Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal.


Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan terbentuk filtrat 120 ml
per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli
ginjal yang akhirnya terbentuk satu mili liter urine per menit.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urine selain untuk


mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-
kelainan diberbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks
adrenal, uterus dan lain-lain. Selama ini dikenal pemeriksaan urine rutin dan lengkap.
Yang dimaksud dengan pemeriksaan urine rutin adalah pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik dan kimia urine yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa.

1.2  Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1.      Apa pengertian Glukosa Urine?
2.      Bagaimana Proses adanya glukosa dalam urine?
3.      Bagaimana cara pemeriksaan glukosa dalam urine?
4.      Apa penyebab terjadinya kesalahan pemeriksaan glukosa dalam urine?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:


1.      Untuk mengetahui pengertian glukosa urine;
2.      Untuk mengetahui proses adanya glukosa dalam urine;
3.      Untuk mengetahui cara pemeriksaan dalam urine;
4.      Untuk mengetahui penyebab kesalahan pemeriksaan glukosa urine.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Urine

Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
proses urinasi. Urine juga sering disebut dengan air kencing atau air seni. Nama urine
itu sendiri dikatakan seperti itu karena kandungan utama dari urine adalah urea. Selain
urea, urine juga, zat warna empedu, dan garam-garaman. Normal tidaknya urine
seseorang tergantung dari kandungan di dalam urine itu sendiri. Karena itu urine dapat
dijadikan sebagai indikator kondisi tubuh seseorang, seperti dalam mendeteksi
apakahseseorang menderita dehidrasi ataupun untuk mendeteksi penyakit diabetes
mellitus. Umumnya seseorang memproduksi urine dari 1-2 liter  per harinya. Namun
ada keadaan poliuria dimana seseorang memproduksi urine hingga lebih dari 2,5 liter
per hari. Ada juga keadaan penyakit oliguria yakni penderitanya hanya mampu
memproduksi urine sampai 400 ml saja. Selain itu penderita arial ginjalnya hanya
biasa memproduksi urine kurang dari 100 ml.

Fungsi utama urine adalah untuk melarutkan zat-zat sisa metabolisme


yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh, sehingga masyarakat umum mengatakan
urine itu adalah zat yang kotor, hal itu mungkin apabila urine  yang dihasilkan berasal
dari ginjal dan saluran kencing yang terinfeksi serta mengandung bakteri. Secara
medis, apabila urine yang diproduksi berasal dari ginjal yang sehat dan saluran
kencing yang terinfeksi, maka urine dikatakan cukup steril. Bahkan di India ada
TerapiUrine Amaroli, yang membuktikan urine itu cukup steril digunakan dalam
pengobatan.

2.2 Proses Pembentukan Urine


Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan (filtrasi),
penyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat – zat (augmentasi). Proses
filtrasi terjadi di glomerulus dan kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di tubulus
proksimal, dan augmentasi terjadi di tubulus distal.Ginjal kira-kira mengandung 1,3 x

2
106 nefron yang beroprasi secara paralel. Tiap nefron terdiri dari suatu glomerulus
yang dibekali dengan darah dalam sistem kapiler arteri sedemikian sehingga terjadi
tekanan filtrasi yang memadai untuk mempengaruhi ultrafiltrasi material berberat
molekul rendah dalam plasma.

Sistem urinary bertanggung jawab untuk berlangsungnya ekskresi bermacam-


macam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem ini juga penting sebagai faktor
untuk mempertahankan homeokinesis (homeositasis), yaitu suatu keadaan relatif
konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh. Hal tersebut mencakup faktor-faktor
yang beragam seperti keseimbangan air, pH, tekanan osmotik, tingkat elektrolit, dan
konsentrasi banyak zat di dalam plasma.pengendalian itu dilaksanakan dengan
penyaringan sejumlah besar plasma dan molekul-molekul kecil melalui glomerolus.
Hasil-hasil pemecahan metabolisme, paling banyak dikeluarkan dari tubuh
lewat ginjal bersama urine, terutama berlaku untuk akhir metabolisme protein yang
mengandung nitrogen. Pada keadaan sakit metabolisme terganggu, ginjal
mengeluarkan hasil-hasil pemecahan metabolisme yang terganggu tersebut asalkan
fungsi ginjal cukup baik, juga banyak racun-racun dan obat-obat yang dikeluarkan
oleh urine baik dalam keadaan tidak diubah maupun dalam hasil-hasil pemecahanya.
Zat warna urin barasal darimetabolisme endogen yang dijabarkan dari zat warna
empedu. Urin segar yang normal mempunyai warna sitrum sampai kuning batu
ambar.

Senyawa-senyawa yang terdapat dalam urine yaitu senyawa organik, senyawa


anorganik, dan zat-zat lain. Urea adalah hasil akhir utama dari metabolisme protein.
Ekskresi berhubungan langsung dengan intake protein. Biasanya urea merupakan 80-
90% dari nitrogen urine total. Ekskresi urea meningkat ketika katabolisme protein
meningkat, seperti pada diabetes dan aktivitas korteks jaringan yang berlebihan. Asam
urat adalah hasil akhir terpenting dari oksidasi purin dalam tubuh. Asam urat berasal
tidak hanya dari nukleoprotein makanan, melainkan juga dari pemecahan
nukleoprotein sel dalam tubuh. Asam urat sangat sukar larut dalam air, tetapi
membantuk garam-garam yang larut dalam urine bila asam dibiarkan). Asam urat
ditemukan dalam urine normal sekitar 0,5-1,0 gram perhari, tetapi jumlah ini dapat
bervariasi yang besar

3
Kreatinin adalah anhidrid dari kreatin (methyl guanidino acatic acid) dan
benda yang konstan dari urine. Kreatinin dapat diukur dengan memberi alakali pikrat
pada urine, dengan adanya kreatin campuran memberi warna ambar. Warnanya
dicocokkan dengan standar yang juga telah diberi larutan alkalikiprat. Kreatin
ditemukan peningkatan jumlahnya pada malnutrisi dan disintegrasi jaringan otot.
Kreatin juga ditemukan dalam keadaan patologis seperti kelaparan, gangguan
metabolisme karbohidrat, hipertiroidi, dan miopatia tertentu dan infeksi-infeksi.
Terdapatnya kreatin dalam urine disebut kreatinuria

Variasi khlorida menentukan bagian dari bahan padat dalam urine. Ekskresi Cl
tergantung pada partikel, diet alami, tetapi rata-ratanya sekitar 10-15 gram sehari.
Khlorida diekskresikan sebagai natrium khlorida adalah yang utama karena sebagian
khlorida adalah yang utama.Fosfat dalam urine merupakan gabungan dari natrium dan
kalium fosfat (alakali fosfat) serat kalsium dan magnesium fosfat (fosfat tanah).
Ekskresi fosfat pada urine dapat bervariasi secara ekstrim, tetapi rata-rata dalam sehari
adalah 1,1g. Ion fosfat dalam urine dapat berwujud dua bentuk, yaitu asam fosfat
nonbasic  dan asam fosfat dibasic. Rasio keduanya mempengaruhi pH dan buffer
urine.

Sulfur urine terutama berasal dari protein karena terdapatnya asam-asam


amino yang mengandung sulfur, metionin, dan sistin dalam molekul protein. Sulfur
urine total biasanya memiliki tiga bentuk, yaitu sulfat anorganik, sulfat terkonjugasi,
dan sulfat netral. Pada kondisi normal, sekitar satu gram sulfat dieliminasi setiap hari,
sekitar 75-85 % tetap dalam sulfat. Sekitar 90% dari ekskresi sulfat adalah dalam
bentuk anorganiksulfat dan 10 % dalam bentuk  sulfat konjugasi dan sulfat netral
Proteinuria adalah senyawa albumin dan globulin dalam urine pada konsentrasi yang
abnormal. Pada keadaan normal tidak lebih dari 30-200 mg protein diekskresikan
setiap hari melalui urine. Albumin dapat ditemukan dengan pemanasan urine,
kemudian ditambah sedikit asam asetat encer. Terdapat endapan putih yang menetap
setelah penambahan asam menunjukkan bahwa terdapat  protein dalam urine.Selain
terdapat pada nefritia, darah juga terdapat dalam urine (hematuria) yang dapat
disebabkan karena kerusakan pada ginjal atau saluran urine. Hemaglobin bebas
(hemaglobinuria) terdapat dalam urine setelah  hemolisis yang cepat misalnya pada
kompilasi dari malaria atau setelah kebakaran yang hebat.

4
Urine yang mengandung pigmen empedu akan berwarna kunig kehijauan
samapi coklat. Pigmen empedu dalam urine jumlahnya sanagat kecil. Daxar untuk uji
pigmenempedu adalah oksidasi reagen dengan berbagai bentu seri tingkatan warna.
Dengan uji gmelin yang positif, akan menghasilkan bermacam-macam warna mulai
dari warna hijau, biru merah, dan kuning kemerah-merahan. Didapatnya indoxyl
sulfuric acud (indikan) dalam urine menunjukkan derajat katabolisme jaringan dan
material protein adalah tidak benar, tetapi merupakan bagian besar dari organisme
putrefektif usus dlama triptofan. Pengeluaran indikan dapat diambil sebagai petunjuk
dini proses putrefektif dalam usus dan secara klinis hal yang penting dari asam sulfat
terkonjugasi. Dalam kondisi normal, 10-20 gram indikan diekskresikan setiap harinya.

2.3 Pengertian Glukosa Urine

Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine setelah
melewati berbagai proses di ginjal. Kalau ada glukosa di urine, berbahaya berarti ada
yang tidak beres waktu proses urinisasi. Disebabkan karena kurang hormon insulin,
yaitu hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen (kalau kurang berarti gula di
darah tinggi). Kalau gula darah tinggi, otomatis gula di darah juga tinggi.
Pemeriksaan glukosa urine merupakan pengukuran kadar glukosa dalam urine.
Pemeriksaan ini sebenarnya tidak dapat digunakan untuk menggambarkan kadar
glukosa dalam darah. Namun pada kasus tertentu, pemeriksaan ini diperlukan untuk
pemantauan.

2.4 Proses Pembentukan Glukosa Urine


Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal. Hasil
penyaringan (filtrat) berisi produk-produk limbah (misalnya urea), elektrolit (misalnya
natrium, kalium, klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat kemudian dialirkan ke
tubulus ginjal untuk direabsorbsi dan diekskresikan; zat-zat yang diperlukan
(termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang tidak diperlukan kembali
diekskresikan ke dalam urine.
Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam urine
(kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urine) terjadi karena

5
nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa darah melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-
10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun.
Mekanisme terjadinya glukosuria:
1.      Apabila GFR meningkat, reabsorbsi normal;
2.      Apabila reabsorbsi meningkat, GFR normal;
3.      Jika kadar gula darah normal, GFR menurun.

2.5 Masalah Klinis

Biasanya tidak ada glukosa dalam air seni. Adanya glukosa dalam urine
(disebut glukosuria) harus diwaspadai adanya gangguan atau penyakit. Jika glukosuria
bersama hiperglikemia (=peningkatan kadar gula dalam darah), maka kemungkinan
adalah : diabetes mellitus (DM), sindrom Cushing, penyakit pankreas, kelainan
susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme berat (misalnya pada kebakaran hebat,
penyakit hati lanjut, sepsis, dsb), atau oleh karena obat-obatan kortikosteroid,
thiazide,obat Kontrasepsi oral).Jika glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai
pada : kelainan fungsi tubulus ginjal, kehamilan, gula selain glukosa dalam urine atau
makan buah-buahan sangat banyak.

Glukosuria tidak selalu dapat dipaki untuk menunjang diagnosis diabetes


mellitus. Jika nilai ambang ginjal begitu rendah bahkan kadar glukosa darah normal
menghasilkan kondisi glukosuria, keadaan ini disebut sebagai glycosuria ginjal.
Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang
melebihi kapasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa. Hal ini dapat
ditemukan pada kondisi diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma cushing,
phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intracranial atau karena ambang rangsang
ginjal menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma fanconi.
Namun reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita diabetes mellitus.
Hal ini dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu
pada urin yang disebabkan karena adanya bahan reduktor selain glukosa. Oleh karena
itu perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk memastikan jenis gula pereduksi yang
terkandung dalam sampel urin. Hal ini dikarenakan hanya kandungan glukosa yang
mengidentifikasikan keberadaan penyakit diabetes.

6
Penyebab Glukosuria adalah:
1.      Tanpa Hiperglikemia, terjadi pada :
a.      Glukosa renal, yaitu glukosa dibuang ke air kemih  meskipun kadar
glukosa didalam darah normal. Hal ini terjadi karena adanya kelainan
fungsi di tubuluss renalis;
b.      Alkalimentasi;
c.      Kehamilan.
2.      Dengan Hiperglikemia, terjadi pada :
a.      Diabetes melitus, Karena kadar glukosa di dalam darah meningkat,
karena kekurangan insulin. Sehingga nefron diginjal tidak bisa
menyerap kembali kelebihan glukosa karena melewati nilai ambang
ginjal (ambang glikosa di ginjal : > 170 mg/dL). Makanya kelebihan
glukosa dibuang ke urine.
b.      Hipertiroid;
c.      Tekanan udara cranial;
d.      Sesudah anestesi dengan eter.
Hiperglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa di darah meningkat
dari normal (N : 60 -120 g/dL). Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar
glukosa di darah rendah dari normal.

Pada hipoglikemia disebabkan oleh:


1.      Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas;
2.      Dosis insulin/ obat lain yang terlalu tinggi;
3.      Kelainan padakelenjer hipofise/ kelenjer adrenal;
4.      Kelainan pada penyimpanan karbohidrat/ pembentukan glukosa dihati

2.6 Jenis-jenis Pemeriksaan Glukosa Urine

Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan


penyaring. Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-
beda. Tes glukosa urine dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi,
dikerjakan dengan menggunakan fehling, Benedict, dan clinistest. Ketiga jenis tes
ini dapat digolongkan dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes

7
glukosa dengan reaksi enzimatik dilakukan dengan metode carik celup yang
tergolong dalam pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif.
1. Cara Benedict
Pemeriksaan glukosa urine dengan tes reduksi atau menggunakan benedict
ini memanfaatkan sifat glukosa sebagai pereduksi. Zat yang paling sering
digunakan untuk menyatakan adanya reduksi adalah yang mengandung garam
cupri. Reagen terbaik yang mengandung garam cupri adalah larutan Benedict.

Prinsip dari tes Benedict, yaitu glukosa dalam urine akan mereduksi
kuprisulfat (dalam benedict) menjadi kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan
warna dari larutan Benedict tersebut. Jadi, bila urine mengandung glukosa, maka
akan terjadi reaksi perubahan warna seperti yang dijelaskan di atas. Namun, bila
tidak terdapat glukosa, maka reaksi tersebut tidak akan terjadi dan warna dari
benedict tidak akan berubah.

Uji glukosa urine konvensional menggunakan pereaksi Benedict atas dasar


sifat glukosa sebagai zat pereduksi. Cara ini tidak spesifik karena beberapa
pereduksi lain dapat mengacaukan hasil uji. Beberapa gula lain bisa
menyebabkan hasil uji reduksi positif misalnya fruktosa, sukrosa, galaktosa,
pentose, laktosa, dsb. Beberapa zat bukan gula yang dapat mengadakan reduksi
seperti asam homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat. Pengaruh obat :
streptomisin, salisilat kadar tinggi, vitamin C, dsb.

Alat dan bahan yang digunakan, yaitu:


a.      Tabung reaksi;
b.      Lampu spiritus/ water bath
c.      Rak tabung reaksi
d.      Penjepit tabung reaksi
e.      Reagen Benedict

Cara Kerja, yaitu :


a.      Siapkan alat dan bahan;
b.      Masukkan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi;
c.      Teteskan sebanyak 5-8 tetes urine ke dalam tabung tersebut;

8
d.      Masukkan tabung tadi ke dalam air mendidih (water bath) selama 5
menit atau langsung dipanaskan di atas lampu spiritus selama 3 menit
mendidih;
e.      Angkat tabung, kocok isinya dan bacalah hasil reduksi.

Penilaian hasil cara benedict, yaitu:


Negatif                         :    Tetap biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruh
Positif + atau 1 +      :    Hijau kekuningan dan keruh ( sesuai dengan 0,5 - 1%
glukosa)
Positif ++ atau 2 +        :    Kuning kehijauan atau kuning keruh (1 - 1,5% glukosa)
Positif +++ atau 3 +      :    Jingga atau warna lumpur keruh (2 - 3,5% glukosa)
Positif ++++ atau 4 +    :    Merah bata atau merah keruh ( > 3,5% glukosa)

* Perhatian       :    membaca hasil harus segera setelah diangkat dan dikocok. Bila


dibiarkan lebih lama, hasilnya akan lebih positif.

Keuntungan metode benedict, yaitu lebih spesifik dan semikuantitatif, sedangkan


Kerugian metoda benedict, yaitu kurang sensitif karena menggunakan basa lemah.

2. Cara Fehling

Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan fehling B.
Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran
larutan NaOH dan kalium natrium tartrat.
Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut,
sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi
fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap
sebagai larutan CuO.

Alat yang digunakan pada cara fehling, yaitu:


a.      Tabung reaksi;
b.      Rak tabung reaksi;
c.      Penjepit Tabung reaksi;
d.      Timer

9
e.      Spritus
f.       Pipet volum
g.      Pipet tetes
h.      Kaki tiga
i.       Beaker glas
Reagen yang digunakan, yaitu:
a. Fehling A
1)     Copper Sulfat (CUSO4.5H2O)
2)     Aquadest ad
b. Fehling B
1)     Garam saignetti (tatatris calico narici)
2)     Hydratis natrici
3)     Aquadest ad
Cara Kerja Fehling, yaitu:
c.      Memasukkan reagen fehling A dan B sama banyak, masing-masing 2
ml;
d.      Menambahkan 1 ml urine;
e.      Dipanaskan dengan api kecil sampai mendidih;
f.       Biarkan dingin dan dibaca hasilnya.

Penilaian hasil cara Fehling, yaitu:


Negatif  -                            :    Tetap biru
Positif + atau 1 +               :    Hijau dengan sedikit endapan kuning (kadar gula 100-
500 mg/dl)
Positif ++ atau 2 +           :   Hijau dengan endapan kuning (kadar gula 500-1400
mg/dl)
Positif +++ atau 3 +           :    Jernih dengan endapan kuning kemerahan atau orange
(kadar gula 1400-2000 mg/dl)
Positif ++++ atau 4 +        :    Jernih dengan endapan merah bata (kadar gula >2000
mg/dl)

10
Keuntungan metode Fehling, yaitu sangat sensitif, sedangkan Kerugian
metoda Fehling, yaitu kurang spesifik, karena reagen fehling mengnadung basa kuat
(KOH) akibatnya semua reduktor terdeteksi sebagai glukosa.

3.  Cara Clinistes

Reagen yang digunakan pada cara clinistes, yaitu:


a.      Tablet clinictes siap pakai yang berisi kombinasi CuSO4;
b.      asam sitrat;
c.      Na2CO3 anhidrat;
d.      NaOH.

Cara kerjanya, yaitu Satu tablet clinictes dalam tabung reaksi, ditambahkan 5
tete urine. Tungggu 15 detik sampai gelembung udara yang terjadi habis. Lihat
hasilnya sambil dikock perlahan-lahan. Bandingkan warna yang terjadi dengan
warna standar.

4. Cara Dengan Menggunakkan Carik Celup

Uji glukosa urine konvensional menggunakan pereaksi Benedict atas


dasar sifat glukosa sebagai zat pereduksi. Cara ini tidak spesifik karena beberapa
pereduksi lain dapat mengacaukan hasil uji. Beberapa gula lain bisa
menyebabkan hasil uji reduksi positif misalnya fruktosa, sukrosa, galaktosa,
pentose, laktosa, dsb. Beberapa zat bukan gula yang dapat mengadakan reduksi
seperti asam homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat. Pengaruh obat :
streptomisin, salisilat kadar tinggi, vitamin C, dan sebagainya.

Metode carik celup (dipstick) dinilai lebih bagus karena lebih spesifik
untuk glukosa dan waktu pengujian yang amat singkat. Reagen strip untuk
glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa oksidase (GOD) dan peroksidase
(POD), serta zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin yang akan berubah warna
biru jika teroksidasi. Zat warna lain yang digunakan adalah iodide yang akan
berubah warna coklat jika teroksidasi.

11
Prosedur uji yang akan dijelaskan di sini adalah uji dipstick. Kumpulkan
spesimen acak (random)/urine sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam
urine. Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan
dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih
dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji dipstick adalah:


a.      Hasil uji positif palsu dapat disebabkan oleh : bahan pengoksidasi
(hidrogen peroksida, hipoklorit, atau klorin) dalam wadah sampel urine,
atau urine yang sangat asam (pH di bawah 4).
b.      Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh : pengaruh obat (vitamin C,
asam hogentisat, salisilat dalam jumlah besar, asam hidroksiindolasetat),
berat jenis urine > 1,020 dan terutama bila disertai dengan pH urine yang
tinggi, adanya badan keton dapat mengurangi sensitivitas pemeriksaan,
infeksi bakteri.

2.7 Faktor Kesalahan Pemeriksaan


Faktor terjadinya kesalahan pemeriksaan glukosa urine, yaitu:
1.      Terlalu lama memanaskan;
2.      Urine yang di teteskan terlalu banyak;
3.      Sebelum dibaca, tabung tidak di kocok terlebih dahulu sehingga rekasi
tabung tidak merata.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine setelah
melewati berbagai proses di ginjal. Biasanya tidak ada glukosa dalam air seni. Adanya
glukosa dalam urine (disebut glukosuria) harus diwaspadai adanya gangguan atau
penyakit. Jika glukosuria bersama hiperglikemia (=peningkatan kadar gula dalam
darah), maka kemungkinan adalah : diabetes mellitus (DM), sindrom Cushing,
penyakit pankreas, kelainan susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme berat.

Tes glukosa urine dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi,


dikerjakan dengan menggunakan fehling, benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes ini
dapat digolongkan dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa
dengan reaksi enzimatik dilakukan dengan metode carik celup yang tergolong dalam
pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif.

Faktor terjadinya kesalahan pemeriksaan glukosa urine, yaitu:


1.      Terlalu lama memanaskan;
2.      Urine yang di teteskan terlalu banyak;
3.      Sebelum dibaca, tabung tidak di kocok terlebih dahulu sehingga rekasi tabung
tidak merata.

3.2  Saran
Dengan adanya makalah ini kita sebagai tenaga kesehatan yang profesional
dituntut untuk mampu memahami cara pemeriksaan glukosa urine agar dapar
menegakkan diagnosa.

13
DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata, R. 1968. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat


Agung.

14

Anda mungkin juga menyukai