriksaan glukosa urine agar dapar
menegakkan diagnosa.
13
DAFTAR PUSTAKA
14