Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN KEUANGAN

BAB VII ‘’LEVERAGE’’

OLEH :

• NAMA : KHAIRIL RAHMAN

• NIM : 220903501127

• KELAS : MANAJEMEN A

• MK : MANAJEMEN KEUANGAN
(PENGGANTI MID TEST)

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


BAB I
PENDAHULUAN
Leverage adalah istilah yang sering digunakan dalam manajemen keuangan untuk
menggambarkan penggunaan pinjaman atau hutang dalam upaya untuk meningkatkan
keuntungan. Dalam manajemen keuangan, leverage dapat dipahami dari dua sudut
pandang yaitu leverage operasional dan leverage keuangan. Leverage operasional
Menghubungkan dengan penggunaan biaya tetap untuk meningkatkan laba, sedangkan
leverage keuangan Menghubungkan dengan penggunaan hutang untuk meningkatkan
keuntungan pemegang saham.
Dalam pengambilan keputusan keuangan, leverage menjadi salah satu faktor
penting yang harus dipertimbangkan karena dapat mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan. Penggunaan leverage yang tepat dapat membantu perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang lebih besar, namun penggunaan leverage yang tidak
tepat dapat menimbulkan risiko yang besar bagi perusahaan
Leverage dalam manajemen keuangan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
leverage operasional dan leverage keuangan. Leverage operasional terjadi ketika
perusahaan menggunakan biaya tetap dalam upaya untuk meningkatkan laba. Contoh
dari biaya tetap tersebut adalah biaya sewa, biaya gaji karyawan tetap, dan biaya bunga
pinjaman tetap. Dengan menggunakan biaya tetap, perusahaan dapat meningkatkan
volume produksi atau penjualan tanpa harus menambah variabel biaya. Hal ini dapat
meningkatkan margin keuntungan perusahaan.
Sementara itu, leverage keuangan terjadi ketika perusahaan menggunakan hutang
untuk meningkatkan keuntungan pemegang saham. Dengan menggunakan Hutang,
perusahaan dapat meningkatkan modal yang tersedia untuk investasi, sehingga dapat
meningkatkan potensi keuntungan. Namun, penggunaan hutang juga memiliki risiko
yang besar, karena perusahaan harus membayar bunga dan pinjaman pokok yang harus
dilakukan pada waktu tertentu.
Manfaat penggunaan leverage adalah dapat meningkatkan keuntungan
perusahaan, karena penggunaan hutang dapat memperbesar modal yang tersedia untuk
investasi. Namun, risiko penggunaan leverage juga cukup besar, karena perusahaan
harus membayar bunga dan pinjaman pokok pada waktu tertentu. Jika perusahaan tidak
mampu membayar utangnya, maka perusahaan dapat mengalami kesulitan keuangan
yang serius.
Oleh karena itu, pengelolaan leverage yang efektif sangat penting untuk
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Salah satu cara mengelola leverage adalah
dengan memperhatikan rasio hutang terhadap modal sendiri (debt-to-equity ratio) dan
rasio bunga terhadap laba sebelum bunga dan pajak (interest coverage ratio). Dengan
memperhatikan kedua rasio tersebut, perusahaan dapat memastikan bahwa
penggunaan hutang tidak melebihi kemampuan perusahaan untuk membayar
hutangnya.
BAB II
LEVERAGE
A. Degree Of Operation Leverage (DOL)
Degree of Operating Leverage (DOL) adalah rasio yang mengukur seberapa besar
perubahan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang dihasilkan oleh perusahaan
sebagai akibat dari perubahan volume penjualan. DOL dapat dihitung dengan rumus :
“DOL = (% Perubahan EBIT) / (% Perubahan Volume Penjualan)”
DOL mencerminkan tingkat ketergantungan perusahaan terhadap biaya tetap
dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi DOL, semakin besar ketergantungan
perusahaan terhadap biaya tetap, sehingga perusahaan akan lebih rentan terhadap
fluktuasi volume penjualan. DOL memiliki implikasi penting dalam pengambilan
keputusan bisnis, karena dapat membantu perusahaan untuk memilih strategi yang
tepat untuk menghadapi lonjakan volume penjualan. Jika DOL tinggi, perusahaan harus
lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan bisnis, karena fluktuasi volume
penjualan dapat berdampak signifikan pada kinerja keuangan perusahaan. Berikut
adalah langkah-langkah untuk menghitung perubahan laba sebelum metode bunga dan
pajak (EBIT) menggunakan DOL:
1. Tentukan biaya tetap dan biaya variabel per unit produk atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah
meskipun volume produksi atau penjualan perusahaan berubah, sedangkan
biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai dengan perubahan volume
produksi atau penjualan perusahaan.
2. Tentukan harga jual per unit produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
3. Hitung kontribusi margin per unit, yaitu selisih antara harga jual per unit dan
variabel biaya per unit. Kontribusi marjin per unit merupakan kontribusi setiap
unit produk atau jasa terhadap biaya tetap perusahaan.
4. Hitung total kontribusi margin, yaitu kontribusi margin per unit dikalikan dengan
volume produksi atau penjualan perusahaan.
5. Hitung EBIT, yaitu pendapatan perusahaan dikurangi dengan biaya tetap dan
biaya variabel.
6. Hitung DOL, yaitu perubahan EBIT dibagi dengan perubahan volume produksi
atau penjualan perusahaan.
Dengan menggunakan DOL, perusahaan dapat memperkirakan perubahan laba sebelum
bunga dan pajak (EBIT) yang dihasilkan sebagai akibat dari perubahan volume produksi
atau penjualan perusahaan.
Contoh perhitungan DOL adalah sebagai berikut : Jika perusahaan XYZ memiliki biaya
tetap sebesar $50.000, biaya variabel sebesar $10 per unit, dan harga jual sebesar $20
per unit, maka DOL dapat dihitung sebagai berikut :
DOL = ($20 - $10) x 10.000 / ($20 - $10) x 10.000 - $50.000 = 2.
Artinya, setiap kenaikan 1% dalam volume penjualan akan meningkatkan EBIT sebesar
2%.
B. Derajat Pengungkit Keuangan (Degree Ff Financial Leverage”DFL”)
Degree of Financial Leverage (DFL) adalah rasio keuangan yang mengukur
seberapa besar perubahan laba bersih perusahaan sebagai akibat dari perubahan bunga
yang harus dibayar oleh perusahaan. DFL mengukur tingkat ketergantungan perusahaan
terhadap Hutang dalam menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi DFL, semakin besar
risiko perusahaan terhadap fluktuasi bunga yang harus dibayar. DFL mencerminkan
seberapa besar perusahaan menggunakan Hutang dalam struktur keuangan perusahaan.
Jika perusahaan menggunakan hutang yang terlalu banyak, maka DFL akan tinggi dan
perusahaan akan lebih rentan terhadap fluktuasi bunga yang harus dibayar. DFL
memiliki implikasi penting dalam pengambilan keputusan perusahaan keuangan, karena
dapat membantu perusahaan dalam menentukan tingkat hutang yang optimal. Jika
perusahaan menggunakan hutang terlalu banyak, maka resiko perusahaan akan
meningkat dan perusahaan dapat mengalami kesulitan keuangan jika tidak mampu
membayar hutangnya.
DFL dapat membantu perusahaan dalam melakukan analisis risiko keuangan
terkait penggunaan Hutang dalam struktur keuangan perusahaan. Semakin tinggi DFL,
semakin besar risiko perusahaan terhadap fluktuasi bunga yang harus dibayar. Oleh
karena itu, harus memperhatikan tingkat hutang yang optimal agar tidak terlalu rentan
terhadap fluktuasi bunga perusahaan yang harus dibayar. DFL dapat dihitung dengan
rumus berikut:
“DFL = (% Perubahan laba bersih) / (% Perubahan bunga yang harus dibayar)”
Berikut adalah langkah-langkah untuk menghitung DFL:
1. Tentukan laba bersih perusahaan, yaitu pendapatan perusahaan dikurangi
dengan biaya tetap, biaya variabel, bunga yang harus dibayar, dan pajak.
2. Tentukan perubahan bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Perubahan
bunga dapat dihitung dengan mengalikan bunga yang harus dibayar dengan
proporsi perubahan bunga.
3. Hitung laba bersih perusahaan setelah perubahan bunga. Laba bersih
perusahaan setelah perubahan bunga dapat dihitung dengan mengurangi bunga
yang harus dibayar setelah perubahan dari pendapatan perusahaan dikurangi
dengan biaya tetap, biaya variabel, dan pajak.
4. Hitung perubahan laba bersih perusahaan. Perubahan laba bersih perusahaan
dapat dihitung dengan mengurangi laba bersih perusahaan setelah perubahan
bunga dengan laba bersih perusahaan sebelum perubahan bunga, kemudian
dibagi dengan laba bersih perusahaan sebelum perubahan bunga.
5. Hitung DFL. DFL dapat dihitung dengan membagi proporsi perubahan laba
bersih perusahaan dengan proporsi perubahan bunga yang harus dibayar oleh
perusahaan.
Contoh perhitungan DFL adalah sebagai berikut :
Jika perusahaan XYZ memiliki pendapatan sebesar $100.000, biaya variabel sebesar
$40.000, biaya tetap sebesar $20.000, dan bunga yang harus dibayar sebesar $10.000,
maka laba bersih sebesar $30.000. Jika bunga yang harus dibayar meningkat sebesar
10% menjadi $11.000, maka DFL dapat dihitung sebagai berikut:
DFL = ($30.000 - $25.000) / ($10.000 x 10%) = 5.
Artinya, setiap kenaikan 10% dalam bunga yang harus dibayar akan menyebabkan
penurunan 50% dalam laba bersih perusahaan.

C. Derajat Leverage Total (Degree Of Total Leverage “DTL”)


Degree of Total Leverage (DTL) adalah rasio keuangan yang mengukur seberapa
besar perubahan laba bersih perusahaan sebagai akibat dari perubahan volume
penjualan dan bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. DTL menggabungkan Degree
of Operating Leverage (DOL) dan Degree of Financial Leverage (DFL) untuk memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang risiko perusahaan terhadap naiknya volume
penjualan dan bunga yang harus dibayar. DTL dapat dihitung dengan mengalikan DOL
dengan DFL. Dengan menggunakan DTL, perusahaan dapat memperkirakan seberapa
besar perubahan laba bersih perusahaan sebagai akibat dari perubahan volume
penjualan dan bunga yang harus dibayar oleh perusahaan.
DTL dapat membantu perusahaan dalam mengelola risiko keuangan terkait
fluktuasi volume penjualan dan bunga yang harus dibayar. Dengan memperhitungkan
DTL, perusahaan dapat memastikan bahwa struktur keuangan perusahaan tidak terlalu
berisiko dan dapat menghasilkan laba yang optimal. Rumus DTL adalah sebagai berikut :
“DTL = DOL x DFL”
Berikut adalah langkah-langkah untuk menghitung DTL:
1. Hitung Degree of Operating Leverage (DOL)
2. Hitung Degree of Operating Leverage (DOL)
3. Hitung Degree of Financial Leverage (DFL)
4. Hitung Degree of Total Leverage (DTL) dengan mengalikan DOL dengan DFL
5. DTL menggabungkan DOL dan DFL untuk memberikan gambaran risiko yang
lebih lengkap tentang perusahaan terhadap fluktuasi volume penjualan dan
bunga yang harus dibayar.
Contoh perhitungan DTL adalah sebagai berikut :
Jika perusahaan XYZ memiliki DOL sebesar 2 dan DFL sebesar 3, maka DTL dapat dihitung
sebagai berikut:
DTL = DOL x DFL = 2 x 3 = 6.
Artinya, setiap kenaikan 1% dalam volume penjualan akan menyebabkan peningkatan
6% dalam laba bersih perusahaan.
D. Risiko Bisnis Dan Risiko Keuangan
Risiko bisnis dan risiko keuangan adalah dua jenis risiko yang terkait dengan
operasi dan keuangan suatu perusahaan. Berikut adalah detail penjelasan dan contoh
dari kedua jenis risiko tersebut :
1. Risiko bisnis
Risiko bisnis terkait dengan operasi dan strategi bisnis suatu perusahaan. Risiko
bisnis dapat muncul dari berbagai faktor, seperti perubahan pasar, persaingan, regulasi,
teknologi, dan bencana alam. Risiko bisnis dapat mempengaruhi persepsi, biaya, dan
laba perusahaan. Contoh risiko bisnis adalah sebagai berikut :
 Risiko pasar : Perubahan tren pasar atau permintaan konsumen dapat
memengaruhi penjualan dan pendapatan perusahaan.
 Risiko persaingan : Persaingan yang ketat dari pesaing dapat mengurangi pangsa
pasar dan laba perusahaan.
 Risiko regulasi : Perubahan peraturan atau kebijakan pemerintah dapat
memengaruhi operasi dan biaya perusahaan.
 Risiko teknologi : Kemajuan teknologi dapat membuat produk atau layanan
perusahaan menjadi terdesak atau tidak relevan.
 Risiko bencana alam : Bencana alam seperti gempa bumi, banjir, atau badai
dapat merusak fasilitas dan aset perusahaan serta mempengaruhi operasi dan
pendapatan perusahaan.
2. Risiko keuangan
Risiko keuangan terkait dengan pengelolaan keuangan, seperti penggunaan
Hutang, investasi, dan manajemen risiko perusahaan. Risiko keuangan dapat
mempengaruhi arus kas, hutang, ekuitas perusahaan, dan nilai saham. Contoh risiko
keuangan adalah sebagai berikut :
 Risiko kredit: Risiko bahwa pihak yang meminjam dana tidak dapat membayar
kembali pinjaman atau bunga yang harus dibayar.
 Risiko pasar: Perubahan pasar, seperti naiknya suku bunga, nilai tukar, dan harga
saham, dapat mempengaruhi nilai investasi dan aset perusahaan.
 Risiko likuiditas dibayar: Risiko bahwa perusahaan tidak memiliki cukup kas
untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus.
 Risiko operasional: Risiko keuangan yang terkait dengan operasi perusahaan,
seperti penipuan, kehilangan data, atau kegagalan sistem.
 Risiko reputasi: Risiko bahwa perusahaan mengalami kerugian finansial atau
reputasi akibat tindakan yang tidak etis atau pelanggaran hukum.
Berikut adalah beberapa metode pengukuran dan penilaian beberapa risiko tersebut :
 Identifikasi Risiko : Perusahaan mengidentifikasi potensi risiko melalui analisis
berbagai faktor internal dan eksternal yang dapat berdampak pada bisnis.
Misalnya, sebuah perusahaan dapat mengidentifikasi risiko dengan menganalisis
laporan keuangan , tren pasar , dan persaingan.
 Penilaian Risiko : Perusahaan menilai kemungkinan dan dampak dari risiko yang
teridentifikasi. Ini melibatkan analisis kemungkinan terjadinya risiko, dampak
potensial pada keuangan perusahaan, dan kemampuan perusahaan untuk
mengelola atau mengurangi risiko.
 Manajemen Risiko : Perusahaan menerapkan strategi untuk mengelola atau
mengurangi risiko. Ini mungkin termasuk diversifikasi investasi, menerapkan
kontrol internal, atau membeli asuransi.
 Pemantauan Risiko : Perusahaan memantau risiko untuk memastikan bahwa
strategi manajemen risiko efektif dan bahwa risiko baru diidentifikasi saat
muncul.
Untuk mengukur risiko ini, perusahaan menggunakan berbagai rasio dan metrik
keuangan, seperti rasio utang terhadap ekuitas, rasio lancar , dan laba atas investasi.
Rasio ini dapat membantu perusahaan memahami kesehatan keuangan mereka dan
mengidentifikasi area risiko. Selain itu, perusahaan dapat menggunakan model
kuantitatif untuk menilai dampak potensial dari risiko tertentu pada keuangan mereka.
Secara keseluruhan, menilai dan mengukur risiko adalah proses berkelanjutan yang
memerlukan peninjauan dan pemutakhiran secara berkala. Perusahaan harus tetap
waspada dan beradaptasi dengan kondisi pasar yang berubah dan risiko yang muncul
untuk memastikan keberhasilan jangka panjang mereka.

BAB III
LATIHAN DAN EVALUASI
1. Tentukan Degree of Operating Leverage (DOL) dari perusahaan PT KHAIRIL RAHMAN
SEJAHTERA , Misalkan harga jual per unit naik sebesar 10% dan volume penjualan naik
sebesar 20% dengan data sebagai berikut :
 Harga jual per unit : Rp. 100.000.
 Biaya variabel per unit : Rp. 50.000.
 Biaya Tetap : Rp. 500.000.
 Volume penjualan : 1.000 unit.
Jawab :
“DOL = (%Perubahan laba bersih) / (%Perubahan volume penjualan)”
Diketahui :
- Laba bersih perusahaan :
 Pendapatan = Harga jual per unit x Volume penjualan = Rp. 100.000 x 1.000 =
Rp. 100.000.000.
 Total biaya = Biaya variabel per unit x Volume penjualan + Biaya tetap = Rp.
50.000 x 1.000 + Rp. 500.000 = Rp. 550.000.000.
 Laba bersih = Pendapatan - Total biaya = Rp. 100.000.000 - Rp. 550.000.000 = -
Rp. 450.000.000.
Dalam hal ini, perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp. 450.000.000.
- Perubahan Laba bersih :
 Perubahan laba bersih = Laba bersih baru - Laba bersih lama = (Rp.100.000 x
1.100 x 1.200) - Rp. 450.000.000 = Rp. 330.000.000.
- Perubahan volume penjualan :
 Perubahan volume penjualan = Volume penjualan baru - Volume penjualan lama
= 1.200 - 1.000 = 200 satuan.
Penyelesaian :
DOL = (% Perubahan laba bersih) / (% Perubahan volume penjualan)
DOL = (Rp 330.000.000 / -Rp 450.000.000) / (200 / 1.000) = -0,733.
Hasil DOL yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan memiliki leverage operasi
negatif, artinya PT KHAIRIL RAHMAN SEJAHTERA akan mengalami kerugian yang semakin
besar jika volume penjualan turun.

2. Tentukan Derajat Pengungkit Keuangan (Degree of Financial Leverage “DFL”) dari


perusahaan PT KHAIRIL RAHMAN SEJAHTERA dengan pinjaman sebesar Rp
1.000.000.000 dengan bunga tetap 10% per tahun untuk membiayai proyek baru.
Perusahaan memperkirakan bahwa proyek baru tersebut akan menghasilkan laba
sebesar Rp 2.000.000.000 dan bunga yang harus dibayar naik sebesar 1% selama jangka
waktu pinjaman.
Jawab :
“DFL = (%Perubahan laba bersih) / (%Perubahan bunga yang harus dibayar)”
Diketahui :
- Laba bersih perusahaan :
 Laba bersih perusahaan = Pendapatan - Total biaya = Rp 2.100.000.000 - Rp
100.000.000 = Rp 2.000.000.000.
- Perubahan Bunga yang harus dibayar :
 Perubahan bunga yang harus dibayar = Bunga baru - Bunga lama = (Rp
1.000.000.000 x 11%) - (Rp 1.000.000.000 x 10%) = Rp 100.000.000.
Penyelesaian :
“DFL = (%Perubahan laba bersih) / (%Perubahan bunga yang harus dibayar)”
DFL = (Rp 90.000.000 / Rp 2.000.000.000) / (Rp 100.000.000 / Rp 1.000.000.000) = 0.45
Hasil DFL yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa PT KHAIRIL RAHMAN SEJAHTERA
memiliki leverage keuangan yang sedang. Artinya, PT KHAIRIL RAHMAN SEJAHTERA
dapat menggunakan utang untuk memperbesar laba bersih dan meningkatkan nilai
perusahaan.
3. Tentukan Leverage Total (Degree of Total Leverage, DTL) dari perusahaan PT KHAIRIL
RAHMAN SEJAHTERA, dengan struktur modal sebagai berikut :
 Utang : Rp 2.000.000.000 dengan bunga 10% per tahun.
 Ekuitas : Rp 4.000.000.000.
Dan PT KHAIRIL RAHMAN SEJAHTERA memperkirakan bahwa pendapatan sebesar Rp
10.000.000.000 akan dihasilkan dari penjualan produk selama satu tahun. Biaya variabel
sebesar 60% dari pendapatan, dan biaya tetap sebesar Rp 1.000.000.000 per tahun.
Dengan perubahan laba bersih dan proporsi perubahan penjualan naik sebesar 20%.
Jawab :
“DTL = (%Perubahan laba bersih) / (%Perubahan penjualan)”
Diketahui :
- Laba bersih perusahaan :
 Laba bersih = Pendapatan - Total biaya = Rp 10.000.000.000 - Rp 8.000.000.000
= Rp 2.000.000.000.
- Perubahan penjualan :
 Perubahan penjualan = Penjualan baru - Penjualan lama = Rp 12.000.000.000 -
Rp 10.000.000.000 = Rp 2.000.000.000.
Penyelesaian :
DTL = (%Perubahan laba bersih) / (%Perubahan penjualan)
DTL = (Rp1.200.000.000 / Rp2.000.000.000) = 0,6 .
Hasil DTL yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa PT KHAIRIL RAHMAN SEJAHTERA
memiliki leverage total yang sedang. Artinya, perusahaan dapat menggunakan utang
untuk memperbesar laba bersih dan meningkatkan nilai perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, EF & Daves, Humas (2013). Manajemen Keuangan Menengah (edisi ke-
11). Mason, OH: Pembelajaran Cengage Barat Daya.
Gitman, LJ, & Zutter, CJ (2012). Prinsip keuangan manajerial (edisi ke-13). Boston:
Pearson.
Brigham, EF & Daves, PR (2013). Manajemen Keuangan Menengah (edisi ke-11).
Mason, OH: Pembelajaran Cengage Barat Daya.
Hasan Zein Mahmud (2016). FINON (Finon : Financial For None Finance) :
manajemen keuangan untuk non keuangan.

GLOSARIUM PUSTAKA
Derajat Leverage Total (Degree of Total Leverage, DTL) - suatu ukuran yang
menggabungkan leverage operasi dan leverage keuangan untuk mengukur seberapa
besar perubahan laba bersih perusahaan yang dihasilkan dari perubahan penjualan.
Derajat Pengungkit Keuangan (Degree of Financial Leverage , DFL) - suatu ukuran yang
mengukur seberapa besar perubahan laba bersih perusahaan yang dihasilkan dari
perubahan biaya bunga yang harus dibayar.
Derajat Pengungkit Operasi (Degree of Operating Leverage, DOL) - suatu ukuran yang
mengukur seberapa besar perubahan laba bersih perusahaan yang dihasilkan dari
perubahan volume penjualan.
Rasio Keuangan - rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan dan membandingkan kinerja keuangan perusahaan dengan pesaing atau
industri terkait.
Penilaian Risiko - proses bantuan, analisis, dan evaluasi risiko yang berpotensi
mempengaruhi tujuan perusahaan.
Identifikasi Risiko - proses pengidentifikasian risiko yang berpotensi mempengaruhi
tujuan perusahaan melalui analisis faktor internal dan eksternal yang dapat
mempengaruhi bisnis.
Manajemen Risiko - strategi yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengelola atau
meminimalkan risiko melalui berbagai cara, seperti diversifikasi investasi, implementasi
kontrol internal, atau membeli asuransi.
Pemantauan Risiko - proses memantau risiko untuk memastikan bahwa strategi
pengelolaan risiko efektif dan risiko baru yang teridentifikasi saat muncul.
Total Debt-to-Equity Ratio - rasio keuangan yang mengukur seberapa besar utang yang
digunakan oleh perusahaan dibandingkan dengan ekuitas yang dimiliki perusahaan.
Pengembalian Investasi (ROI) - rasio keuangan yang mengukur kinerja investasi dengan
membandingkan laba investasi dengan biaya investasi.

Anda mungkin juga menyukai