Pendahuluan
Pada fluida bergerak, gaya yang bekerja pada bagian dari fluida mungkin sama
dengaan nol atau mungkin tidak sama dengan nol. Hal tersebut disebabkan adanya
pergerakaan fluida dengan laju konstan atau pergerakan fluida mengalami perubaan
kecepatan yang ditandai adanya percepatan konstan. Adanya tekanan dan kecepatan
pada fluida bergerak mempengaruhi bentuk aliran fluida.
1. Fluida Ideal
Fluida bergerak mempunyai sifat kompleks. Akan tetapi, dalam sejumlah situasi
dapat dinyatakan dengan model ideal yang relative sederhana. Adapun model tersebut
dinamakan fluida ideal
dengaan lapisan yang lain ataupun gesekan antara lapisan fluida dengan dinding
Jika aliran melewati daerah yang memiliki luas penampang sama dengaan luas
penampang semula, aliran fluida aakan memiliki kelaajuan yang sama seperti
kelajuan semula.
Pola yang ditempuh sebuah partikel dalam aliran fluida disebut garis alir. Jika seluruh
pola aliran tidak berubah terhadap waktu disebut aliran tunak. Gambar aliran fluida
ditunjukan pada Gambar 1
Gambar 1. menunjukkan dua pola aliran air aliran yang berbeda. Pola aliran pertama,
pola air aliran dengan garis arus mengikuti garis-garis yang sejajar atau garis lengkung.
Pada pola ini arah gerak bagian-bagian air teratur. Pola ini disebut sebagai aliran
laminar (stasioner). Pola aliran kedua, pola aliran yang arah gerak bagian-bagiannya
tidak teratur dan banyak pusaran. Pada pola ini garis arusnya akan saling memotong,
Pola demikian disebut sebagai aliran turbulent
2. Asas Kontinuitas
Keterangan :
m1 = massa fluida ketika dipipa penampang 1
(kg)
m₁ m₂ m2 = massa fluida ketika dipipa penampang 2
=
t₁ t₂ (kg)
ρV ₁ ρV ₂ t1 = waktu fluida ketika dipipa penampang 1
= (s)
t₁ t₂
V₁ V₂ t2 = waktu fluida ketika dipipa penampang 2
= (s)
t₁ t ₂
V1 = Volume fluida ketika dipipa penampang
1 (m3)
V2 = Volume fluida ketika dipipa penampang
2 (m3)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
Keterangan:
Q = debit (m3/s)
V = volume (m3)
t = waktu (s)
Jika konsep debit dihubungakan dengan fluida mengalir pada pipa, dapat
dituliskaan dalam persamaan berikut:
Q₁=Q ₂
v₁ v₂
=
t₁ t₂
Keterangan :
Q1 = debit fluida ketika di pipa penampang 1 (m3/s)
Q2 = debit fluida ketika di pipa penampang 2 (m3/s)
Keterangan:
A ₁v ₁= A ₂ v ₂
A ₁ = Luas pipa penampang 1 (m2)
A ₂ = Luas pipa penampang 2 (m2)
s ₁ = jarak aliran fluida ketika melewati pipa penampang 1 (m)
s ₂ = jarak aliran fluida ketika melewati pipa penampang 2 (m)
v ₁ = kelajuan fluida pada pipa penampang 1 (m/s)
v ₂ = kelajuan fluida pada pipa penampang 2 (m/s)
3. Asas Bernoulli
1 1
p₁ + ρgh₁ + ρv ₁² = p ₂+ ρgh ₂+ ρv ₂²
2 2
Keterangan:
p1 = tekanan fluida dalam pipa penampang 1 (N/m2)
p2 = tekanan fluida dalam pipa penampang 2 (N/m2)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h 1 = tinggi pipa penampang 1 (m)
h 2 = tinggi pipa penampang 2 (m)
v 1 = kecepatan fluida dalam pipa penampang 1 (m/s)
a. Selang penyemprotan
Pada pembuluh darah yang mengalami peneympitan, laju aliran darah dalam
pembuluh yang menyempit akan lebih besar daripada laju aliran dalam pembuluh
normal. Penyempitan pembulh darah disebabkan adanya sumbatan pada
pembuluh darah berupa lemak atau zat kapur shingga aliran darah ke berbagai
organ tubuh menjadi terganggu.
a. Teorema Toricelli
Tahukah anda mengapa tendon air diletakan diatas? Pada dasarnya, tendon
air menerapkan teorema toricelli, seperti terlihat pada gambar 4.
Kelajuan fluida menyembur keluar dari lubang yang terletak pada jarak h di
bawah permukaan atas
fluida dalam tangki sama seperti kelajuan yang akan diperoleh sebuah benda
yang jatuh bebas dari ketinggian h. Persamaan ini disebut teorema Torricell.
Keterangan : v =√2 gh
v = kecepatan fluida yang mengalir melalui lubang kebocoran (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = kedalaman lubang dari permukaan fluida (m)
b. Efek Venturi
Efek Ventury diterapkan pada sebuah pipa. Efek Venturi terjadi ketika fluida
mengalir melalui pipa berdiameter lebar menuju pipa berdiamaeter sempit pada
ketinggian yang sama (h1=h2) bErdasarkan persamaan Bernoulli dihasilkan seperti
berikut :
1 2
p+ ρ v =konstan
2
Pada pipa dengan luas penapang kecil, laju fluida yang dihasilkan lebih besar
dibandingkan dengaan laju fluida pada pipa dengan luas penampang besar.
Berdasarkan persamaan diatas, jika laju pada pipa dengan luas penampang kecil
semakin besar, tekanan pada pipa tersebut akan semakin kecil. Fenomenaa ini
dinamakan efek Venturi yang menyatakan bahwa jika laju fluida bertambah,
tekanannya aakan berkurang.
c. Venturimeter
1.) Venturimeter tanpa Manometer
Keterangan:
√( )
p1-p2 = selisih tekanan (N/m2) 2 gh
v ₁= 2
A1
ρ = massa jenis fluida (kg/m ) 3 −1
A2
v1 = laju fluida pada penampang besar (m/s)
v2 = laju fluida pada penampang kecil (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = perbedaan ketinggian fluida pada pipa
vertikal (m)
A1 = luas penampang besar (m2)
A2 = luas penampang kecil (m2)
Keterangan:
p1-p2 = selisih tekanan (N/m2)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
√( )
2 ρHg gh
ρ Hg = massa jenis air raksa (kg/m3) v ₁= 2
v1 = laju fluida pada penampang besar (m/s) A1
ρ 2 −1
A
v2 = laju fluida pada penampang kecil (m/s)
g = percepatan gravitasi
(m/s2)
h = perbedaan ketinggian
fluida pada pipa vertikal (m)
d. Tabung Pitot
Tabung pitot adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan aliran gas
atau udara. Alat ini dilengkapi dengan manometer raksa, seperti yang terlihat pada
Gambar 8.
Kelajuan gas atau udara yang mengalir pada tabung pitot dapat diukur dengaan
persamaan berikut:
Keterangan:
v ₁=
√ 2 ρHg gh
ρ
v1 = kecepatan pada aliran udara (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = perbedaan ketinggian fluida pada pipa vertikal (m)
ρ Hg = massa jenis air raksa (kg/m3)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
e. Alat Penyemprot
Gambar 9. Menunjukan alat penyemprot obat antinyamuk. Batang
pengisap (T) ditekan sehingga udara mengalir dengaan kecepatan tinggi dan
bertekanan kecil melewati ujung penampang A dan ujung penampang B
memeiliki perbedaan yang menyebbkan cairan tendon B akan naik dan
terdorong keluar ketika udara tertekan oleh pengisap pompa.
Sebuah pesawat terbang dapat tinggal landas mengudara karena adanya gaya
angkat pada sayap pesawat terbang. Gaya angkat pada pesawat ini disebabkan oleh
adanya aliran udara yang melalui sayapnya. Penampang sayap pesawat terbang
memiliki bagian belakang yang lebih tajam dan sisi bagian yang yang atas melengkung
dari pada sisi bagian bawahnya. Bentuk ini menyebabkan kecepatan aliran udara di
bagian atas lebih besar dari pada di bagian bawah. Seperti yang terlihat pada Gambar
10.
�1 − �2 = (�1 − �2) A
1
�1 − �2 = ρ ( v ₂2−v ₁ 2 ) A
2
Keterangan:
F1 = gaya pada sayap bagian bawah (N)
F2 = gaya pada sayap bagian atas (N)
ρ = massa jenis udara (kg/m3)
v1 = kelajuan udara sayap bagian bawah (m/s)
v2 = kelajuan udara sayap bagian atas (m/s)
A = luas penampang sayap (m2)