Analisi biaya-volume-laba (analisis BVL) yang sering kali disebut sebagai cost-volume-profit
analysis (CVP analysis) merupakan alat yang berguna untuk perencanaan dan pembuatan
keputusan manajer dalam menentukan jumlah unit produk yang seharusnya dijual agar
perusahaan mencapai titik impas. Analisis BVL menekankan pada hubungan antara biaya,
volume (kuantitas penjualan), dan harga jual. Analisis BVL juga merupakan alat yang berguna
Break even point atau titik impas merupakan alat bagi semua perusahaan untuk dapat
mengetahui keadaan dimana perusahaan tidak mendapatkan laba atau tidak menderita rugi.
Berikut ini beberapa definisi break even point menurut pakar-pakar ekonomi literaturnya.
Menurut Baldric Siregar, Bambang Suripto, Dody Hapsoro, Eko Widodo Lo, Frasto Biyanto
( 2013 : 318 ) dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Manajemen” pengertian “Titik Impas
(break even point) adalah keadaan yang menunjukkan bahwa jumlah pendapatan yang
diterima perusahaan (pendapatan total) sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan
perusahaan (biaya total)”.
Menurut Prof. Dr. Dermawan Syahrial,. MM dan Djahotman Purba., SE., MM., Akt ( 2013 : 59 )
dalam bukunya yang berjudul “Analisi Laporan Keuangan” pengertian “Break Even Point
adalah total penjualan sama dengan total biaya. Dengan kata lain tidak memperoleh laba dan
juga tidak menderita rugi atau laba sama dengan nol”.
Sedangkan menurut Rudianto ( 2013 : 30 ) dalam bukunya “Akuntansi Manajemen Informasi
Untuk Pengambilan Keputusan Strategis” pengertian “Titik Impas adalah volume penjualan
yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian tetapi juga tidak memperoleh
laba sama sekali”.
Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa analisis break even point adalah
suatu cara atau alat yang digunakan untuk mengetahui volume kegiatan produksi suatu usah
dimana volume produksi tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak
menderita rugi.
Dengan mengetahui titik impasnya, manajer suatu perusahaan dapat menentukan kapasitas
produksi yang harus dijual agar tidak mengalami kerugian dan dapat menentukan komposisi
2.3. Analisi Break Event Point sebagai Alat Bantu dalam Perencanaan
Menurut Rudianto ( 2013 : 319 ) analisis Break Event Point dapat memberikan pedoman
dalam pembuatan keputusan dan membantu manajemen dalam:
a. Menentukan kapasitas produksi yang harus dijual agar tidak mengalami kerugian.
b. Mengetahui pengaruh biaya variabel dan biaya tetap terhadap laba.
c. Mengetahui besarnya tambahan laba, dalam periode tertentu.
d. Menentukan komposisi produk terjual agar laba maksimum.
Jumlah produk yang dihasilkan perusahaan selama suatu periode tertentu akan memiliki
hubungan langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Besarnya biaya
yang dikeluarkan perusahaan tersebut pada saat dipertemukan dengan nilai penjualan
produk yang dihasilkan perusahaan selama suatu periode akan mempengaruhi secara
Menurut Baldric Siregar, Bambang Suripto, Dody Hapsoro, Eko Widodo Lo, Frasto Biyanto
( 2013 : 318 ) dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Manajemen” asumsi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Analisis mengasumsikan bahwa fungsi pendapatan dan fungsi biaya bersifat linear.
2. Analisis mengasumsikan bahwa harga, biaya tetap total, dan biaya variabel per unit dapat
diidentifikasi secara akurat dan akan selalu konstan selama dalam kisaran relevan (relevant
range).
3. Analisis mengasumsikan bahwa jumlah yang diproduksi sama dengan jumlah yang dijual.
4. Pada analisis multiproduk, bauran penjualan diasumsikan telah diketahui sebelumnya.
5. Harga jual dan biaya diasumsikan telah diketahui dengan pasti.
Dalam analisa break even, biaya-biaya dan harga jual haruslah konstan, karena naik
turunnya biaya dan harga jual akan mempengaruhi titik break even. beberapa hal penting
Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi. Perubahan fixed
cost dalam grafik dapat ditandai dengan naik atau turunnya garis total cost, tetapi perubahan
ini tidak mempengaruhi miringnya garis tersebut. Bila fixed cost naik, maka BEP akan
bergeser ke atas dan sebaliknya bila fixed cost naik, maka BEP akan bergeser ke atas dan
sebaliknya bila fixed cost turun maka BEP akan bergeser ke bawah.
2. Perubahan pada variable cost ratio atau variabel cost per unit
Perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biaya variabel
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue. Naiknya harga jual per unit
pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap akan menggeser BEP
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu
macam produk, maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk yang
Break Event Point (BEP) dapat dihitung dengan menggunakan 2 (dua) metode yaitu
Pendekatan Persamaan dan Margin Kontribusi. Kedua metode tersebut memberikan hasil yang
sama.
a. Pendekatan Persamaan
Laporan laba rugi yang disusun dengan pendekatan variable costing merupakan alat yang
berguna bagi manajemen untuk mengorganisasi biaya perusahaan kedalam kelompok biaya
tetap dan biaya variabel. Laporan tersebut dapat digunakan untuk menentukan titik impas
berdasarkan nilai penjualan bukan dalam unit. Persamaannya adalah sebagai berikut.
Apabila ukuran unit penjualan sudah diketahui, persamaan laba dapat diperluas dengan
jumlah rupiah dan jumlah unit. Maka persamaan laba dapat dirumuskan sebagai berikut.
Laba operasi = (Harga jual per unit x jumlah unit penjualan) – (Biaya
Contoh perhitungan titik impas Berdasarkan laporan laba rugi PT. Gemah Ripah
Tahun 2012
Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa harga jual produk adalah sebesar Rp.400.000 per
unit dan biaya variabel adalah sebesar Rp.325.000 per unit (Rp. 325.000.000/ 1.000 unit).
Biaya tetap sebesar Rp.45.000.000. Pada titik impas, persamaan laba operasi akan menjadi
sebagai berikut.
Rp.45.000.000
Oleh karena itu, PT. Gemah Ripah harus dapat menjual sebanyak 600 unit mesin motor dalam
rangka menutup semua biaya tetap dan biaya variabel. Dapat diformulasikan laporan laba
Tahun 2012
Perhitungan unit impas dapat dilakukan dengan cara memusatkan perhatian pada margin
kontribusi atau disebut dengan pendekatan margin kontribusi (contribution margin approach).
Margin kontribusi merupakan pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya variabel total.
Pada titik impas, besarnya margin kontribusi sama dengan besarnya biaya tetap.
Dengan menggunakan PT. Gemah Ripah sebagai contoh, selanjutnya dapat dilihat bahwa
margin kontribusi per unit dapat dihitung melalui dua cara. Cara pertama adalah dengan
membagi margin kontribusi total dengan jumlah unit yang dijual, sehingga diperoleh margin
kontribusi per unit sebesar Rp.75.000 (Rp.75.000.000/ 1.000). Cara kedua adalah mengurangi
harga jual per unit dengan biaya variabel per unit, sehingga diperoleh margin kontribusi per
unit sebesar Rp.75.000 per unit (Rp.400.000 – Rp.325.000). dengan cara tersebut akan
diperoleh hasi (margin kontribusi per unit) yang sama, yaitu sebesar Rp.75.000. Untuk
menghitung humlah unit titik impas, persamaan impas adalah sebagai berikut.
= 600 unit
Untuk perusahaan yang memiliki lebih dari satu jenis produk, maka dalam menghitung titik
impas harus terlebih dahulu dihitung bauran penjualan produknya atau perbandingan volume
penjualan antar satu produk dan produk yang lain. Dihitung titik impas perusahaan melalui
rumus yang sama dengan rumus sebelumnya. Misalkan suatu perusahaan berencana menjual
Produk A sebanyak 100 unit, Produk B sebanyak 50 unit, dan Produk C sebanyak 25 unit,
kode A1, B2, C3, D4. Produk tersebut rencananya akan diproduksi dan dijual dengan
komposisi volume 20.000 unit, 15.000 unit, 10.000 unit, dan 5.000 unit masing-masing untuk
A1, B2, C3, D4. Sedangkan masing-masing produk dijual dengan harga per unit sebesar
Rp.11.000 untuk A1, Rp.16.000 untuk B2, Rp.21.000 untuk C3, dan Rp.26.000 untuk D4.
Untuk membuat seluruh produk tersebut dengan komposisi volume seperti itu dan dalam
biaya variabel per unit yang harus dikeluarkan untuk masing-masing produk adalah Rp.7.000
untuk A1, Rp.8.000 untuk B2, Rp.11.000 untuk C3, dan Rp.14.000 untuk D4.
Agar perusahaan tidak mengalami kerugian maka harus ditentukan titik impasnya.
Keterangan A1 B2 C3 D4
= Rp. 320.000.000.
Titik impas akan tercapai pada saat penjualan mencapai nilai Rp.320.000.000. Titik impas
dalam unit akan tercapai dengan membagi nilai titik impas dalam rupiah dengan harga jual
Titik impas perusahaan akan tercapai jika masing-masing produk dijual dengan komposisi
pengeluaran biaya sekecil mungkin. Untuk mencapai laba yang direncanakan, perusahaan
perlu merencanakan berapa tingkat laba yang akan dicapai oleh penjualan produknya. Hal ini
perlu dilakukan untuk mengetahui agar perusahaan bisa mengambil keputusan tentang
perencanaan laba.
Dalam mengevaluasi risiko pengoperasian suatu usaha, para manajer dapat memakai
beberapa indikator. Salah satu indikator yang paling penting adalah margin pengamanan
penjualan. Margin pengamanan penjualan adalah kelebihan penjualan yang dianggarkan atas
Menurut Baldric Siregar, Bambang Suripto, Dody Hapsoro, Eko Widodo Lo, Frasto Biyanto
( 2013 : 338 ) dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Manajemen” pengertian “Margin Of
Safety adalah unit penjualan atau yang diharapkan dapat dijual diatas volume impas”.
Pola yang menggambarkan bagaimana jumlah biaya bervariasi atas perubahan aktivitas
bisnis. Menurut Bastian Bustami dan Nurlela ( 2013:15 ) dalam bukunya yang berjudul
Biaya Variabel adalah biaya yang secara total berubah sebanding dengan aktivitas atau
volume produksi dalam rentang relevan tetapi perunit bersifat tetap. Bahan langsung dan
tenaga kerja langsung dapat digolongkan sebagai biaya variabel. Contoh lain dari biaya
variabel adalah komisi penjualan, biaya pengiriman barang, pengerjaan ulang, unit-unit yang
rusak, bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, jasa umum, waktu
Dalam perusahaan dagang, semua biaya produksi dan beberapa biaya pemasaran dan
administrasi merupakan biaya variabel, tetapi pada perusahaan manufaktur tidak semua
biaya produksi pabrikasi adalah variabel, sebagian dari biaya produksi adalah bersifat tetap.
Sedangkan pada perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, biaya variabel adalah tenaga
kerja, bahan yg digunakan untuk melaksanakan jasa dan beberapa bagian biaya overhead.
Biaya Tetap adalah biaya yang secara total tetap dalam rentang relevan (relevant range) tetapi
perunit berubah. Contoh biaya tetap adalah biaya gaji, biaya sewa, pajak bumi dan bangunan,
asuransi.
Rentang relevan merupakan tingkat kegiatan dimana biaya tetap tertentu tidak akan diubah
meskipun volume berubah. Untuk tujuan perencanaan biaya tetap dipandang sebagai beban
Beban tetap deskresioner merupakan pengeluaran biaya yang timbul karena kebijakkan
Biaya tetap terikat merupakan pengeluaran biaya yang membutuhkan suatu seri pembayaran
dalam jangka waktu yang panjang atau lama. Contoh penyusutan pabrik dan bangunan jika
menggunakan metode garis lurus, pajak bumi dan bangunan, asuransi, gaji manajemen dan
Biaya Campuran adalah biaya yang mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
campuran disebut juga dengan Biaya Semi Variabel. Biaya Semi Variabel adalah biaya yang
pada aktivitas tertentu memperlihatkan karakteristik biaya tetap maupun biaya variabel.
Contoh biaya campuran adalah biaya listirk, telepon, air, gas, bensin, perlengkapan, beberapa
tenaga kerja tidak langsung, biaya pensiun, pajak penghasilan, asuransi jika kelompok
Biaya bertahap disebut juga dengan biaya semi tetap. Biaya semi tetap adalah biaya yang
berubah dengan volume secara tetap. Contoh biaya semi tetap adalah gaji penyelia.
perencanaan, pengendalian biaya pada tingkat aktivitas yang berbeda. Menurut Bastian
Bustami dan Nurlela ( 2013:15 ) dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Biaya” untuk
memisahkan biaya tetap dan biaya variabel dapat digunakan tiga metode yaitu:
Adalah suatu metode dalam menghitung biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan
dua titik yang berbeda yaitu titik tertinggi dan titik terendah.
Adalah suatu plot dari biaya terhadap tingkatan kegiatan dimasa lalu. Metode scattergraph
juga menunjukkan setiap perubahan yang berarti dalam hubungan antara biaya dan kegiatan
Metode ini memisahkan biaya menjadi tetap dan variabel dengan menggunakan persamaan
secara matematis. Persamaan yang digunakan adalah persamaan garis lurus yaitu:
y = a + bx
Dimana:
y = biaya
a = biaya tetap
b = biaya variabel
x = volume
PT. SUN
Biaya Perawatan dan Data Jam Mesin
Bulan Jam Kerja Langsung Biaya Perawatan (Rp.)
Januari 6.800 768.000
Februari 6.000 744.000
Maret 6.800 744.000
April 7.800 708.000
Mei 8.400 600.000
Juni 6.400 636.000
Juli 5.200 600.000
Agustus 5.200 600.000
September 6.200 636.000
Oktober 7.000 660.000
November 8.600 696.000
Desember 9.600 816.000
Total 84.000 8.208.000
Rata-rata perbulan 7.000 684.000
Sumber: Bastian Bustami, 2013 : 32
Penyelesaian:
Jam Biaya
Kerja Perawatan
Bulan Langsung (Rp.) XY
X Y
Januari 6.800 768.000 5.222.400.000 46.240.000
Februari 6.000 744.000 4.464.000.000 36.000.000
Maret 6.800 744.000 5.059.200.000 46.240.000
April 7.800 708.000 5.522.400.000 60.840.000
Mei 8.400 600.000 5.040.000.000 70.560.000
Juni 6.400 636.000 4.070.400.000 40.960.000
Juli 5.200 600.000 3.120.000.000 27.040.000
Agustus 5.200 600.000 3.120.000.000 27.040.000
September 6.200 636.000 3.943.200.000 38.440.000
Oktober 7.000 660.000 4.620.000.000 49.000.000
November 8.600 696.000 5.985.600.000 73.960.000
Desember 9.600 816.000 7.833.600.000 92.160.000
Total 84.000 8.208.000 58.000.800.000 608.480.000
Biaya Variabel
= 26,6015625 x 84.000
= 2.234.531
Biaya Tetap
= 497.789,0833 x 12
= 5.973.46