DOL =
Keterangan :
C = contribution Margin (sales – variable cost)
X = EBIT
Sebagai contoh, perusahaan ALFA yang bersifat padat karya mempunyai informasi keuangan
sebagai berikut, harga jual produknya Rp2.000, per unit, biaya tetap Rp20.000.000, dan biaya variabel
Rp1.500, per unit. Pada tahun 2008 volume penjualan 100.000 unit dan tahun 2009 sebanyak 120.000
unit. Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat dihitung besarnya DOL perusahaan ALFA sebagai
berikut:
Laba = Px Q - (FC + (VC x Q))
Laba 2008 = Rp 2.000 x 100.000 – (Rp 20.000.000 + Rp 1.500 x 100.000)
= Rp 200.000.000 – Rp 170.000.000
= Rp 30.000.000
Laba 2009 = Rp 2.000 x 120.000 - (Rp 20.000.000 + Rp 1.500 x 120.000)
= Rp 240.000.000 – Rp 200.000.000
= Rp 40.000.000
Laba 2009 = [(Rp 40.000.000 – Rp 30.000.000)/Rp 30.000.000] x 100%
[(Rp 240.000.000 – Rp 200.000.000)/Rp 200.000.000] x 100%
= 33%
20%
= 1,65
Agar lebih jelas bagaimana pengaruh operating leverage terhadap risiko
bisnis, bandingkan dua perusahaan yaitu perusahaan ALFA yang
bersifat padat atau DOL nya rendah, dengan perusahaan BETA yang
bersifat padat modalatau DOL nya tinggi.
Berdasarkan analisis BEP pada Gambar disamping, tampak bahwa
untuk mencapai BEP pada perusahaan yang padat karya membutuhkan
volume penjualan (Q1,) yang lebih kecil dibandingkan dengan volume
penjualan (Q2) bagi perusahaan yang padat modal. Di samping itu
daerah laba dan rugi pada perusahaan yang padat karya juga lebih
sempit dibandingkan dengan perusahaan yang padat modal. Hal ini
menunjukkan perusahaan yang padat modal lebih sensitif terhadap
perubahan penjualan dibandingkan perusahaan yang padat karya. Jika
volume penjualan turun akibat krisis ekonomi menjadi lebih kecil
dibandingkan volume penjualan BEP, maka perusahaan yang padat
modal akan mengalami kerugian yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan yang padat karya, dan sebalinya, jika volume penjualan
meningkat lebih besar dari volume penjualan BEP, karena kondisi
ekonomi membaik, maka perusahaan yang padat modal akan
memperoleh laba yang lebih besar dibandingkan perusahaan
yang padat karya.
Financial leverage
Financial leverage timbul bila perusahaan dalam membelanjai kegiatan operasi dan investasi menggunakan dana
dengan beban tetap (utang). Financial leverage dapat mempengaruhi EAT atau net income (NI), ROE dan EPS.
Besar kecilnya financial leverage diukur dengan degree of financial leverage (DFL) yang diukur dengan rumus :
DFL =
Keterangan
r x D = Bungan yang dibayar
DCL =
dengan kata lain degree of combination leverage ditentukan oleh besarnya degree of operating leverage
dan degree of financial leverage
Faktor-fakt0r yang mempengaruhi
struktur keuangan suatu perusahaan
Keterangan :
EBIT* = EBIT pada titik BEP antara dua alternative pembelanjaan
C1,C2 = biaya bunga atau deviden saham preferen setiap tahun sebelum
pajak
t = tarif pajak pendapatan tahunan
S1,S2 = jumlah saham biasa yang beredar pada alternative 1 dan 2
Berdasarkan Gambar diatas nampak berdasarkan data pada perhitungan yang telah dikemukakan, EBIT – BEP
bahwa jika besarnya EBIT lebih kecil dari antara alternatif pembelanjaan dengan saham biasa dan utang dapat dihitung
EBIT*, maka alternatif pembelanjaan sebagai berikut :
yang lebih menguntungkan adalah
saham biasa karena EPS-nya lebih tinggi
50.000 EBIT* = 90.000.000.000
daripada utang. Sebaliknya jika EBIT
EBIT* = Rp 1.800.000
lebih besar dari EBIT*, maka alternatif
pembelanjaan yang lebih Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila EBIT turun
menguntungkan adalah utang karena lebih kecil dari Rp1.800.000, maka alternatif yang paling baik adalah
EPS-nya lebih tinggi pembelanjaan seluruhnya dengan saham biasa. Dengan kata lain alternatif
daripada saham biasa. pembelanjaan dengan utang merupakan pilihan yang baik jika EBIT lebih besar
dari Rp1.800.000. Dengan cara yang sama dapat dihitung EBIT untuk alternatif
saham biasa dan salam preferen.
Design apps I use