Anda di halaman 1dari 5

Muhammad Feldi Rahman

20810334097

Manajemen Pemasaran Gunungkidul

Resume PAI Modul 14 GLOBALISASI DALAM ISLAM


KEGIATAN BELAJAR 1: GLOBALISASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Pengertian Globalisasi
Globalisasi berasal dari kata global (Echols & Shadily, 1992:271) yang berarti
sedunia, sejagat, sedangkan globe berarti barang bulat, bola peta bumi. Global
(Hornby, 2003: 571) berarti covering or affecting the whole world, globe berarti an
object shaped like a ball with a map of the world on its surface, usually on stand so
that it can be turned. Global (Partanto & Al Barry, 1994: 203) berarti seluruhnya,
menyeluruh, garis besar, umumnya, kotornya, secara utuh, sedangkan globalisai
berarti pengelolaan seluruh aspek kehidupan, perwujudan
(perombakan/peningkatan/perubahan) secara menyeluruh di segala aspek kehidupan.
Globe (Lubis, 1997: 46) adalah tempat hunian manusia dan sering diidentikkan
dengan kata internasional yaitu hubungan antar bangsa dan negara.
Globalisasi dapat dipahami dalam artian hubungan bebas melalui arus informasi
teknologi yang berbentuk komunikasi saling mempengaruhi. Islam di satu sisi dan
globalisasi di sisi lain yang keduannya saling berkembang dan mempengaruhi.
Globalisasi yang dimaksud di sini (Solly Lubis, 1997: 31-32) adalah kecenderungan
perilaku hidup dan kehiduapn manusia untuk saling terkait, baik antarindividu atau
antarbangsa, yang dihubungkan dengan sarana dan prasarana yang canggih mutakhir
sehingga dikenal politik global, ekonomi global, komunikasi global dan lain
sebagainya. Bumi manusia ini mempunyai tiga dimensi, yakni: pertama, di mensi
contour (shape) yaitu struktur wilayah yang terdiri lautan dan daratan. Kedua, dimensi
content yakni kandungan isi bumi yang terdiri dai air, udara, tanah dan apapaun yang
terkandung di dalamnya. Ketiga, dimensi context yakni posisi kontekstual wilayah
yang merupakan bagian integral benua, samudera, dengan flora, fauna, dan manusia
yang berbeda.
Kehidupan internasional adalah kehidupan interaksi dan pergaulan antarbangsa.
Global menunjuk pada bagian integral bumi sebagai hunian manusia, sedangkan
internasional adalah hubungan interaksi manusianya. Era globalisasi adalah tahapan
perkembangan globalisasi yang sesuai dengan perkembangan sarana prasarana
pendukung yang bersubstansi pada tahap dan tingkat kebutuhan manusia untuk saling
berhubungan demi kebutuhannya.

B. Modernisasi dan Dampaknya


Modernisasi berasal dari kata modern yang berarti baru, kekinian, akhir, up to
date. Modern juga bisa dikatakan lawan dari kata lama, dahulu, awal, dan tidak up to
date. Istilah modern inin bisa diterapkan dalam semua aspek kehidupan dari pola
pikir, kebiasaan kerja, dan sikap hati. Max Weber beranggapan bahwa modern
seharusnya diartikan sebagai ethos, supaya tidak berkonotasi hanya dalam hal yang
terlihat saja. Robert N Bellah menganggap modern sebagai fenomena spiritual atau
mentalitas (Azizy, 2004: 5).
Elemen-elemen penting modernisasi (Azizy, 2004: 9) adalah industrialisasi dan
kemajuan teknologi. Hal ini mengakibatkan pandangan bahwa modernisasi adalah
kemajuan tekonologi yang terimplementasi pada industrialisasi maka terlihat identik
dengan westernisasi. Pandangan westernisasi ini pada akhirnya berdampak pada
penyerapan apa pun yang berasal dari Barat bagi wilayah yang tidak mempunyai
identitas tidak hanya teknologi dan industrinya saja yang diadopsi namun juga sistem
sosial, pola ekonomi, cara berpolitik dan lainya sebagainya.
Dampak lain dari westernisasi adalah sekularisme yang memisahkan agama dan
lebih memilih sains ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai acuan hidup sehingga
ada istilah sains adalah agama baru era modern. Modernisasi ditandai dengan
scientific, ilmiah, dan logis, sedangkan agama terkadang bagi yang tidak mampu
memposisikan dianggap tidak ilmiah, no scientific, dan tidak logis. Selain itu seni dan
humanisme kedepan akan semakin terkikis diganti dengan mesin, sistem kapitalis,
persaingan bebas, hubungan komunikasi dunia maya dan lain sebagainya.

C. Antara Islam dan Barat


Kipling peraih nobel sastra (Zaqzuq, 2004: 35) mengatakan dalam puisinya
“Timur adalah Timur, dan Barat adalah Barat, keduannya tidak akan pernah bertemu”.
Peradaban timur identik dengan peradaban Islam sebagaimana diakui secara luas dan
peradaban barat diakui pula salah satu pilar terkuatnya adalah agama Kristen, bahkan
Eropa Jerman dan Italia mengakui bahwa partai terbesar di Negara tersebut adalah
partai Kristen, meskipun Kristen sebagai agama samawi dengan pembawa risalahnya,
Isa al Masih, turun dan menghabiskan umurnya di timur, opini dan kenyataan
lapangan memberikan pemahaman bahwa pilar terkuat peradaban suatu bangsa adalah
agama.
Perspektif hubungan agama samawi baik Islam, Yahudi maupun Nasrani semua
sejarah menulis ketiganya terkait dan bahkan mempunyai keterkaitan ajaran yang
sama seperti monoteisme, bahkan perspektif agama Islam ketiganya mempunyai
keterkaitan seperti anak dan induknya atau bahasa lain dari ketiganya penyempurna
terakhirnya adalah agama Islam.
Perang Timur dan Barat dalam sejarah (Zaqzuq, 2004: 38) jika diperhatikan
secara teliti hanyalah peperangan sekelompok golongan seperti perang dunia yang
juga dicatat sejarah, pertemuan peradaban, kerja sama ekonomi, dan pertukaran
kepentingan saat ini telah menjadi hal yang biasa dan terbuka luas. Hal ini adalah hal
yang wajar bagi pembaca sejarah, peradaban Barat mempunyai hutang budi pada
peradaban Timur khususnya pada sisi keilmuwan, penerjemahan keilmuwan Yunani
pada masa keemasan Islam Eropa (Andalusia) merupakan jalan bagi barat untuk
mempelajari hasil pemikiran Yunani sebelum mampu menerjemahkan karya Yunani
dari bahasanya secara langsung.
KEGIATAN BELAJAR 2: GLOBALISASI LINGKUP DAN PERAN ISLAM

A. Islam di Tengah Arus Modernisasi


Globalisasi terkait erat dengan modernisasi dan modernisme, para pakar budaya
(Lubis, 1997: 33) mengartikan modernisasi dan manusia modern adalah tingkat
berpikir, Ipteks, sikap terhadap waktu dan perhargaan karya manusia. Maka dari
karakteristik dan variable tersebut muncul standar penilaian terhadap kemajuan dan
kemunduran manusia, bangsa, Negara, dan lainnya.
Kemajuan yang didasarkan pada pengertian modernisasi di atas bisa sejalan atau
malah bertentangan dengan Islam, hal ini terlihat dari sudut pandang nilai-nilai yang
dianut dalam kehidupan manusia. Islam bagi bangsa tertentu dapat dianggap
kemunduran dan kemajuan dalam teknologi dapat diartikan juga dengan kemunduran
semua dilihat dari sudut kemanfaatan dan subjektivitas nilai yang dianut. Islam
mengajarkan hubungan yang ideal manusia secara vertikal kepada Tuhannya dan
horizontal kepada makhluk hidup selainnya dan alam semesta. Sejarah telah
membuktikan ambisi dan nilai yang salah dapat menghancurkan suatu bangsa yang
awalnya nilai benar, misalnya nilai kapitalisme Eropa yang awalnya membantu
golongan buruh dan tani akhirnya menjadi sistem perekonomian kapitalisme yang
melahirkan nilai siapa yang kuat yang bertahan (survivat of the fittest) dan menjajah
yang lebih lemah, sistem sosialisme total komunisme Jerman dan Uni Soviet yang
akhirnya mengalami kehancuran dan perpecahan antarmereka.

B. Pandangan Islam tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Sistem kebangsaan suatu negara pada umunya mempunyai aspek
Ipoleksosbudhankam (ilmu pengetahuan teknologi politik sosial budaya pertahanan
keamanan) di tengah sistem tersebut, sosial budaya memberikan warna sebagai
karakter suatu bangsa dan inti yang terdalam dalam sosial dan budaya secara
spiritualitas dan mentalitas adalah karakter nilai keagamaan.
Ilmu dengan sistem dan metode disiplinnya merupakan sumber pengetahuan
yang mengajarkan berpikir secara logis, konsisten, objektif, dan bermanfaat sesuai
keilmuwan dan disiplinnya. Kegiatan ilmiah dalam istilah Islam biasa disebut tafakur
(berpikir), I’tibar (analog), muthala’ah (studi), dan penelitian (tadabbur) (Lubis, 1997:
19). Secara tidak langsung terdapat beberapa pembagian ilmu, yakni: basic science
(ilmu dasar) yang berusaha mempelajari dan mengaji secara ilmiah mendalam segala
sesuatu yang mendasar tentang alam dan isinya. Applied science (ilmu terapan)
adalah ilmu yang berusaha menemukan solusi atas gejala dan masalah kehidupan agar
teratasi.
Etic science (ilmu etika) adalah ilmu yang mempelajari tentang manfaat daya
guna pengetahuan yang di dalamnya terdapat banyak pandangan di antaranya religion
science, social science, anthropological science, economical science dan lain
sebagainya. Negara yang mempunyai teknologi tinggi dan canggih terkadang
melupakan pesan moral atau bahkan melupakan agama sehingga banyak kerusakan,
kemunduran, dan perendahan martabat manusia yang seharusnya meninggikan
memperbaiki dan memajukan manusia dan martabatnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat
pesat hingga melampaui bumi sebagai pusat kajian yakni benda angkasa selain bumi
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dikaji. Kemajuan pesat
Ipteks ini harus diimbangi dengan kemantapan moral dan agama jika tidak maka
kemajuan ini akan membalik dan menguasai manusia sebagai budak ilmu
pengetahuan yang tidak memanusiakan manusia seperti misalnya kloning manusia,
digitalisasi yang menjauhkan manusia dari kehidupan sosial dan lain sebagainya.

C. Pendidikan Islam dalam Formasi Sosial Globalisasi


Pendidikan adalah investasi jangka panjang (long term investasion). Di era
globalisasi pendidikan Islam berhadapan dengan paradigma pendidikan sekuler
materialistis. Paham sekuler materialistik sebenarnya mengalami kegagalan dalam
mendidik manusia menjadi pengelola alam secara benar. Hal ini bisa dilihat dari
beberapa hal (Machali & Mustofa, 2004: 142) di antaranya: pertama, paradigma
pendidikan yang keliru yang serba materialistikindividualis. Kedua, kelemahan tiga
unsur fungsional pendidikan: lembaga pendidikan dengan ketidakjelasan arah
kurikulumnya, kehidupan keluarga yang tidak mendukung, dan masyarakat yang tidak
kondusif.
Pendidikan Islam harus menciptakan (Machali & Mustofa, 2004: 152)
perubahan yakni: pertama, rekonstruksi paradigma pendidikan Islam yang berbasis
kontekstual kritis. Kedua, reorientasi kurikulum pendidikan Islam. Ketiga, reorientasi
manajemen dan pengembangan sumber daya manusia yang Islami. Keempat,
demokratisasi pendidikan Islam dan penciptaan
lembaga pendidikan Islam alternatif.

D. Peranan Pemuda
1. Mempersiapkan generasi penerus umat
Generasi adalah hal penting dalam keberlanjutan dan perkembangan umat.
Generasi selanjutnya harus mempunyai bekal yang dapat menjadikan kuat didunia
dan akhirat (keseimbangan hubungan vertikal dan horizontal)
2. Pemuda sebagai Sumber Daya
Sumber daya manusia adalah hal terpenting dalam setiap pembangunan dan
perkembangan, tanpa sumber daya manusia yang memadai, sumber daya
selainnya tidak akan bermanfaat atau berfungsi secara baik dan maksimal.
Manusia potensial yang secara motivasi kemampuan dan potensi perkembangan
ke arah kemajuan adalah pemuda. Dalam ilmu psikologi masa pemuda adalah
masa puncak kemampuan manusia (masa emas) sedangkan masa kanak-kanak
adalah masa perkembangan dan masa tua adalah masa bertahan dan kemunduran.
3. Peranan Pemuda
Peranan pemuda dimulai dari permasalahan dalam peran dan posisi apa pemuda
dapat memberikan bantuan dan kontribusi. Peran pemuda khususnya dalam hal
perkembangan keilmuwan setidaknya dapat dilihat dari tiga tema yang kontribusi
aplikasinya dapat terlihat, yakni: pemuda yang mendalami keilmuwan keagamaan,
pemuda yang medalami keilmuwan keagamaan dan sekaligus selainnya, dan
pemuda yang mendalami keilmuwan selain keagamaan secara langsung. Islam dan
ajarannya (Lubis, 1997: 70) yang merupakan kesepakatan cendekiawan muslim
tiada satu cabang keilmuwan yang terlepas dari jangkauan kajian keIslaman, baik
dari sudut motivasi, substansi, ataupun materinya alasannya ialah secara universal
aspek semua ilmu dan sasaran kajian keilmuwan itu telah tercakup dalam garis
besar dalam konsep wawasan pendidikan, pengajaran, kebudayaan dalam al
Quran. Sehingga hal inilah yang menjadikan keterbukaan perkembangan dan
kemajuan keilmuwan Islam yang tidak bersifat stagnan dan ekslusif.

Anda mungkin juga menyukai