Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HUBUNGAN POLITIK HUKUM DENGAN ILMU HUKUM

DI SUSUN OLEH:
Kelompok 1
Aulia Sukrunnisa (10200121044)
Putri Novianti (10200121068)
Nurmalasari (10200121075)
Ihzurt Alhaditzy (10200121049)
Ryeski Qhabir (10200121067)
Abd. Kadar (10200121048)
Andi Baso Isram (10200121064)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
mengenai mata kuliah Politik Hukum, dengan judul hubungan politik hukum dengan ilmu
hukum.
Dengan materi kuliah ini kami harapkan mahasiswa mampu untuk memahami bagaimana
hubungan politik hukum dengan ilmu hukum. Dengan demikian, kami sadar materi ini terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi pembacanya,
terutama mahasiswa, supaya bisa memahami pengertian negara dan konstitusi, karena kita
adalah penerus Bangsa Indonesia.

Gowa, 02 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................2
A. Pengertian ilmu hukum dan politik hukum ................................................................2
B. Hubungan politik dengan hukum ...............................................................................3
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................5
A. Kesimpulan ................................................................................................................5
B. Saran ..........................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia adalah negara hukum, sebagaimana yang diterangkan dalam penjelasan undang-
undang dasar 1945. Dengan demikian, maka segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan negara dan pemerintahan harus berlandaskan dan berdasarkan atas hukum,
sebagai barometer untuk mengukur suatu perbuatan atau tindakan telah sesuai atau tidak
dengan ketentuan yang telah disepakati.
Negara hukum merupakan suatu negara yang dalam wilayahnya terdapat alat alat
perlengkapan negara khusus nya alat alat perlengkapan dari pemerintah dalam tindakannya
terhadap para warga negara dan dalam hubungannya tidak boleh bertindak sewenang-wenang,
melainkan harus memperhatikan peraturan-peraturan hukum yang berlaku, dan semua orang
dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk pada peraturan-peraturan yang berlaku.
Sehubungan dengan pernyataan tersebut, maka hukum merupakan himpunan peraturan yang
mengatur tatanan kehidupan, baik berbangsa dan bernegara, yang dihasilkan melalui
kesepakatan dari wakil-wakil rakyat yang ada di lembaga legislatif. Produk hukum tersebut
dikeluarkan secara demokratis melalui lembaga yang terhormat, namun muatannya tidak dapat
dilepaskan dari kekuatan politik yang ada didalamnya. Suatu negara yang mengandung sistem
demokrasi, maka segala sesuatunya harus dirumuskan secara demokrasi, yaitu dengan melihat
kehendak dan aspirasi dari rakyat luas sehingga produk yang dihasilkan itu sesuai dengan hati
nurani rakyat. Tetapi apabila sebaliknya maka terlihat bahwa produk hukum yang dikeluarkan
tersebut dapat membuat masyarakat menjadi resah dan cenderung tidak mematuhi ketentuan
hukum itu.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana hubungan politik hukum dengan ilmu Hukum?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan politik hukum dengan ilmu hukum.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian politik hukum dengan ilmu hukum


Secara etimologis, istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa Indonesia dari istilah
hukum Belanda rechtspolitiek, yang merupakan bentukan dari dua kata rech dan politiek (Imam
Syaukani danAhsin Thohari, 1999: 19). Dalam bahasa Indonesia, kata recht berarti hukum.
Kata hukum sendiri berasal dari bahasa Arab hukm (kata jamaknya ahkam), yang berarti
putusan, ketetapan, perintah, kekuasaan, hukuman, dan lain-lain.
Menurut Padmo Wahjono, Pengertian politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara
yang bersifat mendasar dalam menentukan arah, bentuk maupun isi daripada hukum yang akan
dibentuk dan tentang apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu. Dengan
demikian, Pengertian Politik Hukum menurut Padmo Wahjono berkaitan dengan hukum yang
berlaku di masa yang akan datang (ius constituendum).
menurut Soedarto (1983: 20), politik hukum adalah kebijakan dari negara melalui badan-
badan negara yang berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki, yang
diperkirakan akan digunakan untuk nengekspresikan apa yang terkandung dalam masya-rakat
dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
Ilmu hukum menurut pendapat berbagai pakar hukum antara lain :
1. Cross, memberikan definisi bahwa ilmu hukum adalah segala pengetahuan hukum yang
mempelajari hukum dalam segala bentuk dan manifestasinya.
2. Curzon, berpendapat bahwa ilmu hukum adalah suatu ilmu pengetahuan yang mencakup dan
membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum.

B. Hubungan politik dengan hukum


Hubungan antara hukum dan politik tergantung pada persepsi tentang apa yang kita
maksudkan sebagai hukum dan apa yang kita maksudkan dengan politik. Jika kita
berpandangan non-dogmatik dan memandang hukum bukan sekedar peraturan yang dibuat
oleh kekuasaan politik maka tentu saja persoalan lebih lanjut tentang hubungan kekuasaan
hukum dan kekuasaan politik masih bisa berkepanjangan. Namun jika kita menganut
pandangan positif yang memandang hukum semata-mata hanya produk kekuasaan politik maka
rasa tak relevan lagi pertanyaan tentang hubungan antara kekuasaan hukum dan kekuasaan
politik karena pada akhirnya mereka mengidentikkan antara hukum dan politik tersebut.
Pada prinsipnya hubungan hukum dan politik telah di atur dalam sistem pemerintahan negara
sebagaimana yang telah dicantumkan dalam penjelasan UUD 1945 diantaranya menyatakan
prinsip Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan pemerintah
berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) elemen pokok negara hukum adalah pengakuan
dan perlindungan terhadap fundamental rights (tiada negara hukum tanpa pengakuan dan
perlindungan terhadap fundamental rights).
Menurut Moh. Mahfud MD, menyatakan bahwa jika kita berasumsi bahwa hukum
merupakan produk politik, maka dalam menjawab hubungan antara hukum dan politik, dapat
dikatakan bahwa hukum dipandang sebagai dependent variable (variabel terpengaruh),
sedangkan politik diletakan sebagai independent variable (variabel berpengaruh). Peletakan
hukum sebagai variabel yang tergantung atas politik atau politik yang determinan atas hukum
itu mudah dipahami dengan melihat realitas, bahwa kenyataannya hukum dalam artian sebagai
peraturan yang abstrak (pasal-pasal yang imperatif) merupakan kristalisasi dari kehendak-
kehendak politik yang saling berinteraksi dan bersaingan. Sidang parlemen bersama
pemerintah untuk membuat undang-undang sebagai produk hukum pada hakikatnya
merupakan adegan konstestasi agar kepentingan aspirasi semua kekuatan politik dapat
terakomodasi di dalam keputusan politik dan menjadi undang-undang.
Demikian pula hukum harus dapat membatasi kekuasaan politik agar tidak timbul
penyalahgunaan kekuasaan dan kesewenang-wenangan, sebaliknya kekuasaan politik
menunjang terwujudnya fungsi hukum dengan menyuntikan kekuasaan pada hukum yaitu
dalam wujud sanksi hukum. Legitimasi hukum melalui kekuasaan politik salah satunya
terwujud dalam pemberian sanksi bagi pelanggar hukum. Hukum ditegakkan oleh kekuasaan
politik melalui alat-alat negara yang telah diberi kewenangan seperti polisi, penuntut umum
dan pengadilan. Setelah hukum memperoleh kekuasaan dari kekuasaan politik hukum juga
menyalurkan kekuasaan itu pada masyarakatnya. Dalam hal ini, tentu saja sanksi hukum dapat
pula mengganjar aparat kekuasaan politik yang melanggar hukum.
Secara teoritis hubungan hukum dengan politik atau kekuasaan harusnya bersifat fungsional,
artinya hubungan ini dilihat dari fungsi - fungsi tertentu yang dijalankan diantara keduanya.
Terdapat fungsi timbal balik antara hukum dengan kekuasaan, yaitu kekuasaan memiliki fungsi
terhadap hukum, sebaliknya hukum juga memiliki fungsi terhadap kekuasaan. Ada 3 (tiga)
macam fungsi kekuasaan terhadap hukum, yaitu sebagai berikut :

1. Kekuasaan Merupakan Sarana Membentuk Hukum (Law Making)


Khususnya pembentukan peraturan perundang - undangan baik di pusat maupun di daerah.
Dalam kaitan ini Moh. Mahfud MD mengatakan bahwa hukum merupakan produk hukum di
parlemen sehingga materi muatan hukum merupakan kompromi kepentingan - kepentingan
politik yang ada.
2. Kekuasaan Merupakan Alat Menegakkan Hukum
Penegakan hukum merupakan suatu proses mewujudkan keinginan hukum menjadi kenyataan,
yang dimaksud dengan keinginan hukum adalah pikiran badan legislator yang dirumuskan
dalam peraturan perundang - undangan. Mochtar Kusuma atmaja berpendapat bahwa hukum
tanpa kekuasaan akan lumpuh dan kekuasaan tanpa hukum akan tirani atau anarki.
3. Kekuasaan Sebagai Media Mengeksekusi Putusan Hukum
Putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap tidak aka banyak memiliki arti bagi
pengorganisasian kehidupan masyarakat tanpa adanya pelaksanaan secara konsekuen dan
konsisten. Dalam konteks ini hukum membutuhkan kekuasaan untuk menegakkannya.
Begitu juga sebaliknya, terdapat 3 (tiga) macam fungsi hukum terhadap kekuasaan, yakni
sebagai berikut :
a. Hukum Sebagai Media Melegalisasi Kekuasaan : Legalisasi hukum terhadap kekuasaan
berarti menetapkan keabsahan kekuasaan dari aspek yuridisnya. Setiap kekuasaan yang
memiliki landasan hukum secara formal berarti memiliki legalitas. Adapun yang menjadi
masalah jika kekuasaan yang akan dilegalisasi oleh hukum tersebut bersifat sewenang -
wenang atau tidak adil. Hal ini secara sosiologi berkaitan erat dengan apa yang disebut
legitimasi kekuasaan, yaitu pengakuan masyarakat terhadap keabsahan hukum. Artinya
meskipun sebuah kekuasaan telah mendapat legalisasi secara yuridis formal, akan tetapi
jika masyarakat berpandangan bahwa kekuasaan tersebut bersifat sewenang - wenang dan
tidak sesuai dengan rasa keadilan masyarakat, maka kekuasaan demikian tidak akan
mendapat legitimasi dari masyarakat.
b. Hukum Berfungsi Mengatur dan Membatasi Kekuasaan : Hukum tidak hanya membatasi
kekuasaan, akan tetapi ia juga mengatur dan memberikan kekuasaan kepada orang - orang.
Dengan demikian maka hukum itu merupakan sumber kekuasaan, oleh karena itu melalui
hukum, kekuasaan itu dibagi - bagikan dalam masyarakat. Kekuasaan yang diatur oleh
hukum merupakan kekuasaan yang dibatasi baik isi, ruang lingkup, prosedur
memperolehnya kesemuanya ditentukan oleh hukum. Pembatasan kekuasaan oleh hukum
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penumpukan atau sentralisasi kekuasaan pada
satu tangan atau lembaga. Sebab, sentarlisasi kekuasaan akan mendorong kepada
otoriterianisme dalam penyelenggaraan negara atau penyalahgunaan kekuasan.
c. Hukum Meminta Pertanggungjawaban Kekuasaan : Pertanggungjawaban kekuasaan dalam
konteks hukum adalah menjaga agar penggunaan kekuasaan sesuai dengan mekanisme dan
tujuan pemberian kekuasaan tersebut. Penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat negara
dalam bidang hukum administrasi dapat dilakukan melalui proses Peradilan Tata Usaha
Negara (PTUN), penyalahgunaan kekuasaan oleh penyelenggara negara yang merugikan
kepentingan masyarakat akan digugat melalui peradilan umum (perdata), sedangkan
penyalahgunaan kekuasaan yang masuk kategori tindak pidana dapat dituntut secara
pidana.

Hukum dan politik merupakan sub sistem dalam sistem kemasyarakatan. Masing - masing
melaksanakan fungsi tertentu untuk menggerakkan sistem kemasyarakatan secara keseluruhan.
Pada pokoknya hukum berfungsi melakukan social control, dispuet settlement, dan social
enginerring. Sedangkan fungsi politik meliputi pemeliharaan sistem dan adaptasi, konversi,
dan fungsi kapabilitas.
Ditinjau dari segi tujuan hukum dan tujuan politik hukum, keduanya saling melengkapi dan
mendukung guna terwujudnya tujuan negara yaitu, keadilan sosial. Masing - masing harus
memberikan konstribusi sesuai dengan fungsinya untuk menggerakkan sistem kemasyarakatan
secara keseluruhan terutama dalam komitmen mendukung terlaksananya pembangunan.
Pemerintah bertanggung jawab untuk mewujudkan fungsi ekonomi publik yang sesungguhnya
yakni fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi sumber daya yang dimiliki oleh negara.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada prinsipnya hubungan hukum dan politik telah di atur dalam sistem pemerintahan negara
sebagaimana yang telah dicantumkan dalam penjelasan UUD 1945 diantaranya menyatakan
prinsip Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan pemerintah
berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) elemen pokok negara hukum adalah pengakuan
dan perlindungan terhadap fundamental rights (tiada negara hukum tanpa pengakuan dan
perlindungan terhadap fundamental rights).
Menurut Moh. Mahfud MD, menyatakan bahwa jika kita berasumsi bahwa hukum
merupakan produk politik, maka dalam menjawab hubungan antara hukum dan politik, dapat
dikatakan bahwa hukum dipandang sebagai dependent variable (variabel terpengaruh),
sedangkan politik diletakan sebagai independent variable (variabel berpengaruh). Peletakan
hukum sebagai variabel yang tergantung atas politik atau politik yang determinan atas hukum
itu mudah dipahami dengan melihat realitas, bahwa kenyataannya hukum dalam artian sebagai
peraturan yang abstrak (pasal-pasal yang imperatif) merupakan kristalisasi dari kehendak-
kehendak politik yang saling berinteraksi dan bersaingan. Sidang parlemen bersama
pemerintah untuk membuat undang-undang sebagai produk hukum pada hakikatnya
merupakan adegan konstestasi agar kepentingan aspirasi semua kekuatan politik dapat
terakomodasi di dalam keputusan politik dan menjadi undang-undang.

B. Saran
Dengan pemaparan yang cukup panjang ini, maka kiranya kita dapat mengambil sebagian
ilmu baru tentang hubungan politik hukum dengan ilmu hukum. Cukup sekian apa yang kami
sajikan. Dan dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih ada kekurangan baik
dalam hal penulisan ataupun isi materi dari makalah ini. Untuk itu kami mohon adanya kritik
maupun saran yang sifatnya membangun dari pembaca, untuk perbaikan dalam penyusunan
makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

R. Soeroso,S.H, pengantar ilmu hukum, (PT. Sinar Grafika 2021)


Dr. Suharyanto, Politik Hukum, (CV. KEKATA GROUP, 2016)
https://www.academia.edu/32282908/MAKALAH_POLITIK_HUKUM
https://www.erisamdyprayatna.com/2021/02/hubungan-hukum-dengan-
politik.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai