Anda di halaman 1dari 8

FILOSOFIS TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Disusun oleh kelompok 1 :


Fani Rendianto ( 2021010036 )
Haikal Ihza Nur Muhammad ( 2021010037 )
Farhan Puji Ramadhan ( 2021010204 )

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS SAINS AL-QUR'AN JAWA TENGAH DI WONOSOBO
Pendahuluan
Latar Belakang
Segala sesuatu pasti memiliki tujuan. Tak terkecuali juga Pendidikan Islam, karena tujuan
merupakan kunci untuk memperoleh kesuksesan. Pendidikan Islam harus diarahkan dengan
benar supaya tidak terjadi kesalahan yang dapat mempengaruhi masa depan peserta didik.
Banyak sekali definisi tujuan pendidikan islam yang telah dikemukakan para ahli. Contohnya
dalam bidang filsafat yang notabene merupakan ilmu yang mencari sebuah kebenaran dan
mengedepankan akal. Namun sebelum mempelajari filosofis tentang tujuan pendidikan islam,
alangkah baiknya jika terlebih dahulu memahami arti dari pendidikan islam itu sendiri.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pendidikan Islam?
2. Apa filosofis tentang tujuan Pendidikan Islam?

Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Pendidikan Islam
2. Mengetahui filosofis tentang tujuan pendidikan Islam
Pembahasan
Pengertian Pendidikan Islam
Mortimer J. Adler mengartikan pendidikan sebagai proses, dimana semua kemampuan
dan bakat manusia dipengaruhi dengan pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-
kebiasaan yang baik, melalui sarana yang dibuat secara artistik dan dipakai untuk membantu
orang lain atau dirinya sendiri dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu
kebiasaan yang baik. Pendidikan sebagai proses bertujuan untuk mengoptimalkan seluruh
kemampuan dan bakat yang dimiliki manusia. Pendidikan dapat dikatakan pula sebagai
pembiasaan itu sendiri. Jadi, Mortimer J. Adler ingin mengatakan bahwa pendidikan adalah
proses mencetak kepribadian manusia menjadi lebih optimal dan lebih baik, dimana seluruh
potensi dan bakat alam yang dimilikinya dikembangkan semaksimal mungkin.
Pendidikan sebagai proses juga disampaikan Herman H. Horne. Ia berpendapat bahwa
pendidikan harus dipandang sebagai proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik
dengan alam sekitar, sesama manusia, dan tabiat tertinggi kosmos. Pendidikan adalah proses
penyesuaian diri dengan lingkungan, sehingga selama proses penyesuaian tersebut terdapat
unsur-unsur pembelajaran. Dengan begitu, kehidupan itu sendiri adalah aktifitas pendidikan,
dimana manusia tidak dapat melepaskan diri dari proses penyesuaian dengan sesamanya
maupun lingkungannya.
Oleh karena itu, apabila pengertian di atas dijadikan landasan pemikiran filosofi maka
filsafat pendidikan mengakui bahwa manusia harus menemukan dirinya sendiri sebagai suatu
bagian integral dari alam rohani. Menemukan jati diri adalah kata kunci dari pengertian
pendidikan Herman H. Horne. Sebab, manusia yang sudah mengenal jati dirinya akan
berusaha mengidentifikasi diri dan menyeleksi hal-hal lain di luar dirinya. Interaksi antara
diri dan hal-hal lain menjadi suatu proses penyesuaian diri atau pendidikan.
Sementara pengertian pendidikan Islam, menurut Omar Muhammad al-Touny al-
Syaebani, adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadi,
masyarakat, dan lingkungan sekitarnya melalui proses kependidikan. Tentunya, tingkah laku
yang perlu diubah adalah tingkah laku yang tidak segaris dengan ajaran-ajaran islam,
kemudian diarahkan ke jalan yang islami. Usaha mengubah adalah pendidikan itu sendiri,
sementara visi keislaman menjadi tujuan akhir dari pendidikan Islam.
Di sinilah letak perbedaan pendidikan yang Islami dan sekuler. Pendidkan Islam
memiliki orientasi pendidikan yang terbatas dan dibatasi oleh nilai-nilai keislaman. Berbeda
dengan pendidikan yang sekuler, dimana nilai baik yang akan dituju oleh proses pendidikan
belum dibatasi secara jelas, apakah oleh nilai-nilai dalam filsafat kemanusiaan atau kah nilai-
nilai dalam ajaran Kristen yang dominan.
Selanjutnya, pengertian pendidikan Islam datang dari hasil rumusan Seminar
Pendidikan Islam se-Indonesia 1960, yang memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai
bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah
mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran
Islam. Istilah membimbing, mengarahkan, mengasuh, mengajarkan atau melatih mengandung
pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat
menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan
kebenaran, sehingga terbentuklah manusia dengan kepribadian luhur sesuai ajaran Islam.
Atau juga dapat dikatakan sebagai pendidikan atau pengajaran ‘sepanjang masa'.
Kongres se-Dunia ke-II tentang Pendidikan Islam mendefinisikan bahwa pendidikan
Islam ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara
menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan dan panca
indera. Pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik
spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, keilmihannya, bahasa, baik secara individual
maupun kelompok, serta mendorong aspek-aspek tersebut ke arah kebaikan dan pencapaian
kesempurnaan.
Alhasil, pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan menusia kepada kehidupan
yang baik (sesuai dengan ajaran Islam) dan mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai
dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya. Tidak ada definisi mutlak tentang
pendidikan Islam. Namun, ini merupakan usaha untuk memetakan konsepsi tentang apa yang
harus ditempuh tenaga pendidik, tujuan kependidikan, dan hal-hal yang perlu dicapai.
Filosofis Tentang Tujuan Pendidikan Islam
Dari beberapa definisi pendidikan Islam yang sudah dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan Islam berarti tujuan yang merealisasi idealitas
Islami. Adapun yang dimaksud dengan Idealitas Islami pada hakikatnya mengandung nilai
perilaku manusia yang didasari atau dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah Swt.
Menurut Hasan Langgulung sebagaimana disebutkan Abuddin Nata bahwa tujuan
pendidikan agama harus mampu mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama, yaitu
fungsi spiritual yang berkaitan dengan akidah dan iman, fungsi psikologis yang berkaitan
dengan tingkah laku individual termasuk di dalamnya niali akhlak, dan fungsi sosial yang
berkaitan dengan aturan-aturan yang menghubungkan manusia dengan manusia lain serta
masyarakat dengan masyarakat yang lain sehingga terjalin hubungan yang harmonis dan
seimbang.
Dari beberapa penjelasan tentang tujuan pendidikan Islam menurut pandangan para ahli
setidaknya terdapat ciri-ciri sebagai berikut:
(1) mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan sebaik-
baiknya, yakni melaksanakan tugas untuk memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan
kehendak Tuhan,
(2) mengarahkan manusia agar dalam melaksanakan tugas kekhalifahannya tersebut dalam
rangka tujuan ibadah kepada Allah
(3) mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga dalam melaksanakan tugas
kekhalifahannya tidak disalahgunakan,
(4) membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa, dan jasmaninya, sehingga ia memiliki
ilmu, akhlak dan keterampilan yang dapat mendukung keberhasilan dalam mengemban tugas
sebagai khalifah,dan
(5) mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dengan demikian, sangat jelas bahwa hakikat dari tujuan pendidikan Islam tidak lain
adalah membentuk manusia yang baik, manusia yang beribadah kepada Allah serta mampu
mengemban amanat dan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.
Al-Jammali, merumuskan tujuan umum pendidikan Islam dari Al-Qur`an kedalam
empat bagian, yaitu:
a. Mengenalkan peserta didik posisinya diantara makhluk ciptaan Tuhan serta tanggung
jawabnya dalam hidup ini.
b. Mengenalkan kepada peserta didik sebagai makhluk sosial serta tanggung jawabnya
terhadap masyarakat dalam kondisi dan sistem yang berlaku.
c. Mengenalkan kepada peserta didik tentang alam semesta dan segala isinya. Memberikan
pemahaman akan penciptaanya serta bagaimana cara mengolah dan memanfaatkan alam
tersebut.
d. Mengenalkan kepada peserta didik tentang keberadaan alam maya (ghaib).
Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah ada tiga tujuan pokok pendidikan Islam itu
yaitu,
tujuan jasmaniah (ahdaf al-jismiyyah)
Peran penting manusia adalah sebagai khalifah untuk mengolah, mengatur, dan
mengekplorasi sumber daya alam. Dalam pandangan umum kemampuan untuk memainkan
peran manusia di dunia diperlukan sosok manusia yang sempurna dan kemampuan atau
kekuatan (al-qawiy) yang prima. Keunggulan kekuatan fisik memberikan indikasi salah satu
kualifikasi Talut menjadi raja.
tujuan ruhani (ahdaf al ruhiyyah)
Bagi orang yang betul-betul menerima ajaran Islam, tentu akan menerima keseluruhan
cita-cita ideal yang ada di dalam Al-quran. Peningkatan iman dan kekuatan jiwa seseorang
mampu menunjukkan dirinya untuk taat dan tunduk kepada Allah untuk melaksanakan
moralitas Islami yang telah diteladankan ke dalam perilaku Rasulullah SAW. merupakan
bagian tujuan pendidikan Islam
tujuan akal ( ahdaf al aqliyyah)
Tujuan pendidikan akal ( ahdaf al aqliyah )adalah mengarahkan kepada perkembangan
intelegensi seorang manusia sebagai individu untuk dapat menemukan kebenaran yang
sebenar-benarnya. Telaah terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah dan penemuan-penemuan
ayat-ayat-Nya membawa iman seseorang kepada sang Sang Pencipta segala sesuatu yang ada
ini. Akal mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk mempelajari, mengkaji dan meneliti
gejala-gejala alam dan fenomena social. Menurut HarunNasution, ilmu merupakan konsumsi
otak manusia yang melahirkan akal cerdas, semakin banyak otak mengkonsumsi ilmu maka
semakin cerdas akal seseorang.
Selain dari tiga tujuan tersebut, ada juga tujuan pendidikan sosial ( ahdaf al
ijtima’iyyah)
Tujuan sosial ( ahdaf al ijtima'iyyah)
Dalam Al-Qur`an manusia disebut dengan Al-Nas. Istilah ini digunakan untuk
memanggil manusia dari aspek sosiologis. Artinya manusia adalah makhluk social yang
memiliki dorongan atau kecenderungan untuk hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam
masyarakat modern yang tersusun dari berbagai varian (ras, etnis, budayadan agama). Setiap
varian-varian itu terdiri dari sub varian lagi dengan tradisi atau budaya yang berbeda-beda.
Dalam Islam realitas varian ini adalah sunnatullah mulai dari yang terkecil hingga yang
paling kompleks. Yaitu mulai dari lingkungan rumah tangga hingga lingkungan yang paling
luas yaitu negara. tujuan pendidikan diarahkan kepada pembentukan manusia social yang
memiliki sifat taqwa sebagai dasar sikap dan perilaku sehingga peserta didik memiliki
kesadaran akan hak dan kewajiban, tanggung jawab social,serta toleran, agar keharmonisan
hubungan antar sesama manusia dapat berjalan dengan harmonis. (Jalaludin,2003)
Selain dari tiga pokok tujuan pendidikan Islam dan satu tujuan sosial pendidikan Islam
tersebut, menurut Jalaluddin tujuan pendidikan Islam juga harus mencakup:
dimensi hakekat penciptaan manusia
dimensi hakekat penciptaan manusia; yaitu tujuan pendidikan Islam diarahkan untu
membimbing perkembangan peserta didik secara optimal untuk menjadi pengabdi yang setia
kepada Allah SWT.
dimensi tauhid
yaitu tujuan pendidikan Islam diarahkan untuk mengembangkan potensi keyakinan
peserta didik yang dibawa sejak lahir.
dimensi moral
dimensi moral; manusia pada dasarnya memiliki potensi (fitrah) untuk berbuat benar,
baik, dan indah. Artinya manusia adalah makluk yang memiliki nilai-nilai moral dan ada
kecenderungan untuk berbuat benar, baik, dan indah. Oleh karena itu pendidikan ditujukan
untuk mengembangkan dan membantu perkembangan potensi peserta didik untuk berperilaku
yang baik atau berkarakter. Karena salah satu sumber pendidikan karakter adalah nilai-nilai
moral manusia.
dimensi perbedaan individu
perbedaan kemampuan peserta didik merupakan sunnatullah, karena itu tujuan
pendidikan diarahkan untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara
optimal, dengan tidak mengabaikan adanya faktor perbedaan individu sesuai dengan
perkembangan potensi peserta didik,
dimensi profesional
setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengak bakat masingmasing. Materi pendidikan
sebaiknya sejalan dengan dan mampu mengembangkan bakat tersebut sehinga peserta didik
bisa menjadi tenaga ahli dan profesional. Oleh karena itu tujuan pendidikan Islam harus
diarahkan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik
sesuai dengan bakat masing-masing, sehingga dengan pendidikan itu peserta didik memiliki
ketrampilan dan profesionalitas masing-masing guna untuk mencari nafkah demi
kelangsungan dan kemandirian hidup.
dimensi ruang dan waktu
Perkembangan peradaban manusia tidak bisa dielakkan lagi. Sejalan dengan itu, maka
tujuan pendidikan Islan juga harus mengarahkan dan menyiapkan kehidupan peserta didik
masa yang akan datang, disamping masa yang sedang dialaminya. Karena tanpa pandangan
yang demikian pendidikan Islam akan ketinggalan dan tinggalkan orang, alasannya adalah
pendidikan Islam tidak mampu merespon apa tuntutan zaman. Oleh karena itu pendidikan
Islam harus diarahkan kepada peserta didik bagaimana mereka nantinya bisa hidup yang
sejahtera dan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia sampai diakhirat nanti.

Penutup
Kesimpulan
Filsafat Islam adalah cerminan berpikir kritis di bawah naungan etika religius.
Kebebasan berpikir manusia ditujukan untuk membangung kehidupan di muka bumi menjadi
lebih baik sesuai dengan kehendak Tuhan. Karenanya, seluruh potensi manusia yang
meliputi: rasionalitas, empirisitas, dan spiritualitas, harus dikembangkan secara harmoni
dengan porsi yang seimbang.
Karakteristik filsafat Islam yang demikian menjadi landasan pembangunan dunia
pendidikan. Pendidikan harus menjadi dunia produksi yang bekerja untuk mencetak insan-
insan kamil, yang memiliki keseimbangan antara rasio, pengalaman inderawi, dan spiritual.
Berbeda dengan dunia pendidikan Barat yang cenderung timpang, dan tentunya ketiga
potensi tersebut harus dikelola secara seimbang dalam dunia pendidikan Islam.
Daftar Pustaka
Adler, Mortimer J. , “In Defense of The Philosophy of Education”, dalam Philosophies of
Education, Forty-First Year-book, Part. I. (Uiversity of Chicago Press, 1962)
al-Syaebani, Omar Muhammad al-Touny, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)
Keputusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia di Cipayung, Bogor, tanggal 7 s/d 11 Mei
1960
Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997
Horne, Herman H. , “An Idealistic Philosophy of Education”, dalam Philosophies of
Education, Forty-First Year-book, Part. I. (University of Chicago Press, 1962)
al-Djamaly, Mohammad Fadhil, Tarbiyah al-Insan al-Jadid, (Tunisia: Matba’ah alIttihad
al-‘Am al-Tunisiyah al-Syughli, 1967)
Arifin, H.M., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993)

Anda mungkin juga menyukai